Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dinisa Amalia

NIM : P07131118125
Prodi : DIII Tk. I

Belum
Karya Dinisa Amalia

Dia sudah berhenti, benar-benar sudah berhenti.


Namun aku belum, aku masih menyimpannya dalam otak dan hati.
Masih setia menunggu kabar dan cerita-ceritanya.
Masih setia setiap malam membuatkan puisi tentang dia.

Namun, akhir-akhir ini puisi yang kubuat terasa berbeda.


Semakin hari semakin teriris saat membuatnya.
Pedihnya bertambah parah saat meneteskan airnya.
Sembabnya pun membuatku semakin kacau setiap paginya.

Apakah kau mengetahui?


Bahwa aku belum berhenti.
Aku disini masih ingin terus mencoba.
Mencoba berjalan bersama rasa yang kau bunuh dengan sengaja.

Luka sepertinya sudah semakin dalam.


Tidak berdarah, namun sakitnya menusuk semakin tajam.
Sekali lagi aku belum berhenti.
Sama sekali belum berhenti.
Nama : Dinisa Amalia
NIM : P07131118125
Prodi : DIII Tk. I

Rindu
Karya Dinisa Amalia

Hari ini terasa menyedihkan,


Aku merindukan malaikat tanpa sayap itu lagi.
Hari ini terasa menyedihkan,
Rinduku tak terhapuskan karena belum adanya temu lagi.

Dia lah tempatku mengadu disaat ku lelah,


Dia lah tempatku berkeluh kesah,
Dia lah yang selalu mendukungku disaatku salah,
Dia lah yang selalu menemaniku dikala ku kalah.

Entah mengapa sekarang dunia terasa begitu dingin,


Lebih dingin daripada ketika aku hidup dengannya.
Kehangatan kasih sayangnya yang selalu ada di setiap masa,
Tetap terasa berbeda karena tak adanya tatap muka.

Semesta mungkin tidak akan memberi tahu,


Untuk membesarkanku,
Berapa banyak sudah hujan yang jatuh dari matanya?
Berapa banyak sudah keringat yang keluar dari kulitnya?

Maaf,
Walaupun rindu membelenggu,
Tapi aku tidak akan menyerah,
Kekuatanku menghadapi dunia yang dingin berasal dari kekuatannya.
Bayang senyumannya yang tersimpan dibenakku adalah alasanku menghadapi
semuanya.

Sungguh, aku tak terbesit untuk bersedih tentang dunia.


Aku hanya terlalu merindukan perempuan itu,
Perempuan yang melahirkanku,
Yang selalu menghangatkan hari-hariku
Nama : Dinisa Amalia
NIM : P07131118125
Prodi : DIII Tk. I

Nasihat Untuk Hati


Karya Dinisa Amalia

Teruntuk hati yang telah penuh dengan sayatan,


Sadarkah luka yang kau derita sudah terlalu dalam?
Masih inginkah kau bertahan?
Masih inginkah kau berharap?

Dirimu telah disia-siakan,


Harapmu juga takkan pernah dipedulikan.
Dia tidak akan kembali pulang,
Ia sudah memiliki rumah baru, yang katanya jauh lebih nyaman darimu.

Teruntuk hati yang telah patah,


Tak bisakah kau berkompromi dengan akal?
Akal sudah menasihatimu agar benar-benar melepasnya.
Masihkah kau ingin berjuang?

Dirimu tak pernah ternilai dimatanya,


Dirimu tak pernah dianggap ada olehnya,
Akal sudah memperingatimu sebelumnya,
Mengapa kau abaikan nasihat sang akal, wahai hati?

Teruntuk hati yang telah jatuh ke dalam lembah kehancuran,


Kau harus mengeringkan luka mu,
Kau harus menyusun kembali puing-puing hati yang telah hancur berkeping-keping
dengan sisa tenaga yang ada,
Walaupun membutuhkan waktu yang cukup lama.

Teruntuk hati yang sudah hancur berkeping-keping,


Dengarkanlah baik-baik nasihat dari akalmu.
Sekali lagi, akalmu.

Anda mungkin juga menyukai