Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN KRITIS

1. Judul Jurnal
Pengaruh Perawatan Kulit Terhadap Kondisi Kulit Daerah Perineal Berdasar
Northampton Tool Pada Balita Dengan Diare Tahun 2016
2. Nama Peneliti
Rusana
3. Latar Belakang
Diare masih menjadi masalah kesehatan terutama pada balita di Cilacap.
Berdasarkan data rekam medis yang ditemukan di rumah sakit (RS) Cilacap, pada
bulan Januari sampai dengan Desember 2012, terdapat 789 balita dengan diare
dan sekitar 316 (40%) balita mengalami kerusakan kulit yang ditandai dengan
kemerahan pada kulit daerah perineal.
Diare dapat menyebabkan cedera kulit akibat seringnya kontak berulang
dengan tinja berbentuk cair, yang akan merusak jaringan perineal jika tidak
dilindungi. Pada kondisi diare, urea-amonia meningkat yang akan merusak lapisan
asam kulit. Adanya urin dan feses mengakibatkan pH kulit menjadi lebih alkali
atau basa sehingga akan mengaktifkan kerja enzim proteolitik dan lipolitik seperti
protease dan lipase yang mengakibatkan iritasi serta kerusakan jaringan (Cooper,
2011; Nazarko, 2007 dalam Bianchi, 2012).
4. Tujuan Penelitian
Untuk melihat kerusakan jaringan kulit akibat diare akan meningkatkan
resiko infeksi dan dapat mempengaruhi kesehatan pasien baik fisik maupun
psikologis. STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap Jl.Cerme No.24 Sidanegara
Cilacap 53223 Tahun 2016
5. Metodologi penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian jenis kuantitatif dengan pendekatan
quasi eksperiment, menggunakan rancangan pre dan post test with control group
untuk mengetahui pengaruh perawatan kulit terhadap risiko kerusakan integritas
kulit daerah perineal karena diare pada anak di ruang rawat anak RS Cilacap.
Sampel penelitian berjumlah 45 responden kelompok intervensi dan 45
responden kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel menggunakan
consecutive sampling. Kelompok intervensi maupun kelompok kontrol diambil di
RSUD Cilacap dan RSI Fatimah Cilacap. Teknik analisis dalam penelitian ini,
menggunakan teknik analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel yang diukur dalam penelitian. Kulit dianalisis dengan
frekuensi, mean, standar deviasi, minimalmaksimal, 95% CI serta p value untuk
menguji homogenitas. Analisi bivariat digunakan uji Mann-Whitney U.
6. Hasil Penelitian
Tabel A.1.
Distribusi Usia Responden pada Kelompok Kontrol dan Kelompok
Intervensi bulan April-Juni 2013 (n=90)
Usia Mean SD Min-Maks 90% CI P Value
Kelompok
16.51 13,737 1-50 12,38 - 20,64
kontrol O,168
Intervensi 15.58 10,325 1-36 12,48 - 18,68

Tabel A.2.
Distribusi Responden Menurut Status Gizi pada Kelompok Kontrol dan
Kelompok Intervensi Sebelum Intervensi, bulan April-Juni 2013 (n=90)
Status
Mean
Gizi SD Min-Maks 95% CI P value
Z Score
Kelompok
BB/U:
-0,4 1,2 -1,9 - 3,9 -0,8 - (-0,1) 0,014
Kontrol
intervensi -0,9 1,6 -4,5 - 2,3 -1,4 - (-0,4)

B/U:
-0,1 1,6 -4,1 - (4,1) -0,6 - 0,4
Kontrol 0,003
Intervensi -0,5 2,9 -7,1 - (-5,5) -1,3 - 0,4
BB/TB: -0,4 1,8 -2,9 - 4,7 -1,0 - 0,2
Kontrol 0,725
Intervensi -0,6 2,3 -4,2 - 8,9 -1,2 - 0,1

Distribusi responden tentang kondisi kulit perineal berdasarkan Northampton tool


sebelum dilakukan intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi
juga pada kelompok di RSUD dan RSI Fatimah Cilacap, terdapat pada tabel B.1
serta tabel B.2:
Tabel B.1
Komponen Kontrol Intervensi PValue Total (90)
(45) (45)
Mean Min maks Mean Min mak mean Min mak
Kondisi kulit 1,3 1-2 1,6 1-3 0,004 1,4 1-3
Tabel B.2
Komponen RSUD RSIF PValue Total (90)
(53) (37)
Mean Min maks Mean Min mak mean Min mak
Kondisi kulit 1,5 1-3 1,4 1-2 0,068 1,4 1-3

Tabel B.3. Analisis Perbedaan Skor Selisih kondisi Kulit Perineal Berdasarkan
Komponen Northampton Tool Sebelum dan Setelah Intervensi pada Kelompok Kontrol
dan Kelompok Intervensi (n= 90)
Komponen Kelompok Kelompok Perbedaan PValue Efek
Intervensi (%)
kontrol intervensi selisih
Selisih sebelum Selisih dan
dan setelah sebelum
dan
setelah
Kondisi kulit -0,3 0,5 0,8 0,000 50%

7. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata usia balita pada dua kelompok
hampir sama, dimana rentang usia kelompok kontrol lebih tinggi (12,38- 20,64
bulan) dibandingkan kelompok intervensi (12,48- 18,68 bulan). Menurut data riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007, diare pada anak di Indonesia bila dilihat
per kelompok usia, tersebar di semua kelompok usia dengan prevalensi paling
tinggi terdeteksi pada anak usia 1-4 tahun yaitu sebesar 16,7% (Kementerian
Kesehatan RI, 2011). Penelitian Suddaby, Barnett dan Facteau (2005)
menunjukkan bahwa pasien yang dirawat di unit medikal bedah anak dengan diare
dan mengalami kerusakan integritas kulit rata-rata berusia 2,8 tahun. Berdasarkan
survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 prevalensi diare
tertinggi adalah anak usia 12-23 bulan (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Hasil
penelitian menunjukkan adanya kesamaan dengan data nasional dan penelitian
sebelumnya.
Ackley dan Ladwig (2010) dan Klopp, Storey dan Bronstein (2012)
menyatakan bahwa usia yang ekstrim (neonatus atau lanjut usia) merupakan salah
satu faktor risiko untuk terjadinya risiko kerusakan integritas kulit. Masalah
keperawatan risiko kerusakan integritas kulit dapat terjadi pada balita dengan
diare karena meningkatnya urea-amonia yang akan merusak lapisan asam kulit,
sehingga mengaktifkan kerja enzim proteolitik dan lipolitik yang akan
mengakibatkan iritasi serta kerusakan jaringan (Cooper, 2011). Suraatmaja (2007)
menyatakan kebanyakan episode diare terjadi pada usia 2 tahun pertama
kehidupan. Hal ini mungkin dikarenakan pada masa tersebut anak sudah diberikan
makanan pendamping serta mulai aktif bermain. Perilaku ini akan meningkatkan
risiko anak untuk terjangkitnya diare (Iswari, 2011). Diare terjadi pada anak usia
sekitar 12-23 bulan karena anak mulai aktif bermain sehingga lebih berisiko
terkena infeksi.
Perawatan kulit sesuai standar praktik dalam penelitian ini dapat
meningkatkan 50% kondisi kulit ke arah yang lebih baik. Artinya bahwa balita
yang semula rata-rata mengalami lecet/ iritasi pada kulit perineal akibat diare
dapat disembuhkan atau diturunkan skornya menjadi lebih rendah dan balita
yang kondisi kulit awalnya utuh maka tidak akan mengalami lecet/ kemerahan
akibat iritasi.
8. Kelemahan
a. Tujuan khusus penelitian tidak dicantumkan.
b. Waktu dilaksanakan penelitian tidak dituliskan.
c. Lama durasi waktu dalam pemberian Massase Rolling (punggung) tidak
dijelaskan.

9. Kelebihan
a. Sistematis penulisan penelitian berurutan.
b. Peneliti menjabarkan dengan jelas teori pembanding atau teori pendukung.
c. Peneliti menjelaskan dengan rinci teknik pengumpulan data.
10. Kesimpulan dan saran
a. Kesimpulan
Usia balita yang mengalami diare adalah pada rentang usia 12,38 bulan sampai
dengan 20,64 bulan (mean= 16,04 bulan) dengan sebagian besar status gizi
baik berdasarkan BB/U, TB/U dan BB/TB.
b. Saran
Ada perbedaan yang bermakna antara kelompok yang mendapatkan perawatan
kulit sesuai kebiasaan ruangan di RS dan kelompok yang mendapatkan
perawatan kulit sesuai standar praktik dalam penelitian ini terhadap kerusakan
kondisi kulit (p= 0,000). Pengaruh perawatan kulit sesuai standar praktik dalam
penelitian ini pada balita dengan diare meningkat 50% ke arah yang lebih baik
pada komponen kondisi kulit
11. Implikasi Keperawatan
a. Rumah sakit
Dapat menjadi masukkan bagi rumah sakit untuk memperhatikan atau
melakukan sosialisasi dan seminar mengenai perawatan kulit terhadap kondisi
kulit daerah pariental berdasar northampton tool pada balita dengan diare
perawat dan tenaga kesehatan di bagian kebidanan
b. Pendidikan
c. Dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan untuk di peserta didik yang akan
datang khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan maternitas sehingga
dapat meningkatkan kualitas skill individu.

Daftar pustaka

Ackley, B., J. & Ladwig, G., B. (2010). Nursing diagnosis handbook: An


evidence-based guide to planning care. (9th ed). USA: Mosby Elsevier.

Agero, A.L. & Rowell, V.V.M. (2004). A randomized double-blind controlled trial
comparing extra virgin coconut oil with mineral oil as moisturizer for
mild to moderate xerosis. Available at:
www.ncbi.nlm.gov/pubmed/15724344

Beldon, P. (2008). Moisture lesions: the effect of urine and faeces on the skin.
Journal of Wouns Essentials, (3), 1-3.

Bianchi, J. (2012). Causes and strategies for moisture lesions. Journal of Nursing
Times, 108 (5). 20-22, January 31.

Clinical Policy Group. (2006). Pressure ulcer risk assessment & prevention
resource file. United Kingdom: Northampton Hospital Science.

Cooper, P. (2011). Skin care: Managing the skin of the incontinent patient. Wound
Essentials Journal, 6, 69-74.

Flynn, D. & Williams, S. (2011). Barrier creams for skin breakdown. Nursing &
Residential Care Journal, 13 (11), 553-558.
Iswari, Y. (2011). Analisis faktor risiko kejadian diare pada anak usia dibawah 2
tahun di RSUD Koja Jakarta. Tesis. http://www.lontarui.ac.id/pdf.

Anda mungkin juga menyukai