PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
6) Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
7) Meningkatkan loyalitas, kreatifitas dan partisipasi
8) Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan
9) Meningkatkan rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas
10) Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku
Dalam prakteknya kedua jenis motivasi di atas sering digunakan oleh suatu
perusahaan, Insentif (positif/negatif) harus sesuai dengan perjanjian,
penggunaan harus tepat dan seimbang agar dapat meningkatkan semangat
kerja serta dapat meraih prestasi kerja yang diinginkan. Yang menjadi masalah
ialah kapan motivasi positif atau motivasi negatif dapat efektif untuk jangka
panjang sedangkan motivasi negatif sangat efektif untuk jangka pendek. Akan
tetapi pimpinan harus konsisten dan adil
dalam menerapkannya.
3
2.2. Teori-Teori Motivasi
4
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa kebutuhan yang diinginkan
seseorang berjenjang, artinya bila ada kebutuhan yang pertama telah
terpenuhi, maka kebutuhan tingkat kedua akan menjadi utama, selanjutnya jika
kebutuhan tingkat kedua telah terpenuhi, maka muncul kebutuhan tingkat ketiga
dan seterusnya sampai kebutuhan tingkat kelima. Hasibuan (2005)
mengemukakan jenjang/hierarki kebutuhan menurut Abraham Maslow, yakni :
5
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan, sangat penting untuk
memuaskan kebutuhan manusia, ini terlihat jelas pada perusahaan yang
modern yang selalu memperhatikan kebutuhan karyawannya. Bentuk lain dari
pembahasan ini adalah dengan memberikan perlindungan dan kesejahteraan
para karyawannya.
a). Hal-hal yang mendorong para karyawan adalah pekerjaan yang menantang
yang mencakup perasaan berprestasi, bertanggung jawab, kemajuan, dapat
menikmati pekerjaan itu sendiri, dan adanya pengakuan atas semuanya.
b). Hal-hal yang mengecewakan karyawan adalah terutama faktor yang bersifat
embel-embel saja pada pekerjaan, peraturan pekerjaan, penerangan, istirahat,
sebutan jabatan, hak, gaji, dan lain-lain.
c). Para karyawan akan kecewa apabila peluang untuk berprestasi terbatas.
Mereka akan menjadi sensitif pada lingkungannya serta mulai mencari-cari
kesalahan.
6
4).Teori Motivasi Prestasi Dari Mc Clelland
Mc Clelland mengemukakan teorinya yaitu Mc Clelland Achievement
Motivation Theory atau teori Motivasi Prestasi Mc Clelland. Menurut Mc
Clelland yang dikutip oleh Hasibuan (2005) teori ini berpendapat bahwa
karyawan mempunyai cadangan energi potensial. Bagaimana energi ini
dilepaskan dan digunakan tergantung pada kekuatan dorongan motivasi
seseorang dan situasi serta peluang yang tersedia Dari beberapa teori motivasi
di atas dapat disimpulkan tidak cukup memenuhi kebutuhan makan dan minum
pakaian saja. Akan tetapi orang juga mengharapkan pemuasan kebutuhan
biologis dan psikologis orang tidak dapat hidup bahagia. Semakin tinggi status
seseorang dalam perusahaan, maka motivasi mereka semakin tinggi dan hanya
pemenuhan jasmaniah saja. Semakin ada kesempatan untuk memperoleh
kepuasan material dan non material dari hasil kerjanya, semakin bergairah
seseorang untuk bekerja dengan mengerahkan kemampuan yang dimilikinya.
7
Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja
merupakan rasa menyenangkan dan tidak menyenangkan yang dirasakan oleh
karyawan, secara langsung berpengaruh pada emosional dan tingkah laku
dalam bekerja berupa kinerja, disiplin dan moral kerja. Kepuasan kerja dalam
pekerjaan adalah kepuasan kerja yang dinikmati dalam pekerjaan dengan
memperoleh pujian hasil kerja, penempatan, perlakuan, peralatan dan suasana
lingkungan kerja yang baik. Karyawan yang lebih sukamenikmati kepuasan
kerja dalam pekerjaan ini akan lebih mengutamakan pekerjaanya dari balas
jasa, walaupun balas jasa itu penting. Adanya kepuasan kerja tentunya
mempengaruhi beberapa aspek yang melingkupi pada karyawan itu sendiri.
Kepuasan kerja karyawan terbentuk karena adanya faktor-faktor yang
melatarbelakanginya. Seperti kajian teori-teori kepuasan kerja sebelumnya,
kepuasan kerja dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal.
8
Banyak orang bersedia menerima baik uang yang lebih kecil untuk
bekerja dalam lokasi yang lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yang kurang
menuntut atau mempunyai keleluasaan yang lebih besar dalam kerja yang
mereka lakukan dan jam-jam kerja. Tetapi kunci hubungan antara upah dengan
kepuasan bukanlah jumlah mutlak yang dibayarkan; yang lebih penting adalah
persepsi keadilan. Serupa pula karyawan berusaha mendapatkan kebijakan
dan praktik promosi yang lebih banyak, dan status sosial yang ditingkatkan.
Oleh karena itu individu yang mempersepsikan bahwa keputusan promosi
dibuat dalam cara yang adil (fair and just) kemungkinan besar akan mengalami
kepuasan dari pekerjaan mereka.
9
6) Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan
Pada hakikatnya orang yang tipe kepribadiannya kongruen (sama dan
sebangun) dengan pekerjaan yang mereka pilih seharusnya mendapatkan
bahwa mereka mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat untuk memenuhi
tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengan demikian akan lebih besar
kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan tersebut, dan karena sukses ini,
mempunyai kebolehjadian yang lebih besar untuk mencapai kepuasan yang
tinggi dari dalam kerja mereka. Pemahaman tentang kepuasan kerja dapat
terwujud apabila analisis tentang kepuasan kerja dikaitkan dengan kinerja,
tingkat kemangkiran, keinginan pindah, usia, jabatan dan besar kecilnya
organisasi. (Siagian, 2002). Kepuasan kerja berhubungan dengan variabel-
variabel seperti turnover, tingkat absensi, umur, tingkatpekerjaan dan ukuran
organisasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Davis dalam
Mangkunegara (2000).
10
2) Teori Perbedaan (Discrepancy Theory)
Teori ini pertama kali dipelopori oleh Proter. Ia berpendapat bahwa
mengukur kepuasan dapat dilakukan dengan cara menghitung selisih antara
apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan karyawan. Locke
mengemukakan bahwa kepuasan kerja karyawan tergantung pada perbedaan
antara apa yang didapat dan apa yang diharapkan oleh karyawan. Apabila yang
didapat karyawan ternyata lebih besar daripada apa yang diharapkan maka
karyawan tersebut menjadi puas. Sebaliknya, apabila yang didapat karyawan
lebih rendah daripada yang diharapkan, akan menyebabkan karyawan tidak
puas.
11
Keterangan:
a) Valensi merupakan kekuatan hasrat seseorang untuk mencapai sesuatu.
b) Harapan merupakan kemungkinan mencapai sesuatu dengan aksi tertentu.
c) Motivasi merupakan kekuatan dorongan yang mempunyai arah pada tujuan
tertentu.
Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
seorang karyawan dalam melakukan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya secara legal tidak melanggar hukum dan sesuai
moral dan etika.
12
David C. McClelland dalam Mangkunegara (2004::68) berpendapat
bahwa ada hubungan yang positif antara motivasi kerja dengan pencapaian
kinerja.
Motivasi kerja adalah suatu dorongan dalam diri karyawan untuk
melakukan suatupekerjaan sebaik-baiknya agar mampu mencapai prestasi
kerja (kinerja) dengan optimal. Karyawan yang mempunyaimotivasi kerja tinggi
cenderung memiliki prestasi kerja tinggi, dan sebaliknya mereka yang prestasi
kerjanya rendah dimungkinkan karena motivasi kerjanya rendah. Selanjutnya,
McClelland mengemukakan 6 karakteristik dari pegawai yang memiliki motivasi
kerja tinggi yaitu:
1) memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi,
(2) berani mengambil resiko,
(3) memiliki tujuan yang realistis,
(4)memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk
merealisasi tujuannya,
(5) Memanfaatkan umpan balik (feed back) yang konkret dalam seluruh
kegiatan kerja yang dilakukannya,
(6) mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah
diprogramkan.
13
Dalam hal ini, kepuasan kerja dimaksudkan adalah suatu sikap positif
yang menyangkut penyesuaian diri dari para karyawan terhadap pekerjaannya,
jika karyawan merasa puas terhadap pekerjaannya, maka karyawan tersebut
memiliki sikap positif dan bangga, serta menilai pekerjaannya tinggi, karena
situasi dan kondisi kerja dapat memenuhi kebutuhan, keinginan, dan
harapannya.
14
BAB III
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
1.1 Kesimpulan
Motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kinerja
karyawan. Besar atau kecilnya pengaruh motivasi pada kinerja seseorang
tergantung pada seberapa banyak intensitas motivasi yang diberikan.
Perbedaan motivasi kerja bagi seorang karyawan biasanya tercermin dalam
berbagai kegiatan dan bahkan prestasi yang dicapainya.
1.2 Saran
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini sangat banyak
kekurangan , maka dari itu penulis mengharapkan kritikan dan saran dari
pembaca yang dapat membangun makalah ini agar bisa menjadi lebih baik lagi.
15