Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Sekolah Dasar merupakan pendidikan yang sangat penting,

karena merupakan dasar untuk pendidikan selanjutnya, dimana anak belajar

membaca, menulis, dan menghitung. Oleh karena itu, untuk meningkatkan

mutu pendidikan di Sekolah Dasar, khususnya bidang studi bahasa Indonesia

banyak aspek yang harus dibenahi salah satunya yaitu keterampilan

berbahasa.

Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan agar

siswa mempunyai keterampilan berbahasa. Setiap keterampilan itu

berhubungan erat dengan keterampilan lainnya. Setiap keterampilan

berbahasa tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan dan memiliki

peranan yang sama penting dalam kegiatan komunikasi, mengingat pada

hakikatnya bahasa adalah alat untuk berkomunikasi.

Salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting dikuasai oleh

siswa adalah membaca. Hal itu dibuktikan, melalui kegiatan membaca, siswa

dapat mencari dan menemukan berbagai macam ilmu pengetahun yang

terdapat dalam buku dan berbagai media massa cetak. Kegiatan membaca

juga dapat memperluas wawasan dan memperdalam ilmu yang telah dimiliki.

Segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan tidak akan

terlepas dari kegiatan membaca, pribahasa mengatakan bahwa membaca

1
2

adalah jendela dunia, sehingga dapat disimpulkan bahwa membaca

merupakan keterampilan berbahasa yang sangat penting.

Permen Diknas No 22, 23 dan 24 Tahun 2006 (2008: 106) disebutkan”

"Pembelajaran membaca memiliki peran sentral dalam perkembangan

intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang

keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi". Pembelajaran

membaca diharapkan dapat membantu peserta didik memperoleh informasi

mengenai dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, menggunakan gagasan

dan perasaan, serta berpartisipasi dalam masyarakat.

Pembelajaran keterampilan membaca di Sekolah Dasar sebagaimana

telah dibahas di atas, dilaksanakan sesuai dengan pembedaan atas kelas-kelas

rendah (1-3) dan kelas-kelas tinggi (4-6). Pembelajaran membaca dan

menulis di kelas-kelas rendah disebut pelajaran membaca dan menulis

permulaan, sedangkan di kelas-kelas tinggi disebut pelajaran membaca dan

menulis lanjut atau pemahaman.

Keterampilan membaca permulaan merupakan landasan utama untuk

kegiatan membaca lanjut, ataupun dapat diartikan sebagai suatu keahlian

siswa dalam proses melafalkan lambang tulisan. Sedangkan tujuan membaca

permulaan di kelas I pada hakikatnya adalah agar “Siswa dapat membaca

kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat”. Kelancaran dan

ketepatan anak membaca pada tahap belajar membaca permulaan dipengaruhi

oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam meliputi intelegensi, sikap, perbedaan

jenis kelamin, penguasaan bahasa, dan perbedaan ragam bahasa yang dikuasai
3

(dialek), sedangkan faktor dari luar meliputi bahan bacaan, status ekonomi

sosial, dan guru.

Menurut Utami, (2007:7) guru merupakan faktor yang paling

menentukan sifatnya. Perilaku guru dalam membina anak didik dalam belajar

membaca ternyata berpengaruh besar terhadap perilaku membaca siswa. Jadi,

guru ikut mewarnai proses pemahaman siswa dalam kegiatan membaca

khususnya membaca permulaan. Selain itu keaktifan dan kreativitas guru

yang mengajar di kelas I juga memegang peranan yang strategis dalam

meningkatkan keterampilan membaca siswa. Peranan strategis tersebut

menyangkut peran guru sebagai fasilitator, motivator, sumber belajar, dan

organisator dalam proses pembelajaran. Guru yang berkompetensi tinggi akan

sanggup menyelenggarakan tugas untuk mencerdaskan bangsa,

mengembangkan pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan membentuk

ilmuwan dan tenaga ahli.

Membaca permulaan pada kelas awal (kelas I) biasanya disajikan selama

satu setengah bulan yaitu sampai dengan sepertiga semester pertama, namun

dalam kenyataannya pengajaran Bahasa Indonesia di jenjang pendidikan

Sekolah Dasar dalam hal membaca di kelas hasilnya masih kurang baik,

terbukti dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti di

SD Negeri 3 Awirarangan terhadap kemampuan membaca siswa kelas 1,

bahwa 80 % dari 25 siswa nilainya masih rendah dibawah rata-rata.

Adapun hasil penelitian yang dirilis oleh PIRLS (Progress in

International Reading Literacy Study) yang berada di bawah koordinasi IEA


4

(The International Association for The Evaluation Achievement ) pada tahun

2006 menunjukkan anak-anak sekolah dasar kelas IV memiliki kemampuan

membaca yang rendah, yaitu urutan kelima dari bawah dengan skor 407

(Tjalla, 2010: 15). Posisi Indonesia berada di atas Qatar, Kuwait, Maroko,

dan Afrika selatan.

Sehubungan dengan permasalahan itu, pengajaran membaca permulaan

sebenarnya sudah diberi berbagai metode seperti metode abjad, ceramah,

penugasan, demonstrasi, dan pendekatan saintifik yang mengacu pada

kurikulum, akan tetapi metode dan pendekatan tersebut belum bisa membuat

siswa memiliki dan menguasai keterampilan membaca, kenyataannya siswa

masih kurang memiliki keterampilan dalam membaca permulaan.

Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar khususnya

pembelajaran membaca, dalam hal ini guru lebih sering mendiktekan kalimat

dibanding mengarahkan siswa atau menyuruh siswa untuk mengetahui sendiri

kalimat tersebut. Selain itu, guru juga terlalu memfokuskan pada

pembelajaran menulis dibandingkan dengan pembelajaran membaca,

akibatnya keterampilan membaca siswa rendah dan proses belajar-mengajar

di kelas tidak relevan dengan yang diharapkan.

Oleh kareuna itu, keterampilan membaca permulaan harus ditingkatkan

dan dikuasai oleh para siswa di Sekolah Dasar, karena ketrampilan ini secara

langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa di Sekolah Dasar.

Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar

di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan keterampilan membaca mereka.


5

Siswa yang tidak mampu membaca dengan baik akan mengalami kesulitan

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran. Siswa

akan mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami informasi yang

disajikan dalam berbagai buku pelajaran, buku-buku bahan penunjang dan

sumber-sumber belajar tertulis yang lain. Akibatnya, kemajuan belajarnya

juga lamban jika dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak

mengalami kesulitan dalam membaca. Oleh karena itu keterampilan membaca

khususnya membaca permulaan harus dikuasai oleh siswa kelas 1, selain itu

perlu adanya bimbingan dan motivasi dari guru, disitulah peran penting yang

harus dilakukan oleh guru dalam membantu siswa khususnya dalam

meningkatkan keterampilan membaca permulaan.

Salah satu solusi untuk meningkatkan keterampilan membaca permulaan

ialah melalui penggunaan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS). Menurut

Hairuddin dalam Admaja (2012: 5) metode SAS merupakan salah satu jenis

metode yang bisa digunakan untuk proses pembelajaran membaca permulaan

bagi siswa kelas awal. Pembelajaran membaca dengan metode ini mengawali

pelajarannya dengan menampilkan dan memperkenalkan sebuah struktur

kalimat (subjek, predikat dan objek). Kemudian melalui proses analitik siswa

diajak untuk mengenal konsep kata. Setelah itu dilakukan proses

penganalisisan atau penguraian kata berlanjut sampai pada wujud satuan

bahasa terkecil yang tidak bisa diuraikan lagi, yakni huruf-huruf.

Selain itu,metode SAS merupakan metode yang menarik bagi siswa,

karena dalam proses operasionalnya metode SAS mempunyai langkah-


6

langkah berlandaskan operasional dengan urutan: Struktural menampilkan

keseluruhan; Analitik melakukan proses penguraian; Sintetik melakukan

penggabungan kembali kepada bentuk Struktural semula. Oleh karena itu,

dengan metode SAS siswa akan dilatih mengenal huruf, suku kata dan

kalimat secara utuh, selain itu siswa juga akan dilatih menyuarakan huruf,

suku kata, hingga membaca kalimat. Metode SAS ini dirasa akan efektif

untuk membantu dan meningkatkan keterampilan membaca permulaan siswa

kelas 1, karena dilihat dari langkah-langkah yang telah dijelaskan, metode ini

akan mempermudah siswa kelas 1 untuk mengembangkan kemampuan

membacanya.

Sejalan dengan pendapatnya Mariana (2014: 5) bahwa metode SAS ini

sangat efektif digunakan untuk mengembangkan keterampilan membaca

permulaan siswa. Hal ini disebabkan karena, pertama, penggunaan metode

SAS dapat memotivasi murid untuk belajar dengan gembira, bebas, aktif, dan

produktif, sehingga kendala psikologis yang sering menghambat murid

seperti rasa enggan, takut, malu dapat teratasi. Hal ini terlihat ketika murid

melaksanakan kegiatan membaca yang semula malu dan takut untuk

membaca menjadi lebih bergairah, gembira, dan semangat dalam

melaksanakan kegiatan membaca. Kedua, hasil membaca lancar murid

semakin meningkat, dari kurang mampu mengenali gambar menjadi tertarik

untuk mengenalinya, dari kurang mampu membaca huruf, suku kata, kata,

dan kalimat sederhana menjadi tertarik menganalisisnya sampai bisa

menguasai kalimat sederhana dengan baik. Frekuensi baca menjadi


7

meningkat dibanding ketika masih menggunakan metode abjad. Ketiga,

murid terlatih untuk berani mengemukakan kesan pembelajaran dan berani

membaca tanpa bimbingan guru.

Kelebihan menggunakan metode SAS adalah metode ini dapat sebagai

landasan berpikir analisis, dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian

rupa membuat siswa mudah mengikuti prosedur dan dapat cepat membaca

pada kesempatan berikutnya, berdasarkan landasan linguistik metode ini

dapat menolong siswa menguasai bacaan dengan lancar.

Berdasarkan dari permasalahan di atas penggunaan metode Struktural

Alalitik Sintetik (SAS) dirasakan sangat berperan dalam meningkatkan

kemampuan membaca permulaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Reni Dwi Astuti tahun 2014 dengan judul “Peningkatan

Keterampilan Membaca dan Menulis Permulaan Menggunakan Metode

Struktural Analitik Sintetik (SAS) pada Siswa Kelas 1 SDN Ngluwer 2

Magelang Jawa Tengah, hasilnya menunjukan bahwa dengan penggunaan

metode SAS dapat meningkatkan keterampilan membaca permulaan siswa.

Sehubungan dengan masalah di atas, peneliti akan membahas dan

menguraikan mengenai cara meningkatkan kemampuan belajar membaca

permulaan dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul

“Penggunaan Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) untuk

Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan pada Siswa Kelas 1 SD

Negeri 3 Awirarangan Kecamatan Kuningan”.


8

B. Diagnosis Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, di temukan beberapa permasalahan

berkaitan dengan keterampilan membaca permulaan siswa kelas I SD Negeri

3 Awirarangan Kuningan.

Permasalahan tersebut diantaranya :

1. Pendidik cenderung menggunakan metode abjad dan kurang terampil

dalam menggunakan metode pembelajaran SAS.

2. Pendidik terlalu memfokuskan pada pembelajaran menulis dibandingkan

dengan pembelajaran membaca.

3. Siswa kurang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) sehingga

keterampilan membaca siswa rendah

C. Fokus Masalah

Banyak faktor yang mempengaruhi terhadap keterampilan membaca

permulaan. Agar penelitian ini lebih terarah, pembahasannya difokuskan pada

aspek-aspek pokok yang diprediksi mampu meningkatkan keterampilan

membaca permulaan. Aspek ini dibatasi pada penggunaan metode SAS.

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini berkaitan dengan

keterampilan membaca permulaan sebagai variabel terikat (variabel Y) dan

penggunaan metode SAS sebagai variabel bebas (variabel X).


9

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat

dirumuskan permasalahan dalam penelitian seperti berikut ini:

1. Bagaimana pelaksanaan penggunaan metode Struktural Analitik Sintetik

(SAS) dalam meningkatkan keterampilan membaca permulaan pada

siswa kelas 1 SD Negeri 3 Awirarangan Kecamatan Kuningan?

2. Bagaimana peningkatan keterampilan membaca permulaan siswa

menggunakan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) pada kelas 1 SD

Negeri 3 Awirarangan Kecamatan Kuningan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian tindakan kelas ini

bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:

1. Pelaksanaan penggunaan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)

dalam meningkatkan keterampilan membaca permulaan pada siswa kelas

1 SD Negeri 3 Awirarangan Kecamatan Kuningan.

2. Peningkatan keterampilan membaca permulaan siswa menggunakan

metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) pada kelas 1 SD Negeri 3

Awirarangan Kecamatan Kuningan.


10

F. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi

dan menambah khasanah metode pembelajaran khususnya dalam

kemempuan membaca permulaan di kelas awal.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan berbagai

metode untuk meningkatkan kemampuan membaca khususnya

membaca permulaan.

b. Bagi siswa

Meningkatkan keterampilan membaca permulaan pada siswa kelas 1

SD Negeri 3 Awirarangan menggunakan metode Struktural Analitik

Sintetik (SAS).

c. Bagi guru

1) Memperbaiki dan meningkatkan keterampilan membaca

permulaan yang selama ini dilaksanakan guru kurang

memberikan motivasi bagi siswa.

2) Mendorong guru untuk meningkatkan profesionalisme dalam

pembelajaran

d. Bagi peneliti

1) Menambah pengetahuan dalam penulisan penelitian/ karya

ilmiah.
11

2) Menambah pengatahuan tentang bidang ilmu yang dipelajari

terutama dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai