Anda di halaman 1dari 85

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG LUAS

BANGUN DATAR MELALUI METODE PEMBELAJARAN


KOOPERATIF TIPE STAD BAGI SISWA KELAS III SEMESTER 2
SDN 1 TANGGUNGHARJO
TAHUN 2015/2016

Oleh:
Nama : EKO SUGIYANTO
NIM : 823681319
E-mail : eko.sg27@gmail.com

ABSTRAK

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah metode pembelajaran


kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang luas bangun
datar pada siswa kelas 3 semester 2 SDN 1 Tanggungharjo tahun 2015/2016?”. Tujuan
penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika Kelas III Semester 2
pada materi pokok menghitung luas bangun datar di SDN 1 Tanggungharjo Grobogan
Tahun 2015/2016..
Hasil penelitian menunjukan penggunaan metode Kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas III SDN 1
Tanggungharjo. Hal ini terlihat dari Siklus I penggunaan metode Kooperatif tipe STAD
terjadi peningkatan yaitu dari 17 siswa sebanyak 11 siswa ( 64,70% ) yang mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dan terjadi peningkatan yang signifikan pada siklus II
yaitu sebanyak 13 siswa (76,47% ) yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Kata kunci: Hasil belajar matematika, Penelitian Tindakan Kelas, model pembelajaran STAD

I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan
Nasional disebutkan bahwa pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Terkait dengan hal tersebut, Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
menyebutkan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah
harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik. Sehingga pendekatan tematik digunakan untuk peserta didik kelas I sampai kelas III.
Dengan pertimbangan waktu dan luasnya kajian permasalahan, maka penelitian ini dibatasi
pada kajian permasalahan pembelajaran matematika di sekolah dasar.
Tujuan pembelajaran matematika adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup
menghadapi perubahan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui
latihan bertindak atas pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efisien
(Puskur, 2002).
Berdasarkan hasil refleksi peneliti yang dilakukan sebelumnya dalam proses
pembelajaran yang dilaksanakan pada tanggal 1 April 2016, menunjukkan bahwa kualitas
pembelajaran matematika kelas III SDN 1 Tanggungharjo Kecamatan Grobogan relatif
rendah. Selain itu, hasil ulangan harian mata pelajaran metematika pada materi menghitung
luas bangun datar sebelumnya menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masuh rendah.
Terdapat 7 siswa (41,18%) yang nilainya diatas KKM dan 10 siswa (58,82%) belum
mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu 65.
Berdasarkan dari kenyataan diatas maka perlu dilakukan suatau tindakan yang dapat
menyelesaikan permasalahan dalam proses pembelajaran di kelas terutama dalam
pembelajaran matematika materi pokok menghitung luas bangun datar. Dalam menyikapi
permasalahan ini peneliti mencoba mengaktifkan siswa dengan mengajak siswa untuk
belajar secara kelompok atau cooperative learning. Pembelajaran kooperatif ini
menempatkan guru sebagai fasillitator.
Metode kooperatif yang paling sederhana adalah STAD (Student Team Achievement
Division). Dimana kelas dibagi menjadi beberapa kelompok-kelompok kecil yang
beranggotakan 3 – 5 siswa. Pembelajaran ini menawarkan suatu model pembelajaran yang
akan menghasilkan individu selain menguasai materi juga mempunyai ketrampilan
kooperatif. Dengan bekal tersebut siswa akan siap menghadapi tantangan jaman yang
membutuhkan sikap saling kerjasama dan mampu bersaing dengan sehat.
Berdasarkan permasalahan pada latar belakang tersebut, peneliti mengadakan
penelitian tentang “Peningkatkan Hasil Belajar Matematika Tentang Luas Bangun Datar
Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Bagi Siswa Kelas III Semester 2 SDN
1 Tanggungharjo Tahun 2015/2016”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, identifikasi masalah dalam penelitian
ini, adalah sebagai berikut:
1. Rendahnya hasil belajar siswa pada materi menghitung luas bangun datar.
2. Kurangnya pemahaman guru terhadap metode/strategi dan pendekatan yang digunakan
dalam pembelajaran, sehingga siswa kurang memahami terhadap materi yang disajikan oleh
guru.
3. Pembelajaran yang disajikan sangat membosankan, guru sangat oteritas dalam menjelaskan
materi pembelajaran.
4. Pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung banyak siswa yang tidak memperhatikan
penjelasan guru.
5. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran.

C. ANALISIS MASALAH
Setelah diadakan refleksi diri dan diskusi dengan teman sejawat, maka ada beberapa
faktor yang menyebabkan siswa tidak berhasil dalam pembelajaran, diantaranya :
1. Guru terlalu cepat dalam memberikan konsep pembelajaran.
2. Guru kurang variasi dalam menyampaikan materi.
3. Guru kurang memotivasi siswa untuk aktif dalam kelas.
4. Guru kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum
dimengerti.

D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah cara meningkatkan hasil belajar matematika tentang luas bangun datar
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas III semester 2
SDN 1 Tanggungharjo tahun 2015/2016?.
2. Apakah metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar
matematika tentang luas bangun datar pada siswa kelas III semester 2 SDN 1 Tanggungharjo
tahun 2015/2016?.

E. TUJUAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Kelas
III Semester 2 Pada Materi Pokok Menghitung Luas Bangun Datar di SDN 1
Tanggungharjo Grobogan Tahun 2015/2016.
Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pemahaman siswa tentang luas bangun datar.
2. Meningkatkan minat siswa dalam proses pembelajaran.
3. Sebagai persyaratan mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) PDGK 4501
pada program S 1 PGSD.

F. MANFAAT PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


Secara umum penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi baik teoritis maupun
praktis pada pengembangan pengetahuan khususnya di sekolah dasar, mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran matematika yang dapat menjadi pendukung teori
untuk kegiatan penelitian-penelitian selanjutnya, dan dapat menambah khasanah bagi dunia
pendidikan.
Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
a. Siswa
Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media kertas berpetak dapat
meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran
matematika materi menghitung luas bangun datar.
b. Guru
Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi guru untuk mengembangkan potensinya dalam
pembelajaran matematika sehingga tercipta pembelajaran yang aktif, kreatif dan
menyenangkan.
c. Sekolah
Penelitian diharapkan akan meningkatkan profesionalitas lembaga dalam penyelengaraan
pendidikan.
II. KAJIAN PUSTAKA
A. HAKIKAT BELAJAR
1. Pengertian belajar
Menurut Siregar dan Nara (2014:5) belajar adalah suatu aktivitas mental pada seorang
individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan yang
relatif konstan. Sementara Aunur Rahman (2009:35) menyatakan bahwa belajar merupakan
suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui
latihan maupun pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor untuk
memperoleh tujuan hidupnya.
2. Pengertian Pembelajaran
Menurut Siregar dan Nara (2014:13) pembelajaran merupakan usaha yang dilaksanakan
secara sengaja, terarah dan terencana, dengan tujuan yang telah disiapkan sebelumnya
sehingga saat pelaksanaan terjadi proses belajar pada seorang individu.
Berdasarkan uraian tersebut, pembelajaran merupakan suatu usaha yang dilaksanakan
secara sengaja, terarah dan terencana, yang memungkinkan terjadinya proses interaksi antara
siswa dengan guru dan lingkungan sekitarnya, baik kelas itu sendiri, model, dan media yang
diperlukan sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.
3. Pengertian Pembelajaran Tematik
Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi menyebutkan bahwa pembelajaran
pada kelas I sampai kelas III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada kelas
IV sampai kelas VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.
Majid (2014:85-87) menyatakan bahwa pembelajaran tematik adalah suatu pendekatan
dalam pembelajaran yang mengaitkan antar konsep dalam intra maupun antar mata pelajaran
sehingga memungkinkan siswa untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh
sehingga membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Singkatnya,
pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu.

4. Rambu-rambu Pembelajaran Tematik


Rambu-rambu pembelajaran tematik menurut Majid (2014:91) sebagai berikut:
a. Tidak semua mata pelajaran harus atau dapat dipadukan.
b. Dimungkinkan adanya penggabungan kompetensi dasar lintas semester.
c. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan jangan dipaksakan untuk dipadukan
d. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan, baik melalui
tema lain maupun disajikan secara mandiri.
e. Proses pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta
penanaman nilai-nilai moral dan sosial.
f. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan dan
kehidupan keseharian siswa serta cukup problematik atau populer.
5. Pembelajaran Matematika
Matematika berasal dari bahasa latin yaitu mathematika yang artinya mempelajari.
Menurut James dan James ( 1976 ) mengemukakan bahwa matematika merupakan ilmu
tentang logika, mengenai bentuk susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu
dengan lainnya.
a. Peranan Pembelajaran Matematika
Peranan pembelajaran matematika merupakan bekal pengetahuan dan pembentukan
sikap serta pola pikir, agar dapat hidup layak, dan dapat memajukan Negara serta matematika
itu sendiri dalam rangka melestarikan dan mengembangkannya.
b. Fungsi Pembelajaraan Matematika
Fungsi pembelajaran matematika yaitu:
a) Sebagai media atau sarana siswa dalam mencapai kompetensi.
b) Sebagai alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan.
c) Sebagai alat untuk memecahkan masalah.
d) Sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan suatu informasi.
c. Tujuan Pembelajaran Matematika
Tujuan pembelajaran matematika yaitu:
a) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan.
b) Mengembangkan aktifitas kreatif.
c) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
d) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau gagasan.
d. Hakikat Pembelajaran Matematika SD
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) mata pelajaran matematika perlu
diajarkan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar. Hal ini dimaksudkan untuk
membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan
kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik
dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelolah, dan memanfaatkan informasi untuk
bertahan hidup.

B. METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD


1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Anitah (2009:3.7) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran
yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa dapat bekerja sama memaksimalkan
kegiatan belajarnya. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil setelah mendapat
pengantar materi kemudian diberi tugas oleh guru untuk didiskusikan bersama-sama.
Pembagian kelas tersebut dilakukan secara heterogen. Tujuan dibentuknya kelompok
tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat aktif
dalam proses berpikir dan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok
adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru dan saling membantu teman
sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar (Trianto, 2007:41).
2. Teori Belajar yang Mendasari Model Pembelajaran Kooperatif STAD
Beberapa landasan teori yang mendasari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD adalah teori belajar konstruktivis, teori perkembangan kognitif dan teori pembelajaran
sosial.
a. Teori Belajar Konstruktivis
Teori konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan
lama dan merevisinya apabila aturan tersebut tidak lagi sesuai. Siswa harus membangun
sendiri pengetahuan dalam pikirannya dengan cara mengasimilasi dan mengakomodasi
informasi baru yang dterimanya.
b. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Menurut Piaget (dalam Siregar dan Nara, 2014:32-33), proses belajar terdiri dari tiga
tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi. Asimilasi adalah proses pengintegrasian
informasi baru ke dalam struktur kognitif yang sudah ada sebelumnya. Akomodasi adalah
proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru terbentuk. Sedangkan
equilibrasi adalah penyeimbang atau penyambung antara proses asimilasi dan akomodasi.
Implikasi teori Piaget tersebut, jelaslah guru harus mampu menciptakan keadaan
kondusif yang mendukung siswa untuk menemukan pengalaman nyata. Dalam hal ini, guru
bertindak sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa.
c. Teori Pembelajaran Sosial Vygotsky
Vigotsky (dalam Trianto, 2011:76-77) berpendapat bahwa proses pembelajaran akan
terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-
tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka yang disebut zone of proximal
development, yaitu daerah tingkat perkembangan sedikit tersebut merupakan daerah
perkembangan seseorang saat ini.
3. Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)
Student Teams Achievement Division (STAD) ini dikembangkan oleh Slavin, merupakan
salah satu tipe cooperative learning yang menekankan interakssi diantara siswa untuk saling
memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi dan pencapaian prestasi secara
maksimal, dan juga merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran
kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan
kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang
efektif.
Gagasan utama STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung
dan membantu satu sama lain dalam menguasi pengetahuan yang diajarkan oleh guru. Jika
para siswa ingin agar timnya mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman
satu timnya untuk mempelajari materinya.
4. Kebaikan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Menurut Slavin dalam Hartati (1997:21) cooperative learning mempunyai kelebihan
sebagai berikut:
a) Dapat mengembangkan prestasi siswa.
b) Meningkatkan rasa percaya diri siswa.
c) Strategi kooperatif memberikan perkembangkan yang berkesan pada hubungan interpersonal
di antara anggota kelompok yang berbeda etnis.
Menurut Slavin dalam Hartati (1997 : 21) cooperative learning mempunyai kekurangan
sebagai berikut:
a) Apabila guru terlena tidak mengingatkan siswa agar selalu menggunakan keterampilan-
keterampilan kooperatif dalam kelompok maka dinamika kelompok akan tampak macet.
b) Apabila jumlah kelompok tidak diperhatikan penbelajaran kelompok akan kacau.
c) Apabila ketua kelompok tidak dapat mengatasi konflik-konflik yang timbul secara
konstruktif, maka kerja kelompok akan kurang efektif.

C. HASIL DAN PRESTASI BELAJAR


1. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Sudjana ( Kunandar,2008:276 ) bahwa hasil belajar adalah suatu akibat dari
proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara
terencana baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Sedangkan Nasution ( Kunandar,
2008:276 ) berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang
belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan
penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar.
2. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan
belajar. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang
menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Sedangkan belajar adalah
sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan.
3. Faktor - faktor Yang Mempengaruhi Pretasi Belajar
Faktor-faktor yang memepengaruhi hasil belajar yaitu:
1. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang berpengaruh terhadap
hasil belajar diantaranya kecakapan, minat, bakat, usaha, motifasi, perhatian, kelemahan, dan
kesehatan serta kebiasaan siswa.
2. Faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar
diantaranya adalah lingkungan fisik dan non fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan
keluarga, program sekolah, guru, pelaksanaan pembelajaran, dan teman sekolah.

III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


A. SUBJEK, TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
1. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas III SD Negeri 1 Tanggungharjo tahun
ajaran 2015/2016, Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan. Dengan jumlah 17 anak yang
terdiri 10 siswa laki-laki, dan 7 siswa permpuan. Sedangkan selaku pengamat adalah guru
kelas VI (Supervisor 2) dan Kepala SDN 1 Tanggungharjo yang bertugas mencatat dan
merekam semua kegaitan pelaksanaan tindakan sebagai data penelitian.
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian direncanakan di kelas III SD Negeri 1 Tanggungharjo, Kecamatan
Grobogan, Kabupaten Grobogan. SD tersebut merupakan tempat penulis bertugas mengajar
sebagai guru kelas III, sehingga penulis memahami masalah yang mendesak untuk segera
diatasi, disamping itu memudahkan penulis dalam menggali data-data yang diperlukan
penelitian.
3. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian pada semester II tahun ajaran 2015/2016, selama 3
minggu, dengan rincian pra siklus tanggal 1 April 2016, siklus I tanggal 7 April 2016 dan
siklus II tanggal 15 April 2016. Kegiatan penelitian tersebut meliputi persiapan penelitian,
koordinasi persiapan tindakan, pelaksanaan (perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
refleksi), serta penyusunan laporan dan pengiriman laporan.

B. DESAIN PROSEDUR PERBAIKAN PEMBELAJARAN


1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang dilakukan menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). PTK bertujuan untuk meneliti dan menelusuri akar persoalan yang muncul di kelas.
Setelah itu mencari solusi dan jalan keluar terbaik yang bisa dilakukan untuk
menyelesaikannya (Muliawan, 2010).
Menurut Arikunto (2014:16) secara garis besar terdapat empat tahapan yang dilalui
dalam melaksanakan penelitian tindakan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi.
a. Perencanaan
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam setiap siklus untuk memperbaiki proses
pembelajaran. Dengan demikian, perencanaan yang disusun harus dijadikan pedoman
seutuhnya dalam proses pembelajaran (Sanjaya, 2013:78).
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan guru berdasarkan perencanaan
yang telah disusun sebelumnya. Tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan oleh guru
untuk menyelesaikan masalah. Tindakan dilakukan sesuai program pembelajaran tanpa
adanya rekayasa untuk kepentingan penelitian (Sanjaya, 2013:79).
c. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang proses pembelajaran yang
dilakukan guru sesuai dengan tindakan yang telah direncanakan. Melalui pengumpulan
informasi, observer dapat mencatat berbagai kelemahan dan kekuatan yang dilakukan guru
dalam melaksanakan tindakan, sehingga hasilnya dapat dijadikan masukan ketika guru
melakukan refleksi untuk penyusunan rencana siklus berikutnya (Sanjaya, 2013:79-80).
d. Refleksi
Refleksi adalah aktivitas melihat berbagai kekurangan yang dilaksanakan guru selama
tindakan melalui diskusi dengan observer. Sehingga guru dapat mengetahui berbagai
kekurangan yang perlu diperbaiki dan dapat dijadikan dasar dalam penyusunan rencana ulang
(Sanjaya, 2013:80).
2. Perencanaan Tahap Penelitian
a. Siklus I
1. Perencanaan
a. Identifikasi masalah dan perumusan masalah.
b. Menyusun RPP menggunakan metode kooperatif tipe STAD.
c. Menyususn lembar observasi.
d. Marancang tes formatif dan post test.
2. Pelaksanaan
Langkah-langkah kegiatan dalam perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut :
A. Kegiatan awal ( 15 menit )
a. Mengucapkan salam dan mengajak siswa berdoa.
b. Mengadakan absensi murid.
c. Guru melakukan tanya jawab untuk mengingatkan kembali tentang materi luas persegi dan
persegi panjang.
d. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, cakupan materi, dan kegiatan pembelajaran yang
akan dilaksanakan berhubungan dengan pertanyaan yang diberikan.
B. Kegiatan inti ( 35 menit )
Eksplorasi
a. Guru membentuk kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa. Pengelompokkan
heterogen ini berdasarkan nilai ulangan yang diperoleh dari kondisi awal siswa (Pra Siklus).
b. Guru menjelaskan materi secara klasikal kepada siswa yang sudah dikelompokkan
sebelumnya.
c. Guru membagikan lembar kerja kepada masing-masing kelompok.
Elaborasi
a. Siswa mengerjakan soal yang telah diberikan oleh guru. Apabila ada siswa dalam suatu
kelompok mengalami kesulitan dalam memahami materi ataupun menyelesaikan lembar
kerja disarankan untuk meminta bantuan kepada siswa dalam kelompoknya terlebih dahulu
sebelum kepada guru.
b. Guru memfasilitasi kepada masing-masing kelompok apabila dalam kelompok tersebut
mengalami kesulitan dalam memahami soal atau mengerjakan lembar kerja.
Konfirmasi
a. Guru menghentikan program pengelompokkan dan menjelaskan konsep-konsep yang belum
dipahami dengan strategi pemecahan masalah yang relevan.
b. Guru bersama siswa membuat simpulan hasil pembelajaran.
C. Kegiatan akhir ( 20 menit )
a. Siswa mengerjakan lembar evaluasi.
b. Guru mengadakan penilaian.
3. Pengamatan
a. Observer mengamati jalannya pembelajaran.
b. Observer mencatat semua temuan pada soal proses pembelajaran melalui lembar observasi
untuk mengamati keterampilan guru serta aktifitas siswa dalam pembelajaran.
c. Peneliti dan pengamat berdiskusi tentang temuan dalam proses pembelajaran dan mengambil
kesimpulan sebagai hasil refleksi.
4. Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti bekerjasama dengan teman sejawat dan berkonsultasi
dengan pembimbing untuk mencatat semua temuan dalam perbaikan pembelajaran, yang
meliputi:
a. Mengkaji pelaksanaan pembelajaran dan efek tindakan pada siklus I.
b. Mengevaluasi secara umum proses dan hasil pembelajaran siklus I.
c. Membuat daftar permasalahan yang muncul pada siklus I.
d. Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk siklus selanjutnya.
b. Siklus II
1. Perencanaan
a. Hasil refleksi siklus I sebagai dasar perencanaan pada siklus II.
b. Mengecek kembali lembar observasi, sebagai panduan bagi observer dalam mengobservasi
pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
c. Menganalisis Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator, dan tujuan
pembelajaran sebagai acuan membuat RPP.
e. Menyusun RPP menggunakan metode kooperatif tipe STAD dan penggunaan media kertas
berpetak.
f. Menyiapkan sumber belajar dan media pembelajaran.
g. Menyusun lembar observasi sebagai panduan bagi observer dalam mengobservasi
pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
h. Marancang tes formatif dan post test.
2. Pelaksanaan
Langkah-langkah kegiatan dalam perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut :
A. Kegiatan awal ( 15 menit )
a. Guru mengucapkan salam serta mengajak siswa berdoa.
b. Guru mengadakan absensi murid.
c. Guru melakukan tanya jawab untuk mengingatkan kembali tentang materi luas persegi dan
persegi panjang.
d. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, cakupan materi, dan kegiatan pembelajaran yang
akan dilaksanakan berhubungan dengan pertanyaan yang diberikan.
B. Kegiatan inti ( 35 menit )
Eksplorasi
a. Guru membentuk kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa. Pengelompokkan
heterogen ini berdasarkan nilai ulangan materi luas bangun datar yang diperoleh dari siklus 1.
b. Guru menjelaskan materi secara klasikal kepada siswa yang sudah dikelompokkan
sebelumnya.
c. Guru membagikan lembar materi, lembar kerja (individu dan kelompok) kepada masing-
masing kelompok.
Elaborasi
a. Siswa mengerjakan soal yang telah diberikan oleh guru. Apabila ada siswa dalam suatu
kelompok mengalami kesulitan dalam memahami materi ataupun menyelesaikan lembar
kerja disarankan untuk meminta bantuan kepada siswa dalam kelompoknya terlebih dahulu
sebelum kepada guru.
b. Guru memfasilitasi kepada masing-masing kelompok apabila dalam kelompok tersebut
mengalami kesulitan dalam memahami soal atau mengerjakan lembar kerja.
Konfirmasi
a. Guru menghentikan program pengelompokkan dan menjelaskan konsep-konsep yang belum
dipahami dengan strategi pemecahan masalah yang relevan.
b. Guru bersama siswa membuat simpulan hasil pembelajaran.
C. Kegiatan akhir ( 20 menit )
a. Siswa mengerjakan lembar evaluasi.
b. Guru mengadakan penilaian.
3. Pengamatan
a. Observer mencatat semua temuan pada soal proses pembelajaran
b. Observer mencatat semua temuan pada soal proses pembelajaran melalui lembar observasi
untuk mengamati keterampilan guru serta aktifitas siswa dalam pembelajaran.
c. Peneliti dan pengamat berdiskusi tentang temuan dalam proses pembelajaran dan mengambil
kesimpulan sebagai hasil refleksi.
4. Refleksi
a. Mengkaji pelaksanaan pembelajaran dan efek tindakan pada siklus II.
b. Mengevaluasi secara umum proses dan hasil pembelajaran siklus II.
c. Merencanakan perbaikan pembelajaran untuk mempertahankan mutu secara berkelanjutan.
d. Membuat simpulan dan laporan.

C. DATA DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA


1. Sumber Data
Data yang dikaji dalam penelitian ini, meliputi :
1. Siswa kelas III SDN 1 Tanggungharjo, Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan.
2. Peristiwa yang terjadi pada saat kegiatan belajar mengajar.
3. Dokumen berupa daftar nilai hasil belajar siwa.
4. Lembar pengamatan.
2. Jenis Data
a. Data Kuantitatif
Sugiyono (2010:23) menjelaskan bahwa data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka
atau bilangan. Data kuantitatif berupa hasil belajar siswa yang diperoleh dari hasil evaluasi
pada pembelajaran matematika tema pariwisata melalui metode kooperatif tipe STAD dan
penggunaan media kertas berpetak.
b. Data Kualitatif
Sugiyono (2010:23) menerangkan bahwa data kualitatif adalah data yang berbentuk kalimat
atau gambar. Data kualitatif berupa hasil observasi terhadap keterampilan guru, aktivitas
siswa dan catatan lapangan dalam pembelajaran matematika tema pariwisata melalui metode
kooperatif tipe STAD dan penggunaan media kertas berpetak.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan ini yaitu :
a. Tes
Tes dalam penelitian ini menggunakan bentuk tes formatif. Tes formatif ini digunakan untuk
mengukur tingkat keberhasilan siswa kelas III SDN 1 Tanggunghrjo pada ranah kognitif dan
diberikan pada akhir pertemuan pada tindakan siklus I maupun siklus II.
b. Non Tes
Non tes dalam penelitian ini berupa observasi aktivitas siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran dengan penerapan metode kooperatif tipe STAD selama proses belajar
mengajar berlangsung.

D. TEKNIK ANALISIS DATA


Teknik analisis data yang digunakan ada yang bersifat kuantitatif dan kaulitatif. Data
yang diperoleh dikategorikan dan diklasifikasikan berdasarkan analisis kaitan logisnya,
kemudian disajikan secara aktual dan sistematis dalam keseluruhan permasalahan dan
kegiatan penelitian.
Data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif dianalisis dengan menggunakan teknik
analisis deskriptif dengan menentukan mean dan ketuntasan belajar secara individual maupun
klasikal dan ditampilkan dalam bentuk persentase. Analisis tingkat keberhasilan atau
ketuntasan belajar siswa setelah pembelajaran berlangsung pada setiap siklusnya.
Data kualitatif berupa data hasil observasi proses pembelajaran, catatan lapangan, dan
angket dalam pembelajaran. Data kualitatif dalam penelitian berupa data hasil observasi
keterampilan guru dan aktivitas diorganisasikan ke dalam kategori sangat baik, baik, cukup,
dan kurang sesuai dengan skor yang telah ditetapkan.

E. INDIKATOR KEBERHASILAN
Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila keterampilan guru dalam
pembelajaran dapat meningkat serta hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika
mencapai ketuntasan 75% dengan nilai KKM 65. Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang
diperoleh belum mencapai angka tersebut, penelitian akan terus dilakukan sampai hasil
tersebut dicapai.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
1. Deskripsi Data Prasiklus
Data awal hasil belajar siswa kelas III SDN 1 Tanggungharjo Grobogan yang diperoleh
sebelum diadakan siklus (prasiklus) yaitu terdapat 10 siswa (58,82%) belum berhasil
mencapai KKM. Adapun KKM yang ditetapkan oleh sekolah adalah 65. Jumlah siswa yang
mengalami ketuntasan belajar adalah 7 siswa (41,18%) dengan nilai terendah 30 dan nilai
tertinggi 100.
2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I
a. Perencanaan
Hasil perencanaan berupa merancang pembelajaran dengan menerapkan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD, membuat rencana perbaikan pembelajaran, menyusun
lembar observasi, dan merancang tes formatif.
b. Pelaksanaan
Siklus I dilaksanakan pada Kamis, 7 April 2016 di kelas III SDN 1 Tanggungharjo
Grobogan dengan jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran adalah 17 siswa. Pokok
bahasan pada siklus I yaitu mengenai menentukan cara menghitung luas persegi dan persegi
panjang dengan alokasi waktu 2x35 menit. Pelaksanaan siklus ini merupakan penerapan dari
metode pembelajaran kooperatif tipe STAD yang meliputi pra-kegiatan, kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
a) Kegiatan awal
Berupa berdoa, mencatat kehadiran siswa, menyiapkan buku pelajaraan, mengadakan
apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
b) Kegiatan inti
Berupa informasi penjelasan materi pelajaran mengadakan tanya jawab membentuk
kelompok diskusi, membagikan lembar kerja (LKS) melaporkan hasil diskusi dan
menyimpulkan hasil diskusi kelas.
c) Kegiatan akhir
Berupa pelaksanaan tes formatif, mengoreksi hasil tes sehingga guru dapat mengukur
keberhasilan proses pembelajaran melalui ketuntasan nilai yang diperoleh siswa. Kegiatan
pembelajaran di akhiri dengan memberikan motivasi agar siswa lebih giat belajar.
c. Pengamatan / observasi
Dalam melaksanakan pengamatan peneliti menggunakan format lembar observasi.
Observasi di tekankan pada kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dan partisipasi siswa selama proses pembelajaran.
Adapun hasil pengamatannya sebagai berikut :
a) Hasil Observasi Kegiatan Guru
Data Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I yang dilakukan oleh teman sejawat
dapat diuraikan sebagai berikut :
Ketika pra pembelajaran sudah mempersiapkan alat dan media yang diperlukan dalam
pembelajaran, termasuk memeriksa kesiapan siswa.
Pada waktu membuka pelajaran guru kurang memberikan motivasi terkait dengan materi
ajar, menyampaikan tujuan pembelajaran/ kompetensi yang hendak dicapai.
Pada kegiatan inti, guru menunjukkan penguasaan materi pembelajaran sehingga dapat
mengaitkan antara materi dengan pengetahuan lain yang relevan dan realitas kehidupan, dan
disampaikan dengan jelas, sesuai dengan hirarki belajar dan karakteristik siswa.
Guru melaksanakan pembelajaran yang bersifat kooperatif sesuai dengan langkah
kegiatan yang direncanakan, sesuai dengan tujuan/kompetensi yang hendak dicapai,
menumbuhkan partisipasi aktif siswa, memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa dengan
sumber belajar, menggunakan bahasa lisan dan tertulis dengan baik.
Dalam hal penilaian proses dan hasil belajar, guru sudah cukup baik memantau kemajuan
belajar siswa selama proses pembelajaran dan melakukan penilaian akhir sesuai dengan
kompetensi (tujuan) yang telah dibuat, penyampaian pesan pembelajaran dengan bahasa lisan
dan tulis secara jelas, baik, dan benar.
Kegiatan akhir, guru melakukan refleksi dan merangkum materi bersama siswa,
melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan dan tugas pekerjaan rumah.
b) Hasil Observasi Kegiatan Siswa
Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I diperoleh data sebagai berikut :
Pada kegiatan pra pembelajaran siswa menerima pembelajaran, dan mendengarkan
secara seksama saat dijelaskan kompetensi yang akan dicapai.
Pada waktu kegiatan inti, siswa memperhatikan dengan serius ketika dijelaskan materi
pelajaran, aktif bertanya saat proses penjelasan materi, terjadi interaksi positif antara siswa-
siswa-guru, siswa-materi pelajaran. Siswa mengerjakan tugas kerja kelompok dengan tenang
.
Kegiatan akhir, siswa turut aktif merangkum kesimpulan dari materi pelajaran, dan siap
menerima tugas pekerjaan rumah.
c) Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa
Hasil belajar ranah kognitif siswa pada siklus I merupakan hasil tes individu pada
pembelajaran matematika melalui metode pembelajaran kooperatif STAD. Nilai dari setiap
siswa dapat diketahui dari hasil pengerjaan tes tertulis. Jumlah siswa yang mengikuti tes
siklus I adalah 17 siswa. Hasil tes pembelajaran siklus 1 menunjukkan bahwa rata-rata hasil
belajar ranah kognitif siswa dalam pembelajaran matematika melalui metode pembelajaran
kooperatif STAD adalah 63,52, dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 35. Jumlah siswa
tuntas 11 siswa dan belum tuntas 6 siswa, sehingga persentase ketuntasan belajar klasikal
adalah 64,70% dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar ranah kognitif
siswa pada siklus I belum memenuhi kriteria ketuntasan klasikal yang ditentukan yaitu 75%.
d. Refleksi Siklus I
Pada tahan refleksi, peneliti bekerja sama dengan teman sejawat berkonsultasi pada
pembimbing untuk mencatat semua temjuan dalam perbaikan pembelajaran, yang meliputi
kelebihan dan kelemahan pada perbaikan siklus I. Tujuan dari refleksi penelitian tindakan
adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada siklus II agar pembelajaran
berikutnya semakin baik. Adapun kekurangan dan kelebihan pada siklus I adalah sebagai
berikut.
1. Keberhasilan
a) Motivasi dan minat belajar siswa sudah meningkat.
b) Secara keseluruhan guru telah melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan baik dalam
proses perbaikan pembelajaran.
c) Adanya peningkatan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran .
d) Hasil belajar ada peningkatan dari sebelum diadakan perbaikan pembelajaran.
2. Kekurangan
a) Masih ada siswa yang kurang memahami materi.
b) Ketrampilan siswa dalam menjawab soal masih kurang.
c) Hasil belajar perlu ditingkatkan lagi.
d) Siswa perlu bimbingan guru dalam mengerjakan tugas.
e. Perbaikan Siklus I
Berdasarkan refleksi yang telah diuraikan tersebut, maka perlu adanya perbaikan baik
dari guru maupun siswa pada seluruh aspek penilaian siklus I untuk tahap pelaksanaan pada
siklus II sebagai berikut.
a. Pada awal pembelajaran, guru perlu memberikan motivasi pada agar siap dan fokus dalam
mengikuti pembelajaran.
b. Dalam menjelaskan manfaat materi, guru seharusnya menyebutkan manfaat materi secara
keseluruhan tidak hanya terfokus pada materi tertentu.
c. Penyampaian tujuan pembelajaran seharusnya disampaikan dengan jelas sehingga siswa
mengetahui kegiatan pembelajaran dan batasan materi pada hari tersebut.
d. Guru perlu menciptakan kondisi kelas yang baik dalam pembelajaran dengan menegur secara
tegas siswa yang membuat gaduh.

e. Guru perlu mengajak siswa untuk lebih aktif dalam berpendapat, bertanya dan menanggapi,
baik saat diskusi maupun diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan.
f. Guru perlu membimbing siswa secara berkelompok dengan mengadakan pendekatan secara
pribadi.
g. Pada akhir pembelajaran guru perlu melibatkan siswa secara aktif dalam menyimpulkan dan
merefleksi kegiatan pembalajaran pada hari tersebut. Kemudian mengajak siswa untuk
berdoa.
3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II
a. Perencanaan
Hasil perencanaan berupa merancang pembelajaran dengan menerapkan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD serta penggunaan media kertas berpetak, membuat
rencana perbaikan pembelajaran, menyusun lembar observasi, dan merancang tes formatif.
b. Pelaksanaan
Siklus II dilaksanakan pada Jum’at, 15 April 2016 di kelas III SDN 1 Tanggungharjo
Grobogan dengan jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran adalah 17 siswa. Pokok
bahasan pada siklus II yaitu mengenai menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas
persegi dan persegi panjang dengan alokasi waktu 2x35 menit. Pelaksanaan siklus ini
merupakan penerapan dari metode pembelajaran kooperatif tipe STAD serta penggunaan
media pembelajaran kertas berpetak yang meliputi pra-kegiatan, kegiatan awal, kegiatan inti,
dan kegiatan akhir.
a) Kegiatan awal
Guru masuk ke dalam kelas dengan mengucapkan salam, meminta siswa untuk duduk di
tempat duduknya masing-masing, dan mempersiapkan diri. Guru meminta ketua kelas untuk
memimpin teman-temannya berdoa, selanjutnya melakukan presensi dan menyiapkan
perangkat pembelajaran. Guru menanyakan kabar siswa dilanjutkan dengan mengulas materi
sebelumnya dengan bertanya jawab pada siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
dan manfaat materi yang dipelajari pada hari tersebut.
b) Kegiatan inti
Guru memberikan penjelasan singkat mengenai materi pelajaran dan mengadakan tanya
jawab dengan siswa mengenai materi tersebut. Guru memberikan membentuk kelompok
diskusi, memberikan lembar materi, lembar kerja siswa dan meminta siswa untuk
mendiskusikan permasalahan yang diberikan. Tiap kelompok maju ke depan kelas untuk
melaporkan hasil diskusinya dan siswa lainnya diminta untuk memperhatikan. Guru
memberikan konfirmasi tentang jawaban dari setiap permasalahan yang diberikan,
melaporkan hasil diskusi dan menyimpulkan hasil diskusi kelas.
c) Kegiatan akhir
Guru memberi kesempatan bertanya pada seluruh siswa kemudian mengajak siswa
menyimpulkan dan merefleksi kegiatan pembelajaran pada hari tersebut. Guru memberikan
soal evaluasi untuk dikerjakan. Setelah soal evaluasi dikumpulkan, guru memberi tindak
lanjut berupa arahan pada siswa untuk belajar kembali tentang materi yang dipelajari. Guru
mengakhiri pembelajaran dengan berdoa dan mengucapkan salam.
c. Pengamatan / observasi
Dalam melaksanakan pengamatan peneliti menggunakan format lembar observasi.
Observasi di tekankan pada kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan penggunaan media kertas berpetak, serta
partisipasi siswa selama proses pembelajaran. Adapun hasil pengamatannya sebagai berikut :
a) Hasil Observasi Kegiatan Guru
Data Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II yang dilakukan oleh teman sejawat
dapat diuraikan sebagai berikut :
Ketika pra pembelajaran sudah mempersiapkan alat dan media yang diperlukan dalam
pembelajaran, termasuk memeriksa kesiapan siswa.
Pada waktu membuka pelajaran guru memberi pertanyaan apersepsi terkait dengan
materi ajar, menyampaikan tujuan pembelajaran/ kompetensi yang hendak dicapai.
Pada kegiatan inti, guru menunjukkan penguasaan materi pembelajaran sehingga dapat
mengaitkan antara materi dengan pengetahuan lain yang relevan dan realitas kehidupan, dan
disampaikan dengan jelas, sesuai dengan hirarki belajar dan karakteristik siswa.
Terhadap model pembelajaran kooperatif, guru melaksanakan pembelajaran yang
bersifat kooperatif sesuai dengan langkah kegiatan yang direncanakan, sesuai dengan
tujuan/kompetensi yang hendak dicapai, menumbuhkan partisipasi aktif siswa, memfasilitasi
terjadinya interaksi antara siswa dengan sumber belajar, menggunakan bahasa lisan dan
tertulis dengan baik.
Dalam hal penilaian proses dan hasil belajar, guru sudah cukup baik memantau kemajuan
belajar siswa selama proses pembelajaran dan melakukan penilaian akhir sesuai dengan
kompetensi (tujuan) yang telah dibuat, penyampaian pesan pembelajaran dengan bahasa lisan
dan tulis secara jelas, baik, dan benar.
Kegiatan akhir, guru melakukan refleksi dan merangkum materi bersama siswa,
melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan dan tugas pekerjaan rumah.
b) Hasil Observasi Kegiatan Siswa
Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II diperoleh hasil observasi ketika proses
pembelajaran berlangsung, sebagai berikut :
Pada kegiatan pra pembelajaran siswa menerima pembelajaran, dan mendengarkan
secara seksama saat dijelaskan kompetensi yang akan dicapai.
Pada waktu kegiatan inti, siswa memperhatikan dengan serius ketika dijelaskan materi
pelajaran, aktif bertanya saat proses penjelasan materi, terjadi interaksi positif antara siswa-
siswa-guru, siswa-materi pelajaran. Siswa mengerjakan tugas kerja kelompok dengan tenang
.
Kegiatan akhir, siswa turut aktif merangkum kesimpulan dari materi pelajaran, dan siap
menerima tugas pekerjaan rumah.
c) Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa
Hasil belajar ranah kognitif siswa pada siklus II merupakan hasil tes individu pada
pembelajaran matematika melalui metode pembelajaran kooperatif STAD dan penggunaan
alat peraga kertas berpetak. Nilai dari setiap siswa dapat diketahui dari hasil pengerjaan tes
tertulis yang berjumlah 8 soal uraian. Jumlah siswa yang mengikuti tes siklus II adalah 17
siswa. Hasil tes siklus II menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar ranah kognitif siswa
dalam pembelajaran matematika melalui metode pembelajaran kooperatif STAD dan
penggunaan media kertas berpetak adalah 68,82, dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah
40. Jumlah siswa tuntas 13 siswa dan belum tuntas 4 siswa, sehingga persentase ketuntasan
belajar klasikal adalah 76,47%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar ranah kognitif siswa
pada siklus II telah memenuhi kriteria ketuntasan klasikal yang ditentukan yaitu 75%.
d. Refleksi Siklus II
Data yang diperoleh pada penelitian siklus II berupa keterampilan guru, aktivitas siswa,
dan hasil belajar siswa pada pembelajaran pembelajaran matematika kompetensi dasar
menghitung luas bangun datar dengan Metode kooperatif tipe STAD. Selanjutnya peneliti
bersama kolaborator menetapkan refleksi.
Hasil tes evaluasi siswa menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar ranah kognitif siswa
pada siklus II adalah 68,82. Siswa yang memenuhi KKM berjumlah 13 siswa dan siswa yang
belum memenuhi KKM sebanyak 4 siswa. Sehingga persentase ketuntasan belajar klasikal
sebesar 76,47%. Dengan demikian, hasil belajar ranah kognitif siswa telah memenuhi kriteria
ketuntasan klasikal yang ditetapkan yaitu 75%.
Berdasarkan hasil refleksi tersebut, maka pembelajaran matematika kompetensi dasar
menghitung luas bangun datar dengan metode kooperatif tipe STAD sudah meningkatkan
keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa. Terbukti dengan tercapainya
indikator keberhasilan yang diharapkan pada aspek tersebut. Mengacu pada hasil tersebut,
penelitian diberhentikan hanya sampai pada siklus II.

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


1. Perkembangan Ketrampilan Guru
Keterampilan guru pada pembelajaran matematika kompetensi dasar menghitung luas
bangun datar dengan metode kooperatif tipe STAD pada siklus I dan II mengalami
peningkatan setiap siklusnya. Peningkatan tersebut terjadi karena adanya perbaikan
pelaksanaan tindakan pada siklus sebelumnya. Guru melakukan apersepsi dapat menarik
perhatian siswa, guru menunjukkan penguasaan materi sehingga dapat mengaitkan materi
dengan pengetahuan yang relevan dan realita kehidupan sehari-hari, penyampian materi
cukup jelas sesuai dengan hirarki belajar dan karakteristik siswa.
2. Perkembangan Aktifitas Siswa
Berdasarkan hasil observasi, dokumentasi yang berupa foto selama pembelajaran siklus I
dan siklus II, pada dasarnya sebagaian besar siswa merespon postif terhadap kegiatan
pembelajaran matematika kompetensi dasar menghitung luas bangun datar dengan metode
kooperatif tipe STAD. Siswa menjadi semangat dan senang dalam mengikuti pembelajaran.
Dengan demikian, perbaikan yang dilakukan sangat bermanfaat dan berpengaruh pada siswa.
Siswa lebih berkonsentrasi pada pembelajaran sehingga hasil tes siswa menjadi baik.

C. IMPLIKASI HASIL PENELITIAN


Implikasi hasil penelitian ini mencakup tiga hal, yaitu implikasi teoretis, implikasi
praktis, dan implikasi pedagogis.
Implikasi teoretis penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang Penelitian
Tindakan Kelas (PTK), sehingga dapat mendorong dan memotivasi para guru untuk
melakukan penelitian sejenis sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dan
profesionalisme seorang guru. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi
para guru untuk mengembangkan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan.
Implikasi praktis penelitian ini yaitu adanya temuan-temuan positif yang mengarah pada
perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran matematika.
Implikasi pedagogis hasil penelitian ini adalah adanya peningkatan kualitas pembelajaran
Matematika yang meliputi : keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa
melalui metode pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas III SDN 1
Tanggungharjo Grobogan.

V. SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT


A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti dapat
simpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil
belajar murid kelas III SD Negeri 1 Tanggungharjo pada pembelajaran matematika materi
menghitung luas bangun datar. Terlihat bahwa hasil evaluasi pada pra siklus hanya 7 orang
(41,18%) murid yang mencapai target KKM yaitu 65. Kemudian, setelah pelaksanaan
tindakan siklus I terdapat 11 murid (64,70%) yang telah mencapai target KKM, dan pada
hasil evaluasi siklus II terdapat 13 (76,47%) murid yang telah mencapai nilai KKM.
Berdasarkan simpulan tersebut, maka hipotesis tindakan bahwa melalui model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa,
dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada materi pokok luas bangun datar
di kelas III SDN 1 Tanggungharjo Grobogan telah terbukti kebenarannya.

B. SARAN TINDAK LANJUT


Berdasarkan hasil penelitian dalam pembelajaran, maka peneliti dapat memberikan saran
bagi:
a. Guru
Guru hendaknya menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam
pembelajaran matematika. Selain itu, guru perlu meningkatkan keterampilan dasar
mengajarnya sehingga dapat membantu siswa untuk mencapai tingkat perkembangannya
secara optimal serta mengembangkan model pembelajaran inovatif yang dipadukan dengan
media yang menarik sesuai karakteristik siswa dan materi pembelajaran.
b. Siswa
Siswa harus lebih percaya diri dalam bertanya, menjawab, maupun memberi tanggapan
pada saat pembelajaran. Selain itu, siswa harus lebih memperhatikan materi yang
disampaikan guru termasuk presentasi kelompok diskusi. Sehingga kegiatan pembelajaran
dapat berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.
c. Sekolah
Penelitian dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menjadi alternatif
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah sehingga kualitas pembelajaran
tersebut dapat dipertahankan secara terus-menerus.

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, Sri dkk. (2011). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Depdiknas. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD/MI. Jakarta: Depdiknas.
_________. ( 2007). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Jakarta: Depdiknas.
Hamalik, Oemar. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Herrhyanto, Nar dan Akib Hamid. (2011). Statistika Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Huda, Miftahul. (2011). Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Nasution, (2006). Berbagai pendekatan dalam proses belajar & mengajar. Bandung: PT Bumi
Aksara.
Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. (2005). Jakarta:
Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional.
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. (2006). Jakarta: Menteri Pendidikan
Nasional.
Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses: untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. (2007). Jakarta: BSNP
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (2003). Jakarta:
Lembaga Negara Republik Indonesia.
Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Sri Anitah, W . (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka.
Sudjana, Nana. (2009). Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta
Suryanto, Adi dkk. (2011). Evaluasi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Wardani, IGAK dkk. (2013). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Wina Sanjaya. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana.
ABSTRAK

“Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Perubahan Energi Bunyi Melalui Alat Musik
Dengan Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas IV SDN Plakpak 3 Kec. Pegantenan
Kabupaten Pamekasan Tahun Pelajaran 2016/2017”.

Kata Kunci : Hasil Belajar, metode demonstrasi


Penggunaan metode demonstrasi diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa
dalam proses belajar mengajar sehingga dalam proses belajar mengajar itu aktivitas belajar
mengajar tidak terjadi kejenuhan, dengan demikian siswa akan terlibat secara fisik, emosional
dan intelektual yang pada gilirannya diharapkan konsep perubahan benda yang diajarkan
guru dapat dipahami oleh siswa.
Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah : (a) Bagaimanakah
peningkatan prestasi belajar Bahasa Indonesia dengan diterapkannya metode demonstrasi?
(b) Bagaimanakah pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa?
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah : (a) Ingin mengetahui peningkatan
prestasi belajar siswa setelah diterapkannya metode demonstrasi. (b) Ingin mengetahui
pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan metode demonstrasi.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga siklus.
Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu : rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi,
dan revisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas SDN Plakpak 3 kec. Pegantenan Kab.
Pamekasan. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar
mengajar.
Dari hasil analisis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan
dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (65,1%^), siklus II (74,4%), siklus III (93,02 %).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran dengan metode demonstrasi dapat
berpengaruh positif terhadap prestasi dan motivasi belajar siswa kelas IV SDN Plakpak 3
Kec. Pegantenan Kab. Pamekasan serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai
salah satu alternatif pembelajaran IPA.

DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul .......................................................................................
Halaman Pengesahan .............................................................................
Lembar Pernyataan Bebas Plagiat .........................................................
Kata Pengantar .......................................................................................
Abstrak ...................................................................................................
Daftar Isi ................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ..................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................... 5
E. Batasan Masalah ...................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Pembelajaran .............................................. 6
B. Proses Belajar Mengajar IPA ................................... 7
C. Prestasi Belajar IPA ................................................. 8
D. Metode demonstrasi ................................................. 9
E. Motivasi Belajar ....................................................... 12
F. Gaya Belajar ............................................................. 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian ................... 18
B. Rancangan Penelitian ............................................... 19
C. Instrumen Penelitian ................................................. 22
D. Metode Pengumpulan Data ...................................... 26
E. Teknik Analisis Data ................................................ 26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Item Butir Soal ........................................... 28
B. Analisis Data penelitian Persiklus ............................ 30
C. Pembahasan .............................................................. 39
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................... 41
B. Saran ......................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 43
LAMPIRAN – LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Format Kesediaan Sebagai Supervisor 2 dalam Pembimbing


Lampiran 2 : Surat Pernyataan Kesediaan sebagai Suoervisor 2
Lampiran 3 : Format Perencanaan Perbaikan Pembelajaran IPA
Lampiran 4 : Jurnal Belajar Pembimbingan Laporan PKP Superviso 2 S1-PGSD
Lampiran 5 : Jurnal Belajar Pembimbing Laporan PKP Supervisor 1 S1-PGSD
Lampiran 6 : Lembar Observasi aktivitas Siswa selama Pembelajaran siklus I
Lampiran 7 : Lembar Observasi aktivitas Guru selama Pembelajaran siklus I
Lampiran 8 : Lembar Observasi aktivitas siswa selama Pembelajaran siklus II
Lampiran 9 : Lembar Observasi aktivitas Guru selama Pembelajaran siklus II
Lampiran 10 : Copy berkas hasil penilaian praktek Pembelajaran di kelas ( APKG 1 & APKG 2 )
Lampiran 11 : Lingkungan
Lampiran 12 : Lembar Kerja Siswa
Lampiran 13 : Foto Pada Waktu Praktek Pembelajaran Di Kelas
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UNIVERSITAS
TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UNIVERSITAS TERBUKA / UT
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau

hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru

sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan pemegang

peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi

leih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran.

Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah

yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu

guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif juga menarik

sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan

merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan

nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang

beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,

berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri,

cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan

dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan

dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu

mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan membangun dirinya sendiri serta

bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Depdikbud (1999).

Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya

adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara

langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta

keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan

pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki
cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat

dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.

Tujuan pendidikan nasional seperti yang terdapat dalam Undang-undang

Nomor 2 tahun 1989 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan

berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani

kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan

bangsa ( Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998:3 ). Tujuan Institusional

yang disesuaikan dengan jenis dan tingkatan sekolah yang kemudian dijabarkan lagi

menjadi tujuan kurikuler yang merupakan tujuan kurikulum sekolah yang diperinci

menurut bidang studi/mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran ( Purwanto, 1988

:2). Tujuan instruksional dijabarkan menjadi Tujuan Pembelajaran Umum dan

kemudian dijabarkan lagi menjadi Tujuan Pembelajaran Khusus ( TPK ).

Dalam mencapai Tujuan Pembelajaran Khusus pada mata pelajaran IPA di

Sekolah Dasar, khususnya di kelas IV masih banyak mengalami kesulitan. Hal ini

terlihat dari masih rendahnya nilai mata pelajaran IPA, karena metode yang digunakan

adalah klasikal yaitu metode ceramah yang mana pembelajaran IPA tidak hanya

pemahaman materi saja, namun lebih kepada praktek atau demonstrasi, sehingga

pemahaman konsep pemelajaran IPA lebih dipahami oleh siswa. bertitik tolak dari hal

tersebut di atas perlu pemikiran-pemikiran dan tindakan-tindakan yang dilakukan agar

siswa dalam mempelajari konsep-konsep IPA tidak mengalami kesulitan, sehingga

tujuan pembelajaran khusus yang dibuat oleh guru mata pelajaran ipa dapat tercapai

dengan baik dan hasilnya dapat memuaskan semua pihak. oleh sebab itu penggunaan

metode pembelajaran dirasa sangat penting untuk membantu siswa dalam memahami

konsep-konsep IPA.
Metode pembelajaran jenisnya beragam yang masing-masing memiliki

kelebihan dan kelemahan, maka pemilihan metode yang sesuai dengan topik atau

pokok bahasan yang diajarkan harus betul-betul dipikirkan oleh guru yang akan

menyampaikan materi pelajaran. Pemilihan metode demonstrasi pada mata pelajaran

IPA diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan pemahaman siswa

terhadap pelajaran IPA

Sedangkan penggunaan metode demonstrasi diharapkan dapat meningkatkan aktivitas

siswa dalam proses belajar mengajar sehingga dalam proses belajar mengajar itu

aktivitasnya tidak hanya didominasi oleh guru, dengan demikian siswa akan terlibat

secara fisik, emosional dan intelektual yang pada gilirannya diharapkan konsep

perubahan benda yang diajarkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa. Berdasarkan

uraian dari latar belakang tersebut diatas maka dalam penelitian ini memilih judul

“Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Perubahan Energi Bunyi Melalui Alat

Musik Dengan Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas IV SDN Plakpak 3 Kec.

Pegantenan Kabupaten Pamekasan Tahun Pelajaran 2016/2017”.

B. Rumusan Masalah

Model Pembelajaran dengan metode demonstrasi merupakan metode yang

melibatkan siswa untuk aktif sehingga siswa akan lebih mudah memahami tentang

pelajaran IPA khususnya materi perubahan energi melalui alat musik. Berdasarkan

latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar IPA dengan diterapkannya metode

demonstrasi?

2. Bagaimanakah pengaruh metode demonstrasi terhadap motivasi belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk :


1. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya metode

demonstrasi.

2. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan metode

demonstrasi.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat :

1. Bagi siswa untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA dengan metode

demonstrasi.

2. Bagi guru dapat memberikan tambahan pengayaan cara mengajar dengan bantuan

IPA sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

3. Bagi lembaga dapat dijadikan sebagai bahan masukan informasi tentang salah satu

alternatif cara pembelajaran IPA pada siswa dengan pemanfaatan metode

pengajaran dalam mencapai tujuan instruksional.

E. Batasan Masalah

1. Konsep IPA yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada pokok bahasan

perubahan energi melalui alat musik.

2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode demonstrasi.

3. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV SDN Plakpak 3 Kec. Pegantenan

Kab. Pamekasan.
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UNIVERSITAS
TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UNIVERSITAS TERBUKA / UT
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup

belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,

berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (KBBI,

1996: 14).

Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993: 68) mengemukakan

bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang sengaja

dilakukan sehingga dia memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau

mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu proses

yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses

pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan,

bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain. (Soetomo, 1993:120).

Pasal 1 Undang-undang No.20 tahun 2000 tentang pendidikan nasional

menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa

belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.
B. Proses Belajar Mengajar IPA

Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponen atau

unsur yang terdalam dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling

berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman, 200:

5).

Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu

berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan

yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar akan

mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya,

maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti

menjadi mengerti. (dalam Usman, 2000:5).

Mengajar merupakan perbuatan suatu yang memerlukan tanggung jawab

moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam

kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak

didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.

Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan secara

keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran utama. Proses belajar mengajar

merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian peruatan guru dan siswa atas

dasar huungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai

tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu

merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar (Usman,

2000:4).

Sedangkan menurut buku pedoman Guru pendidikan Agama Islam, proses

belajar mengajar dapat mengandung dua pengertian, yaitu rentetan kegiatan


perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi program tindak lanjut

(dalam Suryabrata, 1997: 18).

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar

mengajar IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan,

pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung

dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran IPA.

C. Prestasi Belajar IPA

Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar.

Perubahan ini merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa

dalam proses belajar di sekolah. Menurut poerwodarminto (1991: 768), prestasi

belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dikerjakan), dalam hal ini prestasi

belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh

dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai

oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu

melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan

mengadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh

mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Disamping

itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar

mengajar di sekolah.

Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar

IPA adalah nilai yang diperoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif

seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif ( pengetahuan ), afektif (sikap)

dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar IPA.

D. Metode Demonstrasi
Yang dimaksud metode demonstrasi adalah salah satu cara mengajar, di mana

guru melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta

menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas

dan di evaluasi oleh guru. Dalam metode pembelajaran ini, siswa tidak melakukan

percobaan, hanya melihat saja apa yang dikerjakan oleh guru. Jadi demonstrasi adalah

cara mengajar di mana seseorang instruktur/tim guru menunjukkan serta

memperlihatkan sesuatu proses misalnya demonstrasi tentang masalah kedisiplinan,

sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati, mendengar dan

merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru tersebut.

Dengan demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih

berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan

sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperlihatkan pada apa yang

diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung.

Adapun penggunaan teknik demonstrasi mempunyai tujuan agar siswa mampu

memahami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu misalnya penggunaan

kompor untuk mendidihkan air, cara membuat sesuatu misalnya membuat kertas,

dengan demonstrasi siswa dapat mengamati bagian-bagian dari sesuatu benda atau

alat seperti bagian tubuh manusia, atau bagian dari mesin jahit. Juga siswa dapat

menyaksikan kerjanya sesuatu alat atau mesin jahit. Bila siswa melakukan sendiri

demonstrasi tersebut, maka ia dapat mengerti juga cara menggunakan sesuatu alat itu

seperti menggunakan gunting untuk memotong kain. Dengan demikian siswa akan

mengerti cara-cara penggunaan sesuatu alat atau perkakas, atau suatu mesin sehingga

mereka dapat memilih dan memperbandingkan cara yang terbaik, juga mereka akan

mengetahui kebenaran dari sesuatu teori didalam praktek. Misalnya cara memasak roti

yang terbaik.
Bila melaksanakan teknik demonstrasi agar bisa berjalan efektif, maka perlu

memperhatikan hal-hal sebagai berikuit :

1. Guru harus mampu menyusun rumusan tujuan instruksional, agar dapat memberi

motivasi yang kuat padasiswa untuk belajar.

2. Pertimbangkanlah baik-baik apakah pilihan teknik anda mampu menjamin

tercapainya tujuan yang telah anda rumuskan.

3. Amatilah apakah jumlah siswa memberi kesempatan untuk suatu demonstrasi

yang berhasil. Bila tidak ada harus mengambil kebijaksanaan lain.

4. Apakah anda telah telah meneliti alat-alat, atau telah mencoba terlebih dahulu,

agar demonstrasi itu berhasil.

5. Harus sudah menentukan garis besar langkah-langkah yang akan dilakukan.

6. Apakah tersedia waktu yang cukup, sehingga anda dapat memberi keterangan bila

perlu, dan siswa bisa bertanya.

7. Selama demonstrasi berlangsung guru harus memberi kesempatan pada siswa

untuk mengamati dengan baik dan bertanya.

8. Anda perlu mengadakan evaluasi apakah demonstrasi yang anda lakukan itu

berhasil, dan bila perlu demonstrasi bisa diulang.

Penggunaan teknik demonstrasi sangat menunjang proses interaksi mengajar

belajar di kelas. Keuntungan yang diperoleh ialah, dengan demonstrasi perhatian

siswa lebih dapat terpusatkan pada pelajaran yang sedang diberikan, kesalahan-

kesalahan yang terjadi bila pelajaran itu direncanakan dapat diatasi melalui

pengamatan dan contoh kongkrit. Sehingga kesan yang diterima siswa lebih

mendalam dan tinggal lebih lama pada jiwanya. Akibatnya selanjutnya memberikan

motivasi yang kuat untuk siswa agar lebih giat belajar. Jadi dengan demonstrasi itu

siswa dapat berpartisipasi aktif, dan memperoleh pengalaman langsung, serta dapat
mengembangkan kecakapannya walaupun demikian kita masih melihat juga

kelemahan teknik ini ialah :

Bila alatnya terlalu kecil, atau penempatan yang kurang tepat menyebabkan

demonstrasi itu tidak dapat dilihat dengan jelas oleh seluruh siswa. Dalam hal ini

dituntut pula guru harus mampu menjelaskan proses berlangsungnya demonstrasi ,

dengan bahasa dan suara yang dapat ditangkap oleh siswa. Juga bila waktu tidak

tersedia dengan cukup, maka demonstrasi akan berlangsung terputus-putus , atau tidak

dijalankan tergesa-gesa sehingga hasilnya memuaskan. Dalam demonstrasi bila siswa

tidak diikutsertakan maka proses demonstrasi akan kurang dipahami oleh siswa

sehingga kurang berhasil adanya demonstrasi itu.

Maka kadang-kadang dalam pemakaian teknik mengajar itu anda perlu

menyertai dengan teknik yang lain atau mengkombinasikan dengan lain, sehingga

mampu mengatasi teknik inti yang sedang dimanfaatkan itu.

E. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi

Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang

menyebabkan kesiapan untuk memulai serangkaian tingkah laku atau

perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-

motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan

mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang

mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan

tertentu (Usman, 2000:28).

Sedangkan menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu

pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk


aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar. Hal ini

sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa yang

termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang

lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap

dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik.

Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk

berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.

2. Macam-macam Motivasi

Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Motivasi Intrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu, apakah

karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga

dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau

belajar (Usman,2000: 29).

Sedangkan menurut Djamarah (2002: 115), motivasi instrinsik adalah

motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang

dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk

melakukan sesuatu.

Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994: 105) ada beberapa strategi

dalam mengajar untuk membangun motivasi instrinsik. Strategi tersebut

adalah sebagai berikut :

1. Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa.

2. Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran sebatas

yang pokok.
3. Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas

dan memanfaatkan sumber belajar di sekolah.

4. Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya.

5. Meminta siswa untuk menjelaskan hasil pekerjaannya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik adalah

motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak

perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi instrisik

dalam dirinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang

tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.

b. Motivasi Ekstrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu,

apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain

sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melaksanakan

sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh

oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama dikelasnya (Usman,

2000:29).

Sedangkan menurut Djamarah (2002: 117), motivasi ekstrinsik adalah

kebalikan dari motivasi instrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif

yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.

Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik adalah kebalikan

dalam menumbuhkan motivasi instrinsik antara lain :

1) Kompetensi (persaingan): guru berusaha menciptakan persaingan

diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha

memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan

mengatasi prestasi orang lain.


2) Pace Making (membuat tujuan sementara atau dekat): pada awal

kegiatan belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu

menyampaikan kepada siswa TIK yang akan dicapai sehingga dengan

demikian siswa berusaha untuk mencapai TIK tersebut.

3) Tujuan yang jelas : Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan.

Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang

bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakukan sesuatu

perbuatan.

4) Kesempurnaan untuk sukses : kesuksesan dapat menimbulkan rasa

puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan

kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian,

guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk

meraih sukses dengan usaha mandiri, tentu saja dengan bimbingan

guru.

5) Minat yang besar : Motif akan timbul jika individu memiliki minat

yang besar.

6) Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau

belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti

dalam kenyataaan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak

ada ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan

diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal

agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan

motivasi yang kuat bagi siswa.

Dari uraian diatas diketahui bahwa motivasi ekstrinsik adalah

motivasi yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena


adanya perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan, untuk

mencapai nilai yang tinggi, dan lain sebagainya.

F. Gaya Belajar

Kalangan pendidik telah menyadari bahwa peserta didikmemiliki

bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan sangat baik hanya

dengan melihat orang lain melakukannya. Biasanya , mereka ini menyukai

penyajian informasi yang runtut. Mereka lebih suka menuliskan apa yang

dikatakan guru. Selama pelajaran, mereka biasanya diam dan jarang terganggu

oleh kebisingan. Peserta didik visual ini berbeda dengan peserta didik auditori,

yang biasanya tidak sungkan-sungkan untuk memperhatikan apa yang dikerjakan

oleh guru, dan membuat catatan. Mereka mengunggulkan kemampuan untuk

mendengar dan mengingat. Selama pelajaran, mereka mungkin banyak bicara dan

mudah teralihkan perhatiannya oleh suara atau kebisingan. Peserta didik

kinestetik belajar terutama dengan terlibat langsung dalam kegiatan. Mereka

cenderung Impulsive, semau gue, dan kurang sabaran. Selama pelajaran, mereka

mungkin saja gelisah bila tidak bisa leluasa bergerak dan mengerjakan sesuatu.

Cara mereka belajar boleh jadi tampak sembarangan dan tidak karuan.

Tentu saja, hanya ada sedikit siswa yang mutlak memiliki satu jenis

cara belajar. Grinder (1991) menyatakan bahwa dari setiap 30 siswa, 22

diantaranya rata-rata dapat belajar dengan efektif selama gurunya menghadirkan

kegiatan belajar yang berkombinasi antara visual, auditori dan kinistik. Namun, 8

siswa siswanya sedemikian menyukai salah satu bentuk pengajaran dibanding dua

lainnya. Sehingga mereka mesti berupaya keras untuk memahami pelajaran bila

tidak ada kecermatan dalam menyajikan pelajaran sesuai dengan cara yang
mereka sukai. Guna memenuhi kebutuhan ini, pengajaran harus bersifat multi

sensori dan penuh dengan variasi.


UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UNIVERSITAS
TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UNIVERSITAS TERBUKA / UT
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian

dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk

penelitian deskriptif, sebab mengambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan

dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti,

penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian tindakan

ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat

dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Dalam penelitian ini tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran peneliti sebagai

guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu

kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang se objektif mungkin demi

kevalidan data yang diperlukan.

A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian

untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SDN Plakpak 3

Kec. Pegantenan Kab. Pamekasan Tahun Pelajaran 2016/2017.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian

ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester

ganjil tahun pelajaran 2016/2017.

3. Subyek Penelitian
4. Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas IV SDN Plakpak 3 Kec. Pegantenan

Kab. Pamekasan Tahun Pelajaran 2016/2017. Pokok bahasan Perubahan Energi

Bunyi Melalui Alat Musik.

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih

Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan

yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan dari mereka dalam

melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan

itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam

Mukhlis, 2000: 3).

Sedangkan menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat

sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang

dilakukan.

Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan praktek

pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah

menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis,2000: 5).

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian

ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997:

6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus berikutnya. Setiap siklus meliputi

Planning (rencana), action (tindakan), Oservation (pengamatan), dan reflection (refleksi).

Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan

pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan

yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan

kelas dapat dilihat pada gambar berikut.


Gambar 3.1 Alur PTK

Penjelasan alur diatas adalah :

1. Rancangan/ rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun

rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya

instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai

upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari

diterapkannya metode pembelajaran model demonstrasi.

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari

tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.

4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat

rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.


Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1,2 dan 3, dimana masing putaran

dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama ) dan membahas satu sub pokok

bahasan yang diakhiri dengan tes formatif diakhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran

dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Silabus

Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran

pengelolaan kelas, serta penilaian hasil belajar.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru

dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RPP berisi

kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus,

dan kegiatan belajar mengajar.

3. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses

pengumpulan data hasil eksperimen.

4. Tes formatif

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan

untuk mengukur kemampuan pemahamn konsep bahasa indonesia pada pkok

bahasan Perubahan Energi Bunyi Melalui Alat Musik.


Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan

adalah pilihan guru (obyektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 46 soal yang telah diuji

coba, kemudian penulis mengadakan analisis butir soal tes yang telah diuji validitas dan

reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini digunakan untuk memilih soal yang baik dan

memenuhi syarat yang digunakan untuk mengambul data. Langkah-langkah analisis butir

soal adalah sebagai berikut :

a. Validitas Tes

Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk mengetahui

tingkat kevalidan masing-masing butir soal. Sehingga dapat ditentukan butir

soal yang gagal dan yang diterima. Tingkat kevalidan ini dapat dihitung

dengan korelasi Product Moment :

( Suharmi Arikunto,

2001:72)

Dengan : rxy : Koefisien korelasi product moment

N : Jumlah peserta tes

∑Y : Jumlah skor total

∑X : Jumlah skor butir soal

∑X² : Jumlah kuadrat skor butir soal

∑XY : Jumlah hasil kali skor butir soal

b. Realibilitas

Relibilitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan rumus belah

dua sebagai berikut :


r11 = (SuharsimiArikunto, 2001: 93)

Dengan : r11 : Koefisien realibilitas yang sudah disesuaikan

r1/21/2 : Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Kriteria realibilitas tes jika harga r11 dari perhitungan lebih besar dari

harga r pada tabel product moment maka tes tersebut reliabel.

c. Taraf Kesukaran

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal adalah

indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk menentukan taraf kesukaran

adalah :

P= (Suharsimi Arikunto, 2001: 2008)

Dengan : P : Indeks kesukaran

B : Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar

Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah sebagai

berikut :

- Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah sukar

- Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang

- Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah

d. Daya pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan

rendah. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks


diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks diskriminasi

adalah sebagai berikut :

D= - = PA – PB (Suharsimi Arikunto, 2001: 211)

Dimana :

D : Indeks diskriminasi

BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar

BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar

JA : Jumlah peserta kelompok atas

JB : Jumlah peserta kelompok bawah

PA = = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB= = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembela butir soal

sebagai berikut :

- Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek

- Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup

- Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik

- Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah sangat baik

D. Metode Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi

pengolahan belajar dengan metode demonstrasi, observasi aktivitas siswa dan guru, dan tes

formatif.

E. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu

diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif, kualitatif,
yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai

dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai

siswa juga untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh

respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses

pembelajaran.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah

proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memerikan evaluasi berupa

soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana yaitu :

1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif

Peniliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa yang selanjutnya

dibagi dengan jumlah siswa yang ada dikelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata

tes formatif dapat dirumuskan :

__

X=

Dengan : __

X = Nilai rata-rata

= Jumlah semua nilai siswa

= Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara

klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994

(Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor
65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat

85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk

menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut :

P= x100%
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UNIVERSITAS
TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UNIVERSITAS TERBUKA / UT
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data observasi

berupa pengamatan pengelolaan belajar dengan metode demonstrasi dan pengamatan

aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap

siklus.

Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang betul-betul

mewakili apa yang diinginkan. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat validitas, realibitas,

taraf kesukaran, dan daya pembeda.

Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah

diterapkan belajar dengan metode demonstrasi.

A. Analisis Item Butir Soal

Sebelum melaksanakan pengambilan data melalui instrumen penelitian berupa tes

dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut diuji dan dianalisis. Uji coba

dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian. Analisis tes yang dilakukan meliputi :

1. Validitas

Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan tes sehingga

dapat digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini. Dari perhitungan 46 soal

diperoleh 16 soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil dari validitas soal-soal

dirangkum dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.1 Soal valid dan tidak valid tes formatif siswa
Soal Valid Soal tidak Valid
2, 3, 4, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 1, 5, 6, 8, 15, 16, 18, 20, 22, 24, 32, 33,
21 ,23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 36, 34, 35, 40, 46
37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 45

2. Reliabilitas

Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji reliabilitasnya. Dari hasil

perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r11 sebesar 0,596. Harga ini lebih besar

dari harga r product moment. Untuk jumlah siswa (N = 21) dengan r (95%) = 0,433.

Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syarat reliabilitas.

3. Taraf kesukaran (P)

Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal. Hasil

analisis menunjukkan dari 46 soal yang diuji terdapat :

- 21 soal mudah

- 15 soal sedang

- 10 soal sukar

4. Daya pembeda

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan soal dalam

membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan

rendah.

Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkriteria jelek

sebanyak 16 soal, berkriteria cukup 22 soal, berkriteria baik 8 soal. Dengan demikian

soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syarat-syarat validitas, reliabilitas, taraf

kesukaran dan daya pembeda.

B. Analisis Data Penelitian

1. Siklus I
a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang

terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran

yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada

tanggal 21 September 2016 di kelas IV dengan jumlah siswa 43 siswa. Dalam hal

ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada

rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan

bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan

tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar

mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I sebagai

berikut :

Tabel 4.2 Distribusi Nilai Tes pada Siklus I

Nomor Keterangan Nomor Keterangan


Skor Skor
Absen T TT Absen T TT
1 70  23 40 
2 80  24 70 
3 40  25 70 
4 80  26 70 
5 60  27 40 
6 80  28 80 
7 60  29 70 
8 50  30 70 
9 70  31 80 
10 80  32 70 
11 60  33 60 
12 50  34 80 
13 70  35 80 
Nomor Keterangan Nomor Keterangan
Skor Skor
Absen T TT Absen T TT
14 80  36 60 
15 70  37 70 
16 80  38 80 
17 70  39 50 
18 50  40 60 
19 70  41 80 
20 70  42 70 
21 80  43 60 
22 30 
Jumlah 1950 14 8 Jumlah 1410 14 7
Jumlah skor 3360
Jumlah skor maksimal ideal 4300
Rata-rata skor tercapai 78,1
Keterangan : T : Tuntas

TT : Tidak tuntas

Jumlah siswa tuntas : 28

Jumlah siswa yang belum tuntas : 15

Klasikal : Belum tuntas

Tabel 4.3 Rekapitulasi hasil tes pada siklus I

No Uraian Hasil Siklus


1 Nilai rata-rata tes formatif 78,1
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 28
3 Persentase ketuntasan belajar 65,1

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode

demonstrasi diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 78,1 dan ketuntasan

belajar mencapai 65,1% atau ada 28 siswa dari 43 siswa sudah tuntas belajar. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas

belajar, karena siswa yang memperoleh nilai > 65 hanya sebesar 65,1% lebih kecil

dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan
karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksud dan

digunakan guru dengan menerapkan metode demonstrasi.

2. Siklus II

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang

terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran

yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada

tanggal 28 September 2016 di kelas IV dengan jumlah siswa 43 siswa. Dalam hal

ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada

rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan

bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan

tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar

mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II.

Adapun data hasil penelitian pada siklus II sebagai berikut :

Tabel 4.4 Distribusi Nilai Tes pada Siklus II

Nomor Keterangan Nomor Keterangan


Skor Skor
Absen T TT Absen T TT
1 70  23 40 
2 80  24 70 
3 80  25 70 
4 80  26 70 
5 60  27 40 
6 80  28 80 
7 60  29 70 
8 70  30 70 
Nomor Keterangan Nomor Keterangan
Skor Skor
Absen T TT Absen T TT
9 70  31 80 
10 80  32 70 
11 60  33 90 
12 50  34 80 
13 70  35 80 
14 80  36 60 
15 70  37 70 
16 80  38 80 
17 70  39 70 
18 50  40 60 
19 70  41 80 
20 70  42 70 
21 80  43 60 
22 30 
Jumlah 2010 16 6 Jumlah 1460 16 5
Jumlah skor 3470
Jumlah skor maksimal ideal 4300
Rata-rata skor tercapai 80,1
Keterangan : T : Tuntas

TT : Tidak tuntas

Jumlah siswa tuntas : 32

Jumlah siswa yang belum tuntas : 11

Klasikal : Belum tuntas

Tabel 4.3 Rekapitulasi hasil tes pada siklus II

No Uraian Hasil Siklus


1 Nilai rata-rata tes formatif 80,1
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 32
3 Persentase ketuntasan belajar 74,4

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 80,1

dan ketuntasan belajar mencapai 74,4% atau ada 32 siswa dari 43 siswa sudah tuntas
belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara

klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya

peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa

setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya

siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa

yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan metode demonstrasi.

3. Siklus III

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang

terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran

yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada

tanggal 03 Oktober 2016 di kelas IV dengan jumlah siswa 43 siswa. Dalam hal ini

peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada

rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan

atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan

(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan

tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar

mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III.

Adapun data hasil penelitian pada siklus III sebagai berikut :


Tabel 4.6 Distribusi Nilai Tes pada Siklus III

Nomor Keterangan Nomor Keterangan


Skor Skor
Absen T TT Absen T TT
1 70  23 70 
2 80  24 70 
3 80  25 70 
4 80  26 70 
5 70  27 40 
6 80  28 80 
7 60  29 70 
8 70  30 70 
9 70  31 80 
10 80  32 70 
11 70  33 90 
12 80  34 80 
13 70  35 80 
14 80  36 80 
15 70  37 70 
16 80  38 80 
17 70  39 70 
18 50  40 70 
19 70  41 80 
20 70  42 70 
21 80  43 70 
22 70 
Jumlah 2100 20 2 Jumlah 1530 20 1
Jumlah skor 3630
Jumlah skor maksimal ideal 4300
Rata-rata skor tercapai 84,4
Keterangan : T : Tuntas

TT : Tidak tuntas

Jumlah siswa tuntas : 40

Jumlah siswa yang belum tuntas :3

Klasikal : Tuntas
Tabel 4.7 Rekapitulasi hasil tes pada siklus III

No Uraian Hasil Siklus


1 Nilai rata-rata tes formatif 84,4
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 40
3 Persentase ketuntasan belajar 93,2

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 84,4

dan dari 43 siswa yang telah tuntas sebanyak 40 siswa dan 3 siswa belum

mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah

tercapai sebesar 93,02% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini

mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar

pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam

menerapkan belajar dengan metode demonstrasi sehingga siswa menjadi lebih

terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam

memahami materi yang telah diberikan.

c. Refleksi

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun

yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan metode

demonstrasi. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Selama proses belajar mengajar guru telah dilaksanakan semua pembelajaran

dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi

persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar

2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses

belajar berlangsung

3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan

peningkatan sehingga menjadi lebih baik

4) Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan


d. Revisi pelaksanaan

Pada siklus III guru telah menerapkan belajar dengan metode demonstrasi

dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan

proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi

terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah

memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada

pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan metode demonstrasi

dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai.

C. Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode demonstrasi memiliki

dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV SDN

Plakpak 3 Kec. Pegantenan Kab. Pamekasan. Hal ini dapat dilihat dari semakin

mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan

belajar meningkat dari siklus I, II dan III) yaitu masing-masing 65,1%, 74,4%, dan

93,02%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif

terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai

rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran


Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran IPA pada pokok perubahan energi bunyi melalui alat musik dengan

metode demonstrasi yang paling dominan adalah mendengarkan/ memperhatikan

penjelasan guru, mempraktekkan dan diskusi antar siswa/ antar siswa dengan guru.

Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan

langkah-langkah belajar dengan metode demonstrasi dengan baik. Hal ini terlihat dari

aktivitas guru yang muncul diantaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa

dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan, memberi umpan

balik/evaluasi/ tanya jawab di mana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UNIVERSITAS
TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UNIVERSITAS TERBUKA / UT
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan

berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Pembelajaran dengan metode demonstrasi memiliki dampak positif dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan

belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (65,1%, siklus II (74,4%), siklus III

(93,02%).

2. Penerapan metode demonstrasi mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan rata-rata jawaban

siswa hasil wawancara yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan

metode demonstrasi sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar

mengajar bahasa Indonesia lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi

siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut :

1. Untuk melaksanakan belajar dengan metode demonstrasi memerlukan persiapan yang

cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang

benar-benar bisa diterapkan dengan metode demonstrasi dalam proses belajar

mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal


2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering

melatih siswa dengan berbagai metode, walau dalam taraf yang sederhana, di mana

siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan

keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah

yang dihadapinya

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan

di SDN Plakpak 3 Kec. Pegantenan Kab. Pamekasan tahun pelajara 2016/2017

4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar

diperoleh hasil yang lebih baik.


UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UNIVERSITAS
TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UNIVERSITAS TERBUKA / UT
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA / UT UNIVERSITAS TERBUKA /
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1996. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindon

Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta
Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teacher. Allin and Bacon, Inc.
Boston

Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar


Mengajar. Jakarta: Balai Pustaka

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hadi, Sutrisno. 1981. Metode Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas
Gajah Mada. Yogyakarta.

Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid I, Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi UGM

Hamalik, Oemar. 1994. Metode Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti

Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya

Hudoyo, H. 1990. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang.

Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria Dearcin
University Press

Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Mursel, James (-), Succesfull Teaching (terjemahan). Bandung: Jemmars

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Purwanto, N. 1988. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara

Saliwangi, B. 1988. Pengantar Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Malang: IKIP
Malang

Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara

Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI,
Universitas Terbuka

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja
Rosdakarya

Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai