Anda di halaman 1dari 12

A.

Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Efusi pleura berasal dari 2 kata, yaitu effusion yang berarti ekstravasasi cairan ke
dalan jaringan atau rongga tubuh. Sedangkan pleura yang berarti membrane tipis yang
berdiri dari dua lapisan yaitu pleura viseralis dan pleura parietalis. Sehingga dapat
disimpulkan efusi pleura merupakan ekstavasasi cairan yang terjadi diantara lapiran
viseralis dan parietalis. Efusi pleura dapat berupa cairan jernih, transudate, eksudat, darah
dan pus ( Diane, 2010 ).
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam rongga pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain (Suzzane, 2009).\
Rongga pleura dalam keadaan normal berisi sekitar 10-20ml cairan yang
berfungsi sebagai pelumas agar paru-paru dapat bergerak dengan lancer saar bernafas.
Cairan yang melebihi normal akan menimbulkan gangguan jika tidak bisa diserap oleh
pembuluh darah dan pembuluh limfe (syahruddin el al, 2009).

2. Epidemiologi
Efusi pleura sering terjadi di negara-negara yang sedang berkembang, salah
satunya di Indonesia. Hal ini lebih banyak diakibatkan oleh infeksi tuberkolosis. Bila di
negara-negara barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif,
keganasan, dan pneumonia bakteri. Di Amerika efusi pleura menyerang 1,3 juta org/th.
Di Indonesia TB Paru adalah peyebab utama efusi pleura, disusul oleh keganasan. 2/3
efusi pleura maligna mengenai wanita. Efusi pleura yang disebabkan karena TB lebih
banyak mengenai pria. Mortalitas dan morbiditas efusi pleura ditentukan berdasarkan
penyebab, tingkat keparahan dan jenis biochemical dalam cairan pleura.
Karena merupakan tanda dari suatu penyakit maka dari segi data kasus tidak ada
angka pasti yang spesifik untuk kasus efusi pleura tetapi yang ada hanyalah angka dari
angka kejadian dari kasus-kasus tertentu seperti sekitar 20-25% efusi pleura disebabkan
karena tuberkulosis khususnya pada negara berkembang termasuk Indonesia. Dari
berbagai penyebab ini keganasan merupakan sebab yang terpenting ditinjau dari
kegawatan paru dan angka ini berkisar antara 43-52%. Namun dipihak lain ada yang
mengatakan insidens terjadinya efusi pleura karena pneumoni sekitar 36-57%. Distibusi
seks untuk efusi pleura pada umumnya wanita lebih banyak dari pria, sebaliknya yang
disebabkan oleh tuberkulosis paru pria lebih banyak dari wanita. Umur terbanyak untuk
efusi pleura karena TB adalah 21-30 tahun (30,26%).
3. Etiologi
Penyebab Efusi Pleura antara lain yaitu :
1. Virus dan mikroplasma
Insidennya agak jarang, bila terjadi jumlahnya tidak banyak. Contoh : Echo virus,
riketsia, mikroplasma, chlamydia.
2. Bakteri piogenik
Bakteri berasal dari jaringan parenkim paru dan menjalar secara hematogen. Contoh :
aerob : strepkokus pneumonia.
3. TB
Terjadi karena komplikasi TB paru melalui focus sub pleura yang robek atau melalui
aliran limfe, atau karena robeknya perkijuan ke arah saluran limfe yang menuju
fleura.
4. Fungi
Sangat jarang terjadi. Biasanya karena perjalanan infeksi fungi dari jaringan paru.
Contoh : aktinomikosis, koksidiomikosis, dsb.
5. Parasite
Parasite yang dapat menginfeksi ke fleura hanya amoeba. Amoeba masuk dalam
bentuk tropozoid setelah melewati parenkim hati menembus diafragma terus ke
rongga pleura. Efusi terjadi karena amoeba menimbulkan peradangan.
6. Kelainan intra abdominal
Contoh : pankeatitis, pseudokista pancreas atau eksarsebasi akut, pankreatitis kronis,
abses ginjal, dll.
7. Penyakut kolagen
Contoh : lupus eritematosus sistemik (SLE), artritis rematoid, dan scleroderma.
8. Gangguan sirkulasi
Contoh : gangguan CV (payah jantung), emboli pulmonal, hipoalbuminemia.
9. Neoplasma
Gejala paling kas adalah jumlah cairan efusi sangat banyak dan selalu berakumulasi
kembali dengan cepat.
10. Sebab-sebab lain
Seperti : trauma (tumpul, laserasi, luka tusuk, dll) uremia, miksedema, limfedema,
reaksi hipersensitif terhadap obat, efusi pleura indiopatik.

4. Klasifikasi
1. Efusi pleura transudate
Merupakan utrafiltrat plasma, yang menandakan bahwamembram pleura tidak
terkena penyakit. Akumulasi cairan disebabkan oleh faktor sistemik yang
mempengaruhi produksi dan absorbs cairan pleura seperti ( gagal jantung kengestif,
atelektasia, sirosis, sindrom nefrotik dan dialysis peritoneum).
2. Efusi pleura eksudat
Ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh kapiler yang rudak dan masuk
ke dalam paru yang dilapisi pleura tersebut atau ke dalam paru terdekat. Kriteria efusi
pleura eksudat yaitu :
a. Rasio cairan pleura dengan protein serum lebih dari 0.5
b. Rasio caira pleura dengan dehydrogenase laktat (LDH) lebih dari 0.6
c. LDH cairan pleura dua pertiga atas batas normal LDH serum
Penyebab efusi pleura eksudat seperti pneumonia, empyema, penyakit metastasis,
hemotorak, infark paru, keganasan, rupture aneurisma aorta (Morton, 2012).

5. Tanda dan gejala


1. sesak nafas, nafas pendek, seperti terengah-engah akan lebih berat terasa ketika
berbaring.
2. rasa nyeri dada saat menarik dan menghembuskan napas bisa dialami, namun
seringkali tidak menimbulkan rasa sakit.
3. batuk-batuk dan demam sering terjadi ketika disebabkan oleh infeksi paru-paru
(pneumonia).

6. Patofosiologi
Pleura parietalis dan viseralis letaknya berhadapan satu sama lain dan hanya
dipisahkan oleh selaput tipis cairan serosa. Lapisan cairan ini memperlihatkan adanya
keseimbangan antara transudasi dari kapiler-kapiler pleura dan reabsorbsi oleh vena
visceral dan parietal, dan saluran getah bening.
Efusi pleura dapat berupda transudate dan eksudat. Transudate terjadi pada
pengingkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya pada payah jantung kengstif.
Keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dari pembuluh. Transudasi
juga dapat terjadi pada hiproteinemia, seperti pada penyakit hati dan ginjal, atau
penekanan tumor pada vena kava. Penimbunan eksudat timbul sekunder dari peradangan
atau keganasan pleura, dan akibat peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan
absorsbi getah bening
Jika efusi pleura mengandung nanah, disebut emplema. Emplema diakibatkan
oleh perluasan infeksi dari struktur yang berdekatan dan merupakan komplikasi dari
pneumonia, abses paru-paru atau perforasi karsinoma ke dalam rongga pleura. Emplema
yang tidak ditangani dengan drainage yang baik dapat membahayakan dinding thoraks.
Eksudat akibat peradangan yang mengalami organisasi dan terjadi pelengketan fibrosa
antara pleura parietalis dan visceral. Ini disebut dengan fibrothorsaks. Jika fibrothoraks
luas maka dapat menimbulkan hambatan mekanime yang berat pada jaringan-jaringan
yang terdapat dibawahnya.
7. WOC

Peradangan pleura

 Gagal jantung kiri Permeabilitas membrane kapiler Cairan protein dari getah
 Obstruksi vena kava maningkat bening masuk rongga pleura
vv
superior
 Asites pada sirosis hati
 Dialysis peritoneal  Peningkatan tekanan
 Obstruksi fraktus urinarius kapiler
Konsentrasi protein cairan pleura
sistemik/pulmonal
meningkat
 Penurunan tekanan
koloid osmotic dan
Terdapat jaringan nekrotik pada pleura
septa  Penurunan tekanan intra Eksudat
pleura

Kongesti pada pembuluh limfe

Gangguan tekanan kapiler


hidrostatik dan koloid osmotic
Reabsorbsi cairan terganggu intra pleura

transudat

Penumpukan cairan pada rongga


Gangguan pertukaran gas pleura

Penekanan pada abdomen drainase


Ekspansi paru

Resiko tinggi terhadap


Sesak napas anoreksia tindakan trainase dada

Ketidakseimbangan nutrisi Nyeri


kurang dari kebutuhan tubuh
Resiko infeksi

Ketidakseimbangan pola napas Insufisiensi oksigenasi

Gangguan metabolisme O2 Suplai O2 menurun

Energy berkurang Gangguan rasa nyaman

Intoleransi aktivitas Deficit perawatan diri


8. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan fisik paru. Kecepatan pernafasan pasien, usaha pernafasan, dan suara
nafas harus diperiksa secara menyeluruh. Temuan yang mungkin terjadi pada
pemeriksaan fisik yang menunjukan efusi pleura dapat meliputi perkusi beda, bunyi
nafas yang menurun atau tidak ada, dan fremitus taktil yang berkurang. Ada tidaknya
temuan dapat tergantung pada tingkat keparahan efusi.
2. Pemeriksaan fisik tambahan. Adanya suara bising / murmur jantung dan
kardiomegali pada pemeriksaan radiologis menunjukan kemungkinan adanya gagal
jantung, sedangkan asites dapat menunjukan adanya hidrotoraks hepatik.
Pertimbangkan emboli paru pada pasien yang menunjukan adanya pembengkakan
ekstremitas bawah, dan adanya perikarditis jika ditemukan suara gesekan perikardial.

9. Pemeriksaan diagnostic/penunjang
1. Pemeriksaan radiologi (Rontgen dada), pada permulaan didapati menghilangnya
sudut kostofrenik. Bila cairan lebih dari 300ml, akan tampak cairan dengan
permukaan melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediastinum
2. Untrasonografi
3. Torakosentesis / fungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan tampilan,
sitology, berat jenis. Fungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada
sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak), berdarah
(hemotoraks), pus (piotoraks), kilus ( kilotoraks). Bila cairan serosa mungkin berupa
transudate (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).
4. Cairan pleural dianalisi menggunakan kultur bakteri, pewarnaam gram, basil tahan
asam (untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi, analisis
sitology untuk sel-sel malignam, dan pH.
5. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan.

10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada efusi pleura antara lain :
1. Tirah baring
Tirah baring bertujuan untuk menurunkan kebuthan oksigen karena peningkatan
aktivitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dispneu akan semakin
meningkat pula
2. Thorakosentesis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subyektif seperti nyeri, dispneu,
dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1-1,5 liter perlu dikeluarkan segera untuk
mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka
pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
3. Antibiotic
Pemberian antibiotic diberikan apabila terbukti terdapat adanya infeksi. Antibiotic
diberikan sesuai dengan hasil kultur kuman.
4. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren, diberikan obat (tertasiklin, kalk, dan
biomisin) melalui selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapiran pleura dan
mencegah cairan terakumulasi kembali.

11. Komplikasi
1. Kollaps paru : hal ini terjadi jika paru-paru dikelilingi kumpulan cairan dalam waktu
yang lama.
2. Empyema : bila cairan pleura terinfeksi menjadi abses, yang akan membutuhkan
trainase yang lama
3. Pneumothoraks : dapat merupakan komplikasi dari torakosentesis
4. Gagal nafas
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
a.Data umum
 Identitas pasien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
tempat tanggal lahir, suku, diagnose medis, golongan darah
 Identitas penanggung jawab yang meliputi nama, hubungan dengan pasien,
umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan telp/no.HP
b. Riwayat kesehatan saat ini :
 Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien)
 Alasan berobat (hal/kejadian apa yang menyebabkan pasien berobat ke rumah
sakit)
 Riwayat penyakit (Tanya pada pasien atau keluarga pasien apakah memiliki
riwayat penyakit sebelumnya)
b. Riwayat kesehatan dahulu
 Penyakit yang pernah dialami
 Riwayat perawatan (apakah pernah melakukan perawatan atau mendapat
perawatan di rumah sakit atau tidak pernah)
 Riwayat operasi (apakah pernah mengalami operasi)
 Riwayat pengobatan (apakah pernah melakukan pengobatan)
 Kecelakaan yang pernah dialami (apakah pernah mengalami kecelakaan)
 Riwayat alergi (tanyakan pada pasien apakah memiliki alergi terhadap
makanan atau obat)
c. Riwayat psikologi dan spiritual
d. Pemeriksaan fisik (keadaan umum pasien, kesadaran, ekspresi wajah, kebersihan
secara umum, TTV, head to toe)
e. Pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan medis

2. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul


1. Ketidakefektifan pola nafas b/d penurunan ekspansi paru d/d sesak nafas
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penekanan
pada abdomen d/d anoreksia
3. Intoleransi aktifitas b/d gangguan metabolisme O2 d/d energy kerkurang
4. Gangguan rasa nyaman b/d insufisiensi oksigenasi d/d suplai O2 menuru
3. Rencana asuhan keperawatan
Diagnose NOC NIC Rasional
keperawatan
Ketidakefektifan 1. Respiratory status : Airway management 1. Untuk
pola nafas b/d ventilation O : monitor respirasi mengetahui
penurunan ekspansi 2. Respiratory status : dan status O2 pasien respirasi dan
paru d/d sesak nafas airway patency N : keluarkan sekret O2 pasien
3. Vital sign status dengan batuk atau masih tidak
Setelah dilakukan asuhan section efektif atau
keperawatan selama …X 24 E : ajarkan pasien sudah efektif
jam diharapkan pola nafas untuk napas dalam 2. Agar pasien
pasien menjadi efektif dengan C : colaborasi bisa bernafas
kriteria hasil : pemberian O2 dengan baik
1. Mendemonstrasikan dan nyaman
batuk efektif dan suara 3. Untuk
nafas yang bersih, tidak mengurangi
ada sianosis dan sesak pasien
dipsnue. 4. Untuk
2. Menunjukkan jalan mengatasi bila
nafas yang paten sewaktu-waktu
3. Tanda-tanda vital pasien sesak
dalam rentang yang
normal :
TD :120/80 mmHg
Suhu : 36,5-37,5 C
R : 16-20x/menit
N : 60-100x/menit

Ketidakseimbangan 1. Nutritional status : food Nutrition 1. Untuk


nutrisi kurang dari and fluid intake management mengetahui
kebutuhan tubuh b/d 2. Nutritional status : O : kaji adanya alergi apakah pasien
penekanan pada nutrient intake makanan mempunyai
abdomen d/d 3. Weight control N : berikan makanan alergi makanan
anoreksia Setelah dilakukan asuhan terpilih (sudah tertentu
keperawatan selama …X 24 dikonsultasikan 2. Untuk
jam diharapkan nutrisi pasien dengan ahli gizi) meningkatkan
bisa membaik dengan kriteria E : anjurkan pasien nutrisi pasien
hasil : untuk meningkatkan 3. Untuk
1. Adanya peningkatan protein dan vit C meningkatkan
berat badan sesuai C : kolaborasi BB pasien
dengan tujuan dengan ahli gizi 4. Untuk tetap
2. Berat badan ideal untuk menentukan memenuhi
sesuai dengan tinggi jumlah kalori dan kebutuhan
badan nutrien nutrisi pasien
3. Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda tanda
malnutrisi
5. Menunjukkan
peningkatan fungsi
pengecapan dan
menelan
6. Tidak terjadi penurunan
berat badan yang
berarti
Intoleransi aktifitas 1. Energy conservation Activity therapy : 1. Untuk
b/d gangguan 2. Self care O : Monitor respon mengetahui
metabolisme O2 d/d 3. Activity tolerance fisik, emosi, sosoal respon fisik,
energy kerkurang Setelah dilakukan asuhan dan spiritual emosi, social
keperawatan selama …X 24 N : Bantu untuk dan spiritual
jam diharapkan pasien dapat mendapatkan alat pasien
beraktifitas dengan semestinya bantuan aktivitas 2. Agar aktivitas
dengan kriteria hasil : seperti kursi roda, pasien tetap
1. Berpartisipasi dalam dsb bisa berjalan
kegiatan fisik tanpa E : Bantu pasien dengan lancer
adanya peningkatan untuk 3. Untuk
tekanan darah mengidentifikasikan mengetahui apa
2. Mampu melakukan aktivitas yang yang bisa dan
aktivitas sehari-hari mampu dilakukan tidak bisa
3. Tanda-tanda vital C : Kolaborasikan dilakukan
normal : dengan tenaga pasien
TD : 120/80 mmHg rehabilitasi medic 4. Agar pasien
Suhu : 36,5-37,5 C dalam merencakan tetao
R : 16-20x/menit program terapi yang mendapatkan
N : 60-100x/menit tepat terapi untuk
4. Mampu berpindah menunjang
dengan atau tanpa kesembuhan
bantuan alat pasien
5. Status rerpirasi :
pertukaran gas dan
ventilasi adekuat
Gangguan rasa 1. Ansienty Penurunan 1. Untuk
nyaman b/d 2. Fear leavel kecemasan mengetahui
insufisiensi 3. Sleep deprivation O : observasi status seberapa
oksigenasi d/d suplai Setelah dilakukan asuhan kecemasan pasien tingkat
O2 menurun keperawatan selama …x 24 N : bantu pasien kecemadsan
jam diharapkan pasien segera untuk mengenal pasien
nyaman dengan kriteria hasil : situasi yang 2. Agar pasien
1. Mampu mengontrol menimbulkan mengetahui
kecemasan kecemasan bagaimana
2. Status lingkungan yang E : Jelaskan semua situasi yang
nyaman prosedur dan apa membuat dia
3. Kualitas tidur dan yang dirasakan cemas
istirahat adekuat selama prosedur oleh 3. Untuk
4. Status kenyamanan pasien mengurangi
meningkat N : colaborasi kecemasan
pemberikan obat pasien
untuk mengurasi 4. Penanganan
kecemasan bila sewaktu-
waktu pasien
tiba-tiba
mengalami
kecemasan

5. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan dan
disesuaikan dengan kebutuhan pasien.

6. Evaluasi sumatif
Evaluasi disesuaikan dan dibuat dengan melihat perkembangan pasien Selama diberikan
asuhan keperawatan sesuai diagnosa keperawatan dan tujuan dengan menggunakan
evaluasi sumatif dalam bentuk SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

Nurrarif, Amin Huda dan hardhi Kusuma.2015. Aplikasi NANDA NIC NOC.
Jogjakarta : medication.
Price, Sylvia A dan Lorraine M.wilson.2006. Patofisiologi, konsep klinik proses,
proses penyakit vol.1. Jakarta : EGC.
Saferi Andra dan Mariza Yessie.2013. Keperawatan Medikal Bedah.jakarta :
Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai