2. Epidemiologi
Efusi pleura sering terjadi di negara-negara yang sedang berkembang, salah
satunya di Indonesia. Hal ini lebih banyak diakibatkan oleh infeksi tuberkolosis. Bila di
negara-negara barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif,
keganasan, dan pneumonia bakteri. Di Amerika efusi pleura menyerang 1,3 juta org/th.
Di Indonesia TB Paru adalah peyebab utama efusi pleura, disusul oleh keganasan. 2/3
efusi pleura maligna mengenai wanita. Efusi pleura yang disebabkan karena TB lebih
banyak mengenai pria. Mortalitas dan morbiditas efusi pleura ditentukan berdasarkan
penyebab, tingkat keparahan dan jenis biochemical dalam cairan pleura.
Karena merupakan tanda dari suatu penyakit maka dari segi data kasus tidak ada
angka pasti yang spesifik untuk kasus efusi pleura tetapi yang ada hanyalah angka dari
angka kejadian dari kasus-kasus tertentu seperti sekitar 20-25% efusi pleura disebabkan
karena tuberkulosis khususnya pada negara berkembang termasuk Indonesia. Dari
berbagai penyebab ini keganasan merupakan sebab yang terpenting ditinjau dari
kegawatan paru dan angka ini berkisar antara 43-52%. Namun dipihak lain ada yang
mengatakan insidens terjadinya efusi pleura karena pneumoni sekitar 36-57%. Distibusi
seks untuk efusi pleura pada umumnya wanita lebih banyak dari pria, sebaliknya yang
disebabkan oleh tuberkulosis paru pria lebih banyak dari wanita. Umur terbanyak untuk
efusi pleura karena TB adalah 21-30 tahun (30,26%).
3. Etiologi
Penyebab Efusi Pleura antara lain yaitu :
1. Virus dan mikroplasma
Insidennya agak jarang, bila terjadi jumlahnya tidak banyak. Contoh : Echo virus,
riketsia, mikroplasma, chlamydia.
2. Bakteri piogenik
Bakteri berasal dari jaringan parenkim paru dan menjalar secara hematogen. Contoh :
aerob : strepkokus pneumonia.
3. TB
Terjadi karena komplikasi TB paru melalui focus sub pleura yang robek atau melalui
aliran limfe, atau karena robeknya perkijuan ke arah saluran limfe yang menuju
fleura.
4. Fungi
Sangat jarang terjadi. Biasanya karena perjalanan infeksi fungi dari jaringan paru.
Contoh : aktinomikosis, koksidiomikosis, dsb.
5. Parasite
Parasite yang dapat menginfeksi ke fleura hanya amoeba. Amoeba masuk dalam
bentuk tropozoid setelah melewati parenkim hati menembus diafragma terus ke
rongga pleura. Efusi terjadi karena amoeba menimbulkan peradangan.
6. Kelainan intra abdominal
Contoh : pankeatitis, pseudokista pancreas atau eksarsebasi akut, pankreatitis kronis,
abses ginjal, dll.
7. Penyakut kolagen
Contoh : lupus eritematosus sistemik (SLE), artritis rematoid, dan scleroderma.
8. Gangguan sirkulasi
Contoh : gangguan CV (payah jantung), emboli pulmonal, hipoalbuminemia.
9. Neoplasma
Gejala paling kas adalah jumlah cairan efusi sangat banyak dan selalu berakumulasi
kembali dengan cepat.
10. Sebab-sebab lain
Seperti : trauma (tumpul, laserasi, luka tusuk, dll) uremia, miksedema, limfedema,
reaksi hipersensitif terhadap obat, efusi pleura indiopatik.
4. Klasifikasi
1. Efusi pleura transudate
Merupakan utrafiltrat plasma, yang menandakan bahwamembram pleura tidak
terkena penyakit. Akumulasi cairan disebabkan oleh faktor sistemik yang
mempengaruhi produksi dan absorbs cairan pleura seperti ( gagal jantung kengestif,
atelektasia, sirosis, sindrom nefrotik dan dialysis peritoneum).
2. Efusi pleura eksudat
Ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh kapiler yang rudak dan masuk
ke dalam paru yang dilapisi pleura tersebut atau ke dalam paru terdekat. Kriteria efusi
pleura eksudat yaitu :
a. Rasio cairan pleura dengan protein serum lebih dari 0.5
b. Rasio caira pleura dengan dehydrogenase laktat (LDH) lebih dari 0.6
c. LDH cairan pleura dua pertiga atas batas normal LDH serum
Penyebab efusi pleura eksudat seperti pneumonia, empyema, penyakit metastasis,
hemotorak, infark paru, keganasan, rupture aneurisma aorta (Morton, 2012).
6. Patofosiologi
Pleura parietalis dan viseralis letaknya berhadapan satu sama lain dan hanya
dipisahkan oleh selaput tipis cairan serosa. Lapisan cairan ini memperlihatkan adanya
keseimbangan antara transudasi dari kapiler-kapiler pleura dan reabsorbsi oleh vena
visceral dan parietal, dan saluran getah bening.
Efusi pleura dapat berupda transudate dan eksudat. Transudate terjadi pada
pengingkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya pada payah jantung kengstif.
Keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dari pembuluh. Transudasi
juga dapat terjadi pada hiproteinemia, seperti pada penyakit hati dan ginjal, atau
penekanan tumor pada vena kava. Penimbunan eksudat timbul sekunder dari peradangan
atau keganasan pleura, dan akibat peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan
absorsbi getah bening
Jika efusi pleura mengandung nanah, disebut emplema. Emplema diakibatkan
oleh perluasan infeksi dari struktur yang berdekatan dan merupakan komplikasi dari
pneumonia, abses paru-paru atau perforasi karsinoma ke dalam rongga pleura. Emplema
yang tidak ditangani dengan drainage yang baik dapat membahayakan dinding thoraks.
Eksudat akibat peradangan yang mengalami organisasi dan terjadi pelengketan fibrosa
antara pleura parietalis dan visceral. Ini disebut dengan fibrothorsaks. Jika fibrothoraks
luas maka dapat menimbulkan hambatan mekanime yang berat pada jaringan-jaringan
yang terdapat dibawahnya.
7. WOC
Peradangan pleura
Gagal jantung kiri Permeabilitas membrane kapiler Cairan protein dari getah
Obstruksi vena kava maningkat bening masuk rongga pleura
vv
superior
Asites pada sirosis hati
Dialysis peritoneal Peningkatan tekanan
Obstruksi fraktus urinarius kapiler
Konsentrasi protein cairan pleura
sistemik/pulmonal
meningkat
Penurunan tekanan
koloid osmotic dan
Terdapat jaringan nekrotik pada pleura
septa Penurunan tekanan intra Eksudat
pleura
transudat
9. Pemeriksaan diagnostic/penunjang
1. Pemeriksaan radiologi (Rontgen dada), pada permulaan didapati menghilangnya
sudut kostofrenik. Bila cairan lebih dari 300ml, akan tampak cairan dengan
permukaan melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediastinum
2. Untrasonografi
3. Torakosentesis / fungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan tampilan,
sitology, berat jenis. Fungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada
sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak), berdarah
(hemotoraks), pus (piotoraks), kilus ( kilotoraks). Bila cairan serosa mungkin berupa
transudate (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).
4. Cairan pleural dianalisi menggunakan kultur bakteri, pewarnaam gram, basil tahan
asam (untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi, analisis
sitology untuk sel-sel malignam, dan pH.
5. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan.
10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada efusi pleura antara lain :
1. Tirah baring
Tirah baring bertujuan untuk menurunkan kebuthan oksigen karena peningkatan
aktivitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dispneu akan semakin
meningkat pula
2. Thorakosentesis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subyektif seperti nyeri, dispneu,
dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1-1,5 liter perlu dikeluarkan segera untuk
mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka
pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
3. Antibiotic
Pemberian antibiotic diberikan apabila terbukti terdapat adanya infeksi. Antibiotic
diberikan sesuai dengan hasil kultur kuman.
4. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren, diberikan obat (tertasiklin, kalk, dan
biomisin) melalui selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapiran pleura dan
mencegah cairan terakumulasi kembali.
11. Komplikasi
1. Kollaps paru : hal ini terjadi jika paru-paru dikelilingi kumpulan cairan dalam waktu
yang lama.
2. Empyema : bila cairan pleura terinfeksi menjadi abses, yang akan membutuhkan
trainase yang lama
3. Pneumothoraks : dapat merupakan komplikasi dari torakosentesis
4. Gagal nafas
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
a.Data umum
Identitas pasien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
tempat tanggal lahir, suku, diagnose medis, golongan darah
Identitas penanggung jawab yang meliputi nama, hubungan dengan pasien,
umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan telp/no.HP
b. Riwayat kesehatan saat ini :
Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien)
Alasan berobat (hal/kejadian apa yang menyebabkan pasien berobat ke rumah
sakit)
Riwayat penyakit (Tanya pada pasien atau keluarga pasien apakah memiliki
riwayat penyakit sebelumnya)
b. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit yang pernah dialami
Riwayat perawatan (apakah pernah melakukan perawatan atau mendapat
perawatan di rumah sakit atau tidak pernah)
Riwayat operasi (apakah pernah mengalami operasi)
Riwayat pengobatan (apakah pernah melakukan pengobatan)
Kecelakaan yang pernah dialami (apakah pernah mengalami kecelakaan)
Riwayat alergi (tanyakan pada pasien apakah memiliki alergi terhadap
makanan atau obat)
c. Riwayat psikologi dan spiritual
d. Pemeriksaan fisik (keadaan umum pasien, kesadaran, ekspresi wajah, kebersihan
secara umum, TTV, head to toe)
e. Pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan medis
5. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan dan
disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
6. Evaluasi sumatif
Evaluasi disesuaikan dan dibuat dengan melihat perkembangan pasien Selama diberikan
asuhan keperawatan sesuai diagnosa keperawatan dan tujuan dengan menggunakan
evaluasi sumatif dalam bentuk SOAP.
DAFTAR PUSTAKA
Nurrarif, Amin Huda dan hardhi Kusuma.2015. Aplikasi NANDA NIC NOC.
Jogjakarta : medication.
Price, Sylvia A dan Lorraine M.wilson.2006. Patofisiologi, konsep klinik proses,
proses penyakit vol.1. Jakarta : EGC.
Saferi Andra dan Mariza Yessie.2013. Keperawatan Medikal Bedah.jakarta :
Nuha Medika