Kirana Riefta Agustin PDF
Kirana Riefta Agustin PDF
SKRIPSI
Oleh :
KIRANA RIEFTA AGUSTIN
NIM. 145080100111004
SKRIPSI
Oleh :
KIRANA RIEFTA AGUSTIN
NIM. 145080100111004
ii
SKRIPSI
Oleh :
KIRANA RIEFTA AGUSTIN
NIM. 145080100111004
Mengetahui,
Ketua Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan
iii
LEMBAR IDENTITAS TIM PENGUJI
NIM : 145080100111004
PENGUJI PEMBIMBING
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS
Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur”. yang saya tulis ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali
yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia. Penelitian ini berada dibawah
bimbingan Dr. Ir. Muhammad Musa, MS dan Sulastri Arsad, S.Pi., M.Si., M.Si.
v
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyusunan laporan penelitian skripsi ini tidak lepas dari segala bentuk
dukungan yang penulis peroleh dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
memiliki cinta dan kasih sayang tiada terkira, yang telah mewujudkan
segala cita-cita dan mimpi hamba-Nya. Segala puji dan syukur kepada-
Nya atas segala karunia dan kemudahan yang dilimpahkan. Sholawat dan
2. Orang tua Tercinta, Ibunda “Ita Mintarti”, Ayahanda “Yoyok Saiful Arif” dan
3. Dr. Ir. Muhammad Musa, MS dan Sulastri Arsad, S.Pi, M.Si, M.Sc atas
5. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff di Fakultas Perikanan dan Ilmu
berharganya.
penelitian ini.
vi
7. Sahabat seperjuangan saya ZOMBLO (Meme, Alvi, Rizal, Ican, Ilham dan
Takul), Konco Mesra (Nungky, Fitri, Rizka) dan Ulfia yang selalu memberi
11. Semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu yang secara
langsung maupun tidak langsung dan baik sengaja maupun tidak sengaja
Hanya Allah muara setiap amal kita dan semoga keikhlasan dan pengorbanan
Penulis
vii
HUBUNGAN RASIO N/P DENGAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI
RANU GRATI, KABUPATEN PASURUAN, JAWA TIMUR
The Relationship Between N/P Ratio and Phytoplankton Abundance in Ranu Grati,
Pasuruan, East Java
ABSTRAK
Ranu Grati merupakan danau air tawar yang dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan. Adanya
kegiatan perikanan dapat berpengaruh terhadap kondisi kualitas perairan di sekitar danau. Sisa pakan
yang tidak dimanfaatkan oleh organisme perairan mampu mempengaruhi kualitas perairan terutama
kandungan unsur hara nitrat dan orthofosfat. Adanya kapal wisata yang beroperasi di perairan Ranu
Grati juga dapat mempengaruhi kelimpahan dan persebaran organisme perairan terutama fitoplankton.
Penelitian dilaksanakan di Ranu Grati Kabupaten Pasuruan Propinsi Jawa Timur pada bulan Desember
2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan fitoplankton di Ranu Grati berkisar antara 180
ind/ml – 977 ind/ml yang menunjukkan bahwa perairan Ranu Grati termasuk dalam perairan
oligotrofik. Kadar nitrat di Ranu Grati berkisar antara 0,09 mg/L - 0,23 mg/L. Kadar orthofosfat di
Ranu Grati berkisar antara 0,03 mg/L – 0,12 mg/L. Kisaran rasio N/P yang didapat pada penelitian ini
sebesar 0,93 - 5,53 yang menunjukkan bahwa faktor pembatas di perairan Ranu Grati adalah unsur N.
Hubungan Rasio N/P dengan Kelimpahan fitoplankton di Ranu Grati sangat kuat dengan koefisien
korelasi sebesar 0,841 dan koefisien determinasi sebesar 70,70%. Persamaan model linier yang diperoleh
yaitu LN (Y) = 5,268 + 0,860 LN (X). Kualitas periran di Ranu Grati mendukung pertumbuhan
fitoplankton.
Kata kunci: Fitoplankton, Nitrat, Orthofosfat, Ranu Grati, Rasio N/P, Regresi-Korelasi
ABSTRACT
Ranu Grati is a freshwater lake which is utilized for fisheris activity. Fisheris activity can affect the condition
of water quality around the lake. Cast-off wich not utilized by the organism can affect the condition of water quality
especially nutrient nitrate and orthophosphate. Boat tours that operate in Ranu Grati can affect the abundance and
distribution of water organism especially phytoplankton. This research held in Ranu Grati, Pasuruan, East Java on
Desemeber 2017. The result of this research showed that pytoplankton abundance in Ranu was between 180 ind/ml –
977 ind/ml wich indicates that Ranu Grati waters are included in oligotrophic waters. Nitrate in Ranu Grati was
between 0,09 mg/L – 0,23 mg/L. Orthophosphate in Ranu Grati was between 0,03 mg/L – 0,12 mg/L. N/P ratio
in Ranu Grati was between 0,93 – 5,53 wich showed that limiting factor in Ranu Grati is Nitrate. The relationship
between N/P ratio and phytoplankton abundace in Ranu Grati is very strong wich is indicated with corellation coefficient
0,841 determination coefficient 70,70%. The analysis regresion of N/P ratio and phytoplankton abundance was shown
by the equation LN (Y) = 5,268 + 0,860 LN (X). Ranu Grati’s water quality is suitable for the growht of
phytoplankton.
viii
RINGKASAN
Kirana Riefta Agustin. Laporan Skripsi tentang Hubungan Rasio N/P dengan
Kelimpahan Fitoplankton di Ranu Grati, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur
(dibawah bimbingan Dr.Ir. Muhammad Musa, MS dan Sulastri Arsad, S.Pi.,
M.Si., M.Sc.)
Danau Ranu Grati, selama ini telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar
untuk berbagai keperluan. Kegiatan yang dilakukan di Ranu tersebut meliputi
irigasi, pariwisata, budidaya ikan dalam KJA dan usaha penangkapan ikan dengan
jala (oleh masyarakat sekitar) serta pancing (penghobi atau pengunjung). Tujuan
penelitian yaitu menganalisis kesuburan perairan Ranu Grati, menganalisis
kualitas perairan Ranu Grati ditinjau dari aspek keanekaragaman fitoplankton dan
menganalisis hubungan nitrat dan orthofosfat terhadap kelimpahan fitoplankton di
Ranu Grati. Penelitian dilaksanakan di Ranu Grati Kabupaten Pasuruan Propinsi
Jawa Timur dan di Laboratorium Hidrobiologi Divisi Lingkungan dan Bioteknologi
Perairan, Universitas Brawijaya, Malang pada tanggal 14 Desember 2017 – 29
Desember 2017. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode
survey. Pengambilan sampel dilakukan pada 5 titik penelitian yang ditentukan
berdasarkan rona lingkungan. Pengambilan sampel diulang sebanyak 3 kali
dengan interval waktu 3 minggu. Variabel yang diamati berupa variabel terikat dan
variabel bebas. Variabel terikat yaitu kelimpahan fitoplankton dan variabel bebas
yaitu nitrat dan orthofosfat. Pola hubungan antara Rasio N/P dengan Kelimpahan
Fitoplankton dianalisa dengan analisis Regresi-Korelasi menggunakan aplikasi
Minitab 17. Parameter fisika dan kimia lain yang diukur adalah suhu, kecerahan,
pH, DO dan CO2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keanekaragaman
fitoplankton yang ditemukan di Ranu Grati terdiri dari 5 divisi yaitu Chrysophyta,
Chlorophyta, Cyanophyta, Euglenophyta dan Pyrrophyta dengan total kelimpahan
berkisar antara 180 ind/ml – 977 ind/ml yang menunjukkan bahwa perairan Ranu
Grati termasuk ke dalam perairan Oligotrofik. Indeks keanekaragaman berkisar
antara 3,33-3,82. Indeks keseragaman berkisar antara 0,89-0,99. Indeks dominasi
berkisar antara 0,06-0,11. Kadar nitrat di Ranu Grati berkisar antara 0,09 mg/L -
0,23 mg/L yang menunjukkan bahwa perairan Ranu Grati termasuk kedalam
perairan oligotrofik. Kadar orthofosfat di Ranu Grati berkisar antara 0,03 mg/L –
0,12 mg/L yang menunjukkan bahwa perairan Ranu Grati termasuk kedalam
perairan eutrofik. Kisaran rasio N/P yang didapat pada penelitian ini sebesar 0,93
- 5,51. Jadi, faktor pembatas di perairan Ranu Grati adalah unsur N. Hubungan
Rasio N/P dengan Kelimpahan fitoplankton di Ranu Grati sangat kuat dengan
koefisien korelasi sebesar 0,841 dan koefisien determinasi sebesar 70,70%.
Persamaan model linier yang diperoleh yaitu LN (Y) = 5,268 + 0,860 LN (X).
Kualitas air di perairan Ranu Grati termasuk optimum untuk pertumbuhan
fitoplankton dengan kisaran suhu sebesar 30,7 oC – 33,6 oC, kecerahan 58,32 cm
– 80,28 cm, pH 7,8 – 9,0, DO 6,3 mg/L – 9,3 mg/L dan karbondioksida 9,9 mg/L –
12,7 mg/L. Tingkat kesuburan perairan di Ranu Grati termasuk kedalam perairan
oligotrofik. Ditinjau dari aspek keanekaragaman fitoplankton perairan Ranu Grati
adalah perairan yang baik untuk kehidupan organisme perairan. Hubungan antara
Rasio N/P dengan kelimpahan fitoplankton sangat kuat. Perairan Ranu Grati
adalah perairan yang baik untuk kehidupan organisme perairan sehingga
disarankan untuk instansi yang berwenang dalam pengelolaan Ranu Grati agar
dapat mempertahankan kondisi perairan tetap dalam keadaan baik.
ix
KATA PENGANTAR
Grati, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur”. Tujuan dibuatnya Laporan Skripsi ini
adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas
Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun agar tulisan ini dapat bermanfaat bagi pihak yang
membutuhkan.
Penulis
x
DAFTAR ISI
RINGKASAN ............................................................................................... ix
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 3
1.3 Maksud dan Tujuan ........................................................................... 4
1.4 Kegunaan .......................................................................................... 5
1.5 Waktu dan Tempat ............................................................................ 5
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekosistem Danau .............................................................................. 6
2.2 Fitoplankton........................................................................................ 6
2.3 Unsur N dan P.................................................................................... 9
2.3.1 Nitrat ...................................................................................... 10
2.3.2 Orthofosfat ............................................................................. 11
2.4 Rasio N dan P .................................................................................... 12
2.5 Parameter Kualitas Air ....................................................................... 13
2.5.1 Suhu ...................................................................................... 13
2.5.2 Kecerahan ............................................................................. 14
2.5.3 pH .......................................................................................... 15
2.5.4 Karbondioksida....................................................................... 16
2.5.5 DO ......................................................................................... 17
3. METODE PENELITIAN
3.1 Materi Penelitian ................................................................................ 19
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................. 19
xi
3.3 Metode Penelitian .............................................................................. 19
3.4 Teknik Pengambilan Data ................................................................. 20
3.4.1 Data Primer ............................................................................. 20
3.4.2 Data Sekunder ......................................................................... 21
3.5 Penetapan Stasiun dan Pengambilan Sampel ................................... 21
3.6 Metode Pengukuran Kualitas Air ....................................................... 22
3.6.1 Parameter Fisika ..................................................................... 22
3.6.2 Parameter Kimia....................................................................... 23
3.6.3 Parameter Biologi ..................................................................... 25
3.6 Analisis Data ..................................................................................... 28
LAMPIRAN .............................................................................................. 60
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
5.Stasiun 1...................................................................................... 31
6.Stasiun 2...................................................................................... 32
7.Stasiun 3...................................................................................... 32
8.Stasiun 4...................................................................................... 33
9.Stasiun 5 ..................................................................................... 33
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xv
1. PENDAHULUAN
Danau adalah bagian dari permukaan bumi berupa cekungan yang ada di
daratan yang berisi air tawar maupun air asin. Definisi lain dari danau adalah
wadah air dan ekosistemnya yang terbentuk secara alami. Danau diklasifikasikan
menjadi danau vulkanik, tektonik, tektovulkanik, glasial, karst, dan danau aliran /
ladam. Danau vulkanik adalah danau yang terbentuk di kawah atau kepundan
yang batuannya kedap air yang kemudian terisi oleh air hujan. Sedangkan danau
tektonik adalah danau yang terbentuk karena kegiatan tektonik berupa patahan
terbentuklah celah yang kemudian berisi air sungai atau air hujan (Simanjuntak et
al., 2014).
Ranu Grati merupakan danau vulkanik yang terbentuk karena adanya letusan
gunung berapi. Ranu Grati memiliki dasar yang sangat dalam dan berbetuk
corong. Salah satu fungsi Ranu Grati secara ekologis yaitu sebagai habitat
adalah plankton.
Plankton adalah salah satu organisme yang mendiami Ranu Grati. Plankton
bahan inorganik, maka fitoplankton disebut juga produsen primer (Nontji, 2008).
Kelimpahan fitoplankton di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa parameter
perubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia, maupun biologi (Agustini dan
Madyowati, 2014).
dan phosphorus sebagai fosfat (PO4). Namun, bila kedua unsur tersebut
Grati memiliki peran ekologi, sosial dan ekonomi bagi manusia sehingga banyak
kegiatan manusia yang dikakukan di wilayah danau. Disekitar Ranu Grati banyak
orthofosfat. Selain itu, kandungan unsur hara nitrat dan orthofosfat dalam perairan
juga dipengaruhi oleh buangan limbah rumah tangga yang berasal dari
juga dapat mempengaruhi kualitas perairan. Adanya kapal wisata yang beroperasi
2
1.2 Rumusan Masalah
danau dapat menimbulkan masalah. Penduduk yang tinggal di sekitar Ranu Grati
Kegiatan KJA di Ranu Grati dapat berpengaruh terhadap kondisi kualitas perairan.
Adanya sisa pakan yang tidak dimakan dan sisa metabolisme yang menumpuk
oleh unsur hara yang terkandung di perairan. Unsur hara yang banyak diperlukan
3
Senyawa N dan P secara alami berasal dari perairan itu sendiri. Unsur hara N
danau.
fitoplankton ?
di Ranu Grati ?
2008 2013
Maksud dari penelitian ini adalah untuk meneliti pola hubungan rasio N dan P
keanekaragaman fitoplankton
4
1.4 Kegunaan
Kegunaan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan gambaran maupun data
Timur. Dari data yang diperoleh diharapkan dapat memberikan informasi yang
5
2. TINJAUAN PUSTAKA
Ekosistem perairan dibedakan dalam tiga kategori utama yaitu ekositem air
tawar, ekosistem estuarin, dan ekosistem laut. Habitat air tawar dibedakan menjadi
dua kategori umum, yaitu sistem lentik (kolam, danau, situ, rawa, telaga, waduk)
dan sistem lotik (sungai). Sistem lentik adalah suatu perairan yang dicirikan air
yang menggenang atau tidak ada aliran air, sedangkan sistem lotik adalah suatu
perairan yang dicirikan oleh adanya aliran air yang cukup kuat, sehingga
Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem yang menempati daerah yang
relatif kecil di permukaan bumi dibandingkan dengan laut dan daratan. Bagi
menguntungkan bagi kehidupan manusia. Indonesia memiliki lebih dari 700 danau
dengan luas keseluruhan lebih dari 5000 km2 atau sekitar 0,25% dari keseluruhan
Danau merupakan perairan lentik yang alami, dan terdiri dari danau vulkanik
yaitu danau yang terbentuk karena peristiwa letusan gunung berapi, dan danau
tektonik yaitu danau yang terbentuk karena peristiwa tektonik misalnya akibat
gempa bumi. Danau vulkanik dan tektonik banyak terdapat di Indonesia karena
2.2 Fitoplankton
kondisi perairan karena plankton memiliki batasan toleransi terhadap zat tertentu.
mengapung atau melayang dalam perairan. Ukurannya sangat kecil, tak dapat
dilihat dengan mata telanjang. Ukuran yang paling umum berkisar antara 2-200
individu bersel tunggal, tetapi ada juga yang membentuk rantai. Meskipun
ukurannya sangat halus namun bila mereka tumbuh sangat lebat dan padat bisa
menyebabkan perubahan pada warna air yang bisa terlihat (Nontji, 2008).
Fitoplankton dapat ditemukan diseluruh massa air mulai dari permukaan air
mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu perairan, selain sebagai
dasar rantai makanan juga merupakan salah satu parameter tingkat kesuburan
al., 2012).
7
Eksistensi dan kesuburan fitoplankton pada ekosistem sangat ditentukan oleh
fitoplankton pada suatu perairan adalah akibat pemanfaatan nutrien, radiasi sinar
matahari, suhu, dan pemangsaan oleh zooplankton. Dua faktor utama penentu
maksimum pada temperatur tertentu dan mampu mencapai cahaya dan nutrien
diatom dan ganggang hijau serta dari kelompok ganggang biru. Golongan
warna ini dapat berubah-ubah karena pengaruh dari perubahan metabolisme alga
akan bervariasi, kepadatan yang sangat tinggi dan terjadi dalam waktu yang
singkat disebut sebagai blooming yang terjadi akibat meningkatnya nutrisi pada
danau yang tidak digunakan karena intensitas cahaya dan temperatur yang sangat
pada kejernihan air, suhu dan oksigen terlarut. Stratifikasi suhu pada danau
semakin kedalam semakin dingin. Pada perairan danau terdapat zona termoklin
yaitu zona yang terletak pada peralihan antara zona dingin dan zona panas
8
2.3 Unsur N dan P
Nutrien adalah unsur atau senyawa kimia yang digunakan untuk metabolisme
atau proses fisiologi organisme. Nutrien di perairan terdapat dalam bentuk makro
Ca, Na, dan Cl, sedangkan yang termasuk dalam bentuk mikro terdiri dari Fe, Co,
Zu, B, Si, Mn, dan Cu. Nutrien yang paling dibutuhkan oleh organisme adalah
unsur karbon, nitrogen, dan fosfor. Nutrien yang memiliki peran penting dalam
bahwa nitrogen dan fosfor yang paling dipertimbangkan. Nitrogen dan fosfor yang
Unsur nitrogen (N) dan fosfor (P) merupakan unsur hara (nutrisi) yang
Unsur-unsur tersebut ada dalam bentuk nitrat (NO3) dan fosfat (PO4). Unsur-unsur
kimia ini bersama-sama dengan unsur-unsur lainnya seperti belerang (S), kalium
(K) dan karbon (C) disebut juga unsur hara (nutrien). Zat-zat hara ini dibutuhkan
perairan. Unsur ini dibutuhkan oleh fitoplankton dalam jumlah yang besar, namun
populasinya akan menurun. Jumlah total P dan total N di perairan adalah dugaan
Dalam keputusan MENLH No.51 Tahun 2004, disebutkan bahwa baku mutu
konsentrasi maksimum fosfat yang layak untuk kehidupan biota perairan adalah
9
0,015 mg P-PO4/L. Sedangkan baku mutu konsentrasi nitrat air laut yang layak
untuk kehidupan biota laut adalah 0,008 mg N-NO3/L. Kandungan N dan P yang
Tentunya hal ini sangat merugikan karena dapat berpengaruh terhadap kesehatan
Prayitno, 2011).
(NO3-), ion nitrit (NO2-) dan ammonia (NH3), nitrogen oksida dan nitrogen dalam
persenyawaan dengan bahan lain maupun dalam bentuk bebas sebagai gas
nitrogen terlarut. Nitrogen sebagai salah satu unsur yang penting dalam zat hidup
ditemukan dalam bentuk senyawa organik baik pada organisme maupun bahan
organik dan terpartikulasi. Nitrat dapat menjadi faktor pembatas bagi produksi
Nitrat adalah bentuk nitrogen utama diperairan alami. Nitrat berasal dari
ammonium yang masuk ke dalam badan sungai terutama melalui limbah domestik.
Konsentrasi nitrat di dalam suatu perairan akan semakin berkurang bila semakin
10
Nitrat dimanfaatkan oleh fitoplankton sebagai bahan dasar pembuatan bahan
organik yang menjadi sumber makanan primer yang berada di rantai makanan di
fitoplankton memiliki batas tertentu, konsentrasi nitrat yang melebihi dapat memicu
peristiwa pengkayaan nutrien atau yang lebih dikenal dengan eutrofikasi. Kadar
nitrat yang melebihi 0,2 mg/L dapat menyebabkan eutrofikasi perairan yang
selanjutnya memacu pertumbuhan alga dan tumbuhan air secara pesat (blooming)
2.3.2 Orthofosfat
Senyawa fosfat terdiri atas fosfat terlarut dan fosfat partikulat. Ortofosfat
Ortofosfat yang merupakan produk ionisasi dari asam ortofosfat adalah bentuk
Ortofosfat merupakan nutrien yang hal ini dapat berasal dari buangan limbah
organik yang berasal dari drainase sekitar sehingga bahan organik dalam perairan
tinggi. Ortofosfat dapat bersumber dari air buangan penduduk dan industri yang
pencucian, industri logam, air buangan penduduk dan sisa makanan yang dibuang
badan air sehingga menyebabkan kematian biota air. Alga yang muncul akibat
kelebihan kadar fosfat adalah alga biru yang mampu memproduksi senyawa racun
dan dapat meracuni badan air. Meskipun konsentrasi fosfat di badan air dikurangi,
11
eutrofikasi masih dapat terjadi karena adanya mobilisasi fosfat dari sedimen
nitrogen dan fosfor dalam suatu perairan. Masukan tersebut dapat menyebabkan
perubahan komposisi N/P yang ada. Perubahan rasio unsur-unsur hara tersebut
tidak terlepas dari faktor pengkayaan unsur nitrogen. Terdapat konsensus ilmiah
Dengan meningkatnya konsentrasi nitrogen maka rasio N/P makin besar sehingga
fitoplankton secara langsung jika berbentuk nitrat dan ortofosfat. Rasio N dan P
yang dipakai oleh tumbuhan hijau antara yang di dalam air laut maupun dalam air
tumbuh optimal pada rasio 6/1 untuk N/P, sedangkan kelimpahan dinoflagelata
12
komponen nutrien, yaitu rasio N terhadap P yang sering disebut dengan Redfield
tambak Udang Vaname menyebutkan bahwa apabila rasio N/P kurang dari 10:1
atau mendekati 1:1, maka perairan akan di dominasi oleh Dinoflagellata. Apabila
nilai regresi yang diujikan pada rasio N/P dengan frekuensi dominasi Dinophyceae
korelasi yang mendekati 1, maka hubungan antara rasio N/P dengan frekuensi
2.5.1 Suhu
sangat tergantung pada jumlah sinar matahari. Suhu perairan bervariasi baik
dengan garis lintang dan secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Variasi suhu
secara vertikal di perairan Indonesia pada umumnya dapat dibedakan menjadi tiga
lapisan, yaitu lapisan homogen di bagian atas, lapisan termoklin di bagian tengah
dan lapisan dingin di bagian bawah. Lapisan homogen berkisar sampai kedalaman
50-70 meter, pada lapisan ini terjadi pangadukan air yang mengakibatkan suhu
dimana suhu menurun cepat terhadap kedalaman, terdapat pada lapisan 100-200
meter. Lapisan dingin biasanya kurang dari 5oC, terdapat pada kedalaman lebih
konsumsi oksigen juga mengalami peningkatan, maka perairan dengan suhu tinggi
13
miskin akan oksigen. Suhu merupakan faktor pembatas bagi organisme air. Hal ini
akan mendorong plankton untuk melakukan migrasi pada kedalaman yang kaya
Pengaruh suhu secara tidak langsung pada kehidupan di perairan adalah suhu
mempengaruhi daya larut gas karbondioksida (CO2) dalam air laut. Daya larut CO2
dalam air laut berkurang bila suhu perairan naik dan akan bertambah dengan
dalam hal kerapatan air (water density). Semakin dalam perairan, suhu akan
Suhu merupakan faktor yang sangat penting dalam mengatur kehidupan dan
2.5.2 Kecerahan
cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada perairan
fotosintesis. Kecerahan merupakan faktor penting bagi proses dan produksi primer
suatu perairan. Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan
14
Transmisi cahaya (kecerahan perairan) adalah suatu kondisi yang
tertentu. Pada perairan alami transmisi cahaya sangat penting karena berkaitan
yang dapat masuk ke perairan tersebut. Bagi biota air, cahaya mempunyai
pengaruh terbesar secara tidak langsung, yakni sebagai sumber energi untuk
akan berbeda pada setiap ekosistem air yang berbeda. Proses fotosintesis yang
dilakukan oleh fitoplankton sangat bergantung pada sinar matahari. Apabila proses
kendala. Hal ini akan berdampak negatif terhadap kehidupan organisme air
(Susanti, 2010).
atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. pH normal memiliki nilai
7 sementara bila nilai pH > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa
sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus yang berubah menjadi merah
bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya rendah (Widodo, 2012).
15
kisaran pH yaitu pH 5,5-6,5 tidak produktif, pH 6,5-7,5 produktif, dan pH 7,5-8,5
Organisme air dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH
netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah. pH yang
masih layak bagi kehidupan organisme perairan antara 6.6 sampai 8,5. Kondisi
perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan
2.5.4 Karbondioksida
Karbondioksoda (CO2) adalah sejenis senyawa kimia yang terdiri dari dua
atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuah atom karbon.
mikroorganisme pada proses respirasi dan digunakan oleh tumbuhan pada proses
atau dalam bentuk berikatan, sangat dipengaruhi oleh nilai pH air. Didalam sel
air akan membentuk karbohidrat dan oksigen. Karena pH air umumnya berkisar
(Susanti, 2010).
Sumber karbon utama di perairan berasal dari atmosfer,selain itu juga dapat
16
tekanan parsial CO2 perairan. Peningkatan konsentrasi CO2 dapat mempengaruhi
Oksigen terlarut dalam air berasal dari hasil proses fotosintesis oleh
fitoplankton atau tanaman air lainnya dan difusi dari udara. Oksigen terlarut dalam
laut dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk respirasi dan penguraian zat-zat
liter air. Kehidupan makhluk hidup dalam air (fitoplankton, zooplankton, dan biota
oksigen yang cukup untuk melakukan proses metabolisme. Apabila oksigen dalam
terlarut dapat berasal dari proses fotosintesis tumbuhan air dan dari udara yang
dari proses fotosintesis di perairan adalah oksigen terlarut. Oleh karena itu
17
perairan. Perairan yang mengandung oksigen yang tinggi mengindikasikan bahwa
18
3. MATERI DAN METODE PENELITIAN
Materi penelitian yang digunakan adalah pola hubungan antara rasio N dan P
dalam perairan dengan kelimpahan fitoplankton yang didukung dengan kualitas air
yang meliputi parameter fisika (Suhu dan Kecerahan) dan parameter kimia (DO,
pH dan CO2).
penelitian. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini cukup mudah di
dapatkan, sehingga dalam pencarian alat dan bahan dapat dikatakan berjalan
lancar. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Lampiran 1.
secara deskriptif. Menurut Mubyarto dan Suratno (1981), metode survei adalah
pengumpulan data. Dalam metode ini pengambilan data dilakukan tidak hanya
terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan
gambaran secara umum, sistematis, aktual dan valid mengenai fakta dan sifat-sifat
Menurut Linarwati et al. (2016), metode survei deskriptif adalah suatu bentuk
baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa
berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan
Data primer yaitu data yang diambil oleh peneliti untuk maksud khusus
sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian
dilakukan (Rokmana, 2012). Data primer yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu:
a. Data Lapang
Data lapang merupakan data yang diperoleh dari kegiatan observasi yaitu
(Lengka et al., 2013). Data lapang ini digunakan untuk keakuratan data yang
kecerahan, DO, pH, CO2 , nitrat, orthofosfat dan fitoplankton. Pengambilan sampel
b. Wawancara
informasi secara langsung mengenai kondisi danau Ranu Grati dengan cara
memberikan pertanyaan kepada pihak pengelola danau Ranu Grati. Data yang
diperoleh dari hasil wawancara berupa kondisi wilayah Ranu Grati secara umum,
kegiatan yang dilakukan di wilayah Ranu Grati dan jenis ikan yang dibudidayakan
di KJA.
20
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan
cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah literatur,
artikel, jurnal serta situs di internet yang berkenaan dengan penelitian yang
pengambilan sampel yang dianggap mewakili seluruh kegiatan dan kondisi Ranu
21
Pengambilan sampel di Ranu Grati dilakukan sebanyak 3 kali dalam kurun
a. Suhu
b. Kecerahan
2. Secchi disk ditarik perlahan sampai pertama kali tampak disebut jarak tampak.
ℎ +
ℎ ( )=
2
22
a. DO
a. DO (Dissolved Oxygen)
meter dengan merk “Lutron Model DO: 5510” adalah sebagai berikut:
1. Dikalibrasi alat.
yang terukur oleh alat dengan nilai rata-rata oksigen di udara (20.9 %).
b. CO2
2. a. Bila berwarna merah muda berarti air tersebut tidak mengandung CO2
bebas.
b. Bila air tetap tidak berwarna setelah ditambahi indikator PP, dititrasi dengan
( ) ( ) 22 1000
2 ( )=
23
Keterangan :
N = Normalitas titran
c. pH
sebagai berikut :
d. Nitrat
cuvet.
secara visual atau dengan sprektofotometer jenis Genesys 10S UV-ViS (pada
24
6. Pada layar monitor akan muncul data hasil pengukuran nitrat.
e. Orthofosfat
berikut :
4. Dibandingkan warna biru air sampel dengan larutan standar, baik secara
sebagai berikut :
film.
4. Air sampel diberi pengawet 3-4 tetes lugol atau sampai berwarna kecoklatan.
25
5. Kemudian setiap sampel diberi label (sesuai dengan stasiun dan waktu
b. Identifikasi Fitoplankton
2. Sampel air diambil menggunakan pipet sebanyak satu tetes dan diletakkan
kedalam objek glass biasa dengan posisi pipet tegak lurus dengan kaca objek
glass, kemudian ditutup dengan cover glass. Untuk menutup objek glass
cover glass pada glass preparat pada posisi miring 45° (satu tetes dari pipet
volumenya 0,05 mL yang tertutup penuh oleh cover glass yang luasnya 22 x
40x.
4. Fokus dan magnifikasi lensa diatur sampai bentuk fitoplankton terlihat jelas.
c. Kelimpahan Fitoplankton
Keterangan :
26
N = Jumlah fitoplankton per liter
d. Kelimpahan Relatif
KR = 100%
+ +
Dimana :
e. Indeks Keanekaragaman
berikut :
H’ = - Σ Pί log2 Pί , dimana Pί =
Keterangan :
H’ = Indeks Keanekaragaman
27
f. Indeks Keseragaman
berikut:
′
E=
Keterangan :
E = indeks keseragaman
H’ = Indeks keanekaragaman
g. Indeks Dominasi
=Σ
Keterangan :
D = Indeks Dominasi
28
H0 : Tidak terdapat pengaruh hubungan antara Rasio N/P dengan kelimpahan
fitoplankton
Dengan melihat angka probabilitas, dimana probabilitas sig > 0,05 maka H0
diterima artinya tidak terdapat pengaruh hubungan antara Rasio N/P dengan
kelimpahan fitoplankton. Bila probabilitas sig α < 0,05 maka artinya H0 ditolak,
fitoplankton.
29
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
memiliki luas 1.474,02 km2 atau sekitar 3,13% dari luas Provinsi Jawa Timur.
denganKabupaten Malang.
Ranu Grati berjarak 16 km dari arah timur Kota Pasuruan, Jawa Timur. Ranu
Luas Ranu Grati kurang lebih 1084 hektar. Kecamatan Grati terletak pada dataran
rendah dengan ketinggian antara 6-91 m di atas permukaan laut dan merupakan
daerah yang subur. Batas wilayah sebelah utara Desa Sumber Anyar, timur Desa
ditumbuhi vegetasi yang dapat menjaga tebing ranu), selatan Desa Kalipang
sekitar Ranu Grati. Selain dimanfaatkan untuk irigasi, perairan Ranu Grati juga
Jaring Apung (KJA). Luas wilayah Ranu Grati yang dimanfaatkan untuk wisata dan
budidaya ikan menggunakan KJA adalah 3,5 hektar atau 1,77 % dari luas Ranu
Grati secara keseluruhan. Jenis ikan yang dibudidayakan di KJA antara lain nila,
tombro, patin, gurame dan bawal (Putra, 2014). Adapun wilayah perairan Ranu
4.2.1 Stasiun 1
Stasiun 1 terletak di daerah dekat Keramba Jaring Apung. Stasiun ini secara
geografis terletak di titik koordinat 7o43’32.37 LS dan 113o0’13.72 BT. Stasiun ini
Dalam keramba jaring apung dibudidayakan ikan Nila, Patin dan Gurame.
31
4.2.2 Stasiun 2
geografi terletak di titik koordinat 7o43’26.94 LS dan 113o0’50.03 BT. Pada lokasi
ini banyak terdapat sampah yang berasal dari aktivitas penduduk sekitar.
4.2.3 Stasiun 3
terletak di titik koordinat 7°44'5.85 LS dan 113° 0'28.87 BT. Vegetasi pada stasiun
32
4.2.4 Stasiun 4
terletak pada titik koordinat 7°43'42.98 LS dan 113° 0'30.97 BT. Karena letaknya
yang berada di tengah danau, pada stasiun ini tidak ditemukan kegiatan perikanan.
4.2.5 Stasiun 5
Stasiun 5 terletak di dekat daerah pariwisata. Stasiun ini terletak pada titik
koordinat 7°43'21.72 LS dan 113° 0'31.50 BT. Stasiun ini banyak digunakan untuk
33
Pengukuran parameter biologi di Ranu Grati meliputi kelimpahan fitoplankton,
Kelimpahan adalah jumlah fitoplankton dalam tiap liter air di suatu perairan
perairan Ranu Grati berkisar antara 180 ind/ml – 977 ind/ml. Pada stasiun 1
438 ind/ml – 959 ind/ml. Pada stasiun 3 didapatkan kisaran jumlah kelimpahan
fitoplankton sebesar 219 ind/ml – 977 ind/ml. Pada stasiun 4 didaptakan kisaran
jumlah kelimpahan fitoplankton sebesar 180 ind/ml – 406 ind/ml. Pada stasiun 5
stasiun 3 pada minggu ke-2 yang memiliki nilai kelimpahan fitoplankton sebesar
219 ind/ml dan pada minggu ke-3 yang memliki kelimpahan fitoplankton sebesar
977 ind/ml. Perbedaan tersebut terjadi dikarenakan cuaca pada saat pengamatan
34
yang tidak menentu dan lokasi pengamatan yang dekat dengan wilayah perbukitan
sehingga dipengaruhi oleh banyak sedikitnya bahan organik yang dihasilkan oleh
yaitu:
Komposisi fitoplankton yang terdapat di perairan Ranu Grati terdiri dari 5 divisi
dan 29 genus. Adapun fitoplankton yang ditemukan berdasarkan divisi pada saat
35
Cyanophyta
17% Chlorophyta
24%
Euglenophyta
1%
Pyrrophyta
0,4%
Chrysophyta
57%
Grati yang tertinggi adalah divisi Chrysophyta sebesar 57% yang terdiri dari 10
genus yaitu Synedra sp., Surirella sp., Melosira sp., Gyrosigma sp., Apanoteche
sp., Tabellaria sp., Diatom sp., Tribonema sp., Pleurogaster sp., Chlorallantus sp.
Terbesar kedua adalah Divisi Chlorophyta sebesar 24% yang terdiri dari 12 genus
yaitu Zygnemopsis sp., Urococcus sp., Volvox sp., Chlorococcum sp., Closterium
sp., Euastrum sp., Elakothothrix sp., Staurastrum sp., Gonatozygon sp., Zygnema
sp., Chlorochytrium sp., Tetraedron sp. Diikuti divisi Cyanophyta sebesar 18%
yang terdiri dari 4 genus yaitu Glaucocystis sp., Anabaena sp., Choorococcus sp.,
yaitu Euglena sp. dan Trachelomonas sp. Komposisi terendah adalah divisi
Pyrrophyta sebesar 0,4% yang terdiri dari 1 genus yaitu Peridinium sp.
yang mendominasi perairan tawar umumnya terdiri dari divisi Chrysophyta dan
36
Chlorophyta. Divisi Chrysophyta mempunyai kemampuan menyesuaikan diri
air yang bersih. Plankton dengan divisi Chrysophyta akan mati jika terkena bahan
toksik yang tinggi (Abadi et al., 2014). Perairan dengan kelimpahan Crysophyta
yang tinggi menunjukkan bahwa perairan tersebut merupakan perairan yang baik.
perairan tawar. Chrysophyta mempunyai pigmen yang terdiri atas karoten dan
berflagel tidak sama panjang dan tidak selalu sama bentuknya. Dinding sel
melimpah di perairan yang relatif tenang seperti danau dan waduk (Putri et al.,
2014).
individu tiap jenis (Yuliana et al., 2012). Indeks keanekaragaman (H’) dapat
macam dan jumlah organisme. Selain itu keanekaragaman biota dalam suatu
37
besar, meskipun nilai ini sangat tergantung dari jumlah inividu masing-masing jenis
(Insafitri, 2010).
Indeks keseragaman adalah komposisi tiap individu pada suatu spesies yang
kelompok biota mendominasi kelompok lain. Dominasi yang cukup besar akan
mengarah pada komunitas yang labil maupun tertekan. Semakin besar nilai indeks
dominasi (C), maka semakin besar pula kecenderungan adanya jenis tertentu
tinggi. Sesuai dengan pernyataan Fitriana (2005), apabila nilai H’ < 1,0
adanya tekanan yang berat dan ekosistem tidak stabil. Apabila nilai H’ antara 1,0
38
– 3,322 keanekaragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi ekosistem cukup
Ranu Grati diperoleh indeks keseragaman fitoplankton di perairan Ranu Grati pada
1 sebaran individu antar jenis merata. Nilai e mendekati 0 apabila sebaran individu
antar jenis tidak merata atau ada sekelompok jenis tertentu yang dominan. Indeks
Grati diperoleh indeks dominasi fitoplankton berkisar antara 0,06 – 0,11. Hasil
Ranu Grati. Sesuai dengan pernyataan Rahmatullah et al. (2016), nilai indeks
yang mendekati 1 menunjukkan adanya dominansi yang tinggi dan sebaliknya nilai
indeks yang mendekati 0 menunjukkan dominansi yang rendah atau tidak ada
4.4.1 Nitrat
Nitrat adalah bentuk nitrogen utama diperairan alami (Mustofa, 2015). Nitrat
yang menjadi sumber makanan primer yang berada di rantai makanan di perairan
39
dengan bantuan sinar matahari (Tungka et al., 2016). Hasil rata-rata pengukuran
antara 0,09 mg/L - 0,23 mg/L. Terdapat perbedaan nilai nitrat yang signifikan di
stasiun 2 antara minggu ke-1 yang memiliki nilai nitrat sebesar 0,09 mg/L dan
minggu ke-3 yang memiliki nilai nitrat sebesar 0,23 mg/L. Perbedaan tersebut
sehingga terdapat limbah buangan yang berasal dari rumah tangga yang dapat
perairan yaitu sebesar 0,9 mg/L – 3,5 mg/L (Patty et al., 2015). Kadar nitrat di
perairan Ranu Grati merupakan kadar nitrat yang optimum untuk pertumbuhan
kesuburan perairan. Perairan oligotrofik kadar nitrat 0–1 mg/l, perairan mesotrofik
kadar nitrat 1–5 mg/l, perairan eutrofik kadar nitrat 5-50 mg/l (Mustofa, 2015). Dari
40
4.4.2 Orthofosfat
langsung oleh tumbuhan akuatik. Orthofosfat yang merupakan produk ionisasi dari
asam orthofosfat adalah bentuk fosfat yang paling sederhana di perairan (Aziz et
al., 2014). Hasil rata-rata pengukuran orthofosfat di perairan Ranu Grati dapat
antara 0,03 mg/L – 0,12 mg/L. Terdapat perbedaan nilai orthofosfat yang signifikan
di stasiun 4 antara minggu ke-2 yang memiliki nilai orthofosfat sebesar 0,12 mg/L
dan minggu ke-3 yang memiliki nilai orthofosfat sebesar 0,12 mg/L. Perbedaan
tersebut terjadi dikarenakan lokasi pengamatan yang berada di tengah danau dan
cukup dekat dengan wilayah perbukitan sehingga terdapat masukan fosfat dari
wilayah perbukitan.
Menurut Patty et al. (2015), kadar orthofosfat yang layak untuk pertumbuhan
biota perairan yaitu 0,015 mg/L. Kadar orthofosfat di perairan Ranu Grati
Menurut Mustofa (2015), perairan dengan kadar orthofosfat sebesar 0,003 – 0,010
mg/L termasuk dalam kategori perairan yang oligotrofik, 0,01 – 0,003 mg/L
merupakan perairan mesotrofik, 0,03 – 0,1 mg/L merupakan perairan eutrofik. Dari
41
4.4.3 Rasio N/P
komposisi organisme dan kimia air. Redfield N:P sebagai 16:1 seringkali
dan atau P di suatu perairan (Widyastuti et al., 2015). Hasil perhitungan Rasio N/P
Berdasarkan Tabel 5. dapat dilihat bahwa kisaran nilai rasio N/P di perairan
Ranu Grati berkisar antara 0,93 – 5,51. Nilai Rasio N/P pada stasiun 1 sebesar
1,53 – 4,43. Pada stasiun 2 diperoleh kisaran nilai rasio N/P sebesar 1,76 – 5,51.
Pada stasiun 3 diperoleh kisaran nilai rasio N/P sebesar 1,48 – 5,53. Pada stasiun
4 diperoleh kisaran nilai rasio N/P sebesar 0,9 – 4,11. Pada stasiun 5 diperoleh
kisaran nilai rasio N/P sebesar 1,42 – 4,77. Terdapat perbedaan nilai Rasio N/P
yang signifikan pada stasiun 3 antara minggu ke-2 yang memiliki nilai Rasio N/P
sebesar 1,48 dan minggu ke-3 yang memiliki Rasio N/P sebesar 5,53. Perbedaan
42
tersebut dipengaruhi oleh kandungan nitrat dan orthofosfat di wilayah
pengamatan.
Kisaran rasio N/P yang didapat pada penelitian ini sebesar 0,93 - 5,51.
Menurut Widyastuti et al. (2015), kriteria redfield raso N/P ditentukan dengan N/P
< 16 maka N menjadi faktor pembatas, N/P > 16 maka P menjadi faktor pembatas,
N/P = 14-16 maka N atau P menjadi faktor pembatas atau N dan P secara
model atau hubungan antara satu atau lebih variabel bebas X dengan sebuah
variabel respon Y (Syilfi et al., 2012). Hubungan rasio N/P dengan kelimpahan
ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar +0,841. Nilai ini menyatakan
bahwa rasio N/P dan kelimpahan fitoplankton berkorelasi linier positif dan sangat
kuat. Menurut Arikunto (2006), jika nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,80-1,000
artinya antar variabel memiliki hubungan yang sangat kuat. Berdasarkan output P-
43
Value yang diperoleh sebesar 0,000 yang mana lebih kecil dari α= 0,05 sehingga
H0 ditolak. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara rasio N/P dengan
kelimpahan fitoplankton.
parameter fisika kimia perairan seperti suhu, kecerahan, pH, oksigen terlarut dan
fitoplankton pada suatu perairan selalu berkaitan erat dengan kondisi di sekitar
linier yang diperoleh yaitu LN (Y) = 5,268 + 0,860 LN (X). Y merupakan kelimpahan
fitolankton dan X adalah rasio N/P. Apabila Rasio N/P naik 1% maka akan
bernilai 5,268% menunjukkan bahwa jika rasio N/P bersifat konstan maka estimasi
44
8,00
5,00
Kelimpahan
4,00
Kelimpahan
3,00 Linear (Kelimpahan)
2,00
1,00
0,00
-0,50 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00
Rasio N/P
Berdasarkan Gambar 11. dapat dilihat bahwa setiap kenaikan 1 satuan rasio
sesuai dengan hasil uji analisis regresi antara rasio N/P dan kelimpahan
fitoplankton di perairan Ranu Grati. Uji analisis regresi dilakukan untuk mengetahui
Pada saat penelitian dilakukan pengukuran parameter fisika dan kimia di Ranu
Grati. Parameter fisika yang diukur adalah suhu dan kecerahan. Sedangkan
parameter kimia yang diukur adalah pH, DO, dan CO2. Pengukuran parameter
fisika dan kimia dilakukan setiap satu minggu sekali sebanyak 3 kali dengan 3 kali
pengulangan masing-masing.
45
4.6.1 Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur
proses kehidupan dan penyebaran organisme. Suhu air laut di suatu perairan
plankton akibat suhu semakin menurun dan kerapatan air semakin meningkat
antara 30,7 oC – 33,6 oC. Pada stasiun 1 diperoleh kisaran nilai suhu sebesar 30,9
o
C – 33,0 oC. Pada stasiun 2 diperoleh kisaran nilai suhu sebesar 30,8 oC – 33,4
o
C. Pada stasiun 3 diperoleh kisaran nilai suhu sebesar 30,8 oC – 33,6 oC. Pada
stasiun 4 diperoleh kisaran nilai suhu sebesar 30,7 oC – 33,4 oC. Pada stasiun 5
diperoleh kisaran nilai suhu sebesar 30,9 oC – 33,2 oC. Terdapat perbedaan nilai
suhu yang signifikan di stasiun 3 antara minggu ke-1 yang memiliki suhu sebesar
33,6 oC dan minggu ke-3 yang memiliki suhu sebesar 30,8 oC. Perbedaan ini
disebabkan oleh adanya pengaruh cuaca pada saat pengamatan di minggu ke-1
46
Menurut Effendi (2003), kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan
kisaran suhu di perairan Ranu Grati termasuk ke dalam kisaran suhu yang
optimum bagi pertumbuhan fitoplankton. Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh
penyerapan panas, curah hujan dan pola sirkulasi arus (Hadikusumah, 2008).
4.6.2 Kecerahan
akan berbeda pada setiap ekosistem air yang berbeda (Susanti, 2010). Hasil rata-
58,3 cm – 80,2 cm. Pada Stasiun 1 diperoleh kisaran nilai kecerahan sebesar 69,1
cm – 72,1 cm. Pada Stasiun 2 diperoleh kisaran nilai kecerahan sebesar 59,4 cm
– 74,4 cm. Pada stasiun 3 diperoleh kisaran nilai kecerahan sebesar 58,3 cm –
69,9 cm. Pada stasiun 4 diperoleh kisaran nilai kecerahan sebesar 68,5 cm – 80,2
cm. Pada stasiun 5 diperoleh kisaran nilai kecerahan sebesar 67,9 cm – 72,5 cm.
Terdapat perbedaan nilai kecerahan yang signifikan di stasiun 2 antara minggu ke-
1 yang memiliki nilai kecerahan sebesar 74,45 cm dan minggu ke-3 yang memiliki
nilai kecerahan sebesar 59,4 cm. Hal ini terjadi di karenakan adanya pengaruh dari
47
membawa muatan baru (tambahan sedimen dan air) dan juga limbah dari aktivitas
manusia.
Menurut Boyd (1998), transparansi yang baik untuk plankton secara optimal
rendah dan terlalu tinggi akan menurunkan kelimpahan plankton. Hal ini
plankton berkurang, serta sifat dari plankton yang fototaksis negatif yaitu bergerak
4.6.3 pH
antara 7,8 – 9,0. Pada stasiun 1 diperoleh kisaran nilai pH sebesar 7,8 – 8,7. Pada
stasiun 2 diperoleh kisaran nilai pH sebesar 8,7 – 8,8. Pada stasiun 3 diperoleh
kisaran nilai pH sebesar 8,7 – 9,0. Pada stasiun 4 diperoleh kisaran nilai pH
sebesar 8,7 – 9,0. Pada stasiun 5 diperoleh kisaran nilai pH sebesar 8,8 – 8,9.
Terdapat perbedaan nilai pH yang signifikan di stasiun 3 dan 4 antara minggu ke-
48
1 yang memiliki nilai pH sebesar 9,0 dan minggu ke-3 yang memiliki nilai pH
sebesar 8,7. Hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh dari lokasi pengamatan
yang dekat dengan wilayah perbukitan sehingga nilai pH dipengaruhi oleh banyak
pengamatan.
bahan organik yang tinggi. Nilai pH yang baik untuk kehidupan biota perairan
berkisar antara 5 – 9 dan antara 6,5 – 8,5. Dengan demikian, kondisi pH di perairan
Ranu Grati masih dalam kondisi pH yang optimal untuk kehidupan Fitoplankton.
Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain aktivitas bioligis misalnya
fotosintesis dan respirasi organisme, serta suhu dan keberadaan ion-ion dalam
4.6.4 DO
dari proses fotosintesis di perairan adalah oksigen terlarut. Oleh karena itu
49
Berdasarkan Tabel 11. hasil rata-rata pengukuran DO di Ranu Grati berkisar
antara 6,3 mg/L – 9,3 mg/L. Pada Stasiun 1 diperoleh kirasan nilai DO sebesar
7,0 mg/L – 7,6 mg/L. Pada stasiun 2 diperoleh kisaran nilai DO sebesar 6,6 mg/L
– 7,3 mg/L. Pada stasiun 3 diperoleh nilai DO sebesar 7,5 mg/L – 9,3 mg/L. Pada
stasiun 4 diperoleh kisaran nilai DO sebesar 6,3 mg/L – 8,4 mg/L. Pada stasiun 5
diperoleh kisaran nilai DO sebesar 7,1 mg/L – 7,6 mg/L. Terdapat perbedaan nilai
DO yang signifikan di stasiun 3 antara minggu ke-1 yang memiliki nilai DO sebesar
9,3 mg/L dan minggu ke-3 yang memiliki nilai DO sebesar 7,5 mg/L. Hal tersebut
fotosintesis.
Menurut Pratiwi (2015), Plankton dapat hidup dengan baik pada konsentrasi
DO lebih dari 3 mg/L. Nilai oksigen terlarut di perairan sebaiknya berkisar antara
6,3 mg/L. Makin rendah nilai DO di perairan maka makin tinggi nilai pencemaran
4.6.5 CO2
rendah (Sahabuddin et al., 2017). Hasil rata-rata pengukuran CO2 di perairan Ranu
50
Tabel 12. Hasil Rata-rata Pengukuran CO2 di Ranu Grati
CO2 (mg/L)
Minggu Stasiun
ke- 1 2 3 4 5
1 12,5 ± 1,26 10,3 ± 0,38 12,0 ± 1,46 10,4 ± 0,89 12,3 ± 1,36
2 12,3 ± 1,20 12,7 ± 0,94 11,4 ± 1,81 12,6 ± 1,31 11,5 ± 0,48
3 12,3 ± 1,50 11,9 ± 0,46 13,0 ± 0,32 11,2 ± 0,47 9,9 ± 0,91
Keterangan : Nilai ± SD (n=3)
Berdasarkan Tabel 12. hasil rata-rata pengukuran CO2 di Ranu Grati berkisar
antara 9,9 mg/L – 12,7 mg/L. Pada Stasiun 1 diperoleh kirasan nilai CO2 sebesar
12,3 mg/L – 12,5 mg/L. Pada stasiun 2 diperoleh kisaran nilai CO2 sebesar 10,3
mg/L – 12,7 mg/L. Pada stasiun 3 diperoleh nilai CO2 sebesar 11,4 mg/L – 13,0
mg/L. Pada stasiun 4 diperoleh kisaran nilai CO2 sebesar 10,4 mg/L – 12,6 mg/L.
Pada stasiun 5 diperoleh kisaran nilai CO2 sebesar 9,9 mg/L – 12,5 mg/L. Terdapat
perbedaan nilai CO2 yang signifikan di stasiun 2 dan 5. Perbedaan yang signifikan
di stasiun 2 terjadi pada minggu ke-1 yang memiliki CO2 sebesar 10,3 mg/L dan
minggu ke-2 yang memiliki nilai CO2 sebesar 12,7 mg/L. Sedangkan perbedaan
yang signifikan di stasiun 5 terjadi pada minggu ke-1 yang memiliki nilai CO2
sebesar 12,3 mg/L dan minggu ke-3 yang memiliki nilai CO2 sebesar 9,9 mg/L.
stasiun 2 (dekat pemukiman penduduk dan keramba jaring apung) dan stasiun 5
banyak dipengaruhi oleh hasil proses pernafasan hewan dan tumbuhan air serta
51
perairan yang melebihi ambang batas toleransi organisme perairan akan
52
5. KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
oligotrofik. Jenis fitoplankton yang teridentifikasi di Ranu Grati terdiri dari 5 divisi
(1%), dan Pyrrophyta (1%). Ditinjau dari aspek keanekaragaman fitoplankton yang
ditemukan, kualitas perairan Ranu Grati termasuk dalam perairan yang baik untuk
1.2 Saran
pengelolaan Ranu Grati agar dapat mempertahankan kondisi perairan tetap dalam
keadaan baik. Hal ini bertujuan agar fungsi ekologi dalam perairan Ranu Grati
tetap dapat berjalan dengan baik dan tidak terjadi pencemaran di wilayah perairan
Ranu Grati.
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, Y.P., B. Suharto dan J.B. Rahadi. 2014. Analisa Kualitas Perairan Sungai
Klinter Nganjuk Berdasarkan Parameter Biologi (Plankton). Jurnal
Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 36-42.
Agustini, M dan S.O. Madyowati. 2014. Identifikasi dan kelimpahan plankton pada
budidaya ikan air tawar ramah lingkungan. Jurnal Agrokow. 2 (1) : 39-43.
Anggraini, A., Sudarsono dan Sukiya. 2016. Kelimpahan dan Tingkat Kesuburan
Plankton di Perairan Sungai Bedog. Jurnal Biologi. 3 (6) : 1-10.
APHA (American Public Health Association). 1985. Standard Method for the
Examinition of Water and Waste Water. American Public Health
Association. Water Pollution Control Federation. Port City Press.
Baltimore, Mariland.1202 p.
Ariana, D., J. Samiaji dan S. Nasution. 2013. Komposisi Jenis dan Kelimpahan
Fitoplankton Perairan Laut Riau. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru.
Boyd, C.E. 1979. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Auburn University
Agricultural Experiment Station. Auburn. USA.
Boyd, C.E. 1998. Water Quality in Ponds for Aquaqulture. Albama Agricultural.
Experiment Station. Alabama. 482 hlm.
Budiardi, T., I. Widyaya dan D. Wahjuningrum. 2007. Hubungan Komunitas
Fitoplankton dengan Produktivitas Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)
di Tambak Biocrete. Jurnal Akuakultur Indonesia. 6(2): 119-125.
Daulat, A., M.A. Kusumaningtyas. R.A. Adi dan W.S. Pranowo. 2014. Sebaran
Kandungan CO2 Terlarut di Perairan Pesisir Selatan Kepulauan Natuna.
Depik. 3 (2) : 166-177.
Davis, C.C. 1955. The Marine and Freshwater Plankton. Edisi I. Michigan State
University Press. New York.
Edward dan M.S. Tarigan. 2003. Pengaruh Musim Terhadap Fluktuasi Kadar
Fosfat dan Nitrat di Laut Banda. Makara Sains.7 (2): 82-89.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogjakarta : Kanisius
Efizon, D., R.M. Putra., F. Kurnia., A.H. Yani dan M. Fauzi. 2015. Keanekaragaman
Jenis-Jenis Ikan di Oxbow Pinang dalam Desa Buluh Cina Kabupaten
Kampar, Riau. Institut Alam dan Tamadun Melayu (ATMA), UKM. 55 hlm.
Hardiyanto , R., H. Suherman dan R.I. Pratama. 2012. Kajian Produktivitas Primer
Fitoplankton di Waduk Saguling, Desa Bongas dalam Kaitannya dengan
Kegiatan Perikanan. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3 (4) : 51-59.
Landner. 1978. Eutrofication of Lakes : Causes Effect and Meams for Control with
Emphasis on Lake Rehabilitation. World Health Organization.
Limbong, M. 2008. Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah dan Ukuran
Hasil Tangkapan Ikan Cakalang di Perairan Teluk Palabuhanratu Jawa
Barat. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian
Bogor.
Linarwati, M., A. Fathoni dan M.M. Minarsih. 2016. Studi Deskriptif Pelatihan dan
Pengembangan Sumberdaya Manusia Serta Penggunaan Metode
55
Behavioral Event Interview dalam Merekrut Karyawan Bru di Bank Mega
Cabang Kudus. Journal of Management. 2 (2).
Mustofa, A. 2015. Kandungan nitrat dan pospat sebagai faktor tingkat kesuburan
perairan pantai. Jurnal DISPROTEK. 6 (1) : 13-19.
Nuriya, H., Z. Hidayah dan A. F. Syah. 2010. Analisis Parameter Fisika Kimia di
Perairan Sumenep Bagia Timur dengan Menggunakan Citra Landsat TM
5.Jurnal Kelautan. 3 (2) : 132-138.
Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga . Gajah mada University
Press. Jogjakarta. H. 134-162.
Patty, S. I., H. Arfah dan M.S. Abdul. 2015. Zat Hara (Fosfat, Nitrat), Oksigen
Terlarut dan pH Kaitannya dengan Kesuburan di Perairan Jikumerasa,
Pulau Buru. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis. 1 (1) : 43-50.
Paulson, G.S. 2005. Handbook to the Construction and Use of Insect Collection
and Rearing Devices. Springers. London.
56
Pemerintahan Kabupaten Pasuruan. 2006.Potensi Daerah Kabupaten Pasuruan.
(SerialOnline).http://kab-
pasuruan.go.id/potensi/index.php?act=detail&fid=pt2006051113075367.
Diakses Pada Tanggal 8 Februari 2018 Pukul 19.04 WIB.
Prayitno, H.B dan Suherman. 2012. Hubungan Antara Rasio N/P dan Konsentrasi
Silikat di Perairan Kepulauan Tambelan dan Kepulauan Serasan. Jurnal
Segara. 8 (1): 19-26.
Presscot, G.W. 1970. How to Know Freshwater Algae, Dubuque. Lowa. WM.C.
Brown Company Publisher.
Putra, J.H. 2014. Penentuan Status Trofik Danau Ranu Grati Berdasarkan Trophic
State Index (TSI) dari Carlson (1977) di Kabupaten Pasuruan Propinsi Jawa
Timur. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya.
Malang.
Putri, F. D.M., E. Widyastuti dan Christiani. 2014. Hubungan Perbandingan Total
Nitrogen dan Total Fosfor dengan Kelimpahan Chrysophyta di Perairan W
aduk Panglima Besar Soedirman, Banjarnegara. Scripta Biologica. 1 (1) : 96-
101.
Rahmawati, I., B. Hendarto dan P.W. Purnomo. 2014. Fluktuasi Bahan Organik
Dan Sebaran Nutrien Serta Kelimpahan Fitoplankton Dan Klorofil-A Di
Muara Sungai Sayung Demak. Journal Of Maquares (3) 1: 27-36.
57
Risamasu, F. J. L dan H. B Prayitno. 2011. Kajian Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat dan
Silikat di Perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan. Ilmu Kelautan.
16 (3) : 135-142.
Rumhayati, B. 2010. Studi Senyawa Fosfat dalam Sedimen dan Air Menggunakan
Teknik Diffusive Gradient in Thin Films (DGT). Jurnal Ilmu Dasar. 11 (2) :
160-166.
Standar Nasional Indonesia. 2004. Cara Uji Derajat Keasaman (pH) dengan
menggunakan alat pH meter. SNI 06-6989.11. IC 8 18.080.60.
Standar Nasional Indonesia. 2005. Pengukuran Suhu. SNI 06-6989.23. ICS No.
13. 060.01.
58
Tungka, A.W., Haeruddin dan C. Ain. 2016. Konsentrasi Nitrat dan Ortofosfat di
Muara Sungai Banjir Kanal Barat dan Kaitannya dengan Kelimpahan
Fitoplankton Harmful Alga Blooms (HABs). Journal of Fisheries Science and
Technology. 12 (1) : 40-46.
Widodo, I. S. 2012. Perbedaan pH dan Nilai DMF-T Pada Sumber Air Tanah dan
Sumur di Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember. Skripsi. Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Jember.
Yuliana., E.M. Adiwilaga., E. Harris dan N.T.M. Pratiwi. 2012. Hubungan Antara
Fitoplankton dengan Parameter Fisik-Kimiawi Perairan di Teluk Jakarta.
Jurnal Akuatika. 3 (2): 169-179.
59