Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Jepang menjajah Indonesia selama 3 tahun yang dimulai pada tahun 1942 dan berakhir
pada saat Indonesia merdeka. Tentara Jepang mendarat pertama kali pada tanggal 11 Januari
1942 yang diawali dengan menguasai daerah-daerah penghasil minyak, seperti Tarakan,
Balikpapan serta beberapa daerah di Kalimantan lainnya. Pada tanggal 1 Maret 1942, Jepang
berhasil mendarat di tiga tempat di Jawa, yaitu di daerah Banten, Indramayu, dan
Bojonegoro. Tentara Jepang kemudian menyerbu pos tentara-tentara Belanda serta
mengalahkannya. Pada 8 Maret 1942, Belanda akhirnya menyerah tanpa syarat kepada
Jepang yang ditandai dengan ditandatanganinya Perjanjian Kalijati oleh Belanda.
Setelah Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang, Jepang mulai menyusun strategi
penjajahan untuk menguasai Indonesia. Pada awalnya, kedatangan Jepang di Indonesia
disambut baik oleh bangsa Indonesia karena Jepang dianggap telah membebaskan
penderitaaan rakyat Indonesia yang diakibatkan oleh Belanda. Selanjutnya Jepang
menerapkan sistem Pemerintahan Militer yang bersifat sementara sampai nantinya
disempurnakan dengan penambahan Pemerintahan Sipil. Selain itu, Jepang juga membentuk
organisasi sipil, serta organisasi militer dan semimiliter. Jepang kemudian mulai menerapkan
kebijakan ekonomi perang serta Romusha yang sangat merugikan bangsa Indonesia. Hal ini
yang mengakibatkan rakyat Indonesia muak lalu melakukan perlawanan kepada Jepang.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana Proses Masuknya Jepang ke Wilayah Indonesia?
2. Bagaimana Proses Penjajahan Jepang di Indonesia ?
3. Apa Saja Organisasi Bentukan Jepang ?
4. Bagaimana Perlawanan Rakyat Terhadap Jepang?
5. Bagaimana Dampak Pendudukan Jepang bagi Bangsa Indonesia?
6. Bagamana Upaya Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui Bagaimana Proses Masuknya Jepang ke Wilayah Indonesia
2. Mengetahui Proses Penjajahan Jepang di Indonesia
3. Mengetahui Organisasi Bentukan Jepang
4. Mengetahui Bagaimana Perlawanan Rakyat terhadap Jepang
5. Mengetahui Dampak Pendudukan Jepang bagi Bangsa Indonesia
6. Mengetahui Upaya apa saja untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Masuknya Jepang ke Wilayah Indonesia


Pada tanggal 8 Maret 1942, Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer
(Gubernur Jenderal Belanda), Letnan Jenderal Ter Poorten (Panglima tentara Hindia
Belanda), serta pejabat tinggi militer dan seorang penerjemah pergi ke Kalijati. Dari pihak
Jepang hadir Letnan Jenderal Imamura. Dalam pertemuan itu, Belanda menyerah tanpa syarat
kepada Jepang. Dengan demikian, secara resmi masa penjajahan Belanda di Indonesia
berakhir. Jepang berkuasa di Indonesia. Bukan kemerdekaan dan kesejahteraan yang didapat
bangsa Indonesia. Situasi penjajahan tidak berubah. Hanya kini yang menjajah Indonesia
adalah Jepang.

Kedatangan Jepang pada umumnya diterima dengan penuh semangat. Rakyat percaya
bahwa Jepang datang untuk memerdekakan, dan Jepang makin disenangi karena segera
mengizinkan dikibarkannya bendera nasional Indonesia merah putih, dan
dikumandangkannya lagu kebangsaan Indonesia raya, dua hal penting yang dulu dilarang
oleh Belanda. Alasan penting kenapa penjajahan Jepang justru diterima oleh mayoritas kaum
terpelajar Indonesia adalah karena penguasa baru itu dapat lebih meningkatkan status sosial
ekonomi orang Indonesia, hanya dengan kelayakan saja, tanpa kekerasan. Lebih-lebih lagi,
dalam waktu enam bulan sejak kedatangannya, Jepang memenjarakan semua penduduk
Belanda, sebagian besar orang Indo, dan sejumlah orang Kristen Indonesia yang dicurigai
pro-Belanda kedalam kamp-kamp konsentrasi. Jumlah personil pemerintah militer Jepang
hanya sedikit, oleh karena itu mereka terpaksa mengambil orang-orang Indonesia untuk
mengisi lowongan hampir semua jabatan tingkat menengah, atasan bidang administrasi dan
teknisi yang dulu diduduki orang Belanda atau Indo. Jadi, hampir semua personil Indonesia
dalam bidang pemerintahan, mendapat kenaikan pangkat satu, dan bahkan sering dua atau
tiga tingkat dalam hirarki tempat mereka bekerja. Dari situlah Jepang mula-mula
memenangkan dukungan dari rakyat Indonesia. Karena alasan ini dan karena mereka diterima
dengan tangan terbuka oleh penduduk, Orang Jepang tampaknya tidak mendapat tantangan
nyata apa pun sebelumnya dari para pemimpin nasionalis. Mereka dapat dengan mudah
mengambil sumber-sumber kekayaan Indonesia demi tujuan kepentingan perang mereka,

tanpa harus mengadakan persetujuan dengan kaum nasionalis Indonesia. Berdasarkan


keyakinan ini, mereka membentuk pergerakan tiga A pada tanggal 29 April 1942. Pada saat
itu, Jepang memperkenalkan dan memprogandakan semboyan dan semangat Jepang, yaitu
“Nippon pemimpin Asia, Nippon pelindung Asia, dan Nippon cahaya Asia”.
Pergerakan itu bertujuan mengumpulkan dukungan untuk tujuan perang Jepang dan
kemakmuran bersama Asia Timur Raya. Jepang terlalu dini untuk percaya bahwa mereka
tidak perlu menggarap nasionalisme Indonesia untuk mencapai tujuan-tujuannya lebih lanjut,
karena kenyataannya orang Indonesia yang mereka pilih untuk memimpin pergerakan
tersebut adalah Mr. Raden Samsoedin, jelas bukan seoang pemimpin nasionalis eselon
pertama. Orang Jepang segera menyadari kekeliruan perkiraan ini. Meskipun propagandanya
hebat, Pergerakan Tiga A sebenarnya sangat melempem (gagal). Ternyata kemakmuran
ekonomi Indonesia dinomorduakan dibawah kepentingan Jepang, tanpa suatu imbalan yang
memadai bagi Indonesia. Nusantara dikuras habis bahkan makanannya, minyak dan kinanya,
sementara barang-barang pokok yang sangat diperlukan seperti barang sandang dan onderdil-
onderdil tidak masuk lagi. Jepang mengawasi kurikulum sekolah secara kasar dengan tangan
besi. Mereka memaksakan bahasa Jepang sebagai pengganti bahasa Belanda di sekolah-
sekolah menengah atas, dan sebagai bahasa resmi dikalangan pemerintah. Ini semua
menimbulkan reaksi-reaksi negatif yang tajam.
Yang lebih penting dan lebih meresap dihati hampir seluruh penduduk Indonesia
adalah antagonisme yang tajam yang diciptakan oleh kekerasan yang keterlaluan, serta
kekurangajaran yang sering ditunjukan oleh orang Jepang dalam pergaulan dengan orang
Indonesia. Dalam waktu beberapa bulan saja, Jepang mulai menyadari bahwa mereka tidak
lagi mendapat dukungan dari massa maupun mayoritas orang Indonesia terpelajar. Suatu rasa
tidak senang terhadap Jepang terus tumbuh di kalangan rakyat mulai nyata dan ditunjukkan
dengan mendadakan pemberontakan sebelum tahun 1942 berakhir. Jepang mulai khawatir
pada permusuhan yang jelas serta perlawananan yang kadang oleh pelajar sekolah dan
mamhasiswa. Mereka cemas terutama setelah mengetahui bahwa dibentuk organisasi-
oraganisasi bawah tanah yang terdiri dari mahasiswa-mahasiswa ini maupun para pemimpin
politik.
Mereka mulai memahami bahwa pergerakan kebangsaan Indonesia adalah suatu
kekuatan yang nyata dan kuat, dengan apa harus dicapai suatu cara penyelesaian tertentu, jika
mereka menghendaki tercapainya tujuan-tujuan penjajahan yang minim sekalipun. Menyadari
hal ini, Jepang mengubah kebijakan politiknya secara radikal. Pertama-tama mereka
mengalihkan perhatian kepada para pemimpin nasionalis, yang mereka yakini bahwa
pemimpin tersbut benar-benar disukai rakyat.

2.2 Penjajahan Jepang di Indonesia


Bala Tentara Nippon adalah sebutan resmi pemerintahan militer pada masa
pemerintahan Jepang. Menurut UUD No. 1 (7 maret 1942), Pembesar Bala Tentara Nippon
memegang kekuasaan militer dan segala kekuasaan yang dulu dipegang oleh Gubernur
Jendral ( pada masa kekuasaan Belanda).
Dalam pelaksanaan sistem pemerintahan ini, kekuasaan atas wilayah Indonesia di
pegang oleh dua angkatan perang yaitu angkatan darat (Rikugun) dan angkatan laut (Kaigun).
Masing masing angkatan mempunyai wilayah kekuasaan. Dalam hal ini Indonesia dibagi
menjadi tiga wilayah kekuasaan, yaitu.
a. Daerah Jawa dan Madura dengan Pusatnya Batavia berada di bawah kekuasaan
Rikugun.
b. Daerah Sumatra dan Semenanjung Tanah Melayu degan pusatnya Singapura berada di
bawah kekuasaan Rikugun . Daerah Sumatra dipisahkan padah tahun 1943, tapi masi
berada di bawah kekuasaan Rikugun.
c. Daerah Kalimantan, Sulawesi, Nusatenggara,Maluku, Irian berada di bawah
kekuasaan Kaigun.

2.3. Organisasi Bentukan Jepang


Pasukan Jepang selalu berusaha untuk dapat memikat hati rakyat Indonesia. Hal ini
dilakukan dengan tujuan agar bangsa Indonesia memberi bantuan kepada pasukan Jepang.
Untuk menarik simpati bangsa Indonesia maka dibentuklah organisasi resmi seperti Gerakan
Tiga A, Putera, dan PETA.
Pasukan Tiga A Gerakan ini disebut engan Gerakan Tiga A, yaitu Nippon Pelindung Asia
,Nippon Cahaya Asia, Nippon Pemimpin Asia . Gerakan ini dipimpin oleh Syamsuddin SH.
Namun dalam perkembangan selanjutnya gerakan ini tidak dapat menarik simpati rakyat,
sehingga pada tahun 1943 Gerakan Tiga A dibubarkan dan dengan Putera.

Pusat Tenaga Rakyat (Putera) adalah organisasi yang dibentuk pemerintah Jepang di
Indonesia pada 16 April 1943 dan dipimpin oleh Empat Serangkai, yaitu Ir.Soekarno
M.Hatta, Ki Hajar Dewantoro dan K.H Mas Mansyur. Tujuan Putera adalah untuk membujuk
kaum Nasionalis dan intelektual untuk mengabdikan pikiran dan tenaganya untuk
kepentingan perang melawan Sekutu dan diharapkan dengan adanya pemimpin orang
Indonesia, maka rakyat akan mendukung penuh kegiatan ini. Para pemimpin bangsa
Indonesia merasa bahwa satu-satunya cara menghadapi kekejaman militer Jepang adalah
dengan bersikap kooperatif. Hal ini semata untuk tetap berusaha mempertahankan
kemerdekaan secara tidak langsung. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka mereka
sepakat bekerjasama dengan pemerintah militer Jepang dengan pertimbangan lebih
menguntungkan dari pada melawan.

Pembelah Tanah Air (PETA) adalah kesatuan militer yang dibentuk Jepang du Indonesia
dalam masa pendudukan Jepang. Tentara Pembela Tanah Air dibentuk pada tanggal 3
Oktober 1943 berdasarkan maklumat Osamu Seirei No. 44 yang diumumkan oleh Panglima
Tentara Ke-16, Letnan Jendral Kumakichi Harada sebagai Tentara Sukarela. Pelatihan
pasukan PETA dipusatkan di kompleks militer Bogor yang diberi nama Jawa Bo-ei Giyugun
Kanbu Resentai. Tentara PETA telah berperan besar dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.
Beberapa tokoh nasional yang dahuluna tergabung dalam PETA antara lain mantan Presiden
Soeharto dan Jendral Besar Soedirman. Veteran-veteran tentara PETA telah menentukan
perkembangan dan evolusi militer Indonesia, antara lain setelah menjadi bagian penting dari
pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR), Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Tentara
Keselamatan Rakyat, Tentara Republik Indonesia (TRI), hingga akhirnya TNI. Kerana hal
ini, PETA banyak dianggap sebagai salah satu cikal bakal dari Tentara Nasional Indonesia
(TNI).
2.4. Perlawanan Rakyat Terhadap Jepang
Buruknya kehidupan rakyat mendorong timbulnya perlawanan-perlawanan rakyat di
beberapa tempat seperti:
1. Pada awal pendudukan Jepang di Aceh tahun 1942 terjadi pemberontakan di Cot
Plieng, Lhok Seumawe di bawah pemimpinan Tengku Abdul Jalil. Pemberontakan ini
dapat dipadamkan, dan dua tahun kemudian, yaitu pada tahun 1944 muncul lagi
pemerontakan di Meureu di bawah pimpinan Teuku Hamid yang juga dapat
dipadamkan oleh pasukan Jepang.
2. Karawang Ampel, Sindang (Kabupaten Indramayu) tahun 1943 terjadi perlawanan
rakyat di daerah itu kepada Jepang. Perlawanan ini dipimpin oleh Haji Madriyan dan
kawan – kawannya, namun perlawanan ini berhasil ditindas oleh Jepang dengan
sangat kejamnya.
3. Sukamanah ( Kabpuaten Tasikmalaya) tahun 1943 terjadi perlawanan rakyat di daerah
itu kepada Jepang. Perlawanan ini dipimpin oleh Haji Zaenal Mustafa. Dalam
perlawanan ini Zaenal Mustafa berhasil membunuh kaki-tangan Jepang. Dengan
kenyataan seperti ini, Jepang melakukan pembalasan yang luar biasa dan melkukan
pembunuhan missal terhadap rakyat.
4. Blitar, pada tanggal 14 pebruari 1945 terjadi pemberontakan PETA di bawah
pimpinan Supriyadi ( Putra Bupati Blitar ). Dalam memimpin pemberontakan ini
Supriady tidak sendiri dan dibantu oleh teman-temannya seperti dr. Ismail , Mudari,
dan Suwondo. Pada pemberontakan itu, orang-orang Jepang yang berada di Blitar
dibinasakan. Pemerontakan heroic ini benar-benar mengejutkan Jepang, terlebih lagi
pada saat itu Jepang terus menerus mengalami kekalahan di dalam Perang Asia Tiur
Raya dan Perang Pasifik. Kemudia Jepang mengepung kedudukan Supriyadi, namun
pasukan Supriyadi tetap mengadakan aksinya. Jepang tidak kehilangan akal, ia
melakukan suatu tipu muslihat dengan menyerukan agar para pemberontakan
menyerah saja dan akan di jamin keselamatannya serta akan dipenuhi segala
tuntutannya. Tipuan Jepang tersebut ternyata berhasil dan akibatnya banyak anggota
PETA yang menyerah. Pasukan PETA yang menyerah tidak luput dari hukuman
Jepang dan beberapa orang dijatuhi hukuman mati seperti Ismil dan kawan-kawannya.
Disamping itu, adapula yang meninggal karena siksaan Jepang.
Secara umum dapat dikatakan bahwa penduduk Jepang di bumi Indonesia tidak dapat
diterima. Jepang juga sempat mengadakan pembunuhan secara besar-besaran terhadap
masyarakat dari lapisan terpelajar di daerah Kalimantan Barat. Pada daerah ini tidak
kurang dari 20.000 orang yang menjadi korban keganasan pasukan Jepang. Hanya
sebagian kecil saja yang dapat menyelamatkan diri dan liri ke Pulau Jawa.
Setelah kekalahan-kekalahan yang dialami oleh Jepang pada setiap
peperangannya dalam Perang Pasifik, akhirnya pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang
menyerah kepada pasukan Sekutu.

2.5. Dampak Pendudukan Jepang bagi Bangsa Indonesia


a. Bidang politik

Sejak awal pemerintahannya, Jepang melarang bangsa Indonesia berserikat dan


berkumpul. Oleh karena itu, Jepang membubarkan organisasi-organisasi pergerakan
nasional yang dibentuk pada mas Hindia Belanda, kecuali MIAN. MIAI kemudian
dibubarkan dan digantikan dengan Masyumi. Para tokoh pergerakan nasional pada
masa pendudukan Jepang mengambil sikap kooperatif. Dengan sikap ini, meraka
banyak yang duduk dalam badan-badan yang dibentuk oleh pemerintah Jepang,
seperti Gerakan 3 A, Putera, dan Cuo Sangi In. Selain itu, para tokoh pergerakan
nasional juga memanfaatkan kesatuan-kesatuan pertahanan yang dibentuk oleh
Jepang, seperti Jawa Hokokai, Heiho, Peta, dan sebagainya.
Kebijaksanaan pemerintah Jepang tersebut bertujuan untuk menarik simpati dan
mengerahkan rakyat Indonesia untuk membantu Jepang dalam perang melawan
sekutu, namun kenyataannya dimanfaatkan oleh para tokoh pergerakan nasional,
sehingga banyak memberikan keuntungan bagi perjuangan bangsa Indonesia. Dengan
demikian, pemerintah jepang berhasil melakukan pengekangan terhadap berbagi
kegiatan pergerakan nasional, namun tidak berhasil mengekang berkembangnya
kesadaran nasional bangsa Indonesia menuju Indonesia merdeka.

b. Bidang ekonomi

Jepang berusaha untuk mendapatkan dan menguasai sumber-sumber bahan mentah


untuk industri perang. Jepang membagi rencananya dalam dua tahap.
1. Tahap penguasaan, yakni menguasai seluruh kekayaan alam termasuk kekayaan milik
pemerintah Hindia Belanda.
2. Tahap penyusunan kembali struktur ekonomi wilayah dalam rangka memenuhi
kebutuhan perang. Sesuai denga tahap ini maka pola ekonomi perang dirancanakan
bahwa setiap wilayah harus melaksanakan autarki. Autarki, artinya setiap wilayah
harus mencukupi kebutuhan sendiri dan juga harus dapat menunjang kebutuhan
perang. Romusa mempunyai persamaan dengan kerja rodi atau kerja paksa pada
zaman Hindia Belanda, yakni kerja tanpa mendapatkan upah.

c. Bidang Birokrasi
Pada pertengahan tahun 1943, kedudukan Jepang dalam Perang Pasifik mulai
terdesak, maka Jepang memberi kesempatan kepada bangsa Indonesia untuk turut
mengambil bagian dalam pememerintahan negara. Untuk itu pada tanggal 5
September 1943, Jepang membentuk Badan Pertimbangan Karesidenan (Syi Sangi
In). Banyak orang Indonesia yang menduduki jabatan-jabatan tinggi dalam
pemerintahan, seperti Prof. Dr. Husein Jayadiningrat sebagai Kepada Departemen
Urusan Agama (1 Oktober 1943) dan pada tanggal 10 November 1943 Sutardjo
Kartohadikusumo dan R.M.T.A Surio masing-masing diangkat menjadi Kepala
Pemerintahan (Syikocan) di Jakarta dan Banjarnegara.

d. Bidang Militer

Awal 1943, keadaan Perang Pasifik mulai berubah, Ekspansi tentara Jepang berhasil
dihentikan Sekutu dan Jepang beralih dikap bertahan. Kerana sudah kehabisan tenaga
manusia, Jepang menyadari bahwa mereka memerlukan dukungan dari penduduk
masing-masing daerah yang diduduki, Pemerintah militer Jepang mulai memikirkan
pengerahan pemuda-pemudi Indonesia guna membantu perang melawan sekutu.
Jepang lalu membentuk kesatuan-kesatuan pertahanan sebagai tempat penggembleng
pemuda-pemudi Indonesia di bidang kemiliteran. Pemuda yang tergabung dalam
berbagai kesatuan pertahanan menjadi menjadi pemuda-pemuda yang terdidik dan
terlatih dalam kemiliteran. Dalam perjuangan untuk merebut kemerdekaan dan
perjuangan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di kemudian hari, pelatih
militer ini akan sangat berguna.

e. Bidang Kebudayaan

Pada masa Jepang, bidang pendidikan dan kebudayaan diperhatikan dan bahasa
Indonesia mulai di pergunakan. Bahasa Indonesia dijadikan sebagai pelajaran utama,
sedangkan bahasa Jepang dijadikan sebagai bahasa wajib. Dengan semakin meluasnya
penggunaan bahasa Indonesia, komunikasi antarsuku di Indonesia semakin intensif
yang pada akhirnya semakin merekatkan keinginan untuk merdeka. Pada tanggal 1
April 1943 dibangun pusat kebudayaan di Jakarta, yang bernama "Keimin Bunka
Shidoso"

f. Bidang Pendidikan

1. Pendidikan berkembang pesat di banding masa Hindia Belanda


2. Bangsa Indonesia diberi kesempatan untuk sekolah di sekolah yang dibangun
pemerintah
3. Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar pada sekolah-sekolah
4. Berbagai nama diIndonesiakan
Tetapi semua yang dilakukan oleh Jepang tersebut hanya untuk menarik simpati
rakyat agar mau membantu Jepang mengahadapi lawan-lawannya dalam Perang
Pasifik.

g. Bidang Sosial

1. Jepang memperkenalkan sistem Tonorigumi (Rukun Tetangga/RT) yang


tergabungdalam Ku (desa)
2. Kehidupan sosial masyarakat sangat memprihatinkan sebab rakyat harus memenuhi
kebutuhan perang Jepang dalam menghadapi musuhnya.
3. Rakyat juga harus kerja paksa yang disebut dengan kerja Romusha. Dari kerja paksa
tersebut menyebabkan jatuh banyak korban akibat kelaparan dan terkena penyakit.
4. Banyak wanita Indonesia yang dijadikan wanita penghibur “Jugun Ianfu” pada masa
itu

A. UPAYA MEMPERSIAPKAN KEMERDEKAAN INDONESIA


1. Persiapan Kemerdekaan Indonesia

Kekalahan jepang dalam Perang Pasifik semakin jelas, sehingga pada 1 maret 1945
Jenderal Kumakichi harada mengumumkan dibentuknya suatu badan khusus yag
bertugas menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerekaan Indonesia yang bernama
Dokuritsu Junbi Chosakai ata Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Badan ini bertujuan untuk mempelajari dan mempersiapkan hal-hal penting
mengenai masalah tata pemerintahan Indonesia Merdeka. Anggota dari badan
penyelidik ini terdiri atas 60 orang tokoh bangsa Indonesia dan 7 orang bangsa jepang
( mereka tidak mempunyai suara). Sebagai ketua ditunjuk KRT Radjiman
Widyodiningrat (seorang nasioalis tua) dan wakil ketua, yaitu R.Surono dan seorang
lagi dari orang jepang.
Badan penyelidik ini diresmikan pada 29 Mei 1945, yang dihadiri oleh seluruh
anggota dan dua orang pembesar militer Jepang, yaitu Panglima Tentara Wilayah
Ketujuh Jenderal Izagaki yang menguasai Jawa serta Panglima Tentara Wilayah
Ketujuh Jenderal Yuichiro Nagano. Siding berlangsung dari tanggal 29 Mei sampai 1
Juni 1945. Sidang ini membicarakan dasar filsafat negara Indonesia Merdeka yang
kemudian dikenal dengan Pancasila. Tokoh-tokoh yang mengusulkan Dasar Negara
itu di antaranya Mr. Muh Yamin, Prof. Dr. Supomo, Ir. Soekarno.
1. Pada sidang 29 Mei 1945, Mr. Muh Yamin mengajukan lima rancangan dasar negara
Indonesia Merdeka diantaranya:
a. Peri Kebangsaan
b. Peri Kemanusiaan
c. Peri Ketuhanan
d. Peri Kerakyatan
e. Kesejahteraan Rakyat
2. Pada sidang tanggal 31 Mei 1945, Prof.Dr.Supomo mengajukan lima rancangan dasar
negara Indonesia Merdeka, yaitu:
a. Persatuan
b. Kekeluargaan
c. Mufakat dan Demokrasi
d. Musyawarah
e. Keadilan Sosial
3. Pada sidang tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengajukan lima rancangan dasar
negara Indonesia Merdeka, yang diberi nama Pancasila (nama yang diajukan oleh
seorang ahli bahasa yang duduk disampingnya). Kelima rancangan dasar yang
diajukan itu diantaranya.
a. Kebangsaan Indonesia
b. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan
c. Mufakat atau Demokrasi
d. Kesejahteraan Sosial
e. Ketuhanan Yang Maha Esa

Setelah persidangan pertama itu selesai, BPUPKI menunda persidangan hingga bulan Juli
1945. Namun pada tanggal 22 Juni 1945, sembilan orang anggota yaitu Ir. Soekarno, Drs.
Moh. Hatta, Mr Muh. Yamin,Mr. Ahmad Subardjo, Mr A.A Maramis, Abdulkahar Muzakar,
Wachid Hasyam, H. Agus Salim, dan Abikusno Tjokrosejuso membentuk Panitia Sembilan
Panitia Kecil. Panitia Sembilan itu menghasilkan dokumen yang berisi asas dan tujuan negara
Indonesia Merdeka. Dokumen ini dikenal sebagai Piagam Djakarta, yang isinya adalah
sebagai berikut:
1. Ketuhanan dengan berkewajiban menjalankan syariat-syariat islam bagi para
pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyarawatan atau
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Piagam Djakarta kemudian menjadi Mukadimah Undang-Undang Dasar 1945, alam


perumusan Piagam Djakarta sebagai dasar filsafat negara Indonesia Merdeka, diadakan
perubahan pada sila pertama, yaitu dari “Ketuhanan dengan Kewajiban menjalankan syariat-
syariat Islam bagi para pemeluknya” menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Perubahan
seperti ini disesuaikan dengan keadaan masyarakat Indonesia yang beraneka ragam agama.
Pada tanggal 7 Agustus 1945, Jenderal Terauchi menyetujui pembentukan Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Iinkai menggantikan
BPUPKI. Pada tanggal 9 Agustus 1945, tiga orang tokoh bangsa Indonesia yaitu Ir.Soekarno,
Drs.Moh.Hatta, dan Dr. Radjiman Widyodiningrat berangkat ke Saigon / Dalat (Vietnam
Selatan) untuk memenuhi panggilan Panglima Mandala Asia Tenggara, Marsekal Terauchi
guna menerima informasi tentang kemerdekaan Indonesia. Untuk pelaksanaannya dibentuk
PPKI dan wilayah Indonesia akan meliputi seluruh bekas jajahan Belanda.
Anggota PPKI terdiri atas 21 orang dengan ketuanya Ir.Soekarno dan Wakil Ketua
Drs.Moh.Hatta. Namun, tanpa seizin Jepang, PPKI diambil alih oleh pemimpin-pemimpin
bangsa Indonesia menjadi bahan perjuangan milik bangsa Indonesia dengan menambah
keanggotaannya menjadi 27 orang.
DAFTAR PUSTAKA

www.freedomkana.com/2017/01/organisasi-militer-pembentuka-jepang.html

https://donipengalaman.wordpress.com/2014/09/30/organisasi-bentukan-jepang-di-indonesia

www.kumpulanmakalah4.blogspot.com/2017/03/makalah-penjajahan-jepang-di-
indonesia.html

www.freedomsiana.com/2017/01/dampak-pendudukan-jepang-di-indonesia.html

www.rapranji.blogspot.com/2010/11/dampak-pendudukan-jepang-di-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai