PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Kedatangan Jepang pada umumnya diterima dengan penuh semangat. Rakyat percaya
bahwa Jepang datang untuk memerdekakan, dan Jepang makin disenangi karena segera
mengizinkan dikibarkannya bendera nasional Indonesia merah putih, dan
dikumandangkannya lagu kebangsaan Indonesia raya, dua hal penting yang dulu dilarang
oleh Belanda. Alasan penting kenapa penjajahan Jepang justru diterima oleh mayoritas kaum
terpelajar Indonesia adalah karena penguasa baru itu dapat lebih meningkatkan status sosial
ekonomi orang Indonesia, hanya dengan kelayakan saja, tanpa kekerasan. Lebih-lebih lagi,
dalam waktu enam bulan sejak kedatangannya, Jepang memenjarakan semua penduduk
Belanda, sebagian besar orang Indo, dan sejumlah orang Kristen Indonesia yang dicurigai
pro-Belanda kedalam kamp-kamp konsentrasi. Jumlah personil pemerintah militer Jepang
hanya sedikit, oleh karena itu mereka terpaksa mengambil orang-orang Indonesia untuk
mengisi lowongan hampir semua jabatan tingkat menengah, atasan bidang administrasi dan
teknisi yang dulu diduduki orang Belanda atau Indo. Jadi, hampir semua personil Indonesia
dalam bidang pemerintahan, mendapat kenaikan pangkat satu, dan bahkan sering dua atau
tiga tingkat dalam hirarki tempat mereka bekerja. Dari situlah Jepang mula-mula
memenangkan dukungan dari rakyat Indonesia. Karena alasan ini dan karena mereka diterima
dengan tangan terbuka oleh penduduk, Orang Jepang tampaknya tidak mendapat tantangan
nyata apa pun sebelumnya dari para pemimpin nasionalis. Mereka dapat dengan mudah
mengambil sumber-sumber kekayaan Indonesia demi tujuan kepentingan perang mereka,
Pusat Tenaga Rakyat (Putera) adalah organisasi yang dibentuk pemerintah Jepang di
Indonesia pada 16 April 1943 dan dipimpin oleh Empat Serangkai, yaitu Ir.Soekarno
M.Hatta, Ki Hajar Dewantoro dan K.H Mas Mansyur. Tujuan Putera adalah untuk membujuk
kaum Nasionalis dan intelektual untuk mengabdikan pikiran dan tenaganya untuk
kepentingan perang melawan Sekutu dan diharapkan dengan adanya pemimpin orang
Indonesia, maka rakyat akan mendukung penuh kegiatan ini. Para pemimpin bangsa
Indonesia merasa bahwa satu-satunya cara menghadapi kekejaman militer Jepang adalah
dengan bersikap kooperatif. Hal ini semata untuk tetap berusaha mempertahankan
kemerdekaan secara tidak langsung. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka mereka
sepakat bekerjasama dengan pemerintah militer Jepang dengan pertimbangan lebih
menguntungkan dari pada melawan.
Pembelah Tanah Air (PETA) adalah kesatuan militer yang dibentuk Jepang du Indonesia
dalam masa pendudukan Jepang. Tentara Pembela Tanah Air dibentuk pada tanggal 3
Oktober 1943 berdasarkan maklumat Osamu Seirei No. 44 yang diumumkan oleh Panglima
Tentara Ke-16, Letnan Jendral Kumakichi Harada sebagai Tentara Sukarela. Pelatihan
pasukan PETA dipusatkan di kompleks militer Bogor yang diberi nama Jawa Bo-ei Giyugun
Kanbu Resentai. Tentara PETA telah berperan besar dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.
Beberapa tokoh nasional yang dahuluna tergabung dalam PETA antara lain mantan Presiden
Soeharto dan Jendral Besar Soedirman. Veteran-veteran tentara PETA telah menentukan
perkembangan dan evolusi militer Indonesia, antara lain setelah menjadi bagian penting dari
pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR), Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Tentara
Keselamatan Rakyat, Tentara Republik Indonesia (TRI), hingga akhirnya TNI. Kerana hal
ini, PETA banyak dianggap sebagai salah satu cikal bakal dari Tentara Nasional Indonesia
(TNI).
2.4. Perlawanan Rakyat Terhadap Jepang
Buruknya kehidupan rakyat mendorong timbulnya perlawanan-perlawanan rakyat di
beberapa tempat seperti:
1. Pada awal pendudukan Jepang di Aceh tahun 1942 terjadi pemberontakan di Cot
Plieng, Lhok Seumawe di bawah pemimpinan Tengku Abdul Jalil. Pemberontakan ini
dapat dipadamkan, dan dua tahun kemudian, yaitu pada tahun 1944 muncul lagi
pemerontakan di Meureu di bawah pimpinan Teuku Hamid yang juga dapat
dipadamkan oleh pasukan Jepang.
2. Karawang Ampel, Sindang (Kabupaten Indramayu) tahun 1943 terjadi perlawanan
rakyat di daerah itu kepada Jepang. Perlawanan ini dipimpin oleh Haji Madriyan dan
kawan – kawannya, namun perlawanan ini berhasil ditindas oleh Jepang dengan
sangat kejamnya.
3. Sukamanah ( Kabpuaten Tasikmalaya) tahun 1943 terjadi perlawanan rakyat di daerah
itu kepada Jepang. Perlawanan ini dipimpin oleh Haji Zaenal Mustafa. Dalam
perlawanan ini Zaenal Mustafa berhasil membunuh kaki-tangan Jepang. Dengan
kenyataan seperti ini, Jepang melakukan pembalasan yang luar biasa dan melkukan
pembunuhan missal terhadap rakyat.
4. Blitar, pada tanggal 14 pebruari 1945 terjadi pemberontakan PETA di bawah
pimpinan Supriyadi ( Putra Bupati Blitar ). Dalam memimpin pemberontakan ini
Supriady tidak sendiri dan dibantu oleh teman-temannya seperti dr. Ismail , Mudari,
dan Suwondo. Pada pemberontakan itu, orang-orang Jepang yang berada di Blitar
dibinasakan. Pemerontakan heroic ini benar-benar mengejutkan Jepang, terlebih lagi
pada saat itu Jepang terus menerus mengalami kekalahan di dalam Perang Asia Tiur
Raya dan Perang Pasifik. Kemudia Jepang mengepung kedudukan Supriyadi, namun
pasukan Supriyadi tetap mengadakan aksinya. Jepang tidak kehilangan akal, ia
melakukan suatu tipu muslihat dengan menyerukan agar para pemberontakan
menyerah saja dan akan di jamin keselamatannya serta akan dipenuhi segala
tuntutannya. Tipuan Jepang tersebut ternyata berhasil dan akibatnya banyak anggota
PETA yang menyerah. Pasukan PETA yang menyerah tidak luput dari hukuman
Jepang dan beberapa orang dijatuhi hukuman mati seperti Ismil dan kawan-kawannya.
Disamping itu, adapula yang meninggal karena siksaan Jepang.
Secara umum dapat dikatakan bahwa penduduk Jepang di bumi Indonesia tidak dapat
diterima. Jepang juga sempat mengadakan pembunuhan secara besar-besaran terhadap
masyarakat dari lapisan terpelajar di daerah Kalimantan Barat. Pada daerah ini tidak
kurang dari 20.000 orang yang menjadi korban keganasan pasukan Jepang. Hanya
sebagian kecil saja yang dapat menyelamatkan diri dan liri ke Pulau Jawa.
Setelah kekalahan-kekalahan yang dialami oleh Jepang pada setiap
peperangannya dalam Perang Pasifik, akhirnya pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang
menyerah kepada pasukan Sekutu.
b. Bidang ekonomi
c. Bidang Birokrasi
Pada pertengahan tahun 1943, kedudukan Jepang dalam Perang Pasifik mulai
terdesak, maka Jepang memberi kesempatan kepada bangsa Indonesia untuk turut
mengambil bagian dalam pememerintahan negara. Untuk itu pada tanggal 5
September 1943, Jepang membentuk Badan Pertimbangan Karesidenan (Syi Sangi
In). Banyak orang Indonesia yang menduduki jabatan-jabatan tinggi dalam
pemerintahan, seperti Prof. Dr. Husein Jayadiningrat sebagai Kepada Departemen
Urusan Agama (1 Oktober 1943) dan pada tanggal 10 November 1943 Sutardjo
Kartohadikusumo dan R.M.T.A Surio masing-masing diangkat menjadi Kepala
Pemerintahan (Syikocan) di Jakarta dan Banjarnegara.
d. Bidang Militer
Awal 1943, keadaan Perang Pasifik mulai berubah, Ekspansi tentara Jepang berhasil
dihentikan Sekutu dan Jepang beralih dikap bertahan. Kerana sudah kehabisan tenaga
manusia, Jepang menyadari bahwa mereka memerlukan dukungan dari penduduk
masing-masing daerah yang diduduki, Pemerintah militer Jepang mulai memikirkan
pengerahan pemuda-pemudi Indonesia guna membantu perang melawan sekutu.
Jepang lalu membentuk kesatuan-kesatuan pertahanan sebagai tempat penggembleng
pemuda-pemudi Indonesia di bidang kemiliteran. Pemuda yang tergabung dalam
berbagai kesatuan pertahanan menjadi menjadi pemuda-pemuda yang terdidik dan
terlatih dalam kemiliteran. Dalam perjuangan untuk merebut kemerdekaan dan
perjuangan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di kemudian hari, pelatih
militer ini akan sangat berguna.
e. Bidang Kebudayaan
Pada masa Jepang, bidang pendidikan dan kebudayaan diperhatikan dan bahasa
Indonesia mulai di pergunakan. Bahasa Indonesia dijadikan sebagai pelajaran utama,
sedangkan bahasa Jepang dijadikan sebagai bahasa wajib. Dengan semakin meluasnya
penggunaan bahasa Indonesia, komunikasi antarsuku di Indonesia semakin intensif
yang pada akhirnya semakin merekatkan keinginan untuk merdeka. Pada tanggal 1
April 1943 dibangun pusat kebudayaan di Jakarta, yang bernama "Keimin Bunka
Shidoso"
f. Bidang Pendidikan
g. Bidang Sosial
Kekalahan jepang dalam Perang Pasifik semakin jelas, sehingga pada 1 maret 1945
Jenderal Kumakichi harada mengumumkan dibentuknya suatu badan khusus yag
bertugas menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerekaan Indonesia yang bernama
Dokuritsu Junbi Chosakai ata Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Badan ini bertujuan untuk mempelajari dan mempersiapkan hal-hal penting
mengenai masalah tata pemerintahan Indonesia Merdeka. Anggota dari badan
penyelidik ini terdiri atas 60 orang tokoh bangsa Indonesia dan 7 orang bangsa jepang
( mereka tidak mempunyai suara). Sebagai ketua ditunjuk KRT Radjiman
Widyodiningrat (seorang nasioalis tua) dan wakil ketua, yaitu R.Surono dan seorang
lagi dari orang jepang.
Badan penyelidik ini diresmikan pada 29 Mei 1945, yang dihadiri oleh seluruh
anggota dan dua orang pembesar militer Jepang, yaitu Panglima Tentara Wilayah
Ketujuh Jenderal Izagaki yang menguasai Jawa serta Panglima Tentara Wilayah
Ketujuh Jenderal Yuichiro Nagano. Siding berlangsung dari tanggal 29 Mei sampai 1
Juni 1945. Sidang ini membicarakan dasar filsafat negara Indonesia Merdeka yang
kemudian dikenal dengan Pancasila. Tokoh-tokoh yang mengusulkan Dasar Negara
itu di antaranya Mr. Muh Yamin, Prof. Dr. Supomo, Ir. Soekarno.
1. Pada sidang 29 Mei 1945, Mr. Muh Yamin mengajukan lima rancangan dasar negara
Indonesia Merdeka diantaranya:
a. Peri Kebangsaan
b. Peri Kemanusiaan
c. Peri Ketuhanan
d. Peri Kerakyatan
e. Kesejahteraan Rakyat
2. Pada sidang tanggal 31 Mei 1945, Prof.Dr.Supomo mengajukan lima rancangan dasar
negara Indonesia Merdeka, yaitu:
a. Persatuan
b. Kekeluargaan
c. Mufakat dan Demokrasi
d. Musyawarah
e. Keadilan Sosial
3. Pada sidang tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengajukan lima rancangan dasar
negara Indonesia Merdeka, yang diberi nama Pancasila (nama yang diajukan oleh
seorang ahli bahasa yang duduk disampingnya). Kelima rancangan dasar yang
diajukan itu diantaranya.
a. Kebangsaan Indonesia
b. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan
c. Mufakat atau Demokrasi
d. Kesejahteraan Sosial
e. Ketuhanan Yang Maha Esa
Setelah persidangan pertama itu selesai, BPUPKI menunda persidangan hingga bulan Juli
1945. Namun pada tanggal 22 Juni 1945, sembilan orang anggota yaitu Ir. Soekarno, Drs.
Moh. Hatta, Mr Muh. Yamin,Mr. Ahmad Subardjo, Mr A.A Maramis, Abdulkahar Muzakar,
Wachid Hasyam, H. Agus Salim, dan Abikusno Tjokrosejuso membentuk Panitia Sembilan
Panitia Kecil. Panitia Sembilan itu menghasilkan dokumen yang berisi asas dan tujuan negara
Indonesia Merdeka. Dokumen ini dikenal sebagai Piagam Djakarta, yang isinya adalah
sebagai berikut:
1. Ketuhanan dengan berkewajiban menjalankan syariat-syariat islam bagi para
pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyarawatan atau
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
www.freedomkana.com/2017/01/organisasi-militer-pembentuka-jepang.html
https://donipengalaman.wordpress.com/2014/09/30/organisasi-bentukan-jepang-di-indonesia
www.kumpulanmakalah4.blogspot.com/2017/03/makalah-penjajahan-jepang-di-
indonesia.html
www.freedomsiana.com/2017/01/dampak-pendudukan-jepang-di-indonesia.html
www.rapranji.blogspot.com/2010/11/dampak-pendudukan-jepang-di-indonesia.html