Org Proyek 1 PDF
Org Proyek 1 PDF
SKRIPSI
OLEH
ANDREY PRANATA
050701036
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI:
ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA
SKRIPSI
OLEH
ANDREY PRANATA
050701036
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI:
ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA
ABSTRAK
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Swt atas segala rahmat-Nya yang telah
menyelesaikan skripsi ini. Dari awal sampai akhir penyelesaian skripsi ini, penulis
dan pengalaman.
Analisis Sosiologi Sastra. Skripsi ini diajukan guna memenuhi salah satu syarat
dalam menempuh ujian sarjana bidang Ilmu Sastra Indonesia di Fakultas Sastra,
1. Bapak Drs. Wan Syaifudin, M.A., Ph.D., Dekan Fakultas Sastra Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Nurhayati, M.Hum. sebagai pembimbing I dan Bapak Drs. Isma
Tantawi, M.A. sebagai pembimbing II, yang telah memberikan petunjuk dan
4. Keluargaku (Ayah Edi Bambang dan Ibunda Suarti Sinaga tercinta serta
Kakak Yofi, Kakak Youlan, dan Adikku Dikky Angriawan ) yang tidak
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
pernah lupa memberi dorongan dan memanjatkan doa kepada Allah Swt untuk
keberhasilan penulis.
selamanya.
tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu,
ini.
Andrey Pranata
NIM 050701036
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
DAFTAR ISI
ABSTRAK.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................2
1.2 Rumusan masalah................................................................................3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................4
1.3.1 Tujuan Penelitian........................................................................4
1.3.2 Manfaat Penelitian......................................................................5
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA.........6
2.1 Konsep.................................................................................................6
2.2 Landasan Teori.....................................................................................8
2.3 Tinjauan Pustaka.................................................................................12
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................14
3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data..............................................14
3.2 Teknik Analisis Data...........................................................................18
3.2.1 Bahan Analisis............................................................................19
BAB IV PENDEKATAN STRUKTUR TERHADAP NOVEL ORANG-ORANG
PROYEK KARYA AHMAD TOHARI...............................................................20
4.1 Tema....................................................................................................20
4.2 Alur......................................................................................................24
4.3 Penokohan............................................................................................37
4.4 Latar.....................................................................................................47
BAB V ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA TERHADAP NOVEL ORANG-
ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI...............................................53
5.1 Nilai Budaya........................................................................................53
5.2 Nilai Politik..........................................................................................57
5.3 Nilai Percintaan....................................................................................61
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................65
6.1 Kesimpulan..........................................................................................65
6.2 Saran....................................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
BAB I
PENDAHULUAN
Sebuah karya sastra tercipta berdasarkan imajinasi pengarang. Suatu hal yang
tidak dapat dipungkiri adalah suatu kenyataan bahwa seorang pengarang itu
senantiasa hidup dalam suatu ruang dan waktu tertentu. Di dalamnya, ia akan
bahwa dalam bentuk yang paling nyata, ruang, dan waktu tersebut adalah masyarakat
atau kondisi sosial, tempat berbagai pranata nilai di dalamnya berinteraksi. Dengan
kata lain, konteks ini menyatakan bahwa suatu karya sastra bukanlah suatu karya
yang bersifat otonom, berdiri sendiri, melainkan suatu yang terikat erat dengan situasi
realitas kehidupan sosial pengarangnya. Suatu karya sastra dapat dikatakan baik
apabila karya sastra tersebut dapat mencerminkan zaman serta situasi dan kondisi
bahwa karya sastra yang baik juga biasanya memilki sifat-sifat yang abadi dengan
memuat kebenaran-kebenaran hakiki yang selalu ada selama manusia masih ada.
Wellek dan Waren (1984: 276) mengatakan bahwa karya sastra adalah hasil
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antarmasyarakat berdasarkan
secara selektif dan dibentuk sesuai dengan tujuannya sekaligus memasukkan unsur
hiburan dan penerangan terhadap pengalaman hidup manusia. Betapa pun saratnya
haruslah tetap merupakan cerita yang menarik. Tentu saja karya sastra harus bersifat
menarik, sastra harus memiliki struktur dan tujuan estetis, koherensi keseluruhan, dan
efek tertentu.
masyarakat, ia terikat oleh status sosial tertentu. Sastra adalah lembaga sosial yang
menggunakan bahasa sebagai medium; bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial.
Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri adalah suatu
seseorang, yang sering menjadi bahan sastra, adalah pantulan hubungan seseorang
dalam karya sastranya, tidak terlepas dari berbagai faktor yang secara sadar atau tidak
sadar turut mempengaruhi ide, visi atau sikap pengarang. Keseluruhan faktor tersebut
Novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari ini yang terdiri dari 220
halaman. Novel ini merupakan karya dari seorang pengarang Indonesia yang pernah
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
mengenyam bangku kuliah, yakni di Fakultas Ilmu Kedokteran Ilmu Khaldun, Jakarta
bekerja di majalah terbitan BNI ’46, keluarga dan Amanah. Novel ini berkisah
tentang perjalanan hidup seorang insinyur, Kabul, dalam pengerjaan suatu jembatan
di suatu desa. Novel ini juga bercerita tentang suatu percintaan yang bergejolak di
suatu proyek pembangunan jembatan. Selain itu, novel ini juga berhasil
jembatan.
Dengan alasan di atas, penulis merasa tertarik untuk menganalisis novel ini
dari segi sosiologisnya. Selain itu, sepanjang sepengetahuan penulis, novel ini belum
pernah ditelaah oleh siapa pun baik dari segi sosiologis maupun dari segi lainnya.
berhadapan dengan karya sastra, maka karya sastra tersebut berhadapan dengan
terhadap makna karya sastra. Hal ini terjadi karena sebuah karya sastra mempunyai
sifat khas, seperti: adanya “fiksionalitas”, “ciptaan”, dan “imajinatif” (Wellek dan
Warren, 1989: 18-20). Ketiga unsur inilah yang menyebabkan masalah yang luas dan
kompleks dalam dunia sastra. Hal ini juga telah memungkinkan beragamnya teori dan
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
Berdasarkan pendapat di atas, penulis akan menganalisis tentang unsur-unsur
yang membangun sebuah karya sastra yang meliputi: alur, penokohan, gaya bahasa,
latar, pusat pengisahan, dan tema. Menurut Rachmat Djoko Pradopo (1986:74)
sebuah cerita merupakan sebuah struktur yang terjalin dari unsur-unsur yang berjalin
erat. Stanton (1965: 11-12) membagi struktur cerita rekaan menjadi: tema, fakta-fakta
cerita, dan sarana-sarana sastra. Menurut Saleh Saad dalam Lukman Ali (1967: 120)
berpendapat bahwa unsur-unsur penting dalam sebuah struktur cerita ialah alur,
penokohan, latar, dan pusat pengisahan. U.U. Hamidy (1983: 14) mengatakan bahwa
jika kita lihat sistematika bangunan karya fiksi, kita akan melihat beberapa bagian
ialah tema, perwatakan, alur dan tempat kejadian, sistematika hubungan antara tokoh,
dan gaya. Namun, mengingat masalah yang ditawarkan oleh dunia sastra terlalu luas
novel Orang-Orang proyek, seperti: nilai budaya, nilai politik, dan nilai
percintaan.
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
menyangkut masalah teoritis dan praktis. Hal ini berkaitan dengan latar belakang
penulis sebagai salah seorang masyarakat sastra Indonesia yang bergerak di bidang
Orang Proyek.
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
BAB II
2.1 Konsep
konsep-konsep penelitian. Maka pada subbab ini akan dijelaskan konsep tersebut.
Menurut Malo, dkk (1985: 47) konsep-konsep yang dipakai dalam ilmu sosial
walaupun istilahnya sama dengan yang digunakan sehari-hari, namun makna dan
menjadi pedoman atau pendukung bagi penulis. Konsep-konsep itu adalah sebagai
berikut:
a. Sosiologi
sosiologi bersal dari bahasa Latin, socius: teman, kawan; social: berteman, bersama,
yaitu persekutuan, manusia, dan selanjutnya dengan pengertian itu untuk dapat
ini adalah ilmu masyarakat atau ilmu kemasyarakatan yang mempelajari manusia
sebagai anggota golongan atau masyarakat (tidak sebagai individu yang terlepas dari
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
agamanya, tingkah laku serta keseniannya atau yang disebut kebudayaan yang
b. Sastra
bahsa sebagai mediumnya dan bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial.
c. Sosiologi Sastra
yang berada di sekitar sastra itu baik penciptanya, gambaran masyarakat yang
sosiologi sastra yaitu 1. Penelitian yang memandang karya sastra sebagai dokumen
sosial yang di dalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut
d. Karya Sastra
Wellek dan Warren (1984: 276) mengatakan bahwa karya sastra adalah hasil
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
e. Tema
Gorys Keraf (1980: 107) mengatakan bahwa tema adalah suatu amanat utama
(1983: 92) tema adalah semacam kesimpulan bahan cerita, karena itu dinyatakan
sesingkat-singkatnya.
f. Alur
Menurut U.U. Hamidy (1983: 26) alur suatu cerita atau plot dapat dipandang
sebagai pola atau kerangka cerita dari bagian-bagian lain cerita itu disangkutkan
g. Latar
Latar atau setting ialah segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana
h. Penokohan/perwatakan
Menurut Abrams penokohan itu adalah perwatakan yaitu mengenai sifat, tabiat
Untuk membahas sebuah karya sastra ada dua macam pendekatan, yaitu
karya itu sendiri. Pendekatan seperti ini disebut sebagai pendekatan struktural.
Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai satu kesatuan yang utuh. Pendekatan
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
Penelitian ini menerapkan pendekatan intrinsik dengan teori struktural dan
Menurut Abrams (1979: 3-29; 1981: 36-37) dan Teeuw (1984: 50) ada empat
pendekatan terhadap karya sastra, yaitu: (1) pendekatan mimetik yang menganggap
karya sastra sebagai tiruan alam (kehidupan); (2) pendekatan pragmatik yang
menganggap karya sastra itu adalah alat untuk mencapai tujuan tertentu; (3)
pikiran, dan pengalaman penyair (sastrawan); dan (4) pendekatan objektif yang
menganggap karya sastra sebagai suatu yang otonom terlepas dari alam sekitarnya,
pembaca, dan pengarang. Maka, yang penting adalah dalam kritik ini adalah karya
cerita perlu dianalisis cerita itu secara struktural sebab pendekatan struktural
dalam penelitian karya sastra. Makna unsur-unsur karya itu hanya dapat dipahami dan
dinilai sepenuhnya atas dasar pemahaman tempat dan fungsi unsur itu dalam
Penulis memilih teori sosiologi sastra karena dengan menggunakan teori ini
akan diketahui dengan jelas penggambaran suatu masyarakat di dalam sebuah karya
sastra. Selain itu, dengan sosiologi sastra, karya sastra dapat dikaji dengan
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
memfokuskan perhatian kepada segi-segi sosial kemasyarakatan. Pendekatan
penulis disebut sosiologi sastra. Istilah ini pada dasarnya tidak berbeda pengertiannya
sastra. Menurut Damono (1984: 3-4) bahwa pendekatan sosiologis ini pengertiannya
pandangan teoritis tertentu, tetapi semua pendekatan itu menunjukkan satu ciri
kesamaan, yaitu mempunyai perhatian terhadap sastra sebagai institusi sosial yang
berurusan dengan manusia. Namun demikian, tidak berarti kedua bidang tersebut
dapat disamakan begitu saja. Seorang sosiolog hanya dapat melihat fakta berdasarkan
adanya.
sosiologi dan sastra secara harafiah harus didukung oleh dua teori yang berbeda yaitu
teori-teori sastra, di dalam penelitian sastra itu sendiri, karya sastra merupakan objek
yang paling dominan sedangkan ilmu-ilmu yang lain hanyalah sebagai ilmu Bantu.
Hal ini sesuai dengan pendapat Ratna (2003: 18) yang menyatakan bahwa masalah
yang perlu dipertimbangkan adalah dominasinya dalam analisis sehingga tujuan yang
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
mendominasi jelas teori-teori yang berkaitan dengan sastra sedangkan teori-teori yang
sosial, karya sastra sebagai sistem komunikasi, khusus dalam kaitannya dengan
institusi sosial, sistem sosial, interaksi sosial konflik sosial, dan kesadaran sosial,
Wilayah sosiologi sastra cukup luas. Wellek dan Warren (1984: 111)
membagi telaah sosiologis menjadi tiga klasifikasi, yaitu: (1) sosiologi pengarang
yakni mempermasalahkan tentang status sosial, ideologi politik, dan lain-lain yang
tentang suatu karya sastra yang menjadi pokok telaah adalah tentang apa yang tersirat
dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan atau amanat yang hendak disampaikannya;
sastra objek penelitiannya adalah manusia dan kehidupan sosialnya. Damono (2002:
18) berpendapat bahwa sosiologi sastra bukan hanya mengacu kepada teori,
melainkan juga mendasarkan diri pada pengamatan. Hal tersebut sudah selayaknya
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
Grabster (dalam Damono, 1984: 4-5) juga menjelaskan bahwa karya sastra
tidak akan dapat dipahami secara menyeluruh dan tuntas jika dipisahkan dari budaya
Dari uraian tentang berbagai teori di atas untuk menganalisis novel Orang-
Orang Proyek, teori yang digunakan yaitu sosiologi sastra yang berfokus kepada
sosiologi karya sastra, dapat diketahui mengenai isi atau apa saja yang tersirat dalam
novel Orang-Orang Proyek. Dari sosiologi karya sastra itu dapat dilihat fungsi sosial
sastranya yaitu nilai-nilai sosial yang terdapat dalam sebuah karya sastra khususnya
Suatu penelitian maupun hasil penelitian adalah bagian yang tidak terpisahkan
dari unsur-unsur lainnya, baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung
dengan permasalahan yang sedang dibahas oleh seorang peneliti atau penulis.
menopang penelitian yang sedang dikerjakannya. Sejauh yang peneliti ketahui, belum
ada yang meneliti novel Orang-Orang Proyek dari sosiologi sastranya di Jurusan
Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang yaitu Diah Trianingrum
telah meneliti novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari dari segi sikap hidup
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
orang jawa dengan analisis sosiologi sastra. Skripsi Diah Trianingrum tersebut lebih
menekankan pokok penelitian ke segi sikap hidup orang jawa dalam novel Orang-
Orang Proyek karya Ahmad Tohari, tetapi pada skripsi penulis ini, penulis
menganalisis nilai-nilai sosial yaitu nilai budaya, politik, dan percintaan yang terdapat
menelitinya yaitu salah satunya Triana Lili Rahayu Tanjung dengan judul skripsi
Habiburrahman El Shirazy. Hal inilah yang akan menjadi referensi atau acuan untuk
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
BAB III
METODE PENELITIAN
adalah pembacaan karya sastra berdasarkan sistem semiotik tingkat kedua atau
Selain itu, Pradopo (2001: 84) juga menjelaskan, “Metode membaca heuristik
pada cerita rekaan atau novel merupakan pembacaan berdasarkan tata bahasa
ceritanya yaitu pembacaan novel dari awal sampai dengan akhir cerita secara
berurutan. Cerita yang memiliki alur sorot balik dapat dibaca secara alur lurus.
Hal ini dipermudah dengan dibuatnya sinopsis cerita dari novel yang dibaca
tersebut. Pembacaan heuristik itu adalah penerangan kepada bagian-bagian
cerita secara berurutan.”
menghasilkan sinopsis cerita sebagai berikut: novel Orang-Orang Proyek ini adalah
sebuah karya seseorang pengarang Indonesia yang pernah kuliah di beberapa fakultas
seperti ekonomi, sospol, dan kedokteran, Ahmad Tohari. Novel ini bercerita tentang
Cibawor.
Cerita diawali dengan penggambaran seorang lelaki bernama Pak Tarya. Pak
Tarya berada di bawah pohon mbulu di tepi Sungai Cibawor di Desa Cibawor. Pak
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
Tarya merupakan orang yang terpandang di desa Cibawor. Pak Tarya adalah
pensiunan pegawai Kantor Penerangan dan pernah bekerja sebagai wartawan. Ketika
Kabul seorang pimpinan pelaksana proyek bercerita dengan Pak Tarya. Kabul
menceritakan bahwa gara-gara banjir kemarin beton pancang tiang sudah miring,
pekerjaan harus diulang lagi dari awal. Kabul pusing atas kerusakan itu yang
membuat kerugian yang cukup besar serta memberi beban batin karena hasil kerja
beberapa hari dengan biaya jutaan lenyap seketika. Kerugian itu sesungguhnya bisa
dihindari bila awal pelaksanaan pembangunan jembatan itu ditunda sampai musim
kemarau tiba beberapa bulan lagi. Itulah rekomendasi para perancang. Namun,
rekomendasi itu diabaikan, konon demi mengejar waktu. Penguasa yang punya
proyek dan para pemimpin politik lokal menghendaki jembatan itu selesai sebelum
Ketika suara radio di pinggang Kabul terdengar, Kabul pun pamit untuk
kembali ke kantor kepada Pak Tarya karena Pak Dalkijo kepala proyek
memanggilnya ke kantor. Kabul berjalan menuju bangunan bedeng tak jauh dari
lokasi proyek itu. Pada bangunan itu tersedia ruangan kerja dan tempat istirahat
Kabul. Wati ada di ruangan kerja. Wati bekerja sebagai penulis kantor proyek itu.
Wati diterima kerja dalam proyek itu yaitu dalam rangka pemberdayaan tenaga kerja
Tanpa terasa proyek sudah tiga bulan berlangsung. Proyek ini yang dibiayai
dengan dana pinjaman luar negeri dan akan menjadi beban masyarakat, yang mereka
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
anggap sebagai milik pribadi. Kabul tahu bagaimana bendahara proyek wajib
mengeluarkan dana untuk kegiatan partai golongan penguasa. Dan ternyata orang-
orang kampung juga ikut-ikutan nakal. Mandor yang mencatat penerimaan material
pun pandai berhitung. Namun, menghadapi semua tingkat kebocoran itu, insinyur
Dalkijo, atasan Kabul, seperti taidak menanggung beban apa pun. Sebagai insinyur,
Kabul tahu betul dampak semua permainan. Mutu bangunan menjadi taruhannya.
menanggung akibat buruknya. Bagi Kabul, hal itu adalah pengkhianatan terhadap
derajat keinsinyurannya.
Kabul dan Wati sering makan bersama di warung Mak Sumeh. Selain itu,
mereka juga sering nonton bersama. Dari situlah awal mula percintaan timbul
diantara mereka. Selain itu pun, mereka dibantu oleh gossip-gosip yang dibuat oleh
Mak Sumeh, pemilik warung yang berada di dekat proyek. Wiyoso, pacar Wati, yang
masih kuliah, akhirnya memutuskan Wati karena Wiyoso tidak bisa memenuhi
digelapkan untuk dapat memperkaya diri. Mereka menggelapkan dana dengan cara
mengurangi mutu takaran bangunan jembatan yang berkualitas baik. Tiba. Pak
Baldun sebagai ketua panitia renovasi masjid bersama Pak Basar yang sebagai kepala
desa datang ke proyek. Tujuan mereka untuk meminta bantuan sumbangan untuk
merenovasi masjid, yang nantinya masjid ini digunakan oleh orang-orang penting
dari partai golongan penguasa yaitu Golongan Lestari Menang (GLM) sebagai tempat
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
memutuskan bahwa Kabul tidak bias memberi sumbangan karena dana proyek masih
Kabul menuntut untuk pemasangan lantai jembatan harus digunakan besi baru
dan pasir yang bermutu baik. Kabul juga menuntut penyelesaiannya tidak dipaksakan
bersamaan dengan HUT GLM. Pak Dalkijo pun tidak menghiraukan tuntutan Kabul.
pembangunan jembatan itu agar dapar digunakan pada HUT GLM. Dalkijo
menganjurkan agar menggunakan besi bekas dan pasir dari sungai cibawor itu untuk
membangun lantai jembatannya. Akhirnya, Kabul pun menyerah, dia tidak kuasa lagi,
keidealisannya itu ditentang oleh pimpinan proyek dan suasana di proyek. Kabul
cibawor.
Pada desember 1992, hanya satu tahun setelah Kabul meninggalkan proyek
hotel di Cirebon. Liburan akhir tahun ingin dinikmatinya di rumah Biyung bersama
Wati yang sudah menjadi Nyonya Kabul. Mereka baru sebulan menikah. Ketika di
perjalanan ke rumah biyung di mulut jalan simpang tiga, Kabul harus menghentikan
mobil. Ada papan melintang dengan tulisan “jembatan rusak”. Ada tanda panah yang
menunjukkan jalan alternatif. Mobil Kabul pun berputar dan melaju cepat
meninggalkan jembatan Sungai Cibawor. Jembatan yang sekilas tampak gagah itu
lantainya sudah jebol meski umurnya baru saru tahun. Rasa sakit tiba-tiba menusuk
dada Kabul.
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
Metode membaca heuristik harus diulang dengan bacaan retroaktif dan
ditafsirkan secara hermeneutik sehingga pada sistem semiotik tingkat kedua isi cerita
rekaan atau novel dapat memberikan pemahaman serta penafsiran makna cerita
seperti: alur, latar, penokohan, dan tema serta unsur-unsur ekstrinsik, seperti: nilai
budaya, nilai politik, dan nilai percintaan yang terdapat dalam novel Orang-Orang
research) yaitu penelitian yang dilakukan di ruang perpustakaan. Pada penelitian ini
akan diperoleh data dan informasi tentang objek penelitian melalui buku-buku (Semi,
1988: 8). Adapun objek penelitian ini adalah novel Orang-Orang proyek karya
Ahmad Tohari.
Dalam menganalisis data obejek yang akan diteliti terlebih dahulu dirumuskan
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
3.2.1 Bahan Analisis
Ukuran : 14 x 21 cm
Cetakan :I
Tahun : 2007
Disain : Wedha
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
BAB IV
4.1 Tema
karyanya. Seperti yang dikemukakan oleh Gorys Keraf (1980: 107), tema adalah
suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis lewat karangannya. Kemudian
Atar Semi 91984: 34) mengatakan, tema itu tercakup persoalan dan tujuan atau
Menurut Sulastin (1983: 92) tema ialah semacam kesimpulan bahan cerita
karena itu dinyatakan sesingkat-singkatnya, misalnya tema suatu cerita ialah kawin
paksa. Dalam cerita dengan tema tersebut persoalan kawin paksa akan terbayang
sepanjang cerita karena tema itulah yang menjadi pangkal penulisan cerita.
Untuk menafsirkan tema suatu karya sastra dapat digunakan kata kunci, yaitu
lewat judul suatu karya sastra (Sulastin, 1983: 129). Mursal Esten (1982: 92)
Pertama tentulah dilihat persoalan mana yang paling menonjol. Kedua, secara
tokoh di dalam sebuah sastra. Dengan menggunakan ketiga kriteria itu akan
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
menghilangkan keraguan kita untuk menentukan persoalan mana yang merupakan
tema dari sebuah karya sastra. Ketiga kriteria tersebut tidak mutlak harus digunakan
sekaligus. Ketiganya baru digunakan menurut urutan, bila ada keraguan dalam
menentukan persoalan mana yang merupakan tema dari karya sastra tersebut. U. U.
Hamidy (1983: 16) menyodorkan empat langkah yang harus ditempuh untuk dapat
memperoleh tema suatu karya fiksi itu, yaitu pertama, buatlah kesatuan-kesatuan
peristiwa yang amat penting, yang terdapat dalam karya fiksi itu. Susunlah kesatuan-
kesatuan peristiwa yang penting itu menurut jalan cerita. Rumusan itulah yang
pengarang tidak menjelaskan apa tema ceritanya secara eksplisit itu harus dapat
novel politik dan cinta karena di dalam novel ini menceritakan politik dalam
melakukan korupsi dalam apa saja. Selain itu seorang tokoh utama di samping
dilanda dilema atas tindakan korupsi itu, percintaanlah yang berkecamuk di diri
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
jembatan. Pemimpin proyek, Dalkijo dendam dengan kemiskinan, hal ini berdampak
pada pembangunan jembatan yaitu mutu bangunan berkurang karena korupsi berjalan
pembangunan jembatan di Sungai Cibawor. Hal ini dapat kita lihat pada kutipan di
bawah ini.
mempertahankan keidealisannya yang pernah duduk di bangku kuliah. Hal ini dapat
”Dik Kabul,”sambung Dalkijo. ”Saya tahu Dik Kabul mantan aktivis. Biasa
kan, yang namanya aktivis punya idealisme yang kolot. Tapi setelah bekerja ini, Dik
Kabul harus tunduk kepada kenyataan. Sedikit pragmatislah agar kita tidak konyol
seperti Don Kisot. He-he.”
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
.....
Namun masalahnya, dalam ceramah tadi Dalkijo secara tak langsung
menyindir jalan lain yang secara sadar sudah dipilihnya. Yakni jalan hidup yang tidak
menaruh dendam terhadap kemiskinan yang dialaminya pada masa lalu. Bagi Kabul,
kemiskinan memang harus dihilangkan. Namun tidak harus dengan dendam pribadi.
Dan karena kemiskinan terkait erat dengan struktur maupun kultur masyarakat,
menghilangkannya harus melibatkan semua orang dalam semangat setia kawan yang
tinggi. Dengan demikian, jalan sangat egositis yang ditempuh Dalkijo terasa
kerja sebagai administrasi proyek kagum dengan Kabul seorang pelaksana proyek
yang berstatus bujangan. Tetapi Kabul tahu bahwa Wati mempunyai pacar. Wati tetap
suka pada Kabul itu yang dikatakan Mak Sumeh tiap Kabul istirahat di warungnya.
”Mumpung belum banyak orang, Pak insinyur, boleh aku bicara sedikit?”
”Pasti boleh. Soal apa? Banyak tukang yang belum bayar utang? Itu urusan
mandor, bukan urusanku.”
”Bukan itu, Pak Insinyur. Ini soal pribadi.”
”Pribadi siapa?”
Pribadi Pak Insinyur sendiri.”
”Kok?”
Mak Sumeh senyum-senyum.
”Ya. Begini. Ini salah Pak Insinyur kenapa masih bujangan. Jadi ada gadis
yang naksir.” Mak Sumeh senyum lagi.
”Ah, Mak Sumeh mau bilang apa?”Kabul menarik kopi yang sudah disajikan
pelayan.
”Anu. Tapi sebelumnya aku minta maaf. Apa Pak Insinyur belum tahu
Wati...anu...suka sama Pak Insinyur?” Mak Sumeh menatap lurus ke arah mata
Kabul. Yang ditatap mengangkat alis.
”Ah, yang benar.”
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
”Aku yang sudah peyot buat apa berbohong? Dia itu ya sering ngrasani Pak
Insinyur (Hal. 46).”
4.2 Alur
Alur tidak dapat diarahkan dalam cerita rekaan (fiksi). Dalam cerita yang
sesungguhnya tidak mungkin tidak ada alur. Dalam cerita rekaan modern yang
eksperimental sekalipun, masih ditemui alur. Jika dalam sebuah cerita tidak ditemui
alur, orang tidak akan menyebutnya cerita apalagi cerita rekaan, melainkan hanya
Menurut U.U. Hamidy (1983: 26) alur suatu cerita atau plot dapat dipandang
sebagai pola atau kerangka cerita dari bagian-bagian lain cerita itu disangkutkan
Alur merupakan kerangka dasar yang sangat penting dalam kisah. Alur
mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lainnya, bagaimana
suatu insiden lain, bagaimana tokoh-tokoh harus digambarkan dan berperan dalam
tindakan-tindakan itu, bagaimana situasi dan perasaan karakter (tokoh) yang terlibat
dalam tindakan-tindakan itu yang terikat dalam suatu kesatuan waktu.
Perlu ditambahkan adalah tidak perlu dipersoalkan bahwa akhir cerita masih
menimbulkan persoalan baru lagi karena akhir suatu kejadian atau peristiwa bisa
menjadi awal dari kejadian lain atau awal dari tragedi itu merupakan sebuah diskusi
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
Untuk membatasi titik tinjauan, maka perlu diberi batasan terhadap apa yang
dimaksud cerita di dalam sebuah novel, yaitu rangkaian tindakan yang terdiri dari
tahap-tahap yang penting dalam sebuah struktur yang terikat oleh waktu.
Mochtar Lubis (1981: 17) mengatakan bahwa suatu cerita terdiri dari lima
bagian, yaitu:
bergerak),
Namun bukan berarti bahwa suatu cerita harus disusun menurut urutan
peristiwa seperti di atas, karena ini hanya merupakan penjelasan terhadap unsur-unsur
bagian lain, denoument dapat saja berpindah ke bagian sitution, demikian pula bagian
situation dapat berubah posisi ke tempat climax. Pertukaran atau perpindahan posisi
dan kelogisan cerita. Bagaimana cerita itu disusun tergantung kepada fantasi
pengarangnya.
Pada dasarnya alur dibagi atas dua bagian besar, yaitu alur maju dan alur
mundur. Alur maju sering juga disebut alur biasa. Disebut alur maju apabila suatu
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
climax, dan denoument. Sedangkan pengertian alur mundur ialah apabila cerita tidak
mengikuti konsep di atas. Alur mundur dapat diketahui apabila pengarang memulai
suatu cerita yang menegangkan atau klimaks, kemudian diceritakan penyebab konflik
besar tersebut.
Menurut fugsinya Boulton (1975: 47-48) membagi alur cerita atas fungsi
pengarang dan pembaca. Bagi pengarang, alur adalah arah supaya penulis tetap jelas.
Sedangkan bagi pembaca, alur membawa pembaca bergerak maju meskipun tidak
alur sebagai berikut, alur ialah rangkaian peristiwa dalam cerita berdasarkan sebab
akibat yang logis. Batasan ini selanjutnya penulis jadikan dasar kajian dalam
penelitian yang penulis lakukan ini. Sebagai pegangan tentang kriteria pembangunan
Alur yang terdapat dalam novel Orang-Orang Proyek masih mengikuti pola
alur biasa atau alur maju. Bagian-bagian alur cerita ini dapat digambarkan dan
a. Situation
”itulah yang membuat saya tertekan, pusing. Karena beton pancang sudah
miring, pekerjaan harus diulang dari awal lagi. Nah, bila pusing Pak Tarya bisa
menghibur diri dengan main seruling. Tapi saya?”
”O, begitu? Rupanya sampeyan pusing karena banjir telah merusak pekerjaan
sampeyan?”
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
”Dan kerusakan itu membuat kerugian yang cukup besar. Serta memberi
beban batin karena hasil kerja beberapa hari dengan biaya jutaan lenyap seketika.”
”Tapi, Mas Kabul, banjir adalah urusan alam. Jadi, buat apa disesali dan
dibuat sedih?”
”Karena kerugian itu sesungguhnya bisa dihindarkan bila awal pelaksanaan
pembangunan jembatan itu ditunda sampai musim kemarau tiba beberapa bulan lagi.
Itulah rekomendasi dari para perancang. Namun rekomendasi itu diabaikan, konon
demi mengejar waktu.”
”Maksudnya?”
”Penguasa yang punya proyek dan para pemimpin politik lokal menghendaki
jembatan itu selesai seblum Pemilu 1992. karen, saya kira, peresmiannya akan
dimanfaatkan sebagai ajang kampanye partai golongan penguasa. Menyebalkan. Dan
inilah akibatnya bila perhitungan teknis-ilmiah dikalahkan oleh perhitungan politik
(Hal. 10).”
Sebagai insinyur, Kabul tahu betul dampak semua permainan ini. Mutu
bangunan menjadi taruhan. Padahal bila mutu bangunan dipermainkan,
masyarakatlah yang pasti akan menanggung akibat buruknya. Dan bagi Kabul hal ini
adalah pengkhianatan terhadap derajat keinsinyurannya.
Namun Kabul merasa tak bisa berbuat apa-apa. Karena permainan itu terasa
sudah menjadi kewajaran dan menggejala di mana-mana, sampai masyarakat sekitar
proyek pun ikut melakukannya. Bahkan pelaksana seperti Dalkijo sudah terbiasa
menerima semua bentuk permainan itu tanpa keluhan apa-apa, atau malah
memanfaatkannya? (Hal. 28)
....
Aku insinyur. Aku tak bisa menguraikan dengan baik hubungan antara
kejujuran dan kesungguhan dalam pembangunan proyek ini dengan keberpihakan
kepada masyarakat miskin. Apakah yang pertama merupakan manifestasi yang
kedua?Apakah kejujuran dan kesungguhan sejatinya adalah perkara biasa bagi
masyarakat berbudaya, dan harus dipilih karena keduanya hal yang niscaya untuk
menghasilkan kemaslahatan bersama? Mungkin (Hal. 34).
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
b. Generating Circumstances
Peristiwa yang tersangkut paut mulai bergerak. Pada tahap ini, pembaca mulai
memahami bahwa cerita akan diceritakan sedikit demi sedikit oleh pengarang, tetapi
Tahap ini dapat dilihat ketika Kabul pusing melihat tiang jembatan yang
hancur di landa banjir. Tanpa terasa proyek sudah berjalan tiga bulan.
Namun karena dimulai ketika hujan masih sering turun, volume pekerjaan
yang dicapai berada di bawah target. Menghadapi kenyataan ini, Kabul sering uring-
uringan. Jengkel karena hambatan ini sesungguhnya bisa dihindari bila pemerintah
sebagai pemilik proyek dan para politikus tidak terlalu banyak campur tangan dalam
tingkat pelaksanaan.
Dan campur tangan itu ternyata tidak terbatas pada penentuan awal pekerjaan
yang menyalahi rekomendasi para perancang, tapi masuk juga ke hal-hal lain. Proyek
ini, yang dibiayai dengan dana pinjaman luar negeri dan akan menjadi beban
masyarakat, mereka anggap sebagai milik pribadi (Hal. 25).
Selain itu, pada tahap ini juga diceritakan tentang pertemuan antara Kabul dan
Sungai Cibawor. Mereka berdua berada dalam satu ruang kerja, Kabul sebagai
Ya, mau apa? Pertanyaan itu menggantung. Pak Tarya hanya menanggapinya
dengan tawa ringan. Kemudian, sambil melambaikan tangan, pemancing tua itu
meneruskan perjalanan. Pulang. Kabul pun berjalan menuju bangunan bedeng tak
jauh dari proyek itu. Di sana ada kamr berdinding tripleks dengan kelengkapan yang
lumayan memadai; tempat tidur, lemari, televisi, kamar mandi. Kamar sebelahnya
adalah ruang kerja sederhana, namun cukup luas karena di ditulah administrasi
proyek diselenggarakan. Wati, yang disodorkan tokoh setempat, bekerja sebagai
penulis kantor proyek itu (Hal. 23).
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
c. Ricing Action
namun belum sampai menimbulkan klimaks (puncak cerita). Dalam cerita ini dapat
dilihat tahap ricing action yaitu terjadinya insiden atau konflik. Walaupun konflik
telah terjadi, namun belum menimbulkan suatu perubahan yang mendasar terhadap
tokoh utama. Hal ini disebabkan konflik atau insiden yang terjadi sifatnya tidak
terlalu fatal, dengan perkataan lain konflik yang terjadi adalah konflik-konflik kecil.
Konflik dalam cerita ini dimulai dengan konflik batin di dalam diri Kabul
jembatan.
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
seperti itu, Kabul bisa membayangkan berapa kerugian rakyat akibat korupsi
terselubung ini. Apalagi bila dihitung untuk jangka panjang.
Ya, kecurangan memang sudah menjadi barang biasa. Maka Dalkijo juga
pernah bilang kepada Kabul, si jujur adalah orang yang menentang arus dan konyol.
Bloon. Mungkin. Namun bagi Kabul, kejujuran sebenarnya bukan suatu hal yang
istimewa. Dialah yang seharusnya dianggap biasa (Hal. 52-54).
Sebelumnya Kabul seorang anak kuliahan serta dia juga aktivis kampus.
Dalam hal menghadapi ini, Kabul tidak sedikit pun tergoda oleh apa yang telah
ditawarkan pimpinan proyek kepada Kabul untuk berbuat curang dalam bekerja.
Kabul yang memiliki keidealismean yang tinggi tidak terpengaruh dengan situasi di
hendak shalat Jumat. Ketika Kabul hendak shalat Jumat itulah, Wati menyediakan
Pertanyaan ini dibawa masuk ke ruang kantor. Dan di sana Kabul menemukan
jawaban yang sangat maknawi. Ada kopiah, baju koko, dan kain sarung tertata rapi di
atas mejanya. Wangi sekali. Secarik kertas di dekatnya bertuliskan ”silakan pakai”.
Kabul cepat tersadar ini hari jumat, maka pekerjaan diistirahatkan sejak jam sebelas.
Dan ia pun langsung ke kamar mandi. Selama membersihkan diri Kabul teringat
perangkat salat yang wangi itu; siapa yang menaruh di sana? Kabul tahu jawabannya
yang pasti benar. Wati. Tulisan di sana cukup menjelaskan semua. Dan agaknya Wati
sudah pulang. Tapi kok nganyar-anyari? Jumat-jumat sebelumnya Wati tak pernah
peduli apakah Kabul pergi salat atau tidak.
Keluar dari kamar mandi Kabul kembali memandang perangkat yang belum
disentuh di atas meja itu. Mau pakai atai tidak? Kabul ragu. Karena memakai atau
tidak sama-sama ada bayaran moralnya. Kalau memakai berarti Kabul menerima
sikap nganyar-anyari yang ditunjukkan Wati. Ah, Kabul menduga ada sesuatu di
balik sikap gadis itu. Padahal Kabul tidak atau belum siap berubah pandangan
terhadap dia. Kalau tidak memakai, rasanya tak enak. Pantaskah uluran tangan teman
yang sudah sekian lama bekerja sama disepelekan?
Kabul tersenyum dan wajahnya cerah karena menemukan jalan tengah.
Diambilnya kopiah dan baju koko, tapi kain sarungnya tidak. Jalan tengah ini
mungkin mewakili sikap ambigu atau keraguan (Hal. 35-36).
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
d. Climax
Apabila tahap ketiga tadi menceritakan tentang berbagai macam konflik kecil
dan sifatnya menjurus ke konflik besar, maka pada tahap keempat atau puncak,
konflik pecah. Biasanya, konflik-konflik yang menuju konflik besar atau puncak akan
Pada tahap ini dapat dilihat dengan jelas bahwa ada beberapa konflik besar
yang terjadi dalam novel Orang-Orang Proyek. Konflik besar pertama dimulai
Sungai Cibawor sebagai bahan untuk pengecoran jembatan tersebut digunakan besi
bekas. Hal di atas dapat kita lihat pada kutipan di bawah ini.
Proyek jadi lebih ramai. Ir. Dalkijo, manajer proyek, menyuruh Kabul
menambah jumlah tukang dan kuli. ”jembatan harus selesai dan diresmikan tepat
HUT GLM,” itu kata-kata Dalkijo yang telah diulang-ulang belasan kali. Dan HUT
golongan penguasa itu makin dekat. Dalam hitungan Kabul, HUT GLM tinggal 52
hari lagi. Bila tak ada hambatan, waktu sepanjang itu cukup untuk menyelesaikan
proyek jembatan dengan tuntas.
Tapi Kabul merasa tak punya jaminan dalam waktu 52 hari semuanya akan
berjalan lancar. Musim hujan sudah nyata datang. Hujan sering memaksa tukang batu
berhenti bekerja karena tak mungkin memasang adukan dalam guyuran air. Tenda-
tanda harus dipasang untuk memayungi tukang-tukang las yang sedang menggarap
rancangan lantai jembatan.
Dalam musim hujan, mutu pasir sungai juga turun karena kandungan
tanahnya bertambah. Kabul akan mengalami kesulitan mencari pasir sungai yang
memenuhi baku mutu untuk pengecoran. Repotnya, katanya karena keterbatasan
dana, Manajer Proyek sudah memutuskan menggunakan pasir sungai untuk bahan
pembuatan lantai jembatan. Memang, bila dibilas lebih dulu, pasir sungai pun bisa
menjadi komponen beton yang memenuhi syarat. Namun pembilasan akan memakan
waktu dan juga biaya. Lagi pula harus dipersiapkan peralatan khas untuk mencuci
ratusan kubik pasir. Dan peralatan itu tidak ada.
Masih pusing dengan masalah pasir, kemarin kepala Kabul dibuat puyeng
lagi. Permintaan atas kekurangan besi rancang yang diajukan kepada Dalkijo dijawab
dengan kedatangan truk tronton; isinya besi rancang bekas bongkaran jembatan di
pantura (Hal. 179-180).
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
Bagi Kabul, ini sudah keterlaluan. Akhirnya Kabul protes akan perintah
manajer proyek yaitu Pak Dalkijo. Dalkijo memerintahkan kepada Kabul untuk
memakai pasir Sungai Cibawor yang kurang mencapai mutu pasir yang baik dan besi
rancang yang bekas. Pernyataan di atas dapat kita lihat pada kutipan di bawah ini.
Bagi Kabul, ini sudah keterlaluan. Kabul protes. Maka meskipun sudah
diturunkan dari kendaraan pengangkutnya, besi-besi bekas itu dibiarkan menumpuk
di halaman kantor proyek. Melalui radio komunikasi Kabul menyatakan tidak akan
mau menggunakan besi bekas itu. Tapi Dalkijo bersikeras.
“Aduh, Dik Kabul ini bagaimana? Sudahlah, ikuti perintahku. Gunakan besi
itu. Toh itu hanya untuk menutup kekurangan. Aku tahu penggunaan besi bekas
memang tidak baik. Tapi bagaimana lagi, dana sudah habis. Makanya, kita pun tak
mampu membeli pasir giling. Dana benar-benar sudah habis.”
“Pak, kali ini saya tidak bisa berkompromi,” jawab Kabul penuh percaya diri.
“Tak bisa kompromi bagaimana? Dengar, Dik Kabul. Kita sudah selesai
membangun bagian terpenting, yakni struktur jembatan. Bukankah Dik Kabul yakin
sejauh ini pekerjaan kita bisa dipertanggungjawabkan?”
“Saya bertanggung jawab atas kualitas struktur jembatan.”
“Nah. Dengan demikian kita tinggal menyelesaikan bagian-bagian luar
struktur. Bila kita sedikit menurunkan kualitas di bagian ini, mestinya tidak mengapa.
Taruhlah, karena kita menggunakan pasir sungai dan besi bekas, lalu lantai jembatan
hanya kuat bertahan satu atau dua tahun, Dik Kabul tak usah risau. Karena struktur
jembatan tidak ada masalah. Lagi pula kita dikejar waktu. Dan aku bendahara GLM.
Bupati, Dandim, Kapolres, Kepala Kejaksaan, Ketua Pengadilan, semua kader dan
pendukung GLM. Di DPRD, golongan kita dominan. Bahkan wakil dua parpol itu
juga orang-orang yang berjiwa GLM tapi diberi baju hijau dan merah. Semuamya
pendukung setia Bapak Pembangunan. Jadi siapa yang berani mengusili kita? Paling-
paling LSM! Dan untuk meladeni anak-anak LSM kita punya aparat keamanan. Jadi,
Dik Kabul tenang sajalah. Semua bisa kita reka-reka. Semua bisa kita atur.”
”Sebentar, Pak,” sela Kabul. ”Bapak bilang saya tak perlu risau meskipun
lantai jembatan mungkin hanya bisa bertahan satu-dua tahun?”
”Ya. Bila nanti jembatan rusak, ya kita perbaiki lagi, tentu saja bila disediakan
dananya. Kita ini pemborong (Hal. 180-181).
sendiri mengatakan wajar bila Wati sudah ingin menikah. Wiyoso ingat sudah
Malahan sepanjang yang diketahui Wiyoso sudah ada dua teman seangkatan yang
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
bersuami. Itu belum terhitung mereka yang hanya tamat SMA lalu kawin atau harus
Wati sebagai istri hampir tidak mungkin, nalar Wiyoso mengatakan demikian.
Wiyoso belum siap untuk menikahi Wati. Wiyoso masih mengikuti perkulihan di
Fakultas Mipa. Setelah dihitung Yos, dalam semester lima usia Yos adalah 24. dan
Wati teman seangkatan di SMA, hanya berbeda jurusan. Hal di atas dapat kita lihat
Setelah semalaman Wiyoso bingung menentukan sikap. Hal ini dapat kita lihat
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
Wiyoso terus-menerus bertanya kepada Wati tentang hubungan mereka. Wati
tetap pada prinsipnya yaitu ingin segera menikah. Yos tidak mungkin melakukan hal
itu. Wiyoso pun menanyakan alasan Wati mengakhiri hubungan ini. Peristiwa di atas
Akhirnya Wiyoso tahu sebab Wati memutuskan hubungan ini. Wiyoso pun
beraksi atas keputusan yang dibuat Wati. Wiyoso bergegas pergi dari kantor tempat
Wati bekerja.
Yos bangkit, melangkah cepat ke meja kerja Wati. Gelas minum Wati
disambar, sedetik kemudian pecah berhamburan di lantai. Wati menjerit sambil
menutup wajah dengan tangannya.
Dan Yos berdiri dengan kaki menggigil.
Tunai?
Yos masih berdiri dan wajahnya membara (Hal. 177).
....
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
e. Denoument
Tahap denoument adalah suatu tahap yang bersifat final. Pada tahap ini cerita
kegembiraan. Kedua akan berakhir dengan tragis ataupun berakhir dengan kesedihan.
Dalam novel Orang-Orang Proyek ini cerita diakhiri oleh pengarang dengan rasa
kebahagian bercampur dengan rasa duka. Rasa duka itu muncul ketika Kabul melihat
Standar mutu suatu jemabatan tidak terdapat pada jembatan Sungai Cibawor.
Sungai Cibawor yang dipimpin oleh Pak Dalkijo. Kabul mengundurkan diri karena
sudah tidak tahan lagi melihat keadaan proyek yang di dalamnya terjadi
mutu jembatan tidak baik yang nantinya berdampak pada masyarakat setempat
sebagai pengguna fasilitas umum. Hal ini dapat kita lihat pada kutipan di bawah ini.
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
Ketika menuju rumah Biyung, mobil Kabul melewati jembatan Sungai
Sungai Cibawor melihat keadaan jembatan yang sudah rusak. Hati Kabul sedih
melihat keadaan jembatan. Inilah hasil dari pekerjaan yang tidak sesuai mutu standar
pembangunan jembatan. Hal di atas dapat kita lihat pada penggalan kutipan di bawah
ini.
Untuk mencapai rumah Biyung dari arah Cirebon, Kabul akan melewati
jembatan Sungai Cibawor yang dulu digarapnya meskipun tidak sampai selesai.
Hampir jam empat sore mobil Kabul mencapai Desa Cibawor. Ah, Kades Basar dan
Pak Tarya sedang apa? Dan pertanyaan yang muncul itu segera diterlupakan karena
tiba-tiba Kabul terpana. Di mulut jalan simpang tiga Kabul harus menghentikan
mobil. Ada papan melintang dengan tulisan “jembatan rusak”. Lalu ada tanda panah
yang menunjukkan jalan alternatif.
Kabul dan Wati saling pandang. Wajah Kabul tegang dan merah. Dan
pengumaman itu justru membuat Kabul ingin meneruskan perjalanan ke arah
jembatan.
“Aku ingin ke sana, Wat. Rasanya harus!”
Wati memahami perasaan Kabul. Lalu mengangguk. Kabul turun dari mobil
untuk membuka jalan yang terhalang papan pengumuman. Kembali ke mobil dan
langsung melaju lurus.
Jembatan Cibawor sudah kelihatan. Tampak mangkrak dan kesepian.
Kegagahan yang dulu sempat tampak kini hilang. Dan begitu turun dari mobil di
mulut jembatan, Kabul segera tahu bagian mana yang rusak. Lantai jebol pada dua
titik dan aspal sudah retak hampir sepanjang lantai jembatan. Kabul meminta Wati
tetap di mobil, karena dia mau turun untuk mengintip bagianstruktur jembatan dari
sayap fondasi. Tampaknya tak ada maslah. Kerusakan hanya terdapat pada bagian
lantai jembatan. Meski demikian rasa kecewa, malu, marah tak bisa dihindarkan.
Pahit. Dan Kabul merasa kepalanya pening (Hal. 217).
.....
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
Dan ada cerita humor yang sangat populer tentang orang-orang proyek. Suatu
saat di akhirat, penghuni neraka dan penghuni surga ingin saling kunjung. Maka
penghuni kedua tempat itu sepakat membuat jembatan yang akn menghubungkan
wilayah neraka dan wilayah surga. Bagian jembatan di wilayah neraka akan dibangun
oleh orang neraka dan sebaliknya. Ternyata penghuni neraka lebih cepat
menyelesaikan pekerjaannya daripada para penghuni surga. Dan ketika dicari
sebabnya, ditemukan kenyataan di antara para penghuni neraka banyak mantan orang
proyek (Hal. 218)
4.3 Penokohan
gambaran yang utuh mengenai tokoh di dalam ceritanya. Penggambaran watak untuk
penciptaan tokoh yang hidup dalam suatu karya sastra sangat tergantung kepada
Penokohan itu adalah perwatakan, yaitu mengenai sifat, tabiat, atau perangai
tokoh yang terdapat dalam cerita atau drama. Watak selalu diinterpretasikan oleh
yang diekspresikan melalui dialog dan lakon action (Abrams, 1981: 20).
Diterangkan satu persatu, baik keadaan jasmani dan rohani tokoh. Ciri-ciri watak ini
dapat diterangkan dengan tindakan kata-kata serta dapat pula dengan menggunakan
melalui keadaan jasmani dan rohani yaitu tokoh, dialog, laku, simbolisme, dan latar.
segala sesuatu mengenai tokoh dan penokohan. Penokohan tidak dapat dilepaskan
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
kaitannya dari masyarakat di mana tokoh berada.dalam hal ini, sebagai bagian dari
masyarakat, tokoh harus benar-benar menganut laku yang dianggap wajar oleh
mengetahui lebih jauh mengenai nilai-nilai yang menjadi pedoman masyarakat untuk
kerangka kerja moral bagi pengarang harus dalam menangani tokoh dan penokohan.
terjaring dalam sebuah sistem jaringan yang menunjang keutuhan struktur karya
Dilihat dari urutan pentingnya tokoh dalam cerita, dikenal adanya tokoh
utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama atau protagonis (Inggris, main character)
adalah tokoh dalam karya sastra yang memegang peran pimpinan di dalam drama
atau cerita rekaan (Panuti Sudjiman, 1984: 61). Lawan tokoh utama disebut antagonis
(Inggris, antagonist) ialah tokoh dalam karya sastra yang merupakan penentang
Untuk mengetahui tokoh utama dalam sebuah roman dapat dilakukan dengan
tiga cara, pertama dilihat masalahnya (tema) lalu dilihat tokoh mana yang paling
banyak berhubungan dengan masalah tersebut. Kedua, tokoh-tokoh mana yang paling
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
banyak berhubungan dengan tokoh-tokoh lainnya. Ketiga, tokoh mana yang paling
persyaratan yang demikian ditetapkan sebagai tokoh utama. Dengan demikian sesuatu
diskusi atau debat tentang yang mana tokoh utama menjadi tidak diperlukan (Mursal
Di bawah ini akan diberikan gambaran penokohan dari tokoh-tokoh yang ada
a. Kabul
Kabul adalah seorang pemuda yang mempunyai idealis yang kuat, komitmen
yang tinggi terhadap janji dan serius dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Dia
memiliki sikap dalam bekerja yaitu memiliki kejujuran yang tinggi dan kesungguhan
Aku insinyur. Aku tak bisa menguraikan dengan baik hubungan antara
kejujuran dan kesungguhan dalam pembangunan proyek ini dengan keberpihakan
kepada masyarakat miskin. Apakah yang pertama merupakan manifestasi yang
kedua? Apakah kejujuran dan kesungguhan sejatinya adalah perkara biasa bagi
masyarakat berbudaya, dan harus dipilih karena keduanya hal yang niscaya untuk
menghasilkan kemalahatan bersama? Mungkin. Atau entah. Yang jelas bagiku
kecurangan besar maupun kecil yang terjadi di proyek ini pasti akan mengurangi
tingkat kesungguhan bahkan mengkhianati tujuan dasarnya. Dan hatiku tak bisa
menerimanya.
Lalu, apakah kejujuran yang sering minta dibuktikan dengan kesahajaan sama
dengan mempertahankan kemelaratan? Ah, tidak. Pasti tidak. Banyak orang memilih
cara hidup bersahaja dan mereka sangat kaya akan rasa kaya. Atau hati dan jiwa
mereka memang benar-benar kaya. Dan kau, Dalkijo, begitu membenci kemiskinan
dengan cara hidup jor-joran, tak peduli dari mana ongkosnya, apakah kau punya rasa
kaya? Jangan-jangan kau membenci kemiskinan, sementara hati dan jiwamu memang
benar-benar melarat (Hal. 34).
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
Sebagai mantan aktivis kampus sewaktu masih mengikuti perkuliahan, Kabul
dalam dirinya.
Sebagai insinyur, Kabul tahu betul dampak semua permainan ini. Mutu
bangunan menjadi taruhan. Padahal bila mutu bangunan dipermainkan,
masyarakatlah yang pasti akan menanggung akibat buruknya. Dan bagi Kabul hal ini
adalah pengkhiatan terhadap derajat keinsinyurannya.
Namun Kabul merasa tak bisa berbuat apa-apa. Karena permainan itu terasa
sudah menjadi kewajaran dan merajalela di mana-mana, sampai masyarakat sekitar
proyek pun ikut melakukannya. Bahkan pelaksna seperti Dalkijo sudah terbiasa
menerima semua bentuk permainan itu tanpa keluhan apa-apa, atau malah
memanfaatkannya?
”Dik Kabul,” sambung Dalkijo. ”Saya tahu Dik Kabul mantan aktivis. Biasa
kan, yang namanya aktivis punya idealisme yang kolot. Tapi setelah bekerja seperti
ini, Dik Kabul harus tunduk kepada kenyataan. Sedikit pragmatislah agar kita tidak
konyol seperti Don Kisot. He-he (Hal. 28-29).”
Kabul berasal dari keluarga yang hidup dalam ekonomi yang lemah. Dia
menjadi tulang punggung dalam keluarganya. Dengan tanggung jawab yang besar
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
kemiskinan yang dialaminya pada masa lalu. Bagi Kabul, kemiskinan memang harus
dihilangkan. Namun tidak harus dengan dendam pribadi. Dan karena kemiskinan
terkait erat dengan struktur maupun kultur masyarakat, menghilangkannya harus
melibatkan semua orang dalam semangat setia kawan yang tinggi. Dengan demikian,
jalan sangat egoistis yang ditempuh Dalkijo terasa menyimpang (Hal. 31-32).
dalam menentukan sikap dan penuh pemikiran dalam memutuskan suatu hal ada pada
diri Kabul. Untuk memutuskan sesuatu hal Kabul memikirkan dampak buruk dan
Niat Wati untuk membayar makan siang membuat pikiran Kabul melebar: Ah,
bagaimana bila uang Wati berasal dari gaji ayahnya yang anggota DPRD itu? Di
tahun 1991 ini Kabul sering membaca kritikan pedas terhadap para anggota dan
lembaga DPRD. Secara kelembagaan, DPRD sering dicap hanya menjadi tukang
stempel atau aksesoris Pemerintah Orde Baru. Rakyat jadi pemilih sangat naif yang
hanya dipinjam namanya. Keterwakilan mereka di lembaga legislatif sangat rendah.
Amanat rakyat pemilih kurang tersalur dan lebih banyak menjadi bahan retorika para
politikus.
Menurut para kritikus, dan Kabul sependapat, apabila secara kelembagaan
DPRD sudah menyimpang dari khitahnya, dengan sendirinya para anggota demikian
pula. Mereka, para kritikus, sering mengatakan para anggota DPRD menikmati uang
rakyat tanpa melaksanakan dengan semestinya amanat yang dipercayakan kepada
mereka. Dan Kabul merasa pahit ketika membayangkan, jangan-jangan sebagian
uang rakyat itu kini ada di dompet Wati dan siap untuk membayar makan siang Kabul
kali ini.
”Ah, mungkin aku terlalu puritan,” kata Kabul untuk dirinya sendiri.
”Memang. Apalagi Dalkijo; dia pasti akan bilang kamu makin bloon saja. Dan
sok suci,” ujar satu suara dari sudut hati Kabul sendiri.
“Tapi rasa itu nyata ada. Yakni rasa enggan ditraktir bila uang Wati berasal
dari gaji ayahnya.”
“Nah, tanyakan kepada Wati; dari mana uang yang kini ada dalam
dompetnya.”
Kabul ragu untuk menuruti perintah yang bergaung dalam kepalanya sendiri.
Tidak. Kabul cepat menyelesaikan makannya. Meneguk es teh, lalu bangkit
mendekati Sonah. Makan siang bersama Wati kali ini pun Kabul yang bayar. Tak
peduli Wati merengut. Eh, biarlah merungut. Karena tiba-tiba daya tarik itu muncul
lagi dari wajah Wati (Hal. 56-57).
Sifat keingintahuan terhadap sesuatu hal yang belum ia rasakan itu besar
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
”Nanti dulu, Pak Tarya. Besok hari Minggu, kan?”
”Ya.”
”Nanti dulu. Anu.” Kabul tampak ragu. Dan menggaruk kepala. ”Bagaimana
bila saya ikut? Boleh?”
”Aduh, Mas Kabul. Jangan. Bukan saya tidak mau diikuti, tapi sampeyan tak
pantas malam hari berada di pinggir kali. Jadi...”
”Saya ingin mendapat pengalaman baru. Bagaimana sih rasanya mancing di
malam hari?”
“Aduh, saya jadi tidak enak.”
”Tapi saya boleh ikut, kan? Jadi, tunggu. Saya mau ambil jaket dan senter
(Hal. 62).”
Kabul memiliki sikap pengertian terhadap kondisi sahabatnya. Kabul tahu dan
paham bila kondisi sahabatnya yang dulu seorang akitivis, keaktivisannya pudar
“Ya. Dan peresmian jembatan ini tetap akan dilaksanakan tepat pada HUT
GLM. Itulah keputusan yang ada dan Dik Kabul kuminta bisa menerimanya.”
”Maaf, saya pun tetap berada pada keputusan saya. Saya tak bisa...”
”Tunggu, Dik Kabul. Aku tidak akan lupa Dik Kabul dan aku sama-sama
insinyur, lulus dari perguruan tinggi yang sama, hanya beda angkatan. Kita sudah
sekian lama bekerja sama. Dan terus terang, aku sudah menganggap Dik Kabul adik
kandungku. Maka laksanakanlah keputusan itu.”
:Maaf, Pak Dalkijo. Kalau keputusan Anda sudah final, saya pun tak mungkin
berubah. Saya tetap mengundurkan diri (Hal. 198).”
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
b. Wati
Sungai Cibawor sebagai penulis di kantor. Wati merupakan tamatan dari pendidikan
sarjana muda kesertariatan dan biasa mengoprasikan komputer. Orang tua Wati
Wati anak yang periang, memang biasa menyapa siapa saja dengan bahasa
dan senyum yang sama hangatnya. Usia Wati kurang lebih 23 tahun.
Maka lihatlah para kuli dan tukang ketika mereka melihat Wati datang dengan
motor bebeknya. Mata mereka menyipit, tapi lebih bercahaya. Dan bagi yang
beruntung disapa Wati, mereka cengar-cengir tapi dengan hati berdebar. Wati yang
periang memang biasa menyapa siapa saja dengan bahasa dan senyum yang sama
hangatnya. Gayanya seperti anak usia enam belas, padahal usia Wati sudah 23.
hampir semua orang proyek meyakini Wati sudah punya pacar. Alasan mereka
sederhana. Gadis semenarik Wati pasti memikat banyak pemuda. Atau seperti kata
orang, apa saja yang terbaik selalu sudah ada pemesannya (Hal. 24).
Wati seorang wanita yang memiliki perhatian. Apalagi kepada lelaki yang ia
suka.
Walaupun usia Wati sudah 23, tetapi sifat kemanjaannya masih kelihatan. Di
balik kemanjaannya itu sebenarnya ia mengharapkan perhatian dari lelaki yang Wati
suka.
”Makan siang gasik saja ya, Mas? Aku sudah lapar.”
Kabul yang sedikit terkejut menanggapi kata-kata Wati hanya dengan
senyum, lalu melihat tangan. Jam setengah dua belas.
”Pekerjaanmu sudah selesai. Makanya aku jenuh, mau apa? Terus jadi lapar.”
”Tapi aku belum. Silakan makan sendiri.”
”Ah, tak mau.”
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
Wati manja. Sedikit bersungut. Kabul terdiam. Terasa ada satu detik yang
aneh. Yakni ketika Kabul merasa dalam sepersekian detik muncul daya pikat dari
penampilan Wati. Apanya? Sungutnya? Getar suaranya? Mungkin. Atau entah. Yang
pasti ada sesuatu yang baru terasa dalam beberapa detik ini (Hal. 54).
Wati memiliki pendirian yang kuat. Ketika Wiyoso, pacar Wati bertanya
kepada Wati, apakah kamu, Wati benar-benar minta kawin? Wati menjawab dengan
c. Pak Tarya
Pak Tarya adalah seorang lelaki yang sudah berumur, yang kesehariannya
diisi dengan kegiatan memancing karena memancing merupakan hobinya. Pak Tarya
“Ya, sampai beberapa hari yang lalu saya hanya tahu Pak Tarya tukang
mancing. Tapi kini saya sudah dapat informasi yang lebih lengkap bahwa sebetulnya
Pak Tarya adalah pensiunan pegawai Kantor Penerangan. Selain itu, Pak Tarya ketika
muda pernah lama mengembara ke Jakarta. Iya, kan?”
”Informasi itu sedikit benarnya, tapi banyak salahnya.”
”Tak ada guna menutup-nutupi jadi dirimu, Pak. Malah ada orang bilang,
ketika berada di Jakarta, Pak Tarya pernah bekerja di penerbitan. Jadi wartawan?”
”Ah, Cuma sebentar (Hal. 9).”
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
Pak Tarya yang hobinya memancing, selain memancing ia suka memainkan
”Wah, bagus sekali. Tak tahunya Pak Tarya pandai main suling?”
”Eh, Mas Kabul? Aduh, saya jadi malu. Aduh, kok sampeyan sampai di
tempat terpencil ini?”
“Jujur saja karena, meskipun hanya lamat-lamat, saya mendengar suara
serulingmu.”
“Ah, saya malu. Saya kan hanya tukang mancing dan Pak Kabul insinyur,
pelaksana pembangunan jembatan. Kok, Pak Kabul mau ngumpul dengan saya di
tempat yang kurang pantas ini?” (Hal. 8)
Sikap kepedulian terhadap sesama warga Desa Cibawor membuat Pak Tarya
Pak Tarya berhenti untuk melepas kacamata, kemudian melap matanya yang
perih.
“Saya tanya sampeyan, Mas Kabul; siapa yang peduli terhadap Kang
Martasatang yang kehilangan satu-satunya mata pencaharian? Lurah? Golongan?
Anggota dewan? Atau sampeyan sendiri yang sedang memimpin pembangunan
jembatan dan akan menggusur sumber penghasilan Kang Martasatang? Semuanya
tidak, bukan?”
Kabul terpana. Dan Pak Tarya tersenyum. Ironis (Hal. 134).
membaca surat kabar. Dia salah satu warga desa yang berlangganan koran.
“Kalau aku sih bukan hanya kenal, karena Pak Tarya orang sini. Dia itu orang
nyentrik. Terkenal doyan baca. Di desa ini hanya ada dua pelanggan Koran, Pak
TArya dan bapakku. Kalau bapakku langganan Koran memang sudah seharusnya.
Tapi Pak Tarya? Uang pensiunan pegawai kantor penerangan tingkat kecamatan,
berap sih besarnya? Tapi itulah Pak Tarya. Untung istrinya punya warung dan anak
mereka hanya dua. Kini keduanya sudah menikah (Hal. 75).”
Pak Tarya di Desa Cibawor terkenal memiliki sifat yang ramah dan jenaka.
Makanya dia sangat dihormati di desa tersebut dan dia juga memiliki pengetahuan
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
”Dan hobi mancingnya itu lho!”
”Yah, semua orang di sini sudah lama menganggap mancing adalah bagian
jati diri Pak Tarya. Selebihnya Pak Tarya memang ramah dan jenaka. Maka banyak
orang suka kepdanya.”
”Konon, ketika muda pernah jadi wartawan di Jakarta?”
”Ah, itu aku tidak tahu. Aku kan baru lahir tahun 1968. tapi di sini Pak Tarya
memang dikenal punya pengetahuan yang luas (Hal. 75).”
d. Dalkijo
dengan melakukan suatu tindakan memperkaya diri di suatu proyek yang ia pimpin.
e. Mak Sumeh
Mak Sumeh adalah seorang wanita yang sudah berumur. Dia adalah penjual
makanan dan minuman di proyek. Setiap ada proyek dimana pun dia selalu ada.
…Lalu dari mulut Mak Sumeh yang nyinyir pula berawal omongan bahwa
Wati dan Kabul adalah pasangan yang serasi. Malah anak-anak muda sudah bias
menirukan istilah para bintang film. Cinta lokasi (Hal. 25).
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
”Kok?”
Mak Sumeh senyum-senyum.
”Ya. Begini. Ini salah Pak Insinyur kenapa masih bujangan. Jadi ada gadis
yang naksir.” Mak Sumeh senyum lagi.
”Ah, Mak Sumeh mau bilang apa?” Kabul menarik kopi yang sudah disajikan
pelayan.
”Anu. Tapi sebelumnya aku minta maaf. Apa Pak Insinyur belum tahu
Wati...anu...suka sama Pak Insinyur?” Mak Sumeh menatap lurus ke arah mata
Kabul. Yang ditatap mengangkat alis (Hal. 46).
4.4 Latar
Latar dalam sebuah novel harus ada. Latar ini merupakan tempat yang
Pengarang yang memberikan secara fiktif tempat terjadinya cerita akan dirasakan
oleh pembaca sebagai suatu suasana yang ikut bergerak ke dalam suatu tempat
kejadian.
Latar ialah segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya
lakuan dalam karya sastra (Panuti Sudjiman, 1984: 46). Bagi Hudson, latar berarti
tempat dan waktu. Pada kedua unsur itu ditambahkannya ”situasi” yaitu seluruh milik
sebagai cerita seperti tata cara kebiasaan, cara hidup, latar belakang alam, dan
lingkungan sekitar. Hudson membedakan latar atas latar sosial dan latar material.
Kedua jenis latar itu dikenal sebagai ruang atau tempat. Di mana tokoh-tokoh cerita
Apa yang disebut latar sosial oleh Hudson di atas, menurut Mursal Esten
(1982: 93) tidak hanya kelas sosial dari masyarakat seperti pedagang, petani,
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
intelektual, dan lain-lain, tapi juga lingkungan sosial masyarakat desa, lingkungan
Yang dimaksud dengan latar material (material setting) bagi Brooks dan
Warren (1959: 687) adalah latar belakang fisik (physical background), unsur tempat
Dari pendapat para ahli di atas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa yang
dimaksud latar ialah waktu, tempat, dan situasi di mana cerita terjadi. Pengertian
inilah yang penulis pakai sebagai dasar bagi analisis karya sastra dalam penelitian ini.
sangat organis dengan tema, alur, dan penokohan. Atas dasar itulah, maka
pembicaraan tentang latar, alur bertolak dari latar tempat kemudian dari latar tempat
itu dikaitkan dengan penokohan sebagai pendukung utama makna keseluruhan novel.
Hal-hal di atas dihubungkan dengan alur dan tema, atau unsur lain yang berkaitan
erat. Ada pun tentang latar waktu dan situasi akan disinggung seperlunya dalam
Pengarang secara jelas menerangkan latar waktu kejadian dalam novel Orang-
Orang Proyek. Cerita dimulai ketika pagi ini Sungai Cibawor kelihatan penuh dengan
sampah-sampah karena kemarin malam Sungai Cibawor banjir. Tiga hari yang lalu
hujan deras di hulu membuat sungai ini banjir besar. Untung sudah jadi watak sungai
pegunungan, banjir yang terjadi berlangsung cepat. Air yang semula jernih mulai
mengeruh di pagi hari ini. Sungai Cibawor seperti sedang digelontor dari hulu dengan
air bah besar yang pekat berlumpur serta membawa segala macam sampah, dari
sandal karet, bekas botol plastik, batang pisang, sampai batang mahoni. Di tepi
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
Sungai Cibawor tampak lelaki tua yaitu Pak Tarya. Pak Tarya berada di tempat itu
untuk memancing.
Ketenangan di bawah pohon mbulu itu seakan diberi bobot lain oleh
kedatangan seorang pemancing tua. Lelaki itu telah lama menjadikan kerindangan
pohon mbulu di tepi Sungai Cibawor itu sebagai tempat yang paling disukai.
Memancing di tempat itu adalah berkawan dengan keheningan, dengan semilir angin,
dengan lambaian ranting-ranting yang mengayun di atas air atau cericit burung-
burung emprit (Hal. 6).
jembatan tergambarkan.
Cibawor, volume pengerjaan yang dicapai berada di bawah target. Kabul pun uring-
uringan.
Tanpa terasa proyek sudah berjalan tiga bulan. Namun karena dimulai ketika
hujan masih sering turun, volume pekerjaan yang dicapai berada di bawah target.
Menghadapi kenyataan ini, Kabul sering uring-uringan. Jengkel karena hambatan ini
sesungguhnya bisa dihindari bila pemerintah sebagai pemilik proyek dan para
politikus tidak terlalu banyak campur tangan dalam tingkat pelaksanaan (Hal. 25).
Sungai Cibawor. Pada tempat itu Pak Dalkijo menginstruksikan Kabul untuk
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
memakai bahan pengecoran lantai jemabatan menggunakan bahan pasir, pasir dari
sungai. Menurut Kabul pasir dari sungai sudah bercampur dengan tanah dan lumpur.
Kalau pasir sudah bercampur dengan tanah dan lumpur, mutu pasir untuk pengecoran
lanati jembatan berkurang. Pak Dalkijo juga menyuruh Kabul untuk menggunakan
besi bekas. Besi bekas digunakan untuk mengurangi pengeluaran karena kas proyek
sudah berkurang.
Pengarang secara jelas menerangkan latar waktu kejadian dalam novel Orang-
Orang Proyek. Cerita dimulai ketika Sungai Cibawor dilanda banjir. Pada saat itu,
seorang lelaki tua duduk sedang memancing dan tidak berapa lama kemudian Kabul
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
dan berputar-putar menghadap ke selatan. Air Sungai Cibawor jauh menyurut,
sehingga membantu mempermudah pekerjaan proyek...(Hal. 50)
pembaca bahwa novel ini benar-benar terjadi pada tempat tersebut. Tempat yang
ditunjuk fiksi itu, lebih diperkuat lagi oleh lukisan latar sosial yang menunjuk pada
Latar situasi yaitu seluruh yang meliputi cerita antara lain: tata cara,
kebiasaan, cara hidup, dan lingkungan sekitar (Hudson, 1955: 158) dalam Orang-
yang paling menonojol dalam Orang-Orang Proyek ialah apa yang disebut Mursal
Esten (1982: 93) sebagai latar sosial, yaitu kebiasaan dan cara hidup masyarakat desa
Sehingga dalam proyek ini, Dalkijo sebagai pemimpin proyek yang berasal dari latar
tindakan korupsi.
”Dik Kabul,” sambung Dalkijo. ”Saya tahu Dik Kabul mantan aktivis. Biasa
kan, yang namanya aktivis punya idealisme yang kolot. Tapi setelah bekerja seperti
ini, Dik Kabul harus tunduk kepada kenyataan. Sedikit pragmatislah agar kita tidak
konyol seperti Don Kisot. He-he.”
Kabul menegakkan kepala. Mau bicara tapi tidak jadi.
”Maksud saya begini. Mari bicara mulai dari nama kita. Nama saya Dalkijo,
dari Blora. Nama sampeyan Kabul, dari?”
“Gombong.”
‘Nah, melihat nama, kita tahu dari lapisan masyarakat mana kita berasal.
Taruhan, kita sama-sama anak petani miskin. Betul?”
Kabul tersentum. Persis.
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
”Entahlah sampeyan, tapi kemiskinan yang disandang kedua orang tua saya ke
atas sudah berlangsung sekian generasi. Untung emak saya, penjual jamu gendong,
begitu tabah dan tekun mengumpulkan uang dari sen ke sen untuk membiayai sekolah
sampai saya lulus insinyur. Ini apa namanya kalau bukan keajaiban. Atau entahlah,
yang jelas sekarang saya ada pada posisi bisa memutus rantai panjang kemiskinan
yang melilit kami. Saya kini punya kemampuan untuk membalas dendam terhadap
kemiskinan yang begitu lama menyengsarakan kami. Saya sudah melakukan apa yang
dibilang orang sebagai tobat melarat. Selamat tinggal, nasi tiwul, tikar pandan, atau
rumah berlantai tanah dan beratap rendah.”(Hal. 28-29)
Dalam melukiskan latar sosial yaitu masalah cara hidup dan kebiasaan
masyarakat desa yang dibayangi ekonomi yang kurang mampu atau miskin,
suatu kejadian sosial. Latar sosial kejadian novel Orang-Orang Proyek ini adalah di
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
BAB V
Budaya itu adalah cipta (mengadakan, mengarang), karsa, dan rasa sedangkan
kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu (Koentjaraningrat, 1974:181).
Kebudayaan dapat diartikan hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia,
seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat. Budaya dapat diartikan akal budi,
pikiran. Budi adalah akal, adat dan perangai yang baik; alat batin yang merupakan
paduan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk; tabiat; akhlak; watak;
perbuatan baik; ikhtiar ( pilihan yang bebas menurut kehendak hati, pertimbangan
berasal dari budaya orang yang memiliki ekonomi lemah yaitu orang yang
dicengkram kemiskinan. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa contoh seperti yang
”Dik Kabul,”sambung Dalkijo. ”Saya tahu Dik Kabul mantan aktivis. Biasa
kn, yang namanya aktivis punya idealisme yang kolot. Tapi setelah bekerja seperti
ini, Dik Kabul harus tunduk kepada kenyataan. Sedikit pragmatislah agar kita tidak
konyol seperti Don Kisot. He-he.”
Kabul menegakkan kepala. Mau bicara tapi tidak jadi.
”Maksud saya begini. Mari bicara mulai dari nama kita. Nama saya Dalkijo,
dari Blora. Nama sampeyan Kabul, dari?”
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
”Gombong.”
”Nah, melihat nama, kita tahu dari lapisan masyarakat mana kita berasal.
Taruhan, kita sama-sama anak petani miskin. Betul?”
Kabul tersenyum. Persis.
”Entahlah sampetan, tapi kemiskinan yang disandang kedua orang tua saya ke
atas sudah berlangsung sekian generasi. Untung emak saya, penjual jamu gendong,
begitu tabah dan tekun mengumpulkan uang dari sen ke sen untuk membiayai sekolah
sampai saya lulus insinyur. Ini apa namanya kalau bukan keajaiban. Atau entahlah,
yang jelas sekarang saya ada pada posisi bisa memutus rantai panjang kemiskinan
yang melilit kami. Saya kini punya kemampuan untuk membalas dendam terhadap
kemiskinan yang begitu lama menyengsarakan kami. Saya sudah melakukan apa yang
dibilang orang sebagai tobat melarat. Selamat tinggal nasi tiwul, tikar pandan, atau
rumah berlantai tanah dan beratap rendah.”
Karena bicara dengan emosi tinggi, Dalkijo agak terengah.
“Dik Kabul, karena sudah tobat melarat, lihatlah. Saya tak mau pakai sepatu
kalau bukan yang asli dari merek terkenal. Juga baju dan celana, bahkan celana
dalam. Soal makan, apa lagi. Saya tak sudi seperti sampeyan, makan di warung Mak
Sumeh di proyek itu. Anak-anak Cina dan anak pejabat. Kamar mereka mirip kamar
anak remaja Amerika. Soal kemampuan anak itu penting, karena ternyata bisa diganti
dengan duit. Istri saya? Dik Kabul tahu sendirilah. Pokoknya saya tidak sudi lagi
berdekat-dekat dengan apa saja yang berbau kemelaratan.”
Ceramah panjang Dalkijo, yang membuat beberapa pengunjung rumah makan
itu menoleh, agaknya belum akan berakhir. Agaknya juga, Dalkijo memang benar-
benar menyimpan dendam yang berat terhadap hantu yang bernama kemiskinan yang
mencengkram dia di masa anak-anak.
”Jadi, Dik Kabul, bagi saya hanya sikap pragmatis yang bisa menghentikan
sejarah panjang kemiskinan keluarga saya. Dan dari sini saya bisa bilang, mau apa
Dik Kabul dengan idealisme yang sampeyan kukuhi? (Hal. 28-30)
Dari kutipan di atas tersebut dapat kita lihat bahwa faktor ekonomi yang
lemah yaitu orang yang miskin mempengaruhi cara berpikirnya. Masyarakat yang
”Ya, rasanya memang begitu. Nah, sekarang bagaimana? Kamu ikut aku ke
rumah Pak Tarya?”
”Mas Kabul tidak keberatan?”
”Ah, kamu bagaimana? Jelas aku yang mengajak kamu, jadi bagaimana aku
bisa keberatan?”
”Kalau ngajaknya Cuma pura-pura?”
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
Kabul terdiam. Ya, perempuan memang perasa. Dan Kabul menunggu Wati
merengut. Tidak. Wati malah tertawa.
”Aku tidak suka berpura-pura. Jadi ayolah.”
”Pakai motorku saja ya, Mas?”
Kabul terdiam. Kalau naik motor, Kabul merasa kurang enak. Sebab orang
akan menganggap dia sudah benar-benar dekat dengan Wati. Kabul sadar akan nilai-
nilai masyarakat dusun. Apa lagi konon Wati sudah punya pacar.
”Pakai jip proyek saja. Mau?”
Wati diam. Lalu merengut. Dan selalu, hati Kabul tersedot oleh nuansa
merengut yang menyaput wajah Wati.
”Kalau naik jip kita tidak kepanasan.”
”Tapi aku ingin naik motor.” Kabul masih menikmati nuansa merengut itu.
Luluh.
”Ya sudah, ayo naik sepeda motor. Aku kira Pak Tarya sudah menunggu (Hal.
75-76).”
Pada kutipan di atas menggambarkan tokoh utama yaitu Kabul yang berpikir
untuk pergi ke rumah Pak Tarya ketika mau membawa Wati ke rumah Pak Tarya.
Kabul berpikir naik motor atau mobil tetapi Wati menginginkan naik motor Wati.
Kabul merenungkan tawaran Wati. Kabul berpikir kalau mereka naik motor pastilah
Hari kedua sejak Sawin tidak pulang, Kang Martasatang mulai diganggu
selentingan yang entah dari siapa asalnya. Selentingan itu mengatakan proyek sedang
minta tumbal seekor jengger atau ayam jantan muda. Tumbal harus diberikan, konon,
karena pada awal penggarapan proyek hanya didahului dengan doa-doa biasa, tidak
disertai acara tanam kepala kerbau. ”Jadi, lihatlah. Hasil kerja bulan pertama di
proyek itu langsung disapu banjir,” kata Wircumplung, tetangga Kang Martasatang.
”Nah, musim hujan akan datang lagi. Kalau tumbal tidak diberikan, seluruh bangunan
jembatan yang sudah setengah jadi bisa dirobohkan bah. Lihat sajalah,’ tambahnya
(Hal. 120).
...
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
Seekor jengger harus dijadikan tumbal. Kang Martasatang mengartikan
jengger sama dengan perjaka atau lelaki muda. Sawin? Apakah Sawin sbenarnya
telah mati karena dijadikan tumbal proyek jembatan?(Hal. 120)
Dari kutipan di atas dapat kita lihat bahwa budaya ketika membangun apa saja
prosesi-prosesi itu dilakukan agar tidak ada terjadi bala ketika pembangunan itu
berlangsung.
”Mas Kabul, banyak orang bilang Anda masih bujangan. Betul? Eh, tapi
maafkan mulut saya yang usil ini.”
Kabul tertegun sejenak. Lalu tersenyum. Pertanyaan Pak Tarya memang usil.
Ah, tapi semua orang proyek memang sudah tahu dia bujangan.
”Kalau ya, Pak Tarya mau mencarikan saya istri? Saya lihat banyak gadis di
sini cantik-cantik. Atau Pak Tarya sendiri punya kemenakan?”
“He-he, tidak sejauh itu, Mas. Saya Cuma mengikuti semacam budaya kita;
bila ada lelaki sudah cukup dewasa dan mapan, selalu kita ingin bertanya mengapa
belum kawin. Itu saja. Dan sampeyan punya keinginan menjawab pertanyaan itu
(Hal. 22)?”
Dari kutipan di atas dapat kita lihat bahwa di kalangan masyarakat desa
khususnya di dalam keluarga ketika ada salah satu anggota keluarga masih ada
pemikiran untuk memaksa untuk cepat-cepat mencari pasangan hidup. Cara itu tidak
dapat menjawab semuanya barulah pihak keluarga melakukan suatu usaha dengan
mencari jodoh untuk salah satu anggota keluarga yang belum menikah.
Namun ketika pergi memancing sore ini Pak Tarya tidak singgah ke warung
Mak Sumeh. Ketika melintas dekat proyek Pak Tarya melihat Kabul melambaikan
tangan.
“Tunggu, Pak Tarya. Saya ikut.”
Pak Tarya tersenyum.
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
”Wah, saya tidak enak, Mas. Nanti saya dibilang mengajak-ajak sampeyan
meninggalkan pekerjaan.”(Hal. 17)
Dari paragraf di atas dapat kita lihat bahwa orang Jawa memiliki sifat yang
rendah hati. Tampak ketidakenakan ketika ada suatu hal yang dilakukan. Nilai-nilai
Dari kutipan di atas dapat kita lihat bahwa biasanya kalau dia berasal dari desa
semasa dia hidup, masyarakat desa itu memiliki tingkat kejujuran yang baik.
Keluguan tampak pada karakter warga desa dan tidak banyak tingkah. Inilah yang
negara; taktik; siasat (Santoso dan Al Hanif, 2005: 292). Novel Orang-Orang Proyek
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
Novel Orang-Orang Proyek ini juga memuat nilai politik di dalamnya,
seperti:
He-he-he... itu dulu, Mas Kabul. Sekarang lain. Sekarang orang kampung
menganggap, misalnya, mengambil aspal dari pinggir jalan adalah perkara biasa. Bila
ketahuan, ya mereka akan membelikan rokok buat pak pak mandor. Selesai. Atau,
mereka takkan merasa bersalah karena menebang kayu jati di perkebunan negara,
karena mereka tahu banyak pagar makan tanaman. Jadi kalau kuli-kuli Anda mencuri
semen dan orang kampung jadi penadahnya, apa aneh?”
”Taruhlah tidak aneh. Tapi pertanyaannya tetap. Mengapa hal itu menjadi
tidak aneh?”
Pak Tarya terkekeh (Hal. 19).
Dari kutipan di atas dapat kita lihat bahwa di dalam lingkungan pengerjaan
kerugian bagi masyarakat luas. Ini mencerminkan suasana politik negara Indonesia
pun sama halnya dengan situasi penyimpangan yang terjadi di dalam pengerjaan
proyek.
Tanpa terasa proyek sudah berjalan tiga bulan. Namun karena dimulai ketika
hujan masih sering turun, volume pekerjaan yang dicapai berada di bawah target.
Menghadapi kenyataan ini, Kabul sering uring-uringan. Jengkel karena hambatan ini
sesungguhnya bisa dihindari bila pemerintah sebagai pemilik proyek dan para
politikus tidak terlalu banyak campur tangan dalam tingkat pelaksanaan.
Dan campur tangan itu ternyata tidak terbatas pada penentuan awal perkerjaan
yang menyalahi rekomendasi para perancang, tapi masuk juga ke hal-hal lain. Proyek
ini, yang dibiayai dengan dana pinjaman luar negeri dan akan menjadi beban
masyarakat, mereka anggap sebagai milik pribadi. Kabul tahu bagaimana bendahara
proyek wajib menegeluarkan dan untuk kegiatan parta golongan penguasa.
Kendaraan-kendaraan proyek wajib ikut meramaikan perayaan HUT golongan itu.
Malah pernah terjadi pelaksana proyek diminta mengeraskan jalan yang menuju
rumah ketua partai golongan karena tokoh itu akan punya hajat. Bukan hanya
mengeraskan jalan, melainkan juga memasang tarub. Belum lagi dengan oknum sipil
maupun militer, juga oknum-oknum anggota DPRD yang suka minta uang saku
kepada bendahara proyek kalau mereka mau pelesir ke luar daerah (Hal. 25-26).
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
Dari kutipan di atas tampak suatu kejadian tentang sistem politik mengambil
dimanfaatkan nantinya untuk ajang salah satu partai politik milik penguasa. Akhirnya
mutu dari jembatan itu tidak terjaga. Karena di dalam proyek itu sendiri banyak
Kabul sering merenungkan seloroh Dalkijo ini. Ya, dengan pandangan dekat,
seloroh itu ada benarnya juga. Negeri ini dihuni oleh masyarakat korup, terutama di
kalangan birokrat sipil maupun militer, juga orang awamnya. Malahan Kabul melihat
jenis koripsi baru yang tersamar namun bisa sangat parah akibat yang ditimbulkan.
Yakni korupsi melalui manipulasi gelar kesarjanaan.
Seseorang yang tidak mencapai standar kecerdasan intelektual, apalagi
kecerdasan emosional tingkat sarjana, bisa resmi mendapart gelar kesarjanaan atau
pascasarjana. Gelar itu bisa didapat dengan membeli, ikut kelas jauh, atau kuliah-
kuliahan di kota kecil yang diselenggarakan oleh universitas gurem penjual ijazah.
Dengan gelar yang semestinya bukan hak itu dia memperoleh kenaikan tingkat
kepegawaian, kenaikan gaji, dan fasilitas lain, bahkan pensiun kelak akan lebih besar.
Bila ribuan pegawai dari tingkat pusat sampai guru SD melakukan manipulasi rakyat
akibat korupsi terselubung ini. Apalagi bila dihitung untuk jangka panjang.
Ya, kecurangan memang sudah menjadi barang biasa. Maka Dalkijo juga
pernah bilang kepada Kabul, si jujur adalah orang yang menentang arus dan konyol.
Bloon. Mungkin. Namun bagi Kabul, kejujuran sebenarnya bukan suatu hal yang
istimewa. Dialah yang seharusnya dianggap biasa (Hal. 53-54).
korupsi sudah menjadi tradisi atau kebiasaan para petinggi di sistem pemerintahan
dan juga tidak diikuti oleh sumber manusia yang beriman dan bertakwa.
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
... di tahun 1991 ini Kabul sering membaca kritikan pedas terhadap para
anggota dan lembaga DPRD. Secara kelembagaan, DPRD sering dicap hanya
menjadi tukang stempel atau aksesoris Pemerintah Orde Baru. Rakyat jadi pemilih
sangat naif yang hanya dipinjam namanya. Keterwakilan mereka di lembaga legislatif
sangat rendah. Amanat rakyat pemilih kurang tersalur dan lebih banyak menjadi
bahan retorika para politikus.
Menurut para kritikus, dan Kabul sependapat, apabila secara kelembagaan
DPRD sudah menyimpang dari khitahnya, dengan sendirinya para anggota demikian
pula. Mereka, para kritikus, sering mengatakan para anggota DPRD menikmati uang
rakyat tanpa melaksanakan dengan semestinya amanat yangdipercayakan kepada
mereka. Dan Kabul merasa pahit ketika membayangkan, jangan-jangan sebagian
uang rakyat itu kini ada di dompet Wati...(Hal. 56).
Pada paragraf di atas menunjukkan suatu peristiwa tentang DPRD sudah dicap
jelek oleh masyarakat kinerjanya. Kinerja para anggota DPRD dipertanyakan oleh
berbagai kalangan masyarakat. Tampak banyak anggota DPR yang terlibat kasus
korupsi. Para anggota DPR dan DPRD banyak yang ingin memperkaya diri masing-
masing. Mereka bekerja bukan demi memperhatikan nasib rakyat yang banyak hidup
dengan nasib yang kurang baik. Seharusnya inilah yang diperhatikan oleh anggota
dewan. Mereka dapat duduk di sana karena rakyatlah yang memilih mereka. Rakyat
sudah percaya pada pilihannya. Apa yang rakyat pilih mudah-mudah dapat mengubah
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
kekuasaan. Sebaliknya, feodalisme gaya baru yang menganggap kekuasaan adalah
kewenangan istimewa yang dimiliki pemegangnya, telah melahirkan sistem yang
amat korup dan tak terkendali. Kini negeri ini adalah yang paling korup di Asia. Atau
malah di dunia? (Hal. 84)
pada zaman orde baru dengan cara siapa saja yang termasuk perangkat pemerintah
maka dia termasuk kader partai penguasa. Hal ini mematikan semangat republik
demokrasi sehingga rakyat sebagai pemilik sah kekuasaan masih jadi objek yang
Cinta adalah sayang benar, suka sekali, kasih sekali, terpikat (antara laki-laki
dan perempuan); ingin sekali; berharap sekali; rindu; susah hati (khawatir) ( Santoso
dan Al Hanif, 2005: 84). Novel Orang-Orang Proyek juga menggambarkan kisah
Rasa cinta dan kasih sayang dapat kita berikan kepada siapa saja tanpa
memandang usia, agama, jenis kelamin ataupun suku bangsa. Dalam novel Orang-
Orang Proyek ini kita dapat melihat perasaan cinta yang ada pada diri Wati ketika
Wati pun mulai melakukan pendekatan untuk menarik simpati Kabul. Wati
menyediakan peralatan shalat. Ketika itu hari Jumat, bagi yang berjenis kelamin laki-
laki diwajibkan untuk shalat Jumat. Inisiatif Wati untuk memulai langkah cintanya
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
dengan menyediakan peralatan shalat Jumat. Hal ini dapat dilihat pada penggalan
cinta kepada Kabul. Tetapi Kabul memanggapnya biasa karena Kabul tahu bahwa
Wati sudah memiliki pacar. Jadi, sikap Kabul terhadap Wati yang telah
”Tumben hari Minggu kamu datang, Wat?” tanya Kabul dengan senyum.
”Nggak boleh apa?” sedikit merengut. Ah, entahlah. Kabul ingat detik yang
aneh itu. Yakni detik ketika Kabul menyadari Wati yang sudah berbulan-bulan
bersamanya dalam satu ruangan memang cantik. Detik itu datang ketika Wati sedang
merengut.
”Aku mau baca koran di sini. Bila membaca di rumah aku harus berebut
dengan banyak orang. Ini, aku juga bawa koran mingguan kesukaan Mas Kabul.”
“Terima kasih. Nah, baca-bacalah dulu, aku mau lihat persiapan pekerjaan
yang akan digarap hari ini. Pengecoran tiang jembatan yang kedua selesai tadi
malam. Kini giliran tiang ketiga (Hal. 74).”
Paragraf di atas memberi gambaran bahwa Wati terus-menerus memberikan
perhatian kepada Kabul dengan membawakan koran kesukaan Kabul. Kejadian itu
mencerminkan suatu perasaan Wati yang benar- benar cinta dengan Kabul.
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
“Makan siang yuk. Mas sudah lapar, kan? Eh, nanti dulu. Aku punya ini untuk
Mas. Enak. Manis sekali.”
Kabul membiarkan Wati meletakkan setangkai buah matoa di hadapannya.
“Buah pertama dari pohon yang tumbuh di halaman. Aku pun baru kali ini
merasakan enaknya buah ini. Cobalah, Mas.”
Kabul mengambil satu, mengamati sebentar. Dia sudah mendengar ada buah
berasal dari Irian bernama matoa. Tapi Kabul juga belum pernah merasakan enaknya.
“Enak kan, Mas?” mata Wati benderang ketika menatap Kabul. Mengangguk.
”Ya, enak.”
”Iya, kan? Nah, sekarang ayo makan siang.”
”Wat, aku malas keluar. Suruh Sonah atau Sri membawakan makan siang kita
kemari.”
”Mas ingin makan di ruang ini? Wah, ini kejutan. Aku suka sekali, Mas.
Sebab, seperti di rumah sendiri, ya kan? Sedangkan makan di warung? Sumpek.
Banyak orang, lagi.”
Dengan kegembiraan yang tidak ditutup-tutupi Wati bersicepat keluar menuju
warung Mak Sumeh (Hal. 97).
selama ini kepada dia. Kabul mulai memahami apa yang diperbuat Wati dengan cara
menyenangkan Wati. Cara Kabul menyenangkan Wati yaitu dengan cara mengajak
Wati makan bersama. Hal ini jarang dilakukan Kabul dengan Wati. Makanya hal ini
kejutaan besar bagi Wati. Selain itu perhatian Wati tampak ketika dia membawa
keadaan Wati yang lagi sakit. Kabul menanyakan kondisi Wati pascasakit yang
dialami Wati.
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
”Ya, aku mau tanya, kamu benar-benar minta kawin segera?”
”Ya,” jawab Wati lirih. Yos gelisah sekali. Diambilnya rokok baru dipasang
di mulut, tapi korek api di mana?
”Tapi kamu tahu hal itu tak mungkin bagi aku, kan?”
Wati diam dan terus memijit-mijit kukunya. Wajah Yos memerah. Matanya
menyala. Jemarinya mengepal-ngepal. Kemudian suaranya keluar dengan getar
amarah.
”Apa sebenarnya kamu ingin hubungan kita berakhir? Tolong jawab!”
Wati menelan ludah. Tangannya gemetar.
”Ya, Yos. Dan maafkan aku (Hal. 176-177).”
menyanggupi permintaan Wati yang ingin segera menikah. Pada akhirnya Wiyoso
menerima keputusan yang dibuat Wati. Dengan penuh rasa kesal Wiyoso
Akhir Desember 1992, hanya satu tahun setelah Kabul meninggalkan proyek
pembangunan jembatan Sungai Cibawor. Keinginan Kabul bekerja di proyek milik
swasta terlaksana ketika dia mendapat kepercayaan menjadi site manager
pembangunan hotel di Cirebon. Libur akhir tahun ingin dinikmatinya di rumah
Biyung bersama Wati yang sudah menjadi nyonya Kabul. Mereka baru sebulan
menikah (Hal. 216-217).
Akhirnya Wati dan Kabul dapat menikah. Perasaan cinta yang dipendam
bersatunya dalam keluarga antara Wati dan Kabul. Bentuk perhatian yang dibuat
sebagai site manager di suatu pembangunan hotel di Cirebon menikah dengan Wati.
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
BAB VI
6.1 Kesimpulan
2. Alur yang terjadi pada novel Orang-Orang proyek adalah alur maju. Cerita
3. Penggarapan watak tokoh dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu: fisiologis,
sosiologis, dan psikologis. Jumlah tokoh sekitar delapan orang, terdiri atas
tokoh utama dan tokoh pembantu. Kabul sebagai tokoh utama memiliki watak
yang kuat. Kabul memiliki keidealismean yang kuat. Wati sebagai tokoh
DPRD.
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
4. Latar dibedakan atas latar waktu, latar tempat, dan latar situasi. Latar waktu
yang terjadi dalam novel Orang-Orang Proyek adalah pada tahun 90-an. Latar
5. Nilai-nilai sosial yang terdapat dalam novel Orang-Orang Proyek ini antara
6.2 Saran
Indonesia ini. Jadi, penulis tertarik untuk mengkaji novel Orang-Orang Proyek dari
analisis sosiologi sastra. Penulis menyarankan agar novel ini bisa dikaji dari segi
Proyek tampak jelas dari sisi intrinsik dan ekstrinsiknya. Dan penulis juga
menyarankan agar novel Orang-Orang Proyek bisa dikaji dari segi psikologi sastra.
Bagaimana tokoh kabul yang memiliki watak keidealismean yang kuat. Kabul tidak
tergoda oleh perbuatan-perbuatan yang menurut Kabul tidak cocok dengan pola
berpikirnya.
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
DAFTAR PUSTAKA
Abrams, M.H. 1979. The Miror and The Lamp. New York: Oxford University Press.
Ali, Lukman (Ed.). 1967. Bahasa dan Kesusastraan Indonesia sebagai Cerminan
Manusia Indonesia Baru. Jakarta: Gunung Agung.
Boulton, M. 1975. The anatomy of Novel. London: Routledge and Keagen Paul.
Brooks, C. and R.P. Warren. 1959. Understanding Fiction. New York: Appleton
Century Crofts, Inc.
Esten Mursal. 1982. Sastra Indonesia dan Tragedi Subkultur. Bandung: Angkasa.
Hamidy, U.U. 1983. Pembahasan karya Fiksi dan Puisi. Pekanbaru: Bumi Pustaka.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1986. Analisis Puisi secara Struktural dan Semiotik.
Semarang: Mickey Mouse.
. 2001. “Penelitian Sastra dengan Pendekatan Semiotik”,
Dalam Jabrohim dan Ari Wulandari (Ed.), Metode Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Hanindita Graha Widya.
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
. 2002. Kritik Sastra Indonesia Modren. Yogyakarta: Gama
Media.
Stanton, R. 1965. An Introduction fiction. New York: Holt Rinehart and Winston,
Inc.
Sudjiman, Panuti. 1984. Kamus Istilah Sastra. Ende-Flores: Nusa Indah.
Sulastin, S.1983. Hikayat Hang Tuah. Yogyakarta: University Gadjah Mada Press.
Van Luxemburg, Jan, dkk. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1984. Teori Kesusastraan (Terjemahan Oleh
Melani Budianta). Jakarta: Gramedia.
www. Karya-ilmiah.um.ac.id/index.phap/sastra-indonesia/article/view/284.
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.