Anda di halaman 1dari 124

ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN

ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 DI KECAMATAN


LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk Memenuhi Prasyarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh:

DIAN NOVITA

NIM. 1112084000039

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lngkap : Dian Novita
2. Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 07 Desember 1994
3. Alamat : Jl. Mawar I No.3 RT.03/13 Bintaro –
Jakarta Selatan
4. Telepon : 08997448200
5. Email : diannovita29@gmail.com

II. PENDIDIDKAN FORMAL


1. SD Negeri 08 Bintaro Tahun 2000 – 2006
2. SMP Negeri 178 Jakarta Tahun 2006 – 2009
3. SMA Negeri 86 Jakarta Tahun 2009 – 2012
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 – 2016

III. PENGALAMAN ORGANISASI


1. Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan Periode 2013 – 2014
2. Organisasi Mahasantri Ma’Had UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Periode
2012 – 2014

IV. SEMINAR DAN WORKSHOP


1. Seminar Nasional “Mewujudkan Lembaga Keuangan Mikro yang Berdaya
Saing dalam Menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) 2015”,
Social Trust Fund UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Pelatihan Karya Tulis Ilmiah “Mewujudkan Regenerasi Mahasiswa
Ekonomi yang Berprestasi dalam Bidang Akademik”, HMJ IESP UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.

i
3. 4 Pilar Goes To Campus “Sosialisasi Pancasila, UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika”, MPR-RI.
4. Dialog Kebangsaan “Kedaulatan Pangan & Martabat Bangsa”.
Pembicara: Presiden Ke-5 RI, Hj. Megawati Soekarnoputri dan Presiden
Ke-7 RI, Joko Widodo.
5. Workshop Kepemudaan “Integrity Goes To You”, Transparency
International Indonesia.
6. Seminar dan Dialog Publik “Mendekatkan Progran Financial Inclusion
Kepada Rakyat; Upaya Meningkatkan Kemampuan Rakyat dalam
Mengelola Keuangan”, Bank Indonesia.
7. Seminar Kewirausahaan “Burn Your Spirit! Be A Super Student”, LDK
Komda UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

V. LATAR BELAKANG KELUARGA


1. Ayah : Amarulloh Haris
2. Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 12 September 1955
3. Ibu : Aminah
4. Tempat/ Tanggal Lahir : Lampung, 12 Juni 1964
5. Alamat : Jl. Mawar I No.3 RT.03/013 Bintaro –
Jakarta Selatan
6. Anak ke : 4 dari 4 Bersaudara

ii
ABSTRACT

This research to analyzes the level of efficiency and effectiveness and multiplier
effects management Dana Desa Leuwiliang Village. The analytical method used
descriptive mixed methods, which analyzes the target data, expenditures &
revenue by using the ratio of efficiency & effectiveness, and analyzes the interview
data to measure the multiplier. These results indicate that the level of average
efficiency village reach 81%, result can be said to be quite efficient, and the
average level of effectiveness of each village reach 92%, this is an effective
category. Purasari’s village has a Multiplier Effect highest of eleven other
villages in the district Leuwiliang, with a value of multiplier is 7.0 and increase
economic growth of Rp.1,46,007 to Rp.10,052,049. Purasari’s village has a
priority program of road construction concrete rebates and culverts.

Keywords : Dana Desa, Efficiency, Effectiveness

iii
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat efisiensi dan efektivitas serta
efek pengganda pengolahan Dana Desa Kecamatan Leuwiliang Bogor. Alat
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dekriptif kombinasi,
yaitu menganalisis data target, realisasi belanja dan pendapatan dengan
menggunakan rasio efisiensi dan efektivitas, serta menganalisis data wawancara
dengan mengukur pengganda pengeluaran pemerintah. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa tingkat rata-rata efisiensi Desa-desa di Kecamatan Leuwiliang
sebesar 81%, yang memenuhi kriteria cukup efisien, dan tingkat rata-rata
efektivitas Desa-desa di Kecamatan Leuwiliang sebesar 92%, termasuk dalam
kategori efektif. Desa Purasari mempunyai Multiplier Effect tertinggi dari sebelas
Desa yang lain di Kecamatan Leuwiliang, dengan nilai pengganda sebesar 7,0 dan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi desa dari Rp.1,46,007 menjadi
Rp.10,052,049. Desa Purasari mempunyai program prioritas pembangunan jalan
rabat beton dan gorong-gorong.

Kata Kunci : Dana Desa, Efisiensi, Efektivitas

iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr, Wb.
Dengan mengucapkan segala puji serta syukur atas kehadirat Allah SWT,
yang telah memberikan Rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapta
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Efisiensi Dan Efektifitas
Pengelolaan Anggaran Dana Desa Tahun 2015 Di Kecamatan Leuwiliang
Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat” dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
Maka dalam kesempatan ini penulis ini mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah memberikan dorongan moril maupun materil terutama kepada :

1. Ayahanda Amarulloh, dan Ibunda Aminah atas limpahan kasih sayang, doa,
dan dukungan baik secara moril dan materil. Terima kasih telah mendidik,
membesarkan, dan ngajarkan banyak hal yang tidak dapat terbalaskan oleh
apapun hingga saat ini. Semoga Allah SWT, selalu memberikan ridho dan
rahmat kepada keduanya.
2. Kepada kakak-kakak penulis yang menjadi panutan dan pelindung di berbagai
situasi. Terima kasih atas semua yang telah diberikan, moril dan materil serta
nasehat yang berguna. Semoga Allah SWT. melipat gandakan pahala dan
memudahkan rezeki serta dilancarkan urusannya.
3. Dr. M. Arief Mufriani, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, semoga Bapak selalu diberikan kemudahan
oleh Allah SWT. untuk membangun dan mengembangkan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis lebih baik lagi.
4. Bapak Arief Fitrijanto, M.si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan dan dosen pembimbing yang telah memberikan mengarahan
dan saran yang sangat berguna bagi penulis, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik.

v
5. Bapak Rizkon Halal Syah Aji, M.si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi
dan Studi Pembanguan yang telah memberikan arahan serta motivasi yang
sangat bermanfaat selama penyelesaian masa perkuliahan.
6. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberian
ilmu pengetahuan yang sangat berguna dan berharga dalam menyampaikan
materi selama masa perkuliahan.
7. Seluruh jajaran staff administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
membantu penulis dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-
lainnya selama masa perkuliahan.
8. Teman-teman konsentrasi Otonomi dan Keuangan Daerah angkatan pertama
yang selalu memberikan dukungan satu sama lain. Terima kasih atas setiap
momen kebersamaan yang sangat bermakna, serta canda tawa selama masa
perkuliahan.
9. Teman-teman seperjuangan IESP angkatan 2012 yang tidak dapat disebutkan
satu persatu. Terima kasih atas kerja sama dan dukungan satu sama lain
selama masa perkuliahan. Serta telah memberikan pengalaman perkuliahan
yang sangat berharga bagi penulis.
10. Alvi Auzan yang selalu membantu, mendoakan, memberi semangat dan
mengingatkan untuk segera menyelsaikan skripsi ini, serta memberi
dukungan hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini terdapat banyak


kekurangan, baik dari segi isi maupun penyajiannya. Hal ini dikarenakan
keterbatasan kemampuan pada diri penulis. Pada akhirnya penulis berharap
semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pihak yang berkepentingan. Untuk
itu, penulis akan menerima dengan senang hati segala kritis dan saran yang
diberikan oleh pembaca untuk memperbaiki dan menyempurnkan skripsi ini.

Jakarta, 22 Desember 2016

Penulis

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHNSIF

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................... i

ABSTRACT .................................................................................................................. iii

ABSTRAK .................................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR.................................................................................................. v

DAFTAR ISI................................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah................................................................................ 10
C. Batasan Masalah ..................................................................................... 11
D. Tujuan Penelitian.................................................................................... 11
E. Manfaat Penelitian.................................................................................. 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Review Perundangan yang Berkaitan Dengan Dana Desa ..................... 13


vii
B. Tipologi Desa di Kecamatan Leuwiliang ............................................... 22
C. Pembiayaan Pembangunan Desa ............................................................ 25
D. Pengukuran Efisiensi dan Efektivitas ..................................................... 30
1. Efisiensi ............................................................................................ 30
2. Efektivitas......................................................................................... 33
E. Penelitian Terdahulu............................................................................... 40
F. Kerangka Pemikiran Teoritis.................................................................. 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 48


B. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 49
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................... 50
D. Instrumen Penelitian............................................................................... 51
1. Metode Analisis Efisiensi................................................................. 53
2. Metode Analisis Efektivitas ............................................................. 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kecamatan Leuwiiliang Kabupaten Bogor............... 57


1. Keadaan Geografis ........................................................................... 57
2. Kependudukan.................................................................................. 59
3. Pemerintahan .................................................................................... 61
4. Pendidikan ........................................................................................ 61
5. Kesehatan ......................................................................................... 62
B. Analisis Pengelolaan Anggaran Dana Desa ........................................... 63
1. Analisis Efisiensi Dana Desa............................................................ 63
2. Analisis Efetifitas Dana Desa ........................................................... 66

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................. 70
B. Saran ....................................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 72


viii
LAMPIRAN.................................................................................................................. 75

ix
DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman


1 APBN 2015 6
2 Rincian Dana Desa 8
3 Kependudukan Dan Sarana Ibadah 24
4 Kisi – Kisi pertanyaan Wawancara 52
5 Kriteria Mengukur Efisiensi Pengolaan Dana Desa 54
6 Kriteria Mengukur Efektivitas Pengolaan Dana Desa 56
Jumlah Penduduk, Luas Desa, dan Kepadatannya di Kecamatan
7 60
Leuwiliang
8 Anggaran Pendapatan Dana Desa per-Desa dalam Tiga Tahap 63
Tingkat Efisiensi Pengelolaan Anggaran Dana Desa di Kecamatan
9 64
Leuwiliang
Tingkat Efektivitas Pengelolaan Anggaran Dana Desa di
10 67
Kecamatan Leuwiliang

x
DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman
1 Kerangka Pemikiran Teoritis 46
2 Peta Kecamatan Leuwiliang 57

xi
DAFTAR LAMPIRAN

No Keterangan Halaman
Anggaran Pendapatan Dana Desa per-Desa dalam Tiga
1 75
Tahap
Target dan Realisasi Dana Desa Pada Setiap Desa di
2 76
Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor Jawa Barat
Perhitungan Rasio Efisiensi dan Efektivitas Pada Setiap
3 77
Desa
4 Transkrip Wawancara 79
Program Desa Melalui Anggaran Dana Desa Secara
5 93
Umum
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan
6 107
Leuwiliang, Kabupaten Bogor

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lahirnya otonomi daerah memberikan warna baru bagi kepemerintahan

Indonesia, diperkuat dengan adanya Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 tentang

otonomi daerah. Undang-undang tersebut lahir berdampingan dengan undang-

undang nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat daerah.

Perimbang keuangan pusat dan daerah tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN). Lahirnya dua undang-undang tersebut memberi

kesempatan kepada daerah untuk menggali dan mengelola potensi daerahnya

secara maksimal. Terlebih saat keluarnya undang-undang nomor 6 tahun 2014

tentang desa merupakan bentuk untuk mewujudkan semangat otonomi daerah

hingga pada level pemerintahan desa.

Munculnya undang-undang desa tersebut semakin memberi keleluasaan

kepada desa untuk melakukan perencanaan, pengawasan, pengendalian dan

mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh desa. Banyak sisi positif

yang diharapkan dengan munculnya undang-undang desa tersebut, akan tetapi

disisi lain juga dikhawatirkan akan memunculkan banyak permasalahan ketika

pemerintah baik pusat maupun daerah tidak mengikapi dengan baik konsekuensi

dengan munculnya undang-undang desa tersebut.

Dalam rangka meningkatkan pemberdayaan, kesejahteraan dan

pemerataan pembangunan di pedesaan melalui dana APBN, yang juga selaras


1
dengan tema APBN tahun 2015 yaitu ”Melanjutkan reformasi pembangunan bagi

percepatan pembangunan ekonomi yang berkeadilan”. Berdasarkan tema itu

pemerintah memprioritaskan anggaran pemerintah dan belanja negara pada sektor

pembangunan. Merujuk pada ketentuan Pasal 72 UU Desa, pendapatan desa yang

bersumber dari alokasi APBN, atau Dana Desa bersumber dari belanja pusat

dengan mengefektifkan program yang berbasis desa secara merata dan

berkeadilan.

Berdasarkan ketentuan tersebut, Kementrian Desa Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi mengusulkan program Dana Desa dengan tujuan

untuk mengurangi angka desa tertinggal di Indonesia. Suatu desa dapat dikatakan

tertinggal , karena beberapa faktor:

1. Geografis. Umumnya secara geografis daerah tertinggal relatif sulit dijangkau

karena letaknya yang jauh di pedalaman, perbukitan/ pegunungan, kepulauan,

pesisir, dan pulau-pulau terpencil atau karena faktor geomorfologis lainnya

sehingga sulit dijangkau oleh jaringan baik transportasi maupun media

komunikasi.

2. Sumber daya Alam. Beberapa daerah tertinggal tidak memiliki potensi

sumber daya alam, daerah yang memiliki sumber daya alam yang besar

namun lingkungan sekitarnya merupakan daerah yang dilindungi atau tidak

dapat dieksploitasi, dan daerah tertinggal akibat pemanfaatan sumber daya

alam yang berlebihan.

2
3. Sumber daya Manusia. Pada umumnya masyarakat di daerah tertinggal

mempunyai tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang relatif

rendah serta kelembagaan adat yang belum berkembang.

4. Prasarana dan Sarana. Keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi,

transportasi, air bersih, irigasi, kesehatan, pendidikan, dan pelayanan lainnya

yang menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal tersebut mengalami

kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial.

5. Daerah Terisolasi, Rawan Konflik dan Rawan Bencana. Daerah tertinggal

secara fisik lokasinya amat terisolasi, disamping itu seringnya suatu daerah

mengalami konflik sosial bencana alam seperti gempa bumi, kekeringan dan

banjir, dan dapat menyebabkan terganggunya kegiatan pembangunan sosial

dan ekonomi.

Penetapan kriteria daerah tertinggal dilakukan dengan menggunakan

pendekatan relatif berdasarkan pada perhitungan enam (6) kriteria dasar dan 27

indikator utama yaitu : (i) perekonomian masyarakat, dengan indikator utama

persentase keluarga miskin dan konsumsi perkapita; (ii) sumber daya manusia,

dengan indikator utama angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah dan angka

melek huruf; (iii) prasarana (infrastruktur) dengan indikator utama jumlah jalan

dengan permukaan terluas aspal/beton, jalan diperkeras, jalan tanah, dan jalan

lainnya, persentase pengguna listrik, telepon dan air bersih, jumlah desa dengan

pasar tanpa bangunan permanen, jumlah prasarana kesehatan per-1000 penduduk,

jumlah dokter per-1000 penduduk, jumlah SD-SMP per-1000 penduduk;

(iv) kemampuan keuangan daerah dengan indikator utama celah fiskal, (v)

3
aksesibilitas dengan indikator utama rata-rata jarak dari desa ke kota kabupaten,

jarak ke pelayanan pendidikan, jumlah desa dengan akses pelayanan kesehatan

lebih besar dari 5 km dan (vi) karakteristik daerah dengan indikator utama

persentase desa rawan gempa bumi, tanah longsor, banjir, dan bencana lainnya,

persentase desa di kawasan lindung, desa berlahan kritis, dan desa rawan konflik

satu tahun terakhir.

Dengan kriteria tersebut, maka saat ini terdapat 183 kabupaten yang

dikategorikan sebagai Daerah Tertinggal di Indonesia. Daftar kabupaten tersebut

telah dimasukkan dalam RPJMN 2010-2014 sebagai target Pembangunan Daerah

Tertinggal. Penyebaran daerah tertinggal sebahagian besar (70%) daerah

tertinggal saat ini terdapat di Kawasan Timur Indonesia.

Berdasarkan Indeks Pembangunan Desa (IPD) 2014, terdapat 20.168 desa

tertinggal. Angka ini merupakan 27,22 persen dari jumlah total desa yang ada

dengan 183 Kabupaten yang dikategorikan sebagai desa tertinggal di Indonesia,

yang mencapai 74.093 desa. Adapun sebaran desa tertinggal terbanyak di Pulau

Papua, dengan jumlah mencapai 6.139 desa. Sementara itu desa berkembang dan

desa mandiri paling banyak ada di Pulau Jawa-Bali. Di Pulau Jawa-Bali jumlah

desa berkembang mencapai 20.827 desa, dan desa mandiri mencapai 2.253 desa.

Berdasarkan kondisi tersebut Pemerintah pusat atau daerah perlu

menyiapkan dana yang tertulis pada PP No. 22 tahun 2015 pasal 30 A untuk

merealisasikan program-program pada setiap desa di Kecamatan Leuwiliang.

Program tersebut tertuang dalam RPJM Kecamatan Leuwiliang Tahun 2013 –

4
2018 dengan visi “Terwujudnya Kecamatan Leuwiliang sebagai kota santri,

dinamis dan berbudaya gotong royong”. Visi kecamatan Lewiliang tersebut

terdapat tiga kata kunci sebagai pedoman terealisasninya program lima tahun

kedepan, yaitu:

1. Kota Santri, kondisi dimana Kecamtan Leuwiliang diakui sebagai salah

satu kota santri di Kabupaten Bogor.

2. Dinamis, kondisi dimana masyarakat mampu berkembang dan

megadopsi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam

mengembangkan pembangunan Kecamatan Leuwiliang.

3. Berbudaya gotong-royong, kondisi masyarakat yang memelihara dan

melestarikan nilai-nilai kebiasaan bergotong-royong dalam membangun

desa serta kecamatan sehingga menjadi budaya masyarakat Kecamatan

Leuwiliang sehingga terjalin interaksi sosial yang harmonis.

Penjelasan tentang poin-poin dalam visi Kecamatan Leuwiliang tersebut

telah disepakati beberapa program umum, seperti (i) Meningkatkan pemberdayaan

dan kesejahteraan masyarakat serta kesholehan sosial dalam lingkungan yang

kondusif, (ii) Meningkatkan perekonomian masyarakat serta penataan prasarana

dan sarana wilayah, (iii) Meningkatkan kinerja pelayanan publik dan kapasitas

pemerintahan desa.

Anggaran untuk merealisasikan program tersebut bersumber dari

pendapatan keuangan desa, yang meliputi (a) sumber pendapatan desa terdiri atas

pendapatan asli desa, diantaranya hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil

5
swadaya dan partisipasi dan lain-lain pendapatan desa yang sah, (b) bantuan dari

pemerintah kabupaten, diantaranya bagian perolehan pajak yang disebut sebagai

Alokasi Dana Desa, bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah

yang disebut dengan Dana Desa, (c) bantuan dari pemerintah provinsi, (d)

sumbagan dari pihak ketiga, dan (e) pinjaman desa.

Pengalokasian sumber anggaran dana perimbangan keuangan pusat dan

daerah atau Dana Desa dalam APBN dilakukan secara bertahap, yang

dilaksanakan sebagai berikut:

a. Tahun Anggaran 2015 paling sedikit sebesar 3% (tiga per seratus);

b. Tahun Anggaran 2016 paling sedikit sebesar 6% (enam per seratus);

c. Tahun Anggaran 2017 dan seterusnya sebesar 10% (sepuluh per

seratus), dari anggaran Transfer ke Daerah. Tetapi pada realisasinya saat ini,

APBN baru membagi proporsi anggara sebesar 3,23% untuk pengalokasi Dana

Desa.

Tabel. 1

APBN 2015

Belanja Kementrian
647,3 Triliun 32%
Negara / Lembaga

Subsidi 414,7 Triliun 20%

Pembayaran Bunga Utang 152 Triliun 8%

6
Belanja Lainnya 178,4 Triliun 9%

Transfer Ke Daerah 638 Triliun 26,77%

Dana Desa 20,6 Triliun 3,23%

Sumber : Kementrian Keuangan, APBN 2015

Dijelaskan pada data diatas, bahwa besaran APBN tahun anggaran 2015

sebesar Rp. 1.793,6 Triliun, yang 26,77% atau sekitar Rp.638 T dialokasikan

untuk transfer ke daerah. Indikator-indikator transfer ke daerah salah satunya

untuk Dana Desa. Dana desa ini dimasudkan untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintah, pelaksanaan pembangunan, pembinaan masyarakat dan

pemberdayaan masyarakat, yang telah dianggarkan sebesar 3,23% dari APBN

atau sekitar 20,6 Triliun. Jika ditansfer secara merata ke seluruh desa di Indonesia,

kurang lebih mendapat anggaran sebesar 280,3 juta per-Desa setiap tahunnya.

Anggaran yang cukup besar bagi desa yang belum mepersiapkan sumber daya

manusia untuk mengola kebijakan tersebut. Sumber daya manusia yang dimaksud

disini adalah para aparatur desa, karena aparatur desa selaku pengelola/pelaksana

dari kebijakan Dana Desa ini akan memiliki andil yang sangat besar dalam

menyukseskan atau bahkan menjadi penyebab kegagalan kebijakan yang tertuju

ke desa. Sehingga aparatur desa harus memiliki sumber daya dan pengetahuan

yang cukup dalam melaksanakan kebijakan pengelolan dana desa yang akan

menentukan keberlangsungan pelayanan kepada masyarakat. (APBN 2015.

Kementrian Keuangan). Menanggapi permasalahan ini, Menteri Keuangan

Bambang Brodjonegoro mengatakan hingga kini (Selasa 10/11/2015), sejumlah

Rp.12 triliun Dana Desa mengendap di kas kabupaten karena masih banyak desa

7
yang belum siap dengan program untuk mengakses dana sesuai ketentuan yang

ditetapakan dalam mengelola dana tersebut. Menurutnya ini harus dapat

dimaklumi karena perencanaan dan realisasi kebijakan Dana Desa baru berjalan

satu tahun dan untuk pertama kalinya, tetapi menteri Bambang menegaskan

bahwa tahun 2016 penyerapan anggaran itu bisa diperbaiki.

Sumber – sumber keuangan pendapatan desa yang paling berpengarung

kepada pembangunan desa adalah Alokasi Dana Desa dan Dana Desa. Alokasi

Dana Desa berbeda dengan Dana Desa. Pada penelitian ini penulis membahasa

tentang dana desa. Alokasi dana desa adalah bagian keuangan Desa yang

diperoleh dari Bagi Hasil Pajak Daerah dan Bagian dari Dana Perimbangan

Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh kabupaten. Dana yang

dianggarkan untuk Alokasi Dana Desa Kabupaten Bogor tahun 2015 sebesar

570,1 juta per masing masing desa. Jika dijumlahkan anggaran Alokasi Dana

Desa dan Dana Desa 882,5 Juta per desa setiap tahunnya. Dana desa yang di

bersumber dari APBN dan di Tranfer melalui APBD Kabupaten Bogor Tahun

Anggaran 2015 sebesar 199,5 Juta dari total dana perimbangan sebesar 2,471 Juta.

Tabel. 2

Rincian Dana Desa

Kecamatan Rata-Rata Per/


Tahap Kabupaten Bogor
Leuwiliang Desa

I Rp. 130,262,061,000 Rp. 16,282,757,600 Rp. 203,534,470

8
II Rp. 52,104,824,400 Rp. 6,513,103,050 Rp. 81,413,788

III Rp. 26,052,412,000 Rp. 3,256,551,500 Rp.40,706,893

Sumber : Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan

Anggaran Dana Desa tahun 2015 didistribusikan dalam tiga tahap dengan

proporsi tahap I 40%, tahap II 40% dan tahap III 20% dari total anggaran per-

Desa. Pendistribusian Dana Desa dilakukan setiap empat bulan saat anggaran

tahap I di turunkan, persyaratan untuk memperoleh Dana Desa tahap selanjutnya

yaitu harus melampirkan laporan pertanggungjawaban atas pengalokasian Dana

Desa dimana kepala Desa tidak atau terlambat menyampaikan laporan atau

terdapat Sisa Laporan Penggunaan Anggaran (SiLPA) lebih dari 30 persen pada

akhir tahun anggaranya sebelumnya, terdapat sanksi administrasi tersebut

terhadap Kepala desa yang terlambat menyampaikan laporan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 12 huruf a, berupa penundaan penyaluran Dana Desa

sampai dengan disampaikannya laporan realisasi penggunaan Dana Desa. Dan

sanksi administrasi terhadap adanya SiLPA Dana Desa itu, berupa penundaan

penyaluran Dana Desa tahap I tahun anggaran berjalan sebesar SiLPA.

Kebijakan Dana Desa ini sangat didukung dan diharapkan bagi pemerintah

untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, terbukti dalam Paket

Kebijakan Ekonomi Jilid VII yang dikeluarkan oleh Presiden Joko widodo,

didalamnya memuat kebijakan kebijakan tentang Dana Desa, lebih tepatnya upaya

apa saja yang dilakukan pemerintah dalam penyerapan anggaran Dana Desa. PP

No 22 Tahun 2015 Pasal 2 bahwa Dana Desa dikelola secara tertib, taat pada

ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan,


9
dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan serta

mengutamakan kepentingan masyarakat setempat.

Berdasarkan uraian diatas, dari data yang dijelaskan, jumlah proporsi Dna

Desa yang ditransfer pada setiap Desa yang tidak sebanding dengan masih

banyaknya angka kemiskinan di setiap Desa membuat penulis terarik untuk

melakukan pembuktian pada penelitian apakah anggaran Dana Desa yang

dikeluarkan dikelola secara efektif dan efisien dalam membiayai pembangunan

dan kebutuhan kebutuhan desa. Dengan pertanyaan tersebut penulis menarik judul

“ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN

ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 DI KECAMATAN

LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah anggaran yang diberikan dapat dikelola secara efisien untuk

pembangunan desa di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor?

2. Apakah program Dana Desa efektif untuk melakukan pembangunan

dan pemberdayaan masyarakat desa di Kecamatan Leuwiliang

Kabupaten Bogor?

3. Bagaimana mengukur efisiensi dan efektivitas dana desa bagi

pembangunan desa di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor?

10
C. Batasan Masalah

Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis hanya membatasi pada dua

prioritas utama alokasi program Dana Desa yang tercantum pada Peraturan

Pemerintah No.60 Tahun 2014, yaitu untuk membiayai pembangunan desa yang

meliputi infastruktur dan pemberdayaan masyarakat di desa-desa Leuwiliang

Kabupaten Bogor.

D. Tujuan Penelitian

Atas dasar latar belakang dan permasalahan seperti dikemukakan diatas,

maka penelitian ini dimaksudkan :

1. Mengetahui efisiensi besaran anggaran Dana Desa di Kecamatan

Leuwiliang Kabupaten Bogor.

2. Mengetahui efiktivitas Dana Desa bagi pembangunan desa di

Kecamatan Leuwiliang kabupaten Bogor.

3. Mengetahui pengukuran metode efisiensi dan efektivitas.

4. Mengetahui seberapa efisien dan efektif Dana Desa bagi desa-desa di

Kecamatan Leuwiliang Bogor.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini ditulis untuk memberikan manfaat kepada:

11
1. Untuk para pengambil keputusan pemerintah daerah maupun

pemerintah pusat dapat mengetahui seberapa efektif anggaran dana desa

dialokasikan untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa.

2. Untuk masyarakat pelaku ekonomi desa dapat mengetahui dana desa

yang efektif akan berdampak positif dalam menciptakan pertumbuhan

ekonomi desa, daerah serta pusat.

3. Untuk civitas akademika, penelitian ini dapat digunakan sebagai

referensi dalam penelitian lanjutan atau penelitian terkait pada

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa melalui Dana Desa.

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Review Perundangan yang Berkaitan Dengan Dana Desa

Desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan mewujudkan cita-cita

kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945. Dalam perjalanan ketatanegaraan Republik Indonesia, Desa telah

berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan

agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan

landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju

masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.

Desa dalam susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan perlu diatur tersendiri yaitu pada undang-undang nomor 6 tahun

2014 tentang desa. Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa desa adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, atau hak tradisional yang diakui

dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Didalam desa terdapat pemerintah desa yang sering disebut Kepala desa serta

perangkat-perangkat desa bersangkutan. Pemerintahan desa juga sebagai

penyelenggara urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam

sistem pemerintahan. Urusan urusan yang diselengarakan diantarannya

13
tentang pembangunan desa sebagai upaya peningkatan kualitas hidup dan

kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan desa. Dan pemberdayaan

masyarakat desa sebagai upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan

masyarakat dengan meningkatan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku,

kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan

kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi

masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa. Kebutuhan yang saat ini

diperlukan masyarakat desa adalah Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya

disebut BUMDesa yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya

dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan

Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya

untuk sebesarbesarnya kesejahteraan masyarakat Desa. Adanya BUMDes ini

membuat desa lebih tertata secara pendapatan rutin yang diperoleh dan

diperuntukan untuk sebagaimana mestinya. Tujuan penataan desa juga tertuang

dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 ayat 1, yaitu mewujudkan efektivitas

penyelenggaraan Pemerintahan Desa; mempercepat peningkatan kesejahteraan

masyarakat Desa; mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik;

meningkatkan kualitas tata kelola Pemerintahan Desa; dan meningkatkan daya

saing desa.

Sumber-sumber pendapatan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71

ayat (2) bersumber dari:

1. Pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan

partisipasi, gotong royong,ndan lain-lain pendapatan asli Desa;

14
2. Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

3. Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota;

4. Alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang

diterima Kabupaten/Kota;

5. Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi

dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota;

6. Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan

7. Lain-lain pendapatan Desa yang sah.

Aset desa yang disebutkan diatas berupa tanah kas Desa, tanah ulayat,

pasar Desa, pasar hewan, tambatan perahu, bangunan Desa, pelelangan ikan,

pelelangan hasil pertanian, hutan milik Desa, mata air milik Desa, pemandian

umum, dan aset lainnya milik Desa. Aset lainnya milik desa antara lain kekayaan

Desa yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta Anggaran Pendapatan

dan Belanja Desa; kekayaan Desa yang diperoleh dari hibah dan sumbangan atau

yang sejenis; kekayaan Desa yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari

perjanjian/kontrak dan lain-lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan; hasil kerja sama Desa; dan kekayaan Desa yang berasal dari perolehan

lainnya yang sah.

Pendapatan-pendapatan desa dikelola dan dilaksanakan berdasarkan asas

kepentingan umum, fungsional, kepastian hukum, keterbukaan, efisiensi,

efektivitas, akuntabilitas, dan kepastian nilai ekonomi. Pengolaan pendapataan

desa tersebut dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup

15
masyarakat Desa serta meningkatkan pendapatan Desa kembali dengan

melakukan pembangunan pembangunan kebutuhan dasar desa, sarana dan

prasarana, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya

alam dan lingkungan secara berkelanjutan .

Sumber-sumber pendapatan Desa berdasarkan ketentuan Pasal 72 ayat (1)

huruf b dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, berasal

dari alokasi anggaran pendapatan dan belanja negara, dengan itu memutuskan

bahwa adanya peraturan pemerintah tentang dana desa yang bersumber dari

anggaran pendapatan dan belanja negara yaitu pada PP nomor 22 tahun 2015.

Dana desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan

kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Dana desa dialokasikan oleh

pemerintah untuk desa. Pengalokasian Dana Desa dihitung berdasarkan jumlah

desa dan dialokasikan dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka

kemiskinan, luas wilayah dan tingkat kesulitan geografisnya. Pengalokasian Dana

Desa berdasarkan jumlah penduduk, luas wilayah, dan angka kemiskinan dihitung

dengan bobot:

1. 30% untuk jumlah penduduk Kabupaten/Kota.

2. 20% untuk luas wilayah Kabupaten/Kota.

3. 50% untuk angka kemiskinan Kabupaten/Kota.

16
Sedangkan tingkat kesulitan geografis ditunjukan oleh indeks kemahalan

konstruksi, indeks ini sebagai faktor utama dari hasil perhitungan kesulitan

geografis. Perhitungan rata-rata Dana Desa setiap provinsi dihitung dengan cara:

1. Pagu dana Desa nasional yang ditetapkan dalam APBN x [(30% x

Presentase jumlah penduduk Kab/Kota terhadap total penduduk nasional)

+ (20% x Presentase luas wilayah Kab/Kota terhadap luas wilayah

nasional) + (50% x Presentase Jumlah penduduk miskin Kab/Kota

terhadap total jumlah penduduk miskin nasional)] untuk mendapatkan

Dana Desa setiap Kabupaten/Kota.

2. Hasil perhitungan dana desa diatas dilakukan dengan indeks kelemahan

konstruksi setiap Kabupaten/Kota.

Perhitungan besaran Dana Desa untuk setiap Desa sama dengan

perhitungan besaran Dana Desa pada Kabupaten/ Kota. Berikut adalah besaran

Dana Desa setiap Desa dihitung dengan cara:

1. Dana Desa untuk suatu Desa = Pagu Dana Desa Kabupaten/Kota x

[(30% x presentase jumlah penduduk desa yang bersangkutan terhadap

total penduduk Desa di Kabupaten/Kota yang bersangkutan) + (20% x

presentase luas wilayah Desa yang bersangkutan terhadap total luas

wilayah Desa di Kabupaten/Kota yang bersangkutan + (50% x presentase

rumah tangga pemegang Kartu Perlindungan Sosial terhadap total jumlah

rumah tangga Desa di Kabupaten/Desa yang bersangkutan)]

2. Hasil perhitungan diatas disesuaikan dengan tingkat kesulitan geografis

setiap desa. Tingkat kesulitan georafis ditentukan oleh faktor yang

17
meliputi; ketersediaan pelayanan dasar, kondisi infastruktur, transportasi,

komunikasi Desa ke Kabupaten/Kota.

Penyaluran Dana Desa dilakukan dalam tiga tahap pada tahun anggaran

berjalan. Tahap I pada bulan April, sebesar 40%; tahap II pada Agustus, sebesar

40%; tahap III pada bulan Nopember, sebesar 20% dari total besaran Dana Desa

pada setiap Desa yang bersangkutan. Penyaluran Dana Desa tersebut dilakukan

paling lambat tujuh hari kerja pada minggu ke dua setalah ditetapkannya APBDes.

Dana desa yang telah disalurkan, digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaaan masyarakat, dan

kemasyarakatan. Tetapi dalam hal ini dana desa diprioritaskan untuk membiayai

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Anggaran tersebut dilaksanakan

sesuai pedoman peraturan yang berlaku secara efisien dan efektivitas. Realisasi

penggunaan anggaran Dana Desa harus dilaporkan kepada bupati/walikota setiap

semester. Semester I paling lambat minggu ke-empat bulan Juli tahun anggaran

berjalan, dan semester II paling lambat minggu ke-empat bulan Januari tahun

anggaran berjalan. Jika kepala Desa tidak atau terlambat menyampaikan laporan

sebagaimana yang telah diatur dalam pedoman dan perundangan, maka

walikota/bupati dapat menunda penyaluran Dana Desa sampai dengan

disampaikannya laporan realisasi pengunaan Dana Desa sampai dengan

disampaikannya laporan realisasi pengunaan Dana Desa, begitupula prosedur

untuk walikota/bupati pada menteri.

Salah satu tugas pemerintah selaku bupati/walikota serta menteri terkait

dengan Dana Desa antara lain memantau dan mengevaluasi atas pengalokasian,

18
penyaluran, dan penggunaan Dana Desa tersebut. Pemantauan dilakukan

terhadap:

1. Penerbitan peraturan bupati/walikota mengenai tata cara pembagian dan

penetapan besaran Dana Desa.

2. Penyaluran Dana Desa dari RKUD ke rekening kas Desa.

3. Penyampaian laporan realisasi.

4. SiLPA Dana Desa.

Sedangkan evaluasi oleh pemerintah dilakukan terhadap penghitungan

pembagian besaran Dana Desa setiap Desa oleh Kabupaten/Kota dan realisasi

penggunaan Dana Desa. Hasil pemantauan dan evaluasi akan menjadi dasar

penyempurnaan kebijakan dan perbaikan pengelolaan Dana Desa.

Dalam hal terdapat SiLPA Dana Desa secara tidak wajar, bupati/walikota

memberikan sanksi administratif kepada Desa yang bersangkutan berupa

pengurangan Dana Desa sebesar SiLPA. SiLPA Dana Desa secara tidak wajar

terjadi karena penggunaan Dana Desa tidak sesuai dengan prioritas pengunaan

Dana Desa, pedoman umum, atau pedoman teknis kegiatan, dan penyimpanan

uang dalam bentuk deposit lebih dari dua bulan.

Pedoman-pedoman dan perundangan Dana Desa diatur secara rinci oleh

menteri. Peraturan Menteri Desa, Pembanguna Desa Tertinggal, dan Transmigrasi

Nomor 5 Tahun 2015 membahas tentang penetapan prioritas pengunaan Dana

Desa Tahun 2015 untuk melaksanakan ketentuan pasal 21 ayat (1) Peraturan

Pemerintah Nomor 60 tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN.

Prinsip penggunaan Dana Desa yaitu untuk menandanai pelaksanaan kewanagan

19
berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa yang diatur dan

diurus oleh Desa. Kewenangan berdasarkan hak asal usul adalah hak yang

merupakan warisan yang masih hidup dan prakarsa Desa atau prakarsa

masyarakat Desa sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat. Sedangkan

kewenangan lokal berskala desa adalah kewenangan untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat Desa yang telah dijalankan oleh Desa atau

mampu dan efektif dijalankan oleh desa atau yang muncul karena perkembangan

Desa dan prakarsa masyarakat Desa. Penggunaan Dana desa tertuang dalam

prioritas belanja Desa yang disepakati dalam Musyawarah Desa. Dana Desa

diprioritaskan untuk membiayai belanja pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat Desa. Pembangunan Desa adalah upaya menigkatkan kualitas hidup

dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat, dan

pemberdayaan masyarakat desa adalah upaya megembangkan kemandirian dan

kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap,

keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber

dayaa melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang

sesuai dengan esensi maslah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa.

Prioritas pengunaan dana Desa untuk pembangunan Desa dialokasikan

untuk mencapai tujuan pembangunan Desa yaitu peningkatan kesejahteraan

masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan,

melalui:

20
1. Pemenuhan kebutuhan dasar, seperti pengembangan poskesehatan Desa

dan Polindes, pengelolaan dan pembinaan posyandu, dan pembinaan dan

pengelolaan pendidikan anak usia dini.

2. Penggunaan sarana dan prasarana Desa, diprioritaskan untuk mendukung

kedaulatan pangan, mendukung kadaulatan energi, mendukung

pembangunan kemaritiman dan kedaulatan, dan mendukung pariwisata

dan industri. Untuk mendukung program tersebut perlu dibangun atau

dipeliharannya jalan desa, jalan usaha tani, embung desa, sanitasi

lingkungan, irigasi tersier, pengolaan air bersih berskala desa, pengelolaan

saluran untuk budidaya perikanan dan pengembangan sarana dan prasarana

produksi di Desa.

3. Pengembangan potensi ekonomi lokal, diantaranya meliputi pendirian dan

pengembangan BUM Desa, pengembangan dan pengelolaan pasar Desa,

kios Desa, tempat pelelangan ikan, keramba jaring apung dan bagan ikan,

lumbung pangan desa, energi mandiri, tambatan perahu, pembuatan pupuk

dan pakan organik untuk pertanian dan perikanan, pembangunan benih

lokal, pengembangan ternak secara kolektif, pengelolaan padang gembala,

pengembangan Desa wisata, dan pengembangan teknologi tepat guna

pengolahan hasil pertanian dan perikanan.

4. Pemanfaatan sumber daya alam dan lingkunagan secara berkelanjutan,

meliputi komoditas tambang mineral bukan logam, komoditas tambang

batuan, rumput laut, hutan milik desa, pengolaan sampah.

21
Prioritas pengunaan Dana Desa untuk pemberdayaan masyarakat Desa

terutama untuk penanggulangan kemiskinan peningkatan akses atas sumber daya

ekonomi, sejalan dengan pencapaian target RPJM Desa dan RKP Desa setiap

tahunnya, yang diantaranya dapat mencakup:

1. Peningkatan kualitas proses perencanaan Desa.

2. Mendukung kegiatan ekonomi baik yang dikembangkan oleh BUM Desa

maupun oleh kelompok usaha masyarakat Desa lainnya.

3. Pembentukan dan peningkatan kapasitas Kader Pemberdayaan masyarakat

Desa.

4. Pengorganisasian melalui pembentukan dan fasilitasi paralegal untuk

memberikan bantuan hukum kepada warga masyarakat Desa.

5. Penyelenggaraan promosi kesehatan dan ferakan hidup bersih dan sehat.

6. Dukungan terhadap kegiatanan desa dan masyarakat pengelolaan Hutan

Desa dan Hutan Kemasyarakatan.

7. Peningkatan kapasitas kelompok masyarakat melalui kelompok usaha tani

produktif, kelompok perempuan, kelompok tani, kelompok nelayan,

kelompok pengrajin, kelompok pemerhati dan perlindungan anak,

kelompok pemuda dan kelompok lain sesuai desa.

B. Tipologi Desa di Kecamatan Leuwiliang

Kecamatan leuwiliang mempunyai wilayah seluas 9.143,39 Ha dengan

batas administrasi sebagai berikut: (1) Batas Utara, Kecamatan Leuwisadeng. (2)

Batas Barat, Kecamatan Nanggung. (3) Batas Selatan, Provinsi Banten. (4) Batas

22
Timur, Kecatan Cibungbulang dan Kecamatan Pamijahan. Kecamatan Leuwiliang

terdiri dari 11 desa, yaitu Desa Barengkok, Desa Cibeber I, Desa Cibeber II, Desa

Leuwimekar, Desa Leuwiliang, Desa Purasari, Desa Puraseda, Desa Karyasari,

Desa pabangbon, Desa Karacacak, dan Desa Karehkel.

Secara tipologi, Kecamatan Leuwiliang dibagi dalam tiga unit tipologi

seperti : perladangan, persawahan, dan perindustrian (jasa).

1. Daerah Topografi Perladangan

Daerah ini meliputi daerah pertanian yang digunakan dengan cara

menebang pohon, membakarnya, kemudian ditanami kembali dengan

tanaman pangan. Seperti padi gogo, jagung, terong, dan cabe. Biasanya

lahan digunakan dua sampai tiga tahun untuk tanaman pangan, setelah itu

lahan ditanami oleh tanaman keras seperti durian, rambutan dan duku.

Umumnya ditanami oleh tanaman buah. Lahan tersebut ditanami sampai

masa panen tiba atau sampai tanah tersebut tidak lagi subur. Setelah tanah

tidak lagi subur, lahan tersebut dibuat pemukiman oleh warga setempat.

Daerah perladangan tedapat di Desa Karehkel, dan Desa Cibeber II.

2. Daerah Topografi Persawahan

Ciri-ciri khusus daerah ini adalah tanah yang digarap dan diairi

untuk tempat menanam padi. Sawah harus mampu menyangga genangan

air karena padi memerlukan penggenangan pada periode tertentu dalam

pertumbuhannya. Pada daerah yang kemiringannya tinggi seprti di

Kecamatan Leuwiliang, sawah dicetak berteras atau lebih dikenal

terasiring atau sengkedan untuk menghindari erosi dan menahan air.

23
Daerah persawahan terdapat di Desa Karacak, Desa Purasari, Desa

Barengkok, Desa Pabangbon, Desa Puraseda.

3. Daerah Topografi Industri Jasa

Tipologi daerah ini merupakan daerah kegiatan ekonomi yang dengan cara

memberikan pelayanan jasa. Contohnya, jasa transportasi seperti angkutan bus.

Perusahaan jasa ada juga yang membantu proses produksi. Contohnya, jasa bank

dan pergudangan. Daerah perindustrian jasa terdapat di Desa Leuwimekar, Desa

Cibeber I, Desa Karya Sari, dan Desa Leuwiliang.

Tabel. 3

Kependudukan dan Sarana Ibadah

KEPENDUDUKAN SARANA IBADAH

TAHUN LAKI - PEREM MUSH


JUMLAH MASJID PONPES
LAKI PUAN OLA

2011 57.448 53,713 111.161 104 13 21

2012 57.452 53.712 111.164 104 13 22

2013 58.327 54.883 113.210 185 206 26

2014 58.720 54.560 113.280 182 208 98

2015 59.744 55.512 115.256 421 208 103

Sumber : Kecamatan Leuwiliang

Jumlah penduduk keseluruhan Kecamatan Leuwiliang selalu mengalami

peningkatan setiap tahunnya. Begipula dengan jumlah sarana ibadah di

Kecamatan tersebut. Pada tahun 2014 ke tahun 2015, jumlah masjid di Kecamatan

24
Leuwiliang mengalami peningkatan secara drastis, karena setelah resmi dilantik

pada tahun 2014, Kepala Kecamatan Drs. Chairuka Judhyanto Nugroho membuat

visi selama masa jabatannya yaitu “Menjadikan Kecamatan Leuwiliang menjadi

kota santri”. Dengan visi tersebut maka diperlukan misi untuk meningkatkan

jumlah sarana ibadah di Kecamatan tersebut, salah satunya adalah masjid.

C. Pembiayaan Pembangunan Desa

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 93/PMK.07/2015

tentang tata cara pengalokasiaan, penyaluran, penggunaan, pemantauan, dan

evaluasi Dana Desa menjelaskan bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 14,

Pasal 18, Pasal 23, dan Pasal 28 Peraturan Pemerintah nomor 22 Tahun 2015

perlu menetapkan rincian Dana Desa setiap Kabupaten/Kota berdasarkan alokasi

dasar sebesar 90% dari anggaran Dana Desa yang dibagi rata setia Desa. Rincian

Dana Desa tersebut dihitung dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka

kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis Desa setiap

Kabupaten/Kota. Rincian tersebut dihitung dengan bobot:

1. 25% untuk jumlah penduduk Desa.

2. 35% untuk angka kemiskinan Desa.

3. 10% untuk luas wilayah Desa.

4. 30% untuk tingkat kesulitan geografis Desa.

Perhitungan rincian Dana Desa setiap Desa dilakukan dengan

menggunakan formula sebagai berikut:

25
= (0,25 ) + (0,35 ) + (0,10 ) + (0,30 )

Keterangan :

W : Dana Desa setiap desa yang dihitung berdasarkan jumlah penduduk,

angka Kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis desa.

Z1 : Rasio jumlah penduduk setiap Desa terhadap total penduduk Desa

Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

Z2 : Rasio jumlah penduduk miskin Desa terhadap total penduduk miskin

Desa Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

Z3 : Rasio luas wilayah Desa terhadap luas wilayah Desa Kabupaten/Kota

yang bersangkutan.

Z4 : Rasio IKG (Indeks Kesulitan Geografis) setiap Desa terhadap total IKG

Desa Kabupaten/ Kota yang bersangkutan.

Tingkat kesulitan geografis Desa dipresentasikan oleh Indeks Kesulitan

Geografis (IKG) dengan rentang nilai 0-100. Semakin tinggi nilai indeks

menujukan tingkat kesulitan geografis yang semakin tinggi. Desa dengan fasilitas

pelayanan dasar yang terbatas, kualitas infrastruktur yang rendah, dan akses

tranportasi yang sulit akan memiliki angka indeks yang relatif lebih tinggi

dibanding desa lainnya. Penggunaan IKG dalam perhitungan rincian Dana Desa

setiap Desa dimaksudkan untuk memenuhi prinsip-prinsip keadilan dan

26
pemerataan sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 6 taahun

2014 tentang Desa.

Mengacu kepada Peraturan pemerintah mengenai Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2015 tentang Dana Desa yang bersumber

dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, IKG tahun 2015 disusun

berdasarkan tiga faktor, yaitu:

1. Ketersediaan Pelayanan dasar, yang meliputi pelayanan dasar yang

terkait pendidikan dan Kesehatan.

2. Kondisi Infrastruktur, yang meliputi infrastruktur yang terkait dengan

fasilitas kegiatan ekonomi dan ketersediaan energi.

3. Aksebilitas/Transportasi, yang meliputi aksebilitas jalan dan sarana

transportasi.

Jarak ke fasilitas yang tersedia di desa diukur dari kantor kepala Desa ke

fasilitas terdekat yang ada di Desa lain. Fasilitas pendidikan, fasilitas keshatan,

dan fasilitas ekonomi yang digunakan untuk menyusun IKG ditimbang secara

relatif dengan jumlah penduduk Desa tersebut.

Sumber data untuk menyusun IKG diperoleh dari hasil pendataan potensi

desa. Secara umum, IKG disusun dalam tahap:

1. Pemilihan dan Pembentukan Variabel Penyusun IKG.

Pada prinsipnya Desa yang ada fasilitas akan memiliki skor

variabel yang relatif rendah (mendekati 0). Demikian pula Desa yang

aksebilitasnya mudah (jaraknya dekat, waktu tempuh singkat, dan biaya


27
murah) juga memiliki skor variabel yang rendah. Sebaliknya, desa yang

tidak ada fasilitas atau jarak akses ke fasilitas terdekat relatif jauh, maka

akan memiliki skor yang relatif lebih tinggi (mendekati 5). Penetuan batas

kategori rincian didasarkan pada sebaran data (rata-rata atau nilai tengah)

secara nasional sehingga dapat diperbandingkan antar Desa di seluruh

Indonesia.

Faktor ketersediaan pelayanan dasar terdiri dari ketersediaan/akses

ke fasilitas pendidikan dan kesehatan. Terdapat 12 variabel yang

digunakan untuk mengukur faktor ketersediaan pelayanan dasar, yaitu:

a. Ketersediaan dan akses ke TK/RA/BA.

b. Ketersediaan dan akses ke SD/MI/Sederajat.

c. Ketersediaan dan akses ke SMP/MTS/Sederajat.

d. Ketersediaan dan akses ke SMA/MA/SMK/Sederajat.

e. Ketersediaan dan kemudahan akses ke rumah sakit.

f. Ketersediaan dan kemudahan akses ke rumah sakit bersalin.

g. Ketersediaan dan kemudahan akses ke puskesmas.

h. Ketersediaan dan kemudahan akses ke poliklinik/balai pengobatan.

i. Ketersediaan dan kemudahan akses ke tempat prakter dokter.

j. Ketersediaan dan kemudahan akses ke tempat praktek bidan.

k. Ketersediaan dan kemudahan akses ke poskesdes atau polindes.

l. Ketersediaan dan akses ke apotek.

Faktor kondisi infrastruktur terdiri dari fasilitas ekonomi

(kelompok pertokoan, pasar, rumah makan, warung/kedai makanan, hotel,

28
penginapan, bank), jenis bahan bakar untuk memasak dan keberadaan

agen/penjual LPG /minyak tanah, jumlah keluarga pengguna listrik dan

keberadaan penerangan di jalan utama Desa. Terdapat 8 variabel yang

digunakan untuk mengukur faktor kondisi infrastruktur, yaitu:

a. Ketersedian dan akses ke kelompok pertokoan.

b. Ketersediaan dan akses ke pasar.

c. Akses ke restoran, rumah makan atau kedai makan.

d. Akses ke akomodasi hotel atau penginapan.

e. Akses ke bank.

f. Akses ke energi listrik.

g. Akses ke penerangan jalan.

h. Akses ke bahan bakar.

Faktor aksebilitas/transportasi terdiri dari jenis dan kualitas jalan,

aksebilitas jalan, keberadaan dan operator angkutan umum, serta

transportasi dari kantor desa ke kantor camat dan kantor bupati/walikota.

Terdapat 8 variabel yang digunakan untuk mengukur faktor

aksebilitas/transportasi, yaitu:

a. Lalu lintas dan kualitas jalan.

b. Aksebilitas jalan.

c. Ketersediaan angkutan umum.

d. Operasional angkutan umum.

e. Lama waktu per kilometer menuju kantor camat.

29
f. Biaya per kilometer menuju kantor camat.

g. Lama waktu per kilometer menuju kantor bupati/walikota.

h. Biaya per kilometer menuju kantor bupati/walikota.

D. Pengukuran Efisiensi dan Efektivitas

1. Efisiensi

Pemberian otonomi daerah diharapkan dapat meningkatkan efisiensi,

efektivitas, dan akuntabilitas sektor publik di Indonesia. Dengan otonomi,

Daerah dituntut untuk mencari alternatif sumber pembiayaan pembangunan

tanpa mengurangi harapan masih adanya bantuan dan bagian (sharing) dari

Pemerintah Pusat dan menggunakan dana publik sesuai dengan prioritas dan

aspirasi masyarakat. Menurut Handoko (1995:7) efisiensi adalah

kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar. Ini

merupakan perhitungan perbandingan antara keluaran (output) dan masukan

(input). Suatu kerja organisasi dikatakan efisien apabila mencapai keluaran

yang lebih tinggi berupa hasil, produktifitas, performance, dibanding

masukan-masukan yang berupa tenaga kerja, bahan, uang, mesin dan waktu

yang digunakan. Dengan kata lain, dengan meminimumkan biaya

penggunaan sumberdaya untuk mencapai keluaran yang telah ditentukan,

atau sebaliknya disebut efisien apabila dapat memaksimumkan keluaran

dengan jumlah masukan yang terbatas.

Pengertian efisiensi menurut Halim (2001:72) adalah perbandingan

antara output dengan input. Ukuran efisien dapat dikembangkan dengan

30
menghubungkan antara biaya yang sesungguhnya dengan biaya standar

yang telah ditetapkan sebelumnya (misalnya anggaran). Dari definisi

tersebut maka Efisiensi adalah berbanding antara keluaran (output) dengan

masukan (input). Efisiensi merupakan perbandingan antara output dengan

input atau dengan istilah lain output/ unit input (Mahmudi: 2007). Efisiensi

juga mengandung beberapa pengertian antara lain :

a. Efisiensi pada sektor usaha swasta (private sector efficiency).

Efisiensi pada sektor usaha swasta dijelaskan dengan konsep input

output yaitu rasio dari output dan input.

b. Efisiensi pada sektor pelayanan masyarakat adalah suatu kegiatan

yang dilakukan dengan pengorbanan seminimal mungkin; atau

dengan kata lain suatu kegiatan telah dikerjakan secara efisien jika

pelaksanaan pekerjaan tersebut telah mencapai sasaran dengan biaya

yang terendah atau dengan biaya minimal diperoleh hasil yang

diinginkan.

c. Efisiensi penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat dicapai

dengan memperhatikan aspek hubungan dan tata kerja antar instansi

pemerintah daerah dengan memanfaatkan potensi dan

keanekaragaman suatu daerah. Suatu kegiatan dikatakan telah

dikerjakan secara efisien jika pelaksanaan pekerjaan tersebut telah

mencapai sasaran (output) dengan biaya (input) yang terendah atau

dengan biaya (input) minimal diperoleh hasil (output) yang

diinginkan. Faktor penentu efisiensi adalah :

31
1) Faktor teknologi pelaksanaan pekerjaan.

2) Faktor struktur organisasi yaitu susunan yang stabil dari jabatan-

jabatan baik itu struktural maupun fungsional.

3) Faktor sumber daya manusia seperti tenaga kerja, kemampuan

kerja, maupun sumber daya fisik seperti peralatan kerja, tempat

bekerja serta dana keuangan.

4) Faktor dukungan kepada aparatur dan pelaksanaanya baik

pimpinan maupun masyarakat.

5) Faktor pimpinan dalam arti kemampuan untuk

mengkombinasikan keempat faktor tersebut kedalam suatu

usaha yang berdaya guna dan berhasil guna untuk mencapai

sasaran yang dimaksud.

Efisiensi merupakan rasio antara biaya yang dikeluarkan untuk belanja

kegiatan Pemerintah Desa Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor.

Ukuran ini dipakai untuk memperoleh pendapatan tertentu digunakan

seminimal mungkin sebagaimana motif ekonomi. Karena itu tingkat

efisiensi yang terjadi akan lebih besar apabila biaya yang dikeluarkan untuk

merealisasikan penerimaan ditekan serendah mungkin, sehingga realisasi

penerimaan semakin meningkat, maka efisiensi untuk melihat upaya

mengoptimalkan kombinasi penggunaan input, atau untuk menghasilkan

tingkat output tertentu dengan jumlah ongkos yang minimum, atau

kemampuan untuk menghasilkan output sebesar mungkin dari jumlah input

tertentu.

32
Efisiensi merupakan perbandingan antara output dengan input atau

dengan istilah lain output/unit input (Mahmudi: 2007). Dengan demikian

Efisiensi atau daya guna adalah perbandingan antara output dengan input.

Output merupakan realisasi biaya untuk memperoleh penerimaan daerah

dalam hal ini adalah belanja dan input merupakan realisasi dari penerimaan

daerah dalam hal ini adalah pendapatan. Untuk menganalisis tingkat

efisiensi dalam pengelolaan keuangan dengan melihat perbandingan antara

realisasi anggaran belanja dengan realisasi anggaran pendapatan sebagai

berikut:

= × 100%

Kriteria untuk mengukur efisiensi pengelolaan keuangan daerah sesuai

dengan Kepmendagri Nomor 690.900.327 tahun 1996 , yaitu : lebih dari

100% tidak efisien; antara 90%-kurang 100% kurang efisien; antara 80%-

kurang 90% cukup efisien; antara 60%-kurang 80% efisien; dibawah 60%

sangat efisien.

2. Efektivitas

Efektivitas dalam pengertian yang umum menunjukkan pada taraf

tercapainya hasil, dalam bahasa sederhana hal tersebut dapat dijelaskan

bahwa efektivitas dari pemerintah daerah adalah bila tujuan pemerintah

daerah tersebut dapat dicapai sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan.

Sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 pasal 4 ayat 4, efektif

33
adalah pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu

dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.

Efektivitas berfokus pada outcome atau hasil. Suatu organisasi,

program atau kegiatan dikatakan efektif apabila output yang dilaksanakan

bisa memenuhi target yang diharapkan (Mahmudi: 2007). Pengertian

efektivitas berhubungan dengan derajat keberhasilan suatu operasi pada

sektor publik sehingga suatu kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan

tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap kemampuan menyediakan

pelayanan masyarakat yang merupakan sasaran yang telah ditetapkan

sebelumnya. Efektivitas menurut Devas, dkk., (1989, 279-280) adalah hasil

guna kegiatan pemerintah dalam mengurus keuangan daerah harus

sedemikian rupa sehingga memungkinkan program dapat direncanakan dan

dilaksanakan untuk mencapai tujuan pemerintah dengan biaya serendah-

rendahnya dan dengan waktu yang secepat-cepatnya.

Menurut Handoko (1995:5) efektivitas merupakan kemampuan

memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian

tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, dikatakan efektif jika dapat

memilih pekerjaan yang harus dilakukan atau metoda (cara) yang tepat

untuk mencapai tujuan. Efektivitas juga diartikan melakukan pekerjaan yang

benar. Sedangkan menurut Halim (2001:72), efektivitas adalah hubungan

antara output pusat tanggungjawabnya dan tujuannya. Makin besar

kontribusi output terhadap tujuan makin efektiflah satu unit tersebut.

34
Konsep efektivitas merupakan pernyataan secara menyeluruh tentang

seberapa jauh suatu organisasi telah mencapai tujuannya. Efektivitas juga

dapat berarti kegiatan yang selesai tepat pada waktunya sesuai rencana yang

telah ditetapkan, jadi apabila suatu organisasi tersebut telah mencapai

tujuannya telah berjalan dengan efektif.

Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa efektivitas

adalah perbandingan antara output (keluaran) dengan tujuan , sehingga

untuk mengetahui efektivitas pengelolaan keuangan yaitu dengan

membandingkan antara realisasi belanja dengan target belanja.

Dengan demikian untuk menganalisis efektivitas Anggaran Dana

Desa dapat dilihat dari perbandingan antara realisasi belanja dengan target

belanja sebagai berikut:

= × 100%

Standar efektivitas menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri No.

690.900-327 tahun 1996 tentang kriteria penilaian dan kinerja keuangan

dapat diketahui efektif atau tidak dengan memenuhi kriteria sebagai

berikut:

a) Hasil perbandingan atau tingkat pencapaian diatas 100%

berarti sangat efektif

b) Hasil pebandingan antara 90%-100% berarti efektif

c) Hasil perbandingan 80%-90% berarti cukup efektif

35
d) Hasil perbandingan 60%-80% berarti kurang efektif

e) Hasil perbandingan dibawah 60% berarti tidak efektif

1. Wawancara

Definisi wawancara menurut Moleong (2009), wawancara adalah

percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)

yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban

atas pertanyaan itu. Menurut Benney & Hughes (dalam Denzin, 2009),

wawancara adalah seni bersosialisasi, pertemuan “dua manusia yang saling

berinteraksi dalam jangka waktu tertentu berdasarkan kesetaraan status,

terlepas apakah hal tersebut benar-benar kejadian nyata atau tidak”. Dengan

demikian, wawancara dapat menjadi alat/perangkat dan juga dapat sekaligus

menjadi objek. Menurut Sanapiah Faisal (1982), wawancara merupakan angket

lisan, maksudnya responden atau interview mengemukakan informasinya

secara lisan dalam hubungan tatap muka, jadi responden tidak perlu

menuliskan jawabannya secara tertulis.

Dari uraian dan pendapat tersebut, interview atau wawancara merupakan

suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab secara

lisan, baik langsung atau tidak langsung dengan sumber data responden

(terwawancara). Wawancara langsung yaitu ditujukan langsung kepada orang

yang diperlukan keterangan/datanya dalam penelitian.

36
Sedangkan wawancara tidak langsung, yaitu wawancara yang ditujukan

kepada orang-orang lain yang dipandang dapat memberikan keterangan

mengenai keadaan orang yang diperlukan datanya.

a. Wawancara terstruktur

Tipe Wawancara ini disebut juga wawancara terkendali, yang

dimaksudkan adalah bahwa seluruh wawancara didasarkan pada suatu

sistem atau daftar pertanyaan yang ditetapkan sebelumnya. Wawancara

terstruktur ini mengacu pada situasi ketika seorang peneliti melontarkan

sederet pertanyaan kepada responden berdasarkan kategori-kategori

jawaban tertentu atau terbatas. Namun, peneliti dapat juga menyediakan

ruang bagi variasi jawaban, atau peneliti dapat juga menggunakan

metoda pertanyaan terbuka yang tidak menuntut keteraturan, hanya saja

pertanyaannya telah disiapkan terlebih dahulu oleh peneliti. Dalam hal

ini, peneliti sebaiknya mencatat semua jawaban-jawaban terbuka dari

responden dengan menggunakan skema kode (coding scheme) yang

sudah dibuat oleh peneliti sendiri (Moleong, 2009). Dalam menggunakan

tipe wawancara ini, peneliti perlu mengurutkan kuesioner atau

pertanyaan yang akan diajukan kepada responden (layaknya skenario

pembelajaran), sehingga dapat mengendalikan proses wawancara yang

sedang berlangsung.

Ada beberapa pedoman instruksional yang penting untuk diikuti

oleh peneliti selama proses wawancara berlangsung, antara lain (Denzin,

2009):
37
1) Tidak menggunakan pemaparan atau uraian yang panjang tentang

penelitian yang berlangsung, namun gunakan penjelasan seperlunya

saja.

2) Menjelaskan tujuan penelitian, dan bahasa pertanyaan yang

digunaklan serta urutan pertanyaan.

3) Tidak membiarkan orang lain mengiterupsi proses wawancara, dan

jangan biarkan orang lain mewakili jawaban responden, atau

menawarkan opini pengganti dari pertanyaan yang seharusnya

dijawab responden.

4) Tidak menawarkan bantuan jawaban kepada responden.

5) Tidak menyampaikan pandangan personal (sebagai peneliti) tentang

topik pertanyaan.

6) Tidak menafsirkan makna pertanyaan, namun yang harus dilakukan

adalah mengulangi pertanyaan, menyampaikan semua instruksi, dan

memberikan klarifikasi.

7) Tidak melakukan improvisasi, seperti menambah kategori pertanyaan,

atau mengubah istilah-istilah dalam pertanyaan.

Pedoman di atas dipakai untuk mencapai bentuk wawancara ideal,

namun pada kenyataannya hal ini sulit terjadi, karena dalam melakukan

wawancara sering terjadi banyak kesalahan yang tidak diduga

sebelumnya. Kesalahan tersebut umumnya bersumber pada tiga hal, yaitu

1) Tingkah laku responden pada waktu memberikan jawaban yang tidak

bisa diatur, ada yang berusaha membuat senang peneliti, atau ada
38
responden yang berusaha tidak mengungkapkan informasi penting

agar peneliti tidak mengetahui informasi rahasia responden.

2) Model kuesioner yang digunakan, apakah wawancara tatap muka atau

via telepon, atau bahasa pertanyaan yang kadang tidak dapat dipahami

oleh responden.

3) Peneliti yang kurang memiliki kemampuan teknik wawancara atau

peneliti yang berusaha mengubah arah dan bahasa wawancara yang

sedang berlangsung.

Penggunaan teknik wawancara terstruktur sebenarnya bertujuan

untuk meminimalisir terjadinya kesalahan-kesalahan tersebut. Namun,

peneliti yang menggunakan teknik ini harus memahami bahwa

wawancara selalu akan berkaitan dengan konteks interaksi sosial dan

sangat dipengaruhi oleh konteks tersebut. Dalam hal ini, seorang peneliti

harus menyadari kemajemukan responden dan harus cukup fleksibel

dalam membuat penilaian-penilaian yang tepat terhadap responden

selama wawancara berlangsung. Dengan demikian, melaksanakan

wawancara tidaklah mudah dilakukan sendiri apalagi bila responden

cukup banyak dan beragam. Oleh karena itu, dalam melakukan

wawancara dengan tipe ini, peneliti dapat menggunakan beberapa

pewawancara sebagai pengumpul data. Supaya setiap pewawancara

mempunyai keterampilan yang sama, maka diperlukan training

(pelatihan) kepada calon pewawancara.

39
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa ada keuntungan

dari penggunaan wawancara tipe terstruktur, adalah jarang mengadakan

pendalaman pertanyaan yang dapat mengarahkan terwawancara agar

sampai berdusta. Namun ada beberapa kelemahan yang perlu

diperhatikan pada wawancara terstruktur, yaitu:

1) Tidak mudah mengatur responden atau jawaban responden, karena

beragamnya karakter responden.

2) Tidak mudah membatasi jawaban yang diberikan oleh responden,

apakah jawaban itu menyenagkan atau jawaban itu tidak sesuai

dengan yang diharapkan peneliti, karena ada informasi yang

dirahasiakan oleh responden.

3) Rencana pelaksanaan wawancara harus disusun sebaik mungkin

sebagaimana skenario pembelajaran, ini memerlukan teknik

wawancara yang baik dari peneliti atau pewawancara.

E. Penelitian Terdahulu

Di samping pembahasan teori-teori, pengkajian terhadap hasil penelitian

yang telah dilakukan para peneliti perlu dilakukan. Pengkajian atas hasil-hasil

terdahulu akan sangat membantu dalam menelaah masalah yang dibahas dengan

berbagai pendekatan spesifik. Selain itu juga memberikan pemahaman mengenai

posisi peneliti, untuk membedakan penelitian terdahulu yang telah dilakukan.

Berikut ini beberapa hasil penelitian terdahulu.

40
Peneliti pertaman bernama Eko Santoso (2011), dengan penelitian

berjudul “Efisiensi dan Efektivitas Pengolaan Keuangan Daerah di Kabupaten

Ngawi”, yang menjelaskan bahwa tingkat efisiensi dan efektifitas pengelolaan

keuangan daerah dari sisi belanja daerah. Alat analisis yang digunakan untuk

mengetahui pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah dalam penelitian tersebut

adalah, dengan penjabaran secara deskriptif yang meliputi; penyajian data, dan

penarikan kesimpulan verifikasi. Sedangkan untuk mengetahui tingkat efektifitas

dan efisiensi pengelolaan keuangan daerah, mengunakan rasio efisiensi dan rasio

efektifitas. Hasil analisis efisiensi pengelolaan keuangan menunjukkan bahwa

perhitungan dari formulasi tingkat efisiensi secara keseluruhan rata-rata adalah

sebesar 97,53%, ini menunjukkan bahwa tingkat efisiensi masih rendah karena

hasilnya kurang dari 100%. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah masih

boros dalam menggunakan anggarannya. Hasil analisis efektivitas pengelolaan

keuangan daerah menunjukkan bahwa perhitungan dari formulasi tingkat

efektivitas pengelolaan keuangan Kabupaten Ngawi tahun 2005 sampai 2010

berfluktuasi dengan tingkat efektivitas rata-rata sebesar 94,03%. Dengan demikian

berarti tingkat efektifitas Pengelolaan Keuangan Kabupaten Ngawi adalah sudah

efektif, hal ini ditunjukkan dari hasil perhitungan yang menunjukkan angka lebih

dari 90% .

Berbeda dengan peneliti Daniel Setyo Budi (2010), dengan penelitiannya

berjudul “Pengukuran Efisiensi Relatif”, yang menjelaskan bahwa dalam proses

produktivitas terdapat tiga tahap yang harus dilewati, pertama adalah input,

selanjutnya proses, dan yang terakhir output. Jika ketiga tahap itu telas

41
dilaksanakan, maka peneliti akan tahu bagaimana hasil dari suatu kebijakan yang

dikeluarkan, apakah itu efisien atau tidak. Dalam penelitian ini, peneliti juga

menjelaskan teknik teknik apa saja yang dipakai untuk mengukur efisiensi,

diantaranya analisis rasio. Dalam teknik perhitungan ini peneliti membandingkan

antara input dan output pada data yang diperolah. Selanjutnya Regresi Kuadrat

Terkecil. Teknik ini adaalah parametik yang pada perhitungannya menggunakan

asumsi bahwa penelitian yang dilakukan adalah efisien. Lalu Total Faktor

Produktivitas, teknik ini dipakai untuk mengatasi kelemahan analisis rasio yang

tidak mampu menghitung efisiensi dari lebih dari satu input/output. TFP diukur

dengan menggunakan angka indeks, yang dapat mengukur perubahan harga dan

kuantitas sepanjang waktu. Kemudian Stochastic Frontier Analystic adalah teknik

yangan juga parametik, yang mengassumsikan bahwa semua entitas tidak efisien.

Dan yang terakhir adalah Data Envelopment Analysis yang menjelaskan bahwa

teknik ini non parametik, yang tidak mengasumsikan bahwa tidak semua entitas

yang diteliti efisien.

Penelitian berikutnya serupa dengan peneliti pertama Eko Santoso,

Peneliti Endang Setyowati (2011), dalam penelitiannya berjudul “Analisis

Efisiensi dan Efektifitas Pengeluaran Anggaran Belanja Langsung Barang dan

Jasa Pada Dinas Pengelola Keuangan Daerah Pada Kabupaten Lumajang”, yang

menjalaskan bahwa kebijakan efisiensi dan efektivitas kinerja pada Dinas

Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Lumajang serta hasil kinerja dari efisiensi

dan efektivitas pada Dinas Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Lumajang.

Hasil penelitian menyatakan bahwa kinerja keuangan pada tahun 2008/2009

42
capaian indikator kinerjanya sebesar 131,12% yang mengandung arti sangat baik,

sedangkan tahun 2010 capaian indikator kinerjanya hanya mencapai 97,72% yang

berarti sangat baik. Kinerja pelanggan menunjukkan bahwa, pada tahun

2008/2009 capaian indikator kinerjanya mencapai 125,84% yang berarti sangat

baik. Kinerja proses internal menunjukkan bahwa, pada tahun 2008/2009 capaian

indikator kinerja sebesar 122,22 % yang berarti termasuk katagori sangat baik dan

untuk tahun 2010 mencapai 85,71% juga termasuk katagori sangat baik. Dan,

kinerja pertumbuhan dan pembelajaran menunjukkan bahwa tahun 2008/2009

capaian indikator kinerjanya sebesar 28,57% yang berarti kurang baik dan pada

tahun 2010 capaian indikator kinerja juga menurun hanya mencapai 25% yang

juga berarti kurang baik.

Selanjutnya Sunandar (2011), dalam jurnal yang berjudul “Analisis

Efektifitas dan Efisiensi Pengolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Pada Unit

Pengelola Kuangan Badan Keswadayaan Masyarakat Mandiri Sejahtera

Kelurahan Panggung Kota Tegal”, menjelaskan Hasil penelitian menunjukkan

untuk analisis efektivitas pendapatan pada tahun 2008 adalah 103,10%, tahun

2009 adalah 97,57% dan tahun 2010 adalah 113,06%, bila dinilai dengan kategori

penilaianj rasio efektivitas pendapatan maka efektivitas pendapatan pada tahun

2008 dan tahun 2010 dapat dinilai sangat efektif dalam pengelolaan anggaran

pendapatan dan tahun 2009 dinilai cukup efektif dalam pengelolaan anggaran

pendapatan. Untuk analisis efisiensi pendapatan pada tahun 2008 adalah 44,68%,

tahun 2009 adalah 50,42% dan tahun 2010 adalah 57,60%, bila dinilai dengan

kategori penilaian rasio efisiensi pendapatan maka efisiensi pendapatan pada

43
tahun 2008-2010 dinilai tidak efisien dalam pengelolaan anggaran pendapatan.

Untuk analisis efisiensi belanja pada tahun 2008 adalah 106,99%, tahun 2009

adalah 97,79% dan tahun 2010 adalah 128,28%, bila dinilai dengan kategori

penilaian rasio efisiensi belanja maka efisiensi belanja pada tahun 2008 dan tahun

2010 dapat dinilai tidak efisien dalam pengelolaan anggaran belanja dan tahun

2009 dinilai efisien dalam pengelolaan anggaran belanja.

Penelitian ini serupa dengan Endang Setyowati (2011), yang membhas

efektivitas kinerja pada dinas yang terkait pada penelitian, bedanya peniliti Julita

(2013), dalam jurnal berjudul “Analisis Efektifitas dan Efisiensi Anggaran

Pendapataan dan Belanja Pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera

Utara”, yang berisi bahwa rasio efektivitas anggaran pendapatan pada tahun 2009

dan 2012 kinerja Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara (BLH-

PROVSU) dinilai sangat efektif. Hanya saja pada tahun 2010 perhitungan

efektivitas anggaran pendapatan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera

Utara (BLH-PROVSU) dinilai tidak efektif dalam menetapkan target anggaran

pendapatan karena hanya mencapai 11,28%. Sedangkan berdasarkan hasil

perhitungan efisiensi anggaran pendapatan, pada tahun 2009-2012 Badan

Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara (BLH-PROVSU) dinilai efisien.

Berdasarkan perhitungan efisiensi anggaran belanja, pada tahun 2009-2012 Badan

Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara (BLH-PROVSU) dinilai efisien

dalam pengelolaan anggaran belanja. Hal ini berdampak baik bagi Instansi karena

dapat melakukan penghematan dalam menggunakan anggaran belanja.

44
Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu yang telah dijelaskan

diatas, peneliti Try Raharjo, Sjamsiar Sjamsuddin, Imam Hardjanto (2013), dalam

jurnal berjudul “Implemendasi Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) Tahun 2011

di Desa Jembul dan Desa Sumengko Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto”,

jurnal ini berisi Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa di Desa Sumengko

dan Desa Jembul Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto. Adapun penelitian

yang digunakan menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini menggunakan

model yang dikembangkan oleh Merilee S. Grindle. Model ini berangkat dari ide

dasarnya adalah bahwa setelah kebijakan ditransformasikan, dilakukan

implementasi kebijakan. Keberhasilannya ditentukan oleh derajat

implementability kebijakan tersebut, menyangkut isi dan konteks

implementasinya.

F. Kerangka Pemikiran Teoritis

Dalam hal Dana Desa telah dipenuhi sebesar 10% (sepuluh per seratus)

dari total Dana Transfer ke Daerah, penganggaran sepenuhnya mengikuti

mekanisme penganggaran dana Bendahara Umum Negara yang sudah diatur

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Sumber Dana Desa yang diusulkan

oleh kementerian/lembaga dan yang ditetapkan oleh Menteri akan ditempatkan

sebagai Belanja Pusat nonkementerian/lembaga sebagai cadangan Dana Desa.

Cadangan Dana Desa tersebut diusulkan oleh Pemerintah dalam rangka

pembahasan Rancangan APBN dan Rancangan Undang-Undang APBN.

Cadangan Dana Desa yang telah mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan

45
Rakyat akan ditetapkan sebagai Dana Desa yang merupakan bagian dari Anggaran

Transfer ke Daerah dan Desa. Mekanisme tersebut ditempuh agar pemenuhan

Dana Desa tetap terlihat adanya pengalihan Belanja Pusat ke Dana Desa berupa

Dana Transfer ke Daerah. Selain itu, mekanisme tersebut juga memberikan

komitmen kuat kepada Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat untuk lebih

memberdayakan Desa. Dengan adanya data tersebut sehingga dapat peneliti buat

suatu kerangka berpikir yang membantu untuk mempermudah apa saja yang

menjadi bahasan dalam suatu penelitian.

Gambar. 1

Kerangka Pemikiran Teoritis


Prioritas Anggaran:
APBN Indonesia APBD Kabupaten
1. Pembangunan Desa
Tahun 2015 Bogor Tahun 2015
2. Pemberdayaan
Masyarakat Desa

Dana Desa

Efisien, Efektifitas dan


Gagal Implementasi serta

Berhasil

Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun anggaran

2015 merumuskan anggaran sebesar Rp.20,6 Triliun untuk anggaran Dana Desa

46
yang di transfer ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten

Bogor tahun anggaran 2015, selanjutnya ditransfer ke rekening kas Desa untuk

dialokasikan ke pembangunan Desa dan pemberdayaan Masyaraat Desa.

Pengalokasian anggaran tersebut disebut dalam program Dana Desa yang tertuang

pada Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015. Dalam peraturan tersebut

dijelaskan bahwa Dana Desa harus dilaksanakan secara Efektif dan Efisien serta

dapat memberikan Multiplier Effect dalam pelaksanaanya. Jika semua itu

dilaksanakan dengan baik, maka Dana Desa di katakan Berhasil, dan jika Gagal

maka perlu dikoreksi pada pengolaan anggaran.

47
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Untuk

menganalisis efektivitas dan efisiensi pengelolaan anggaran Dana Desa yang

diprioritaskan untuk pengalokasian pembangunan Desa dan pemberdayaan

masyarakat Desa serta multiplier effect yang terjadi jika prioritas Dana Desa

tersebut dialokasikan dengan baik.

Penelitian ini menggunakan Metode Kombinasi (Mix Methods). Johnson

dan Cristensen memberikan definisi tentang penelitian kombinasi yaitu penelitian

yang menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif yang digunakan secara

bersama-sama dalam suatu kegiatan penelitian, sehingga diperoleh data yang lebih

komprehensif, valid, realibel dan objektif.

Berdasarkan tipe penelilitain kombinasi tersebut, peneliti mengambil

model Sequential Explanatory Design. Metode penelitian model sequential

explanatory, dicirikan dengan pengumpulan data dan analisis data kuantitatif pada

tahap pertama, dan diikuti dengan pengumpulan dan analisi data kualitatatif pada

tahap kedua, guna memperkuat hasil penelitian kuantitatif yang dilakukan pada

tahap pertama.

Penelitian ini dilakukan di seluruh Desa Kecamatan Leuwiliang

Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi ini ditetapkan secara sengaja (purposive), yaitu

48
pengambilan lokasi berdasarkan kriteria yang dianggap mempunyai sangkut paut

dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Pemilihan lokasi

penelitian semua Desa di Kecamatan Leuwiliang dengan pertimbangan bahwa

Desa-desa di Kecamatan tersebut sudah menerima dan mengalokasikan Dana Desa

dengan lengkap diantara Desa-desa lain yang terancam gagal dicairkan karena

pemerintahan Desa yang belum siap untuk mengalokasikan Dana Desa tersebut.

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

merupakan data penelitian yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber

sekunder dari data yang kita butuhkan (Bungin, 2010:122) dan data primer yang

merupakan data penelitian yang diperoleh dari sumber asli. Data sekunder

penelitian ini berasal dari Kementrian Keuangan Republik Indonesia dan Humas

Keuangan Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Data-

data tersebut adalah:

1. Data APBN Tahun Anggaran 2015. Data ini digunakan untuk

mengetahui besaran anggaran awal yang dikeluarkan oleh Pemerintah

pusat.

2. Data APBD Kabupaten Bogor Tahun Anggaran 2015. Data ini

digunakan untuk mengetahui besaran dana transfer, khusunya Dana

Desa dari pemerintah pusat, dan proporsi anggaran Dana Desa yang

akan dialokasikan ke Desa-desa.

3. Data output yang telah dihasilkan oleh desa-desa melalui Dana Desa.

49
Sedangkan data primer penelitian ini berasal dari wawancara Kepala Desa

di seluruh Desa Kecamatan Leuwiliang berkaitan dengan program-program yang

menggunakan anggaran Dana Desa. Hasil wawancara tersebut dianalisis lalu

dapat disimpulkan adakah Multiplier Effect dari program Dana Desa Tersebut.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, terdapat dua metode dalam pengumpulan data yang

terdiri dari sebagai berikut:

1. Data Primer : Data atau informasi yang diperoleh secara langsung yang

diperoleh dari tempat penelitian, untuk mendapatkan data konkrit sesuai

dengan permasalahan. Dalam penelitian ini, penulis melakukan beberapa

tahapan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a) Metode observasi

Observasi adalah kegiatan pengumpulan data dngan cara

pengamatan yang dilakukan secara langsung dengan seksama dan

sistematis, yang kemudian ditindaklanjuti dengan pencatatan data

secara cermat dan sistematis pada suatu objek yang diteliti. Mtode

observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melihat dan

mengamati secara langsung dokumen-dokumen yang digunakan dalam

pengumpulan data penelitian pada Kecamatan Leuwiliang Kabupaten

Boogor.

b) Metode Dokumentasi

50
Metode dokumentasi yanitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, dan sebagainya

(Arikunto, 2006). Metode dokumentasi adalah pengumpulan data

dengan cara melihat, membaca, mempelajari kemudian mencatat data

yang sudah ada hubungan dengan objek penelitian. Metode ini

dilakukan untuk mengambil dokumentasi atau data yang dibutuhkan

dalam peneliatn ini, berupa data Realisasi Belanja, Realisasi

Pendapatan dan Target Pendapatan.

c) Metode Wawancara

Metode Wawancara atau interview adalah sebuah dilog yang dilakukan

oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara

(Arikunto, 2006). Metode wawancara adalah metode pengumpulan

data dengan cara menanyakan langsung data yang dibutuhkan kepada

seseorang yang berwenang. Dalan wawancara ini, penulis pengajukan

pertanyaan kepada responden (seluruh Kepala Desa di Kecamatan

Leuwiliang)

2. Data Sekunder : Data yang diperoleh dari buku-buku, laporan- laporan

yang menunjang yang diperoleh dari Kecamatan Leuwiliang mengenai

Dana Desa.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel penelitian, yaitu

efektifitas dan Efisiensi. Dengan demikian instrumen penelitian yang digunakan

51
untuk mengumpulkan data kuantitatif yaitu efektivitas program Dana Desa yang

melihat pada realisasi belaja dan target belanja, sedangkan Efisiensi anggaran

melihat pada realisai belanja dan realisasi pendapatan. Untuk mendapatkan hasil

penelitian data- data yang harus diperoleh yaitu Data perolehan besaran Dana Desa

pada setiap Tahap tahun 2015 yang dialokasikan ke 11 Desa di Kecamatan

Leuwiliang. Penelitian ini tidak hanya menggunakan intrumen kuantitatif, tetapi

junga menggunakan instrumen kualitatif. Dalam penelitian kualitatif yang menjadi

instrumen adalah peneliti sendiri. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara

kepada seluruh kepala Desa di Kecamatan Leuwiliang dan selanjutnya melakukan

analisis, memberi arti dan makna terhadap data yang ditemukan dan selanjutnya

membuat kesimpulan.

Tabel. 4

Kisi – Kisi Pertanyaan Wawancara

BUTIR PERTANYAAN
ASPEK PERTANYAAN
PERTANYAAN WAWNCARA

1. Bagaimana pendapatan desa

Pendapatan Desa 1 sebelum dan sesudah adanya

Dana Desa?

Pengolahan dan Program 1. Bagaimana Dana Desa


2
Dana Desa tersebut diolah?

52
2. Apa saja program prioritas

Desa yang menggunakan

anggaran Dana Desa?

1. Apakah ada multiplier effect

Multiplier Effect 1 dari pelaksanaan program

prioritas Desa?

1. Dengan anggaran yang

begitu besar bersumber dari


Efektifitas dan efisiensi
1 APBN, apakah program
Dana Desa
Dana Desa Efisien dan

Efektif?

Total Pertanyaan 5

Berdasarkan kisi-kisi instrumen wawancara pada tabel diatas, terdapat 5

butir pertanyaan. Pertanyaan tersebut dijawab oleh seluruh Kepala Desa di

Kecamatan Leuwiliang. Selanjutnya peneliti melakukan analisis, memberi arti dan

makna terhadap data yang ditemukan dan selanjutnya membuat kesimpulan.

1. Metode Analisis Efisiensi

Efisiensi merupakan rasio antara biaya yang dikeluarkan untuk

belanja kegiatan Pemerintah Desa Kecamatan Leuwiliang Kabupaten

Bogor. Ukuran ini dipakai untuk memperoleh pendapatan tertentu

digunakan seminimal mungkin sebagaimana motif ekonomi. Karena itu

tingkat efisiensi yang terjadi akan lebih besar apabila biaya yang
53
dikeluarkan untuk merealisasikan penerimaan ditekan serendah mungkin,

sehingga realisasi penerimaan semakin meningkat, maka efisiensi untuk

melihat upaya mengoptimalkan kombinasi penggunaan input, atau untuk

menghasilkan tingkat output tertentu dengan jumlah ongkos yang

minimum, atau kemampuan untuk menghasilkan output sebesar mungkin

dari jumlah input tertentu.

Efisiensi merupakan perbandingan antara output dengan input atau

dengan istilah lain output/unit input (Mahmudi: 2007). Dengan demikian

Efisiensi atau daya guna adalah perbandingan antara output dengan input.

Output merupakan realisasi biaya untuk memperoleh penerimaan daerah

dalam hal ini adalah belanja dan input merupakan realisasi dari

penerimaan daerah dalam hal ini adalah pendapatan. Untuk menganalisis

tingkat efisiensi dalam pengelolaan keuangan dengan melihat

perbandingan antara realisasi anggaran belanja dengan realisasi anggaran

pendapatan sebagai berikut:

( )
= × 100%
( )

Kriteria untuk mengukur efisiensi pengelolaan keuangan daerah

sesuai dengan Kepmendagri Nomor 690.900.327 tahun 1996 , yaitu

Tabel. 5

Kriteria Mengukur Efisiensi Pengolaan Dana Desa

54
SKOR HASIL PENCAPAIAN

>100% Tidak Efisien

90 – 99% Kurang Efisien

80 – 89% Cukup Efisien

60 – 79% Efisien

<60% Sangat Efisien

2. Metode Analisis Efektivitas

Suatu organisasi program atau kegiatan dikatakan efektif apabila

output yang dilaksanakan bisa memenuhi target yang diharapkan

(Mahmudi: 2007:7). Dengan demikian efektifitas berfokus pada outcome

atau hasil. Menurut Halim (2001:72), efektivitas adalah hubungan antara

output pusat tanggungjawabnya dan tujuannya atau target. Output dalam

hal ini adalah realisasi belanja sedangkan tujuan atau target adalah target

belanja. Makin besar kontribusi output terhadap tujuan makin efektiflah

satu unit tersebut. Dengan demikian untuk menganalisis efektivitas

Pengelolaan Keuangan dapat dilihat dari perbandingan antara realisasi

belanja dengan target belanja sebagai berikut:

( )
= × 100%
( )

Standar efektivitas menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri No.

690.900-327 tahun 1996 tentang kriteria penilaian dan kinerja keuangan

55
dapat diketahui efektif atau tidak dengan memenuhi kriteria sebagai

berikut:

Tabel. 6

Kriteria Mengukur Efektifitas Pengolaan Dana Desa

SKOR HASIL PENCAPAIAN

>100% Sangat Efektif

90 – 100% Efektif

80 – 90% Cukup Efektif

60 – 80% Kurang Efektif

<60% Tidak Efektif

56
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor

1. Keadaan Geografis

Daerah Kecamatan Leuwiliang meliputi areal dataran seluas

9.143,39 hektar, dan dibatasi oleh:

a. Sebelah Utara : Kecamatan Leuwisadeng

b. Sebelah Barat : Kecamatan Nanggung

c. Sebelah Selatan : Provinsi Banten, dan

d. Sebelah Timur : Kecamatan Cibungbulang dan Pamijahan.

Kecamatan Leuwiliang Kabupaten bogor memiliki wilayah yang

relatif luas dan menyimpan potensi alam berupa pertanian. Potensi pertanian

yang paling besar adalah padi gogo. Hasil produksi padi gogo mencapai

23.444 Ton per-tahun. Produksi pertanian keduan adalah ubi kayu, yang

mencapai 1.253 Ton per-tahun.

Gambar. 2 Peta Kecamatan Leuwiliang

Sumber: kecamatanleuwiliang.bogorkab.go.id (Website Kecamatan Leuwiliang)

57
Kecamatan Leuwiliang memiliki 11 Desa, diantaranya :

Desa Kahrekel Desa Leuwiliang

Desa Leuwimekar Desa Cibeber II

Desa Cibeber I Desa Barengkok

Desa Karacak Desa Pabangbon

Desa Karyasari Desa Puraseda

Desa Purasari

Secara tipologi, Kecamatan Leuwiliang dibagi dalam tiga unit tipologi

seperti : perladangan, persawahan, dan perindustrian (jasa).

1. Daerah Topografi Perladangan

Daerah ini meliputi daerah pertanian yang digunakan dengan cara

menebang pohon, membakarnya, kemudian ditanami kembali dengan

tanaman pangan. Seperti pagi gogo, jagung, terong, dan cabe. Biasanya

lahan digunakan dua sampai tiga tahun untuk tanaman pangan, setelah itu

lahan ditanami oleh tanaman keras seperti durian, rambutan dan duku.

Umumnya ditanami oleh tanaman buah. Lahan tersebut ditanami sampai

masa panen tiba atau sampai tanah tersebut tidak lagi subur. Setelah tanah

tidak lagi subur, lahan tersebut dibuat pemukiman oleh warga setempat.

Daerah perladangan tedapat di Desa Karehkel, dan Desa Cibeber II.

58
2. Daerah Topografi Persawahan

Ciri-ciri khusus daerah ini adalah tanah yang digarap dan diairi

untuk tempat menanam padi. Sawah harus mampu menyangga genangan

air karena padi memerlukan penggenangan pada periode tertentu dalam

pertumbuhannya. Pada daerah yang kemiringannya tinggi seprti di

Kecamatan Leuwiliang, sawah dicetak berteras atau lebih dikenal

terasiring atau sengkedan untuk menghindari erosi dan menahan air.

Daerah persawahan terdapat di Desa Karacak, Desa Purasari, Desa

Barengkok, Desa Pabangbong, Desa Puraseda.

3. Daerah Topografi Industri Jasa

Tipologi daerah ini merupakan daerah kegiatan ekonomi yang dengan cara

memberikan pelayanan jasa. Contohnya, jasa transportasi seperti angkutan

bus. Perusahaan jasa ada juga yang membantu proses produksi.

Contohnya, jasa bank dan pergudangan. Daerah perindustrian jasa terdapat

di Desa Leuwimekar, Desa Cibeber I, Desa Karya Sari, dan Desa

Leuwiliang.

2. Kependudukan

Data kependudukan Kecamatan Leuwiliang tahun 2014

menunjukan bahwa rata-rata penduduk perdesa sebesar 10,863 Jiwa

dengan jumlah kepadatan rata-rata 2,481 Jiwa/KM2. Perbandingan jenis

kelamin antara laki-laki dan perempuan berjumlah 61,712 Jiwa laki-laki

berbanding 57,777 jiwa Perempuan. Itu berarti pada tahun 2014 jumlah

59
laki-laki lebih dominan dibanding dengan jumlah perempuan. Jumlah

penduduk yang berjenis kelamin laki-laki juga didominasi oleh usia 10

sampai 14 tahun, yaitu sebesar 7,601 jiwa. Sedang jenis kelamin

perempuan juga didominasi oleh penduduk berusia 10 sampai 14 tahun,

yaitu sebesar 7,088 jiwa. Secara rinci jumlah penduduk kecamatan per-

Desa dapat dilihat pada:

Tabel. 7

Jumlah Penduduk, Luas Desa, dan Kepadatannya di Kecamatan Leuwiliang

Tahun 2014

JUMLAH KEPADATAN
2
DESA LUAS (KM )
PENDUDUK (Jiwa) (Jiwa/KM2)

Purasari 12,431 6.32 1967

Puraseda 8,491 3.90 2177

Karya sari 8,718 6.86 1271

Pabangbon 6,623 11.92 556

Karacak 11,303 7.10 1592

Barengkok 11,443 4.50 2543

Cibeber I 9,242 5.14 1698

Cibeber II 10,160 6.16 1749

Leuwimekar 14,554 2.44 5965

Leuwiliang 14,792 2.97 4980

60
Karehkel 11,732 4.69 2793

JUMLAH 119,489 62 2,481

Sumber : Kecamatan Leuwiliang dalam Angka 2015

3. Pemerintahan

Kecamatan Leuwiliang memiliki 12 kepala pemerintahan, seorang

camat untuk pemerintahan tinggat kecamatan dan 11 kepala pemerintahan

tingkat desa, atau yang sering disebut Kepala Desa. Kepala pemerintahan

tersebut memiliki strruktur organisasi masing-masing. Dalam struktur

pemerintahan Desa, idealnya Kepala Desa memiliki minimal tiga tingkat

dibawahnya, yaitu wakil Kepala Desa, sekretaris dan bendahara umum

keuangan.

Kecamatan Leuwiliang memiliki 49 Rukun Warga (RW), 98

Rukun Warga (RT), serta jumlah penduduk sebesar 119,489 jiwa.

4. Pendidikan

Data yang disajikan dalam bab ini mencakup berbagai informasi

yang terangkum dalam subbab pendidikan itu sendiri. Informasi

pendidikan disajikan data antara lain; banyaknya sekolah, guru dan murid

dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah

Umum/Kejuruan (SMU/K) di Kecamatan Leuwiliang. Pada tingkat SD

dari jumlah 59 sekolah terdapat 57 sekolah negeri dan 2 sekolah swasta.

Pada tingkat SMP yang berjumlah 16 sekolah, terdiri dari 5 sekolah

negeri dan 11 sekolah swasta. Untuk tingkat SMU/K terdiri dari 2 sekolah

61
negeri dan 11 sekolah swata. Kecamatan Leuwiliang lebih banyak

mendirikan sekolah dasar karena negeri karena menurut kepemimpinan

camat Leuwiliang, sekolah dasar awal dari pendidikan formal warga di

Kecamatan Leuwiliang, semakin banyak sekolah dasar negeri, maka

semakin menarik minat orang tua siswa untuk memberikan pendidikan

sedini mungkin.

Banyaknya murid SD mencapai jumlah 11,540 murid, dan siswa

SMP tercatat sebanyak 4,448 siswa, serta siswa SMU/K berjumlah 3.068

siswa. Banyaknya siswa di Kecamatan Leuwiliang tidak di imbangi

dengan jumlah tenaga pengajar. Pada tingkat SD jumlah guru tercatat

sebanyak 573 orang, dan tingkat SMP berjumlah 313 orang, serta 329

orang.

5. Kesehatan

Informasi pada subbab ini disajikan antara lain; jumlah tempat

pelayanan kesehatan yang terdapat di Kecamatan Leuwiliang, dan jumlah

tenaga pelayanan kesehatan. Jumlah tempat pelayanan kesehatan tercatat

sebagai berikut; rumah sakit sebanyak 1 unit, puskesmas pembantu

sebanyak, 2 unit, posyandu sebanyak 125 unit, polindes sebanyak 2 unit

dan puskesmas sebanyak 2 unit. Sedangkan untuk jumlah tenaga

pelayanan kesehatan tercatat secara rinci sebagai berikut; dokter umum

sebanyak 7 orang, dokter gigi 3 orang, bidang 25 orang, dan dukun 75

orang.

62
B. Analisis Pengelolaan Anggaran Dana Desa

Analisis penulisan pada penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

keberhasilan kebijakan pemerintah dalam program Dana Desa yang baru

direalisasikan pada tahun 2015. Keberhasilan kebijakan tersebut diukur dengan

analisis efektifitas dan efisiensi serta multiplier effect yang terjadi.

1. Analisis Efisiensi Dana Desa

Analisis efisiensi melihat rasio perbandingan antara output dan

input atau realisasi belanja dengan realisasi pendapatan Desa dalam hal ini

yaitu Dana Desa. Semakin kecil rasio ini maka semakin efisien, begitu

juga sebaliknya. Jika diasumsikan bahwa pengeluaran yang dibelanjakan

sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat atau apa yang yang

menjadi program desa, dan memenuhi apa yang direncanakan.

Tabel. 8

Anggaran Pendapatan Dana Desa per-Desa dalam Tiga Tahap

Desa di
Kecamatan Tahap I Tahap II Tahap III Total
Leuwiliang
Leuwiliang Rp.119,549,660 Rp.120,149,660 Rp.59,174,829 Rp.298,844,149
Purasari Rp.114,170,280 Rp.114,170,280 Rp.57,085,140 Rp.285,425,701
Karya Sari Rp.114,671,234 Rp.114,671,234 Rp.57,335,617 Rp.286,678,086
Pabangbon Rp.112,591,547 Rp.112,591,547 Rp.56,295,773 Rp.281,478,867
Karacak Rp.107,536,470 Rp.107,536,470 Rp.53,768,235 Rp.268,841,175
Barengkok Rp.112,510,743 Rp.112,510,743 Rp.56,255,372 Rp.281,276,858

63
Leuwimekar Rp.115,506,561 Rp.115,506,561 Rp.57,753,280 Rp.288,766,402
Puraseda Rp.116,219,144 Rp.116,219,144 Rp.58,109,572 Rp.290,547,861
Cibeber I Rp.119,000,078 Rp.119,000,078 Rp.59,500,039 Rp.297,500,194
Cibeber II Rp.109,380,724 Rp.109,380,724 Rp.54,690,362 Rp.273,451,810
Karehkel Rp.109,173,149 Rp.109,173,149 Rp.54,586,575 Rp.272,932,873
Sumber : Laporan Realisasi Dana Desa Kecamatan Leuwiliang

Dana Desa dibagi dalam tiga tahap. Tahap I sebesar 40%, Tahap II sebesar

40% dan Tahap III sebesar 20% dari total Anggaran Dana Desa per-Desa. Setiap

Desa memiliki besaran anggaran yang berbeda-beda karena pemerintah

memperhitungan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah dan kesulitan

geografis setiap Desa.

Efisiensi lebih menitik beratkan pada kemampuan suatu organisasi untuk

mencapai tujuan yang diharapkan dengan penggunaan sumber daya yang lebih

hemat.

Tabel. 9

Tingkat Efisiensi Pengelolaan Anggaran Dana Desa di Kecamatan

Leuwiliang

Desa di
Realisasi Realisasi
Kecamatan Efisiensi Kategori
Belanja Pendapatan
Leuwiliang

Leuwiliang Rp.227,998,996 Rp.297,844,194 76% Efisien

Purasari Rp.244,746,662 Rp.285,425,701 85% Cukup Efisien

64
Karya Sari Rp.245,130,936 Rp.286,678,086 85% Cukup Efisien

Pabangbon Rp.231,202,322 Rp.281,478,867 82% Cukup Efisien

Karacak Rp.213,820,510 Rp.268,841,175 79% Efisien

Barengkok Rp.240,440,401 Rp.281,276,858 85% Cukup Efisien

Leuwimekar Rp.241,284,087 Rp.288,766,402 83% Cukup Efisien

Puraseda Rp.232,004,348 Rp.290,547,861 79% Efisien

Cibeber I Rp.221,555,006 Rp.298,844,149 74% Efisien

Cibeber II Rp.232,050,669 Rp.273,451,810 84% Cukup Efisien

Karehkel Rp.230,665,353 Rp.272,932,873 84% Cukup Efisien

Rata – Rata 81% Cukup Efisien

Sumber : Laporan Realisasi Dana Desa Kecamatan Leuwiliang (Data Diolah)

Dari hasil perhitungan diatas, menunjukan bahwa rata-rata setiap Desa

mengolah Dana Desa secara cukup efisien, yaitu sebesar 81%. Hanya ada

beberapa Desa yang memiliki kategori efisien, yaitu Desa Leuwiliang dengan

nilai 76%, Desa Karacak sebesar 79%, Desa Puraseda sebesar 79%, dan Desa

Cibeber I sebesar 74%. Efisiensi Dana Desa di beberapa Desa dikarenakan

infrastruktur Desa lebih memadai daripada desa-desa yang lainnya, dan kepadatan

penduduk yang lebih rendah dari desa-desa lainnya. Efisiensi lebih menitik

beratkan pada kemampuan suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang

diharapkan dengan penggunaan sumber daya yang lebih hemat. Kategori cukup

efisien yang telah dijelaskaan diatas membuat kesimpulan jika penggunaan

anggaran Dana Desa masih dikatan belum hemat.

65
Suatu kerja organisasi dikatakan efisien apabila mencapai keluaran yang

lebih tinggi berupa hasil, produktivitas, performance dibanding masukan –

masukan yang berupa tenaga kerja, bahan, uang, mesin dan waktu yang

digunakan. Manfaat efisiensi yang dirasakan masyarakat adalah pada sektor

pelayanan, jika masyarakat telah memperoleh hasil yang diinginkan dengan biaya

paling minimal. Biaya yang disebutkan adalah waktu, tenaga atau bahkan uang.

Kategori cukup efisien pada data diatas menunjukan bahwa hasil produktivitas

aparatur desa tidak lebih tinggi dari tenaga kerja, uang serta waktu yang

dikeluarkan. Contohnya program yang dibuat tidak sesuai dengan kondisi

karakteristik setiap Desa, dari 11 desa di Kecamatan Leuwiliang mempunyai

karakteristik dan fokus pada kegiatan ekonomi yang berbeda-beda. Program-

program yang dibuat mengarah kepada pesediaan fasilitas di kantor kepala desa

untuk kegiatan pelatihan, yang jika ditelusuri tidak berdampak pada penambahan

kegiatan ekonomi baru. Pelatihan ketenagakerjaan yang di laksanakan belum di

tindak lanjuti lebih jauh, sehingga kegiatan ekonomi desa masih berbasis pada

pertanian. Dana Desa juga masih terbilang baru, karena pelaksanaanya baru satu

tahun dari kebijakan yang dikeluarkan pada tahun 2014 sehingga untuk hasil

maksimal dari efisiensi masih dirasa jauh. Kategori efisien masih dapat berubah

setiap tahunnya, selama Anggaran Dana Desa masih berjalan.

2. Analisis Efektivitas Dana Desa

Efektifitas yaitu suatu ukuran yang menyatakan seberapaa jauh target

(kuantitas, kualitas, dan waktu yang telah tercapai. Dimana semakin besar

presentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya. Indikator efektivitas


66
adalah rasio antara realisasi pengunaan Dana Desa dengan target belanja Dana

Desa. Efektivitas lebih menitik beratkan kepada tingkat keberhasilan organisasi,

dalam hal ini adalah pemerintahan pusat sampai pemerintahan tingkat Desa dalam

mencapai tujuan yang ditetapkan. Jika disederhanakan bahwa tujuan pemerintah

pusat sampai pemerintah tingkat desa dapat dicapai sesuai dengan kebutuhan yang

direncanakan.

Tabel. 10

Tingkat Efektivitas Pengelolaan Anggaran Dana Desa di Kecamatan

Leuwiliang

Desa di
Realisasi
Kecamatan Target Belanja Efektifitas Kategori
Belanja
Leuwiliang

Leuwiliang Rp.227,998,996 Rp.235,871,880 96% Efektif

Purasari Rp.244,746,662 Rp.258,555,382 94% Efektif

Karya Sari Rp.245,130,936 Rp.262,549,199 93% Efektif

Pabangbon Rp.231,202,322 Rp.250,444,152 92% Efektif

Karacak Rp.213,820,510 Rp.233,043,680 91% Efektif

Barengkok Rp.240,440,401 Rp.255,865,199 93% Efektif

Leuwimekar Rp.241,284,087 Rp.267,101,050 90% Efektif

Puraseda Rp.232,004,348 Rp.248,952,678 93% Efektif

Cibeber I Rp.221,555,006 Rp.238,134,440 93% Efektif

Cibeber II Rp.232,050,669 Rp.252,401,546 91% Efektif

67
Karehkel Rp.230,665,353 Rp.254,695,629 90% Efektif

Rata – Rata 92% Efektif

Sumber : Laporan Realisasi Dana Desa Kecamatan Leuwiliang (Data Diolah)

Pada tabel diatas menjelaskan bahwa rata-rata tingkat efektivitas sebesar

92%, termasuk dalam kategori efektif. Tingkat efektivitas desa tertinggi yaitu

Desa Leuwiliang sebesar 96%, sedangkan tingkat efektifitas desa terendah yaitu

Desa Leuwimekar sebesar 90%. Tingkat efektivitas Dana Desa tersebut

dipengaruhi oleh keberhasilan pemerintahan Desa dalam mengelola pendapatan

Dana Desa dan memaksimalkan kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat. Rata-

rata setiap warga Desa melalui Kepala Desa menyampaikan bahwa warga sangat

membutuhkan perbaikan jalan, pembuatan tampungan air, agar pada saat musim

kekeringan kebutuhan air masih terpenuhi, dan posyadu.

Pengertian efektivitas berhubungan dengan derajat keberhasilan suatu

operasi pada sektor publik, sehingga suatu kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan

tersebut memberi pengaruh besar terhadap kemampuan menyediakan pelayanan

masyarakat yang merupakan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Manfaat

analisis efektivitas pengolaan Dana Desa bagi masyarakat adalah sebagai tolak

ukur tentang penyediaan pelayanan yang disediakan oleh aparatur Desa tersebut.

Penyediaan layanan diantaranya seperti pelayanan kependudukan, kesehatan,

pendidikan, serta pelatihan ketenagakerjaan yang disediakan. Menurut data diatas

Dana Desa dengan kategori efektif dapat menjelaskan jika pelayanan yang

disediakan, dirasakan dengan baik oleh masyarakat.

68
Hal tersebut sejalan dengan kondisi di-lapangan. Masyarakat dengan

mudah memperoleh layanan kesehatan, karena ada program pembangunan

posyadu dan polindes baru didua titik setiap Desa yang bersumber dari Dana

Desa, sehingga posyandu tersebut lebih mencakup warga untuk mendapat layanan

kesehatan.

Berikutnya layanan pendidikan, setiap desa mempunyai program

pembangunan PAUD karena pentingnya pendidikan tingkat dasar. Jika telah

diperkenalkan dengan pendidikan tingkat dasar, diharapkan dapat mempermudah

ke-jenjang selanjutnya, dan penduduk yang berpendidikan akan membangun Desa

yang lebih maju.

Kategori efektif masih dapat berubah setiap tahunnya, selama Anggaran

Dana Desa masih berjalan. Tujuan adanya Dana Desa adalah meningkatkan

kesejahteraan warga Desa, maka dibuatlah program-program untuk meningkatkan

kesejahteraan warga Desa. Program Dana Desa pada tahun 2015 mayoritas adalah

pembangunan infrastruktur, sehingga dampak dari program tersebut adalah

mempermudah masyakat dalam hal mobilitas kegiatan ekonomi dan warga

menerima upah dari pembangunan infrastruktur tersebut, karena semua kegiatan

Dana Desa harus melibatkan warga Desa.

69
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan hasil pembahasan sebelumnya, penulis

memperoleh kesimpulan dari hasil penelitian mengeni Analisis Efisiensi Dan

Efektifitas Serta Pada Program Dana Desa tahun 2015 Yang Terjadi Di

Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat, adalah sebagai

berikut:

1. Rata – Rata tingkat efisien Dana Desa di Kecamatan Leuwiliang,

Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 dikatakan cukup

efisien. Hanya ada empat dari sebelas Desa yang memiliki kategori efisien,

yaitu Desa Leuwiliang, Desa Karacak, Desa Puraseda, dan Desa Cibeber I.

Efisiensi Dana Desa di beberapa Desa dikarenakan infrastruktur Desa

lebih memadai daripada desa-desa yang lainnya, dan kepadatan penduduk

yang lebih rendah dari desa-desa lainnya. Efisiensi lebih menitik beratkan

pada kemampuan suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan

dengan penggunaan sumber daya yang lebih hemat. Kategori cukup efisien

yang telah dijelaskaan diatas membuat kesimpulan jika penggunaan

anggaran Dana Desa masih dikatan belum hemat.

2. Rata – Rata tingkat efektivitas Dana Desa di Kecamatan Leuwiliang,

Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat termasuk dalam kategori efektif.

Tingkat efektivitas desa tertinggi yaitu Desa Leuwiliang, sedangkan

70
tingkat efektifitas desa terendah yaitu Desa Leuwimekar. Tingkat

efektivitas Dana Desa tersebut dipengaruhi oleh keberhasilan

pemerintahan Desa dalam mengelola pendapatan Dana Desa dan

memaksimalkan kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat. Rata-rata setiap

warga Desa melalui Kepala Desa menyampaikan bahwa warga sangat

membutuhkan perbaikan jalan, pembuatan tampungan air, agar pada saat

musim kekeringan kebutuhan air masih terpenuhi.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan yang telah dibahas dalam

penelitian ini, maka dapat diberikan saran sebagai berikut:

1. Pada program pelatihan, harus dilaksanakan secara berkelanjutan agar

ouput yang dihasilkan lebih maksimal.

2. Selain diberi pelatihan, warga desa sebaiknya diberikan modal untuk

menunjang keberhasil program dan visi desa.

71
DAFTAR PUSTAKA

Santoso, Eko. 2011. Efisiensi dan Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah di

Kabupaten Ngawi. Tesis. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Setyowati, Endang. 2011. Analisis Efisiensi Dan Efektivitas Pengeluaran

Anggaran Belanja Langsung Barang Dan Jasa Pada Dinas Pengelola

Keuangan Daerah Kabupaten Lumajang. Tesis. Universitas Jember.

Sunandar. 2011. Analisis Efektifitas Dan Efisiensi Pengelolaan Anggaran

Pendapatan Dan Belanja Pada Unit Pengelola Keuanganbadan

Keswadayaan Masyarakat (Upkbkm) Mandiri Sejahtera Kelurahan

Panggung Kota Tegal. Politeknik Harapan Bangsa.

Julita. 2013. Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Anggaran Pendapatan Dan

Belanja Pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara. Jurnal.

Raharjo, Try, Sjamsiar Sjamsuddin, Imam Hardjanto. 2013. Implementasi

Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) Tahun 2011 Di Desa Jembul Dan

Desa Sumengko Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto. Jurnal Wacana

Vol.16, No.1. Universitas Brawijaya. Pemerintah Kabupaten Mojokerto.

Setyo Budi, Daniel. 2010. Efisiensi Relatif. Universitas Indonesia

Tri Puspita, Devi. 2016. Analisis Efektifitas Penerimaan Pajak Restoran, Pajak

Hotel dan Pajak Penerangan Jalan Dalam meningkatkan Pendapatan Asli

Daerah Kota Depok. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

72
Widjaja, HAW. 2011. Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli, Bulat dan

Utuh.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed

Methods). Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 Tentang

Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja

Negara.

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi

Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa

Tahun 2015

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 93/PMK.07/2015

Tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan,

dan Evaluasi Dana Desa.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan

Keuangan Desa.

Badan Pusat Statisti. Kecamatan Leuwiliang Dalam Angka Tahun 2015.

Kabupaten Bogor. Jawa Barat.

73
Kecamatan Leuwiliang. Laporan Target, Realisasi Dana Desa dan APBDesa

Kecamatan Leuwiliang Tahun 2015. Kabupaten Bogor. Jawa Barat.

74
Lampiran 1

Anggaran Pendapatan Dana Desa per-Desa dalam Tiga Tahap

Desa di
Kecamatan Tahap I Tahap II Tahap III Total
Leuwiliang
Leuwiliang Rp.119,549,660 Rp.120,149,660 Rp.59,174,829 Rp.298,844,149
Purasari Rp.114,170,280 Rp.114,170,280 Rp.57,085,140 Rp.285,425,701
Karya Sari Rp.114,671,234 Rp.114,671,234 Rp.57,335,617 Rp.286,678,086
Pabangbon Rp.112,591,547 Rp.112,591,547 Rp.56,295,773 Rp.281,478,867
Karacak Rp.107,536,470 Rp.107,536,470 Rp.53,768,235 Rp.268,841,175
Barengkok Rp.112,510,743 Rp.112,510,743 Rp.56,255,372 Rp.281,276,858
Leuwimekar Rp.115,506,561 Rp.115,506,561 Rp.57,753,280 Rp.288,766,402
Puraseda Rp.116,219,144 Rp.116,219,144 Rp.58,109,572 Rp.290,547,861
Cibeber I Rp.119,000,078 Rp.119,000,078 Rp.59,500,039 Rp.297,500,194
Cibeber II Rp.109,380,724 Rp.109,380,724 Rp.54,690,362 Rp.273,451,810
Karehkel Rp.109,173,149 Rp.109,173,149 Rp.54,586,575 Rp.272,932,873

75
Lampiran 2

Target dan Realisasi Dana Desa Pada Setiap Desa di Kecamatan Leuwiliang
Kabupaten Bogor Jawa Barat

Desa di
Realisasi
Kecamatan Realisasi Belanja Target Belanja
Pendapatan
Leuwiliang
Leuwiliang Rp.227,998,996 Rp.235,871,880 Rp.297,844,194
Purasari Rp.244,746,662 Rp.258,555,382 Rp.285,425,701
Karya Sari Rp.245,130,936 Rp.262,549,199 Rp.286,678,086
Pabangbon Rp.231,202,322 Rp.250,444,152 Rp.281,478,867
Karacak Rp.213,820,510 Rp.233,043,680 Rp.268,841,175
Barengkok Rp.240,440,401 Rp.255,865,199 Rp.281,276,858
Leuwimekar Rp.241,284,087 Rp.267,101,050 Rp.288,766,402
Puraseda Rp.232,004,348 Rp.248,952,678 Rp.290,547,861
Cibeber I Rp.221,555,006 Rp.238,134,440 Rp.298,844,149
Cibeber II Rp.232,050,669 Rp.252,401,546 Rp.273,451,810
Karehkel Rp.230,665,353 Rp.254,695,629 Rp.272,932,873

76
Lampiran 3

Perhitungan Rasio Efisiensi dan Efektivitas Pada Setiap Desa

A. Efisiensi

= × 100%

Desa di Realisasi Realisasi


Efisiensi
Kecamatan Belanja Pendapatan (a / b)
(a/b ) . 100%
Leuwiliang (a) (b)
Leuwiliang Rp.227,998,996 Rp.297,844,194 0,76638 76,63%
Purasari Rp.244,746,662 Rp.285,425,701 0,85747 85,74%
Karya Sari Rp.245,130,936 Rp.286,678,086 0,85507 85,50%
Pabangbon Rp.231,202,322 Rp.281,478,867 0,82138 82,13%
Karacak Rp.213,820,510 Rp.268,841,175 0,79534 79,53%
Barengkok Rp.240,440,401 Rp.281,276,858 0,85481 85,48%
Leuwimekar Rp.241,284,087 Rp.288,766,402 0,83556 83,55%
Puraseda Rp.232,004,348 Rp.290,547,861 0,79850 79,85%
Cibeber I Rp.221,555,006 Rp.298,844,149 0,74137 74,13%
Cibeber II Rp.232,050,669 Rp.273,451,810 0,84859 84,85%
Karehkel Rp.230,665,353 Rp.272,932,873 0,84513 84,51%

B. Efektivitas

= × 100%

Desa di Realisasi
Target Belanja Efektifitas
Kecamatan Belanja (a / b)
(b) (a/b) . 100%
Leuwiliang (a)
Leuwiliang Rp.227,998,996 Rp.235,871,880 0,96621 96,62%
Purasari Rp.244,746,662 Rp.258,555,382 0,94659 94,65%
Karya Sari Rp.245,130,936 Rp.262,549,199 0,93365 93,36%

77
Pabangbon Rp.231,202,322 Rp.250,444,152 0,92316 92,31%
Karacak Rp.213,820,510 Rp.233,043,680 0,91751 91,75%
Barengkok Rp.240,440,401 Rp.255,865,199 0,93971 93,97%
Leuwimekar Rp.241,284,087 Rp.267,101,050 0,90334 90,33%
Puraseda Rp.232,004,348 Rp.248,952,678 0,93192 93,19%
Cibeber I Rp.221,555,006 Rp.238,134,440 0,93037 93,03%
Cibeber II Rp.232,050,669 Rp.252,401,546 0,91937 91,93%
Karehkel Rp.230,665,353 Rp.254,695,629 0,90565 90,56%

78
Lampiran 4

Transkrip Wawancara

Narasumber : Seluruh Kepala Desa Kecamatan Leuwiliang

Hari / Tanggal : Kamis, 28 Maret 2016 – Jumat, 29 Maret 2016

Waktu : 10.00 s.d 15.00 – 10.00 s.d 13.00

Tempat : Kantor Masing-Masing Kepala Desa

Keterangan

P : Peneliti

K : Kepala Desa

1. Desa Leuwiliang

P : Saat ini saya Dian Novita sedang bersama Kepala Desa Leuwiliang, yaitu
Bapak R. Yanto Suyanto. Assalamualiakum Pak, Selamat siang?

K : Waalaikumsalam. Gimana kabarnya nih?

P : Alhamdulillah pak, Gimana kabar bapak sama keluarga?

K : Baik juga, alhamdulillah.

P : Jadi mengenai Dana Desa, sulit ga untuk mengolah Dana pertahapnya? Setiap
tahap hanya diberi waktu kurang lebih 4 bulan ya pak?

K : Tidak sulit si sebenernya, semakin cepat diolah, semakin cepat juga masalah
selesai kan. Apalagi untuk bisa mencairkan Dana Desa tahap selanjutnya kan
harus selesai program tahap sebelumnya dulu.

P : Menurut Bapak lebih baik dicairkan secara langsung atau bertahap gini pak?

79
K : Sebenarnya si sama saja, jika program yang dikerjakan terhambat karena
kekurangan dana, atau Dana Desa tahap senlanjutnya belum cair, kan
pendapatan yang lain bisa digabungkan.

P : Program prioritas yang menggunakan Dana Desa apa aja pak?

K : Saya lebih melihat fasilitas kesehatan itu lebih penting, jadi kami memutuskan
untuk merenovasi posyandu yang ada dan membangun posyadu kedua.

P : Lalu efek pengganda atau efek lain yang warga rasakan terhadap pembanguna
posyadu kedua apa pak?

K : Untuk saat ini sepertinya belum ada, karena Posyadu itu baru banget selesai
dibangun. Lalu Dana Desa baru di terapkan tahun ini kan. Tapi warga punya
harapan posyadu memudahkan mereka untuk dapat fesilitas kesehatan.

P : Baik Pak, cukup pertanyaannya. Terimasaih banyak ya pak. Salam untuk


keluarga.

2. Desa Purasari

P : Hari ini saya melanjutkan wawancara ke enam bersama Bapak Anwarudin,


Kepala Desa Purasari Kecamatan Leuwiliang Bogor. Assalamualaikum pak,
apa kabar?

K : Waalaikumsalam, Alhamdulillah sehat sejahtera.

P : Hahaha Alhamdulillah. Pak langsung aja ya pak, mengenai Dana Desa,


program prioritas melalui Dana Desa itu ada pembangunan infrastruktur dan
pemberdayaan masyarakat. Program apa yang paling prioritas di Desa ini
melalui Dana Desa?

K : Program utama Desa itu pembangunan jalan rabat beton dan gorong-gorong.

P : Dari banyaknya usulan, mengapa itu jadi prioritas pak?

80
K : Jadi dari beberapa bulan yang lalu, warga banyak yang usul untuk perbaikan
jalan. Karena ada beberapa Dusun yang Jalannya masih tanah, ada juga yang
sudah di hotmix tapi karena usia, akhinya rusak juga. Dampaknya kalo hujan
jalan itu licin, takutnya malah terjadi kecelakaan, apalagi jalan Dusun itu
akses utama ke luar Desa.

P : Nah kalo multiplier effect atau efeek lain yang dirasain warga tentang jalan
yang dirabat itu ada apa engga pak?

K : Jalan yang dirabat itu jalan utam keluar Desa, warga dusun kalo mau kerja
sekolah harus lewat jalan itu. Disitu juga banyak yang jualan, kalo jalannya
ga enak, ga nyaman siapa yang mau beli? Kalo jalan bagus kan pembeli
banyak, yang jual dapat untung, warungnya makin gede terus Desa juga
yaang diliatnya bagus.

P : Waah banyak ya pak yang dirasain. Ya sudah cukup itu aja pak. Terima Kasih
banyak ya pak

3. Desa Karya Sari

P : Saat ini saya sedang bersama Bapak Deni Sopian, Kepala Desa Karyasari
Kecamatan Leuwiliang. Assalamualaikum Pak?

K : Waalaikumsalam.

P : Bagaimana Kabarnya Pak?

K : Alhamdulillah baik.

P : Jadi seperti yang saya sampaikan tadi, saya ingin mewawancarai bapak
mengenai Dana Desa. Program utama apa yang dirumuskan dengan sumber
pendapatan Dana Desa?

K : Sebelum ditentukan program utama apa, Desa mengadakan rapat Musrenbang,


nah dari situ sepakat untuk pembangunan Talud jalan.

81
P : Manfaat pembanguan Talud itu apa pak?

K : Pertama karena lahan Desa ini kan miring ya neg, untuk menghindari longsor,
warga menyarakan agar dibangun Talud jalan. Kan gunanya talud untuk
membuat tanah agar tetap stabil.

P : Dari program utama tersebut, ada ga pak multiplier effeknya, atau dampak lain
yang dirasakan warga?

K : Saya rasa si belum ada ya, tapi dampak dari Dana Desa itu sendiri saya
harapkan bisa mensejahterakan warga desa gitu, karena anggapan orang,
orang desa itu tertinggal, tidak berpendidikan, saya mau pemikiran itu
dirubah gitu hehehe.

P : Hahaha iya Baik pak, tujuan Pemerintah Pusat membuat kebijakan Dana Desa
kan juga itu ya pak. Yaudah pak itu aja pertanyaannya. Terima kasih banyak
atas jawabannya ya pak.

4. Desa Pabangbon

P : Saat ini saya sedang bersama Bapak Iik Kusmana Kepala Desa Pabangbon
untuk melakukan wawancara. Assalamualikum pak, bagaimana kabar bapak
sekeluarga?

K : Hahaha kesini lagi nih, saya kira lupa sama orang sini. Alhamdulillah baik
semuanya.

P : Hehehe. Lanjut ya pak, dulu waktu KKN sedang dilaksanakan pembangunan


jalan dari Dana Desa ya pak? Apakah itu menjadi program prioritas.

K : Iya program prioritas Desa Pabangbon perbaikan jalan Kampung Cilame dan
Nangela Lebak. Sudah tahu kan dulu jalannya gimana? Sekarang sudah bisa
dilihat jalannya sudah mulus. Hehehe

82
P : Iya ya pak, dulu jalannya berbatu, mungkin abis ini saya liat kesana pak hehe.
Tapi kenapa pada saat itu hanya jalan di kampung cilame dan nangela yang
belum diaspal pak, padahal yang lainnya sudah rapi?

K : Program itu sudah ada dari dulu, tapi belum jadi prioritas, makanya setiap
pendapatan tahunan masih menyelesaikan yang lain, ya bergilir lah, satu satu
masalah diselesaikan. Apalagi Kampung Cilame dan Nangela itu jalan paling
dekat ke Gunung Pongkor, jadi setelah ada Dana Desa dibuatlah program
prioritas perbaikan jalan Kampung Cilame dan Nangela.

P : Iya ya pak, sebagian besar warga sebagai buruh tambang emas gunung
pongkor. Lalu efek lain yang dirasakan warga tentang pembanguna jalan
tersebut apa pak?

K : Aktifitas warga bekerja mencari mata pencaharia lebih mudah, dari jalan yang
diaspal cari emas kegunung tidak ada hambatan, jadi makin giat kerjanya,
harapannya Desa Pabangbon menjadi salah satu Desa yang memproduksi
emas mentah.

P : Semakin menarik ya pak setelah lama selesai KKN sayaa belum pernah kesini
lagi. Sudah cukup pak pertanyaannya. Terima kasih banyak Pak.

5. Desa Karacak

P : Saat ini saya sedng bersama Bapak Dudi Rachmansyah, beliau adalah Kepala
Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang. Assalamualaikum pak?

K : Waalaikumsalam

P : Saya disini untuk mewawancarai bapak terkait Dana Desa. Kesulitan tidak Pak
untuk Mengolah Dana tersebut?

83
K : Kesulitan si tidak yaa, karena sebelum ada Dana Desa kan juga ada
pendapatan lain yang juga harus diolah, tapi bedanya ini hanya dari pusat
langsung.

P : Program prioritas apa si pak yang dijalannya melalui Dana Desa ini?

K : Tahun ini saya membuat peltihan, Pembinaan yang terkait dengan PAUD,
seperti gurunya, metode ajarnya terus membangun ruang kelas PAUD dan
TK juga.

P : Kenapa lebih memprioritaskan PAUD Pak?

K : Pendidikan harus sudah dikenalkan sejak kecil ya. Kami juga warga Desa
tidak mau kalah denga yang dikota, anak-anaknya juga harus sudah mengerti
huruf. Biar tidak tertinggal mulu neng hehehe.

P : Hehe Baik Pak, memang jumlah PAUD yang ada di Desa Karacak ini berapa
Pak?

K : Sebenarnya ada empat PAUD yang sudah berdiri, tapi hanya dua yang baru
diresmikan, dengan adanya pembinaan ini tujuannya juga untuk
meperkenalkan dan meresmikan PAUD lainnya.

P : Efek lain yang dirasakan warga Desa menurut bapak apa si pak? Kami
menalnya dengan sebutan Multiplier Effect.

K : Efek lain Pembinaan PAUD? PAUD kan tingkat pendidikan paling dasar, jadi
anak-anak diajarkan untuk menuntut ilmu sedini mungkin. Kalau sudah
dikenalkan sama sekolah dari kecil nanti seterusnya mudah. Penduduk yang
berpendidikan Desa juga yang dapet dampak baiknya, Desa bisa lebih maju.

P : Baik pak, Terima Kasih Jawabannya. Cukup segitu yang saya tanyakan. Sekali
lagi terima Kasih Banyak ya Pak.

84
6. Desa Barengkok

P : Wawancara selanjutnya saya lakukan kepada Bapak Abdul Tawakal, Kepala


Desa Barengkok Kecamatan Leuwiliang Bogor. Gimana Kabarnya pak?

K : Alhamdulillah sehat wal afiiat.

P : Kita mulai aja ya pak, mengenai Dana Desa, menurut Bapak efektif atau
tidak pak kebijakan pemerintah tentang Dana Desa?

K : Menurut saya si bagus ya pemerintah bikin kebijakan seperti itu, tujuannya


untuk mmeningkatkan kehidupan warga desa. Apalagi tidak bisa dipungkiri
warga desa itu tingkat perekonomiannya menengah kebawah.

P : Lalu program utama apa yang bersumber dari Dana Desa?

K : Jalan usaha tani menurut saya itu penting ya, jadi itu yang menjadi program
utama yang bersumber dari Dana Desa.

P : Mengapa jalan usaha tani pak?

K : Jalan usaha tani sudah ada di desa ini, kita hanya menormalisasi saja. Jalan
usaha tani itu dapat mempermudah aktifitas pertanian, dijual ke pasar,
pengangkutan pupuk dari pasar ke kebun. Apalagi disini banyak petani petani
manggis dan pengusah kolang – kaling yang bisa dijual sampai ke Jakarta.
Jadi menurut saya jalan usaha tani itu penting.

P : Lalu efek lain yang dirasakan warga tentang program normalisasi jalan usaha
tani apa pak?

K : Jalan usaha tani dapat memperlancar pergerakan ekonomi bidang pertanian,


saya harapkan bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi Desa.

P : Semoga pertumbuhan ekonominya meningkat ya pak. Sampai situ saja


pertanyaannya pak, terima kasih banyak jawabannya ya pak.

85
7. Desa Leuwimekar

P : Assalamualaikum, saat ini saya telah bersama Kepala Desa Leuwimekar


kecamatan Leuwiliang, Pak May Sumarno. Assalamualiakum pak, gimana
kabarnya?

K : Hehe iya alhamdulillah sehat.

P : Maaf sebelumnya nih pak, saya kesini mau nanya-nanya dikit ya pak tentang
dana desa yang jadi pemasukan desa ini. Jadi kan dana desa itu program yang
bisa dibilang baru ya pak, baru tahun 2015 kan ya diterapinnya. Menurut
bapak cukup ga si buat membiayai operasional dan program desa?

K : Program yang kita buat kan harus laksanaain, nah pelaksanaannya itu harus
ada anggarannya. Anggarannya si cukup, tapi kadang suka lama turunnya.
Jadi kan kalo ada program yang mendesak jadi agak lama.

P : Program mendesak kaya gimana maksudnya pak?

K : Yah kaya kekeringan air, kan ga bisa di prediksi tuh sekarang kapan kemarau
kapan hujan. Nah pas lagi kekeringan kita ajukan dana untuk membuat
penggalian air agar dialirkan ke warga, kita si maunya cepet ya tapi
realisasinya ga sesuai yang diharapin.

P : Ooh begitu pak. Balik lagi ya pak, dana desa itu kan setelas dicairkan terus
harus cepet dialokasikan ya pak, maksimal 4 bulan setelah didistribusikan
dari kecamatan. Itu bukannya waktu yang cepet banget ya pak? Sulit ga si?

K : Engga sulit, malah saya lebih setuju seprti ini, jadi semua permasalahan yang
ada kan cepet selesai.

P : Sebenernya masalahanya atau program desanya apa aja pak?

K : Program desanya yang deket deket aja si, warga minta apa yang tampung. Kan
sebelum ditetapkan progran satu tahunnya diadain rapat dulu kan setiap RT
warganya minta apa. Yang paling dominan saya ajukan duluan.

86
P : Yang banyak dibutuhin warga apa pak?

K : Kemarin waktu kemarau panjang warga kesulitan air, nyari airnya jauh sampe
keatas, warga minta dibikinin aliran air biar masuk rumah gitu.

P : PKK ada butuh anggaran untuk pembangunan desa gitu pak?

K : Oh ada untuk pelaksanaan PAUD, PAUD butuh dana operasional kan, salah
satu dari program desa itu untuk biaya operasional PAUD.

P : Dana Desa yang di dapat itu ada efek penggandanya ga si pak? Kaya efek lain
yang dirasakan masyarakat gitu. Kaya misalnya tadi kan warga butuh aliran
air untuk sampai rumah ya pak, terus selain untuk keperluan rumah tangga
ada lagi ga yang dirasain warga?

K : Iya ada, sebagai dari kami kan petani, aliran air itu ga cuma dialirin ke rumah
neng, dialirin ke sawah juga. Jadi padi padi ga mati karena kekeringan. Jadi
warga masih dapet penghasilan

P : Iya jadi kekeringan itu bukan musibah banget ya pak? Heheheh

K : Iya gitulah neng hahaha

P : Yaudah pak, makasih banyak ya pak

8. Desa Puraseda

P : Wawancara selanjutnya bersama Bapak Awam sebagai Kepala Desa Puraseda


Kecamatan Leuwiliang Bogor. Apa kabar pak?

K : Baik alhamdulillah.

P : Setelah pendapatan Desa di tambah yaitu Dana Desa, sudah cukup untuk
memenuhi semua kebutuhan Desa?

K : Cukup. APBDesa berimbang pendapatan maupun pengeluaran, tidak surplus


apalagi defisit.

87
P : Sulit tidak mengolahnya pak, apalagi setiap tahap hanya diberi waktu kurang
lebih 4 bulan jika ingin mencairkan tahap selanjutnya.

K : Menurut saya tidak sulit ya, karena kami tinggal mengerjakan apa yang telah
diagendakan dalam musrenbang desa. Sudah memilih program utama, dan
program program selanjutnya.

P : Lalu apa program utama Desa Puraseda ini pak?

K : Program utama Desa yaitu Pemeliharaan dan penyemiran jalan desa, jalan itu
lama kelamaan akan rusak karena dilewati terun menerus, maka dari itu
pemeliharaan jalan menjadi program utama, lebih baik dipelihara lebih
menghemat biaya dapi pada harus di perbaiki.

P : Kemudian apa manfaat lain yang dirasakan warga tentang perbaikan dan
penyemiran jalan tersebut?

K : Dana desa membuat kami termotivasi untuk menyelesaikan masalah dengan


cepat dan tepat, juga dapat mensejahterakan warga desa.

9. Desa Cibeber 1

P : Hari ini 29 Meret 2016 saya Dian Novita sedang berada di kantor Kepala Desa
Cibeber I bersama Pak Ucu Sukma selaku Kepala Desa. Apa kabar Pak?

K : Sehat sehat, alhamdulillah

P : Langsung aja ya pak, terait pendapatan desa khususnya Dana Desa. Gimana
menurut bapak cukup ga untuk biayain semua keperluan yang ada di desa?

K : Sebenarnya kan Pendapatan Desa tidak hanya dari Dana Desa, tapi ada
pendaptana pendapatan yang lain. Menurut saya si cukup. Kalo tahun ini
masalah belum terselesaikan, insya Allah tahun depan udah beres. Yang
penting pas masa jabatan saya selesai, program udah dijalanin semua.

88
P : Nah untuk Tahun ini, program prioritass apa si Pak yang sumber Dananya dari
Dana Desa?

K : program yang saya bikin lebih kepada pelatihan pelatihan, yang paling penting
si pelatihan kewirausahaan. Soalnya dari yang saya liat sekitar 68% warga
disini jadi buruh serabutan. Kalau mereka punya keahlian kan bisa dilatih.

P : Dari program prioritas itu ada Multiplier effect ga pak? Effek lain yang
dirasakan warga adanya program tersebut.

K : Saya rasa si belum ada ya, karena kan ini baru berjalan. Tapi harapannya
setelah pelatihan selesai, warga bisa berpenghasilan dari keahliannya sendiri,
terus kalo warganya sejahtera, kita juga yang senang.

P : Ya sudah itu aja si pak pertanyaannya. Terima Kasih untuk Jawabannya ya


Pak

10. Desa Cibeber II

P : Wawancara selanjutnya saya lakukan kepada Bapak Saepudin selaku Kepala


Desa Cibeber II Kecamtan Leuwiliang. Assalamualiakum Pak, Apa kabar?

K : Waalaikumsalam, baik alhamdulillah.

P : Pak, Desa mulai tahun ini mendapat pendapatan tambahan berupa Dana Desa,
bagaimana pendapatnya?

K : Alhamdulillah hehe. Pemerintah pasti punya alasan mengeluarkan kebijakan,


menurut saya alasannya untuk mensejahterakan masyarakat Desa, lalu Dana
diolah untuk meningkatkan kualitas manusia yang ada di Desa juga.

P : Apa program yang telah dilaksanakan menggunakan Dana Desa Pak?

K : Sesuai kesepakatan warga saat melakukan musrenbang, warga sepakat untuk


pembangunan drainase.

89
P : Mengapa drainase pak? Desa ini termasuk daerah banjir?

K : Tidak, tidak. Jadi Desa ini mata pencaharian terbesarnya dalam mengolah
emas, dalam pengolahan emas memerlukan banyak air, limbahnya dialiri
melalui drainase.

P : Pertumbuhan ekonomi Desa besar ya pak, karena warga banyak


berpenghasilan dari mengolah emas hehehe. Lalu bagaimana tentang efek
pengganda atau efek lain yang dirasakan warga tentang adanya drainase ini
pak?

K : Apa ya? Dulu pembangunan drainase sudah sering diusulkan warga, tapi
semenjak ada Dana Desa ini baru terealisasi. Yang penting tidak merusak
lingkungan lah limbahnya.

P : Baik pak, terma kasih banyak.

K : Sama-sama, lancar ya skripsinya.

11. Desa Karehkel

P : Hari ini, 29 Maret 2016 saya sedang berada di wilayah kecamatan leuwiliang
Bogor, tepatnya di Desa Karehlel. Tujuannya saya disini untuk
mewawancarai Pak Jendi Rain selaku kepaala desa mengenai Dana Desa.
Assalamualaikum pak?

K : Waalaikumsalam.

P : Bagaimana kabarnya bapak dan Keluarga?

K : Alhamdulillah sehat semua.

P : Ooh alhamdulillah ya pak, kita mulai aja ya pak. Terkait Dana Desa nih.
Sumber pendapatan desa kan ada banyak ya, yang saya tau itu ada 6. Nah
salah satu diantaranya itu Dana Desa. Setelah ada Dana Desa, cukup ga si pak

90
untuk membiayai semua program desa selama 1 tahun berjalah? Atau malah
kelebihan pak?

K : Yaa di cukup-cukupin, soalnya setiap hari selalu ada masalah yang di


keluhkan warga. Ya saluran air mampet lah. Semua masalah itu kan kita
tampung dulu lalu dikerjakan setelah dana turun.

P : Ooh berarti kalau dicukup-cukupi sebenarnya masih tidak cukup ya pak?

K : Hahaha pendapatan yang didapat oleh desa kan tjuannya untuk


mensejahterakatan masyarakat desa. Cukup, tapi untuk mayarakat desa masih
belum bisa lah dikatakan sejahtera.

P : Hehehe selanjutnya ni ya pak, Dana Desa itu di distribusikan dalam 3 tahap


dalam 1 tahun. Berarti kira kira 4 bulan sekali ya Dana Desa itu cair. Sulit ga
si pak untuk mengalokasikan dana sebesar itu dalam waktu yang relatif
singkat?

K : engga sulit si. Contohnya kemaren jalan di sekitar RW.13 rusak, setelah dana
itu cair saya langsung telpon ke orang yang mengerjakan perbaikan jalan,
jalan itu diaspal. Untuk pengaspalan jalan paling lama seminggu selesai lah.
Sebelum sebelumnya kan kita undah tampung keluhan masyarakat, ya tinggal
kerjain aja satu per satu.

P : Ooh begitu pak, sebenarnya apa saja si program Desa Karehkel yang
dialokasikan dari dana desa?

K : Yaa semua keluhan keluhan warga. Yang pertama dikerjakan yang dapan
dirasakan sama banyak pihak. Kaya perbaikan jalan lah gitu, terus pengaliran
air bersih, soalnya bulan bulan kemaren kita sempat kekeringan, makanya
dibuat aliran air untuk mandi, masak.

P : Jadi bisa dikatakan program prioritas atau program utama itu untuk
pembangunan fisik dulu ya pak. Kalau program pmberdayaan masyarakatnya
gimana pak?

91
K : Disini kan ada PKK, kita panggil orang dari luar buat ngajarin ibu ibu PKK
disini. Masak, bikin kue, tujuannya si hasilnya bisa dijual nanti kalau ibu ibu
udah bisa, biar jadi penghasilan.

P : Pak ada ga si efek lain yang dirasalah oleh masyarakat desa dengan adanya
Dana Desa?

K : Ada. Jalananya yang tadinya rusak udah enak sekarang, udah ga kekurangan
air buat masak, buat mandi. Jadinya kan kalo kerja, kalo sekolah enak,
semangat karena jalan yang dilaluinnya udah bagus.

P : Berarti banyak juga ya pak dampak yang dirasain. Yaudah pak segitu aja.
Makasih banyak ya pak jawabannya.

K : Hahaha iya iya kirain mau apaan nih nanya nanya kaya gini.

92
Lampiran 5

Program Desa Melalui Anggaran Dana Desa Secara Umum (Sumber


Kecamatan Leuwiliang)

1. Desa Leuwiiliang
PENDAPATAN Rp. 857.361.949
Pendapatan Asli Desa Rp. 36.980.000
Dana Desa Rp. 298.844.149
Alokasi Dana Desa Rp. 451.509.400
Bantuan Keuangan Kabupaten Rp. 50.000.000
Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Rp. 20.028.400
BELANJA Rp. 857.361.949
Penyelenggaraan Pemerintahan Rp. 447.437.800
Pelaksanaan Pembangunan
- Pembangunan Pendopo Balai Desa
- Pemeliharaan Jalan Paving
- Kerjabakti Lingkungan dan Pemeliharaan
Jalan Paving
- Pemasangan dan Perbaikan Lampu
Penerangan Jalan
- Penambahan Aset Desa dan
Penyertifikatan Kas Tanah Desa Rp.633.280.000
- Penanaman Holtikultura
- Penambahan Lokasi Polindes
- Pembangun Gapura Desa
- Pembangun Gorong-Gorong
- Pembangunan TPT Jalan RT 3
- Plesterisasi Rumah RTLH 2 Unit
- Pembangunan Pagar SDN Leuwiliang 1
- Pembangunan Sarana Sumber Air

93
Pembinaan Kemasyarakatan
- Bantuan Operasional Organisasi Pemuda
- Kegiatan Peringatan HUT RI (PHBN)
- Sosialisasi Lingkungan Bersih (4 Dusun)
- Pelatihan Kegiatan Remaja
- Sosialisasi Sadar Keamanan
- Pelatihan Wirausaha (Pembuatan Kue)
- Pelatihan Wirausaha (Pembuatan Batik)
Rp.358.000.000
- Pelatihan Wirausaha (Menjahit)
- LCD Proyektor untuk kegiatan Pelatihan
dan Pembinaan
- Sound Aktif untuk Kegiatan Pelatihan dan
Pembinaan
- Kegiataan Pembinaan Keagamaan
- Bantuan DAK Pendidikan untuk Siswa
SLTA Sederajat
Pemberdayaan Masyarakat
- Pelatihan peningkatan SDM Lembaga
Desa dan Pemerintahan Desa
- Menunjang Kegiatan Pendidikan Usaha
Dini (PAUD)
- Bantuan Operasional PKK
- Bantuan Operasional Posyandu dan Gizi
Rp. 136.670.200
- Bantuan Kepada Lansia, Jompo, dan Cacat
- Bantuan Keuangan Operasional LPMD
- Kegiatan Pembinaan Ketentraman dan
Ketertiban
- Bantuan Keuangan Operasional
Musyawarah Desa
- Honor Pengelola Keuangan Desa / PTPKD

94
- Pembangunan Wisata Tanaman Hias
- Penanaman Pohon dan Tanaman Hias
Lingkungan Balai Desa

2. Desa Purasari

No Jenis Program Kegiatan Sumber Dana


1. Peningkatan Jalan lingkungan Rabat Beton RT.04/02 APBD Kab.
2. Pembangunan Irigasi Pertanian APBD Kab.
3. Pembangunan Sumur Bor Air Bersih RT.07/RW.01 APBD Kab.
4. Pembangunan Drainase Jalan Desa RT.08/RW.02 APBD Kab.
5. Pembangunan Drainase Jalan Desa RT.10/RW.02 APBD Kab.
6. Pembangunan Drainase Jalan Desa di Jalan Makam Dana Desa
7. Pembangunan Jembatan Jalan Desa RT.05/RW.02 Dana Desa
8. Pembangunan Gorong-Gorong Jalan Desa RT.06/02 Dana Desa
9. Pembangunan Jembatan Jalan RT.08/RW.02 Dana Desa
10. Rehabilitasi Jembatan Jalan Desa RT.09/02 Dana Desa
Pembangunan Pavingisasi Halaman Mushola
11. Dana Desa
Baiturohim RT.03/2
12. Pembangunan Pintu Air dan Talud Irigasi Dana Desa
13. Pembangunan Gubug Tani Dana Desa
14. Pemeliharaan/Rehabilitasi Kantor Desa Dana Desa
15. Pinjaman Bergulir Desa Berkembang APBD Prov.
16. Simpan Pinjam Kelompok Tani (PUAP) APBD Prov.
17. Pelaksanaan Pembinaan PLKB Dana Desa
18. Peningkatan Kegiatan Agama di Luar Sekolah oleh TPQ Dana Desa
19. Kegiatan Peringatan Hari Besar Nasional PAD
20. Kegiatan Pembinaan Budaya Lokal Dana Desa
21. Kegiatan Pembinaan PAUD dan TK Dana Desa
22. Kegiatan Pembinaan Karang Taruna Dana Desa

95
3. Desa Karya Sari

No. Jenis Program Kegiatan Sumber Dana


1. Peningkatan Jalan Desa APBD Kab, DD
2. Peningkatan Jalan Alternatif Desa APBD Kab, DD
3. Pembangunan Kantor Desa APBD Kab.
4. Pembangunan Gedung Sekolah TK APBD Kab.
5. Pembangunan Talud dan Drainase APBD Kab, DD
6. Pembangunan Prasarana Air Bersih APBD Kab, DD
7. Pembangunan Drainase Jalan Antar Desa APBD Kab, DD
8. Pembangunan Drainase Jalan Desa Dana Desa
9. Pembangunan Gedung Pertanian untuk (GAPOKTAN) Dana Desa
10. Pembangunan Jembatan Jalan Tani APBD Prov,DD
APBD Kab,
11. Pembanguna dan Pemeliharaan Saliran Irigasi Sekunder APBD Prov,
Dana Desa.
12. Pengaspalan Jalan Desa APBD Kab.
13. Pembangunan Jalan Usaha Tani APBD Kab, DD
14. Pembangunan Tembok Keliling Paud Dana Desa
15. Pembangunan Talud Irigasi Sekunder APBD, DD
16. Pembangunan Talud Jalan Desa ADD, DD
17. Pengadaan Lampu Penerangan Jalan APBD Prov
18. Energi Terbarukan Kegiatan LPJ Jalur Jalan Desa APBD, DD
APBD Kab,
19. Program Peningkatan Ketahanan Pangan Desa APBD Prov,
Dana Desa
20. Pengembangan Sarana Produksi dan Alat-alat Pertanian APBD Prov

96
4. Desa Pabangbon

No Jenis Program Kegiatan Sumber Dana


Pelatihan dan Pengembangan Budidaya Ternak Domba APBD Kab,
1.
Bagi Kelompok Tani APBD Prov
Pelatihan dan Pengembangan Budidaya Ternak Sapi APBD Kab,
2.
bagi Kelompok Tani APBD Prov
3. Pelatihan Kewirausahaan Bagi Kelompok Masyarakat APBD Kab, DD
4. Penguatan Modal Usaha Bagi Kelompok Masyarakat APBD Kab, DD
5. Program Penghijauan dan Pangangan Lahan Kritis APBD Kab, DD
Pengembangan Modal Alat Usaha bagi Gapoktan atau APBD Kab,
6.
Kelompok Tani APBD Prov
APBD Kab,
Pengembangan Modal Usaha bagi Unit Usaha Kecil dan
7. APBD Prov,
Menengah
DD
8. Pengembangan Perikanan Rakyat APBD Kab, DD
9. Pengembangan Sarpas Poliklinik Kesehatan Desa APBD Kab, DD
Pembangunan Ruaang Lembaga Desa (PKK, BPD,
10. Dana Desa
LKMD)
Pembangunan Gedung BUMDes dan Gedung Senin
11. Dana Desa
Budaya
12. Pengembangan Balai Beelajar Bersama (PKBM) Dana Desa
13. Pengembangan Sarana dan Prasarana PAUD Dana Desa
14. Pengembangan Sarana dan Prasarana TK Dana Desa
15. Pengembangan Sistem Informasi Desa Berbasis TIK Dana Desa
16. Perbaikan Jalan Utama Dana Desa

5. Desa Karacak

No Jenis Program Kegiatan Sumber Dana


1. Pembangunan, Pengembangan dan Pemeliharaan Jalan APBD Kab,

97
Poros dan Jembatan Desa Dana Desa
Pembangunan, Pengembangan dan Pemeliharaan Jalan APBD Kab,
2.
Usaha Tani Dana Desa
Pembangunan, Pengembangan dan Pemeliharaan Jalan APBD Kab,
3.
antar Desa Dana Desa
Pembangunan, Pengembangan dan Pemeliharaan APBD Kab,
4.
Prasarana Air Bersih Dusun I dan II Dana Desa
Pembangunan dan pemeliharaan Jaringan saluran irigasi APBD Kab,
5.
sekunder Dana Desa
Pembangunan dan Pemeliharaan Drainase dan Talud APBD Kab,
6.
Jalan Desa Dana Desa
7. Pembangunan Gedung TK dan PKD Dana Desa
8. Pemeliharaan Gedung Paud Dana Desa
9. Pemeliharaan Gedung embung Desa Dana Desa
10. Pembangunan Balai Latihan Keterampilan Bersama Dana Desa
11. Rehabilitasi Lapangan Bola Dana Desa
12. Pelatihan Kewirausahaan bagi Kelompok Usia Produktif Dana Desa
Pengembangan Manajemen Produk bagi Kelompok
13. Dana Desa
Usaha Bersama (KUB)
Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat Dalam
APBD Kab,
14. Pengembangan Wirausaha, Peningkatan Pendapatan,
Dana Desa
Serta Perluasan Skala Ekonomi Individu Warga Desa
15. Pelatihan Budidaya Tanaman Obat Tradisional Dana Desa
16. Pengembangan Benih Lokal Dana Desa
17. Pelatihan Pembuatan Pupuk dan Pakan Organik Dana Desa
18. Pelatihan Pelohan Makanan dari Sumber Potensi Lokaal Dana Desa
Pelatihan Pengolahan Sampah Rumah Taangga Bagi
19. Dana Desa
Perempuan
20. Pelatihan Kewirausahaan Desa bagi Pemuda Dana Desa
21. Pelatihan Manajemen Usaha Tani Dana Desa

98
Pemeliharaan dan rehabilitasi Balai Poskedes dan
22. Dana Desa
Polindes
23. Pembanguna Gedung TK Dana Desa
24. Pengadaan Penunjang Alat Kesehatan untuk Polindes Dana Desa
25. Pembangunan Gedung Posyandu APBD Kab, DD
26. Revitalisasi Sumber-Sumber Mata Air Dana Desa

6. Desa Barengkok

No Jenis Program Kegiatan Sumber Dana


1. Pengelolaan dan Pembinaan PAUD dan TK Dana Desa
2. Pengelolaan Dan Pembinaan Posyandu Dana Desa
3. Pengembangan Pos Kesehatan dan Polindes Dana Desa
4. Program Upaya Kesehatan Masyarakat Dana Desa
5. Program Perbaikan Gizi Dana Desa
6. Pengembangan Lingkungan Sehat Dana Desa
7. Perbaikan Sarana Prasarana PKD Dana Desa
Program Kesehatan, Ibu, Bayi dan Anak Melalui
8. Dana Desa
Posyandu
9. Program Peningkatan Layanan Lansia Dana Desa
Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan
10. Dana Desa
Anak
11. Program Penigkatan Ketahanan Pangan APBD Kab, DD
12. Pengembangan SDM Pertanian dan Kelembagaan APBD Kab, DD
13. Pengembangan Industri Rumah Tangga Dana Desa
Pemasaran hasil Industri Rumah Tangga Berbasis
14. Dana Desa
Pertanian
Pembangunan Jalan Desa, Jalan Usaha Tani dan APBD Kab,
15.
Jembatan Dana Desa
16. Pembangunan Saluran Drainase, Gorong-gorong APBD Kab, DD

99
17. Pembangunan Talud / Brojong APBD Kab, DD
18. Penyediaan Sarana Air Bersih Berskala Desa APBD Kab, DD
19. Penyediaan Sanitasi Lingkungan APBD Kab, DD
20. Pengolaan Air Minum dan Air Limbah APBD Kab, DD
21. Pembangunan Irigasi Tersier APBD Kab, DD

7. Desa Leuwimekar

PENDAPATAN Rp. 950.559.618

Dana Desa Rp. 288.766.402

Alokasi Dana Desa Rp. 556.062.940,97

Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Rp. 32.632.801,7

Pendapatan Asli Desa Rp. 67.876.227,54

Bantuan Keuangan Desa Rp. 5.221.248,27

BELANJA Rp. 950.559.618

Penyelenggaraan Pemerintah
- Siltap dan Tunjangan Pemdes
- Tunjangan dan Operasional BPD
- Insentif RT dan RW Rp. 367.575.968
- Belanja Modal, Lelang dan PBB
- Operasional dan Pengisian Perangkat
- Pengadaan Papan Info dan Tanah Kas
Pembangunan
- Pembagunan Jalan Inspeksi Sawah
- Pembangunan Bendungan – Irigasi Rp. 422.063.598
- Pembangunan Talud Lapangan Desa
- Pembangunan Kantor Lembaga Desa

100
- Perbaikan Jalan Lingkungan di 3 RT

Pembinaan Kemasyarakatan Rp. 21.398.000


- Kamtibmas
- Keluarga Berencana
- Makanan Tambahan
- Sosialisasi Isu – Isu Keluarga
Pemberdayaan Masyarakat

- Pelatihan – Peningkatan Kapasitas


- Kegiatan TK – PAUD Terpadu Rp. 129.507.052
- PKK
- Posyandu
- Penyuluhan PHBS
Tak Terduga
- Kejadian Luar Biasa
Rp. 10.015.000
- Kegiatan Sosial, PHB, dll.
- Bantuan Sosial

8. Desa Puraseda

PENDAPATAN Rp. 719.852.861

Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Rp. 23.516.000

Dana Desa Rp. 290.547.861

Pendapatan Asli Desa Rp. 46.000.000

Alokasi Dana Desa Rp. 359.789.000

BELANJA Rp. 719.852.861

Penyelenggaraan Pemerintah Desa Rp. 161.397.000

101
Pelaksanaan Pembangunan Desa Rp. 481.119.861

- Pembangunan Jalan Rabat Beton, Drainase,


Gorong – Gorong
- Pembangunan Jalan Tallford, Drainase,
Gorong – Gorong
- Pembangunan Talud
- Pembangunan Drainase, Gorong - Gorong
- Musrenbangdesa
- Penyusunan dok RPJMDESA/RKPDESA
- Fasilitasi Penanggulangan Kemiskinan
- Pembinaan Gotong Royong
- Pelatihan Ekonomi Produktif Lokal
- Pemberdayaan Perempuan
Pembinaan Masyarakat Rp. 53.200.000

Pemberdayaan Masyarakat Rp. 24.136.000

9. Desa Cibeber I

PENDAPATAN Rp. 1.059.116.549

Pendapatan Asli Desa Rp. 59.588.355

Dana Desa Rp. 297.500.194

Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Rp. 20.703.000

Alokasi Dana Desa Rp. 676.325.000

Bantuan Propinsi Rp. 5.000.000

BELANJA Rp. 1.059.116.549

Penyelenggaraan Pemerintah Desa Rp. 475.134.355

102
Pelaksanaan Pembangunan Desa Rp. 430.519.194

- Pembangunan Jalan Makadam Dukuh RT 01


RW 02
- Pembangunan Jalan Makadam Dukuh RT 07
- Pembangunan Drainase Dukuh RT 04
- Pembangunan Drainase Dukuh RT 03 RW
05
- Penyusunan Drainase Dukuh Pengkrik RT
01 RW 02
- Pembangunan Jembatan
- Penanggulangan Kemisikinan ( Budidaya
Enthok)
- Pelatihan Membuat Kue
- Pelatihan Budidaya Jamur
Pembinaan Masyarakat Rp.114.463.000

Pemberdayaan Masyarakat Rp.39.000.000

10. Desa Cibeber II

PENDAPATAN Rp. 823.222.686

Alokasi Dana Desa Rp. 472.572.000

Dana Desa Rp. 273.451.810

Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Rp. 57.585.980

Hibah Dana Sosial Rp. 4.673.066

Bagi Hasil Surplus BKAD Rp. 14.939.830

BELANJA Rp. 832.222.686

103
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Rp. 252.136.810
- Penghasilan Tetap dan Tunjangan
- Insentif RT RW
- Operasional Perkantoran
- Operasional BPD
- Pemeliharaan Sapras Kantor Desa
- Sosialisasi dan Penyampaian SPPT PBB
- Bulan Bhakti Gotong Royong
- Inventarisasi, Pengelolaan Aset
- Desa Penyelenggaraan PKB
- Penyusunan Laporan APB Desa
- Pembangunan Kantor Desa dan Ruang
Kelembagaan Desa
- Penyusunan Profil Desa
Pelaksanaan Pembangunan Desa Rp. 353.877.000
- Pembangunan Drainase
- Pembangunan Jalan Paving
- Pembangunan Deuker
- Pembangunan Saluran Air dan Paving
- Renovasi Gedung Posyandu
PembinaanMasyarakat Rp. 21.000.000
- Limnas
- PKK
- LPSD
- Pembinaan Taman Bacaan dan Festival
Budaya
- Pembinaan Sosial Budaya Masyarakat
- Karang Taruna Desa
Pemberdayaan Masyarakat Rp. 172.142.000
- Pelatihan Limnas

104
- Pelatihan LPMD
- Pelatihan Karang Taruna
- Pelatihan TPQ
- Pelatihan PKK
- Pelatihan Kader Posyandu
- Pelatihan RT RW
- Pelatihan Kelompok Seni dan Budaya
- Pelatihan Guru Paud
Biaya Tak Terduga Rp. 14.066.476

11. Desa Karacak

No. Jenis Program Kegiatan Sumber Dana


1. Penyelesaian Pembangunan Balai Desa Alokasi Dana Desa
2. Pembangunan Toilet Lingkungan Kantor Desa Dana Desa
3. Pembangunan Rabat Beton RT.2/01 Dana Desa
4. Perbaikan Jembatan Menuju Jalan Produksi Tani Dana Desa
5. Rabat Beton Antar RT Dana Desa
6. Pemasangan Instalasi Listrik balai Desa Dana Desa
7. Penyempurnaan Gedung Polindes Dana Desa
8. Pembinaan Ketentraman dan Ketertiban Alokasi Dana Desa
9. Peningkatan Kinerja Kepala Desa dan Perangkat Dana Desa
10. Fasilitasi Pelaksanaan Musrenbang Dana Desa
11. Kegiatan Penyusunan RPJMDes Dana Desa
12. Kegiatan Peningkatan Peran TP PKK Desa Dana Desa
13. Kegiatan Peningkatan Peran Posyandu Dana Desa
Kegiatan Peningkatan Kapasitas LPP/Karang
14. Dana Desa
Taruna
15. Kegiatan Peningkatan Gapoktan Dana Desa
16. Kegiatan Peningkatan Kapasitas BPD Dana Desa

105
17. Perayaan Hari Besar Dana Desa
18. Bantuan warga Miskin Dana Desa
Fasilitasi Peningkatan Peran serta Forum Kesehatan
19. Dana Desa
Desa
Fasilitasi Peningkatan Peran Serta Lembaga
20. Dana Desa
Pendidikan Pra Sekolah (TK/RA/PAUD)
21. Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Dana Des
22. Belanja Bidang Tak Terduga Dana Desa

106
Lampiran 6

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Leuwiliang,


Kabupaten Bogor.

Tahun 2014 Tahun 2015


NO. Rata-Rata PDRB dan LPE
(Juta Rp) (Juta Rp)
1. PDRB :
Atas Dasar Harga Konstan 438.552 477.748
Atas Dasar Harga Berlaku 1.280.818 1.436.007
2. Laju Pertumbuhan EKonomi - 8,94
(LPE) %
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor

107

Anda mungkin juga menyukai