Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH ELEKTIF “WOUND CARE”

MANAGEMEN PERAWATAN LUKA KANKER

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 8

Anggi Nurlastyani S. 141.0015


Dessiari Christanti 141.0031
Lina Ayu Dika C. 141.0057
Niko Catur S. 141.0069
Sekti Linda Yunita Sari 141.0091

PROGRAM STUDI ILMU S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah elektif “Wound
Care” berjudul “Managemen Perawatan Luka Kanker” dengan tepat waktu.

Makalah elektif “Wound Care” berjudul disusun untuk melengkapi tugas pada
mata kuliah elektif “Wound Care”. Penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada Ibu Nur Muji Astuti, S.Kep., Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing mata
kuliah elektif “Wound Care” serta pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu
persatu karena banyak membantu dalam proses penulisan, penyusunan dan
diskusi.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada


makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian.

Surabaya, 10 April 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI
COVER
............................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................3
2.1 Konsep Luka Kanker.............................................................................................3
2.1.1 Definisi Kanker.......................................................................................................3
2.1.2 Etiologi....................................................................................................................3
2.1.3 Patofisiologi Kanker...............................................................................................4
2.1.4 Klasifikasi...............................................................................................................6
2.1.5 Gejala Klinis...........................................................................................................6
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik........................................................................................8
2.1.7 Penanganan.............................................................................................................9
2.1.8 Komplikasi............................................................................................................10
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan............................................................................12
2.2.1 Pengkajian............................................................................................................12
2.2.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................................13
2.2.3 Intervensi.............................................................................................................14
2.2.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan..........................................................17
BAB 3 KESIMPULAN...................................................................................................24
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................24
3.2 Saran.....................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................25
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN LUKA KANGKER
.........................................................................................................................................26

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Luka kanker merupakan luka kronik yang berhubungan dengan kanker


stadium lanjut (Tanjung, 2007). Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak
normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Kanker sering
dikenal oleh masyarakat sebagai tumor, padahal tidak semua tumor adalah kanker.
Tumor adalah segala benjolan tidak normal atau abnormal. Tumor dibagi dalam
dua golongan, yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Kanker adalah istilah umum
untuk semua jenis tumor ganas (Brunicardi, et al, 2010).

World Health Organization (WHO) 2013 menyatakan kanker menjadi


penyebab kematian nomor dua di dunia sebesar 13% setelah penyakit
kardiovaskuler. Diperkirakan tahun 2030 insidens kanker mencapai 26 juta orang
dan 17 juta diantaranya meninggal akibat kanker (Kemenkes, Mediakom, edisi 5),
2015) dalam (Anita, 2016). Di Indonesia berdasarkan data riskesdas tahun 2013
prevalensi tumor/ kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk atau sekitar
330.000 orang. Kanker merupakan penyebab kematian no 7 di Indonesia.
Penderita kanker tertinggi di Indonesia adalah kanker payudara dan kanker leher
rahim (Kemenkes, Mediakom, edisi 5). Berdasarkan Kemenkes RI tahun 2015
Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan estimasi penderita kanker
terbanyak, yaitu sekitar 61.230 orang.

Luka kanker biasanya ditandai dengan adanya penurunannya vaskularisasi


jaringan sehingga jaringan akan mengalami hipoksia dan menjadi nekrosis yang
memudahkan bakteri anaerob atau aerob berkembang dan menimbulkan bau tidak
sedap. Terjadi peningkatan permeabilitas fibrinogen / plasma yang mengakibatkan
cairan plasma akan keluar berlebihan pada luka kanker sangat mudah berdarah
dan sukar sembuh.

Berdasarkan hal tersebut maka perlu diperhatikan dalam mengkaji luka kanker
meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan dan psikososiospiritual serta
pengkajian fisik dengan tepat.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana managemen perawatan luka kanker ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan managemen perawatan luka kanker.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui konsep luka kanker
2. Mengetahui pengkajian luka kanker
3. Mengetahui diagnosa luka kanker
4. Mengetahui intervensi luka kanker
5. Mengetahui implementasi luka kanker
6. Mengetahui evaluasi luka kanker
7. Mengetahui SOP perawatan luka kanker

1.4 Manfaat Penulisan


1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui managemen perawatan luka
kanker.

2. Bagi Institusi Keperawatan


Institusi keperawatan dapat menjadi suatu sarana untuk
mengembangkan keterampilan bagi mahasiswa dalam perawatan luka
kanker.
3. Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat mengetahui perawatan luka kanker dengan baik dan
dapat segera memeriksakan dirinya kepada fasilitas kesehatan.

4. Bagi Perawat
Diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan medis kepada pasien
dengan perawatan luka kanker dengan tepat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Luka Kanker
2.1.1 Definisi Kanker
Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel
jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Kanker sering dikenal oleh
masyarakat sebagai tumor, padahal tidak semua tumor adalah kanker. Tumor
adalah segala benjolan tidak normal atau abnormal. Tumor dibagi dalam dua
golongan, yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Kanker adalah istilah umum untuk
semua jenis tumor ganas (Brunicardi, et al, 2010).

2.1.2 Etiologi
Penyebab kanker belum dapat ditentukan, tetapi terdapat beberapa faktor
risiko yang telah ditetapkan, keduanya lingkungan dan genetic. Spindle cell
sarcoma adalah sejenis kanker jaringan ikat dimana sel berbentuk spindle saat
diperiksa di bawah mikroskop. Tumor umumnya mulai di lapisan jaringan ikat
seperti di bawah kulit, antara otot, dan organ sekitarnya, dan umumnya akan mulai
sebagai benjolan kecil dengan peradangan yang tumbuh. Pada awalnya benjolan
itu akan menjadi mandiri karena tumor ada di tahap 1, dan tidak akan selalu
berkembang melampaui bentuknya yang terenkapsulasi. Namun, hal itu mungkin
mengembangkan proses kanker yang hanya bisa dideteksi melalui pemeriksaan
mikroskopis.
Faktor genetic dan lingkungan meningkatkan faktor risiko terjadinya
kanker. Salah satu yang penting adalah riwayat keluarga. Beberapa keluarga
memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita kanker tertentu bila dibandingkan
dengan keluarga lainnya. Faktor risiko lainnya seperti kelainan kromosom, faktor
lingkungan salah satu contohnya adalah merokok. Merokok dapat meningkatkan
risiko terjadinya kanker paru-paru, mulut, laring, dan kandung kemih. Faktor
risiko lainnya makanan yang lebih banyak menyebabkan kanker pada saluran
pencernaan. Bahan kimia tertentu dalam makanan diketahui dapat menyebabkan
kejadian kanker. Virus dan infeksi juga meningkatkan faktor risiko seseorang
terkena kanker (Smeltzer dan Bare, 2013).

3
4

2.1.3 Patofisiologi Kanker


Mekanisme pembentukan neoplasma atau tumor ganas disebut dengan
karsinogenesis. Karsinogenesis merupakan suatu proses multi-tahap. Proses
transformasi sel normal menjadi sel ganas melalui displasi terjadi melalui
mekanisme yang sangat rumit, tetapi secara umum mekanisme karsinogenesis ini
terjadi melalui empat tahap (Campbell, Reece, Mitchell, 2007) yaitu:

1. Tahap Inisiasi
Tahap inisiasi merupakan tahap pertama karsinogenesis yang bersifat
irreversible, dimana gen pada sel normal bertransformasi menjadi malignan. DNA
dirusak oleh zat-zat inisiator seperti radiasi dan radikal bebas dapat mengganggu
proses reparasi normal, sehingga terjadi mutasi DNA dengan kelainan pada
kromosomnya. Kerusakan DNA ini diturunkan pada anak-anak sel dan seterusnya.
Tahap inisiasi berlangsung dalam satu sampai beberapa hari.

2. Tahap Promosi
Pada proses proliferasi sel terjadi pengulangan siklus sel tanpa hambatan
dan secara continue terus mengulang. Diteruskan dengan proses metastasis
dimana penyebab utama dari kenaikan morbiditas dan mortalitas pada pasien
dengan keganasan. Dalam berlangsungnya proses ini melibatkan interaksi
kompleks, tidak hanya ditentukan oleh jenis sel kanker itu sendiri, namun matriks
ekstraseluler, membran basal, reseptor endotel serta respon kekebalan host yang
berpartisipasi. Mekanisme metastasis merupakan indikasi bahwa mekanisme
pertahanan pasien kanker gagal untuk mengatasi dan memblokir penyebaran sel
kanker. Setelah itu terjadi lagi proses neoangiogenesis.

3. Tahap angiogenesis
Tahap angiogenesis adalah proses pembentukan pembuluh darah baru
yang terjadi secara normal dan sangat penting dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan. Angiogenesis juga terlibat dalam proses penyembuhan, seperti
pembentukan jaringan baru setelah cidera. Angiogenesis juga merupakan tahap
5

yang sangat penting dalam karsiogenesis atau pertumbuhan sel kanker sehingga
terjadi perkembangan sel kanker yang tidak terkendali dan bersifat ganas.

Angiogenesis dapat berkembang menjadi sesuatu yang bersifat patologis dan


berhubungan dengan kanker, inflamasi, penyakit kulit dan penyakit mata. Kondisi
patologi angiogenesis ini diawali oleh pembentukkan pembuluh darah baru dan
penghancuran sel normal yang ada di sekitarnya. Berbeda dangan angiogenesis
fisiologis, angiogenesis patologi ini dapat berlangsung lama sampai beberapa
tahun dan biasanya berhubungan dengan beberapa gejala klinis.

4. Tahap Progresif
Pada tahap progresif gen-gen pertumbuhan yang diaktivasi oleh kerusakan
DNA mengakibatkan mitosis dipercepat dan pertumbuhan liar dari sel-sel ganas.
Terjadi aktivasi, mutasi atau hilangnya gen. Pada tahap progresi ini timbul
perubahan benigna menjadi pra-malignan dan malignan. Metastasis kanker terjadi
akibat penyebaran sel kanker utama dan terjadi pembentukan tumor di tempat
baru yang jauh dari sel kanker utama. Pada awalnya kanker primer harus memiliki
akses ke sirkulasi, baik melalui pembuluh darah maupun sistim limfatik, setelah
sel kanker mampu menembus saluran tersebut, sel kanker harus mampu bertahan
hidup dan pada akhirnya sel kanker tersebut akan menyebar ke organ dan
membentuk jaringan baru. Selanjutnya sel kanker harus bisa memulai
pertumbuhan jaringan baru dengan membentuk vaskularisasi baru untuk suplay
oksigen dan nutrisi (Brunicardi, et al, 2010).

Dalam Brunicardi, et al (2010) terdapat faktor-faktor yang dapat


meningkatkan risiko terkena kanker, yaitu bahan kimia yang terdapat pada asap
rokok dapat menyebabkan berbagai jenis kanker pada perokok dan perokok pasif
(orang bukan perokok yang tidak sengaja menghirup asap rokok orang lain) dalam
jangka waktu yang lama. Bahan kimia untuk industri serta asap yang mengandung
senyawa karbon dapat meningkatkan kemungkinan seorang pekerja industri
menderita kanker. Penyinaran yang berlebihan dari sinar ultra violet yang berasal
dari matahari dapat menimbulkan kanker kulit. Sinar radio aktif, sinar X yang
berlebihan atau sinar radiasi dapat menimbulkan kanker kulit dan leukemia.
6

Beberapa jenis virus berhubungan erat dengan perubahan sel normal


menjadi sel kanker. Jenis virus ini disebut virus penyebab kanker atau virus
onkogenik. Hormon adalah zat yang dihasilkan kelenjar tubuh yang fungsinya
adalah mengatur kegiatan alat-alat tubuh dari selaput tertentu. Pada beberapa
penelitian diketahui bahwa pemberian hormon tertentu secara berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan terjadinya beberapa jenis kanker seperti payudara,
rahim, indung telur dan prostat. Selain itu, zat atau bahan kimia yang terdapat
pada makanan tertentu juga dapat menyebabkan timbulnya kanker misalnya
makanan yang lama tersimpan dan berjamur dapat tercemar oleh aflatoxin.
Aflatoxin adalah zat yang dihasilkan jamur Aspergillus Flavus yang dapat
meningkatkan resiko terkena kanker hati.

2.1.4 Klasifikasi
Jenis-jenis kanker menurut Brunicardi, et al (2010), yaitu karsinoma,
limfoma, leukemia, sarcoma, dan glioma. Karsinoma adalah setiap kanker ganas
yang muncul dari sel-sel epitel. Limfoma adalah kanker yang dimulai di dalam
limfosit dari sistem kekebalan tubuh dan muncul sebagai tumor padat dari sel-sel
limfoid. Leukemia atau lebih dikenal sebagai kanker darah merupakan penyakit
dalam klasifikasi kanker pada darah atau sumsum tulang yang ditandai oleh
perbanyakan secara tidak normal atau transformasi maligna dari sel-sel
pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid yang umumnya terjadi
pada leukosit (sel darah putih). Sarkoma jarang terjadi tetapi tumor agresif muncul
dari subtipe jaringan primitif yang dikenal sebagai mesoderm, dan dengan
demikian dapat mempengaruhi berbagai jaringan dan organ dalam tubuh di
berbagai kelompok usia, dari anak kecil hingga orang tua. Glioma adalah jenis
tumor yang dimulai di otak atau tulang belakang, hal ini disebut glioma karena
muncul dari sel glial.

2.1.5 Gejala Klinis


Gejala kanker secara umum yaitu nyeri yang dapat terjadi akibat tumor
yang meluas menekan syaraf dan pembuluh darah disekitarnya, reaksi kekebalan
dan peradangan terhadap kanker yang sedang tumbuh, dan nyeri juga disebabkan
karena ketakutan atau kecemasan. Pendarahan atau pengeluaran cairan yang tidak
wajar, misalnya ludah, batuk atau muntah yang berdarah, mimisan yang terus
7

menerus, cairan puting susu yang mengandung darah, cairan liang senggama yang
berdarah (diantara menstruasi/menopause), darah dalam tinja, darah dalam air
kemih. Selain gejala umum, gejala khusus juga biasanya dapat dilihat sesuai
dengan organ yang terkena kanker, seperti pada kanker otak gejala yang muncul
adalah sakit kepala pada pagi hari dan berkurang pada tengah hari, epilepsi,
lemah, mati rasa pada lengan dan kaki, kesulitan berjalan, mengantuk, perubahan
tidak normal pada penglihatan, perubahan pada kepribadian, perubahan pada
ingatan, sulit bicara. Hal ini diakibatkan sel kanker menyerang saraf di otak
(Brunicardi, et al, 2010).
Gejala yang muncul pada kanker mulut yaitu terdapat sariawan pada
mulut, lidah dan gusi yang tidak kunjung sembuh. Pada kanker saluran
pernapasan gejala yang terjadi biasanya batuk terus menerus, suara serak atau
parau, dahak bercampur darah, rasa sakit di dada. Pada kanker payudara gejala
yang muncul biasnya terdapat benjolan, penebalan kulit (tickening), perubahan
bentuk, gatal- gatal, kemerahan, rasa sakit yang tidak berhubungan dengan
menyusui atau menstruasi. Pada kanker saluran pencernaan biasanya terdapat
darah pada feses yang ditandai dengan warna merah terang atau hitam, nyeri
perut, benjolan pada perut, rasa sakit setelah makan, penurunan berat badan, serta
adanya perubahan pola buang air besar (diare atau sulit buang air besar). Pada
kanker saluran reproduksi wanita biasanya akan terjadi perdarahan yang banyak
saat periode menstruasi, pengeluaran darah saat mens tidak seperti biasanya dan
rasa sakit yang luar biasa. Kanker pada saluran reproduksi juga dapat
menyebabkan infertile (kemandulan). Pada kanker saluran perkemihan kandung
kemih atau ginjal gejala yang muncul biasanya terdapat darah pada urin, rasa sakit
atau perih pada saat buang air kecil, keseringan atau kesulitan buang air kecil,
sakit pada kandung kemih, nyeri pada pinggang. Pada kanker testis biasanya
terdapat benjolan pada testis, ukuran penampungan pada testis yang membesar
dan menebal secara mendadak, nyeri pada perut bagian bawah. Pada leukemia
gejala yang terjadi adalah pucat, kelelahan kronis, penurunan berat badan, sering
terkena infeksi, mudah terluka, rasa sakit pada tulang dan persendian, mimisan.
Gejala pada kanker kulit biasanya terdapat benjolan pada kulit yang menyerupai
kutil (mengeras seperti tanduk), infeksi yang tidak sembuh-sembuh, bintik-bintik
8

berubah warna dan ukuran, rasa sakit pada daerah tertentu, perubahan warna kulit
berupa bercak-bercak (Brunicardi, et al, 2010).

2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik


Terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosis kanker, yaitu dengan penanda tumor, patologi anatomi,
USG, mammografi, pemeriksaan imaging (Smith, Cokkinides, & Brawley, 2009).
Penanda tumor umumnya diperiksa dari darah. Kegunaan dari penanda tumor
adalah untuk skrining kanker. Penanda tumor yang biasanya diperiksa adalah
Alpha fetoprotein (AFP) adalah glikoprotein yang dihasilkan oleh kantung telur
yang akan menjadi sel hati pada janin. Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah
protein yang dihasilkan oleh epitel saluran cerna janin yang juga dapat diekstraksi
dari tumor saluran cerna orang dewasa. Cancer antigen 72-4 atau dikenal dengan
Ca 72-4 adalah mucine-like, tumor associated glycoprotein TAG 72 di dalam
serum. Cancer antigen 19-9 (Ca 19-9) adalah antigen kanker yang dideteksi untuk
membantu menegakkan diagnosis, keganasan pankreas, saluran hepatobiliar,
lambung dan usus besar. Cancer antigen 12-5 (Ca 125) digunakan untuk indikator
kanker ovarium epitel non-mucinous. Human chorionic gonadotropin (HCG)
meningkat pada keganasan seperti mola hidatidosa, korioepitelioma,
koriokarsinoma testis. Cancer antigen 15-3 (Ca 15-3) digunakan untuk
mengidentifikasi kanker payudara dan monitoring hasil pengobatan. Prostat
Spesific Antigen (PSA) digunakan untuk diagnosis kanker prostat. Neuron
Specific Enolase (NSE) digunakan untuk menilai hasil pengobatan dan perjalanan
penyakit keganasan small cell bronchial carcinoma, neuroblastoma, dan
seminoma. Squamous cell carcinoma (SCC) antigen diperoleh dari jaringan
karsinoma sel skuamosa dari serviks uteri. Umumnya SCC meningkat pada
keganasan sel squamosa seperti faring, laring, palatum, lidah dan leher. Cyfra 21-
1 digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis kelainan paru yang jinak
seperti pneumonia, sarcoidosis, TBC, bronchitis kronik, asma, dan emfisema.
Patologi anatomi adalah pemeriksaan morfologi tumor baik secara makro
maupun mikro. Bahan yang digunakan dapat diperoleh dari biopsi. Ada beberapa
cara biopsi, diantaranya biopsi insisi, eksisi, truncut, aspirasi, ataupun endoskop.
Setelah bahan didapatkan, diproses melalui beberapa cara agar dapat terpotong
9

halus, diantaranya: sediaan beku, paraffine block, plastic coupe, dan dilakukan
pengecatan sesuai tujuan pemeriksaan. USG adalah singkatan dari
Ultrasonography yang artinya adalah alat yang prinsip dasarnya menggunakan
gelombang suara frekuensi tinggi. Penggunaan USG salah satunya dalam
mendiagnosis kanker adalah dalam melakukan pemeriksaan penunjang pada
tumor testis. Pemeriksaan ultrasonografi pada umumnya dilakukan dengan
menggunakan suatu transduser frekuensi tinggi yang linier.
Mammografi adalah pemeriksaan payudara menggunakan sinar X yang
dapat memperlihatkan kelainan pada payudara dalam bentuk terkecil yaitu
mikrokalsifikasi. Dengan mammografi, kanker payudara dapat dideteksi dengan
akurasi sampai 90%. Pemeriksaan imaging yang diperlukan untuk membantu
menegakkan diagnosis tumor ganas (radiodiagnosis) terdapat banyak jenis mulai
dari yang konvensional hingga yang canggih. Selain untuk membantu
menegakkan diagnosis, pemeriksaan imaging juga berperan dalam menentukan
staging dari tumor ganas.
2.1.7 Penanganan
Penanganan kanker tidak cukup dengan mengandalkan satu modalitas
terapi. Terapi kanker memerlukan multimodalitas terapi yang dapat dilakukan
secara bersama-sama atau tidak bersama-sama. Masing-masing modalitas terapi
memiliki kelebihan dan kekurangan. Bila digunakan bersama maka apa yang
kurang dari terapi yang satu akan didapatkan dari terapi lainnya. Demikian juga
dalam hal efektivitas dan toxisitas terapi akan dapat dikendalikan dengan
melakukan terapi tersebut. Alasan penting lainnya adalah karena sel-sel kanker
adalah sel-sel dengan populasi yang heterogen. Masing masing sel kanker
memiliki kepekaan terhadap terapi masing-masing (Brunicardi, et al, 2010).
Berikut ini adalah beberapa terapi yang digunakan pada pasien kanker, yaitu
pembedahan, radioterapi, kemoterapi, terapi hormonal, dan biological theraphy.
Pembedahan dapat dikatakan sebagai terapi utama dalam penanganan
kanker solid. Pada semua level kanker (T,N,M) dapat dilakukan tindakan
pembedahan. Pembedahan memiliki tujuan kuratif atau paliatif. Namun, tidak
semua keadaan kanker dapat dilakukan tindakan pembedahan. Pembedahan
sendiri juga memiliki kelemahan yaitu rekurensi tumor karena tidak semua tepi
dapat dieksisi dengan benar. Oleh sebab itu, pembedahan sendiri harus diikuti
10

dengan modalitas terapi lainnya, khususnya pada kanker yang diperkirakan telah
mengalami metastase. Pemberian radioterapi dapat ditujukan sebagai bagian dari
terapi primer atau menjadi bagian dari terapi tambahan terhadap pembedahan atau
kemoterapi. Tidak semua kanker sensitif terhadap radioterapi. Radioterapi
digunakan dalam dosis yang terbatas dan tempat yang terbatas. Radioterapi pada
seluruh bagian tubuh tidak dapat dilakukan. Kemoterapi menggunakan obat-obat
antikanker yang bersifat cytotoxic. Kemoterapi diberikan pada tumor-tumor yang
sensitif terhadap kemoterapi. Pemberian kemoterapi dapat dilakukan sebelum atau
sesudah terapi pembedahan. Pemberian obat ini harus melalui infus dan masuk
RS. Kemoterapi memiliki respon yang cepat dan dalam waktu yang singkat dapat
dilihat responnya. Efek samping dari kemoterapi biasanya akan menyebabkan
pasien mual hebat, pusing, kerontokan pada rambut, dan lain-lain. Pemberian
terapi hormonal ditujukan pada kanker-kanker yang tumbuh oleh karena
rangsangan hormonal. Pemberian obat ini dapat efektif bila tumor tersebut
memiliki reseptor hormonal yang baik. Penggunaan terapi ini cukup baik pada
kanker payudara dengan cara memblok atau menurunkan produksi hormon
estrogen dan progesteron. Terapi hormonal bekerja pada sel kanker dengan respon
terapi yang cukup lama, berbeda dengan pemberian kemoterapi. Terakhir adalah
Biological Therapy, yaitu terapi kanker melalui manipulasi faktor mekanisme
pertahanan tubuh secara natural yang berefek sebagai antitumor. Biological
therapy merangsang, menggunakan atau memodifikasi sistem imun tubuh untuk
mengenali dan menghancurkan sel kanker secara efektif. Terapi ini penting untuk
pengobatan kanker, bersama-sama dengan pembedahan, radioterapi, maupun
kemoterapi. Terapi jenis ini masih dalam proses pengembangan dengan harga
yang cukup mahal (Schwartz, Seymour, 2000).
2.1.8 Komplikasi
a. Cardiac Tamponade.
Komplikasi jantung yang ini terjadi ketikaada cairan yang menumpuk di
dalam struktur berbentuk seperti kantung, misalnya kantung yang
mengelilingi jantung. Cairan ini membuat tekanan pada jantung dan
mengganggu kemampuannya untuk memompa darah.

b. Pleural Effusion.
11

Terjadi karena penumpukan cairan dalam struktur kantung di sekitar paru-


paru, yang menyebabkan nafas menjadi pendek.
c. Superior Vena Cava Syndrome.
Terjadi ketika sebagian kanker atau seluruhnya menyumbat pembuluh
(pembuluh cava superior) yang mengeringkan darah dari bagian atas
pembuluh cava superior sehingga menyebabkan pembuluh di bagian atas
dada dan leher menjadi bengkak, Wajah, leher dan bagian atas dada bisa
menjadi bengkak karenanya.
d. Spinal Cord Compression.
Terjadi ketika kanker menekan tulang belakang atau saraf tulang belakang,
menyebabkan rasa sakit dan kehilangan fungsi seperti berkemih.
e. Brain Dysfunction.
Terjadi ketika fungsi otak tidak berjalan normal karena kanker yang
berkembang di dalamnya, baik jika itu kanker otak primer atau lainnya.
Gejala yang muncul pada kasus seperti ini bisa beragam, seperti pusing,
mengantuk, sakit kepala, penglihatan tidak normal, perasaan tidak nyaman
yang tidak jelas, lemah, mual, muntah, dan kejang.
f. Pendarahan.
Ketika kanker berkembang ke dalam dan mengikis pembuluh darah di
sekitarnya, maka pembuluh darah itu menjadi rentan untuk terluka, meradang,
atau sobek. Pendarahan bisa terjadi pada daerah yang mengandung banyak
pembuluh darah besar, seperti leher dan dada. Kanker bisa berdarah karena
selnya tidak menempel dengan baik dan pembuluh darahnya rapuh.
Pendarahan ini bisa ringan maupun berat. Awalnya hanya bisa dideteksi
dengan tes. Seperti pada kasus kanker usus tahap pertama. Pada kanker tahap
lanjut, pendarahan bisa sangat parah sehingga mengancam nyawa.
g. Nyeri.
Biasanya kanker tidak menyakitkan. Gejala awalnya seringkali penderita
merasa tidak nyaman. Namun kemudian rasa nyeri menjadi tidak tertahankan.
Tetapi tidak semua jenis kanker menyebabkan rasa nyeri yang hebat.

h. Kehilangan Berat badan dan Rasa Lelah.


Umumnya, penderita kanker akan kehilangan berat badannya dan merasakan
perasaan selalu lelah yang akan semakin buruk seiring dengan
berkembangnya kanker. Apalagi jika sampai terjadi anemia.
i. Pembengkakan Kelenjar Getah Bening.
12

Ketika kanker mulai terbentuk, organ pertama yang langsung memberikan


reaksi adalah kelenjar getah bening. Biasanya kelenjar getah bening akan
membengkak, tidak terasa sakit, tapi kelenjar ini menjadi keras seperti karet.
Depresi. Kenyataan bahwa kanker merupakan penyakit yang relatif sangat
sulit disembuhkan, maka penderitanya menjadi sangat mudah terserang
depresi. Depresi ini biasanya berkait dengan rasa sakit dan terutama ketakutan
pada kematian.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar atau langkah awal dari proses keperawatan.
Pada tahap ini, perawat mengumpulkan data atau informasi tentang pasien untuk
menganalisa masalah keperawatan. Manfaat pengkajian adalah untuk membantu
mengidentifikasi status kesehatan, pola pertahanan pasien, kekuatan, dan
kebutuhan pasien (Wilkinson, 2007). Dalam Asmadi 2008, ada tiga metode utama
yang dapat digunakan dalam pengumpulan data, yaitu:

1. Wawancara

Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data secara langsung


antara perawat dengan pasien. Data wawancara merupakan semua ungkapan
pasien, tenaga kesehatan, keluarga, teman, dan orang terdekat pasien yang
mungkin terlibat. Kemampuan utama yang harus dimiliki perawat selama
melakukan wawancara adalah komunikasi yang baik dan hubungan saling percaya
dengan pasien.

2. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan


menggunakan panca indera. Hal penting dalam melakukan observasi adalah
13

mempertahankan objektivitas penilaian. Seluruh data hasil observasi harus dicatat


dengan lengkap.

3. Pemeriksaan

a. Pemeriksaan adalah proses inspeksi tubuh dan sistem tubuh guna


menentukan ada atau tidaknya penyakit yang didasari oleh hasil pemeriksaan
fisik dan laboratorium. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan empat
metode, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Tahap terakhir dari
pengkajian adalah proses analisa data yang merupakan suatu proses
interpretasi data dan dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan.

b. Pola Gordon adalah pengkajian dengan 11 pola fungsional yang bertujuan


untuk mengkaji respon manusia dalam aspek biologis, psikologis, sosial dan
spiritual baik berupa respon fungsional maupun disfungsional. Respon manusia
yang dikaji bukan hanya masalah aktual dan risiko tetapi juga masalah
wellness (promosi kesehatan), dan sindrom yang dialami individu, keluarga
maupun masyarakat. Pengkajian ini bisa dilakukan untuk melihat respon
terhadap berbagai penyakit baik akut maupun kronik. Setiap satu pola dalam
pengkajian Gordon akan memunculkan satu atau lebih diagnosis keperawatan.
Pengkajian 11 pola fungsional Gordon merupakan pengkajian yang digunakan
dalam asuhan keperawatan menggunakan NANDA, NOC, NIC. Berikut adalah
tabel diagnosis keperawatan sesuai hasil pengkajian dengan pola Gordon
(NANDA 2012-2014):

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko infeksi
2. Resiko pendarahan
3. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera (fisik)
14

2.2.3 Intervensi
Diagnosa Perencanaan
Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1. Resiko Infeksi Setelah dilakukan 1. Monitor tanda
tindakan dan gejala infeksi
keperawatan 3x24 sistemik dan lokal
jam klien tidak
mengalami infeksi. 2. Monitor
Luka tidak berbau kerentanan
dan tidak terdapat terhadap infeksi
purulen. 3. Pertahankan
Kriteria Hasil : teknik aseptik
Klien bebas dari untuk setiap
tanda dan gejala tindakan
infeksi (merah, 4. Inspeksi kulit
panas, bengkak). dan membrane
Jumlah leukosit mukosa terhadap
dalam batas kemerahan, panas,
normal (5000- drainase
10000). Klien
menunjukkan 5. Inspeksi
kemampuan untuk keadan luka dan
mencegah sekitarnya
timbulnya infeksi. 6. Dorong klien
untuk
meningkatkan
mobilitas dan
latihan
7. Ajarkan
keluarga / klien
tentang tanda dan
gejala infeksi dan
melaporkan
kecurigaan infeksi
8. Kolaborasi
dalam pemberian
antibiotik sesuai
program.
1. Pantau tanda
dan gejala
Setelah dilakukan perdarahan pada
tindakan luka
keperawatan 3x24
15

Diagnosa Perencanaan
Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
jam, perawat akan 2. Pantau nilai
mengurangi hasil laboratorium
2. Resiko komplikasi (hemoglobin,
Pendarahan perdarahan. hematokrit)
Kriteria Hasil : 3. Lakukan
Perdarahan tidak perawatan luka
terjadi, nilai secara hati-hati
Hemoglobin >10 dengan menekan
gr/dl daerah luka
menggunakan
kasa steril dan
tutuplah dengan
teknik aseptik
basahkering atau
sesuai dengan
indikasi
4. Pantau keadaan
umum secara
klinis
5. Kolaborasi
untuk transfusi
bila terjadi
perdarahan (Hb
<10 gr/dl)

1. Kaji nyeri
secara
Setelah dilakukan komprehensif
tindakan termasuk lokasi,
keperawatan 3x24 karakteristik,duras
jam tingkat i, frekuensi,
16

Diagnosa Perencanaan
Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
kenyamanan klien kualitas dan faktor
meningkat, nyeri presifitasi.
3. Nyeri akut terkontrol.
2. Observasi
Kriteria hasil : reaksi nonverbal
Klien mengatakan dari
skala nyeri ketidaknyamanan
berkurang 2-3,
ekspresi wajah 3. Gunakan
tenang dan dapat teknik komunikasi
istirahat, tanda- terapeutik untuk
tanda vital dalam mengetahui
batas normal pengalaman nyeri
( TD : 120/80 sebelumnya
mmHg, Nadi : 60- 4. Berikan
100 x/menit, lingkungan yang
Pernafasan 16-20 tenang
x/menit).
5. Ajarkan teknik
non farmakologis
(relaksasi,
distraksi) untuk
mengatasi nyeri
6. Kolaborasi
dalam pemberian
analgetik untuk
mengurangi nyeri.

2.2.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


No. Waktu Tindakan TT Waktu Catatan TT
Dx Perkembangan
(Tgl WAT (Tgl WAT
& Jam) &
Jam)
17

1. 9 April 1. Mengkaji tanda 9 April S : Klien


2018 dan gejala 2018 mengatakan suhu
infeksi yang ada tubuhnya naik turun
pada klien Klien mengatakan
balutan luka diganti
2. Mempertahanka dua hari sekali
n teknik aseptik
untuk setiap O : Suhu 38,6 ˚C,
tindakan terdapat luka pada
payudara kanan
3. Melihat keadaan (diameter ±15cm,
luka dan berwarna kuning
sekitarnya kemerahan), tertutup
4. Memotivasi dan dengan kassa,
melatih klien berbau mendapat
untuk terapi metronidazole
meningkatkan dan
mobilitas dan nebacetine,mendapat
latihan terapi antibiotik oral
Cefixime 2x100gr
5. Memberi penkes A:Tanda – tanda
kepada klien dan infeksi terjadi
keluarga tentang masalah belum
tanda dan gejala teratasi
infeksi.
P: Melakukan
6. Kolaborasi kompres hangat bila
dalam pemberian suhu >37,5 ˚C
antibiotic sesuai Kolaborasi dengan
program dokter dalam
pemberian antibiotik
dan antipiretik
Lakukan perawatan
luka sesuai dengan
program dengan
teknik aseptik.
10 1. Melakukan 10 S : Klien
April kompres hangat April mengatakan suhu
2018 bila suhu 2018 tubuhnya sudah
>37,5 ˚C. turun
2. Kolaborasi
dengan dokter O: Suhu
dalam pemberian 37,0˚C,terdapat luka
antibiotik dan pada payudara
antipiretik kanan (diameter
±15cm, berwarna
3. Melakukan kuning kemerahan),
perawatan luka mendapat terapi
sesuai dengan metronidazole dan
18

program dan nebacetine,


teknik aseptic mendapat terapi
antibiotik oral
Cefixime 2x100gr
A: Tanda – tanda
infeksi terjadi
masalah belum
teratasi
P: Melakukan
kompres hangat bila
suhu >37,5 ˚C
Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian antibiotik
dan antipiretik.
Lakukan perawatan
luka sesuai dengan
program dengan
teknik aseptik.
11 April 1. Kolaborasi 11 S: Klien mengatakan
2018 dengan dokter April suhu tubuhnya
dalam pemberian 2018 sudah tidak demam
antibiotik dan lagi
antipiretik.
O: Suhu
2. Melakukan 37,0˚C,terdapat luka
perawatan luka pada payudara
sesuai dengan kanan (diameter
program dengan ±15cm, berwarna
teknik aseptic kuning kemerahan),
mendapat terapi
3. Memotivasi metronidazole dan
dan melatih klien nebacetine,
untuk mendapat terapi
meningkatkan antibiotik oral
mobilitas dan Cefixime 2x100gr
latihan
A: Tanda – tanda
infeksi terjadi
masalah belum
teratasi
P: Melakukan
kompres hangat bila
suhu >37,5 ˚C
Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian antibiotik
19

dan antipiretik.
2. 9 April 1. Memantau 9 April S : Klien
2018 tanda dan gejala 2018 mengatakan luka
perdarahan pada berdarah pada saat
luka dibuka balutan.
2. Memantau O : Hb 5,4 g/dl,
hasil laboratorium Hematokrit 18%,
( hemoglobin, konjungtiva anemis,
hematokrit) tampak adanya
perdarahan pada
3. Melakukan luka payudara ±1 cc
perawatan luka berwarna merah
dengan hati-hati segar.
dengan memberi
kompres NaCl A : Tanda-tanda
dingin, dengan perdarahan masih
teknik aseptic terjadi, masalah
belum teratasi
4. Memberikan
penjelasan kepada P : Menganjurkan
pasien dan klien untuk
keluarga untuk observasi tanda-
melaporkan jika tanda perdarahan
ada tanda Menganjurkan klien
perdarahan untuk mendep luka
Kolaborasi dalam
5. Kolaborasi pemberian tranfusi
untuk pemberian PRC 2x250cc
transfusi bila nilai
Hb <10 gr/dl
10 1. Menganjurkan 10 S : Klien
April klien untuk April mengatakan lukanya
2018 observasi tanda- 2018 masih berdarah
tanda perdarahan tetapi sudah minimal
O : Hb 11,4 g/dl,
2. Menganjurkan Hematokrit 36%,
klien untuk konjungtiva anemis,
mendep luka tampak adanya
3. Kolaborasi perdarahan pada
dalam pemberian luka payudara ±1 cc
tranfusi PRC berwarna merah
2x250cc (bila segar.
diperlukan) A : Tanda-tanda
perdarahan masih
terjadi, masalah
belum teratasi
20

P : Menganjurkan
klien untuk
observasi tanda-
tanda perdarahan
Menganjurkan klien
untuk mendep luka
Memberikan
penjelasan kepada
pasien dan keluarga
untuk melaporkan
jika ada tanda
perdarahan
11 April 1. Menganjurkan 11 S : Klien
2018 klien untuk April mengatakan lukanya
observasi tanda- 2018 masih berdarah
tanda perdarahan
O : Konjungtiva
2. Menganjurkan anemis, tampak
klien untuk adanya perdarahan
mendep luka pada luka payudara
±0,5 cc berwarna
3. Memberikan merah campur
penjelasan kepada dengan cairan.
pasien dan
keluarga untuk A : Tanda-tanda
melaporkan jika perdarahan masih
ada tanda terjadi, masalah
perdarahan belum teratasi
P : Menganjurkan
klien untuk
observasi tandatanda
perdarahan
Menganjurkan klien
untuk mendep luka
3. 9 April 1. Mengkaji nyeri 9 April S : Klien
2018 secara 2018 mengatakan nyeri
komprehensif menjalar hingga
termasuk kepunggung bagian
karakteristik, belakang.
durasi, frekuensi
dan skala. O : Wajah tampak
meringis, klien
2. Mengobservasi tampak berhati-hati,
reaksi nonverbal klien mencari posisi
dari nyaman, skala nyeri
ketidaknyamanan 6, TD 120/80
mmHg, Nadi
3. Memberikan 82x/menit, respirasi
21

lingkungan yang 22x/ menit.


tenang.
A : Tanda-tanda
4. Memonitor nyeri masih terjadi,
klien tentang masalah belum
manajemen nyeri teratasi
5. Kolaborasi P : Memberi
dalam pemberian lingkungan yang
analgetik untuk tenang dan nyaman
mengurangi nyeri. Kolaborasi terapi
pemberian analgetik
Mengajarkan teknik
nafas dalam.
10 1. Memberi 10 S : Klien
April lingkungan yang April mengatakan masih
2018 tenang dan 2018 merasa tetapi sudah
nyaman berkurang.
2. Kolaborasi O : Wajah tampak
terapi pemberian meringis, klien
analgetik tampak berhati-hati,
klien mencari posisi
3. Mengajarkan nyaman, skala nyeri
teknik nafas 4 TD 110/70 mmHg,
dalam Nadi 84x/menit,
respirasi 22x/ menit.
A : Tanda-tanda
nyeri masih terjadi,
masalah belum
teratasi
P :Memberi
lingkungan yang
tenang dan nyaman
Kolaborasi terapi
pemberian analgetik
Ajarkan teknik nafas
dalam
11 April 1. Memberi 11 S : Klien
2018 lingkungan yang April mengatakan masih
tenang dan 2018 merasa tetapi sudah
nyaman berkurang dengan
menggunakan teknik
2. Kolaborasi napas dalam.
terapi pemberian
analgetik O : Wajah tampak
meringis, klien
3. Mengajarkan tampak berhati-hati,
22

teknik nafas klien mencari posisi


dalam nyaman, skala nyeri
3, TD 100/70
mmHg, Nadi
84x/menit, respirasi
20x/ menit.
A : Tanda-tanda
nyeri masih terjadi,
masalah belum
teratasi
P :Memberi
lingkungan yang
tenang dan nyaman
Kolaborasi terapi
pemberian analgetik
Motivasi klien
dalam melakukan
teknik nafas dalam.
BAB 3
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Kejadian luka kanker belum dapat digambarkan secara jelas, dan sebagian
besar pasien datang pada kondisi luka yang sudah membesar dimana hal ini
berhubungan erat dengan stadium kanker yang lanjut. Diperlukan upaya untuk
deteksi dini kanker,sehingga limbah yang dihasilkan dari buangan luka kanker
tidak terlalu banyak. Dikarenakan luka kanker sukar sembuh dibutuhkan petugas
kesehatan yang kompeten dalam pemilihan balutan yang tepat.

3.2 Saran
Diharapkan dalam perawatan luka kanker perawat dapat mengembangkan
keterampilan klinisnya dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya
perawatan luka kanker. Pihak manajemen di Rumah Sakit diharapkan juga
memfasilitasi pelaksanaan asuhan keperawatan dengan sarana dan prasarana yang
memadai dan terus mendukung keterampilan perawatan dengan meningkatkan
aktivitas pelatihan, dan kegiatan – kegiatan ilmiah lainnya yang dapat di ikuti
perawatan secara berjenjang dan berkesinambungan.

24
25

DAFTAR PUSTAKA

Anita. 2016.Perawatan Paliatif dan Hidup Penderita Kanker. Jurnal Kesehatan


Volume VII No. 3 Hal 508-513

Barbul A. dan Efron D.T. 2010. Wound Healing. In: F. Charles Brunicardi, Dana
K., Andersen, Timothy R., Billiar, David L., et al., eds. Schwartz’s
Principles of Surgery. 9th ed. New York: McGraw-Hill Book Companies

Campbell, N.A, J.B. Reece and L.G. Mitchell. 2003. Biologi. Alih Bahasa : L.
Rahayu, E.I.M Adil, N Anita, Andri, W.F Wibowo, W. Manalu. Penerbit
Erlangga. Jakarta

Kemenkes RI. 2015. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI:
Situasi Penyakit Kanker. (online),
(http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin
-kanker.pdf, diakses tanggal 10 April 2018)

Seymour I, Schwartz. 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G.B. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC

Smith, R.A, Cokkinides, V, & Brawley, O.W. 2009. Cancer Screening in the
United States, 2009: a Review of Current American Cancer Society
Guidelines and Issues in Cancer Screening. (online),
(https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19147867, diakses tanggal 10
April 2018)
Tanjung, Dudut. 2007. Perawatan Luka Kanker. Jurnal Keperawatan Volume 2 No
2
26

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN LUKA


KANGKER

No. Tahap Komunikasi Prosedur Dilakukan


Ya Tidak
1. Tahap Prainteraksi 1. Persiapan Perawat
a. Managemen emosi
b. Managemen penampilan
2. Persiapan Pasien
3. Persiapan alat
Pengkajian :
a. Penggaris untuk mengukur luka
b. Kamera : foto luka
c. Alat kultur
Cleansing :
a. Sarung tangan bersih 1
b. Perlak 1
c. Bengkok 1
d. Normal salin secukupnya
e. hydrogen peroksida secukupnya
Debridement :
a. instrument bak steril 1 : tepat alat steril
b. gunting jaringan steril 1
c. pinset anatomi steril 1
d. pinset sirusi steril 1
Dressing :
a. Sarung tangan steril 1
b. pelembab hidrofilik secukupnya
c. salep yang mengandung vit A &
d. hidrogel secukupnya
e. hidrokoloid secukupnya
f. calcium alginate secukupnya
g. metronidazol powder secukupnya
27

h. nystatin powder secukupnya o. balutan


hidrofiber atau hidroselulosa secukupnya
i. kasa steril secukupnya q. hipafik atau
transparan film secukupnya
j. gunting verban 1
k. tempat sampah 1
2. Tahap Orientasi 1. Mengucapkan salam terapiutik
2. Memperkenalkan diri bila bertemu pasien
pertama kali
3. Menjelaskan pada pasien dan keluarga
tentang prosedur dan tujuan tindakan yang
akan dilaksanakan. (Penjelasan yang
disampaikan dimengerti klien/keluarganya &
Selama komunikasi digunakan bahasa yang
jelas, sistematis serta tidak mengancam)
4. Menanyakan persetujuan ex: apakah ibu
berkenan kami lakukan rawat luka?
5. Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya
untuk klarifikasi (Privacy pasien selama
komunikasi dihargai & memperlihatkan
kesabaran , penuh empati, sopan, dan
perhatian serta respek selama berkomunikasi
dan melakukan tindakan)
6. Membuat kontrak (waktu, tempat dan
tindakan yang akan dilakukan)
3. Tahap kerja 1. Cuci tangan
2. Menjelaskan prosedur
3. Mendekatkan alat-alat kedekat pasien
4. Pasang sarung tangan bersih.
Pengkajian Luka
5. Pengkajian perawatan luka radiasi
a. Kaji integritas kulit
b. Kaji area yang diradiasi
28

c. Kaji jenis terapi radiasi yang akan


dijalani d. Kaji ada tidaknya riwayat
penyakit penyerta mis. DM
e. Kaji jenis terapi, apakah ada kombinasi
khemoterapi
f. Kaji status nutrisi
g. Kaji usia
h. Kaji adanya infeksi
i. Apakah daerah luka masuk dalam area
radiasi
j. Jika ada luka, maka kaji luka menurut
bates jansen assessment tool.
k. Luka dikaji dengan seksama sesuai
dengan cara mengkaji luka, jangan lupa
mendokumentasikan dengan tepat hal-hal
yang harus ditulis dan diambil gambar
luka. Jika harus dilakukan pengambilan
kultur, sesuaikan dengan prosedur cara
pengambilan kultur.
6. Stadium Luka Radioterapi I & II
:Inflamasi, oedem ringan & deskuamasi
kering.
a. Berikan pelembab hidrofilik nonparfum
yang tidak mengandung logam
b. Hindari menggunakan lotion yang dapat
meningkatkan iritasi kulit selama radiasi
c. Kolaborasi untuk pemberian topical
penangkal radiasi
7. Stadium luka radiasi III :Kulit terdapat
deskuamasi basah
Cleansing (Membersihkan Luka)
c. Masih menggunakan sarung tangan bersih
29

d. Irigasi dengan normal salin


e. Bersihkan dengan hydrogen peroksida
kemudian bilas dengan normal salin
Pemilihan Dressing
f. Ganti sarung tangan steril
g. Oleskan salep yang mengandung vit A &
D tipis tipis
h. Gunakan balutan hidrogel atau hidrokoloid
untuk mencegah infeksi & membantu
kenyamanan pasien
i. Kolaborasi pemberian analgesic jika perlu
j. Kolaborasi penghentian sinar sementara
8. Stadium luka radiasi IV:Terdapat luka
atau ulserasi
Buka Balutan
a. Masih menggunakan sarung tangan bersih
b. Buka luka perlahan, hindari terjadinya
perdarahan atau trauma pada luka. Tidak
perlu menggunakan pinset dalam membuka
balutan, cukup dengan tangan yang
menggunakan sarung tangan bersih
Cleansing (Membersihkan Luka)
a. Cuci luka dengan menggunakan cairan
normal salin dengan tehnik irigasi
b. Hati-hati dalam mencuci luka jangan
sampai menyebabkan trauma
Debridement
a. tehnik mekanikal debridement :
digosok/diusap, , pinset, irigasi tekanan
tinggi
b. tehnik autodebridement : gel, koloid,
cream, salf
30

c. Conservative sharp wound debridement


(CSWD) : pengangkatan jaringan mati dg
menggunakan gunting, pinset bisturi hanya
pd jaringan mati.
Pemilihan Dressing
a. Ganti sarung tangan steril saat akan
melakukan pembalutan.
Primeri dressing
b. Bila terdapat perdarahan, gunakan calcium
alginate
c. Bila terdapat bau tidak sedap, bisa
digunakan metronidazol powder
d. Bila ada maserasi kulit disekitar luka, bisa
digunakan nystatin powder
e. Bila terdapat produksi eksudat yang
berlebihan, bisa digunakan balutan hidrofiber
f. Upayakan agar balutan tidak terlalu tebal
g. Upayakan agar balutan tidak menutupi
tanda atau lapangan radiasi
Sekundari dressing :
h. tutup luka dengan hipafik dengan cara
occlusive dressing. (luka jangan sampai
tampak keliatan dari luar. Ukur ketebalan
kasa atau bahan topikal yang ditempelkan ke
luka harus mampu membuat suasana optimal
(moisture balance) dan mensuport luka
kearah perbaikan atau segera sembuh).
i. Rapihkan seluruh alat-alat dan perhatikan
pembuangan sampah medis.

4. Tahap terminasi 1. Akhiri kegiatan dengan memberikan


reward
31

2. Mengingatkan kepada pasien kalau


membutuhkan perawat, perawat ada di ruang
keperawatan
3. Mengucapkan salam terapiutik
4. Catat tindakan yang dilakukan dan hasil
serta respon klien pada lembar catatan klien
5. Catat tgl dan jam melakukan tindakan dan
nama perawat yang melakukan dan tanda
tangan/paraf pada lembar catatan klien

Anda mungkin juga menyukai