DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah elektif “Wound
Care” berjudul “Managemen Perawatan Luka Kanker” dengan tepat waktu.
Makalah elektif “Wound Care” berjudul disusun untuk melengkapi tugas pada
mata kuliah elektif “Wound Care”. Penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada Ibu Nur Muji Astuti, S.Kep., Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing mata
kuliah elektif “Wound Care” serta pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu
persatu karena banyak membantu dalam proses penulisan, penyusunan dan
diskusi.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian.
Penulis
i
DAFTAR ISI
COVER
............................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................3
2.1 Konsep Luka Kanker.............................................................................................3
2.1.1 Definisi Kanker.......................................................................................................3
2.1.2 Etiologi....................................................................................................................3
2.1.3 Patofisiologi Kanker...............................................................................................4
2.1.4 Klasifikasi...............................................................................................................6
2.1.5 Gejala Klinis...........................................................................................................6
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik........................................................................................8
2.1.7 Penanganan.............................................................................................................9
2.1.8 Komplikasi............................................................................................................10
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan............................................................................12
2.2.1 Pengkajian............................................................................................................12
2.2.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................................13
2.2.3 Intervensi.............................................................................................................14
2.2.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan..........................................................17
BAB 3 KESIMPULAN...................................................................................................24
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................24
3.2 Saran.....................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................25
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN LUKA KANGKER
.........................................................................................................................................26
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan hal tersebut maka perlu diperhatikan dalam mengkaji luka kanker
meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan dan psikososiospiritual serta
pengkajian fisik dengan tepat.
1
2
4. Bagi Perawat
Diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan medis kepada pasien
dengan perawatan luka kanker dengan tepat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Luka Kanker
2.1.1 Definisi Kanker
Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel
jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Kanker sering dikenal oleh
masyarakat sebagai tumor, padahal tidak semua tumor adalah kanker. Tumor
adalah segala benjolan tidak normal atau abnormal. Tumor dibagi dalam dua
golongan, yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Kanker adalah istilah umum untuk
semua jenis tumor ganas (Brunicardi, et al, 2010).
2.1.2 Etiologi
Penyebab kanker belum dapat ditentukan, tetapi terdapat beberapa faktor
risiko yang telah ditetapkan, keduanya lingkungan dan genetic. Spindle cell
sarcoma adalah sejenis kanker jaringan ikat dimana sel berbentuk spindle saat
diperiksa di bawah mikroskop. Tumor umumnya mulai di lapisan jaringan ikat
seperti di bawah kulit, antara otot, dan organ sekitarnya, dan umumnya akan mulai
sebagai benjolan kecil dengan peradangan yang tumbuh. Pada awalnya benjolan
itu akan menjadi mandiri karena tumor ada di tahap 1, dan tidak akan selalu
berkembang melampaui bentuknya yang terenkapsulasi. Namun, hal itu mungkin
mengembangkan proses kanker yang hanya bisa dideteksi melalui pemeriksaan
mikroskopis.
Faktor genetic dan lingkungan meningkatkan faktor risiko terjadinya
kanker. Salah satu yang penting adalah riwayat keluarga. Beberapa keluarga
memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita kanker tertentu bila dibandingkan
dengan keluarga lainnya. Faktor risiko lainnya seperti kelainan kromosom, faktor
lingkungan salah satu contohnya adalah merokok. Merokok dapat meningkatkan
risiko terjadinya kanker paru-paru, mulut, laring, dan kandung kemih. Faktor
risiko lainnya makanan yang lebih banyak menyebabkan kanker pada saluran
pencernaan. Bahan kimia tertentu dalam makanan diketahui dapat menyebabkan
kejadian kanker. Virus dan infeksi juga meningkatkan faktor risiko seseorang
terkena kanker (Smeltzer dan Bare, 2013).
3
4
1. Tahap Inisiasi
Tahap inisiasi merupakan tahap pertama karsinogenesis yang bersifat
irreversible, dimana gen pada sel normal bertransformasi menjadi malignan. DNA
dirusak oleh zat-zat inisiator seperti radiasi dan radikal bebas dapat mengganggu
proses reparasi normal, sehingga terjadi mutasi DNA dengan kelainan pada
kromosomnya. Kerusakan DNA ini diturunkan pada anak-anak sel dan seterusnya.
Tahap inisiasi berlangsung dalam satu sampai beberapa hari.
2. Tahap Promosi
Pada proses proliferasi sel terjadi pengulangan siklus sel tanpa hambatan
dan secara continue terus mengulang. Diteruskan dengan proses metastasis
dimana penyebab utama dari kenaikan morbiditas dan mortalitas pada pasien
dengan keganasan. Dalam berlangsungnya proses ini melibatkan interaksi
kompleks, tidak hanya ditentukan oleh jenis sel kanker itu sendiri, namun matriks
ekstraseluler, membran basal, reseptor endotel serta respon kekebalan host yang
berpartisipasi. Mekanisme metastasis merupakan indikasi bahwa mekanisme
pertahanan pasien kanker gagal untuk mengatasi dan memblokir penyebaran sel
kanker. Setelah itu terjadi lagi proses neoangiogenesis.
3. Tahap angiogenesis
Tahap angiogenesis adalah proses pembentukan pembuluh darah baru
yang terjadi secara normal dan sangat penting dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan. Angiogenesis juga terlibat dalam proses penyembuhan, seperti
pembentukan jaringan baru setelah cidera. Angiogenesis juga merupakan tahap
5
yang sangat penting dalam karsiogenesis atau pertumbuhan sel kanker sehingga
terjadi perkembangan sel kanker yang tidak terkendali dan bersifat ganas.
4. Tahap Progresif
Pada tahap progresif gen-gen pertumbuhan yang diaktivasi oleh kerusakan
DNA mengakibatkan mitosis dipercepat dan pertumbuhan liar dari sel-sel ganas.
Terjadi aktivasi, mutasi atau hilangnya gen. Pada tahap progresi ini timbul
perubahan benigna menjadi pra-malignan dan malignan. Metastasis kanker terjadi
akibat penyebaran sel kanker utama dan terjadi pembentukan tumor di tempat
baru yang jauh dari sel kanker utama. Pada awalnya kanker primer harus memiliki
akses ke sirkulasi, baik melalui pembuluh darah maupun sistim limfatik, setelah
sel kanker mampu menembus saluran tersebut, sel kanker harus mampu bertahan
hidup dan pada akhirnya sel kanker tersebut akan menyebar ke organ dan
membentuk jaringan baru. Selanjutnya sel kanker harus bisa memulai
pertumbuhan jaringan baru dengan membentuk vaskularisasi baru untuk suplay
oksigen dan nutrisi (Brunicardi, et al, 2010).
2.1.4 Klasifikasi
Jenis-jenis kanker menurut Brunicardi, et al (2010), yaitu karsinoma,
limfoma, leukemia, sarcoma, dan glioma. Karsinoma adalah setiap kanker ganas
yang muncul dari sel-sel epitel. Limfoma adalah kanker yang dimulai di dalam
limfosit dari sistem kekebalan tubuh dan muncul sebagai tumor padat dari sel-sel
limfoid. Leukemia atau lebih dikenal sebagai kanker darah merupakan penyakit
dalam klasifikasi kanker pada darah atau sumsum tulang yang ditandai oleh
perbanyakan secara tidak normal atau transformasi maligna dari sel-sel
pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid yang umumnya terjadi
pada leukosit (sel darah putih). Sarkoma jarang terjadi tetapi tumor agresif muncul
dari subtipe jaringan primitif yang dikenal sebagai mesoderm, dan dengan
demikian dapat mempengaruhi berbagai jaringan dan organ dalam tubuh di
berbagai kelompok usia, dari anak kecil hingga orang tua. Glioma adalah jenis
tumor yang dimulai di otak atau tulang belakang, hal ini disebut glioma karena
muncul dari sel glial.
menerus, cairan puting susu yang mengandung darah, cairan liang senggama yang
berdarah (diantara menstruasi/menopause), darah dalam tinja, darah dalam air
kemih. Selain gejala umum, gejala khusus juga biasanya dapat dilihat sesuai
dengan organ yang terkena kanker, seperti pada kanker otak gejala yang muncul
adalah sakit kepala pada pagi hari dan berkurang pada tengah hari, epilepsi,
lemah, mati rasa pada lengan dan kaki, kesulitan berjalan, mengantuk, perubahan
tidak normal pada penglihatan, perubahan pada kepribadian, perubahan pada
ingatan, sulit bicara. Hal ini diakibatkan sel kanker menyerang saraf di otak
(Brunicardi, et al, 2010).
Gejala yang muncul pada kanker mulut yaitu terdapat sariawan pada
mulut, lidah dan gusi yang tidak kunjung sembuh. Pada kanker saluran
pernapasan gejala yang terjadi biasanya batuk terus menerus, suara serak atau
parau, dahak bercampur darah, rasa sakit di dada. Pada kanker payudara gejala
yang muncul biasnya terdapat benjolan, penebalan kulit (tickening), perubahan
bentuk, gatal- gatal, kemerahan, rasa sakit yang tidak berhubungan dengan
menyusui atau menstruasi. Pada kanker saluran pencernaan biasanya terdapat
darah pada feses yang ditandai dengan warna merah terang atau hitam, nyeri
perut, benjolan pada perut, rasa sakit setelah makan, penurunan berat badan, serta
adanya perubahan pola buang air besar (diare atau sulit buang air besar). Pada
kanker saluran reproduksi wanita biasanya akan terjadi perdarahan yang banyak
saat periode menstruasi, pengeluaran darah saat mens tidak seperti biasanya dan
rasa sakit yang luar biasa. Kanker pada saluran reproduksi juga dapat
menyebabkan infertile (kemandulan). Pada kanker saluran perkemihan kandung
kemih atau ginjal gejala yang muncul biasanya terdapat darah pada urin, rasa sakit
atau perih pada saat buang air kecil, keseringan atau kesulitan buang air kecil,
sakit pada kandung kemih, nyeri pada pinggang. Pada kanker testis biasanya
terdapat benjolan pada testis, ukuran penampungan pada testis yang membesar
dan menebal secara mendadak, nyeri pada perut bagian bawah. Pada leukemia
gejala yang terjadi adalah pucat, kelelahan kronis, penurunan berat badan, sering
terkena infeksi, mudah terluka, rasa sakit pada tulang dan persendian, mimisan.
Gejala pada kanker kulit biasanya terdapat benjolan pada kulit yang menyerupai
kutil (mengeras seperti tanduk), infeksi yang tidak sembuh-sembuh, bintik-bintik
8
berubah warna dan ukuran, rasa sakit pada daerah tertentu, perubahan warna kulit
berupa bercak-bercak (Brunicardi, et al, 2010).
halus, diantaranya: sediaan beku, paraffine block, plastic coupe, dan dilakukan
pengecatan sesuai tujuan pemeriksaan. USG adalah singkatan dari
Ultrasonography yang artinya adalah alat yang prinsip dasarnya menggunakan
gelombang suara frekuensi tinggi. Penggunaan USG salah satunya dalam
mendiagnosis kanker adalah dalam melakukan pemeriksaan penunjang pada
tumor testis. Pemeriksaan ultrasonografi pada umumnya dilakukan dengan
menggunakan suatu transduser frekuensi tinggi yang linier.
Mammografi adalah pemeriksaan payudara menggunakan sinar X yang
dapat memperlihatkan kelainan pada payudara dalam bentuk terkecil yaitu
mikrokalsifikasi. Dengan mammografi, kanker payudara dapat dideteksi dengan
akurasi sampai 90%. Pemeriksaan imaging yang diperlukan untuk membantu
menegakkan diagnosis tumor ganas (radiodiagnosis) terdapat banyak jenis mulai
dari yang konvensional hingga yang canggih. Selain untuk membantu
menegakkan diagnosis, pemeriksaan imaging juga berperan dalam menentukan
staging dari tumor ganas.
2.1.7 Penanganan
Penanganan kanker tidak cukup dengan mengandalkan satu modalitas
terapi. Terapi kanker memerlukan multimodalitas terapi yang dapat dilakukan
secara bersama-sama atau tidak bersama-sama. Masing-masing modalitas terapi
memiliki kelebihan dan kekurangan. Bila digunakan bersama maka apa yang
kurang dari terapi yang satu akan didapatkan dari terapi lainnya. Demikian juga
dalam hal efektivitas dan toxisitas terapi akan dapat dikendalikan dengan
melakukan terapi tersebut. Alasan penting lainnya adalah karena sel-sel kanker
adalah sel-sel dengan populasi yang heterogen. Masing masing sel kanker
memiliki kepekaan terhadap terapi masing-masing (Brunicardi, et al, 2010).
Berikut ini adalah beberapa terapi yang digunakan pada pasien kanker, yaitu
pembedahan, radioterapi, kemoterapi, terapi hormonal, dan biological theraphy.
Pembedahan dapat dikatakan sebagai terapi utama dalam penanganan
kanker solid. Pada semua level kanker (T,N,M) dapat dilakukan tindakan
pembedahan. Pembedahan memiliki tujuan kuratif atau paliatif. Namun, tidak
semua keadaan kanker dapat dilakukan tindakan pembedahan. Pembedahan
sendiri juga memiliki kelemahan yaitu rekurensi tumor karena tidak semua tepi
dapat dieksisi dengan benar. Oleh sebab itu, pembedahan sendiri harus diikuti
10
dengan modalitas terapi lainnya, khususnya pada kanker yang diperkirakan telah
mengalami metastase. Pemberian radioterapi dapat ditujukan sebagai bagian dari
terapi primer atau menjadi bagian dari terapi tambahan terhadap pembedahan atau
kemoterapi. Tidak semua kanker sensitif terhadap radioterapi. Radioterapi
digunakan dalam dosis yang terbatas dan tempat yang terbatas. Radioterapi pada
seluruh bagian tubuh tidak dapat dilakukan. Kemoterapi menggunakan obat-obat
antikanker yang bersifat cytotoxic. Kemoterapi diberikan pada tumor-tumor yang
sensitif terhadap kemoterapi. Pemberian kemoterapi dapat dilakukan sebelum atau
sesudah terapi pembedahan. Pemberian obat ini harus melalui infus dan masuk
RS. Kemoterapi memiliki respon yang cepat dan dalam waktu yang singkat dapat
dilihat responnya. Efek samping dari kemoterapi biasanya akan menyebabkan
pasien mual hebat, pusing, kerontokan pada rambut, dan lain-lain. Pemberian
terapi hormonal ditujukan pada kanker-kanker yang tumbuh oleh karena
rangsangan hormonal. Pemberian obat ini dapat efektif bila tumor tersebut
memiliki reseptor hormonal yang baik. Penggunaan terapi ini cukup baik pada
kanker payudara dengan cara memblok atau menurunkan produksi hormon
estrogen dan progesteron. Terapi hormonal bekerja pada sel kanker dengan respon
terapi yang cukup lama, berbeda dengan pemberian kemoterapi. Terakhir adalah
Biological Therapy, yaitu terapi kanker melalui manipulasi faktor mekanisme
pertahanan tubuh secara natural yang berefek sebagai antitumor. Biological
therapy merangsang, menggunakan atau memodifikasi sistem imun tubuh untuk
mengenali dan menghancurkan sel kanker secara efektif. Terapi ini penting untuk
pengobatan kanker, bersama-sama dengan pembedahan, radioterapi, maupun
kemoterapi. Terapi jenis ini masih dalam proses pengembangan dengan harga
yang cukup mahal (Schwartz, Seymour, 2000).
2.1.8 Komplikasi
a. Cardiac Tamponade.
Komplikasi jantung yang ini terjadi ketikaada cairan yang menumpuk di
dalam struktur berbentuk seperti kantung, misalnya kantung yang
mengelilingi jantung. Cairan ini membuat tekanan pada jantung dan
mengganggu kemampuannya untuk memompa darah.
b. Pleural Effusion.
11
1. Wawancara
2. Observasi
3. Pemeriksaan
2.2.3 Intervensi
Diagnosa Perencanaan
Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1. Resiko Infeksi Setelah dilakukan 1. Monitor tanda
tindakan dan gejala infeksi
keperawatan 3x24 sistemik dan lokal
jam klien tidak
mengalami infeksi. 2. Monitor
Luka tidak berbau kerentanan
dan tidak terdapat terhadap infeksi
purulen. 3. Pertahankan
Kriteria Hasil : teknik aseptik
Klien bebas dari untuk setiap
tanda dan gejala tindakan
infeksi (merah, 4. Inspeksi kulit
panas, bengkak). dan membrane
Jumlah leukosit mukosa terhadap
dalam batas kemerahan, panas,
normal (5000- drainase
10000). Klien
menunjukkan 5. Inspeksi
kemampuan untuk keadan luka dan
mencegah sekitarnya
timbulnya infeksi. 6. Dorong klien
untuk
meningkatkan
mobilitas dan
latihan
7. Ajarkan
keluarga / klien
tentang tanda dan
gejala infeksi dan
melaporkan
kecurigaan infeksi
8. Kolaborasi
dalam pemberian
antibiotik sesuai
program.
1. Pantau tanda
dan gejala
Setelah dilakukan perdarahan pada
tindakan luka
keperawatan 3x24
15
Diagnosa Perencanaan
Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
jam, perawat akan 2. Pantau nilai
mengurangi hasil laboratorium
2. Resiko komplikasi (hemoglobin,
Pendarahan perdarahan. hematokrit)
Kriteria Hasil : 3. Lakukan
Perdarahan tidak perawatan luka
terjadi, nilai secara hati-hati
Hemoglobin >10 dengan menekan
gr/dl daerah luka
menggunakan
kasa steril dan
tutuplah dengan
teknik aseptik
basahkering atau
sesuai dengan
indikasi
4. Pantau keadaan
umum secara
klinis
5. Kolaborasi
untuk transfusi
bila terjadi
perdarahan (Hb
<10 gr/dl)
1. Kaji nyeri
secara
Setelah dilakukan komprehensif
tindakan termasuk lokasi,
keperawatan 3x24 karakteristik,duras
jam tingkat i, frekuensi,
16
Diagnosa Perencanaan
Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
kenyamanan klien kualitas dan faktor
meningkat, nyeri presifitasi.
3. Nyeri akut terkontrol.
2. Observasi
Kriteria hasil : reaksi nonverbal
Klien mengatakan dari
skala nyeri ketidaknyamanan
berkurang 2-3,
ekspresi wajah 3. Gunakan
tenang dan dapat teknik komunikasi
istirahat, tanda- terapeutik untuk
tanda vital dalam mengetahui
batas normal pengalaman nyeri
( TD : 120/80 sebelumnya
mmHg, Nadi : 60- 4. Berikan
100 x/menit, lingkungan yang
Pernafasan 16-20 tenang
x/menit).
5. Ajarkan teknik
non farmakologis
(relaksasi,
distraksi) untuk
mengatasi nyeri
6. Kolaborasi
dalam pemberian
analgetik untuk
mengurangi nyeri.
dan antipiretik.
2. 9 April 1. Memantau 9 April S : Klien
2018 tanda dan gejala 2018 mengatakan luka
perdarahan pada berdarah pada saat
luka dibuka balutan.
2. Memantau O : Hb 5,4 g/dl,
hasil laboratorium Hematokrit 18%,
( hemoglobin, konjungtiva anemis,
hematokrit) tampak adanya
perdarahan pada
3. Melakukan luka payudara ±1 cc
perawatan luka berwarna merah
dengan hati-hati segar.
dengan memberi
kompres NaCl A : Tanda-tanda
dingin, dengan perdarahan masih
teknik aseptic terjadi, masalah
belum teratasi
4. Memberikan
penjelasan kepada P : Menganjurkan
pasien dan klien untuk
keluarga untuk observasi tanda-
melaporkan jika tanda perdarahan
ada tanda Menganjurkan klien
perdarahan untuk mendep luka
Kolaborasi dalam
5. Kolaborasi pemberian tranfusi
untuk pemberian PRC 2x250cc
transfusi bila nilai
Hb <10 gr/dl
10 1. Menganjurkan 10 S : Klien
April klien untuk April mengatakan lukanya
2018 observasi tanda- 2018 masih berdarah
tanda perdarahan tetapi sudah minimal
O : Hb 11,4 g/dl,
2. Menganjurkan Hematokrit 36%,
klien untuk konjungtiva anemis,
mendep luka tampak adanya
3. Kolaborasi perdarahan pada
dalam pemberian luka payudara ±1 cc
tranfusi PRC berwarna merah
2x250cc (bila segar.
diperlukan) A : Tanda-tanda
perdarahan masih
terjadi, masalah
belum teratasi
20
P : Menganjurkan
klien untuk
observasi tanda-
tanda perdarahan
Menganjurkan klien
untuk mendep luka
Memberikan
penjelasan kepada
pasien dan keluarga
untuk melaporkan
jika ada tanda
perdarahan
11 April 1. Menganjurkan 11 S : Klien
2018 klien untuk April mengatakan lukanya
observasi tanda- 2018 masih berdarah
tanda perdarahan
O : Konjungtiva
2. Menganjurkan anemis, tampak
klien untuk adanya perdarahan
mendep luka pada luka payudara
±0,5 cc berwarna
3. Memberikan merah campur
penjelasan kepada dengan cairan.
pasien dan
keluarga untuk A : Tanda-tanda
melaporkan jika perdarahan masih
ada tanda terjadi, masalah
perdarahan belum teratasi
P : Menganjurkan
klien untuk
observasi tandatanda
perdarahan
Menganjurkan klien
untuk mendep luka
3. 9 April 1. Mengkaji nyeri 9 April S : Klien
2018 secara 2018 mengatakan nyeri
komprehensif menjalar hingga
termasuk kepunggung bagian
karakteristik, belakang.
durasi, frekuensi
dan skala. O : Wajah tampak
meringis, klien
2. Mengobservasi tampak berhati-hati,
reaksi nonverbal klien mencari posisi
dari nyaman, skala nyeri
ketidaknyamanan 6, TD 120/80
mmHg, Nadi
3. Memberikan 82x/menit, respirasi
21
3.2 Saran
Diharapkan dalam perawatan luka kanker perawat dapat mengembangkan
keterampilan klinisnya dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya
perawatan luka kanker. Pihak manajemen di Rumah Sakit diharapkan juga
memfasilitasi pelaksanaan asuhan keperawatan dengan sarana dan prasarana yang
memadai dan terus mendukung keterampilan perawatan dengan meningkatkan
aktivitas pelatihan, dan kegiatan – kegiatan ilmiah lainnya yang dapat di ikuti
perawatan secara berjenjang dan berkesinambungan.
24
25
DAFTAR PUSTAKA
Barbul A. dan Efron D.T. 2010. Wound Healing. In: F. Charles Brunicardi, Dana
K., Andersen, Timothy R., Billiar, David L., et al., eds. Schwartz’s
Principles of Surgery. 9th ed. New York: McGraw-Hill Book Companies
Campbell, N.A, J.B. Reece and L.G. Mitchell. 2003. Biologi. Alih Bahasa : L.
Rahayu, E.I.M Adil, N Anita, Andri, W.F Wibowo, W. Manalu. Penerbit
Erlangga. Jakarta
Kemenkes RI. 2015. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI:
Situasi Penyakit Kanker. (online),
(http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin
-kanker.pdf, diakses tanggal 10 April 2018)
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G.B. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC
Smith, R.A, Cokkinides, V, & Brawley, O.W. 2009. Cancer Screening in the
United States, 2009: a Review of Current American Cancer Society
Guidelines and Issues in Cancer Screening. (online),
(https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19147867, diakses tanggal 10
April 2018)
Tanjung, Dudut. 2007. Perawatan Luka Kanker. Jurnal Keperawatan Volume 2 No
2
26