Ayu Zakya Lestari-Feb PDF
Ayu Zakya Lestari-Feb PDF
SKRIPSI
Diajukan Oleh:
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Ayu Zakya Lestari
Nim: 106084002791
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing I Pembimbing II
NIM : 106084002791
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor-
Jawa Barat (Periode 1995-2008)” adalah hasil karya saya sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya serta bukan merupakan
replika maupun saduran dari hasil karya atau penelitian orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replika maka skripsi ini dianggap gugur
dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Ayu Zakya Lestari
2. Tempat & Tgl Lahir : Jakarta, 8 November 1988
3. Alamat : Jl. Bratasena VI BC 4/16 Reni Jaya
4. Telepon : 0856 934 63634/ 021 741 0140
II. PENDIDIKAN
1. SD : SD Muhammadiyah 12 Pamulang
2. SMP : SMP Negeri 2 Ciputat
3. SMA : SMA Negeri 46 Jakarta
i
ABSTRACT
The aim of this research is to know the effects of local government budget from
the revenue side, which is local income, number of population and human
capital ratio, by adding variable dummy as a regional autonomy policy to
regional economic growth in province of West Java.
The samples are choosen on the basis of purposive sampling method which is
using cluster sampling technique. There are 3 regions which are being
researched; Bandung, Cianjur, and Sukabumi. The data are collected from
1995 to 2008. This research is using analysis on panel data estimation which
combines time series analysis and cross-section analysis. The panel data
estimation technique is utilized on the case of West Java data, covering three
classified periods, namely all period, period before, recent and after regional
autonomy. The data which are being used for this research is secondary data,
with constant data based on year 1993, and other data available from regions
or town. The main source of data comes from Statistic Bureau of Indonesia and
West Java.
The study results show that all independent variables in the model can explain
the variation of dependent variable, which is regional economic growth in
province of West Java for 96,15%. So, throughout the research period, there
are policy changes which give the effect on regional economic growth. It can be
seen from dummy variabel of regional autonomy that influences regional
economic growth for significant t-value on up to 95%. Then, about local income
variable which do not give effect, but the other variables; number of population
gives effect and negative for 7,61% and human capital ratio which gives
positive effect for 1,95% on regional economic growth.
ii
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan penulisan
skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi Regional di Propinsi Jawa Barat (Periode 1995-
2008)”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda
Rasululllah SAW beserta kepada para sahabat dan seluruh pengikut Beliau yang
insya Allah tetap istiqomah hingga akhir zaman kelak, Amin.
Dengan selesainya penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu penulis. Adapun ungkapan terima kasih ini penulis
tujukan kepada:
1. Bapak A. Rahim dan Ibu Nur Indah, sumber inspirasi, motivasi, dan
ambisi penulis dalam hidup. Terima kasih untuk pengajaran dan
penghargaan yang sudah dan selalu diberikan. Semoga suatu saat, semua
keringat, darah dan airmata mama dan papa dapat ayu balas jauh lebih
besar, amin.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan FEB.
3. Bapak Drs. Lukman, M.Si. selaku Ketua Jurusan IESP.
4. Bapak Pheni Chalid, SF, MA, Ph.D. selaku Dosen Pembimbing I atas
kesediaan waktu, tenaga, dan pikirannya membimbing penulis.
5. Bapak Fahmi Wibawa, SE, MBA. Selaku Dosen Pembimbing II atas
kesediaan waktu, tenaga, dan pikirannya membimbing penulis.
6. Seluruh Dosen FEB atas ilmunya yang bermanfaat, semoga dapat menjadi
amalan di akhirat kelak, esp for: Ibu Ami yang cantik dan sabar untuk
curhat, konsultasi, revisi skripsi.. Ibu Rahmawati yang cantik dan pintar,
terima kasih untuk pertanyaan kapan skripsi saya akan selesai. Ibu Isna
yang baik hatinya. Ibu Fitri untuk revisi seminar yang luar biasa dan Ibu
Lili yang begitu baik dan murah hati untuk memudahkan saya dalam
mengurus nilai dll.
iv
7. Keluarga kecil mba gita, bang aip, dan baby kai.. Hope one day, i’ll find
my lil fam like yours.. Adinda Meutia Rizqina, adik kecilku tersayang..
Terima kasih untuk teh lemon hangat dan vanilla lattenya..
8. My 2nd fam..Mel.Ryn.Nul.Tot.El.Dam..terima kasih untuk 4 tahun yang
luar biasa dan begitu indah, menangis dan tertawa bersama kamu semua
adalah anugerah yang luar biasa..
9. GLOSHE “gitayutitanisavibunskali” terima kasih untuk doa, dukungan,
dan kebersamaan yang begitu hangat..
10. Teman-teman kkn 78, esp boy+adit.. terima kasih untuk 30 hari yang
indah dan begitu bermakna..
11. Sahabat terbaik sepanjang masa, Ihda Maulidah.. Teman kecilku lidya,
prima, nuning, prima, erna, nova..
12. Bapak dan Ibu Akademik FEIS, Bu Siska, Pak Rahmat, Pak Udin, Pak
Sugeng, Bu Yulia
13. Teman-teman IESP A 2006, SEIS Dance (keep on dancing girls!), HMI
KAFEIS (Yakusa!), Rimbassa, Sodara2ku (kaka kembar, lala, mba put).
14. Teman seperjuangan, Upi Lutfiah..untuk rasa optimis yang luarbiasa.
Dan untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu,
terima kasih yang terdalam untuk bantuan, dukungan, dan doanya. Semoga
keberkahan dan kesuksesan selalu menyertai kita semua. Amin.
Akhirnya, semoga bantuan, doa, dan semangat yang diberikan dapat
menjadi amalan bagi semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan penulisan serta penyusunan skripsi ini.
v
DAFTAR ISI
vi
H. Hipotesis Penelitian ………………………………...... 64
vii
c. PLS vs FEM ........................................................ 98
d. Pendekatan Random Effect Model .................... 99
3. Pengujian Hipotesis ................................................. 100
a. Keseluruhan Periode Penelitian (1995-2008) ..... 100
1. Uji t ............................................................... 101
2. Uji F .............................................................. 104
3. Keofisien Determinasi ................................... 105
4. Interpretasi Hasil Analisis ............................. 106
b. Periode Sebelum Otonomi Daerah (1995-2000) .. 113
c. Periode Otonomi Daerah (2001-2008) ................ 115
d. Pengaruh Variabel-variabel Independen
terhadap Variabel Dependen ............................... 118
viii
DAFTAR TABEL
n Estimasi Data P
anel dengan Dummy Variabel terhadap Keseluruhan Periode Penelitian
(1995-2008) Hasil Perhitungan Estimasi Data Panel dengan Dummy
Variabel terhadap Keseluruhan Periode Penelitian (1995-2008)
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
(1995-2000)` 133
(2001-2008)` 134
xi
BAB I
PENDAHULUAN
jangka panjang. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara
diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya.
ekonomi dapat bernilai positif dan dapat pula bernilai negatif. Jika pada suatu
1
suatu periode perekonomian mengalami pertumbuhan negatif, berarti kegiatan
Hal ini didasari oleh tiga alasan. Pertama, penduduk selalu bertambah.
bagi angkatan kerja. Jika pertumbuhan ekonomi yang mampu diciptakan lebih
perekonomian harus selalu mampu memproduksi lebih banyak barang dan jasa
No.33/ 2004 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah sebagai
revisi dari UU No.22/ 1999 dan UU No.25/ 1999, disadari bahwa kemampuan
pertumbuhan ekonomi daerahnya tidak sama. Hal ini disambut baik bagi daerah
yang memiliki sumber penerimaan potensial, namun bagi daerah yang memiliki
2
UU No.32/ 2004 merupakan dasar hukum pendelegasian kekuasaan
Penyerahan fungsi, personil, dan aset dilakukan dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah, termasuk dalam hal penetapan besarnya tarif pajak dan
retribusi daerah. Hal ini bertujuan untuk mendukung tanggung jawab yang
mana, instrumen atau kemampuan daerah saat ini mampu memberikan nuansa
daerah tersebut.
3
daerah sepenuhnya memiliki kewenangan untuk menentukan penggunaan dana
Propinsi Jawa Barat selama lebih dari tiga dekade telah mengalami
pada tahun 2003 mencapai Rp.231.764 milyar (US$ 27.26 Billion) menyumbang
14-15 persen dari total PDB nasional, merupakan angka tertinggi bagi sebuah
PDRB per kapita Jawa Barat adalah Rp. 5.476.034 (US$644.24) termasuk
minyak dan gas. Pertumbuhan ekonomi tahun 2003 adalah 4,21 persen termasuk
minyak dan gas, bahkan lebih baik dari PDB Indonesia secara keseluruhan
(http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barat).
partisipasi dan peran serta masyarakat, [3] pemerataan keadilan, serta [4]
tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 1.1 yang menerangkan bahwa
4
Sumber: BPS Jawa Barat. Diolah kembali.
tahun 1998 menunjukkan pertumbuhan ekonomi yaitu minus 17,77 persen, hal
ini disebabkan oleh krisis ekonomi dan krisis moneter yang terjadi pada
rata pertumbuhan ekonomi adalah 0,12 persen, sedangkan pada periode otonomi
persen. Hal ini menggambarkan perbaikan yang cukup drastis sebagai dampak
dari adanya kebijakan otonomi daerah yang sudah mulai diterapkan di Indonesia
5
Berkaitan dengan kebijakan otonomi daerah, terdapat indikator utama
pemerintah daerah yang dilihat dari sisi penerimaan, yaitu pendapatan asli
daerah (PAD). PAD merupakan salah satu ukuran potensi fiskal daerah, dan
cara, salah satu caranya adalah dilakukan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi
masuk, Jawa Barat memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup baik, namun hal
ini belum dibarengi dengan penyerapan tenaga kerja yang dilihat dari jumlah
lapangan kerja yang memadai atau peningkatan kualitas sumber daya manusia
untuk mengisi pasar kerja guna mengurangi jumlah pengangguran yang akan
cukup banyak baik swasta maupun negeri, tingkat pendidikan di propinsi Jawa
6
pada upaya peningkatan kuantitas dan kualitas sarana serta prasarana
cukup tinggi, kualitas dan relevansi serta tata kelola pendidikan belum sesuai
B. Perumusan Masalah
diharapkan sehingga dapat tercapai tujuan utama dari kebijakan tersebut yaitu
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini masalah yang akan
7
2. Apakah jumlah penduduk mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
1. Tujuan Penelitian
Barat.
Barat.
8
5. Mengetahui apakah pendapatan asli daerah, jumlah penduduk, tingkat
2. Manfaat Penelitian
Adapun bagi penulis sendiri manfaat yang dapat diambil adalah dapat
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
daerah, sejak lahirnya orde baru sampai saat sekarang ini, kita perlu
ekonomi yang terjadi pada masing-masing era tersebut. Pada dasarnya setiap
Taraf hidup yang lebih baik dicerminkan oleh dua indikator utama, yaitu growth
dan equity.
masyarakat perekonomian dunia. Para ekonom dan politisi di semua negara, baik
negara kaya maupun miskin, yang menganut sistem kapitalis, sosialis, maupun
ekonomi. Evaluasi akhir tahun dari pemerintahan dalam sebuah negara selalu
10
dan kualitas kebijakan pemerintah di bidang ekonomi secara keseluruhan
tujuan kebijakan tersebut berhasil atau tidak dapat dinikmati oleh semua
Namun demikian, dua hal tersebut tidak mudah untuk diraih secara
antara kedua tujuan tersebut memiliki ―trade off‖ yang artinya apabila sebuah
kebijakan bertujuan untuk mencapai pertumbuhan, maka mau tidak mau tujuan
keadilan tersebut harus dikorbankan; dan sebaliknya apabila tujuan keadilan atau
distribusi yang merata ingin dicapai terlebih dahulu, maka tujuan pertumbuhan
harus dikorbankan.
baik melalui sistem donasi, sistem perpajakan progressif, serta sistem subsidi
terpenuhi secara adil dan merata, sehingga tidak akan terjadi kecemburuan sosial
11
dan kesenjangan ekonomi. Dengan demikian semua orang akan memiliki
semangat membangun bersama guna mencapai taraf hidup yang lebih tinggi
terciptanya perbaikan taraf hidup yang berkeadilan (growth with equity). Dengan
pendekatan ini, pada umumnya laju pertumbuhan ekonomi menjadi lebih rendah
tuntutan zaman yang berkembang pada suatu era pemerintahan. Sehingga selain
membahas perkembangan kebijakan selama era orde baru sampai dengan era
otonomi daerah.
di Indonesia. Orde baru menggantikan orde lama yang merujuk kepada era
pesat meski hal ini dibarengi praktek korupsi yang merajalela di negara ini.
12
Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin
melebar. Pada tahun 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa
jabatan lima tahun sebagai presiden, dan kemudian dilantik kembali secara
berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.
harga pada awal tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih
650 persen setahun. Hal itu menjadi penyebab kurang lancarnya program
tinggi dan tidak efisiennya pengeluaran negara, terlalu banyak dan tidak
13
produktifnya ekspansi kredit bank serta terlalu banyak tunggakan hutang
luar negeri.
Panjang‖ (25-30 tahun) secara periodik lima tahunan yang disebut Pelita.
14
2) Pelita II (1 April 1974 – 31 Maret 1979)
lain-lain.
mesin industri itu sendiri. Hasil yang dicapai pada Pelita IV adalah
15
produksi pertanian lainnya serta menghasilkan barang ekspor. Pelita V
adalah akhir dari pola pembangunan jangka panjang tahap pertama. Lalu
menjadi proses lepas landas Indonesia ke arah yang lebih baik lagi, malah
menjadi gagal landas dan kapal pun rusak. Indonesia dilanda krisis
ekonomi yang sulit diatasi pada akhir tahun 1997. Hal ini berawal dari
krisis moneter lalu berlanjut menjadi krisis ekonomi dan akhirnya menjadi
jalan.
16
(marginalisasi sosial). Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan
Kalimantan Timur, dan Irian. Faktor inilah yang selanjutnya ikut menjadi
tahun 1997. Namun pembangunan ekonomi pada masa orde baru merupakan
perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya US$70
dan pada 1996 telah mencapai lebih dari US$1.000, [2] sukses transmigrasi,
[3] sukses KB, dan [4] sukses memerangi buta huruf. Sedangkan kekurangan
sistem pemerintahan orde baru yaitu: [1] maraknya korupsi, kolusi, dan
kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak merata bagi si kaya dan
si miskin), [4] kritik dibungkam dan oposisi diharamkan, [5] kebebasan pers
sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan majalah yang dibreidel.
serta harga minyak, gas dan komoditas ekspor lainnya yang semakin jatuh.
17
Rupiah jatuh, inflasi meningkat tajam, dan perpindahan modal (capital flight)
massa yang meluas, Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998,
tiga bulan setelah MPR melantiknya untuk masa bakti ketujuh. Soeharto
kemudian memilih sang wakil presiden, B.J. Habibie, untuk menjadi presiden
ketiga Indonesia.
masa orde baru di jajaran pemerintahan pada masa reformasi ini sering
berakhir. Oleh karena itu era reformasi atau orde reformasi sering disebut
banyak berubah bila dibandingkan dengan era orde baru. Hal ini disebabkan
karena sebagian besar para pejabat merupakan bekas pejabat pada masa orde
perampok uang rakyat, dan pencoleng negara pada era sebelumnya berjalan
Hal ini berdampak pada kondisi ekonomi masa reformasi yang tidak
18
dampak penurunan daya beli masyarakat berpenghasilan rendah, pemerintah
pengangguran yang tinggi dan nilai rupiah yang melemah sampai pada batas
mengakibatkan pogram ini tidak bermakna dan bermanfaat. Kurs dollar yang
devisa yang tinggi juga memukul sektor manufacturing dan transportasi yang
Kondisi pasar yang tidak menentu ini menyebabkan perusahaan banyak yang
IMF, sehingga sesuai dengan saran IMF untuk dilakukan peningkatan suku
bunga hingga mencapai 67 persen per tahun. Hal ini mengakibatkan adanya
negative spread pada sektor perbankan sehingga banyak bank yang harus
Sekarang)
19
diperkenalkannya UU No. 22/ 1999 tentang pemerintahan daerah dan UU No.
kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Untuk itu, otonomi
(Zainuddin; 2010).
pemerintahan negara pada Undang-Undang Dasar 1945 yaitu pada pasal 18.
1969, UU No.5/ 1974 dan terakhir dengan UU No.22/ 1999. Selama masa itu
pula terdapat perubahan dan pergeseran semangat otonomi daerah antara lain;
20
bertanggung jawab serta otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung
jawab.
pemerintah pusat.
yang sarat dengan kontrol dan pajak pemda, Perda No.6/ 2000 propinsi
21
Lampung tentang retribusi izin komoditas keluar propinsi Lampung, dan lain-
daya saing dan keunggulan lokal. Keinginan tersebut bisa dicapai karena
berbagai perubahan untuk mewujudkan misi itu telah dilakukan. Dari dimensi
daerah.
negeri sipil dari pusat ke daerah mencapai lebih dari 2,5 juta orang. Telah
terdapat lebih banyak urusan pusat yang diserahkan kepada daerah. Bersama
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat masih jauh dari tercapai, hal ini
dibuktikan dengan jumlah orang miskin tidak menurun, bahkan dalam level
dimana-mana.
sebanyak 205 yang terdiri dari 7 propinsi, 165 kabupaten, dan 33 kota,
22
sehingga jumlah daerah di Indonesia adalah 524, yang terdiri dari 33 propinsi,
hal ini peran daerah lebih besar daripada peran pemerintah pusat. Pemerintah
23
(traditional budget) menjadi penganggaran berbasis kinerja (performance
daerah otonom yang meliputi seluruh bidang pemerintahan. Secara lebih detail,
Pertama, semangat otonomi daerah yang lebih besar ini dimulai dengan
otonom (Dati I dan Dati II) dihapuskan, dan diganti dengan istilah yang lebih
netral, yaitu propinsi, kabupaten dan kota. Hal ini didasari semangat untuk
menghindari citra bahwa tingkatan lebih tinggi (Dati I) secara hierarkis lebih
berkuasa daripada tingkatan lebih rendah (Dati II). Padahal keduanya merupakan
badan hukum yang terpisah dan sejajar serta mempunyai kewenangan berbeda.
kota telah terbebas dari intervensi pusat yang sangat kuat melalui perangkapan
otonom saja. Sementara itu jabatan kepala wilayah pada kabupaten dan kota
24
Ketiga, Bupati dan walikota dipilih secara mandiri di daerah tanpa
1999, kepala daerah dipilih oleh DPRD. Oleh karena itu, bupati/ walikota harus
bertanggung jawab kepada DPRD dan juga dapat diberhentikan oleh DPRD
sebelum masa jabatannya usai. Sementara itu, pemerintah pusat (presiden) hanya
oleh rakyat dari para pasangan calon yang diajukan oleh partai politik.
level daerah kabupaten dan daerah kota. Integrated prefectoral system yang
dan bukan sekedar unintegrated prefectoral system yang dikenal pada UU No.1/
1957.
25
Keenam, Undang-undang ini memberikan kewenangan yang lebih luas
politik luar negeri, hankam, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta
‗kewenangan bidang lain‘. Hanya saja, definisi ‗kewenangan bidang lain‘ ini
2004
efektifitas dan efisiensi dari PAD maupun yang diterima dari pemerintah
26
Dengan keluarnya UU No.25/1999, struktur keuangan daerah
seperti upaya pajak (tax effort). Setelah diketahui upaya pajak dari suatu
daerah juga memiliki kebutuhan fiskal (fiscal need) yang digunakan untuk
ekonomi. Oleh karena itu transfer dana dan pengeluaran yang dilakukan oleh
(equalization effect).
beberapa indikasi adanya nilai-nilai relatif pajak pada suatu daerah. Dengan
mengetahui tax performance dalam hal ini dengan mengetahui tax effort
hasilnya bila dilakukan pemungutan pajak, atau disebut juga yang memiliki
27
Sementara itu, keuangan daerah juga mengalami beberapa
desentralisasi.
200,0
266,8
Triliun Rp
160,0
244,7
222,1
120,0
143,2
122,9
111,1
80,0
94,7
81,1
40,0
28
Ada sejumlah studi yang telah dilakukan mengenai besarnya dana
yang akan disalurkan dari pusat ke daerah akibat penerapan UU No.25/ 1999,
sebesar 17 persen. Ada juga studi lanilla yang merupakan suatu kajian dari
pemerintah pusat.
2. Adanya korelasi positif antara daerah yang kaya sumber daya alam (SDA)
dan/ atau sumber daya manusia (SDM) dalam peranan PAD pada APBD.
3. Pada tahun 1998/ 1999 sebagian besar daerah yang diteliti mengalami
krisis ekonomi.
PAD. Di antara kelima sumber utama PAD yang ada, pajak daerah dan
nilai tambah dan pajak barang mewah merupakan tiga jenis pajak yang paling
29
Pengelolaan keuangan daerah harus transparan yang dimulai dari
kepada DPRD dan masyarakat. Kemudian, value for money yang berarti
kesejahteraan masyarakat.
dari kebijakan pemerintah daerah yang dinyatakan dalam ukuran uang, yang
realisasi anggaran tahun yang lalu. Sementara itu, pengertian APBD yang
30
APBD memiliki tiga fungsi bila dilihat dari perspektif administrasi
negara, yaitu [1] sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam mengelola
daerah, terutama keuangan daerah untuk satu periode di masa yang akan
sebagai berikut:
publik.
pemanfaatannya.
diakomodir yaitu:
tentang tujuan, sasaran, hasil, dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari
31
c. Disiplin; Penyusunan APBD harusnya berorientasi pada kebutuhan
kesejahteraan masyarakat.
yang penting.
32
d. Aspek akuntansi, karena perumusan dan penetapan anggaran merupakan
kinerja), dengan titik tekan pada output. Bentuk struktur APBD dapat dilihat
Tabel 2.1
Struktur APBD Propinsi/ Kabupaten/ Kota
Pendekatan Kinerja
33
II. Belanja
A. A. Belanja Aparatur Daerah
B. 1. Belanja Administrasi Umum
a. Belanja Pegawai/ Personalia
b. Belanja Barang dan Jasa
c. Belanja Perjalanan Dinas
d. Belanja Pemeliharaan
1. 2. Belanja Operasi dan Pemeliharaan
a. Belanja Pegawai/ Personalia
b. Belanja Barang dan Jasa
c. Belanja Perjalanan Dinas
d. Belanja Pemeliharaan
2. 3. Belanja Modal/ Pembangunan
Total Belanja Aparatur Daerah
C. B. Pelayanan Publik
1. 1. Belanja Administrasi Umum
a. Belanja Pegawai/ Personalia
b. Belanja Barang dan Jasa
c. Belanja Perjalanan Dinas
d. Belanja Pemeliharaan
2. 2. Belanja Operasi dan Pemeliharaan
a. Belanja Pegawai/ Personalia
b. Belanja Barang dan Jasa
c. Belanja Perjalanan Dinas
d. Belanja Pemeliharaan
3. 3. Belanja Modal/ Pembangunan
Total Belanja Pelayanan Publik
D. Belanja Bagi Hasil & Bantuan
Keuangan
E. Belanja Tidak Tersangka
34
Total Belanja Pelayanan Publik
Total Belanja
Surplus/ Defisit = (I-II)
III. Pembiayaan
1. Penerimaan Daerah
a. Sisa lebih perhitungan anggaran
tahun lalu
b. Transfer dari Dana Cadangan
c. Penerimaan dan Obligasi
d. Hasil Penjualan Aset Daerah yang
dipisahkan
Jumlah Total Penerimaan
2. Pengeluaran Daerah
a. Transfer ke Dana Cadangan
b. Penyertaan Modal
c. Pembayaran Utang Pokok yang
jatuh tempo
d. Sisa lebih perhitungan anggaran
tahun sekarang
Jumlah Total Pengeluaran
Jumlah Pembiayaan
Sumber: Panduan Praktis Mengontrol APBD; 2005.
Dari format di atas dapat dilihat bahwa belanja dapat dibagi dua,
yaitu belanja aparatur dan belanja publik. Belanja aparatur adalah setiap
35
dampaknya secara langsung dinikmati oleh masyarakat. Hal penting
lainnya dalam format ini adalah anggaran disusun dengan indikator input,
menggambarkan sampai dimana barang dan jasa telah bertambah pada suatu
Kuznets adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang
proses pertumbuhan ekonomi yang bisa ditemui di hampir semua negara maju,
yakni:
tinggi
36
d. Tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi
bahan baku meningkatkan stok modal (capital stock) secara fisik suatu negara
Jumlah tenaga kerja yang lebih besar akan menambah jumlah tenaga
c. Kemajuan teknologi
dengan menggunakan jumlah dan kombinasi faktor input yang sama, [2]
37
kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (labor saving technological
memperoleh output lebih tinggi dari jumlah input tenaga kerja atau modal
yang sama, [3] kemajuan teknologi yang hemat modal (capital saving
teknologi.
adalah suatu teori ekonomi yang didasarkan pada ide ekonom Inggris abad
pasar dan sektor swasta dapat berjalan sendiri tanpa campur tangan negara.
38
Teori ini menyatakan bahwa tren ekonomi makro dapat
dan deflasi.
ke tingkat normal.
pendorong dan salah satu penentu tercapainya target dan sasaran makro
39
permasalahan pokok yang merupakan tantangan dalam mewujudkan agenda
daerah beberapa hal penting yang perlu dilakukan antara lain dengan
yang berlaku.
peningkatan penyertaan modal pada beberapa badan usaha milik daerah agar
40
2. Teori Jumlah Penduduk
berbeda ini, yaitu diantara Smith di satu pihak dengan Ricardo dan
41
berjalan dengan cepat akan memperbesar pertumbuhan jumlah penduduk
hingga menjadi dua kali lipat dalam waktu satu generasi, akan
Pada tingkat ini, pekerja akan menerima upah yang sangat minim yaitu
upah hanya mencapai tingkat cukup hidup (subsistences level). Pada saat
ini bila dinyatakan teori pertumbuhan kaum klasik, maka yang dimaksud
yakni teori modal manusia, teori alokasi dan teori reproduksi strata
hadian Nobel ilmu ekonomi Gary Becker dari Universitas Chicago, Amerika
Serikat, Edward Denison dan Theodore Schultz, juga pemenang hadiah nobel
memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi, yang diukur juga dengan lamanya
waktu sekolah, akan memiliki pekerjaan dan upah yang lebih baik dibanding
42
yang pendidikannya lebih rendah. Apabila upah mencerminkan
lebih tinggi.
Pada tahun 1970-an, teori ini mendapat kritik tajam. Argumen yang
ditekankan bahwa dalam ekonomi modern sekarang ini, angkatan kerja yang
teknologi yang sangat cepat dan proses produksi yang semakin dapat
disederhanakan.
pelatihan (yang memakan periode jauh lebih pendek dan sifatnya non-formal)
dan formal. Argumen ini diformalkan dalam suatu teori yang dikenal dengan
teori alokasi atau persaingan status yang mendapat dukungan dari Lester
43
pendapatan nasional, tetapi peningkatan proporsi orang yang bependidikan
lebih tinggi dalam suatu bangsa tidak akan secara otomatis meningkatkan
didukung antara lain oleh Samuel Bowles dan Herbert Gintis (1976).
sekarang ini dapat dilihat pada akhir tahun 1980-an dengan pionirnya seperti
Paul Romer dan Robert Lucas yang menekankan pada aspek pembangunan
modal manusia.
Karena modal manusia, seperti dikemukakan dalam awal tulisan ini, memiliki
44
pendidikan juga memiliki hubungan positif dengan produktivitas atau
pertumbuhan ekonomi.
F. Penelitian Terdahulu
ini menggambarkan belum adanya kejelasan. Belum adanya teori yang cukup
memadai telah mengurangi validitas dari proses kerja empiris pada subyek
45
2. Penelitian kedua yang ditulis oleh Priyo Hari Adi (2005) berupa Jurnal yang
berbeda. Sampel data penelitian ini adalah kabupaten dan kota se-Jawa dan
Bali. Data yang akan digunakan adalah data keuangan daerah yang
diterbitkan oleh BPS yang meliputi data PDRB pemerintah kabupaten/ kota
ditulis oleh Nelly Nur Laili pada tahun 2007. Penelitian ini bertujuan untuk
46
pariwisata, dan jumlah perusahaan di sektor industri terhadap pertumbuhan
penelitian ini adalah regresi kuadrat terkecil/ OLS (ordinary least square), dengan
data time series tahunan periode 1990–2004 yang bersumber dari Badan Pusat
Statistik Indonesia dan Dinas Pariwisata DIY. Pengujian statistik meliputi uji t,
uji F dan R-square (koefisien determinasi) serta uji asumsi klasik yaitu
yang ditulis oleh Priadi Asmanto dan Soebagyo (2007). Teknik estimasi panel
penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode regresi data panel.
Jenis datanya adalah data sekunder dan merupakan data panel dalam bentuk
tahunan, yang meliputi 25 daerah tingkat dua di Jawa Timur dari periode
47
1995–2004. Sedangkan teknik untuk meregresi data panel digunakan
daerah. Hasilnya adalah kondisi krisis ekonomi dan kebijakan baru (otonomi
ekonomi regional di Jawa Timur. Akan tetapi dalam empat bagian periode
PDRB riil yang disebabkan frekuensi data kebijakan moneter lebih tinggi
5. Penelitian kelima oleh Priyo Hari Adi (2007) yang berjudul ―Kemampuan
48
sebelum dan sesudah era otonomi daerah. Indikator yang digunakan untuk
sendiri. Index tersebut memiliki tiga variabel, yakni pendapatan asli daerah
kabupaten dan kota se-Jawa dan Bali. Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data keuangan daerah yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik.
Adapun data-data tersebut adalah data PDRB, realisasi PAD dan realisasi
data sebelum otonomi daerah, yaitu data tahun 1998–2000 dan data setelah
kemampuan keuangan daerah ke arah yang lebih baik. Salah satu faktor yang
49
menyebabkan perubahan kemampuan keuangan ini adalah tingkat
pertumbuhan ekonomi.
6. Penelitian keenam, dalam sebuah jurnal yang ditulis oleh Joko Waluyo
digunakan adalah Two Stage Least Square (TSLS). Evaluasi terhadap kualitas
model dilakukan dengan menggunakan RMSE, MAE, MAPE, dan TIC. Data
yang digunakan adalah data atas dasar harga konstan tahun 2003 dan data
level pada tingkat propinsi. Sumber data utama berasal dari publikasi Biro
variabel yang digunakan adalah Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi
Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil Pajak (DBHP), dan Dana Bagi Hasil
50
pertumbuhan ekonomi relatif lebih tinggi didaerah pusat bisnis dan daerah
7. Penelitian ketujuh yaitu oleh Didit Welly Udjianto (2007) yang berjudul
rutin masuk dalam kategori baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata
8. Penelitian kedelapan yang dilakukan oleh Mehmet Serkan Tosun dan Serdar
di Turki sejak awal tahun 1980‘an. Jurnal ini menjelaskan pembangunan dan
51
banyak literatur mengenai efek ekonomi dari desentralisasi pemerintah baik
dari negara berkembang maupun negara maju, efek-efek tersebut tidak dapat
menggunakan metode cross-section dan data panel. Data panel terdiri dari 67
Turki dengan menggunakan 1.724 observasi. Hal ini sangat penting untuk
9. Penelitian kesembilan yang ditulis oleh Puji Wibowo (2008) dalam jurnal
52
1999-2004. Dengan menggunakan data panel 29 propinsi, penelitian ini
daerah untuk pengelolaan sumber daya potensial yang dimiliki oleh suatu
daerah tersebut. Penelitian ini juga menjelaskan dalam hal otoritas fiskal,
Buku Statistik Tahunan Indonesia yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS) dan website Departemen Keuangan RI. Dependent Variable nya adalah
ini penulis sebut sebagai variabel pengendali (control variables) yakni initial
level of GDP, jumlah penduduk, rasio investasi terhadap GDP, rasio sumber
DAU dan DAK maupun yang tidak memperhitungkan dana transfer, rasio
PAD terhadap total pengeluaran, dan rasio PAD terhadap dana perimbangan.
53
yang diluncurkan sejak tahun 2001 memberikan dampak yang lebih baik
fiskal sebelumnya.
10. Penelitian kesepuluh yang ditulis oleh Yunan (2009) berupa tesis yang
Ordinary Least Squares (OLS), dengan data sekunder time series tahun 1988-
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
54
ekonomi terhadap
pertumbuhan dalam
hal dampak
langsung, harapan
terhadap
pertumbuhan lebih
tinggi dari
desentralisasi. Tapi
perubahan yang
dinamis terhadap
sentralisasi
pengeluaran publik
55
kebijakan
desentralisasi fiskal.
menunjukkan bahwa
benar-benar siap
memasuki era
desentralisasi fiskal.
56
regional pengaruh terhadap
terhadap
stabilitas harga dan
stabilitas harga
pertumbuhan
dan
pertumbuhan ekonomi secara
ekonomi
signifikan.
regional di Jawa
Gabungan dari
Timur (Periode
1995-2004) kedua kebijakan
tersebut berdampak
signifikan terhadap
pertumbuhan
regional dan
stabilitas harga.
57
pergeseran
kemampuan
keuangan daerah ke
arah yang lebih baik.
2007 Joko Waluyo Indonesia Mengetahui Hasilnya
dampak
desentralisasi fiskal
desentralisasi
dapat meningkatkan
fiskal terhadap
pertumbuhan pertumbuhan
ekonomi dan
ekonomi relatif lebih
ketimpangan
tinggi di daerah
pendapatan
antardaerah di pusat bisnis dan
Indonesia
daerah yang kaya
akan SDA-nya.
dapat disimpulkan
bahwa rata-rata
propinsi di Indonesia
58
seharusnya mampu
membiayai
pengeluarannya
sendiri tanpa
bantuan dari
pemerintah pusat.
memberikan dampak
terhadap
59
pembangunan daerah
dibandingkan
dengan rezim
desentralisasi fiskal
sebelumnya.
ekspor, berpengaruh
pertumbuhan perbankan,
ekonomi di pengeluaran
berpengaruh positif
dan signifikan,
nilai ekspor.
60
G. Kerangka Pemikiran
panjang dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian ini bertujuan untuk
regional di propinsi Jawa Barat, baik secara simultan maupun secara parsial
dengan menggunakan uji F dan uji t. Selain itu juga dilihat nilai koefisien
Hal ini sesuai dengan teori Keyness yang menyatakan bahwa kebijakan APBD
dan APBN merupakan salah satu mesin pendorong pertumbuhan ekonomi dan
penentu tercapainya target dan sasaran makro ekonomi daerah. Kebijakan ini
pada peningkatan PAD. Pada sisi belanja, akan diusahakan pada peningkatan
berjalan dengan cepat dapat memperbesar jumlah penduduk hingga menjadi dua
61
kali lipat dalam waktu satu generasi, dan akan menurunkan kembali tingkat
pembangunan ke taraf yang lebih rendah. Pada tingkat ini, pekerja akan
menerima upah yang sangat minim yaitu upah hanya mencapai tingkat cukup
dengan teori modal manusia merujuk pada stok pengetahuan dan keterampilan
pertumbuhan ekonomi.
dummy. Variabel ini digunakan karena selama periode penelitian yaitu tahun
kebijakan otonomi daerah sebagai implikasi dari UU No. 32/ 2004 dam UU
No.33/ 2004 yang merupakan revisi dari UU No.22/ 1999 dan UU No.25/ 1999.
62
Berdasarkan kerangka teori yang telah dikemukakan sebelumnya
PAD
(X1)
PERTUMBUHAN
EKONOMI
JUMLAH
(Y)
PENDUDUK
(X2)
TINGKAT
PENDIDIKAN
(X3)
METODE DATA PANEL
1. PLS
DUMMY 2. FEM
OTONOMI 3. REM
DAERAH
(X4)
PENGUJIAN HIPOTESIS
1. UJI t
2. UJI F
3. R²
KESIMPULAN DAN
IMPLIKASI
63
H. Hipotesis Penelitian
terhadap pendapatan asli daerah (PAD), dimana semakin tinggi PAD, maka
karena adanya efek law of diminishing returns atas penggunaan tanah dan
hubungan yang positif terhadap PDRB, karena kualitas sumber daya manusia
dilakukan dengan uji t, dengan indikator bahwa t hitung >t tabel, maka H0 ditolak
dan H1 diterima, atau juga dapat dilakukan dengan indikator probability value
yang dibandingkan dengan nilai α, dengan indikator bahwa bila nilai α >
terhadap variabel dependen dapat dilakukan dengan uji F statistik. Pengujian ini
64
dilakukan dengan cara membandingkan nilai F hitung dengan nilai kritis yang
65
H0: α4 = 0 artinya Kebijakan otonomi daerah tidak berpengaruh signifikan
H1: α5 # 0 artinya paling tidak atau minimal terdapat satu variabel bebas
(dependen).
66
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Periode waktu yang digunakan pada penelitian ini meliputi tahun 1995-
2008 dengan menggunakan metode data panel. Sedangkan jenis data yang
penulis gunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, yakni data yang
diperoleh dari hasil pengolahan pihak kedua (data eksternal). Adapun data yang
67
Cirinya antara lain: sampel sesuai tujuan, jumlah sampel tidak
kota di propinsi Jawa Barat dengan PDRB riil tertinggi, sedang, dan terendah.
kabupaten/ kota yang ada di propinsi Jawa Barat yang terdiri dari 17 kabupaten
dan 9 kota. Karena populasi ini tergolong cukup besar, maka peneliti
sampling.
daerah). Teknik ini digunakan untuk menentukan sampel jika obyek yang akan
diteliti atau sumber data sangat luas (Azwar; 1998). Teknik ini dilakukan
melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel wilayah dan tahap
populasi (26 kabupaten/ kota) yaitu sebesar 2,6 dan dibulatkan menjadi 3
Sukabumi.
1. Sumber Data
bersumber dari Buku Jawa Barat dalam Angka, Kabupaten/ Kota dalam
68
Angka, Produk Domestik Regional Bruto menurut Kabupaten/ Kota di Jawa
Barat, Data Sosial Ekonomi Masyarakat Jawa Barat, serta website Jawa Barat
dan kabupaten/ kota, dan disamping juga data yang berasal dari sumber-
a) Field Research
b) Library Research
dengan penelitian.
series) dan data lintas individu (cross section), dimana unit cross section
yang sama diukur pada waktu yang berbeda. Analisis data panel digunakan
69
untuk mengamati hubungan antara satu variabel terikat (dependent variable)
secara statistik maupun secara teori ekonomi, antara lain (Gujarati; 2003) :
3. Data panel mendasarkan diri pada observasi cross section yang berulang-
dynamic adjustment.
tidak diperlukan pengujian asumsi klasik dalam model data panel, sesuai apa
yang ada dalam beberapa literatur yang digunakan dalam penelitian ini
70
2. Estimasi Model Data Panel
Pada dasarnya ada tiga teknik untuk meregresi data panel (Baltagi,
2002; Gujarati, 2003; Maddala, 1993; Pindyck dan Rubinfield, 1998), yaitu:
pendekatan OLS biasa (Pooled Least Square), pendekatan efek tetap (Fixed
Yaitu dengan menggabungkan (pooled) seluruh data time series dan cross
ordinary least square (OLS). Hasil analisis regresi ini dianggap berlaku
satu objek pada suatu waktu akan sangat berbeda pada kondisi objek
tersebut pada waktu yang lain (Wing Wahyu Winarno; 2007; hlm 9.14 ).
71
series atau cross section. Model FEM dengan efek tetap maksudnya adalah
bahwa satu objek, memiliki konstan yang tetap besarnya untuk berbagai
tetap dari waktu ke waktu (time invariant) (Wing Wahyu Winarno; 2007;
hlm 9.14 ).
dummy variable, oleh karena itu model ini dikenal juga dengan Least
hilang dalam periode observasi. Variabel tersebut baik yang secara spesifik
untuk daerah tertentu tapi tidak berubah sepanjang waktu, maupun karena
variabel yang hilang tersebut spesifik pada waktu tertentu untuk seluruh
daerah.
dengan eror yang bersifat idiosyncratic, faktor yang luput dari pengamatan
demikian, manfaat dari estimasi fixed effect adalah bahwa attrition yang
terkait dengan faktor yang luput dari pengamatan, akan ditampung dalam
72
c. Pendekatan Efek Acak (Random Effect Model)
menggunakan metode efek random, yaitu objek data silang harus lebih
besar dari banyaknya koefisien. (Wing Wahyu Winarno; 2007; hlm 9.15).
Tabel 3.1
Perbedaan Fixed Effect Model dan Random Effect Model
73
Kemudian dilakukan uji F-test. Jika hasil menunjukkan model PLS yang
diterima, maka model PLS-lah yang akan dianalisa. Tapi jika model FEM
lagi dengan model REM. Setelah itu dilakukan pengujian dengan Haussman
test untuk menentukan model mana yang akan dipakai, apakah FEM atau
REM.
a. PLS vs FEM
individu. Padahal asumsi bahwa setiap unit cross section memiliki perilaku
F = (R2 UR – R2R) / m
(1 - R2 UR) / df
dimana:
R2 R = restricted R2 ;
df = df for denominator (NT-N-k)
74
T = Jumlah data time series
Jika nilai F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, artinya model panel
yang baik untuk digunakan adalah Fixed Effect Model, dan sebaliknya.
Jika Ho diterima, berarti model PLS yang dipakai dan dianalisis. Namun
jika Ho ditolak, maka model FEM harus diuji kembali untuk memilih
b. FEM vs REM
sebagai panduan untuk memilih antara fixed effect atau random effect (ToT
1. Bila T (jumlah unit time series) besar sedangkan N (jumlah unit cross
section) kecil, maka hasil FEM dan REM tidak jauh berbeda. Dalam hal
yaitu FEM.
2. Bila N besar dan T kecil, maka hasil estimasi kedua pendekatan dapat
berbeda secara signifikan. Jadi, apabila kita meyakini bahwa unit cross
section yang kita pilih dalam penelitian diambil secara acak (random)
unit cross section yang kita pilih dalam penelitian tidak diambil secara
75
3. Apabila cross-section error component (εi) berkorelasi dengan variabel
4. Apabila N besar dan T kecil, dan apabila asumsi yang mendasari REM
sebagai berikut:
jumlah koefisien variabel yang diestimasi. Jika hasil dari Haussman test
76
analisis apabila hanya melakukan regresi tanpa membedakan adanya
desentralisasi fiskal.
bahwa intercep dan slope koefisien adalah sama pada sebelum dan sesudah
intercep berbeda dan slope koefisien adalah sama pada sebelum dan sesudah
intercep sama dan slope koefisien berbeda pada sebelum dan sesudah shock.
antara intercep dan slope koefisien adalah berbeda pada sebelum dan sesudah
shock.
5. Model Empiris
sebagai berikut:
dimana :
77
PDRBit : PDRB riil daerah i pada periode t (Rp);
dari parameter positif atau negatif selanjutnya akan digunakan untuk menguji
hipotesis penelitian.
6. Pengujian Hipotesis
sebagai berikut:
78
b. Jika signifikansi nilai t < α maka terdapat pengaruh yang signifikan
c. Jika signifikansi nilai t > α maka tidak ada pengaruh yang signifikan
t-statistik = b – β
Se (b)
b = nilai koefisien
Se = standard error β
t-tabel bisa dilihat pada tabel distribusi t dengan derajat kebebasan atau
k), artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas
(1-R²) / (n-k)
R² = koefisien determinasi
n = jumlah sampel
F-tabel dilihat pada tabel distribusi F dengan 1-α; k-1; n-k, dimana:
n = jumlah observasi
80
Gambar 3.2. F-Statistik
dependen.
81
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
yang merupakan PDRB atas dasar harga konstan yang menunjukkan nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung dengan memakai harga yang
berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar (base year). Dalam
penelitian ini digunakan PDRB atas dasar harga konstan tahun 1993.
2. Variabel Independen
sendiri oleh pemerintah daerah. Sumber PAD terdiri dari: pajak daerah,
retribusi daerah, laba dari badan usaha milik daerah (BUMD), dan
satuan orang.
dummy.
82
Tabel 3.2
Operasional Variabel Penelitian
83
BAB IV
1. Kabupaten Bandung
Barat. Ibu kotanya adalah Soreang. Batas utara kabupaten Bandung Barat;
Barat; dan di bagian tengah kota Bandung dan kota Cimahi. Kabupaten
umum dapat dilihat dari beberapa indikator makro, yaitu indikator makro
ekonomi dan indikator makro sosial budaya, yang pada akhirnya akan
pembangunan terdiri atas indikator makro sosial yang berasal dari komponen
84
1. Sosial
2. Budaya
dan damai.
3. Hankam
Bandung.
4. Agama
85
Kerjasama antar umat beragama diwujudkan dalam forum kerukunan
umat beragama.
8.181 buah
6. Konghucu :-
2. Kabupaten Cianjur
masyarakat. Keadaan itu ditunjang dengan banyaknya sungai besar dan kecil
86
yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya pengairan tanaman pertanian.
dan konservasi, 58.101 Ha (16,59 persen) berupa tanah pertanian lahan basah,
97.227 Ha (27,76 persen) berupa lahan pertanian kering dan tegalan, 57.735
kabupaten Cianjur sebanyak 1.931.480 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-
laki sebanyak 982.164 jiwa dan perempuan 949.676 jiwa dengan laju
Pacet sebanyak 170.224 jiwa dan kecamatan Cianjur sebanyak 140.374 jiwa.
87
Lapangan pekerjaan penduduk kabupaten Cianjur di sektor pertanian
terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) yaitu sekitar 42,80 persen.
Sektor lainnya yang cukup banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor
perdagangan dan jasa yaitu sekitar 14,60 persen. dan pengiriman pembantu
sebesar 30 persen.
3. Kota Sukabumi
Kota Sukabumi adalah sebuah kota di propinsi Jawa Barat. Kota ini
88
tengah wilayah kabupaten Sukabumi. Kota Sukabumi terdiri atas 7
kecamatan.
Tinggi Teknologi Nusa Putra, Amik BSI, STMIK Nusa Mandiri, STMIK
PGRI, STKIP PGRI, STAI Sukabumi, STAI Syamsul 'Ulum, STH Pasundan
Baiturrahman.
89
perawatan, 18 puskesmas pembantu, 499 posyandu, 20 apotik, 27 toko obat,
berupa:
Bank Umum 23, Bank BPR 2, Bank Muamalat 4, Bank Syariah 1, dan
Koperasi 66.
Industri
Industri kecil menengah 1.502, industri rumah tangga 224, yang bergerak
Perdagangan
internet 10, salon kecantikan 138, rental play station 177, rental komputer
51, rental mobil 56, penyewaan VCD/ LD 159, dan penyewaan alat pesta
64.
Akomodasi :
Sarana Pendidikan
TK 37, SD/MI 168, SLTP/MTSn. 36, SMU Negeri 5, SMU Swasta 12,
SMK Negeri 3, SMK Swasta 14, Aliyah Negeri 2, Aliyah Swasta 7, dan
90
B. Penemuan dan Pembahasan
1. Analisa Deskriptif
daerahnya.
suatu wilayah dalam menciptakan nilai tambah pada suatu waktu tertentu.
PDRB dapat dilihat dari tiga sisi pendekatan, yaitu produksi, penggunaan,
pendapatan.
dari sisi pendapatan, nilai tambah merupakan jumlah dari upah/ gaji
surplus usaha, penyusutan, dan pajak tak langsung neto yang diperoleh.
PDRB disajikan dalam dua versi penilaian, yaitu ―atas dasar harga
91
berlaku‖, yakni menggunakan harga tahun berjalan serta ―atas dasar harga
adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Hal ini juga diikuti
92
selama periode orde baru menuju arah kebijakan pemerintahan daerah
tahun 2003-2004, yakni 2-3 tahun pasca era kebijakan otonomi daerah
alokasi dana yang dimiliki kabupaten/ kota di propinsi Jawa Barat sebagai
daerah merupakan salah satu hal penting dalam upaya penggalian potensi
daerah dalam hal penggalian potensi tersebut guna mengisi besarnya nilai
yang sama, yakni semakin meningkat dari tahun ke tahun, terutama pasca
93
dari kebijakan otonomi daerah dengan tujuan peningkatan pertumbuhan
ekonomi daerah.
guna mengisi kekosongan pasar tenaga kerja. Namun demikian, net impact
94
Diungkapkan pula bahwa populasi dapat menurunkan produktivitas karena
adanya efek diminishing returns atas penggunaan tanah dan sumber daya
propinsi Jawa Barat memiliki pergerakan yang sama, dengan besaran yang
migran baru yang masuk disebabkan daya tarik propinsi Jawa Barat, baik
Jawa Barat.
95
d. Analisa Deskriptif Tingkat Pendidikan di Propinsi Jawa Barat
berdasarkan data yang penulis peroleh dari Badan Pusat Statistik Jawa
pendidikan di propinsi Jawa Barat hampir sama dengan nilai yang berbeda,
96
yakni semakin meningkat setiap tahunnya, namun ada juga yang
pendidikan yang baik dan dapat menunjang kehidupannya. Hal ini dinilai
Tabel 4.1
Regresi Data Panel: Pooled Least Square
R-squared 0.921273
Tabel 4.2
Regresi Data Panel: Fixed Effect Model
R-squared 0.961490
c. PLS vs FEM
Tabel 4.3
F-Restricted
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: Untitled
Test cross-section fixed effects
98
Dari tabel 4.3 diperoleh nilai F-statistik adalah 16,844297, dengan
nilai F-tabel pada df (2,35) α = 5 % adalah 3,27, sehingga nilai F statistik >
F tabel, maka H0 ditolak, sehingga model data panel yang dapat digunakan
H0 diterima H0 ditolak
0 3,27 16,844297
statistik) > F-tabel, maka H0 ditolak, artinya model data panel yang
Effect Model, model data panel masih harus dibandingkan lagi antara
syarat bahwa number of unit cross section > number of coefficient. Tetapi
pada penelitian kali ini, persamaan regresi tidak memenuhi syarat tersebut,
99
pendekatan Random Effect tidak dapat dilakukan dan model panel tetap
3. Pengujian Hipotesis
dengan menggunakan teknik data panel dengan dummy variabel. Hal ini
100
Tabel 4.4
Hasil Perhitungan Estimasi Data Panel dengan Dummy Variabel
terhadap Keseluruhan Periode Penelitian (1995-2008)
Variable PDRB
Coefficient t-Statistic Prob.
C 999870.8 1.927814 0.0620
PAD? 0.015125 2.015751 0.0516
POPRATE? -7.607050 -6.269852 0.0000
SMAPT? 1.949714 6.033851 0.0000
DOTDA? 727688.9 2.716136 0.0102
Fixed Effects (Cross)
_BDG—C 1537164.
_CNJR—C -1121650.
_SKBM—C -415514.3
R-squared 0.961490
Adjusted R-squared 0.954889
F-statistic 145.6435
Prob(F-statistic) 0.000000
H0 diterima
H0 ditolak H0 ditolak
b a d c
-2,03 2,03
Keterangan gambar:
berarti H0 ditolak
Jawa Barat. Hal ini dapat diketahui dari nilai t tabel (2,03) > t statistik
propinsi Jawa Barat. Hal ini berarti bahwa semakin naik tingkat
103
1,949714 berarti bahwa setiap peningkatan tingkat pendidikan sebesar 1
ekonomi.
104
diperoleh nilai F-statistik 145,6435. Pada tingkat kepercayaan α = 5 %,
H0 diterima H0 ditolak
2,22-2,25 145,6435
105
4. Interpretasi Hasil Analisis
Tabel 4.5.
Interpretasi Koefisien Fixed Effect Model
106
a. Pendapatan Asli Daerah
107
optimalisasi penerimaan dari dana perimbangan, permasalahannya
yaitu masih belum akuratnya data obyek dan subyek PBB, BPHTB,
b. Jumlah Penduduk
108
Jumlah penduduk di suatu daerah merupakan aset dan
sumber daya manusia yang baik dan tersedianya lapangan kerja yang
yang pesat tetapi dengan kualitas yang rendah dapat menjadi beban
rendah. Pada tingkat ini, pekerja akan menerima upah yang sangat
suatu daerah.
109
Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya
c. Tingkat Pendidikan
sumber daya untuk merealisasikan rencana yang telah dibuat. Hal ini
masyarakat setempat.
110
Pendidikan merupakan syarat utama pembangunan
111
Romer yang menyatakan bahwa pendidikan memiliki hubungan
Barat yang merupakan salah satu propinsi dengan wilayah yang luas
112
b. Periode Sebelum Otonomi Daerah (1995-2000)
Tabel 4.6
Hasil Perhitungan Estimasi dengan Data Panel
terhadap Periode Sebelum Otonomi Daerah (1995-2000)
Variable PDRB
Coefficient t-Statistic Prob.
C 2855146. 2.981237 0.0115
R-squared 0.988600
Adjusted R-squared 0.983851
113
F-statistic 208.1330
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Ouput Pengolahan Data dengan Program Eviews 6. Lampiran 4.
nilai Ftabel dengan k=6 dan n=18 adalah 2,66. Karena Fhitung > Ftabel maka
5 persen.
114
c. Periode Otonomi Daerah (2001-2008)
(2001-2008).
Tabel 4.7
Hasil Perhitungan Estimasi dengan Data Panel
terhadap Periode Otonomi Daerah (2001-2008)
Variable PDRB
Coefficient t-Statistic Prob.
C -1243381. -1.334218 0.1988
PAD? 0.011001 1.457646 0.1622
POPRATE? -5.313933 -2.567406 0.0194
SMAPT? 2.425561 6.441757 0.0000
115
R-squared 0.966203
Adjusted R-squared 0.956815
F-statistic 102.9180
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Ouput Pengolahan Data dengan Program Eviews 6. Lampiran 5.
dengan n=6; k=24 pada α = 5 % adalah 2,51. Karena Fhitung > Ftabel maka
95 persen.
persen, maka pertumbuhan ekonomi akan turun sebesar 5,314 persen. Hal
ini terjadi apabila di suatu daerah memiliki populasi yang cukup banyak
regional di propinsi Jawa Barat. Hal ini dapat dilihat dari tidak
semua pembiayan dan penentuan suatu kebijakan atas dana yang ada di
potensi ekonomi yang ada, sehingga dapat memberi efek positif terhadap
117
pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan PDRB riil merupakan salah satu
Oleh karena itu, untuk melihat perbandingan antar periode atas dasar
dibawah ini:
Tabel 4.8
Arah Hubungan Variabel-variabel Independen
terhadap Variabel Dependen
118
daerah yang tidak baik sehingga penggunaan PAD yang harusnya
persen.
perimbangan keuangan pusat dan daerah dibahas dalam bagian ini. Selama
pertumbuhan ekonomi.
119
Jawa Barat. Sedangkan variabel PAD tidak memiliki pengaruh yang
120
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
ekonomi dapat dilihat dari sisi potensi pajak, retribusi, dan lain-lain
kendala, antara lain; belum terdatanya semua obyek dan wajib pajak daerah,
propinsi Jawa Barat. Hal ini dapat dilihat apabila jumlah penduduk turun
didukung dengan kualitas sumber daya manusia yang baik dan tersedianya
lapangan kerja yang memadai. Namun, hal ini tidak berlaku di propinsi Jawa
Barat karena meskipun jumlah penduduk yang pesat, namun tidak diimbangi
dengan kualitas SDM-nya justru dapat menjadi beban berat bagi proses
Hal ini dapat diketahui apabila nilai tingkat pendidikan naik sebesar 1 persen,
Barat. Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung yang signifikan pada taraf
keyakinan hingga 95 persen. Ini berarti selama periode penelitian yakni dari
122
daerah membawa pengaruh yang signifikan terhadap variasi pertumbuhan
Jawa Barat. Hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung yang signifikan pada taraf
juga mampu menjelaskan variasi dari variabel dependen sebesar 96,15 persen,
luar model.
B. Implikasi
disparitas pertumbuhan ekonomi). Menurut Lin dan Liu (2000), ada dua hal
dimiliki.
123
2. Dalam hal menentukan besarnya PAD suatu daerah, juga harus dilakukan
dengan cermat dan tepat. Hal ini karena pasca diterapkannya kebijakan
cara menggali potensi daerah guna mengisi besarnya nilai PAD tersebut.
daya manusia yang berkualitas sehingga dapat memiliki daya saing yang
tinggi guna mengisi lapangan kerja yang berkualitas agar dapat mengurangi
pertumbuhan ekonomi.
yang memadai. Hal ini sangat diperlukan, karena jumlah penduduk yang
informasi yang lebih mudah untuk diakses oleh masyarakat. Hal ini karena
124
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Priyo Hari. ―Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi (Studi pada Kabupaten dan Kota se Jawa-Bali)‖. Universitas
Kristen Satya Wacana, 2005.
Adi, Priyo Hari. ―Kemampuan Keuangan Daerah dalam Era Otonomi dan
Relevansinya dengan Pertumbuhan Ekonomi (Studi pada Kabupaten dan
Kota se Jawa-Bali)‖. Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2007.
125
Ehtisham, Ahmad, et.all. ―Intergovernmental Grant System: Application of a
General Framework to Indonesia‖. IMF Working Paper No. WP/02/128,
International Monetary Fund, Washington DC, 2002.
Isdijoso, Brahmantio dan Wibowo, Tri. ―Analisis Kebijakan Fiskal Pada Era
Otonomi Daerah, Studi Kasus: Sektor Pendidikan di Kota Surakarta.
Kajian Ekonomi Dan Keuangan‖, Vol. 6, No. 1. Maret, 2002.
Laboratorium Ilmu Ekonomi FEUI. ―Sesi VIII Model Panel‖. Depok, 2006.
126
Sidik, Machfud dan Mahi, Raksaka. Simanjuntak, Robert A. ―Dana Alokasi
Umum: Konsep, Hambatan, dan Prospek di Era Otonomi Daerah‖.
Kompas, Jakarta, 2002.
127
Yunan. ―Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia‖. 2009.
http://www.bimakab.go.id/index.php?pilih=hal&id=31
http://www.dprd-sumbawakab.go.id/artikel-pdf.php?id=48
http://www.indonesiaindonesia.com/f/2390-indonesia-era-orde-baru/
http://www.theindonesianinstitute.org/janeducfile.htm
http://pustaka.net/pengaruh.desentralisasi.fiskal.terhadap.belanja.pembangunan.d
aerah.di.kabupaten.sa.banua.lima.banjar.kota.banjarmasin.propinsi
http://www.sumbawanews.com/berita/opini/peran-aparatur-dalam-
pembangunan-di-era-otda.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Keynesianisme
128
LAMPIRAN I
DATA OBSERVASI
129
CNJR 2006 2523693,96 56520108 2125023 145817
CNJR 2007 2629324,68 66675210 2149121 116271
CNJR 2008 2735672,14 65780144 2169984 177057
SKBM 1995 479948 5410944 125766 25850
SKBM 1996 514818 5491663 126600 35649
SKBM 1997 531312 6802239 127700 22800
SKBM 1998 368738 9917041 128800 58449
SKBM 1999 457169 8346075 130000 58788
SKBM 2000 479190 8336680 252420 64505
SKBM 2001 503224 13234590 257675 56679
SKBM 2002 529421 15073724 261861 63193
SKBM 2003 557639,8 25523466 267807 61315
SKBM 2004 589811,5 24955460 272736 67914
SKBM 2005 624917,5 36577623 287760 68452
SKBM 2006 663846,43 31599368 294646 75247
SKBM 2007 706959,06 43847983 300694 67976
SKBM 2008 750071,68 52871774 305800 70573
130
LAMPIRAN 2
OUTPUT POOLED LEAST SQUARE
131
LAMPIRAN 3
OUTPUT FIXED EFFECT MODEL
PERIODE KESELURUHAN (1995-2008)
Effects Specification
132
LAMPIRAN IV
FIXED EFFECT MODEL
PERIODE SEBELUM OTONOMI DAERAH (1995-2000)
Effects Specification
133
LAMPIRAN V
FIXED EFFECT MODEL
PERIODE OTONOMI DAERAH (2001-2008)
Effects Specification
134