Anda di halaman 1dari 27

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pekerjaan : Timbunan Tanah Persiapan Perpanjangan Landasan Pacu.


Lokasi : Bandar Udara Melalan Melak-Kalimantan Timur.
Tahun Anggaran : 2016.

I. METODOLOGI / PROSEDUR PELAKSANAAN PEKERJAAN

I. PEKERJAAN AWAL

1. Pemasangan Papan Nama Proyek.


Pemasangan Papan nama proyek dilaksanakan setelah kontrak ditandatangani dan dipasang sebelum
kegiatan berlangsung di lokasi pekerjaan. Papan nama proyek dibuat berukuran sekitar 120 x 80 cm yang
terbuat dari triplek, diberi rangka kayu kaso ukuran 4 – 6 cm, dan tiang dengan ukuran 5 – 7 cm dicat
dengan warna yang sesuai dengan gambar rencana dan diberi penamaan sesuai informasi dari Konsultan
Pengawas dan Direksi Teknis. Papan Nama harus kuat dari terpaan angin dan hujan. Sehingga tetap
terpasang sampai akhir proyek.
2. Dokumentasi Nol Persen.
Sebelum pekerjaan dimulai di lokasi pekerjaan, harus di ambil dokumentasi kondisi lapangan nol
persen di seluruh titik-titik lokasi pekerjaan yang akan dikerjakan.
3. Pekerjaan Direksi Kiet, Gudang dan Barak Kerja.
Direksi kiet, gudang dan barak adalah bangunan sederhana yang cukup representatif/layak untuk
digunakan sebagai ruang direksi, gudang bahan dan material, barak para pekerja, maupun ruang untuk
kebutuhan administratif, yang manfaatnya adalah untuk memperlancar kerja di lapangan yang menyangkut
koordinasi tim kerja dan berbagai pihak yang terlibat dalam proyek. Direksi keet terdiri dari pondasi batako,
dinding triplek, rangka kayu Kls II, atap seng gelombang dan lantai di-floor/diplester atau menggunakan
bahan/material yang direkomendasikan oleh direksi. Perlengkapan pada Direksi keet terdiri dari beberapa
set meja, kursi tamu, papan tulis/white board, file kabinet, gambar rencana, time schedule, grafik cuaca,
buku tamu dan buku harian mingguan standar. Peralatan dan meubilair yang tersedia harus sesuai dengan
yang disyaratkan dalam kontrak.

4. Pekerjaan Pengukuran.
a. Pekerjaan pengukuran, pemetaan dan pembuatan benchmark/BM tambahan untuk pelaksanaan
pekerjaan dipersiapkan terlebih dahulu, agar apa yang dilakukan pelaksana tidak salah atau
menyimpang dari ketentuan yang sudah direncanakan. Pengukuran awal terhadap kondisi awal proyek
(MC 0) diukur secara keseluruhan terhadap rencana pekerjaan. Pengukuran awal proyek dilaksanakan
oleh Surveyor dibantu Asisten Surveyor dengan peralatan Theodolit dan Waterpass.
Jika ada perbedaan volume antara volume dalam kontrak dan volume lapangan hasil pengukuran
dilapangan, dapat dilakukan addendum volume pekerjaan.
b. Penyediaan patok dari kayu kaso ukuran 4-6 cm, tinggi 200 cm atau sesuai kebutuhan, dicat warna
putih dan hitam, tiap titik dipatok sesuai dengan keperluan atau sesuai petunjuk direksi. Pengukuran
dilakukan Kontraktor bersama Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis, dari mulai Sta. awal sampai Sta.
Akhir.
c. Pada akhir pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan pengukuran akhir untuk mendapatkan data ukur akhir
pekerjaan agar dapat digunakan sebagai pembuatan gambar As built drawing.
d. Hasil pengukuran bersama tersebut harus ditandatangani secara bersama-sama antara pelaksana
pekerjaan, konsultan pengawas dan direksi proyek.

5. Pekerjaan Mobilisasi.
1. Mobilisasi Tenaga Kerja.
Pekerjaan mobilisasi tenaga kerja ke lokasi pekerjaan dilakukan sesuai dengan kebutuhan tenaga
kerja di lokasi pekerjaan, dan dilakukan dengan tepat waktu agar tidak terjadi kevakuman kegiatan di lokasi
pekerjaan. Mobilisasi tenaga kerja di atur secara terjadwal sesuai dengan kegiatan yang akan dilaksanakan
di lokasi pekerjaan.
Mobilisasi tenaga kerja dilakukan setelah barak kerja tersedia / barak kerja siap untuk digunakan.
2. Mobilisasi Peralatan.
Mobilisasi peralatan dilaksanakan setelah tempat penyimpanan sementara/tempat parkir yang
memadai tersedia dengan cukup dan nyaman dekat lokasi pekerjaan. Mobilisasi peralatan dapat dilakukan
secara bertahap, sesuai dengan keperluan peralatan di lokasi pekerjaan. Untuk menjamin proses mobilisasi
sebaiknya di kawal oleh petugas kepolisian untuk menghindari terjadinya kecelakaan.

Gambar :
Mobilisasi peralatan ke lokasi pekerjaan.

Selain itu untuk kebutuhan operasi peralatan, harus disediakan pula BBM yang cukup di gudang. BBM
harus ditempatkan pada tempat yang aman untuk menghindari terjadinya kebakaran.

II. PEMATANGAN LAHAN, PEKERJAAN GALIAN TANAH DASAR DAN PEMADATAN TANAH DASAR.

1. Pematangan Lahan.
Lokasi pekerjaan yang akan di urug, sebelumnya harus di bersihkan dari pepohonan, sisa sisa
tebangan kayu, akar-akar kayu dan seluruh pohon dan rumput pada lokasi pekerjaan harus di
tebang/diparas dan dibuang jauh dari lokasi pekerjaan.

Gambar : Proses Pematangan Lahan/Pembersihan Lahan.


Ket : Hasil tebangan pohon, sisa batang pohon dan rumput di buang jauh dari lokasi pekerjaan.
2. Galian Tanah Dasar/Humus/Penyiapan Tanah Dasar.

Permukaan tanah dasar/humus harus di gali dengan menggunakan alat dan harus dibuang jauh dari
lokasi pekerjaan, demikian juga lumpur/tanah dasar lunak harus di hilangkan/ di gali dan dibuang jauh dari
lokasi pekerjaan, agar diperoleh tanah dasar yang kuat/ sesuai dengan CBR tanah dasar yang di syaratkan
dalam spesifikasi teknis.
Jika di izinkan di buat drainase untuk mengalirkan lumpur dari lokasi pekerjaan dan agar lokasi
pekerjaan tidak terendam air, karna urugan yang terendam air akan berkurang kekuatannya dalam
menahan beban.

Gambar : Galian Top Soil dan Drainase pengeringan lahan berair/mengalirkan lumpur dari lokasi
pekerjaan.

3. Pemadatan Tanah Dasar.

Setelah permukaan tanah dasar/humus di gali dan dibuang/dibersihkan, maka tanah dasar tersebut
dipadatkan sebelum di urug. Atau permukaan tanah dasar/topsoil yang dihilangkan tersebut diganti dengan
timbunan / urugan yang disyaratkan dalam dokumen pengadaaan. Sebelum tanah dasar dipadatkan harus
diperiksa oleh direksi terlebih dahulu untuk memastikan CBR rencana tanah dasar telah terpenuhi dan
untuk memastikan bahwa tanah dasar yang akan di urug telah bersih dari akar pohon, kotoran dan sampah
lainnya. Pemeriksaan tanah dasar dilakukan dengan peralatan lab sand cone. Tanah dasar jika diperlukan
harus diratakan agar muda dipadatkan.

Gambar : Pemadatan Tanah Dasar. Gambar : Uji Kepadatan Tanah


A. Penyiapan Lapangan untuk tanah dasar dari mulai alat berat dan alat bantu lainnya serta tenaga
kerja telah siap, patok elevasi dan batas telah terpasang untuk acuan area pekerjaan yang akan
dikerjakan.
B. Penggalian dan pengurugan untuk tanah dasar harus seperti yang ditetapkan dalam spesifikasi .
Pelaksana harus menyediakan dan menggunakan mal logam dan mistar logam untuk
memeriksa punggung atau kemiringan melintang. Bilamana diminta oleh konsultan pengawas
dan Direksi Teknis ketinggian lapangan harus diperiksa dengan alat survai ketinggian.
C. Pemadatan Tanah Dasar
Pemadatan lapisan tanah di bawah permukaan tanah dasar harus dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan spesifikasi :
1) Lapisan-lapisan yang lebih dari 30 cm di bawah permukaan tanah dasar harus dipadatkan
sampai 95% kepadatan kering maksimum yang ditetapkan sesuai dengan AASHTO T99.
2) Lapisan-lapisan yang berada pada 30 cm atau kurang, dan sampai permukaan tanah dasar
harus dipadatkan sampai 100% kepadatan kering maksimum.

III. PEKERJAAN GEOTEKSTIL


Geosintetik adalah material yang saat ini populer dalam proyek konstruksi di Indonesia terutama
dalam pembangunan konstruksi di atas tanah lunak yang banyak terdapat tanah gambut. Material sintetik
merupakan hasil polimerisasi dari industri-industri kimia atau minyak bumi.

Penggunaan bahan sintetik ini berkaitan dengan sifat ketahanan (durabilitity) material sintetik terhadap
senyawa-senyawa kimia, pelapukan, keausan, sinar ultra violet dan mikroorganisme. Polimer utama yang
digunakan untuk pembuatan geosintetik adalah Polyester (PET), Polyamide (PM), Polypropylene (PP), dan
Polyethylene (PE).

Geosintetik yang ada terdiri dari berbagai jenis dan diklasifikasikan dalam beberapa bentuk sebagai berikut
: Geotekstil, bahan lulus air dari anyaman (woven) atau tanpa anyaman (non woven) dari benang-benang
atau serat- serat sintetik yang digunakan dalam pekerjaan tanah. Geogrid, produk geotekstil yang berupa
lubang-lubang berbentuk segi empat (geotextile grid) atau lubang berbentuk jaring (geotextile net),
biasanya terbuat dari bahan Polyester (PET) atau High Density Polyethylene (HDPE) Geofabric, semua
produk geosintetik yang berbentuk lembaran Geocoposite, kombinasi dua atau lebih tipe geosintetik
Geomembrane, geosintetik yang bersifat impermeable atau tidak tembus air, biasanya dibuat dari bahan
high density polyethylene (HDPE).

GEOTEXTILE

Geotextile meliputi woven (tenun) dan non woven (tanpa tenun). Tenun dihasilkan dari ‘interlaying’ antara
benang-benang melalui proses tenun, sedangkan non woven dihasilkan dari beberapa proses seperti : heat
bonded (dengan panas), needle punched (dengan jarum), dan chemical bonded (enggunakan bahan kimia).
Baik woven maupun non woven dihasilkan dari benang dan serat polimer terutama : polypropelene,
poliester, polyethilene dan polyamide.
1. Woven Geotextile
Woven Geotextile adalah lembaran Geotextile terbuat dari bahan serat sintetis tenunan dengan tambahan
pelindung anti ultra violet yang mempunyai kekuatan tarik yang cukup tinggi, yang dibuat untuk mengatasi
masalah untuk perbaikan tanah khususnya yang terkait di bidang teknik sipil secara efisien dan efektif,
antara lain untuk mengatasi atau menanggulangi masalah pembuatan jalan dan timbunan pada dasar tanah
lunak, tanah rawa.
Bahan baku material ini adalah Polypropylene polymer (PP) dan ada juga dari Polyester (PET) yang didukung
oleh hasil test dan hasil riset di laboratorium, mengikuti standar ASTM, antara lain : kekuatan tarik,
kekuatan terhadap tusukan, sobekan, kemuluran dan juga ketahanan terhadap mico organisme, bakteri,
jamur dan bahan-bahan kimia. Material ini dibuat dalam berberapa macam tipe. Pemilihan tipe yang tepat
tergantung pada kondisi tanah dasar, fungsi dan beban yang direncanakan.

2. Non Woven Geotextile


Geotextile (Geotekstil) Non Woven, atau disebut Filter Fabric (Pabrik) adalah jenis Geotextile yang tidak
teranyam, berbentuk seperti karpet kain. Umumnya bahan dasarnya terbuat dari bahan polimer Polyesther
(PET) atau Polypropylene (PP).Non Woven Geotextile

FUNGSI

Geotextile Non Woven berfungsi sebagai :

Filter / Penyaring
Sebagai filter, Geotextile Non Woven berfungsi untuk mencegah terbawanya partikel-partikel tanah pada
aliran air. Karena sifat Geotextile Non Woven adalah permeable (tembus air) maka air dapat melewati
Geotextile tetapi partikel tanah tertahan. Aplikasi sebagai filter biasanya digunakan pada proyek-proyek
subdrain (drainase bawah tanah).

Separator / Pemisah
Sebagai separator atau pemisah, Geotextile Non Woven berfungsi untuk mencegah tercampurnya lapisan
material yang satu dengan material yang lainnya.

Stabilization / Stabilisator
Fungsi Geotextile ini sering disebut juga sebagai Reinforcement / Perkuatan. Misalnya dipakai pada proyek-
proyek timbunan tanah, perkuatan lereng dll. Fungsi ini sebenarnya masih menjadi perdebatan dikalangan
ahli geoteknik, sebab Geotextile bekerja menggunakan metode membrane effect yang hanya
mengandalkan tensile strength (kuat tarik) sehingga kemungkinan terjadinya penurunan setempat pada
timbunan, masih besar, karena kurangnya kekakuan bahan. Apalagi sifat Geotextile yang mudah mulur
terutama jika terkena air (terjadi reaksi hidrolisis) menjadikannya rawan sebagai bahan perkuatan lereng.

GEOTEXTILE/GEOGRID PADA TIMBUNAN TANAH

Geotekstil adalah lembaran sintesis yang tipis, fleksibel, permeable yang digunakan untuk stabilisasi dan
perbaikan tanah dikaitkan dengan pekerjaan teknik sipil. Pemanfaatan geotekstil merupakan cara moderen
dalam usaha untuk perkuatan tanah lunak.
Beberapa fungsi dari geotekstil yaitu:
untuk perkuatan tanah lunak. untuk konstruksi teknik sipil yang mempunyai umur rencana cukup lama dan
mendukung beban yang besar seperti landasan terbang dan dinding penahan tanah. sebagai lapangan
pemisah, penyaring, drainase dan sebagai lapisan pelindung. Geotextile dapat digunakan sebagai perkuatan
timbunan tanah pada kasus: Timbunan tanah diatas tanah lunak, Timbunan diatas pondasi tiang, Timbunan
diatas tanah yang rawan subsidence dan Timbunan Tanah Diatas Tanah Lunak.
Pada hakekatnya, timbunan diatas tanah lunak merupakan masalah daya dukung. Pertimbangan lain adalah
bahwa stabilitas timbunan kritis pada akhir konstruksi. Hal ini dikarenakan permeabilitas tanah lempung
lunak yang tidak memungkinkan pengaliran dan konsolidasi pada masa konstruksi. Pada akhir konstruksi,
beban telah diterapkan, tetapi tidak ada peningkatan kuat geser tanah akibat konsolidasi. Sesudah
konsolidasi terjadi, peningkatan kuat geser umumnya menghilangkan perlunya perkuatan geotextile untuk
menambah stabilitas. Untuk memperoleh peningkatan kuat geser, tinggi timbunan harus sedemikian
sehingga pada awal kosntruksi mengakibatkan tegangan vertikal yang melewati tegangan pra-
konsolidasinya.
Jadi peranan geotextile adalah mempertahankan stabilitas sampai tanah lunak terkonsolidasi (kuat geser
meningkat berarti) sampai saat dapat memikul beban timbunan itu sendiri.
Keuntungan yang dapat diambil dari penggunaan geotekstil perkuatan tanah lunak adalah Konstruksi
sederhana sehingga mudah untuk dilaksanakan, menghemat waktu pelaksanaan, menghemat biaya
konstruksi.
1. Pengadaan Geotekstil
Geotekstil yang diadakan harus sesuai dengan yang disyaratkan dalam spesifikasi teknis. Sebelum tekstil
di adakan, sebelumnya harus dilakukan survey terhadap supplier untuk memastikan geotekstil yang di
adakan sesuai spesifikasi teknis atau tidak, jika diperlukan diundang pihak direksi atau tim teknis untuk
meninjau secara langsung ke supplier.
Jika telah ditetapkan pemasok/suplier, maka geotekstil tersebut di kirim ke lokasi pekerjaan. Di lokasi
pekerjaan, geotekstil harus di simpan di tempat yang aman/gudang yang aman.
2. Pemasangan dan Penyambungan Geotekstil.

Pemasangan Geotextile dan Penyambungan, peletakkan geotextile harus secara melintang atau
sesuai petunjuk direksi, terhampar di area tanah konstruksi tanpa gelombang atau kerutan yang
sebelumnya telah diratakan. Penyambungan geotextile satu dengan lainnya dapat dilakukan secara
tumpang (overlapping) atau dengan cara dijahit (sewing). Penggunaan dan peyambungan geotekstil harus
sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam spesifikasi teknis. Jangan melakukan tumpang atau jahitan
pada garis jalur (line) yang searah dengan beban roda. Jika daerah pemasangannya berbentuk kurva,
sebaiknya digelar searah dengan arah kelokannya. Aturan untuk penyambungan geotextile adalah sebagai
berikut:
Setiap Ujung Roll Di Tumpang Sebanyak 100 cm (36 inch) Atau Jahit
Penjahitan Bisa Dilakukan Dilapangan Menggunakan Mesin Jahit Portable Dengan Tenaga Generator.

Setelah pemasangan geotextile, selanjutnya ditutup dengan material yang sudah dipilih sesuai
perencanaan, termasuk ketebalan urugan setiap lapisan yang harus dibungkus dengan geotekstil.
Penempatan material dilakukan dengan cara mendorong maju tumpukan material agar lapisan geotextile
tidak tergilas langsung oleh roda alat berat yang mengangkut material tersebut, atau bisa juga
menggunakan excavator. Padatkan lapisan material yang telah rata tersebut dengan menggunakan alat
berat/alat pemadat.

Gambar : Proses Pengelaran geotekstil di lapangan

Gambar : Proses Penggunaan Geotekstil.


Penempatan material dilakukan dengan cara mendorong maju tumpukan material agar lapisan geotextile
tidak tergilas langsung oleh roda alat berat yang mengangkut material tersebut, atau bisa juga
menggunakan excavator. Padatkan lapisan material yang telah rata tersebut dengan menggunakan alat
berat/alat pemadat.

Gambar : Cara penempatan material di atas geotekstil.

Ketebalan urugan di atas geotekstil sesuai dengan yang disyaratkan dalam spesifikasi teknis, yang ditumpuk
lapis demi lapis, tumpukan material/urugan harus dipadatkan sesuai kepadatan yang disyaratkan sebelum
dilapisi dengan geotekstil lapisan berikutnya.

IV. PEKERJAAN TANAH URUGAN/TIMBUNAN.

1. Pemilihan Quary (Sumber Material).


Sumber material harus yang memiliki ijin resmi dari pemerintah. Pemilihan quarry harus dilakukan
secara cermat, agar spesifikasi material sesuai dengan spesifikasi teknis. Jika material yang tersedia pada
suatu quarry tidak memenuhi spesifikasi, maka harus di cari kembali quarry baru yang materialnnya
memenuhi syarat teknis. Dalam pemilihan quarry, harus dilakukan uji laboratorium terhadap material yang
akan digunakan untuk memastikan pemenuhan spesifikasi teknis.

2. Galian tanah pada sumber material/quarry.


Proses pengalian tanah pada quarry adalah sebagai berikut :
1. Material pada quarry sudah melalui uji laboratorium untuk mengetahui pemenuhan spesifikasi;
2. Permukaan tanah quarry harus dibersihkan dahulu dari kotoran, akar kayu, batang pohon atau
sampah lainnya;
3. Pengalian dilakukan pada bagian permukaan terlebih dahulu secara luas, jangan membuat
lubang/tebing yang membahayakan;
4. Dipersipakan areal yang cukup untuk swing excavator dan parkir dump truck untuk proses
pemuatan;
5. Disediakan areal lahan yg cukup untuk penumpukkan material, sebelum diangkut ke truck;
6. Proses pemuatan material harus di atur dengan cermat agar tidak terjadi kemacetan lalulintas
pemuatan;
7. Areal lokasi quarry harus di pasang rambu2 lalu lintas untuk menghndari terjadinya kecelakaan.

Gambar : Proses galian, penumpukan dan pemuatan material di quarry.

3. Pekerjaan Urugan Menggunakan Geotekstil Di Lokasi Pekerjaan.

Setelah tanah dasar terbentuk dan telah dipadatkan, maka tahap selanjutnya adalah melakukan
penimbunan pada permukaan tanah.
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, urugan dilapisi dengan menggunakan geotekstil. Prosedur
Pelaksanaan urugan dengan menggunakan geotekstil adalah sebagai beriikut :
1. Permukaan tanah dasar/asli harus dibersihkan dari kotoran, lumpur, akar kayu, batang pohon serta
sampah-sampah lainnya untuk meningkatkan kekuatan tanah dasar;
2. Permukaan tanah/topsoil di kupas di gali termasuk lumpur dan dibuang jauh dari lokasi pekerjaan;
3. Tanah dasar harus diratakan dan dipadatkan sesuai ketentuan dalam spsefikasi teknis;
4. Permukaan tanah dasar di lapisi dengan geotekstil yang digelar secara melintang terhadap beban roda
lintasan. Geotekstil di sambung dengan cara di timpah atau tumpang sesuai ketentuan dalam
spesifikasi teknis atau di jahit;
5. Permukaan geotekstil di hampar material, penghamparan material dilakukan secara mundur agar
permukaan geotekstil tidak tertimpa/tertindis oleh roda alat/truck secara langsung dan diratakan
dengan menggunakan motor greder atau bulldozer;
6. Setiap lapisan urugan dengan tebal antara 25-30 cm harus dipadatkan dengan alat pemadat dan di
vibro agar kepadatan optimum timbunan terpenuhi;
7. Ketebalan timbunan dalam setiap permukaan geotekstil harus sesuai dengan spesifikasi teknis;
8. Setiap lapis pemadatan, harus dilakukan uji kepadatan;
9. Geotekstil yang digunakan, tidak boleh robek. Jika robek harus diganti dengan geotekstil yang baru;
10. Setiap pelapisan geotekstil ke lapisan berikutnya, harus mendapat persetujuan direksi.
11. Selama proses pengurugan, harus selalu dilakukan pengukuran agar elevasi urugan selalu terkontrol
sesuai dengan gambar rencana.
12. Setiap tahapan pekerjaan, lapis demi lapis harus didokumentasikan.

1. Pengelaran Geotekstil

2. Penjahitan Sambungan Geotekstil

3. Penghamparan Urugan Di Atas Geotekstil

4. Proses Meratakan Timbunan


5. Proses Pemadatan Urugan

6. Proses menutup lapisan urugan dengan geotekstil, sebelum urugan ke lapisan berikutnya.

7. Proses Urugan Lapisan Geotekstil Berkutnya

8. Contoh Bentuk Ujung Urugan Menggunakan Geotekstil.


9. Bentuk Finishing Urugan Menggunakan Geotekstil.

V. PEKERJAAN AKHIR.
1. Peloporan, dokumentasi dan dokumentasi.
Seluruh tahapan pelaksanaan pekerjaan harus dibuatkan laporan hasil pelaksanaan pekerjaan,
termasuk tahapan kemajuan progres pekerjaan. Seluruh tahapan pekerjaan juga harus didokumentasikan
dan seluruh laporan termasuk hasil pengujian laboratorium harus diserahkan kepada direksi/PPK. Jika ada
perubahan gambar rencana dan hasil pelaksanaan pekerjaan, harus dibuat as build drawing.

2. Penyerahan Akhir Hasil Pekerjaan.


Jika berdasarkan hasil pengukuran dan pengujian laboratorium, hasil pekerjaan telah dinyatakan
selesai, telah terpenuhi volume kontrak dan spesifikasi teknis, maka pelaksana pekerjaan mengajukan
permohonan untuk penyerahan pekerjaan untuk pertama kalinya (PHO).

3. Demobilisasi Peralatan dan Personil.


Jika hasil pekerjaan telah diterima oleh Direksi Proyek, maka demobilisasi peralatan sudah dapat
dilaksanakan, jika masih ada yang harus diperbaiki, maka pelaksana harus segera melakukan perbaikan.
Peralatan dan personil diperkenankan meninggalkan lokasi pekerjaan, jika hasil pekerjaan telah diterima
secara keseluruhan oleh direksi. Proses demobilisasi harus mendapat persetujuan direksi.
II. URAIAN LANGKAH-LANGKAH ANTISIPASI AGAR PEKERJAAN DISELESAIKAN TEPAT WAKTU

Strategi paling tepat dalam mengantisipasi keterlambatan proyek konstruksi adalah dengan membuat
Risk Management yang berdampak atas waktu pelaksanaan. Bagian penting atas risk management tersebut
adalah adanya risk response dan tentu monitoringnya. Pada proyek yang sudah terlanjur mengalami
keterlambatan artinya risiko yang berdampak atas waktu pelaksanaan telah terjadi. Risiko yang terjadi
adalah problem. Ini terjadi karena kurang memadainya risk management yang dibuat.
Strategi percepatan proyek identik dengan risk respons dalam risk management. Hanya saja pada
risiko yang telah terjadi. Strategi diterapkan berdasarkan prioritas jika faktor yang menyebabkan
keterlambatan proyek jumlahnya cukup banyak. Dengan melihat karakteristik khusus proyek konstruksi dan
faktor yang menyebabkan keterlambatan proyek.
Langkah-langkah antisipasi agar pekerjaan diselesaikan tepat waktu adalah sebagai berikut :

A. Manajerial
Dalam situasi krisis terhadap waktu, Jalur kritis harus dikomunikasikan dan disepakati oleh Tim
proyek. Menjaga kedisiplinan Tim proyek. Kedisiplinan akan mempengaruhi suasana kerja di proyek.
Melakukan rapat harian yang membahas segala hal terkait usaha untuk menjaga agar proyek dapat
diselesaikan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Rapat harian harus dihadiri oleh Pejabat proyek yang
mampu mengambil keputusan atas suatu masalah. Jangan pernah mengulur pengambilan keputusan pada
rapat harian saat proyek mengalami krisis. Rapat harian harus dihadiri oleh Tim proyek terkait, Mandor, dan
personil penanggung jawab.
Aktif menggali informasi mengenai potensi masalah kepada personil penanggung jawab dan Mandor.
Hal ini agar masalah yang berpotensi terjadi dapat diantisipasi lebih dini. Melakukan update yang rutin atas
jalur kritis (CPM). Semakin sering akan semakin baik. Dapat pula membuat simulasi-simulasi atas rencana-
rencana proyek agar didapatkan strategi yang paling efisien dan efektif. Selalu memberikan motivasi yang
terbaik kepada karyawan dan pekerja agar attitude dan mental kerja lebih baik.
Sistem manajerial dalam pelaksanaan proyek dapat diantisipasi dengan :

- Menambah jam kerja dengan lembur;


- Menambah Personil proyek agar dapat meningkatkan pengawasan;
- Menjaga kualitas pekerjaan, kualitas yang tidak baik menyebabkan pengulangan pekerjaan;
- Memastikan ketersediaan dana dan mengusahakan dana pendamping untuk hal-hal yang bersifat
emergency;
- Membantu mempercepat proses penagihan pembayaran personil di lapangan;
- Aktif berkomunikasi dengan Owner dan Pengawas pekerjaan mengenai strategi percepatan
proyek, usahakan untuk mendapatkan dukungan mereka;
- Memberikan reward atas tercapainya setiap tahapan milestone kepada tim proyek, subkontraktor
dan kepada pekerja;
- Tim proyek harus fokus terhadap Safety, kecelakaan akan membuat loss time;
- Cek silang. Teknik ini adalah dengan mendatangkan orang lain yang memahami tentang proyek
konstruksi ke proyek yang mengalami keterlambatan. Adakalanya dikarenakan tekanan yang terus
menerus, Tim proyek menjadi kurang sensitif terhadap terjadinya masalah keterlambatan proyek.
Orang lain dapat personel manajemen atas atau tim proyek lain;
- Menempatkan personil khusus yang memonitor proses dan dokumen administrasi vendor. Sering
kali pekerjaan di lapangan terhambat oleh masalah prosedur administrasi;
B. Scope atau Lingkup Pekerjaan

Membuat checklist daftar sisa pekerjaan (Update WBS) dimana tingkat detil yang baik dan memadai.
Daftar atau checklist ini akan sangat membantu dalam proses-proses berikutnya. Daftar sisa pekerjaan
dengan melihat secara keseluruhan dokumen kontrak yaitu gambar, BQ, dan spesifikasi. Meminimalisir
adanya perubahan lingkup dan pekerjaan tambah-kurang. Perubahan lingkup akan membuat pekerjaan
semakin kompleks dan sulit dikelola. Perlu effort yang lebih besar dengan adanya perubahan lingkup.

C. Critical Path Method

Membuat schedule sisa pekerjaan dimana target selesainya pekerjaan dibuat lebih maju untuk
mengantisipasi kejadian yang tak terduga, membuat CPM berdasarkan update WBS yang cukup detil dan
schedule sisa pelaksanaan agar dapat diidentifikasi item pekerjaan yang masuk dalam kategori pekerjaan
kritis. CPM adalah alat yang paling powerfull dalam membantu percepatan pada saat situasi proyek kritis.
Memprioritaskan pekerjaan yang masuk dalam jalur pekerjaan kritis agar pekerjaan kritis tersebut tidak
delay dari yang direncanakan.
Mengurangi sebanyak mungkin jumlah pekerjaan kritis yang terdapat dalam rangkaian jalur
pekerjaan kritis (CPM). Contoh untuk teknik percepatan ini adalah pekerjaan finishing lantai (keramik)
dikerjakan tanpa menunggu pekerjaan finishing plafond selesai.
Menyebarkan suatu rangkaian pekerjaan kritis menjadi beberapa jalur pekerjaan kritis atau membuat
jalur pekerjaan kritis yang semula berupa satu rangkaian seri menjadi beberapa rangkaian yang tersusun
paralel. Teknik ini akan membuat total durasi akan semakin pendek. Biasanya dilakukan dengan membagi
suatu pekerjaan dalam zone yang lebih kecil yang berdiri sendiri.
Menggabungkan dua atau lebih pekerjaan yang berada di jalur kritis menjadi hanya 1 pekerjaan kritis.
Misal dari teknik ini adalah dengan mengganti bekisting pelat lantai dan tulangannya dengan material span
deck. Mengurangi durasi pekerjaan yang berada pada jalur kritis sehingga total durasi pelaksanaan menjadi
lebih singkat. Contoh dari teknik ini adalah dengan menambah resources.
Mengurangi kuantitas pekerjaan yang masuk dalam jalur kritis sehingga kuantitas pekerjaan kritis
menjadi lebih kecil. Menentukan target milestone pekerjaan. Hal ini untuk mengurangi kompleksitas dalam
pengendalian dan monitor waktu pelaksanaan proyek. Sesegera mungkin memulai suatu pekerjaan dimana
lahan telah siap. Harus diingat bahwa jalur kritis dapat berpindah-pindah sesuai perkembangan di lapangan.
Suatu pekerjaan yang tidak kritis, bisa saja menjadi kritis karena terlambat mulai dilaksanakan.
Memastikan pekerjaan yang tidak berada di jalur kritis selesai sesuai target. Melesetnya realisasi waktu
pelaksanaan suatu pekerjaan juga dapat mengubah jalur kritis. Pekerjaan yang terkait dengan pekerjaan
yang terlambat bisa menjadi kritis.

D. Managemen Material dan Supplier

Pengiriman material menggunakan transportasi udara, ekspedisi yang menggunakan jalur laut sering
terlambat karena faktor cuaca dan birokrasi. Ini menjadi satu-satunya cara apabila terjadi larangan berlayar
karena cuaca sedang jelek. Aktif memonitor proses pengiriman dengan meminta bukti manifest pengiriman
material Melakukan pengecekan langsung lokasi material yang akan dikirim ke proyek. Ini untuk
memastikan bahwa material dalam kondisi ready untuk dikirim. Jumlah supplier untuk suatu jenis material
diusahakan lebih dari satu. Mengganti material import dengan material yang ready stock dengan spesifikasi
yang setara. Mengganti material yang langka dengan material lain yang ready stock dengan tetap
memperhatikan kualitas pekerjaan.
E. Managemen Peralatan
- Memastikan alat dirawat sesuai prosedur;
- Mengganti alat yang tidak sesuai atau tidak cocok;
- Memastikan tersedianya suku cadang di proyek terutama pada elemen alat yang bersifat aus;
- Menambah jumlah alat sehingga mencukupi kebutuhan pelaksanaan;
- Mengganti alat yang memiliki kapasitas yang lebih besar;
- Memanfaatkan peralatan se efisien mungkin.

F. Managemen Tenaga Kerja

- Mengganti tenaga kerja yang kurang produktif dengan yang lebih produktif. Durasi pekerjaan
proyek konstruksi sangat tergantung pada produktifitas tenaga kerja;
- Menambah jam kerja atau lembur. Lembur yang efektif adalah sampai dengan jam 24.00. Di atas
jam tersebut biasanya produktifitas menurun;
- Aktif memantau kedisiplinan tenaga kerja. Waktu yang hilang atas ketidakdisiplinan tenaga kerja
berdampak cukup besar;
- Memperhatikan kelayakan tempat tinggal pekerja. Tempat tinggal yang tidak sehat, akan
menyebabkan tingginya angka pekerjaan yang sakit. Hal tersebut akan menambah loss time di
proyek;
- Aktif berkomunikasi dengan pekerja mengenai kesulitan pelaksanaan dalam event meeting atau
safety talk;
- Memberikan training secara rutin kepada pekerjan agar keahlian pekerja meningkat sehingga
akhirnya produktifitasnya bertambah;
- Menyediakan tempat istirahat pekerja pada lokasi yang sedekat mungkin dengan lokasi
pekerjaan;
- Meniadakan warung di dalam dan sekitar lokasi proyek. Adanya warung akan membuat waktu
istirahat pekerja lebih panjang;
- Disarankan untuk mengkoordinir pengadaan makan pada saat istirahat pekerja. Ini akan
memangkas waktu hilang yang menurunkan produktifitas;
- Tenaga kerja harus disebar pada area pekerjaan sedemikian masih tetap dapat dimonitor dengan
baik. Jangan menyebarkan pekerja pada area yang terlalu luas sehingga menurunkan tingkat
pengawasan.

H. Design dan Metode Pelaksanaan

- Aktif menemukan metode pelaksanaan baru yang lebih efisien dan efektif daripada metode
eksisting;
- Aktif mengevaluasi metode pelaksanaan yang ada sehingga didapatkan metode pelaksanaan
yang paling efisien dan efektif;
- Melakukan review design sedemikian design yang baru memberikan waktu penyelesaian yang
lebih singkat dengan tanpa mengabaikan kehandalan fungsi design;
- Membuat metode pelaksananaan sedemikian dapat meminimalisir dampak cuaca buruk.
Misalnya mempercepat pekerjaan struktur agar pekerjaan finishing dapat segera dimulai. Contoh
lain adalah menyediakan atap terpal sehingga pekerjaan dapat terus dilaksanakan walaupun
terjadi hujan;
- Melakukan review design sehingga volume pekerjaan yang kritis berkurang
I. Managemen Kontrak

Melakukan negosiasi ulang kontrak apabila penyebab keterlambatan adalah karena kontrak kerja
personil. Mencatat secara harian dan mendokumentasikan hal-hal yang menjadi penyebab keterlambatan
serta menyampaikan dengan surat kepada Owner dimana hal-hal tersebut secara kontraktual dapat
menjadi dasar perpanjangan waktu pelaksanaan proyek / addendum waktu. Kalaupun ada pekerjaan
tambah dan kurang, harus didasarkan pada upaya melakukan percepatan. Usahakan pekerjaan tambah
adalah pekerjaan yang tidak berada di jalur kritis dan memiliki durasi pekerjaan yang singkat. Demikian pula
dengan pekerjaan kurang haruslah pekerjaan yang berada di jalur kritis dan memiliki durasi yang panjang
dimana aspek fungsi konstruksi masih dapat dipertahankan.

J. Site

Mengevaluasi site dan penataannya. Perhatian pada alur proses pekerjaan dan material. Site harus
dievaluasi agar menghasilkan suatu design site yang menghasilkan alur proses yang efektif atau jalur alur
sependek mungkin. Mengidentifikasi adanya masalah pada site yang dapat menghalangi alur proses dan
material. Contoh adalah jalan kerja harus memadai. Mengurangi genangan air akibat hujan. Genangan air
berpotensial menghambat laju pergerakan alur proses pelaksanaan dan material. Lokasi site harus
diupayakan dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi ini akan sangat membantu secara psikologis para pekerja
yang bekerja di proyek. Memastikan akses masuk proyek sedemikian arus keluar masuk material tidak
terhambat.
III. METODE PENANGANAN K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
K3 merupakan faktor yang paling penting dalam pencapaian sasaran tujuan proyek. Hasil yang
maksimal dalam kinerja biaya, mutu dan waktu tiada artinya bila tingkat keselamatan kerja terabaikan.
Indikatornya dapat berupa tingkat kecelakaan kerja yang tinggi. Integrasi diperlukan untuk memastikan
bahwa tugas menjalankan program K3 dapat dicapai sesuai sasaran dan tujuan yang ditetapkan.

Sistem keselamatan dan kesehatan kerja diperlukan karena alasan-alasan berikut :


1. Perusahaan mempunyai tanggung jawab moral terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, tenaga
kerja, sifat perusahaan, masyarakat pengguna fasilitas proyek, pemilik proyek serta menjaga
keawetan dan umur dari fasilitas yang telah dibuat. Selain itu, program K3 yang efekktif akan
meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja banyak pihak.
2. Sebagai antisipasi perusahaan untuk pemenuhan aspek legal hukum yang berlaku sebagaimana
diatur dan dipersyaratkan dalam :
1) Undang-Undang Kerja tahun 1948-1951, yang mengatur keselamatan kerja beserta
pencegahannya.
2) Undang-Undang No.14/1969, perlindungan keselamatan tenaga kerja.
3) Undang-Undang No.1 tahun 1970, mengatur tentang keselamatan kerja.
4) Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum No. Kep. 174/Men/1986/104/KPTS/1986, tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada tempat dilakukan kegiatan konstruksi.
5) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 195/KPTS/1989, mengenai Pelaksanaan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum.
6) Instruksi Menteri Pekerjaan Umum No. 1/IN/M/1990, mengenai Pelaksanaan Kampanye
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di lingkungan DPU.
3. Dengan menerapkan konsep keselamatan kerja, berarti perusahaan telah menerapkan salah satu
fungsi manajemen di mana kinerja program K3 dpat menampilkan hasil program dengan tingkat
kecelakaan paling minimal atau tidak sama sekali.
4. Secara ekonomis K3 mempunyai banyak manfaat, seperti :
1) Menghemat biaya yang tak terduga.
2) Meningkatkan moral dan produktivitas kerja.
3) Mengurangi risiko dan menghemat biaya asuransi karenapremiumnya lebih rendah karena
sejarah kecelakaan yang rendah.
4) Reputasi yang baik bagi perusahaan dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja dapat
meningkatkan permintaan pasar terhadap keahlian perusahaan.
5) Tingkat efisiensi dan efektif kerja bagi perusahaan menjadi lebih tinggi dengan menekan risiko
kecelakaan yang akan terjadi.

Konstruksi merupakan suatu jenis Industri konstruksi mempunyai sifat-sifat antara lain :
1.Berorientasi pada tenaga kerja;
2.Cenderung komplek, banyak pihak yang terlibat
3.Jangka waktu pendek
4.Setiap proyek adalah unik
5.Dibangun dilapangan dan banyak dipengaruhi lingkungan sekitar
6.Banyak dipengaruhi oleh lokasi dan budaya setempat
7.Sering terjadi permintaan perubahan

Selain itu industri konstruksi mempunyai karakteristik yang membedakannya dengan industri lain, yaitu :
1. Orang – orang yang terlibat dalam proyek seringkali bekerja secara sementara
2. Tiap proyek adalah unik dan perubahan kondisi mengurangi hasil yang ingin dicapai dari factor-faktor
pendukung yang ada.
3. Keorganisasian bersifat sementara dan sebagai akibatnya tidak ada komitmen antara klien dan
penyedia jasa untuk membangun ketrampilan tenaga kerja dan proyek.

Industri konstruksi adalah industri yang mencakup semua pihak yang terkait dengan proses
konstruksi termasuk tenaga profesi, pelaksana konstruksi dan juga para pemasok yang bersama-sama
memenuhi kebutuhan pelaku dalam industri. Di bidang konstruksi mempunyai karakteristik yang sangat
spesifik, bahkan unik. Karakteristik usaha jasa konstruksi terdiri dari :

1. Produk jual sebelum proses produksi dimulai


2. Produk bersifat ”custom-made”
3. Lokasi produk berpindah-pindah
4. Proses produk berlangsung dialam terbuka
5. Penjualan produk dilakukan dialam terbuka
6. Proses produk melibatkan berbagai jenis peralatan berbagai klasifikasi dan kualifikasi tenaga kerja,
serta berbagai tingkatan teknologi
7. Penawaran suatu pekerjaan konstruksi umumnya berdasarkan pengalaman melaksanakan pekerjaan
sejenis Kata jasa konstruksi bermakna sangat luas, pada umumnya bidang-bidang jasa konstruksi
meliputi :
1. Bidang perencanaan (design)
2. Bidang pelaksanaan (construction)
3. Bidang pengawasan (supervision/construction management)
4. Bidang pengelolaan lahan (property management
5. Bidang pengembangan lahan (developer)

A. MAKSUD

1. Untuk memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku;


2. Menjamin K3 bagi pekerja-pekerja di tempat kerja;
3. Perlengkapan produksi yang aman dan memadai.
B. TUJUAN

Untuk menjamin bahwa pekerjaan yang dilaksanakan :


1. Pemakaian peralatan / perlengkapan yang memadai;
2. Dapat mengidentifikasi sumber-sumber / potensi bahaya;
3. Melaksanakan Metode yang benar (menyediakan tempat-tempat khusus untuk material yang
memerlukan penanganan khusus, bongkar muat).

Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pelaksana Pekerjaan :


1. Memastikan bahwa perencanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja ini dilaksanakan
dalam usaha memenuhi persyaratan yang diperlukan serta memastikan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja ini tetap terpelihara.
2. Menetapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi, menilai, mengendalikan resiko
keselamatan kerja, dari kegiatan, jasa dan fasilitas.
3. Memastikan hasil dari penilaian dan pengaruh dari pengendalian dipertimbangkan dalam menetapkan
sasaran keselamatan dan kesehatan kerja dan memelihara informasi yang relevan dengan perubahan
yang diperlukan, mencakup aktivitas rutin dan non rutin dan aktivitas dari semua personil yang
memiliki akses ke tempat kerja (termasuk sub kontraktor dan pengunjung).
4. Melakukan proses identifikasi terhadap resiko keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan untuk setiap rencana pengembangan atau aktivitas baru atau
perubahan aktivitas dan jasa.
5. Menetapkan, memelihara dan menerapkan prosedur untuk mengetahui dan memenuhi persyaratan
hukum dan persyaratan lainnya yang diikuti oleh perusahaan dan relevan dengan resiko keselamatan
dan kesehatan kerja dari kegiatan, jasa dan fasilitasnya.
6. Peraturan-peraturan dan persyaratan hukum yang terkait dengan keselamatan dan esehatan kerja,
harus terdaftar dan terdokumentasi sehingga memudahkan dalam pelaksanaan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja.
7. Menjaga informasi peraturan perundangundangan dan persyaratan lainnya tetap up-to-date dan
dikomunikasikan kepada karyawan dan pihak yang terkait.

C. DOKUMEN YANG TERKAIT.


1. Dokumen Kontrak;
2. Peraturan Depnaker tentang norma-norma Keselamatan dan Kesejahteraan Kerja;
3. Rencana Mutu Kontrak Pelaksana Pekerjaan;
4. Setiap personil / pegawai harus diberikan pelatihan mengenai K3 yang sesuai dengan lingkup dan
tugasnya;
5. Peraturan lainnya yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
6. Setiap area tempat kerja yang mempunyai resiko dan kemungkinan terjadinya bahaya, harus
menyediakan petunjuk-petunjuk / informasi-informasi yang tepat cara penanganan dan pencegahan
bahaya-bahaya yang mungkin terjadi;
7. Setiap karyawan harus disediakan kebutuhan akan alat-alat pelindung diri, dilatih bagaimana cara
menggunakan dan digunakan tempat yang seharusnya;
9. Bahan-bahan yang mudah meledak atau terbakar harus disimpan, diangkat dan diperlakukan
sedemikian rupa sehingga dapat dicegah dari kemungkinan terjadinya kebakaran.
10. Alat-alat penyelamat harus tersedia di areal atau tempat-tempat yang membutuhkan.
11. Pekerjaan yang dilakukan diatas air harus menyediakan peralatan keselamatan, seperti pelampung /
life jacket yang mudah dijangkau dan diketahui oleh pegawai yang berada di lokasi tersebut.
12. Peralatan / kendaraan sebelum digunakan harus diperiksa dulu kelayakannya.
13. Pihak Manajemen Proyek harus melakukan tinjauan manajemen mengenai safety secara berkala.
14. Setiap personil saat bekerja di lapangan harus dilakukan secara berkelompok.
15. Masing-masing kelompok harus disediakan sarana untuk berkomunikasi.
16. Pada saat bekerja pegawai disarankan mengenakan identitas pengenal.
17. Kegiatan Pembangunan, Rahabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara harus menyediakan
fasilitas keselamatan kerja upaya pencegahan dan personil yang mampu menangani, serta peralatan
P3K.
18. Kegiatan Pembangunan Rahabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara harus menjalin
kerjasama yang baik / layak dengan rumah sakit / puskesmas terdekat untuk merawat kasus-kasus
penyakit yang gawat atau korban luka parah.
19. Kegiatan Pembangunan Rahabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara sepanjang waktu
menyediakan pelayanan keselamatan kerja, upaya pencegahan dan personil yang mampu menangani
serta pelayanan P3K.
20. Kegiatan Pembangunan Rahabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara melakukan kerja sama
dengan dokter setempat yang terampil yang akan dipanggil ketempat kerja bila diperlukan untuk
konsultasi rutin dengan perlengkapan dan fasilitas yang memadai.
21. Semua pegawai dari Pihak Penyedia Jasa untuk Kegiatan Pembangunan Rahabilitasi dan Pemeliharaan
Prasarana Bandar Udara diasuransikan kesehatannya oleh Perusahaan

D. TANGGUNG JAWAB

1. Manajer Proyek
a. Menyetujui konsep Instruksi Safety yang akan dilaksanakan di proyek.
b. Memimpin penerapan program K3 di proyek yang menjadi tanggung jawabnya.
c. Memimpin rapat tinjauan manajemen atau rapat koordinasi tentang pelaksanaan program K3.
d. Memimpin upaya peningkatan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program K3.

2. Penanggung jawab Quality Assurance

a. Menyusun konsep Instruksi tentang Safety yang sesuai dengan ruang lingkup pekerjaan dan
membahasnya bersama bagian-bagian yang terkait.
b. Merekomendasikan konsep yang telah dibahas kepada Manajer proyek.
c. Memeriksa, memonitor, mengevaluasi pelaksanaan K3 di tingkat proyek.
d. Melaporkan penerapan dan pelaksanaan K3 di tingkat proyek kepada Manajer Proyek
e. Membuat resume tentang pelaksanaan K3

3. Pelaksana
a. Bertanggung jawab akan keselamatan karyawan yang berada dibawah pengawasannya.
b. Terjadinya keadaan yang kurang aman, tidak aman atau darurat.

E. PENANGANAN KECELAKAAN

1. Tangani segera apabila ada kecelakaan kerja dan utamakan keselamatan jiwa manusia.
2. Segera berikan pertolongan pertama pada kecelakaan sesuai dengan jenis kecelakaan.
3. Apabila perlu, segera dibawa ke Puskesmas / dokter / rumah sakit yang telah dirujuk pada alamat
yang ditentukan.
4. Hubungi kepolisian Babinsa setempat apabila kecelakaan tersebut memerlukan pertolongan yang
serius.
F. PENANGANAN BILA TERJADI KEBAKARAN
1. Apabila terjadi kebakaran kecil agar ditangani sendiri dengan menggunakan peralatan pemadam
kebakaran.
2. Beritahukan kepada personil yang berada di lokasi bahwa terjadi bahaya kebakaran.
3. Jika terjadi kebakaran besar yang tidak dapat ditangani sendiri, utamakan manusia dengan
memberitahukan agar menjauhi lokasi.
4. Laporkan kejadian kebakaran kepada penanggung jawab safety.

G. PERALATAN KESELAMATAN KERJA PEGAWAI

Setiap personil yang bertugas pada Kegiatan Pembangunan Rahabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana
Bandar Udara yang berisiko tinggi terutama yang di lapangan wajib menggunakan Peralatan Pelindung Diri
yang sesuai dengan Standar yaitu :
1. Helm Proyek, disarankan dipakai setiap ke lapangan dan diwajibkan dipakai pada tempat tempat yang
berisiko tinggi terhadap kejatuhan / benturan material;
2. Sepatu Proyek, dipakai setiap hari di lapangan / site;
3. Pakaian Seragam, dan identitas pengenal diri;
4. Master, jika bekerja di daerah yang beracun / berbau yang bisa mengakibatkan terganggunya
kesehatan;
5. Sarung Tangan, apabila hal tersebut diperlukan (untuk tukang las diwajibkan);
6. Kacamata Pelindung, jika hal tersebut diperlukan
7. Body Protector (pelindung badan), apabila hal tersebut diperlukan (untuk tukang las diwajibkan);
8. Life Jacket (Pelampung), untuk bekerja diatas air dipakai setiap menggunakan transportasi air.
9. P3K, disediakan di tempat-tempat yang memerlukan.
10. Perlengkapan P3K harus diperiksa kembali kelengkapannya setelah dipergunakan
11. Setiap Pembantu Pelaksana, pelaksana, coordinator pengukuran harus dilengkapi dengan sarana
komunikasi;
12. Memastikan sarana komunikasi berfungsi dengan baik.
13. Disediakan layout ruangan di tempat-tempat strategis.

H. PEKERJAAN PENGUKURAN / PEMATOKAN


Untuk pegawai bagian pengukuran / surveyor serta pematokan diharuskan melaksanakan hal-hal
sebagai berikut :
1. Mengenakan peralatan pelindung diri.
2. Mengetahui lay out daerah yang akan dikerjakan dengan memahami gambar teknik yang menjadi
tanggung jawabnya.
3. Pada saat pelaksanaan di lapangan harus dipastikan apakah lokasi yang diinjak adalah daerah rawa
atau bukan dengan cara menggunakan ranting yang ditusukkan ke tanah.
4. Penguasaan terhadap peralatan yang digunakan.
5. Membawa perlengkapan P3K, perlengkapan tidur / istirahat yang layak pakai; tenda tidak tembus air,
lindungi tempat berkemah dengan garam untuk menghindari binatang-binatang hutan mendekat.
6. Bagi tim perintis, patahkan batang-batang sebagai jejak untuk membantu agar tidak tersesat pada
waktu kembali.

I. PEKERJAAN GALIAN DAN TIMBUNAN


1. Mengenakan peralatan pelindung sesuai dengan yang disyaratkan.
2. Operator mempunyai surat ijin mengoperasikan peralatan (SIM-P).
3. Operator bekerja atas perintah pelaksana.
4. Operator harus mengetahui area yang akan digali atau ditimbun.
5. Operator melaksanakan pengoperasian alat sesuai instruksi kerja yang berlaku di proyek.
6. Menggunakan alat bantu jika diperlukan.
7. Operator bekerja dalam keadaan fit / sehat.
J. PERJALANAN DAN FASILITAS TRANSPORTASI
Perjalanan dan fasilitas transportasi di Kegiatan Pembangunan Rahabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana
Bandar Udara dapat ditempuh dengan jalan darat, untuk itu perlu diperhatikan / diwajibkan mengikuti hal-
hal sebagai berikut :
1. Mengenakan peralatan pelindung / penyelamat sesuai dengan yang disyaratkan.
2. Semua fasilitas transportasi terutama dump truck dan mobil harus operasi dengan ijin resmi dari pihak
yang berwenang.
3. Semua pengemudi harus mempunyai SIM.
4. Kendaraan harus dilengkapi P3K secukupnya serta untuk perbaikan kecil.
5. Semua penggunaan transport harus menggunakan sabuk pengaman selama perjalanan.
6. Kendaraan disarankan tidak melebihi kecepatan 60 km/jam.
7. Pengoperasian kendaraan tidak boleh melebihi kapasitas.

K. KESIAGAAN DAN KETANGGAPAN DARURAT

1. Tujuan
Prosedur ini memberikan pedoman dalam menghadapi keadaan darurat, menyelamatkan tenaga kerja,
asset perusahaan dan lingkungan kerja.

2. Ruang Lingkup
Prosedur ini berlaku bagi pelaksanaan kesiagaan dan ketanggapan darurat penanganan kebakaran,
penanganan kecelakaan kerja atau darurat medis (PPPK).

3. Uraian Umum
Keadaan darurat adalah suatu kondisi dimana terjadi kebakaran, kecelakaan kerja, darurat medis dan
kejadian lain yang memerlukan penanganan segera dan terpadu. Kebakaran adalah kobaran api yang
membesar yang tidak terkendali yang dapat menimbulkan kerugian pada manusia, barang dan lingkungan.
Darurat medis adalah situasi yang mengancam jiwa seseorang dan perlu penanganan yang serius. Pada
umumnya keadaan ini disebabkan karena keletihan, pingsan, sakit, keracunan dan lain-lain. Emergency
plan harus disiapkan untuk kondisi darurat yang mungkin terjadi dan mencakup :
a. Identifikasi potensial kecelakaan dan kejadian darurat.
b. Identifikasi personel yang melakukan penanggulangan selama kejadian darurat.
c. Kewajiban semua personel selama kejadian darurat.
d. Tanggung jawab, wewenang dan tugas-tugas personel dengan tanggung jawab khusus selama kejadian
darurat (seperti pemadaman kebakaran, P3K dan sebagainya).
e. Proses evakuasi.
f. Identifikasi dan lokasi material berbahaya dan tindakan darurat yang dipersyaratkan.
g. Hubungan dengan jasa pihak eksternal terkait dengan kejadian darurat.
h. Komunikasi dengan badan pemerintah.
i. Komunikasi dengan publik.
j. Pengamanan catatan dan perlatan penting.
k. Informasi yang dibutuhkan selama kejadian darurat seperti denah lokasi perusahaan / proyek, data
material berbahaya, instruksi kerja dan nomor telepon penting.
l. Peralatan darurat untuk penanggulangan jika terjadi kondisi darurat yang harus ada dilokasi kerja (bila
dapat diterapkan) harus disesuaikan dengan aktivitas potensi kondisi darurat, diuji kelayakannya dalam
waktu yang terancana.
j. Setiap lokasi kegiatan kerja perusahaan harus menentukan tempat yang aman (assembly point) yang
berfungsi sebagai tempat berkumpul selama kegiatan evakuasi.

L. KESEHATAN DALAM BEKERJA

Tahapan :
Buanglah sampah pada tempat-tempat yang sudah disediakan. Jagalah alat-alat, material-material dan
peralatan tersimpan secara teratur pada tempat-tempat yang sudah dise -paku yang menonjol keluar pada
kayu yang masih akan dipakai, maka paku-paku tersebut harus dicabut. Paku-paku yang menonjol keluar
pada potongan kayu yang tidak akan dipakai lagi, maka paku-paku harus dibengkokkan atau kayu dibuang
ditempat pembuagan sampah. Setiap luka koyak, luka lecet, atau luka tusuk memerlukan pengobatan
segera dan harus dijaga agar tetap bersih. Luka-luka tusuk merupakan tempat-tempat berbahaya bagi
infeksi tetanus, karena itu jagalah agar tetap bersih dan tertutup. Cucilah selalu tangan-tangan anda
sebelum merokok atau memegang makanan dan sesudah memegang bahan-bahan beracun.

M. PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI

Pekerja wajib menggunakan alat pelidung diri dengan benar sesuai dengan kegiatan pekerjaannya. Pekerja
wajib memelihara alat pelindung diri sebaik-baiknya. Sebelum dan sesudah pemakaian alat pelindung diri
pekerja harus melakukan pengecheckan dan pembersihan secara menyeluruh terhadap kondisi masing -
masing alat pelindung diri. Tidak boleh menyalahgunakan atau pelanggaran dalam penggunaan alat
pelindung diri, diantaranya :
a. Kegagalan untuk memelihara alat pelindung diri yang disediakan.
b. Penolakan dengan sengaja untuk memakai alat pelindung diri yang dibutuhkan.
c. Mendapatkan kecelakaan karena kegagalan memakai alat pelindung dir
N. Komite Keselamatan Kerja
Bekerja berdasarkan agenda yang harus di distribusikan paling tidak seminggu dalam pertemuan, memiliki
prosedur baku untuk mengangkat permasalahan . mengembangkan system untuk mengukur keefektifan
dengan cara sebagai berikut :
1. Mencatat semua masalah yang diangkat
2. Mencatatat dalam jumlah pekerjaan yang di selesaikan sejak pertemuan terakhir
3. Meminta program – program inspeksi dan meminta laporanya
4. Berkomitmen meningkatkan standar K3

O. Kelengkapan Administrasi K3
Setiap pelaksanaan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi kelengkapan administrasi K3, meliputi:
- Pendaftaran proyek ke departemen tenaga kerja setempat.
- Pendaftaran dan pembayaran asuransi tenaga kerja (BPJS Kesehatan) Pendaftaran dan pembayaran
asuransi lainnya.
- Ijin dari pihak berwajib tentang penggunaan jalan atau jembatan yang menuju lokasi untuk lalu-lintas
alat berat.
- Keterangan layak pakai untuk alat berat maupun ringan dari instansi yang berwenang memberikan
rekomendasi Pemberitahuan kepada pemerintah atau lingkungan setempat

P. Pelaksanakan Kegiatan K3 di Lapangan


Pelaksanaan kegiatan K3 di lapangan meliputi:
Kegiatan K3 di lapangan berupa pelaksanaan safety plan, melalui kerja sama dengan instansi yang terkait
K3, yaitu desnaker, polisi dan rumah sakit .Pengawasan pelaksanaan K3, meliputi kegiatan:
- Safety patrol, yaitu suatu tim K3 yang terdiri dari 2 atau 3 orang yang melaksanakan patroli untuk
mencatat hal-hal yang tidak sesuai ketentuan K3 dan yang memiliki resiko kecelakaan.
- Safety supervisor; adalah petugas yang ditunjuk manajer proyek untuk mengadakan pengawasan
terhadap pelaksanaan pekerjaan dilihat dari segi K3 Safety meeting; yaitu rapat dalam proyek yang
membahas hasil laporan safety patrol maupun safety supervisor Pelaporan dan penanganan
kecelakaan, terdiri dari: Pelaporan dan penanganan kecelakaan ringan Pelaporan dan penanganan
kecelakaan dengan korban meninggal Pelaporan dan penanganan kecelakaan peralatan berat.

Q. PENUTUP.
Saran dan Usulan
Rencana pelaksanaaan sangat penting untuk di rencanakan dan dipikirkan sedemikian rupa untuk
meminimalkan kesalahan-kesalahan di lapangan yang mungkin terjadi dalam mendukung tercapainya hasil
akhir yang memenuhi aspek-aspek penilaian keberhasilan suatu konstruksi. Di dalam rencana pelaksanaan
tersebut mengandung skema urutan dan tahap-tahap pekerjaan yang harus dilaksanakan karena adanya
suatu keterikatan antar pekerjaan.
IV. METODE PENGATURAN PEMANFAATAN PERALATAN UTAMA SELAMA PELAKSANAAN
PEKERJAAN.

Peralatan dalam pekerjaan konstruksi diartikan sebagai alat lapangan (alat berat), peralatan
laboratorium, peralatan kantor (misalnya computer), dan peralatan lainnya. Dengan menggunakan
peralatan yang sesuai sasaran pekerjaan dapat dicapai dengan ketepatan waktu yang lebih akurat, serta
memenuhi spesifikasi teknis yang telah dipersyaratkan.

i. Alat-alat berat
Jenis peralatan dengan variasi kapasitas dan kegunaannya dapat digunakan untuk pekerjaan konstruksi
sesuai fungsinya. Pemilihan dan pemanfaatan peralatan harus sesuai dengan kebutuhan ditinjau dari jenis,
jumlah, kapasitas maupun waktu yang tersedia. Demikian pula cara penggunaannya, harus mengikuti
prosedur pengoperasian dan perawatannya, sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan.

ii. Peralatan Laboratorium

Peralatan laboratorium diperlukan dalam rangka melakukan pengawasan dan pengendalian mutu
atas pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan oleh kontraktor. Jenis, jumlah dan waktu diperlukannya
peralatan-peralatan laboratorium tersebut tergantung pada ruang lingkup kegiatan pengawasan atas
pekerjaan konstruksi.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Alat Berat

Pemilihan alat berat dilakukan pada tahap perencanaan, dimana jenis, jumlah, dan kapasitas alat
merupakan faktor-faktor penentu. Tidak setiap alat berat dipakai untuk setiap proyek konstruksi, oleh
karena itu pemilihan alat berat yang tepat sangatlah diperlukan. Apabila terjadi kesalahan dalam pemilihan
alat berat maka akan terjadi keterlambatan di dalam pelaksanaan, biaya proyek yang membengkak, dan
hasil yang tidak sesuai dengan rencana. Di dalam pemilihan alat berat, ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan sehingga kesalahan dalam pemilihan alat dapat dihindari. Faktor-faktor tersebut antara lain
sebagai berikut :
1. Fungsi yang harus dilaksanakan. Alat berat dikelompokkan berdasarkan fungsinya, seperti untuk
menggali, mengangkut, meratakan permukaan, dan lain-lain.
2. Kapasitas peralatan. Pemilihan alat berat didasarkan pada volume total atau berat material yang harus
diangkut atau dikerjakan. Kapasitas alat yang dipilih harus sesuai sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.
3. Cara operasi. Alat berat dipilih berdasarkan arah (horizontal maupun vertikal) dan jarak gerakan,
kecepatan, frekuensi gerakan, dan lain-lain.
4. Ekonomi. Selain biaya investasi atau biaya sewa peralatan, biaya operasi dan pemeliharaan merupakan
faktor penting di dalam pemilihan alat berat.
5. Jenis proyek. Ada beberapa jenis proyek yang umumnya menggunakan alat berat. Proyek-proyek
tersebut antara lain proyek gedung, pelabuhan, jalan, jembatan, irigasi, pembukaan hutan, dam, dan
sebagainya.
6. Lokasi proyek. Lokasi proyek juga merupakan hal lain yang perlu diperhatikan : dalam pemilihan alat
berat. Sebagai contoh lokasi proyek di dataran tinggi memerlukan alat berat yang berbeda dengan
lokasi proyek di dataran rendah.
7. Jenis material yang akan dikerjakan dapat mempengaruhi alat berat yang akan dipakai. Tanah dapat
dalam kondisi padat, lepas, keras, atau lembek.
8. Kondisi lapangan. Kondisi dengan medan yang sulit dan medan yang baik merupakan faktor lain yang
mempengaruhi pemilihan alat berat.

Agar pemanfaatan peralatan effisien di lokasi pekerjaan, maka harus :


1. Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan.
2. Melaksanakan pekerjaan dengan menggunakan tenaga yang berimbang dengan jumlah alat yang ada.
3. Secara rutin melakuka perhitungan biaya pemilikan dan biaya operasi;
4. Memperbandingkan ekonomisasi jenis alat alat yang berlainan, pada jenis pekerjaan yang sama.

Metode Pemanfaatan Peralatan selama pekerjaan berlangsung :


1. Melakukan inventarisasi jenis pekerjaan yang akan dikerjakan.
2. Memastikan volume pekerjaan yang akan dikerjakan.
3. Membuat schedulle penggunaan yang dikaitkan dengan volume pekerjaan dan jumlah alat yang
tersedia.
4. Memobilisasi peralatan yang digunakan seperlunya, agar tidak terjadi penumpukkan peralatan di lokasi
pekerjaan.
5. Menyediakan pengawas penggunaan alat, mekanik, operator dan personil seperlunya.
6. Menyediakan spartpart di lokasi pekerjaan, agar setiap kerusakan alat dapat langsung ditangani.
7. Mengoptimalkan penggunaan alat dalam melakssanakan pekerjaan.
8. Memanfaatkan waktu lembur, untuk mempersingkat waktu penggunaan alat di lokasi pekerjaan.
9. Menyediakan penambah daya tahan tubuh untuk personil agar penggunaan alat lebih effektif dan
effisien.
10. Menghindari penggunaan alat yang tidak perlu.
11. Menghindari menggunakan alat yang tidak effisien digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
12. Membuat jalan alternatif agar tidak terjadi kemacetan lalu lintas dalam mengangkut material.
13. Memasang rambu-rambu yang diperlukan untuk menghindari kecelakaan.
14. Menghindari jalur lalu lintas alat yang berbahaya, kondisi jalan buruk, jika perlu lakukan perbaikan agar
jalur lalu lintas alat tidak terhambat.
15. Jika menurut perhitungan, pelaksanaan pekerjaan akan terlambat, dilakukan penambahan jumlah alat.
16. Secara rutin, melakukan evaluasi terhadap produksi alat dan evaluasi penggunaan alat.
17. Secara rutin melakukan perhitungan biaya kepemilikan dan biaya operasional peralatan.

Penawar,
PT. ...................................

........................................
Direktur Utama

Anda mungkin juga menyukai