PENDAHULUAN
Istilah lain untuk croup ini adalah laringitis akut yang menunjukkan lokasi
inflamasi, yang jika meluas sampai trakea disebut laringotrakeitis, dan jika sampai
ke bronkus digunakan istilah laringotrakheobronkitis.1,3
1
biasanya adalah Para-influenza tipe 1 virus (HPIV-1) 60%, HPIV-2, 3 dan 4,
influenza A dan virus B, adenovirus, dan campak virus. 2
Sifat penyakit ini adalah self-limited, tetapi kadang-kadang cenderung
menjadi berat bahkan fatal. Sebelum kortikosteroid digunakan secara luas, 30%
kasus sindrom croup harus dirawat d Rumah Sakit dan 1,7% memerlukan intubasi
endotrakea. Akan tetapi, setelah kortikosteroid telah digunakan secara luas, kasus
croup yang memerlukan perawatan di Rumah Sakit menurun drastis, dan intubasi
endotrakea jarang dilakukan.3
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Sindrom croupatau laringotrakeobronkitis akut merupakan sindroma
yang mengenai laring, subglotis, trakea dan bronkus. Karakteristik sindrom
croup adalah batuk yang menggonggong, suara serak, stridor inspirasi,
dengan atau tanpa adanya obstruksi jalan napas.1
Pada sindrom croup ini terdapat suatu kondisi pernafasan yang biasanya
dipicu oleh infeksi virus akut saluran napas bagian atas. Infeksi menyebabkan
pembengkakan di dalam tenggorokan, yang mengganggu pernapasan normal.
Selain itu juga terjadi suatu pembengkakan di sekitar pita suara, terjadi
biasanya secara umum pada bayi dan anak-anak dan dapat memiliki berbagai
penyebab.Sindrom croup atau laringotrakeobronkitis akut menyebabkan
obstruksi saluran respiratorik atas, jika berat dapat mengancam jiwa. Paling
berat terjadi pada masa bayi.1,5
2.2 Epidemiologi
Sindrom croup biasa terjadi pada anak berusia 6 bulan sampai 6 tahun,
dengan puncaknya pada usia 1-2 tahun. Akan tetapi, croup juga dapat terjadi
pada anak berusia 3 bulan dan di atas 15 tahun meskipun angka prevalensi
untuk kejadian ini cukup kecil. Kekambuhan sering terjadi pada usia 3-6
tahun dan berkurang sejalan dengan pematangan struktur anatomi saluran
respiratori atas. Hamper 15% pasien sindrom croup mempunyai keluarga
dengan riwayat penyakit yang sama.3
Insidensinya lebih tinggi 1,5 kali pada anak laki-laki dari pada
perempuan. Angka kejadiannya meningkat pada musim dingin dan musim
gugur, tetapi penyakit ini tetap dapat terjadi sepanjang tahun. Dalam
penelitian Alberta Medical Association, lebih dari 60% anak yang di
diagnosis menderita croup dengan gejala ringan, sekitar 4% di rawat di rumah
sakit, dan kira-kira 1 dai 4.500 anak yang di intubasi (sekitar 1 dari 170 anak
3
yang di rawat di rumah sakit). Pasien croup merupakan 15 % dari seluruh
pasien dengan infeksi respiratori yang berkunjung ke dokter 5
2.3 Etiologi
Croup sindrom ini biasanya dianggap terjadi karena infeksi virus. Nama
lain menggunakan istilah yang lebih luas, untuk menyertakan laryngotrakeitis
akut, batuk tidak teratur, difteri laring, trakeitis bakteri , laryngotrakeo-
bronkitis, dan laryngotrakeobronkopneumonitis. Dari macam-macam
penyakit tersebutterdapat kondisi yang melibatkan infeksi virus dan
umumnya lebih ringan sehubungan dengan simptomatologi,akan tetapi
terdapat pula yangdikarena infeksi bakteri dan biasanya dengan tingkat
keparahan lebih besar. Selain dapat disebabkan virus dan bakteri, croup
sindrom juga bisa dikarenakan infeksi jamur yaitu berupa Candida albican1.
4
Mekanik
Benda asing
Pasca pembedahan
Penekanan massa ekstrinsik
Alergi
Sembab angioneurotik
2.4 Klasifikasi
Secara umum sindrom croup dikelompokkan dalam 2 kelompok yaitu :
1. Viral croup (laringotrakeobronhitis)
Ditandai oleh gejala prodromal infeksi respiratori, gejala obstruksi
saluran respiratori berlangsung selama 3-5 hari.Usia ± 6 tahun, stridor
(+), batuk (sepanjang waktu), demam (+), durasi 2-7 hari, riwayat
keluarga (+), kecenderungan oleh asma (-).1,2
2. Spasmodik croup (spasmodic cough)
Terdapat faktor atopik, tanpa gejala prodromal, anak dapat tiba-tiba
mengalami gejala obstruksi saluran respiratori, biasanya pada waktu
malam menjelang tidur, serangan terjadi sebentar, kemudian normal
kembali. 1,2
5
kadang disertai dengan stridor ekspirasi, retraksi dinding dada, dan gawat
napas.4
4. Gagal napas mengancam : batuk kadang-kadang tidak jelas, terdengar
stridor (kadang-kadang jelas ketika pasien beristirahat), gangguan
kesadaran dan letargi. 4
2.5 Patofisiologis
Infeksi dimulai dari nasofaring dan menyebar ke epitelium trakea dan
laring. Timbul peradangan difus, eritema, dan edema yang terjadi pada
dinding trakea. Hal ini menyebabkan terganggunya mobilitas pita suara serta
area subglotis mengalami iritasi. Akibatnya suara pasien menjadi serak
(parau). Aliran udara yang melewati saluran respiratori atas mengalami
turbulensi sehingga menimbulkan stridor, diikuti dengan retraksi dinding dada
(selama ispirasi). Pergerakan dinding dada dan abdomen tidak teratur
menyebabkan pasien kelelahan serta mengalami hipoksia dan hiperkapnea.
Pada keadaan ini dapat terjadi gagal napas atau bahkan henti napas.1
Seperti infeksi respiratori pada umumnya, infeksi virus pada
laringotrakeitis, laringotrakeobronkitis, dan laringotrakeobronkopneumonia di
mulai dari nasofaring dan menyebar ke epitelium trakea dan laring setelah
masa inkubasi 2-8 hari. Peradangan difus, eritema, dan edema yang terjadi
pada dinding trakea menyebabkan terganggunya mobilitas pita suara serta
area subglotis mengalami iritasi. Hal ini menyebabkan suara pasien menjadi
serak (parau). Edema mukosa dengan ketebalan 1 mm akan menyebabkan
penyempitan saluran udara sebesar 44 % pada anak-anak dan 75 % pada
bayi.1,3,6
6
menyebabkan pasien kelelahan serta mengalami hipoksia dan hiperkapnea.
Pada keadaan ini dapat terjadi gagal napas atau bahkan henti napas.1,2
7
2.7 Diagnosis
Diagnosis klinis ditegakkan berdasakan gejala klinis yang timbul berupa
demam (38-39°C) selama 12-72 jam, hidung berair (rhinorrhea), nyeri menelan
(dysphagia), sakit tenggorokan, dan batuk ringan, dan malaise. 1,4,6
Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang timbul. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan suara serak, hidung berair, peradangan faring, dan
frekuensi napas yang sedikit meningkat. Kondisi pasien bervariasi sesuai dengan
derajat stres pernapasan yang diderita. Pada pasien ini, gejala prodromal ada,
batuk sepanjang waktu ada, demam ada, 2-7 hari dan riwayat keluarga tidak ada
serta predisposisi asma tidak ada sehingga pasien ini dikategorikan sebagai viral
croup atau laringotrakeobronkitis.
Indikator Skoring
Stridor Respiratorik
Tidak ada 0
Hanya dengan aktivasi 1
Saat Istirahat 2
Retraksi Interkostal
Tidak ada 0
Ringan 1
8
Sedang 2
Berat 3
Udara masuk
Normal 0
Sedikit berkurang 1
Berkurang banyak 2
Sianosis
Tidak ada 0
Saat aktivitas 4
Saat istirahat 5
Tingkat kesadaran
Normal 0
Terganggu 5
Keterangan :
Nilai skor :
9
Gambar 1. X-ray normal cervical anterior-posterior1,4
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan utama bagi pasien sindrom croupatau
laringotrakeobronkitis adalah mengatasi obstruksi jalan napas. Sebagian besar
pasien croupyang ringan tidak perlu dirawat di Rumah sakit, melainkan
cukup dirawat dirumah. Anak dengan Sindrom croupatau
10
laringotrakeobronkitis berat harus dirawat di rumah sakit untuk perawatan,
yakni bila dijumpai salah satu gejala berikut :
- Anak berusia di bawah 6 bulan,
- Terdengar stridor progresif,
- Stridor terdengar ketika sedang beristirahat,
- Terdapat gejala gawat napas,
- Hipoksemia,
- Gelisah,
- Sianosis,
- Gangguan kesadaran,
- Demam tinggi,
- Tidak ada respon terhadap terapi.1
11
1. Resemic epinephrine: dosis 0,5 mllarutan recemic epinephrine
2,25% yang telah dilarutkan dalam 3 ml salin normal dan diberikan
melalui nebulizer selama 20 menit. 1,5
2. L-epinephrine 1:1000 sebanyak 5 ml, diberikan melalui nebulizer.
1,5
Efek terapi terjadi dalam 2 jam.
2.8.2 Kortikosteroid
Kortikosteroid bermanfaat untuk mengurangi edema pada mukosa
laring melalui mekanisme antiinflamasi (anti radang).1,3
Dekasametason diberikan dengan dosis 0,6 mg/kgBB/ per oral
atau intramuskular sebanyak 1 kali dan dapat diulang dalam 6-24 jam.
Efek klinis akan tampak 2-3 jam setelah pengobatan.1,3
Budesonid nebulisasi dapat digunakan dengan melarutkan 2-4 mg
budesonid (2 ml) yang kemudian diberikan dengan cara inhalasi
menggunakan nebulizer. Efek terapi nebulisasi budesonid terjadi dalam
30 menit. Efek terapi ini lebih cepat dibandingkan kortikosteroid
sistemik yang efeknya terjadi dalam 1 jam.1
Keuntungan pemakaian kortikostreoid adalah sebagai berikut :5
- Mengurangi rata-rata tindakan intubasi
- Mengurangi rata-rata lama rawat inap
- Menurunkan hari perawatan dan derajat penyakit
2.8.3 Antibiotik
Antibiotika hanya diberikan pada keadaan tertentu saja. Umumnya
antibiotika tidak diperlukan dalam tetalaksana croup. Namun, ada
kondisi tertentu yang membutuhkan antibiotika, yaitu pada
laringotrakeobronkitis yang seringkali disertai dengan superinfeksi
bakteri. Pasien diberikan terapi antibiotik empiris sambil menunggu
hasil kultur. Antibiotik empiris dapat diberikan sefalosporin generasi
ke-3. Untuk epiglottitis diberikan antibiotik golongan sefalosporin
12
generasi ke-3 (seftriaxon atau sefotaksim) selama 7-10 hari.
Kloramfenikol selama 5 hari sama efektifnya dengan pemberian
seftriakson. Untuk trakeitis bakteri: diberikan antibiotik spektrum luas
selama 10-14 hari.4,5
13
2.8.5 Perawatan penunjang
- Jika anak demam (> 39°C) dapat diberikan paracetamol
-
Pemberian ASI dan makanan cair. 5
-
Hindari manipulasi yang berlebihan yang dapat memperberat
obstruksi (misalnya pemasangan infus yang tidak perlu
-
Bujuk anak untuk makan, segera setelah memungkinkan.
14
Bagan 1. Algoritma penatalaksanaan sindrom croup1
15
2.9 Komplikasi
Pada 15% kasus dilaporkan terjadi komplikasi, misalnya otitis media,
dan dehidrasi. Otitis media terjadi oleh karena pada anak saluran eustasius
(suatu saluran kecil yang menghubungkan telinga bagian tengah dan hidung
bagian belakang) masih sangat pendek, sehingga memungkinkan penyebaran
infeksi. Sedangkan dehidrasi dapat terjadi oleh karena saat serangan batuk,
anak akan menjadi sesak sehingga anak menjadi sulit minum maupun makan,
hal ini akan membuat intake oral pada anak menjadi berkurang. Selain itu,
pada awal serangan anak akan mengalami demam yang tidak begitu tinggi,
namun jika demam tidak teratasi hal ini juga akan memperberat faktor risiko
dehidrasi pada anak yang mengalami serangan sidroma croup.1,3
2.10 Prognosis
Sindrom croup biasanya bersifat self-limited dengan prognosis yang
baik. karena pada umumnya penyebab sindrom croup adalah virus, maka
sindroma ini dapat sembuh dengan sendirinya. Gejalanya dapat berlangsung
dalam 7 hari, tetapi puncaknya pada hari kedua dari perjalanan penyakit.5
16
DAFTAR PUSTAKA
17