Bab Iv. Analisa Data Dan Pembahasan
Bab Iv. Analisa Data Dan Pembahasan
A. Analisa Data
selisih antara berat awal dan berat akhir terlihat pada rumus perhitungan
kehilangan berat.
“W = W0 - WA
Perhitungan laju korosi dapat dilakukan dengan melihat rumus laju korosi
1. Sudut 300
W = W 0 - WA
= 21,9833 – 21,9602
= 0,0231 gram
Laju korosi = (K x W) / (A x T x D)
= 70,27778 mpy
2. Sudut 450
W = W 0 - WA
= 22,3898 – 22,3736
= 0,0162 gram
Laju korosi = (K x W) / (A x T x D)
= 49,28571 mpy
49
3. Sudut 900
W = W 0 - WA
= 20,8723 – 20,8141
= 0,0582 gram
Laju korosi = (K x W) / (A x T x D)
= 177,0635 mpy
1. Sudut 300
W = W 0 - WA
= 20,9556 – 20,9203
= 0,0353 gram
Laju korosi = (K x W) / (A x T x D)
= 107,3942 mpy
50
2. Sudut 450
W = W 0 - WA
= 20,6769 – 20,6522
= 0,0247 gram
Laju korosi = (K x W) / (A x T x D)
= 75,1455 mpy
3. Sudut 900
W = W 0 - WA
= 20,5623 – 20,4719
= 0,0904 gram
Laju korosi = (K x W) / (A x T x D)
= 275,0265 mpy
51
1. Sudut 300
W = W 0 - WA
= 20,5843 – 20,5260
= 0,0583 gram
Laju korosi = (K x W) / (A x T x D)
= 177,3677 mpy
2. Sudut 450
W = W 0 - WA
= 21,2648 – 21,2244
= 0,0404 gram
Laju korosi = (K x W) / (A x T x D)
= 122,9101 mpy
52
3. Sudut 900
W = W 0 - WA
= 20,7834 – 20,6364
= 0,1470 gram
Laju korosi = (K x W) / (A x T x D)
= 447,2222 mpy
1. Sudut 300
W = W 0 - WA
= 22,887 – 22,8787
= 0,0083 gram
Laju korosi = (K x W) / (A x T x D)
= 25,25132 mpy
53
2. Sudut 450
W = W 0 - WA
= 22,9493 – 22,9437
= 0,0056 gram
Laju korosi = (K x W) / (A x T x D)
= 17,03704 mpy
3. Sudut 900
W = W 0 - WA
= 21,1777 – 21,1566
= 0,0211 gram
Laju korosi = (K x W) / (A x T x D)
= 64,19312 mpy
W = W0 - WA
= 20,8613 – 20,6821
54
= 0,1792 gram
Laju korosi = (K x W) / (A x T x D)
= 19,4709 mpy
Laju
V T W0 WA W A
Sudut Korosi
(m/s) (jam) (gram) (gram) (gram) (cm2)
(mpy)
Analisa Regresi
1. Kecepatan
a. Sudut 300
No. X Y XY X3 X4 X2Y
I. ∑Y = na + b∑X + c∑X2
282887.8 = -1336640c
c = -0.212
57
b = 4.02
a = 96.2
b. Sudut 450
No. X Y XY X3 X4 X2Y
I. ∑Y = na + b∑X + c∑X2
282887.8 = -1336640c
c = -0.147
59
b = 2.72
a = 67.2
c. Sudut 900
No. X Y XY X3 X4 X2Y
I. ∑Y = na + b∑X + c∑X2
1554191.924 = -1336640c
c = -1.163
b = -11.1
a = 412.55
Grafik Regresi :
X Y W
(gram) 100
-3 -877.648 0 0.212
-100.008
-4 -2 -100 0 2
-91.968 4
-2 -392.628 -200
-300
-1 -100.008 -376.548
-392.628
-400
0.212 -500
0
-600
-1 -91.968 -700
-877.648 -800
-853.528
-2 -376.548 -900
-1000
-3 -853.528 V (m/s)
2. Sudut
a. Kecepatan 2 m/s
No. X Y XY X3 X4 X2Y
I. ∑Y = na + b∑X + c∑X2
969615.495 = 561854750c
c = 1.726-03
64
b = 7.07
a = -1297.2
b. Kecepatan 4 m/s
No. X Y XY X3 X4 X2Y
I. ∑Y = na + b∑X + c∑X2
5654721.53 = 561854750c
66
c = 0.01
b = -0.45
a = 86.522
c. Kecepatan 6 m/s
No. X Y XY X3 X4 X2Y
I. ∑Y = na + b∑X + c∑X2
-13845963.5 = 561854750c
c = -0.025
b = 3.5
a = 283.54
d. Kecepatan 8 m/s
No. X Y XY X3 X4 X2Y
I. ∑Y = na + b∑X + c∑X2
337099.745 = 561854750c
c = 6-4
b = 0.12
a = 21.9
Grafik Regresi :
Laju korosi
X Y (mpy) 14000
-2 5174.854 12000 11696.2
-1 1290.324 10000
8000
0 0.194481
6000
1 1304.464 5174.854 5203.134
4000
2 5203.134 2000
1290.324 1304.464
3 11696.2 0 0.194481
-4 -2 0 2 Sudut
4 serang
B. PEMBAHASAN
a. Pengaruh kecepatan
W
(gram)
0.2
0.18
0.16
447.2222 Sudut 30
0.14
0.12 Sudut 45
0.1 Sudut 90
275.0265
0.08
Spes.direndam
0.06 177.0635 177.3677
0.04 107.3942 122.9101
0.02 70.27778 75.1455 64.19312
49.28571
25.25132
17.03704
0 V (m/s)
0 2 4 6 8 10
Laju korosi
(mpy)
500
450 447.2222
400 Sudut 30
350
Sudut 45
300
275.0265 Sudut 90
250
200 Spes.direndam
177.0635 177.3677
150
122.9101
100 107.3942
70.2778 75.1455 64.19312
50 49.28571
25.25132
17.03704
0
V (m/s)
0 2 4 6 8 10
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa, dari kecepatan 2 m/s, sampai
kecepatan 6 m/s, weight loss dan laju korosi erosi akan semakin
meningkat, kita dapat mengambil contoh pada sudut 30°, pada kecepatan 2 m/s
gram, 107,3942 mpy), terus meningkat sampai pada kecepatan 6 m/s dimana
(W = 0,0583 gram, 177,3677) mpy. Setelah itu kehilangan berat, dan laju
korosi erosi pada spesimen akan menurun pada kecepatan 8 m/s (W= 0,0083
gram, 25,25132). Hal ini karena fenomena korosi erosi itu disebabkan oleh
sinergi antara korosi dan erosi, dimana pada kecepatan rendah lebih
memungkinkan untuk terjadi korosi namun erosi belum terjadi. ini karena
waktu kontak antara fluida dengan material yang cukup untuk terjadi korosi
kecepatan tinggi dapat merangsang proses pengangkutan jenis reaktif baik dari
potensi tinggi dan meningkatkan korosi seragam dalam potensi rendah, ini
dikarenakan waktu kontak antara fluida dengan material lebih cepat, sehingga
sementara korosi susah terjadi. Sedangkan pada kondisi titik kritis terjadi
sinergi yang optimal antara korosi dan erosi, dimana pada titik ini material
mendapat waktu kontak yang cukup untuk terjadi korosi dan juga kecepatan
yang cukup untuk terjadi erosi yang mengakibatkan weight loss dan laju
74
korosi erosi mencapai titik tertinggi. Titik kritis pada eksperimen ini adalah
mengalami kehilangan berat sebesar 0,1792 gram, dan laju korosi erosi
Gambar 34. Hasil foto permukaan aluminium tanpa perlakuan (normal) (kiri),
dan proses perendaman selama 168 jam (kanan), pembesaran 400
X
Sumber : Foto scan Mikroskop Optik (2011)
dan cerah. Setelah pengujian, logam mengalami perubahan warna menjadi abu - abu.
Warna abu - abu ini merupakan hasil endapan air garam. Keadaan lapisan relatif
tidak mengalami kerusakan berarti terlihat dari kestabilan nilai laju korosi. Pada
spesimen yang direndam terlihat spesimen kehilangan berat sebesar 0,1792 gram,
75
dengan spesimen yang disemprot, tetapi laju korosi erosinya hanya sebesar 19,4709
mpy, dimana laju korosi erosinya merupakan yang terendah jika dibandingkan
direndam selama 168 jam ini akan terus mengalami pengurangan berat atau
tidak terlalu signifikan, bahkan cenderung bertendensi stabil, hal inilah yang
yang digunakan yaitu aluminium merupakan logam yang tahan akan korosi, dimana
logam ini pada saat mencapai titik waktu eksposenya akan membentuk lapisan
Ketebalan lapisan film oksida berkisar antara 50 - 100 amstrong. Kehadiran ion
klorida umumnya dapat merusak lapisan oksida. Didalam lingkungan berair terjadi
reaksi elektrokimia antara dua reaktan (logam dan larutan). Reaksi anodik dan
katodik terjadi dengan laju yang sama dan simultan di permukaan logam. Pada
Permukaan specimen
yang terkikis
Permukaan spesimen
yang terkikis
Gambar 35. Hasil foto permukaan aluminium yang disemprot dengan kecepatan
2 m/s (kiri) dan kecepatan 4 m/s (kanan), pembesaran 400 X
Sumber : Foto scan Mikroskop Optik (2011)
Permukaan specimen
yang terkikis
Permukaan specimen
yang terkikis
Gambar 36. Hasil foto permukaan aluminium yang disemprot dengan kecepatan
6 m/s (kiri) dan kecepatan 8 m/s (kanan), pembesaran 400 X
Sumber : Foto scan Mikroskop Optik (2011)
77
korosi erosi pada specimen uji. Dari gambar – gambar diatas dapat dilihat jelas
pada kecepatan 2 m/s, permukaan yang terkikis terjadi secara menyebar tetapi
tidak terlalu besar, sedangkan pada kecepatan 4 m/s, permukaan yang terkikis
mulai terpusat dan semakin membesar, lebih besar dari pada yang terjadi di
terkikis terpusat dan lebih besar dari pada di kecepatan 4 m/s, hal yang sama
terpusat di tengah dan sangat besar. Hal berbeda terjadi di kecepatan 8 m/s,
dimana permukaan yang terkikis terjadi dan menyebar ke setiap sisi tetapi
b. Pengaruh sudut
Laju Korosi
(mpy)
500
450 447.222
400
V = 2 m/s
350
300 V = 4 m/s
275.026
250 V = 6 m/s
200 V = 8 m/s
177.367 177.0634
150
100 107.394122.910
70.277775.145 64.193
50 49.285
25.251 17.0370
0 Sudut serang
0 15 30 45 60 75 90 105
W
(gram)
0.16
0.147
0.14
0.12
0.1 V = 2 m/s
0.0904 V = 4 m/s
0.08 V = 6 m/s
0.06 0.0583 0.0582 V = 8 m/s
0.04 0.0404
0.0353
0.02 0.0231 0.0247 0.0211
0.0162
0.0083 0.0056
0 Sudut serang
0 15 30 45 60 75 90 105
Gambar 38. Grafik Weight loss (Berat yang hilang) vs Sudut serang
79
Dari grafik laju korosi erosi vs sudut serang diatas dapat dilihat bahwa
besarnya sudut sangat berpengaruh terhadap laju korosi erosi. Hal ini dapat
dilihat dari grafik diatas diambil contoh pada kecepatan 8 m/s, pada sudut 30°,
laju korosi erosinya adalah 25,25132 mpy, sedangkan pada sudut 45° laju
korosi erosi menurun menjadi 17,03704 mpy, laju korosi erosi paling besar
terjadi pada sudut 90° dimana laju korosi erosinya adalah 64,19312 mpy. Hal
ini disebabkan karena adanya tekanan yang ditimbulkan oleh fluida terhadap
permukaan spesimen, yang paling besar terjadi pada sudut 90°, kemudian sudut
30°, dan terakhir sudut 45°. Hal yang sama juga terjadi pada grafik weight
loss vs sudut serang, dimana dapat juga dilihat pada salah satu contoh
kecepatan pada kecepatan 8 m/s dimana pada sudut 30°, W = 0,0083 gram, 45°,
W = 0,0056 gram, dan 90°, W= 0,0211 gram. Ini karena laju korosi erosi
sangat berpengaruh terhadap laju korosi erosi, ini dikarenakan tekanan yang
atau terhapusnya lapisan film oksida (Al2O3) yang merupakan pelindung dari
pada spesimen akan membubarkan fasa kedua. Korosi seragam yang terjadi
pada metal juga dapat mempercepat pelepasan partikel keras dari permukaan
Kerusakan - kerusakan yang terjadi pada spesimen yang dipengaruhi oleh sudut
Permukaan specimen
yang terkikis
Bekas semprotan aliran
fluida cenderung menyebar
di setiap permukaan
Permukaan specimen
yang terkikis
Gambar 41. Hasil foto spesimen aluminium sesudah diuji dengan sudut 900
(kanan), dan hasil foto permukaan dengan sudut 900 (kiri),
pembesaran 400 X
Sumber : Foto scan Mikroskop Optik (2011)
Dari gambar dan foto mikro diatas dapat kita lihat jelas bahwa
terlihat lebih gelap dan terdapat banyak lubang yang besar yang
90° terjadi disetiap permukaan dan mempunyai ukuran yang besar. Ini
permukaan spesimen yang terjadi pada sudut 90° lebih besar dibandingkan
terjadi pada sudut 30° (gambar 39), dapat dilihat digambar dan foto mikro
terkecil terjadi pada sudut 45° (gambar 40). Ini dapat dilihat dari gambar
sebagian sisinya saja dan ukurannya pun kecil. Hal diatas membuktikan
dibandingkan yang terjadi pada sudut 30°, dan 45°. Sedangkan jika
dibandingkan antara sudut 30° dan 45°, maka pada sudut 30° tekanan