Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jenis-Jenis Bakteri


Jenis bakteri dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam yaitu berda-
sarkan cara memperoleh makanannya, berdasarkan sumber oksigen dan berdasar-
kan kebutuhan oksigen. Bakteri yang diklasifikaikan berdasarkan cara memperoleh
makanannya dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu diantaranya bakteri he-
terotrof dan bakteri autotrof. Bakteri heterotrof ini merupakan bakteri yang hidup
dengan memperoleh makanan berupa zat organik dari lingkungannya karena tidak
dapat menyusun sendiri zat organik yang dibutuhkan oleh bakteri tersebut. Zat or-
ganik dapat diperoleh dari sisa-sisa organisme. Bakteri yang mendapatkan zat orga-
nik dari sampah, kotoran, bangkai, dan juga sisa makanan disebut sebagai bakteri
saprofit. Bakteri ini akan menguraikan zat organik dalam makanan menjadi zat an-
organik yaitu Karbon dioksida (CO2), air, energi dan mineral.
Bakteri autotrof merupakan bakteri yang dapat menyusun zat makanan
sendiri dari zat anorganik yang ada. Bakteri autotrof dari sumber energi yang digu-
nakannya, dibedakan menjadi dua golongan yaitu bakteri fotoautrotof merupakan
bakteri yang memanfaatkan cahaya sebagai energi untuk mengubah zat anorganik
menjadi zat organik melalui proses fotosintesis. Adapun contoh bakteri ini adalah
bakteri hijau, bakteri ungu. Bakteri kemoautrotof ini merupakan bakteri yang meng-
gunakan energi kimia yang diperolehnya saat terjadinya perombakan zat kimia dari
molekul yang kompleks menjadi molekul yang sederhana dengan melepaskan hid-
rogen. Contoh bakteri ini adalah Nitrosomonas. Bakteri ini dapat dikelompokan
ber-dasarkan sumber oksigen dapat meliputi bakteri aerob dan bakteri anaerob.
Bakteri aerob merupakan bakteri yang menggunakan oksigen bebas dalam
proses respirasinya, misalnya Nitrosococcus, Nitrosomonas, dan Nitrobacter. Bak-
teri anaerob itu merupakan bakteri yang tidak menggunakan oksigen bebas dalam
proses respirasinya, misalnya streptococcus lactis. Bakteri juga dapat dikalisifikasi-
kan berdasarkan kebutuhan terhadap oksigen. Penggunaan oksigen oleh bakteri ini
sebagai habitat hidupnya. Berbeda dengan klasifikasi bakteri sebelumnya berdasar-
kan dengan sumber oksigen untuk respirasi. Bakteri ini dikelompokkan lagi menja-

1
di bakteri aerob obligat merupakan bakteri yang hanya dapat hidup dalam suasana
mengandung oksigen, akan tetapi bakteri ini akan mati jika tidak ada oksigen. Con-
toh dari bakteri obligat yaitu Nitrobacter dan Hydrogenomonas. Bakteri anaerob
obligat merupakan bakteri yang hanya dapat hidup dalam suasana tanpa adanya ok-
sigen, contohnya Clostridium tetani. Bakteri anaerob fakulatif merupakan bakteri
yang dapat hidup dengan atau tanpa adanya oksigen. Contoh dari bakteri anaerob
ini adalah bakteri Escherichia coli, Salmonella thypose, dan Shigella.

2.2. Patogen
Patogen adalah agen biologis yang menyebabkan penyakit pada inangnya.
Sebutan lain dari patogen adalah mikroorganisme yang bersifat parasit, umumnya
istilah ini diberikan untuk agen yang mengacaukan fisiologi normal hewan atau
tumbuhan multiselular. Patogen dapat pula menginfeksi organisme uniselular dari
semua kerajaan biologi. Umumnya, hanya organisme yang sangat patogen yang da-
pat menyebabkan penyakit, sementara sisanya jarang menimbulkan penyakit. Pa-
togen oportunis adalah patogen yang jarang menyebabkan penyakit pada manusia
yang memiliki immunocompetent, namun dapat menyebabkan penyakit atau infeksi
yang serius pada orang yang tidak memiliki immunocompromised. Patogen opor-
tunis ini umumnya adalah anggota dari flora normal pada tubuh. Oportunis sendiri
merujuk kepada kemampuan dari organisme untuk mengambil kesempatan yang
diberikan oleh penurunan sistem pertahanan inang untuk menimbulkan penyakit.
Semua patogen pernah berada di luar sel tubuh dengan rentang waktu ter-
tentu atau ekstraselular saat patogen terpapar oleh mekanisme antibodi, namun saat
ini patogen memasuki fasa intraselular yang tidak terjangkau oleh antibodi, sel akan
memainkan perannya. Derajat tingkat patogenitas yang diukur oleh banyaknya or-
ganisme yang diperlukan unuk menimbulkan penyakit pada jangka waktu tertentu
disebut sebagai virulensi. Istilah ini berkaitan erat dengan infeksi dan penyakit yang
merujuk pada situasi dimana suatu mikroorganisme telah menetap dan tumbuh pada
inang. Mikrorganisme tersebut dapat melukai atau tidak melukai inangnya.
Penyakit adalah kerusakan atau cidera pada inang yang dapat menggang-
gu fungsi tubuh inang. Contohnya dosis letal 50% adalah jumlah organisme yang
diperlukan untuk membunuh setengah dari jumlah inang yang di serangnya. Dosis

1
infeksius 50% adalah jumlah organisme patogen yang dibutuhkan untuk mengin-
feksi 50% dari total inang yang diserang. Dosis infeksius dari suatu organisme ter-
gantung dari faktor virulensinya. Faktor yang mempengaruhi virulensi bakteri per-
tama adalah transmisibilitas, yaitu tahap pertama dari proses infeksi adalah masuk-
nya mikroorganisme ke dalam inang melalui satu atau beberapa jalur. Masuknya
mikroorganisme tersebut melalui pernapasan, pencernaan, urogenitalia, atau kulit
yang telah terluka. Setelah masuk, patogen harus melalui bermacam-macam sistem
pertahanan tubuh sebelum dapat hidup dan berkembangbiak di dalam inangnya.
Sistem pertahanan inang contohnya meliputi kondisi asam pada perut dan
saluran urogenitalia, fagositosis oleh sel darah putih, dan bermacam-macam enzim.
Hidroitik dan proteolitik merupakan enzim yang dapat ditemukan di kelenjar saliva,
perut, dan usus halus. Bakteri yang memiliki kapsul polisakarida di bagian luarnya
seperti Streptococcus pneumoniae dan Neisseria meningitidis memiliki kesempatan
yang lebih besar untuk bertahan hidup. Faktor kedua yaitu peletakan, beberapa bak-
teri seperti Escherichia coli menggunakan pili untuk melekat pada permukaan sel
inang mereka. Bakteri lain memilki molekul adhesi atau pelekatan pada permukaan
sel atau dinding sel yang hidrofobik sehingga dapat menempel pada membran sel.
Pelekatan meningkatkan virulensi dengan cara mencegah bakteri terbawa oleh mu-
kus atau organ karena aliran cairan seperti pada saluran urin dan pencernaan.
Faktor ketiga yaitu kemampuan invasive. Bakteri invasif adalah bakteri
yang dapat masuk ke dalam sel inang atau menembus permukaan kelenjar mukus
sehingga menyebar dari titik awal infeksi. Kemampuan invasif didukung oleh ada-
nya enzim yang mendegradasi matriks ektraseluler seperti kolagenase. Faktor ke-
empat yaitu toksin bakteri. Beberapa bakteri memproduksi toksin atau racun yang
dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu endotoksin dan eksotoksin. Endotoksin adalah
lipopolisakarida yang tidak disekresikan melainkan terdapat pada dinding sel bak-
teri gram negatif. Eksotoksin adalah protein yang disekresikan oleh bakteri gram
positif dan gram negative, Klasifikasi patogen terbagi menjadi lima, yaitu:
2.2.1. Virus
Virus adalah parasit yang bukan merupakan mahluk hidup namun memiliki
materi genetik berupa asam nukleat yang membutuhkan keberadaan sel prokariot
atau eukariot ini yang hidup untuk melakukan replikasi atau perbanyakan dari asam

1
nukleat tersebut. Virus dapat menginfeksi binatang, manusia, tanaman, fungi, bak-
teri, protozoa, serangga dan hampir semua jenis mahluk hidup. Contoh virus yang
menyerang bakteri adalah bacteriofag yang menyerang Escherichia coli. Sementara
pada manusia contohnya adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang dapat
menyebabkan penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS).
2.2.2. Bakteri
Bakteri yang termasuk dalam organisme prokariot selain memiliki kegu-
naan, juga bisa menimbulkan kerugian karena merupakan patogen yang umum pada
mahluk hidup seperti manusia. Contoh bakteri ini adalah bakteri patogen oportunis
Pseudomonas aeruginosa yang dapat menginfeksi paru-paru sehingga dapat me-
nimbulkan kematian. Bakteri patogen lain yang populer adalah Staphylococcus au-
reus adalah mikroflora normal manusia pada permukaan kulit, mulut, dan hidung.
Sistem imun yang menurun, Staphylococcus aureus akan bersifat patogen dan dapat
menimbulkan terjadinya suatu penyakit seperti penggumpalan darah.
2.2.3. Fungi
Fungi adalah organisme prokariota yang termasuk dalam kingdom protis-
ta dengan sekitar 75.000 spesies yang sudah diidentifikasi. Fungi dapat menjadi pa-
rasit pada manusia contohnya seperti Candida albicans yang adalah fungi patogen
oportunis yang dapat menyebabkan infeksi pada hampir semua bagian dari anggota
tubuh manusia dan dapat menyebabkan kematian. Candida albicans seringkali me-
nyerang rongga mulut ataupun vagina. Sistem imun inang sedang baik, Candida al-
bicans tidak akan menimbulkan infeksi dan hidup normal pada rongga mulut.
2.2.4. Protozoa
Protozoa adalah organisme bersel satu yang sangat bervariasi dengan le-
bih dari 50.000 jenis. Protozoa banyak yang berukuran kurang dari 1/200 mm tapi
beberapa dapat mencapai 3 mm seperti Spirostomun. Protozoa banyak yang hidup
secara soliter, ada yang secara berkoloni. Protozoa pada manusia merupakan salah
satu patogen dan dapat menyebabkan terjadinya penyakit seperti malaria yang di-
sebabkan oleh Plasmodium falciparum. Protozoa ini ditularkan dari manusia yang
satu ke manusia yang lain dengan perantara nyamuk betina dari genus Anopheles.
Terdapat ratusan juta kasus terjadinya suatu penyakit malaria pertahun dengan ting-
kat kematian yang sangat tinggi pada negara-negara miskin tersebut.

1
2.2.5. Cacing
Cacing dalam usus merupakan salah satu patogen manusia yang paling
umum. Cacing gelang Ascaris lumbricoides diperkirakan menginfeksi 1.472 juta
manusia diseluruh dunia. Menurut data Badan Kesehatan Dunia, 10% dari total po-
pulasi dunia pernah mengalami infeksi cacing gelang yang disebut ascariasis ini.
Kasus askariasis ini umumnya banyak terjadi di negara berkembang, dimana tingkat
sanitasi dan kebersihan lingkungan masih rendah dan belum memadai. Parasit ini
merupakan penyebab utama morbiditas pada negara yang masih berkembang. In-
feksi berat dapat menyebabkan gangguan usus dan gangguan pertumbuhan.

2.3. Teori Abiogenesis dan Biogenesis


Antony van Leeuwenhoek (1632-1723) sebenarnya bukan peneliti atau
ilmuwan yang profesional. Profesi sebenarnya adalah sebagai wine tester yang ber-
ada di kota Delf, Belanda. Ilmuan biasa menggunakan kaca pembesar untuk me-
ngamati serat-serat pada kain. Ilmuan ini sebenarnya bukan orang pertama dalam
penggunaan mikroskop, tetapi rasa ingin tahunya terhadap alam semesta menjadi-
kannya salah seorang penemu mikrobiologi. Leewenhoek menggunakan mikros-
kopnya yang sangat sederhana untuk mengamati air sungai, air hujan, ludah, feses
dan lain sebagainya. Ia tertarik dengan banyaknya benda kecil yang dapat bergerak
dan tidak terlihat dengan mata biasa. Ia menyebut benda bergerak tadi dengan ani-
malcule yang menurutnya merupakan hewan yang sangat kecil. Penemuan tersebut
membuatnya lebih antusias dalam mengamati benda yang sangat kecil.
Akhirnya Leewenhoek yang membuat 250 mikroskop yang mana mampu
memperbesar 200-300 kali. Leewenhoek mencatat dengan teliti hasil dan pengama-
tannya tersebut dan mengirimkannya ke British Royal Society. Salah satu isi surat-
nya yang pertama yang dibuat pada tanggal 7 September 1674 Ia menggambarkan
adanya hewan yang sangat kecil yang sekarang dikenal dengan protozoa. Antara
tahun 1963-1723 ia menulis lebih dari 300 surat yang melaporkan berbagai hasil
pengamatannya. Salah satu diantaranya adalah dari bentuk batang, coccus maupun
spiral yang sekarang biasa dikenal dengan istilah bakteri tersebut. Penemuan ter-
sebut yang membuat dunia sadar akan adanya bentuk dari suatu kehidupan yang
sangat kecil yang mana akhirnya akan melahirkan ilmu mikrobiologi.

1
Penemuan Leewenhoek tentang animalcules menjadi perdebatan dari
mana asal animalcules tersebut. Ada dua pendapat yang muncul, satu mengatakan
animalcules ada karena proses pembusukan tanaman atau hewan, melalui fermen-
tasi. Pendapat ini mendukung terori yang mengatakan bahwa makhluk hidup ber-
asal dari benda mati melalui proses abiogenesis. Konsep tersebut dikenal dengan
generatio spontanea. Pendapat ini mengatakan bahwa animalcules tadi berasal dari
animalcules sebelumnya seperti halnya organisme tingkat tinggi. Pendapat atau te-
ori ini disebut dengan biogenesis. Suatu mikrobiologi ini tidak dapat berkembang
sampai perdebatan tersebut terselesaikan harus dengan dibuktikannya kebenaran
dari teori biogenesis. Pembuktian terori ini memerlukan berbagai macam eksperi-
men yang nampaknya seperti sederhana dan tidak memerlukan waktu yang lebih
dari 100 tahun untuk membuktikan peristiwa dari teori-teori tersebut.
2.3.1. Pembuktian Ketidakbenaran dari Abiogenesis
Franscesco Redi (1926-1697) menunjukkan bahwa ulat yang ada dalam
daging busuk adalah larva yang berasal dari telur lalat, bukan hasil dari generatio
spontanea. John Needham pada tahun 1945, melakukan eksperimen dengan mema-
sak sepotong daging untuk menghilangkan organisme yang ada dan menempat-
kannya dalam stoples yang terbuka. Ilmuan ini mengamati adanya koloni pada per-
mukaan daging tersebut. Ia menyimpulkan bahwa mikroorganisme terjadi spontan.
Lazarro Spalazani pada tahun 1769, merebus kaldu daging selama 1 jam
dan menempatkan kaldu daging tersebut pada toples yang disegel atau ditutup rapat
yang menunjukkan tidak ditemukannya mikroorganisme dalam kaldu tersebut. Ha-
sil eksperimen tersebut menyimpulkan bahwa menentang adanya teori dari abioge-
nesis. Neddham mengatakan bahwa sumber makhluk hidup tadi adalah udara dima-
na pada percobaan Spalazani tersebut tidak berinteraksi langsung dengan udara.
Hampir 100 tahun setelah percobaan Needham ada 2 peneliti yang mencoba meme-
cahkan kontroversi tentang peran udara. Franz Schulze pada tahun 1836, melaku-
kan eksperimen dengan cara melewatkan larutan asam kuat ke dalam tabung tertu-
tup yang berisi daging yang telah dimasak. Theodor Schwann pada tahun 1837, me-
lakukan eksperimen dengan cara mengalirkan udara melalui pipa yang telah dipa-
nasi tersebut ke dalam suatu tabung tertutup yang bersisi kaldu.

1
Para pendukung teori generatio spontanea ini berpendapat bahwa adanya
kandungan asam dan panas akan mengubah udara sehingga tidak mendukung per-
tumbuhan mikroba. Peneliti pada tahun 1954, akhirnya menyelesaikan perdebatan
tersebut dengan melakukan percobaan menggunakan tabung tertutup berisi kaldu
yang telah dipanaskan. Bagian dalam tabung tersebut dimasukkan pipa yang sebagi-
annya telah diisi dengan kapas dan bagian ujungnya dibiarkan terbuka. Perlakuan
tersebut akan membuat mikroba tersaring dan udara tetap bisa masuk kedalamnya.
Hasil dari perlakuan ini dengan tidak ditemukannya mikroba dalam kaldu daging
tersebut membuktikan bahwa teori generatio spontanea adalah salah.
2.3.2. Pembuktian Teori Biogenesis
Periode yang sama muncullah ilmuwan yang baru yang berasal dari Pran-
cis, Louis Pasteur (1822-1895) seorang ahli kimia yang menaruhkan perhatiannya
pada mikroorganisme. Peristiwa ini yang membuat ia tertarik untuk melakukan pe-
nelitian tentang peran mikroba dalam industri anggur dan pembuatan alkohol. Pen-
dukung dari teori generatio spontanea yang hidup pada masa Louis Pasteur adalah
Felix Archimede Pouchet. Ilmuan tersebut pada tahun 1859 banyak mempublika-
sikan tulisan yang mendukung abiogenesis, dimana ia tidak dapat membantah pe-
nemuan dari Pasteur. Pasteur untuk memastikan pendapatnya, dengan melakukan
serangkaian eksperimen. Ia menggunakan suatu bejana dengan leher yang panjang
dan dapat dibengkokkan yang dikenal dengan istilah leher angsa.
Bejana ini akan diisi dengan kaldu daging yang kemudian akan dipanas-
kan. Udara dapat dengan bebas melewati tabung tersebut atau pipa leher angsa, te-
tapi tidak ditemukan adanya mikroorganisme yang terdapat di kaldu tadi. Mikroba
beserta debu yang akan mengendap pada bagian tabung tersebut yang berbentuk U
sehingga tidak dapat mencapai kaldu tersebut. Ia juga membawa tabung itu ke pegu-
nungan Pyrenes dan Alpen. Pasteur menemukan bahwa mikroorganisme yang ter-
bawa debu oleh udara dan dapat menyimpulkan bahwa semakin bersih atau murni
udara yang masuk ke dalam bejana, semakin sedikit kontaminasi yang terjadi.
Salah satu argumen klasik untuk menantang teori buiogenesis adalah bah-
wa panas yang digunakan untuk mensterilkan udara atau bahan juga dianggap akan
merusak vital force. Mereka yang mendukung teori abiogenesis berpendapat bahwa
tanpa adanya kekuatan dari vital force tersebut suatu mikroorganisme ini tidak da-

1
pat muncul serta spontan. John Tyndall untuk merespon argumen tersebut menga-
takan bahwa udara dapat dengan mudah dibebaskan dari mikroorganisme dengan
melakukan percobaan meletakkan tabung reaksi berisi kaldu steril ke kotak tertutup.
Udara dari luar yang masuk ke dalam kotak melalui pipa yang sudah di-
bengkokkan membentuk dasar U seperti spiral. Terbukti bahwa meskipun udara lu-
ar dapat masuk ke dalam kotak yang berisi tabung dengan kaldu di dalamnya, na-
mun tidak ditemukan adanya mikroba tersebut. Hasil dari percobaan Pasteur dan
Tyndall tersebut dapat memacu diterimanya konsep biogenesis. Pasteur tersebut le-
bih memfokuskan penelitiannya pada peran mikroba dalam pembuatan anggur dan
mikroba yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit teori tentang fermentasi.
Fermentasi terjadi jika jus anggur tersebut dibiarkan. Melalui serangkaian
perubahan biokimia, alkohol dan senyawa lain dihasilkan dari anggur. Salah satu
alasan dari Pasteur ingin menentang pendapat generatio spontanea adalah keyakin-
annya bahwa produk fermentasi anggur merupakan hasil dari mikroorganisme yang
ada, bukan fermentasi yang menghasilkan mikroorganisme sebagaimana yang telah
dipercaya pada waktu tersebut. Pasteur pada tahun 1850 memecahkan suatu masa-
lah yang timbul dalam industri anggur. Pasteur dengan meneliti anggur yang baik
dan anggur yang kurang baik. Ilmuan ini menemukan bahwa mikroorganisme yang
digunakan berbeda. Mikroorganisme tertentu mendominasi bahwa anggur yang ba-
gus sementara tipe yang lain mendominasi anggur yang kurang bagus.
Pasteur menyimpulkan bahwa pemilihan mikroorganisme yang sesuai ini
akan menghasilkan produk yang bagus. Peristiwa tersebut, dia memusnahkan mik-
roba yang telah ada dalam sari buah anggur dengan cara memanaskannya. Proses
tersebut mengalami pendinginan dan ke bagian dalam sari buah tersebut diinokulasi
dengan anggur yang berkualitas baik yang mengandung mikroorganisme yang di-
inginkan. Hasil peristiwa tersebut dapat menunjukkan bahwa anggur yang dihasil-
kan memiliki kualitas yang baik dan tidak mengalami perubahan aroma selama di-
simpan. Proses sebelumnya dipanasi dulu selama beberapa menit pada 50–60ºC,
maka proses ini dikenal dengan pasteurisasi yang digunakan secara luas dibidang
industri makanan. Orang meningkatkan produk fermentasi tersebut dengan melalui
trial and error dimana sebelumnya tidak tahu bahwa kualitas dari produk tersebut
tergantung pada mikroorganisma yang digunakan selama fermentasi.

1
2.4. Pengaruh Mikroba Terhadap Pertumbuhan Tumbuhan
Pengaruh mikroorganisme terhadap pertumbuhan tanaman dianggap pen-
ting jika dapat memanfaatkannya guna meningkatkan produktivitas tanaman. Mem-
pertahankan kesuburan tanah dengan mengintroduksi ke dalam tanah dan mening-
katkan aktivitas mikroorganisme asli. Mikroba dapat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman dapat bersifat mendorong atau menghambat, hal ini dapat dilihat pada:
1. Penggunaan metabolit mikroorganisme sebagai nutrien utama.
2. Pengaruh zat pengatur tumbuh yang dihasilkan mikroorganisme.
3. Penguraian hara yang semula tidak tersedia menjadi tersedia dari bahan
organik dan mineral.
4. Menghambat perkembangan patogen tumbuhan.
5. Substansi fitotoksik yang dihasilkan mikroorganisme saprofit dan parasit.
6. Produksi enzim.
7. Persaingan antara mikroorganisme dan tumbuhan terhadap unsur hara
esensil.
Hampir semua substansi yang dihasilkan mikroorganisme dilepaskan ke
dalam tanah dan dapat berfungsi sebagai unsur hara bagi tanaman, namun yang ba-
nyak disoroti adalah yang melibatkan senyawa nitrogen. Viroid membawa sifat ge-
netiknya sendiri yang dapat diekspresikan di dalam sel inang. Jasad yang lebih se-
derhana dari virus adalah prion, yang terdiri suatu molekul protein yang infeksius.
Nitrogen amat penting bagi tanaman karena perannya dalam pembentukan protein,
namun nitrogen mudah hilang oleh pencucian, penguapan dan lain-lain.
Nitrogen banyak dijumpai di atmosfir ± 78% dari jumlah gas yang ada,
namun demikian nitrogen atmosfir tidak dapat digunakan langsung oleh sebagian
besar tanaman. Mikroba tertentu mampu menambat nitrogen gas dan mengubahnya
ke dalam senyawa amonium yang akan tersedia bagi tanaman ini. Mikroba tersebut
adalah bakteri bintil akar yang bersimbiosis dengan tanaman pepolongan dan bak-
teri yang dapat hidup bebas seperti Azotobacter, Beijerinckia, Clostridium, Nocar-
dia, Pseudomonas, Rhodospirillum, ganggang hijau biru dan lain-lain. Tidak se-
mua mikroorganisme tersebut berhasil dibuktikan kemampuannya menambat nitro-
gen, namun telah diketahui bahwa mikroorganisme tersebut dapat hidup pada media
yang kurang nitrogennya. Azotobacter adalah jenis bakteri penambat nitrogen yang

1
hidup bebas, banyak dijumpai di daerah rizosfer pada pH tanah antara 5,9-8,4.
Azotobacter tidak ditemukan di tanah, maka bakteri penambat nitrogen yang hidup
bebas lainnya dapat dijumpai, misalnya beijerinckia yang tumbuh aerob pada tanah
tropik masam. Pseudomonas adalah bakteri penambat nitrogen pada tanah masam.

2.5. Teori Sel sebagai Unit Struktur Fungsionil dan Hereditas


Menurut Robert Brown menemukan inti sel yang merupakan struktur pen-
ting dari suatu sel. Menurut Rudolf Virchow menyatakan sel merupakan kesatuan
pertumbuhan makhluk hidup. Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sel meru-
pakan kesatuan hereditas, artinya tiap-tiap sifat yang diturunkan selalu melalui sel.
Sel berasal dari kata cella, yang berarti rongga kecil. Sel adalah fungsional terkecil
yang menyusun tubuh makhluk hidup. Sel ini pertama kali ditemukan oleh Robert
Hooke pada tahun 1655. Secara umum, sel tersusun atas tiga bagian besar, yaitu Se-
laput plasma atau membran plasma merupakan bagian sel yang paling luar. Selaput
plasma berfungsi mengatur zat penting yang masuk dan zat sisa keluar sel.
Protoplasma adalah bagian sel yang hidup dan berfungsi mengatur semua
kegiatan sel. Bagian ini berupa cairan yang tersusun atas air, protein, karbohidrat,
lemak, mineral dan vitamin. Inti sel merupakan pusat pengatur seluruh kegiatan sel.
Di dalamnya terdapat kromosom yang berfungsi membawa suatu penentu sifat yang
dapat diturunkan. Membran sel ini merupakan lapisan yang melindungi inti sel dan
sitoplasma. Membran sel akan membungkus organel-organel dalam sel. Membran
sel juga merupakan alat transportasi bagi sel yaitu tempat masuk dan keluarnya zat-
zat yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan oleh sel. Struktur membran ialah dua la-
pis lipid dan memiliki permeabilitas tertentu sehingga tidak semua molekul dapat
melalui membran sel. Struktur dari membran sel yaitu model mozaik fluida yang
dikemukakan oleh Singer dan Nicholson yang terjadi pada tahun 1972.
Pada teori mozaik fluida membran merupakan 2 lapisan lemak dalam ben-
tuk fluida dengan molekul lipid yang dapat berpindah secara lateral disepanjang la-
pisan membran. Protein membran tersusun secara tidak beraturan yang menembus
lapisan lemak. Jadi dapat dikatakan membran sel sebagai struktur yang dinamis
dimana komponen-komponennya bebas bergerak dan dapat terikat bersama dalam
berbagai bentuk interaksi semipermanen Komponen penyusun membran sel antara
lain adalah phosfolipids, protein, oligosakarida, glikolipid, dan kolesterol.

1
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


3.1.1. Alat.
1. Mikroskop
2. Tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Pisau cutter tajam
5. Api bunsen
6. Pinset
3.1.2. Bahan

1. Aquades
2. Serat kapas
3. Methylene blue
4. Daun
5. Minyak Emersi
6. Roti (segar dan rusak)
7. Air comberan
8. Tempe (segar dan rusak)
9. Bawang merah
10. Kentang (segar dan rusak)
11. Lendir makanan basi

3.2. PROSEDUR PERCOBAAN.


3.2.1. Simple Staining (Pewarnaan Sederhana).
1. Bersihkan kaca objek dengan alkohol 75%.
2. Siapkan setetes air comberan atau lendir makanan basi yang akan
diwarnai.
3. Ambil 1 atau 2 ose biakan dan letakkan ditengah-tengah gelas objek.
4. Dengan menggunakan ujung jarum ose, sebarkan biakan hingga melebar
dan diperoleh apusan tipis berdiameter 1-2 cm.

1
5. Lakukan fiksasi dengan mengangin-anginkan atau dengan melewatkan-
nya diatas nyala api bunsen hingga apusan tampak kering dan transparan.
6. Teteskan methylene blue ke atas kaca objek tadi.
7. Semprotkan sedikit aquadest.
8. Keringkan hati-hati dengan tissue (jangan sampai terkena apusan).
9. Amati dengan mikroskop dengan variasi perbesaran dan bantuan minyak
emersi.
10. Gambar bentuk sel yang terlihat.
3.2.2. Pengamatan Sel Bawang Merah, Daun, dan Serat Kapas
1. Bersihkan kaca objek.
2. Iris tipis helaian bawang merah atau daun atau serat kapas.
3. Ambil pinset dan letakkan di kaca objek.
4. Tetesi dengan aquadest.
5. Amati di bawah mikroskop dengan variasi perbesaran.
6. Gambarkan bentuk sel yang terlihat.
3.2.3. Pengamatan untuk Roti dan Daging (Segar dan Rusak)
1. Bersihkan kaca objek.
2. Ambil sedikit preparat yang segar.
3. Tetesi dengan aquadest.
4. Amati di bawah mikroskop dengan variasi perbesaran.
5. Lakukan hal yang sama untuk preparat yang rusak.
6. Dibandingkan hasilnya.
7. Gambarkan bentuk sel yang terlihat.

1
DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, D. 2006. Biologi Kelompok Pertanian dan Kesehatan. Jakarta: Gra-


findo Media Pratama.
Arianti, E. 2014. Mikroskop Sederhana dari Botol Plastik sebagai Alat Pembela-
jaran pada Pengamatan Sel. Jurnal Biologi Model Banda Aceh. 2(2): 187-
250.
Aryulina, D. 2004. Biologi 2. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Prentis, S. 1990. Bioteknologi Suatu Revolusi Industri yang Baru. Jakarta: Erlang-
ga.
Rakhmawati, A. 2012. Klasifikasi Jamur. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogya-
karta.
Rompas, Y. 2011. Struktur Sel Epidermis dan Stomata Daun Beberapa Tumbuhan
Suku Orchidaceae. Jurnal Biologi Universitas Sam Ratulangi Manado.
1(1): 13-19.
Sunaryo. 2002. Morfologi Sel Serat pada Kayu Eboni. Jurnal Biologi Balitbang
Botani. 6(2): 255-258.

1
Nama : Indah Sari
NIM : 03031381621081
Shift/Kelompok : Selasa Pagi/7

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Makhluk hidup yang terdapat di dunia ini tidak hanya berupa manusia, he-
wan, maupun tumbuhan. Terdapat pula jenis makhluk hidup lain yang dikenal de-
ngan sebutan mikroorganisme. Mikroorganisme termasuk makhluk hidup berukur-
an sangat kecil atau mikroskopis. Mikroorganisme memiliki bentuk kehidupan serta
karakteristik yang khas dan bisa dibedakan dari organisme yang lainnya, terutama
mikroorganisme mampu hidup di berbagai habitat. Sel merupakan unit struktural
dan fungsional terkecil dari makhluk hidup. Kebanyakan makhluk hidup tersusun
atas sel tunggal atau biasa disebut organisme uniseluler, misalnya dalam bakteri dan
amoeba. Makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan, hewan, dan manusia, merupa-
kan organisme multiseluler terdiri banyak sel dan memiliki fungsi masing-masing.
Morfologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang organisme mikros-
kopis atau dengan kata lain, mempelajari tentang tata bentuk luar dari suatu organis-
me. Morfologi sel adalah ilmu yang mempelajari mengenai struktur dan bentuk dari
suatu sel. Diperlukan studi mengenai ilmu ini, agar ke depannya dapat menginden-
tifikasi bagian-bagian dari sel tersebut dan mengklasifikasikan organisme lain yang
mempunyai ciri yang serupa dari morfologi sel tersebut. Mikroskop elektron adalah
sebuah alat mikroskop yang mampu untuk melakukan pembesaran objek sampai
dengan 2 juta kali, yang menggunakan elektrostatik dan elektromagnetik.
Mempelajari morfologi tentunya tidak terlepas dari klasifikasi makhluk
hidup. Makhluk hidup diklasifikasikan dengan berdasarkan persamaan karakteristik
yang terdapat pada jenisnya. Pentingnya ilmu morfologi dikarenakan makhluk hi-
dup yang tidak terlepas dari hal tersebut. Sel bagian penyusun makhluk hidup, ber-
ukuran kecil juga rumit, sehingga kesulitan dihadapi para peneliti. Sel sulit diamati
strukturnya, diungkapkan komposisi molekulnya, menjelaskan fungsi dari berbagai
komponennya. Akhirnya, peralatan yang penting dalam biologi sel untuk mempe-
lajari struktur dari submikroskopik atau mikroskopik diciptakan, yaitu mikroskop
elektron. Morfologi sel bakteri dilihat dari pengamatan yang dilakukan mengguna-
kan mikroskop untuk mengamati bentuk bakteri yang bervariasi tersebut.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perbedaan antara sel bakteri dengan sel tumbuhan?
2. Bagaimana struktur dari sel dan bakteri?
3. Apa perbedaan morfologi sel dari bahan makanan yang segar dengan yang
telah membusuk?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui perbedaan antara sel bakteri dengan sel tumbuhan
2. Mengetahui struktur dari sel dan bakteri
3. Mengetahui perbedaan morfologi sel dari bahan makanan yang segar de-
ngan yang telah membusuk.

1.4. Manfaat
1. Dapat mengetahui perbedaan antara sel bakteri dengan sel tumbuhan
2. Dapat mengetahui struktur dari sel dan bakteri
3. Dapat mengetahui perbedaan morfologi sel dari bahan makanan yang se-
gar dengan yang telah membusuk.

Anda mungkin juga menyukai