Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TEKNIK BIOPROSES

“KAPANG”

Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah Teknik Bioproses

Dosen Pengampu : Dewi Wahyuningtyas, S.T., M.Eng

Disusun oleh:
Kelompok 10
Sulis U. A. Fista Sari 151017022
Dwiki Novendratama 161011018
Dony Syamsuddin H. P. 161011018
Glenn Berlien C. T. 161011019
Zumrotul Adzkiyaa’ 161011021

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, penyusunan makalah dengan judul
“KAPANG” dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu terpanjatkan
kepada panutan dan tauladan hidup, yakni nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa hidup manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang-benderang.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak dapat menyelesaikan makalah
ini tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen mata kuliah Teknik
Bioproses, Ibu Dewi Wahyuningtyas S.T., M.Eng yang telah mendukung dan
membimbing pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tentunya banyak
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak demi sempurnanya makalah ini dan
memperbaiki pembuatan makalah di kemudian hari. Akhir kata penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amiin.

Yogyakarta, 21 September 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................... 2
1.4 Manfaat ....................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 3
2.1 Kapang ....................................................................................... 3
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................... 6
3.1 Rhizopus Oligosporus ................................................................ 6
3.2 Aspergillus Niger ........................................................................ 10
BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 13
4.1 Kesimpulan ................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 14

iii
DAFTAR GAMBAR

Tabel 3.1.2 Morfologi Rhizopus Oligosporus ............................................... 1


Tabel 3.2. Morfologi Aspergillus Niger ........................................................ 6

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik
yang diolah maupun tidak. Sebagai kebutuhan dasar, pangan merupakan hak asasi
setiap rakyat Indonesia, sehingga harus senantiasa tersedia cukup setiap waktu,
aman, bermutu, bergizi dan beragam dengan harga yang terjangkau oleh daya beli
masyarakat. Dalam proses penyiapan, pengolahan dan pembuatan makanan atau
minuman diperlukan suatu sistem pangan yang memberikan perlindungan baik bagi
produsen maupun konsumen pangan, serta tidak bertentangan dengan keyakinan
masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah telah melakukan berbagai
upaya melalui pengaturan, pembinaan dan pengawasan terhadap pangan. Bagi
masyarakat Indonesia,tempe dan jamur merupakan bahan pangan yang harus ada
dimana konsumsi nutrisinya yang sangat lengkap pada jamur dan tempe.
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai
atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus,
seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. Stolonifer (kapang roti), atau Rh.
arrhizus, sehingga membentuk padatan kompak berwarna putih. Sediaan
fermentasi ini secara umum dikenal sebagai “ragi tempe”. Warna putih pada tempe
disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai.
Tekstur kompak juga disebabkan oleh mislia jamur yang menghubungkan biji-biji
kedelai tersebut. Banyak sekali jamur yang aktif selama fermentasi, tetapi
umumnya para peneliti menganggap bahwa Rhizopus sp merupakan jamur yang
paling dominan. Jamur yang tumbuh pada kedelai tersebut menghasilkan enzim-
enzim yang mampu merombak senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang
lebih sederhana sehingga senyawa tersebut dengan cepat dapat dipergunakan oleh
tubuh.
Jamur sendiri merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil dan
bersifat heterotrof. Jamur mempunyai benang-benang yang bersikat yang disebut
hifa. Kebanyakan jamur tumbuh di tempat yang lembab dan mempunyai sedikit

1
pancaraan sinar matahari. Jamur di alam sangat banyak jumlahnya yang dapat
dikembang biakan melalui berbagai proses. Jamur dapat kita manfaatkan dalam
proses pembuatan asam sitrat dengan cara fermentasi, jenis jamur yang biasa
digunakan yaitu Aspergillus niger. Asam sitrat dapat digunakan sebagai pengawet
alami dan penambah rasa asam pada makana dan minuman. Selain itu dapat
dimanfaatkan dalam bidang farmasi dan tambahan dalam makanan ternak. Selain
itu juga dapat digunakan sebagai zat pembersih lingkungan dan antioksidan.asam
dapat diproduksi secara kimiawi yaitu melalui proses fermentasi. Kebutuhan dunia
akan asam sitrat terus meningkat dari tahun ke tahun dan produksi asam sitrat tiap
tahun meningkat 2-3%. Hingga sampai tahun 1920, semua asam sitrat dihasilkan
dari lemon dan jus jeruk.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan
permasalahan, antara lain:
1.2.1 Bagaimana kegunaan kapang (Rhizopus oligosporus) dalam fermentasi
makanan?
1.2.2 Bagaimana kegunaan kapang (Aspergillus niger) dalam industri?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya penulisan makalah ini, antara lain:
1.3.1 Untuk mengetahui kegunaan Rhizopus oligosporus dalam fermentasi
makanan.
1.3.2 Untuk mengetahui kegunaan Aspergillus niger dalam industri.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dilakukannya penulisan makalah ini, antara lain:
1.4.1 Secara umum, makalah ini diharapkan mampu memberikan
pengetahuan yang lebih luas.
1.4.2 Secara khusus, makalah ini diharapkan mampu memberikan kontribusi
yang maksimal bagi masyarakat umum.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kapang
Kapang dalam bahasa Inggris adalah mold. Merupakan anggota regnum
fungi (kerajaan Fungi) yang membentuk hifa, biasanya tumbuh pada permukaan
makanan yang sudah basi atau terlalu lama tidak diolah. Meskipun fungi adalah
kelompok besar dan beragam, namun hanya tiga jenis fungi yang penting dan relatif
mudah untuk mengidentifikasinya. Ketiga nya yaitu kapang, khamir, dan jamur.
Fungi dapat dibedakan dari alga karena fungi tidak mempunyai klorofil dan dengan
demikian fungi tidak dapat melakukan fotosintesis. Ciri khas dari kapang, adalah
memiliki filamen (miselium). Kapang merupakan mikroba yang penting dalam
mikrobiologi pangan, karena selain berperan penting dalam industri makanan,
kapang juga banyak menjadi penyebab kerusakan pangan. Pertumbuhan kapang
dalam makanan dapat mudah dilihat karena penampakannya berserabut seperti
kapas. Awal pertumbuhannya mula-mula berwarna putih, jika spora timbul akan
terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang. Kapang bukan merupakan
kelompok taksonomi yang resmi, sehingga anggota-anggota dari kapang tersebar
ke dalam filum Glomeromycota, Ascomycota, dan Basidiomycota. Selain kapang,
organisme lainnya yang tergolong ke dalam fungi dan penting dalam mikrobiologi
pangan adalah khamir dan jamur (Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia).
Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan
pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang
berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi
jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang.
Kapang terdiri dari suatu talus yang tersusun dari filamen yang bercabang yang
disebut hifa. Kumpulan dari hifa disebut miselium (Pelczar, 2005).
Kapang melakukan reproduksi dan penyebaran menggunakan spora. Spora
kapang terdiri dari dua jenis, yaitu spora seksual dan spora aseksual. Spora aseksual
dihasilkan lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan spora

3
seksual. Spora aseksual memiliki ukuran yang kecil (diameter 1-10 μm) dan ringan,
sehingga penyebarannya umumnya secara pasif menggunakan aliran udara. Apabila
spora tersebut terhirup oleh manusia dalam jumlah tertentu akan mengakibatkan
gangguan kesehatan.

Ciri-Ciri Kapang
Adapun ciri-ciri dari kapang dalah sebagai berikut :
a. Bersifat multiseluler
b. Mempunyai hifa
c. Mempunyai miselium
d. Mempunyai inti sel
e. Memproduksi spora
f. Tidak mempunyai klorofil
g. Reproduksi seksual dan aseksual

Sifat Fisiologi Kapang


Kapang dapat hidup dalam keadaan sekitar yang tidak menguntungkan bila
dibandingkan dengan microbe lainnya. Adapun sifat-sifat fisiologi kapang antara
lain :
a. Kebutuhan Air
Kebanyakan kapang membutuhkan air (aw) minimal untuk pertumbuhan
lebih rendah dibandingkan dengan khamir dan bakteri. Kadar air bahan pangan
kurang dari 14 – 15 %.
b. Kebutuhan Oksigen dan pH
Semua kapang bersifat aerobic, artinya membutuhkan oksigen dalam
pertumbuhannya. Kebanyakan kapang dapat tumbuh baik pada pH yang luas, yaitu
2.0 – 8.5.
c. Suhu Pertumbuhan
Kebanyakkan kapang bersifat mesofilik, yaitu tumbuh baik pada suhu
kamar. Suhu optimum pertumbuhan uantuk kebanyakan kapang adalah sekitar 25o-
30°C, tetapi beberapa dapat tumbuh pada suhu 35-37°C atau lebih tinggi, misalnya

4
Aspergillus. Beberapa kapang bersifat spikrotrofik, yaitu dapat tumbuh baik pada
suhu lemari es, dan beberapa bahkan masik dapat tumbuh lambat pada suhu
dibawah suhu pembekuan, misalnya pada suhu -5 sampai -10°C. Beberapa kapang
juga bersifat termofilik, yaitu dapat tumbuh pada suhu tinggi.
d. Makanan
Pada umumnya kapang dapat menggunakan berbagai komponen makanan,
dari yang sederhana sampai yang kompleks.
e. Komponen penghambat
Beberapa kapang mengeluarkan komponen yang dapat menghambat
organisme lain. Komponen ini disebut antibiotic, misalnya penisilin yang
diproduksi oleh Penicillium chrysogenum, diproduksi oleh Aspergillus clavatus.
Sebaliknya, beberapa komponen lain bersifat mikostatik atau fungistatik, yaitu
menghambat pertumbuhan kapang, misalnya asam sorbat, propionat dan asetat,
atau bersifat fungisidal yaitu membunuh kapang.

5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Rhizopus Oligosporus


Kingdom : Fungi
Divisio : Zygomycota
Kelas : Zygomycota
Ordo : Mucorales
Famili : Mucoraceae
Genus : Rhizopus
Spesies : Rhizopus oligosporus
Rhizopus oligosporus merupakan kapang dari filum Zygomycota yang
banyak menghasilkan enzim protease. Rhizopus oligosporus banyak ditemui di
tanah, buah, dan sayuran yang membusuk, serta roti yang sudah lama. Rhizopus
oligosporus termasuk dalam Zygomycota yang sering dimanfaatkan dalam
pembuatan tempe dari proses fermentasi kacang kedelai, karena Rhizopus
oligosporus yang menghasilkan enzim fitase yang memecah fitat membuat
komponen makro pada kedelai dipecah menjadi komponen mikro sehingga tempe
lebih mudah dicerna dan gizinya lebih mudah terserap tubuh. Fungsi ini juga dapat
memfermentasi substrat lain, memproduksi enzim, dan mengolah limbah. Salah
satu enzim yang diproduksi tersebut adalah dari golongan protease.

3.1.1 Karakteristik
Karakteristik Rhizopus oligosporus yaitu struktur tubuh Rhizopus
oligosporus mempunyai tiga tipe hifa, yaitu stolon (hifa yang membentuk
jaringan pada permukaan substrat), rizoid (hifa yang menembus substrat dan
berfungsi sebagai jangkar untuk menyerap makanan), dan sporangiofor (hifa
yang tumbuh tegak pada permukaan substrat dan memiliki sporangium
globuler di ujungnya). Cara reproduksi Rhizopus oligosporus bereproduksi
secara aseksual dan seksual. Reproduksi secara aseksual adalah dengan spora
nonmotil yang dihasilkan oleh sporangium, sedangkan reproduksi seksualnya

6
dengan konjugasi perkawinan atara hifa berbeda jenis, yaitu hifa (+) dan hifa
(-), menghasilkan zigospora. Rhizopus oligosporus dapat tumbuh optimum
pada suhu 30-35 °C, dengan suhu minimum 12 °C, dan suhu maksimum 42 °C.
Rhizopus oligosporus mempunyai koloni abu-abu kecoklatan
dengan tinggi 1 mm atau lebih. Sporangiofor tunggal atau dalam kelompok
dengan dinding halus atau agak sedikit kasar, dengan panjang lebih dari 1000
mikro meter dan diameter 10-18 mikro meter. Sporangia globosa yang pada
saat masak berwarna hitam kecoklatan, dengan diameter 100-180 mikro meter.
Klamidospora banyak, tunggal atau rantaian pendek, tidak berwarna, dengan
berisi granula, terbentuk pada hifa, sporangiofor dan sporangia. Bentuk
klamidospora globosa, elip atau silindris dengan ukuran 7-30 mikro meter atau
12-45 mikro meter x 7-35 mikro meter.

3.1.2 Morfologi

Gambar 3.1.2 Morfologi Rhizopus Oligosporus

7
3.1.3 Manfaat
Beberapa manfaat dari Rhizopus oligosporus antara lain meliputi
aktivitas enzimatiknya, kemampuan menghasilkan antibiotik alami yang secara
khusus dapat melawan bakteri gram positif, biosintesa vitamin-vitamin B,
kebutuhannya akan senyawa sumber karbon dan nitrogen, perkecambahan
spora, dan penetrisi miselia jamur tempe ke dalam jaringan biji kedelai.

3.1.4 Penggunaan Rhizopus Oligosporus Dalam Fermentasi Makanan


(Tempe)
a. Reaksi
C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (Energi yang dilepaskan:118 kJ per mol)

Dijabarkan sebagai:
Gula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) → Alkohol (etanol) + Karbon dioksida + Energi

b. Proses Pembuatan
Produksi tempe kebanyakan dilakukan oleh industri skala kecil dan
rumah tanggan. Metode dalam memproduksi tempe umumnya
menggunakan cara-cara yang tradisional. Artinya, masih belum
menerapkan teknologi modern. Pada dasarnya, cara membuat
tempe terdiri dari 2 bagian besar, yaitu proses pemasakan kedelai
dan dilanjutkan dengan proses fermentasi. Berikut ini adalah
langkah-langkah proses pembuatan tempe:
a) Agar benar-benar mendapatkan biji kedelai yang bagus,
dilakukan penyortiran. Caranya, tempatkan biji kedelai pada
tampah, kemudian ditampi.
b) Biji kedelai dicuci dengan air yang mengalir.
c) Biji kedelai yang sudah bersih ke dalam panci berisi air,
kemudian direbus selama 30 menit atau sampai mendekati
setengah matang.
d) Kedelai yang sudah direbus direndam selama semalam hingga
menghasilkan kondisi asam.

8
e) Keesokan harinya, kulit arinya dikupas. Caranya, kedelai
dimasukkan ke dalam air, kemudian remas remas sambil
dikuliti hingga akhirnya didapatkan keping-keping kedelai.
f) Keping kedelai dicuci sekali lagi, dengan cara yang sama
seperti mencuci beras yang hendak ditanak.
g) Keping kedelai dimasukkan ke dalam dandang lalu ditanak,
mirip seperti menanak nasi.
h) Setelah matang, angkat, lalu dihamparkan tipis tipis di atas
tampah. Ditunggu sampai dingin, airnya menetes habis, dan
keping kedelai mengering.
i) Proses selanjutnya adalah menambahkan ragi (kapang
Rhizopus oligosporus). Pemberian ragi pada kedelai
dicampurkan sambil diaduk hingga merata. Ukurannya, 1 kg
kedelai menggunakan sekitar 1 gram ragi.
j) Bungkus kedelai yang sudah bercampur rata dengan ragi
menggunakan daun pisang atau plastik.
k) Peram bungkusan kedelai. Bila pembungkusnya berupa
plastik, pemeraman dilakukan di atas kajang-kajang bambu
yang diletakkan pada rak-rak. Bila pembungkusnya berupa
daun, pemeraman dilakukan pada keranjang bambu yang
ditutup goni.
l) Sesudah diperam semalaman, dilakukan penusukan dengan
lidi. Tujuannya agar udara segar dapat masuk ke dalam bahan
tempe.
m) Peram lagi semalaman, keesokan harinya tempe yang dibuat
telah jadi dan siap dikonsumsi.

9
3.2 Aspergillus Niger
Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Ascomycetes
Ordo : Euratiales
Familia : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus niger
Aspergillus niger merupakan salah satu spesies yang paling umum dan
mudah diidentifikasi dari genus Aspergillus. Aspergillus niger dapat tumbuh
dengan cepat, diantaranya digunakan secara komersial dalam produksi asam sitrat,
asam glukonat dan pembuatan berapa enzim seperti amilase, pektinase,
amiloglukosidase dan sellulase. Aspergillus niger dapat tumbuh pada suhu 35ºC-
37ºC (optimum), 6ºC-8ºC (minimum), 45ºC-47ºC (maksimum) dan memerlukan
oksigen yang cukup (aerobik).

3.2.1 Karakteristik
Aspergillus niger memiliki bulu dasar berwarna putih atau kuning
dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai hitam. Kepala
konidia berwarna hitam, bulat, cenderung memisah menjadi bagian-bagian
yang lebih longgar dengan bertambahnya umur. Konidiospora memiliki
dinding yang halus, hialin tetapi juga berwarna coklat. Aspergillus niger,
mempunyai koloni pada medium Cxapek’s Dox mencapai diameter 4-5 cm
dalam 7 hari, dan terdiri dari suatu lapisan basal yang kompak berwarna putih
hingga kuning dan suatu lapisan konidofor yang lebat yang berwarna coklat tua
hingga hitam. Stipe dari konidiofor berdinding halus, berwarna hialin, tetapi
dapat juga kecoklatan. Vesikula berbentuk bulat hingga semibulat, dan
berdiameter 50-100 m. Fialid terbentuk pada metula dan berukuran (7,0-9,5) x
(3-4) m. Metula berwarna hialin hingga coklat, seringkali bersepta, dan
berukuran (15-25) x (4,5-6,0) . Konidia berbentuk bulat hingga semibulat,
berukuran 3,50-5,0, berwarna coklat, memiliki ornamentasi berupa tonjolan

10
dan duri-duri yang tidak beraturan. Koloni pada medim MEA lebih tipis tetapi
bersporulasi lebat. Bersifat termifilik, tidak terganggu pertumbuhannya karena
adanya peningkatan suhu. Dapat hidup dalam kelembaban nisbi 80 (Indrawati
Gandjar, 2006). Dapat menguraikan benzoat dengan hidroksilasi menggunakan
enzim benzoate-4 hidroksilase menjadi 4-hidroksibenzoat. Memiliki enzim 4-
hidroksibenzoat hidroksilase yang dapat menghidrolisa 4-hidroksibenzoat
menjadi 3,4-dihidroksi benzoat, serta dapat merusak bahan pangan yang
dikeringkan atau bahan makanan yang memiliki kadar garam tinggi.

3.2.2 Morfologi

Gambar 3.2.2 Morfologi Aspergillus Niger

3.2.3 Manfaat
Aplikasi ke lingkungan, Aspergillus niger penting pada produksi
asam sitrat yang banyak digunakan pada berbagai makanan dan minuman
ataupun sebagai pengawet dan peningkat citarasa. Asam sitrat harus
dimurnikan dari substrat fermentasi sehingga keterlibatan jamur tidak lagi
nampak. Aspergillus niger juga dapat mengkontaminasi makanan misalnya
pada roti tawar, pada jagung yang disimpan dan sebagainya.

11
3.1.4 Penggunaan Aspergillus Niger Dalam Industri (Asam Sitrat)
a. Reaksi
Reaksi pembentukan
(C6H10O5)n(s) + nH2O(l)  C12H22O11(s)
Karbohidrat Sukrosa
C12H22O11(s) + H2O  C6H12O6(s) + C6H12O5(s)
Glukosa Fruktosa
2C6H12O6(s) + 3O2(g)  C6H8O7(s) + 2H2O(l)
Asam sitrat

Reaksi pemurnian
2C6H8O7(s) + 3CaOH2(l)  Ca3(C6H5O7)(s) + 6H2O(l)
Kalsium sitrat
Ca3(C6H5O7)2(s) + 3H2SO4(l)  3CaSO4(s) + 2C6H8O7(s)
Kalsium sulfat Asam Sitrat
C6H8O7(s) + 3NaOH(l)  Na3(C6H5O7)(s) + 3H2O(l)
Natrium sitrat

b. Proses Pembuatan
a) Dalam proses pembuatan asam sitrat cara yang biasanya digunakan
oleh para ilmuan adalah dengan menggunakan jamur Aspergillus
niger yaitu dengan mengembang biakan kapang Aspergillus niger
yang diberi sukrosa agar membentuk asam sitrat. Setelah itu kapang
tersebut disaring dari larutan yang dihasilkan, asam sitrat diisolasi
dengan cara mengendapkan nya dengan tambahan kalium hidroksida
yang dapat membentuk garam kalsium sitrat. Asam sitrat di
kembangkan dari kalsium sitrat dengan penambahan asam sulfat.
b) Cara lain yaitu dengan mengisolasi asam sitrat dari hasil fermentasi
adalah dengan cara ekstraksi menggunakan larutan hidrokarbon
senyawa basa organik trilaurilamina kalsium sitrat yang diikuti
dengan mengekstraksi kembali dari larutan organik tersebut dengan
air.

12
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat dipaparkan
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
4.1.1 Kapang dalam bahasa Inggris adalah mold. Merupakan anggota regnum
fungi (kerajaan Fungi) yang membentuk hifa, biasanya tumbuh pada
permukaan makanan yang sudah basi atau terlalu lama tidak diolah.
4.1.2 Kapang merupakan mikroba yang penting dalam mikrobiologi pangan,
karena selain berperan penting dalam industri makanan, kapang juga
banyak menjadi penyebab kerusakan pangan.
4.1.3 Rhizopus oligosporus merupakan kapang dari filum Zygomycota yang
banyak menghasilkan enzim protease. Rhizopus oligosporus sering
dimanfaatkan dalam pembuatan tempe dari proses fermentasi kacang
kedelai.
4.1.4 Aspergillus niger merupakan salah satu spesies yang paling umum dan
mudah diidentifikasi dari genus Aspergillus. Aspergillus niger
digunakan secara komersial dalam produksi asam sitrat, asam glukonat
dan pembuatan berapa enzim seperti amilase, pektinase,
amiloglukosidase dan sellulase.

13
DAFTAR PUSTAKA

Amomim, dalam http://animalhusbandaryscience.blogspot.co.id/2013/07/rhizop


usoligo sporus.html. Di akses pada 21 september 2017, pukul 22.34 WIB.

Badan Standarisasi Nasional, 2012 “Tempe: Persembahan Indonesia Untuk Dunia”,


https://www.bsn.go.id/uploads/download/Booklet_tempe-printed21.pdf,
Hal. 7-8, Di akses pada tanggal 22 September 2017, pukul 1.15 WIB.

Fadli, dalam http://linkfadliblog.blogspot.co.id/2009/04/aspergillus-niger.html. Di


akses pada 22 September 2017, pukul 3.38 WIB.

Hasana, dalam https://hasanah619.wordpress.com/2009/10/27/morfologi-kapang-


dan-khamir/ , diakses pada tanggal 21 September 2017, pukul 20.25 WIB.

Nasrullah, Mochamad, 2015, dalam https://dokumen.tips/documents/pembuatan-


asam-sitratdocx.html, diakses pada tanggal 22 September 2017, pukul 21.49
WIB.

Sasmitaloka, Kirana Sanggrami, 2017, “Proses Asam Sitrar Oleh Aspergillus niger
Pada Kultivasi Media Cair”, dalam Jurnal Integrasi Proses Vol. 6, No. 3 (Juni
2017) 116-122.

Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Kapang,


diakses pada tanggal 21 September 2017, pukul 20.14 WIB.

Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Rhizop


us_oligosporus. Di akses pada tanggal 21 September 2017, pukul 20.32 WIB.

Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Aspergi


llus_niger. Di akses pada tanggal 22 September 2017, pukul 3.18 WIB.

Wuryanti, 2008, “Pengaruh Penambahan Biotin Pada Media Pertumbuhan


Terhadap Produksi Sel Aspergillus niger” dalam Jurnal BIOMA Vol. 10, No.
2, hal. 46-50.

14

Anda mungkin juga menyukai