Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Indonesia merupakan Negara dengan pertumbuhan penduduk terbesar serta menghadapi
masalah jumlah dan kualitas sumber daya manusia (SDM) dengan kelahiran 5.000.000 per
tahun. Untuk mengatasi peledakan yang tidak terkendali pemerintah mencetuskan program
Keluarga Berencana. Esensi tugas program Keluarga Berenacana (KB) dalam hal ini telah
jelas, yaitu menurunkan fertilitas agar dapat mengurangi beban pembangunan demi
terwujudnya kebahagian dan kesejahteraan bagi rakyat dan bangsa Indonesia.
Program KB menurut UU No.10 tahun 1992 (tentang kependudukan dan pembangunan
keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kependudukan dan peran serta masyarakat
melalaui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Program KB adalah bagian yang terpadu dalam program pembangunan nasional dan
bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan social budaya penduduk
Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional.
Paradigma baru program Keluarga Brencana Nasional telah diubah visinya dari
mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan “Keluarga Berencana tahun 2015”.
Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki
jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan taqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun pro dan kontra mengenai penggunaan alat kontrasepsi
sebagai upaya melaksanakan Keluarga Berencana masih menjadi salah satu topic utama yang
diangkat oleh sebagian para ahli agama di Indonesia seperti kaum ulama. Sehingga
pelaksanaan program KB masih harus dilihat dari pandangan hukum islam. Padahal telah
jelas disebutkan bahwa tujuan umum untuk tiga tahun kedepan mewujudkan visi dan misi
program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana
program KB di masa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas tahun 2015.

2. Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu :


1. Mengetahui definisi tentang Keluarga Berencana,makna Keluarga Berencana, dan
Metode/ Alat Kontrasepsi serta Hukum Penggunaannya
2. Mengetahui pandangan hukum Islam tentang Keluarga Berencana meurut pandangan
Al-Qur’an, Al Hadist dan ulama.
3. Mengetahui cara KB yang diperbolehkan dan yang dilarang oleh Islam

ii
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keluarga Berencana


keluarga berencana berarti pasangan suami istri yang telah mempunyai perencanaan
yang kongkrit mengenai kapan anaknya diharapkan lahir agar setiap anaknya lahir disambut
dengan rasa gembira dan syukur dan merencanakan berapa anak yang dicita-citakan, yang
disesuaikan dengan kemampuannya dan situasi kondisi masyarakat dan negaranya.

B. Pandangan Hukum Islam tentang Keluarga Berencana


1. Hukum Ber-KB
KB secara prinsipil dapat diterima oleh Islam, bahkan KB dengan maksud menciptakan
keluarga sejahtera yang berkualitas dan melahirkan keturunan yang tangguh sangat sejalan
dengan tujuan syari`at Islam yaitu mewujudkan kemashlahatan bagi umatnya. Selain itu, Kb
juga memiliki sejumlah manfaat yang dapat mencegah timbulnya kemudlaratan. Bila dilihat
dari fungsi dan manfaat KB yang dapat melahirkan kemaslahatan dan mencegah
kemudlaratan maka tidak diragukan lagi kebolehan KB dalam Islam.Namun persoalannya
kemudian adalah : sejauh mana ia diperbolehkan? dan apa saja batasannya?. Hal tersebut
akan terjawab pada penjelasan dibawah ini.
2. Makna Keluarga Berencana
Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa Keluarga Berencan (KB) yang
dibolehkan syari`at adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha
pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami-isteri karena situasi dan kondisi
tertentu untuk kepentingan (maslahat) keluarga. Dengan demikian KB disini mempunyai arti
sama dengan tanzim al nasl (pengaturan keturunan). Sejauh pengertiannya adalah tanzim al
nasl (pengaturan keturunan), bukan tahdid al nasl (pembatasan keturunan) dalam arti
pemandulan (taqim) dan aborsi (isqot al-haml), maka KB tidak dilarang. Pemandulan dan
aborsi yang dilarang oleh Islam disini adalah tindakan pemandulan atau aborsi yang tidak
didasari medis yang syari`i. Adapun aborsi yang dilakukan atas dasar indikasi medis, seperti
aborsi untuk menyelamatkan jiwa ibu atau karena analisa medis melihat kelainan dalam
kehamilan, dibolehkan bahkan diharuskan. Begitu pula dengan pemandulan, jika dilakukan
dalam keadaan darurat karena alasan medis, seperti pemandulan pada wanita yang terancam
jiwanya jika ia hamil atau melahirkan maka hukumnya mubah. Kebolehan KB dalam batas
pengertian diatas sudah banyak difatwakan , baik oleh individu ulama maupun lembaga-

ii
lembaga ke Islaman tingkat nasional dan internasional, sehingga dapat disimpulkan bahwa
kebolehan KB dengan pengertian /batasan ini sudah hampir menjadi Ijma`Ulama. MUI
(Majelis Ulama Indonesia) juga telah mengeluarkan fatwa serupa dalam Musyawarah
Nasional Ulama tentang Kependudukan, Kesehatan dan Pembangunan tahun 1983.
Betapapun secara teoritis sudah banyak fatwa ulama yang membolehkan KB dalam arti
tanzim al-nasl, tetapi kita harus tetap memperhatikan jenis dan cara kerja alat/metode
kontrasepsi yang akan digunakan untuk ber-KB.

3. Metode/ Alat Kontrasepsi dan Hukum Penggunaannya


Ada lima 5 persoalan yang terkait dengan penggunaan alat kontrasepsi, yaitu :
1. Cara kerjanya, apakah mencegah kehamilan (man’u al-haml) atau menggugurkan
kehamilan (isqat al-haml)?
2. Sifatnya, apakah ia hanya pencegahan kehamilan sementara atau bersifat pemandulan
permanen (ta’qim)?
3. Pemasangannya, Bagaimana dan siapa yang memasang alat kontrasepsi tersebut? (Hal ini
berkaitan dengan masalah hukum melihat aurat orang lain).
4. Implikasi alat kontrasepsi terhadap kesehatan penggunanya.
5. Bahan yang digunakan untuk membuat alat kontrasepsi tersebut.
Alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut Islam adalah yang cara kerjanya mencegah
kehamilan (man’u al-haml), bersifat sementara (tidak permanen) dan dapat dipasang sendiri
olrh yang bersangkutan atau oleh orang lain yang tidak haram memandang auratnya atau oleh
orang lain yang pada dasarnya tidak boleh memandang auratnya tetapi dalam keadaan darurat
ia dibolehkan. Selain itu bahan pembuatan yang digunakan harus berasal dari bahan yang
halal, serta tidak menimbulkan implikasi yang membahayakan (mudlarat) bagi kesehatan.
Alat/metode kontrasepsi yang tersedia saat ini telah memenuhi kriteria-kriteria tersebut
diatas, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa KB secara substansial tidak bertentangan
dengan ajaran Islam bahkan merupakan salah satu bentuk implementasi semangat ajaran
Islam dalam rangka mewujudkan sebuah kemashlahatan, yaitu menciptakan keluarga yang
tangguh, mawardah, sakinah dan penuh rahmah. Selain itu, kebolehan (mubah) hukum ber-
KB, dengan ketentuan-ketentuan seperti dijelaskan diatas, sudah menjadi kesepakatan para
ulama dalam forum-forum ke Islaman, baik pada tingkat nasional maupun Internasional
(ijma’al-majami).
Sumber: Drs.H. Aminudin Yakub,MA-Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat

ii
C. KB Menurut Pandangan Islam
A. Pandangan Al-Qur’an Tentang Keluarga Berencana
Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang memberikan petunjuk yang perlu kita
laksanakan dalam kaitannya dengan KB diantaranya ialah :
Surat An-Nisa’ ayat 9:

‫وليخششش الذين لو تركوا من خلفهم ذرية ضعافا خافوا عليهم فليتقوهللاا واليقولوا سديدا‬
“Dan hendaklah takut pada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang
mereka anak-anak yang lemah. Mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab
itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar”.
Selain ayat diatas masih banyak ayat yang berisi petunjuk tentang pelaksanaan KB
diantaranya ialah surat al-Qashas: 77, al-Baqarah: 233, Lukman: 14, al-Ahkaf: 15, al-Anfal:
53, dan at-Thalaq: 7.
Dari ayat-ayat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa petunjuk yang perlu dilaksanakan
dalam KB antara lain, menjaga kesehatan istri, mempertimbangkan kepentingan anak,
memperhitungkan biaya hidup brumah tangga.

B. Pandangan al-Hadits Tentang Keluarga Berencana


Dalam Hadits Nabi diriwayatkan:

)‫إنك تدر ورثك أغنياء خير من أن تدرهم عالة لتكففون الناس (متفق عليه‬
“sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan
dari pada meninggalkan mereka menjadi beban atau tanggungan orang banyak.”
Dari hadits ini menjelaskan bahwa suami istri mempertimbangkan tentang biaya rumah
tangga selagi keduanya masih hidup, jangan sampai anak-anak mereka menjadi beban bagi
orang lain. Dengan demikian pengaturan kelahiran anak hendaknya dipikirkan bersama.

C. Menurut Pandangan Ulama’


1) Ulama’ yang memperbolehkan
Diantara ulama’ yang membolehkan adalah Imam al-Ghazali, Syaikh al-Hariri, Syaikh
Syalthut, Ulama’ yang membolehkan ini berpendapat bahwa diperbolehkan mengikuti
progaram KB dengan ketentuan antara lain, untuk menjaga kesehatan si ibu, menghindari
kesulitan ibu, untuk menjarangkan anak. Mereka juga berpendapat bahwa perencanaan
keluarga itu tidak sama dengan pembunuhan karena pembunuhan itu berlaku ketika janin

ii
mencapai tahap ketujuh dari penciptaan. Mereka mendasarkan pendapatnya pada surat al-
Mu’minun ayat: 12, 13, 14.
2) Ulama’ yang melarang
Selain ulama’ yang memperbolehkan ada para ulama’ yang melarang diantaranya ialah Prof.
Dr. Madkour, Abu A’la al-Maududi. Mereka melarang mengikuti KB karena perbuatan itu
termasuk membunuh keturunan seperti firman Allah:

‫وال تقتلوا أوالدكم من إملق نحن نرزقكم وإياهم‬


“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut (kemiskinan) kami akan
memberi rizkqi kepadamu dan kepada mereka”.

D. Hukum Keluarga Berencana


a. Menurut al-Qur’an dan Hadits
Sebenarnya dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ada nas yang shoreh yang melarang atau
memerintahkan KB secara eksplisit, karena hukum ber-KB harus dikembalikan kepada
kaidah hukum Islam, yaitu:

‫اال صل فى األشياء االباحة حتى يدل على الدليل على تحريمها‬


Tetapi dalam al-Qur’an ada ayat-ayat yang berindikasi tentang diperbolehkannya mengikuti
program KB, yakni karena hal-hal berikut:
• Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu. Hal ini sesuai dengan firman
Allah:

)195 : ‫وال تلقوا بأيديكم إلى التهلكة (البقرة‬


“Janganlah kalian menjerumuskan diri dalam kerusakan”.
• Menghawatirkan keselamatan agama, akibat kesempitan penghidupan hal ini sesuai
dengan hadits Nabi:

‫كادا الفقر أن تكون كفرا‬


“Kefakiran atau kemiskinan itu mendekati kekufuran”.
 Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahiran anak
terlalu dekat sebagai mana hadits Nabi:

‫وال ضرر وال ضرار‬


“Jangan bahayakan dan jangan lupa membahayakan orang lain.

ii
E. Cara KB yang Diperbolehkan dan Yang Dilarang oleh Islam
1 Cara yang diperbolehkan
Ada beberapa macam cara pencegahan kehamilan yang diperbolehkan oleh syara’ antara lain,
menggunakan pil, suntikan, spiral, kondom, diafragma, tablet vaginal , tisue. Cara ini
diperbolehkan asal tidak membahayakan nyawa sang ibu. Dan cara ini dapat dikategorikan
kepada azl yang tidak dipermasalahkan hukumnya.
Dari salah satu kasus yang telah dipaparkan diatas Banyak hal yang seyogyanya
membuat kita ragu tentang masalah KB ini. Untuk lebih mendalami Masalah ini berikut
uraian – uraian yang dapat disampaikan:

 Alasan tidak diperbolehkannya KB


Hukum KB bisa haram jika menggunakan alat atau dengan cara yang tidak dibenarkan dalam
syariat islam.
Ada beberapa ulama yang menolak KB dengan alasan antara lain, yaitu:
1. KB sama dengan pembunuhan bayi.
2. KB merupakan tindakan tidak wajar (non-alamiah) dan bertentangan dengan fitrah.
3. KB mengindikasikan pada ketidakyakinan akan perintah dan ketentuan Tuhan.
4. KB berarti mengabaikan doa Nabi agar umat islam memperbanyak jumlahnya.
5. KB akan membawa petaka konsekuensi-konsekuensi sosial.
6. KB adalah suatu jenis konspirasi Imperialis Barat terhadap negara-negara yang
berkembang.
7. KB dilakukan karena niat yang tidak baik misalnya takut mengalami kesulitan
ekonomi dan susah mendidik anak.
Para ulama sepakat bahwa menggunakan metode KB yang bersifat permanen hukumnya
haram. Metode permanen adalah metode yang bersifat mantap, yang meliputi tindakan :

1. Vasektomi atau vas Ligation

2. Tubektomi atau Tubal Ligation (operasi ikat saluran telur)

3. Histerektomi (operasi pengangkatan rahim)

Ulama mengharamkan metode kontrasepsi permanent ini karena menilainya sebagai


bentuk pengebirian yang dilarang oleh Rasulullah saw. Sesuai dengan sabda Rasulullah :
Tidaklah termasuk golongan kami (umat islam) orang yang mengebiri orang lain atau
mengebiri dirinya sendiri. Disamping itu, tindakan sterilisasi juga dianggap sebagai
mengubah firth kejadian manusia yang dilarang dalam islam.

ii
2) Cara yang dilarang
Ada juga cara pencegahan kehamilan yang dilarang oleh syara’, yaitu dengan cara merubah
atau merusak organ tubuh yang bersangkutan. Cara-cara yang termasuk kategori ini antara
lain, vasektomi, tubektomi, aborsi. Hal ini tidak diperbolehkan karena hal ini menentang
tujuan pernikahan untuk menghasilakn keturunan.
 Alasan diperbolehkannya KB
Menurut kelompok ulama yang membolehkan, dari segi nash, tidak ada nash yang sharih
secara eksplisit melarang ataupun memerintahkan ber-KB.
Mereka juga beralasan dari sudut pandang ekonomi dan kesehatan, antara lain, sebagai
berikut:
a. Untuk memberikan kesempatan bagi wanita beristirahat antara dua kehamilan.
b. Jika salah satu atau kedua orang pasangan suami istri memiliki penyakit yang dapat
menular.
c. Untuk melindungi kesehatan ibu.
d. Jika keuangan suami istri tidak mencukupi untuk membiayai lebih banyak anak.
e. Imam al-ghazali menambahkan satu lagi, yaitu menjaga kecantikan ibu.
Secara umum lembaga-lembaga fatwa di Indonesia menerima dan membolehkan KB.
Majelis Ulama Indonesia menjelaskan, bahwa ajaran islam membenarkan Keluarga
Berencana. Argumen yang membolehkannya adalah untuk menjaga kesehatan ibu dan anak,
pendidikan anak agar menjadi anak yang sehat, cerdas, dan sholeh. Majelis Tarjih
Muhamadiyah memandang KB sebagai jalan keluar dari keadaan mendesak, dibolehkan
sebagai hukum pengecualian, yakni:
a. Untuk menjaga keselamatan jiwa atau kesehatan ibu.
b. Untuk menjaga keselamatan agama, orang tua yang dibebani kewajiban mencukupi
keperluan hidup keluarga dan anak-anaknya.
c. Untuk menjaga keselamatan jiwa, kesehatan atau pendidikan anak-anak.
Ulama-ulama NU termasuk memperbolehkan KB didasarkan pada prinsip kemaslahatan
keluarga (Mashalihul Usrah) bagi pengembangan kemaslahatan umum (al-mashalihul
‘Ammah). Sedangkan menurut ulama PERSIS, KB dalam pengertian pengaturan jarak
kelahiran hukumnya ibadah, dan tidak terlarang.
Bagi Negara, program KB dapat mengurangi beban negara. Contohnya sebelum tahun
1990 diprediksikan, tanpa program KB jumlah penduduk Indonesia tahun 2000 akan
mencapai 285 juta jiwa. Namun dengan program KB, sensus pada tahun itu menunjukkan
jumlah penduduk hanya 205 juta jiwa. Artinya, ada penghematan energi, pangan, dan sumber

ii
daya lain yang semestinya digunakan oleh 80 juta jiwa. Oleh karena itu program KB terus
digalakkan oleh pemerintah.

b. Macam-macam Alat Kontrasepsi


Dalam pelaksanaan KB harus menggunakan alat kontrsepsi yang sudah dikenal diantaranya
ialah:
1. Pil, berupa tablet yang berisi progrestin yang bekerja dalam tubuh wanita untuk
mencegah terjadinya ovulasi dan melakukan perubahan pada endometrium.
2. Suntikan, yaitu menginjeksikan cairan kedalam tubuh. Cara kerjanya yaitu
menghalangi ovulasi, menipiskan endometrin sehingga nidasi tidak mungkin terjadi
dan memekatkan lendir serlak sehingga memperlambat perjalanan sperma melalui
canalis servikalis.
3. Susuk KB, levermergostrel. Terdiri dari enam kapsul yang diinsersikan dibawah kulit
lengan bagian dalam kira-kira sampai 10 cm dari lipatan siku. Cara kerjanya sama
dengan suntik.
4. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) terdiri atas lippiss loop(spiral) multi load
terbuat dari plastik harus dililit dengan tembaga tipis cara kerjanya ialah membuat
lemahnya daya sperma untuk membuahi sel telur wanita.
5. Sterelisasi (Vasektomi/ tubektomi) yaitu operasi pemutusan atau pengikatan saluran
pembuluh yang menghubungkan testis (pabrik sperma) dengan kelenjar prostat
(gudang sperma menjelang diejakulasi) bagi laki-laki. Atau tubektomi dengan operasi
yang sama pada wanita sehingga ovarium tidak dapat masuk kedalam rongga rahim.

Akibat dari sterilisasi ini akan menjadi mandul selamanya. Alat-alat konrasepsi lainnya
adalah kondom, diafragma, tablet vagmat, dan tiisu yang dimasukkan kedalam vagina.
Disamping itu ada cara kontrasepsi yang bersifat tradisional seperti jamuan, urut dsb.

ii
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan visi dan misi yang telah sampaikan dalam pembahasan makalh ini,
Program Keluarga Berencana Nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya
meingkatkan kualitas penduduk. Kontribusi Program Keluarga Berencana Nasional tersebut
dapat dilihat dalam pelaksanaan program Making Pregnancy Safer sehingga Keluarga
Berencana merupakan upaya pelayanan kesehatan preventive yang paling dasar dan utama.
Namun dalam pelaksanaannya, timbul perdebatan dari kaum ulama Islam serta pihak-pihak
yang bersangkutan terhadap jalannya program KB ini yang mempertimbangkan tentang
hokum penggunaan alat kontrasepsi / ber-KB dari sudut pandang hukum Islam. Program
keluarga berencana dilaksanakan atas dasar sukarela serta tidak bertentangan dengan agama,
kepercayaan dan moral Pancasila. Dengan demikian maka bimbingan, pendidikan serta
pengarahan amat diperlukan agar masyarakat dengan kesadarannya sendiri dapat menghargai
dan, menerima pola keluarga kecil sebagai salah satu langkah utama untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya. Oleh karena itu pelaksanaan program keluarga berencana tidak
hanya menyangkut masalah tehnis medis semata-mata, melainkan meliputi berbagai segi
penting lainnya dalam tata hidup dan kehidupan masyarakat.

2. Kesimpulan
Demikian makalah ini penulis buat. Menyadari bahwa tugas makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang konstruktif selalu
diharapkan demi kesempurnaan tugas makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penggarapan tugas makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan berbagai pihak yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr,Wb

ii
DAFTAR PUSTAKA

1. Prof. Drs. H. Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah (PT Toko Gunung Agung : Jakarta.
1997), h. 54
2. M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah (PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. 1997), h. 29
3. Prof. Abdurrahman Umran, Islam dan KB (PT Lentera Basritama: jakarta. 1997),h. 99
4. Drs. Musthafa Kamal, Fiqih Islam (Citra Karsa Mandiri: Yogyakarta. 2002), h. 293
5. Dr. H. Chuzamah, T. Yangro dkk. (ed), Problematika Hukum Islam Kontemporer
(Pustaka Firdaus: Jakarta. 2002), h. 164-165
6. Abul Fadl Mohsin Ebrahim, Aborsi, Kontrasepsi dan Mengatasi Kemandulan (Mizan:
Bandung. 1997), h. 70
7. Luthfi As-syaukani, Politik, Ham dan Isu-isu Fiqih Kontemporer (Pustaka Hidayah:
Bandung. 1998), h. 157

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat yang telah
diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah kami tentang
“Pandangan Islam Mengenai KB”. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Drs. Muhajir sebagai dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama, serta tidak
lupa terima kasih juga untuk teman-teman yang telah bekerjasama dengan baik dalam
pembuatan makalah ini.
Makalah ini tentunya belum cukup sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan sarannya dari pembaca yang bersifat membangun.Penulis berharap, semoga makalah ini
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Raha, November 2013

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang................................................................................................................ 1
2. Tujuan............................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian KB................................................................................................................ 2
B. Pandangan Hukum Islam tentang KB............................................................................... 3
C. KB Menurut Pandangan islam......................................................................................... 4
D. Hukum KB.................................................................................................................... 5
E. cara KB yang diperbolehkan dan yang dilarang dengan islam....................................... 6

BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN................................................................................................................9
3.2 SARAN............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................10

ii
MAKALAH
KELUARGA BERENCANA
DALAM PANDANGAN ISLAM

DI SUSUN OLEH:
NAMA : WA IDA
NIM : 2013.IB.0041
TINGKAT : I A.

AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA


KABUPATEN MUNA
2013 / 2014

ii

Anda mungkin juga menyukai