Anda di halaman 1dari 26

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 3

1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 3

BAB II ISI .............................................................................................................. 6

2.1. Beton Pracetak ........................................................................................ 6

2.1.1 Pengertian Beton Pracetak ................................................................ 6

2.1.2 Fungsi-Fungsi Beton Pracetak .......................................................... 7

2.1.3 Komponen dalam Sistem Beton Pracetak ......................................... 8

2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Beton Pracetak ...................................... 9

2.1.5 Perbedaan Beton Pracetak dan Beton Konvensional ...................... 11

2.2. Beton Prategang ..................................................................................... 12

2.2.1. Pengertian Beton Prategang ............................................................ 12

2.2.2. Kelebihan beton prategang .............................................................. 13

2.3. Pondasi .................................................................................................. 14

2.3.1. Penjelasan Pondasi .......................................................................... 14

2.3.2. Jenis-jenis Pondasi .......................................................................... 14

2.3.3. Pemilihan Pondasi Berdasarkan Daya Dukung Tanah.................... 19

2.3. Pondasi Pracetak .................................................................................. 20

2.3.1. Tiang Pancang ................................................................................. 20

2.3.2. Pondasi Piers ................................................................................... 22

2.3.3. Sheet Pile......................................................................................... 22

2.4. Syarat dan Ketentuan atau SNI Beton Pracetak ............................... 24

2.5. Perusahan Produksi Pondasi Pracetak .............................................. 24

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 25


Kesimpulan ........................................................................................................ 25

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 26


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Teknologi beton pracetak telah lama diketahui dapat menggantikan operasi


pembetonan tradisional yang dilakukan di lokasi proyek pada beberapa jenis
konstruksi karena beberapa potensi manfaatnya. Beberapa prinsip yang dipercaya
dapat memberikan manfaat lebih dari teknologi beton procetak ini antara lain terkait
dengan waktu, biaya, kualitas, predicability, keandalan, produktivitas, kesehatan,
keselamatan, lingkungan, koordinasi, inovasi, reusability, serta relocatability
(Gibb, 1999). Di Indonesia, hingga saat ini, telah banyak aplikasi teknologi beton
pracetak pada banyak jenis konstruksi dengan didukung oleh sekitar 16 perusahaan
spesialis beton pracetak, atau lebih dikenal dengan sebutan precaster (Sijabat dan
Nurjaman, 2007).

Beton adalah material konstruksi yang banyak dipakai di Indonesia, jika


dibandingkan dengan material lain seperti kayu dan baja. Hal ini bisa dimaklumi,
karena bahan-bahan pembentukannya mudah terdapat di Indonesia, cukup awet,
mudah dibentuk dan harganya relative terjangkau. Ada beberapa aspek yang dapat
menjadi perhatian dalam sistem beton konvensional, antara lain waktu pelaksanaan
yang lama dan kurang bersih, control kualitas yang sulit ditingkatkan serta bahan-
bahan dasar cetakan dari kayu dan triplek yang semakin lama semakin mahal dan
langka.

Sistem beton pracetak adalah metode konstruksi yang mampu menjawab


kebutuhan di era ini. Pada dasarnya system ini melakukan pengecoran komponen
di tempat khusus di permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi
(transportasi) untuk disusun menjadi suatu struktur utuh (ereksi). Keunggulan
system ini, antara lain mutu yang terjamin, produksi dan pembangunan yang cepat,
ramah lingkungan dan rapi dengan kualitas produk yang baik.

Sistem pracetak telah banyak diaplikasikan di Indonesia, baik yang sistem


dikembangkan di dalam negeri maupun yang didatangkan dari luar negeri. Sistem
pracetak yang berbentuk komponen, seperti tiang pancang, balok jembatan, kolom
plat pantai.

Sistem pracetak berkembang mula-mula di negara Eropa. Struktur pracetak


pertama kali digunakan adalah sebagai balok beton precetak untuk Casino di
Biarritz, yang dibangun oleh kontraktor Coignet, Paris 1891. Pondasi beton
bertulang diperkenalkan oleh sebuah perusahaan Jerman, Wayss & Freytag di
Hamburg dan mulai digunakan tahun 1906. Tahun 1912 beberapa bangunan
bertingkat menggunakan system pracetak berbentuk komponen-komponen, seperti
dinding .kolom dan lantai diperkenalkan oleh John.E.Conzelmann.

Struktur komponen pracetak beton bertulang juga diperkenalkan di Jerman oleh


Philip Holzmann AG, Dyckerhoff & Widmann G Wayss & Freytag KG, Prteussag,
Loser dll. Sstem pracetak taha gempa dipelopori pengembangannya di Selandia
Baru. Amerika dan Jepang yang dikenal sebagai negara maju di dunia, ternyata baru
melakukan penelitian intensif tentang system pracetak tahan gempa pada tahun
1991. Dengan membuat program penelitian bersama yang dinamakan PRESS
(Precast seismic Structure System).

Indonesia telah mengenal system pracetak yang berbentuk komponen, seperti


tiang pancang, balok jembatan, kolom dan plat lantai sejak tahun 1970an. Sistem
pracetak semakin berkembang dengan ditandai munculnya berbagai inovasi seperti
Sistem Column Slab (1996), Sistem L-Shape Wall (1996), Sistem All Load Bearing
Wall (1997), Sistem Beam Column Slab (1998), Sistem Jasubakim (1999), Sistem
Bresphaka (1999) dan sistem T-Cap (2000).

Precast Concrete Beton pracetak adalah suatu metode percetakan komponen


secara mekanisasi dalam pabrik atau workshop dengan memberi waktu pengerasan
dan mendapatkan kekuatan sebelum dipasang.

Precast Concrete atau Beton pra-cetak menunjukkan bahwa komponen struktur


beton tersebut: tidak dicetak atau dicor ditempat komponen tersebut akan dipasang.
Biasanya ditempat lain, dimana proses pengecoran dan curing-nya dapat dilakukan
dengan baik dan mudah. Jadi komponen beton pra-cetak dipasang sebagai
komponen jadi, tinggal disambung dengan bagian struktur lainnya menjadi struktur
utuh yang terintegrasi.

Karena proses pengecorannya di tempat khusus (bengkel frabrikasi), maka


mutunya dapat terjaga dengan baik. Tetapi agar dapat menghasilkan keuntungan,
maka beton pra-cetak hanya akan diproduksi jika jumlah bentuk typical-nya
mencapai angka minimum tertentu, sehingga tercapai break-event-point-nya.
Bentuk typical yang dimaksud adalah bentuk-bentuk yang repetitif, dalam jumlah
besar.
BAB II
ISI
2.1. Beton Pracetak
2.1.1 Pengertian Beton Pracetak
Beton merupakan sebuah material yang menggunakan bahan baku semen,
pasir, abu batu, kerikil dan air. Semua bahan tersebut diaduk hingga menjadi
adonan yang siap dituang pada cetakan (bekisting). Sedangkan pengertian beton
pracetak adalah salah satu jenis beton yang proses pembuatannya adalah dengan
cara dicetak di sebuah pabrik menjadi panel-panel yang nantinya akan dirakit.
Pengertian tersebut adalah yang banyak dipahami oleh masyarakat pada
umumnya. Sebenarnya terdapat pengertian yang lebih teknis, yang mungkin
belum diketahui oleh orang awam. Sebagai pengetahuan kita bersama, berikut
dipaparkan lebih jelas tentang produk beton pracetak beserta fungsinya.
Berdasarkan kutipan dari Badan Standarisasi Nasional SNI, pengertian beton
pracetak adalah sebagai berikut:

- SNI 7832-2012: beton pracetak merupakan konstruksi yang komponen


pembentuknya dicetak atau difabrikasi. Pengolahannya baik di lahan
produksi (bengkel) ataupun di lapangan yang kemudian dipasang di
lapangan, sehingga membentuk sebuah bangunan.
- SNI 03-2847-2002: beton pracetak merupakan pencampuran semen
portland atau semen hidraulik lain, agregat halus (ukuran ≤ 5mm), agregat
kasar (ukuran 5mm-40mm), dan air serta ditambah dengan bahan tambahan
yang dapat membentuk masa padat.
Dari kedua pengertian beton pracetak diatas menunjukkan bahwa beton
pracetak merupakan sebuah proses pengolahan dari beberapa campuran beton.
Bahan material pembuatnya terdiri dari semen portland, pasir (agregat halus),
kerikil (agregat kasar), air dan zat-zat aditif menjadi sebuah massa padat yang
dilakukan secara fabrikasi (cetak).
Hasil pencetakan tersebut nantinya akan dipasang di lapangan untuk
membentuk sebuah bangunan. Dapat disimpulkan bahwa cetakan / panel beton
yang dihasilkan merupakan sebuah bagian / elemen dari bangunan yang akan
disusun pada site.
Lebih dalam lagi, disebutkan dalam SNI 03-2847-2002 bahwa beton pracetak
dapat berupa betorn bertulang ataupun tidak bertulang. Mutu beton yang biasa
dipersyaratkan untuk beton pracetak adalah mutu beton f’c = 14,5 MPA (K-
175) dan f’c = 14,5 MPA (K-350) dengan toleransi slump (12 ± 2) cm.
Khusus beton pracetak structural menggunakan mutu beton K-350. Beton
pracetak yang dapat diangkat dalam 24 jam setelah proses pencetakannya
dengan komposisi sebagai berikut (SNI 03-2847-2002) :

Bahan Satuan Indeks

Portland Cement (PC) Kg 448,000

Pasir Beton Kg 667

Kerikil (max. 30mm) Kg 1000

Zat Additive Beton Liter 4,5

Air Liter 200

Dengan catatan bahwa bobot pasir beton yang digunakan 1400 kg/m3, kerikil
1350 kg/m3 dan bukling factor pasir 20%.

2.1.2 Fungsi-Fungsi Beton Pracetak


Telah dijelaskan sebelumnya bahwa mutu beton yang dipersyaratkan ada
dua yaitu K-175 dan K-350. Angka tersebut menunjukan bahwa beton precast
dapat memenuhi dua fungsi. Fungsi pertama adalah beton non structural yang
menggunakan mutu beton K-175 dan kedua beton structural dengan
menggunakan mutu beton K-350.
a. Beton Pracetak Non Struktural
Beberapa contoh fungsi beton pracetak non structural antara lain:
- Paving block & Grass block
- Buis beton
- Pagar panel beton
- U-ditch
- Road Barrier Beton (batas tol, kanstin)
- Ruang pompa
b. Beton Pracetak Struktural
Sedangkan contoh untuk beton pracetak structural adalah :
- Pondasi
- Box culvert
- Jembatan, dsb

Sedangkan fungsi umum dari beton precast adalah untuk menggantikan


beton cor ditempat dalam rangka untuk mempermudah proses
pembangunan. Proses pembangunan menggunakan system precast
diharapkan menjadi lebih cepat serta aman dari polusi, baik polusi suara
ataupun udara. Selain itu, degan menggunakan beton precast, maka akan
didapatkan konsistensi ukuran dan mutu beton pada setiap panel, sehingga
dihasilkan kekuatan struktur bangunan yang optimal.

2.1.3 Komponen dalam Sistem Beton Pracetak


Ada beberapa jenis komponen beton pracetak untuk struktur bangunan
gedung dan konstruksi lainnya yang biasa dipergunakan, yaitu :
- Tiang pancang
- Sheet pile dan dinging diaphragm
- Half solid slab (precast plank), hollow core slab, single-T, double-T, triple-
T, channel slabs dan lain-lain.
- Balok beton pracetak dan balok beton pratekan pracetak (PC I Girder)
- Kolom beton pracetak satu lantai atau multi lantai
- Panel-panel dinding yang terdiri dari komponen yang solid, bagian
dari single-T atau double-T. Pada dinding tersebut dapat berfungsi sebagai
pendukung beban (shear wall)atau tidak mendukung beban.
- Jenis komponen pracetak lainnya, seperti: tangga, balok parapet,
panelpanel penutup dan unit-unit beton pracetak lainnya sesuai keinginan
atau imajinasi dari insinyur sipil dan arsitek.

2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Beton Pracetak


Struktur elemen pracetak memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan
struktur konvensional, antara lain:
1. Penyederhanaan pelaksanaan konstruksi.
2. Waktu pelaksanaan yang cepat.
3. Waktu pelaksanaan struktur merupakan pertimbangan utama dalam
pembangunan suatu proyek karena sangat erat kaitannya dengan biaya
Proyek. Struktur elemen pracetak dapat dilaksanakan di pabrik bersamaan
dengan pelaksanaan pondasi di lapangan.
4. Penggunaan material yang optimum serta mutu bahan yang baik.
5. Salah satu alasan mengapa struktur elemen pracetak sangat ekonomis
dibandingkan dengan struktur yang dilaksanakan di tempat (cast in-situ)
adalah penggunaan cetakan beton yang tidak banyak variasi dan biasa
digunakan berulang-ulang, mutu material yang dihasilkan pada umumnya
sangat baik karena dilaksanakan dengan standar-standar yang
baku,pengawasan dengan sistem komputer yang teliti dan ketat.
6. Penyelesaian finishing mudah.
7. Variasi untuk permukaan finishing pada struktur elemen pracetak dapat
dengan mudah dilaksanakan bersamaan dengan pembuatan elemen tersebut
di pabrik, seperti: warna dan model permukaan yang dapat dibentuk sesuai
dengan rancangan.
8. Tidak dibutuhkan lahan proyek yang luas, mengurangi kebisingan, lebih
bersih dan ramah lingkungan.
9. Dengan sistem elemen pracetak, selain cepat dalam segi pelaksanaan, juga
tidak membutuhkan lahan proyek yang terlalu luas serta lahan proyek lebih
bersih karena pelaksanaan elemen pracetaknya dapat dilakukan dipabrik.
10. Perencanaan berikut pengujian di pabrik.
11. Elemen pracetak yang dihasilkan selalu melalui pengujian laboratorium di
pabrik untuk mendapatkan struktur yang memenuhi persyaratan, baik dari
segi kekuatan maupun dari segi efisiensi.
12. Sertifikasi untuk mendapatkan pengakuan Internasional. Apabila hasil
produksi dari elemen pracetak memenuhi standarisasi yang telah ditetapkan,
maka dapat diajukan untuk mendapatkan sertifikasi ISO 9002 yang diakui
secara internasional.
13. Secara garis besar mengurangi biaya karena pengurangan pemakaian alat-
alat penunjang, seperti: scaffolding dan lain-lain.
14. Kebutuhan jumlah tenaga kerja dapat disesuaikan dengan kebutuhan
produksi

Namun demikian, selain memiliki keuntungan, struktur elemen pracetak juga


memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:

1. Tidak ekonomis bagi produksi tipe elemen yang jumlahnya sedikit.


2. Perlu ketelitian yang tinggi agar tidak terjadi deviasi yang besar antara
elemen yang satu dengan elemen yang lain, sehingga tidak menyulitkan
dalam pemasangan di lapangan.
3. Panjang dan bentuk elemen pracetak yang terbatas, sesuai dengan kapasitas
alat angkat dan alat angkut.
4. Jarak maksimum transportasi yang ekonomis dengan menggunakan truk
adalah antara 150 sampai 350 km, tetapi ini juga tergantung dari tipe
produknya. Sedangkan untuk angkutan laut, jarak maksimum transportasi
dapat sampai di atas 1000 km.
5. Hanya dapat dilaksanakan didaerah yang sudah tersedia peralatan
untuk handling dan erection.
6. Di Indonesia yang kondisi alamnya sering timbul gempa dengan kekuatan
besar, konstruksi beton pracetak cukup berbahaya terutama pada daerah
sambungannya, sehingga masalah sambungan merupakan persoalan yang
utama yang dihadapi pada perencanaan beton pracetak.
7. Diperlukan ruang yang cukup untuk pekerja dalam mengerjakan sambungan
pada beton pracetak.
8. Memerlukan lahan yang besar untuk pabrikasi dan penimbunan (stock yard)
2.1.5 Perbedaan Beton Pracetak dan Beton Konvensional
Pada dasarnya mendesain konvensional ataupun pracetak adalah sama,
beban-beban yang diperhitungkan juga sama, faktor-faktor koefisien yang
digunakan untuk perencanaan juga sama, hanya mungkin yang membedakan
adalah :
1. Desain pracetak memperhitungkan kondisi pengangkatan beton saat umur
beton belum mencapai 24 jam. Apakah dengan kondisi beton yang sangat
muda saat diangkat akan terjadi retak (crack) atau tidak. Di sini dibutuhkan
analisa desain tersendiri, dan tentunya tidak pernah diperhitungkan kalo
kita menganalisa beton secara konvensional.
2. Desain pracetak memperhitungkan metode pengangkatan, penyimpanan
beton pracetak di stock yard, pengiriman beton pracetak, dan pemasangan
beton pracetak di proyek. Kebanyakan beton pracetak dibuat di pabrik.
3. Pada desain pracetak menambahkan desain sambungan. Desain sambungan
di sini, didesain lebih kuat dari yang disambung.
2.2. Beton Prategang
2.2.1. Pengertian Beton Prategang
Beton prategang adalah jenis beton dimana tulangan bajanya
ditarik/ditegangkan terhadap betonnya. Penarikan ini menghasilkan system
kesetimbangan pada tegangan dalam (tarik pada baja dan tekan pada beton)
yang akan meningkatkan kemampuan beton menahan beban luar.
Karena beton cukup kuat dan daktail terhadap tekan dan sebaliknya lemah serta
rapuh terhadap tarikan maka kemampuan menahan beban luar dapat
ditingkatkan dengan pemberian pratekan (Collins & Mitchell, 1991).
Sedangkan menurut komisi ACI, beton prategang adalah beton yang mengalami
tegangan dalam dengan besar dan distribusi sedemikian rupa sehingga dapat
mengimbangi sampai batas tertentu tegangan yang terjadi akibat beban luar.
Pada elemen beton bertulang, system prategang dilakukan dengan menarik
tulangannya.
Beton prategang adalah material yang sangat banyak digunakan dalam
konstruksi. Beton prategang pada dasarnya adalah beton di mana tegangan-
tegangan internal dengan besar serta distribusi yang sesuai diberikan
sedemikian rupa sehingga tegangan-tegangan yang diakibatkan oleh beban-
beban luar dilawan sampai suatu tingkat yang diinginkan.
Pada beton bertulang, prategang pada umumnya diberikan dengan menarik baja
tulangan. Gaya tekan disebabkan oleh reaksi baja tulangan yang ditarik,
mengakibatkan berkurangnya retak, elemen beton prategang akan jauh lebih
kokoh dari elemen beton bertulang biasa. Prategangan juga menyebabkan gaya
dalam yang berlawanan dengan gaya luar dan mengurangi atau bahkan
menghilangkan lendutan secara signifikan pada struktur.
Beton yang digunakan dalam beton prategang adalah beton yang mempunyai
kuat tekan yang cukup tinggi dengan nilai f’c min K-300, modulus elastis yang
tinggi dan mengalami rangkak ultimate yang lebih kecil yang menghasilkan
kehilangan prategangan yang lebih kecil pada baja. Kuat tekan yang tinggi ini
diperlukan untuk menahan tegangan tekan pada serat tertekan, pengangkuran
tendon, mencegah terjadinya keretakan.
2.2.2. Kelebihan beton prategang

 Dapat memikul beban lentur yang lebih besar dari beton bertulang.
 Dapat dipakai pada bentang yang lebih panjang dengan mengatur defleksinya.
 Ketahanan geser dan puntirnya bertambah dengan adanya penegangan
 Dapat dipakai pada rekayasa konstruksi tertentu, misalnya pada konstruksi
jembatan segmental.
2.3. Pondasi
2.3.1. Penjelasan Pondasi
Pondasi bangunan adalah kontruksi yang paling terpenting pada
suatu bangunan. Karena pondasi berfungsi sebagai "penahan seluruh
beban (hidup dan mati) yang berada di atasnya dan gaya – gaya dari
luar". Pondasi merupakan bagian dari struktur yang berfungsi
meneruskan beban menuju lapisan tanah pendukung dibawahnya. Dalam
struktur apapun, beban yang terjadi baik yang disebabkan oleh berat
sendiri ataupun akibat beban rencana harus disalurkan ke dalam suatu
lapisan pendukung dalam hal ini adalah tanah yang ada di bawah struktur
tersebut. Beton bertulang adalah material yang paling cocok sebagai pondasi
untuk struktur beton bertulang maupun bangunan baja, jembatan, menara, dan
struktur lainnya. Beban dari kolom yang bekerja pada pondasi ini harus disebar
ke permukaan tanah yang cukup luas sehingga tanah dapat memikul beban
dengan aman. Jika tegangan tekan melebihi tekanan yang diizinkan, maka dapat
menggunakan bantuan tiang pancang untuk membantu memikul tegangan tekan
pada dinding dan kolom pada struktur.

2.3.2. Jenis-jenis Pondasi


Bentuk pondasi ditentukan oleh berat bangunan dan keadaan tanah
disekitar bangunan, sedangkan kedalaman pondasi ditentukan oleh letak tanah
padat yang mendukung pondasi. Jika terletak pada tanah miring lebih dari 10%,
maka pondasi bangunan tersebut harus dibuat rata atau dibentuk tangga dengan
bagian bawah dan atas rata. Jenis pondasi dibagi menjadi 2, yaitu pondasi
dangkal dan pondasi dalam.
1. Pondasi Dangkal
a. Pondasi Tapak (Pad Foundations)
b. Pondasi Jalur atau Pondasi Memanjang (Strip Foundations)

c. Pondasi Tikar (Raft Foundations)


d. Pondasi Rakit

e. Pondasi Sumuran
f. Pondasi Umpak

g. Pondasi Plat Beton Lajur


2. Pondasi Dalam
a. Pondasi Tiang Pancang

b. Pondasi Piers (dinding diafragma)

c. Bor Pile
2.3.3. Pemilihan Pondasi Berdasarkan Daya Dukung Tanah
- Bila tanah keras terletak pada permukaan tanah atau 2-3 meter di bawah
permukaan tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi dangkal. (misal:
pondasi jalur, pondasi telapak atau pondasi strauss).
- Bila tanah keras terletak pada kedalaman sekitar 10 meter atau lebih di
bawah permukaan tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi tiang
minipile, pondasi sumuran atau pondasi bored pile.
- Bila tanah keras terletak pada kedalaman 20 meter atau lebih di bawah
permukaan tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi tiang pancang atau
pondasi bored pile.
Standar daya dukung tanah menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk
Gedung tahun 1983 adalah :
- Tanah keras (lebih dari 5 kg/cm2).
- Tanah sedang (2-5 kg/cm2)
- Tanah lunak (0,5-2 g/cm2)
- Tanah amat lunak (0-0,5 kg/cm2)
Kriteria daya dukung tanah tersebut dapat ditentukan melalui pengujian secara
sederhana. Misal pada tanah berukuran 1 cm x 1 cm yang diberi beban 5 kg
tidak akan mengalami penurunan atau amblas maka tanah tersebut digolongkan
tanah keras.
2.3. Pondasi Pracetak
2.3.1. Tiang Pancang
Tiang pancang menggunakan beton jadi yang langsung ditancapkan
langsung ketanah dengan menggunakan mesin pemancang. Karena ujung tiang
pancang lancip menyerupai paku, oleh karena itu tiang pancang tidak
memerlukan proses pengeboran. Pondasi tiang pancang dipergunakan pada
tanah-tanah lembek, tanah berawa, dengan kondisi daya dukung tanah (sigma
tanah) kecil, kondisi air tanah tinggi dan tanah keras pada posisi sangat dalam.
Bahan untuk pondasi tiang pancang adalah: bamboo, kayu besi/ kayu ulin, baja,
dan beton bertulang.
2.3.1.1. Metode Pelaksanaan
1. Persiapan Alat dan Bahan
- Pile (tiang pancang)
- Diesel Hummer
- Service Crane
2. Hal yang harus diperhatikan dalam pemancangan
- Karakteristik tanah
- Jenis tiang pancang
- Cara/jenis pembebanan
- Metode pukulan
3. Langkah Kerja
1.) Penentuan tititk-tititk dimana tiang pancang akan diletakkan
Penentuan ini harus sesuai dengan gambar konstruksi yang telah
ditentukan oleh perencana. Jika sudah fix titik mana yang akan
dipancang, nah sampai saat itu, pekerjaan tiang pancang sudah bisa
dilakukan.
2.) Mendirikan alat pemancang
Alat pemancang tiang didirikan didaerah titik letak pemancangan
pondasi yang akan di pancang, dimana alat pemancang ini harus berdiri
tegak terhadap muka tanah.
3.) Proses pengangkutan tiang pancang
Sebelum melakukan pengangkutan menuju alat pemancang, terlebih
dahulu menentukan titik-titik letak pengikatan tiang.titik-titik ini di
dasarkan pada momen-momen lentur khusus yang dikembangkan selama
waktu pengambilan tiang pancang.
Setelah meakukan penenuan titik, lalu dilakukan pengangkatan
dilakukan dengan menggunakan Service Crane. Dengan Service crane
,tiang dipasangkan ke alat pemancang dimana biasa alat pemancang
sudah berada tepat diarea titik pancang.
4.) Penyambungan tiang pancang dengan jenis pemukul tiang
Setelah tiang pancang berdiri, lalu diantara kepala penumbuk dan
tiang pancang diberi suatu bantalan dengan tujuan melindungi ujung
tiang dari tegangan lokal yang berlebihan, dan mempunyai pengaruh
khusus pada gelombang tegangan yang timbul pada tiang selama
pemancangan. Pemilihan bantalan didasarkan pada karakteristik
pemancangan tiang, seberapa dalam tiang dapat dipancang, daya dukung
tiang dll.
5.) Pemancangan Tiang
Pemancangan tiang siap dilakukan setelah Pile terpasang dan posisi
alat sudah berada pada titik pemancangan.
Pemancangan dihentikan jika telah mencapai tanah keras, indikasi
jika pemancangan sudah mencapai tanah keras adalah palu dari hammer
sudah mental tinggi, biasanya dalam tiap alat pancang sudah ada
ukurannya, jika sudah pada posisi seperti itu maka segera dilakukan
pembacaan kalendering.
6.) Kalendering
Kalendering adalah grafik catat yang berada pada alat
pancangdimana berfungsi untuk mengetahui sejauh mana pemancangan
yang telah dilakukan sudah memenuhi spesifikasi daya dukung yang
diinginkan.
2.3.2. Pondasi Piers
Pondasi piers adalah pondasi untuk meneruskan beban berat struktural
yang dibuat dengan cara melakukan penggalian dalam, kemudian struktur
pondasi pier dipasangkan kedalam galian tersebut. Satu keuntungan pondasi
pier adalah bahwa pondasi jenis ini lebih murah dibandingkan
dengan membangun pondasi dengan jenis pondasi menerus, hanya kerugian
yang dialami adalah jika lempengan pondasi yang sudah dibuat mengalami
kekurangan ukuran maka kekuatan jenis pondasi tidak menjadi normal. Pondasi
pier standar dapat dibuat dari beton bertulang pre cast. Karena itu,
aturan perencanaan pondasi pier terhadap balok beton diafragman adalah
mengikuti setiap ukuran ketinggian pondasi yang direncanakan. Pondasi pier
dapat divisualisasikan sebagai bentuk tabel , struktur adalah sistem kolom
vertikal yang terbuat dari beton bertulang ditempatkan di bawah bangunan yang
ditanamkan dibawah tanah yang sudah digali. Lempengan beton diafragma ini
mentransfer beban bangunan terhadap tanah. Balok dibangun di atas dinding
diafragma vertikal (pondasi pier) yang menahan dinding rumah atau struktur.
Banyak rumah didukung sepenuhnya dengan jenis pondasi ini, dimana beton
yang dipasang juga berguna sebagai dinding pada ruang bawah tanah, dimana
ruang tersebut digunakan sebagai gudang penyimpanan atau taman. Beton
pondasi pier biasanya dibuat dalam bentuk pre cast dalam berbagai ukuran dan
bentuk, dimana sering dijumpai dalam bentuk persegi memanjang dengan
ketinggian sesuai dengan ukuran kedalaman yang diperlukan. Tapi beton dapat
juga dibuat dalam bentuk bulatan. Setelah beton bertulang cukup kering
kemudian di masukkan ke dalam tanah yang sudah digali dan disusun
secara bersambungan. Setelah tersusun dengan baik kemudian baru dilanjutkan
dengan konstruksi diatasnya.
2.3.3. Sheet Pile
Sheet Pile adalah dinding vertical relative tipis yanh berfungsi untul
menahan tanah dan untuk masuknya air ke dalam lubang galian. Karena
pemasangan yang mudah dan biaya pelaksanan yang relative murah, turap
banyak digunakan pada pekerjaan-pekerjaan seperti :
i. Dinding penahan tanah misalnya pada tebing jalan raya atau tebing sungai
ii. Penahan tebing galian misalnya pada pembuatan fondasi langsung atau
pondasi menerus, dan pembuatan basement
iii. Bangunan-bangunan di pelabuhan misalnya dinsing dermaga dan dok kapal
iv. Bandungan elak

Sheet pile tidak cocok untuk menahan tanah yang sangat tinggi karena
akan memerlukan luas tampang bahan turap yang besar. Selain itu sheet pile juga
tidak cocok digunakan pada tanah yang mengandung banyak batuan, karena
menyulitkan pemancangan.
2.4. Syarat dan Ketentuan atau SNI Beton Pracetak
SNI Pondasi Tiang Pancang Pracetak  SNI 03-4434-1997
Kekentalan Beton pada Sheet Pile  SKSNI T15-1990-03
SNI Pile Cap  SNI 03-2847-2002

2.5. Perusahan Produksi Pondasi Pracetak


1. PT. Mitra Karya
2. PT. Angel Irawan Concrete
3. PT. Dayacipta Anekareksa
4. PT. Inter Pile
5. PT. Wahana Cipta Concretindo
6. PT. Arka Jaya Mandiri
7. PT. Hume Sakti Indonesia
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
 Secara umum pengertian beton pracetak adalah salah satu jenis beton yang
proses pembuatannya adalah dengan cara dicetak di sebuah pabrik menjadi
panel-panel yang nantinya akan dirakit.
 Beton pracetak terbagi atas beton pracetak structural dan beton pracetak non
structural
 Pondasi tiang pancang, pondasi piers, dan sheet pile merupakan beton
pracetak.
DAFTAR PUSTAKA
https://readymixbdg.com/pengenalan-beton-precast-untuk-konstruksi-fungsi-dan-
definisi/

http://ilmukonstruksitekniksipil.blogspot.com/2016/01/macam-macam-
pondasi.html

https://asiacon.co.id/blog/pengertian-beton-pracetak-fungsi-beton-precast

http://blog.nobelconsultant.com/pondasi-tiang-pancang-beton-pracetak/

https://www.ilmutekniksipil.com/teknik-pondasi/metode-pemancangan-pondasi-
tiang-beton-pracetak

http://duniabangunan87.blogspot.com/2013/06/sejarah-beton-pracetak.html

https://megaconbeton.com/produk/tiang-pancang/

https://www.academia.edu/30866709/METODE_KERJA_PEMASANGAN_SHE
ET_PILE

http://projectmedias.blogspot.com/2013/10/pengertian-pile-cap-dan-
fungsinya.html

Anda mungkin juga menyukai