DPRD KOTA/KABUPATEN
Dibuat Oleh:
Muhammad Arif
Jurusan Manajemen
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T atas segala limpahan rahmat hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan penyusunan tugas mengenai Fenomena Pemilihan Legislatif DPRD
Kota/Kabupaten dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Tugas ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas ini.
Harapan saya semoga tugas ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik. Terima kasih, dan semoga tugas ini bisa memberikan sumbangsi
positif bagi kita semua.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Fenomena Pemilihan Legislatif DPRD Kota/Kabupaten?
3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa saja fenomena yang terjadi ketika Pemilihan Legislatif
DPRD Kota/Kabupaten
BAB II PEMBAHASAN
KPU telah menetapkan 16 partai politik yang bisa mengikuti pemilu legislatif pada
2019, di luar 4 partai lokal di Aceh. Tiap parpol dapat mengusulkan Bacaleg sebanyak jumlah
kursi DPRD di kabupaten/kota. Contohnya, kabupaten A memiliki jatah 25 kursi di DRPD.
Maka, masing-masing partai politik dapat mengusulkan bakal calon legislatifnyanya sebanyak
kursi di kabupaten A kepada KPU kabupaten sebanyak 25 orang. Apabila kurang, kesan
masyarakat kepada partai politik tersebut kurang populer. Jadi, jumlah caleg dari semua partai
politik di kabupaten A sebagai berikut: 16 (Parpol) X 25 (kursi DPRD) = 400 orang.
Perkecualian bila di tidak semua parpol yang ada di pusat ada di kabupaten A.
Persaingan antar partai politik adalah biasa. Namun persaingan ketat ini tidak hanya
terjadi antar partai politik peserta pemilu. Akan tetapi internal partai politik pun terjadi
persaingan yang cenderung kurang sportif. Para caleg satu partai politik juga ada yang saling
menjelekkan, saling menghina satu dengan yang lain. Mengapa? Selain tidak menghayati
ideologi dan kode etik partai, ini salah satu dampak dari pasal 422 Undang-Undang nomor 7
Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum yang menyatakan: “Penetapan calon terpilih anggota
DPR, DPRD Provinsi, DPRD kabupaten/kota dari partai politik peserta pemilu didasarkan pada
perolehan kursi partai politik peserta pemilu di suatu daerah pemilihan ditetapkan berdasarkan
suara terbanyak yang diperoleh masing-masing calon anggota DPR,DPRD Provinsi, DPRD
Kabupaten/Kota di suatu daerah pemilihan yang tercantum pada kertas suara”
Dalam kondisi normal hal tersebut biasa dan sangat ideal, apabila masing-masing
parpol dan orang parpol jujur. Akan tetapi dalam praktik di lapangan, kejujuran merupakan
barang langka. Malah di lapangan ada oknum caleg yang menempuh segala cara untuk
mendapatkan suara secara curang dengan membeli dan manipulasi. Jika tidak ada kejujuran
caleg, maka dampaknya bisa jadi orang-orang yang duduk di legislatif pada 2019 adalah
mereka yang mampu dan berani curang, beli dan manipulasi suara.
Biaya Besar
Kedua, bila ada yang memberikan uang laporkan kepada Panwas atau penegak huhum,
karena itu termasuk pelanggaran pemilu sesuai pasal 523 ayat ayat (1, 2 dan 3).
Ketiga, bila terpaksa (tidak dianjurkan) ambil uangnya tetapi jangan pilih dia/orangnya.
Keempat, hindari ketemu dengan caleg seperti itu dan tim suksesnya.
Seandainya caleg yang kita terima uangnya menang, akibatnya sangat fatal selama lima
tahun. Pasti ia akan berupaya keras untuk mengembalikan modal dan bayar utangnya. Mereka
berupaya mendapat proyek. Apabila mereka tidak dapat proyek akan mempersulit penetapan
APBD tiap tahun serta Perda-Perda lain yang diusulkan oleh eksekutif. Jika pun mereka dapat
proyek tidak mengerjakan, melainkan diberikan kepada orang lain dengan
meminta biaya. Hasilnya? Proyek itu pada umumnya tidak berkualitas alias asal jadi.Untuk
itu, para pemilih diharapkan agar hati-hati, bijak, dan cerdas.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dengan sistem demokrasi perwakilan yang berlaku saat ini,rakyat setuju menyerahkan
pengelolaan negara ini di pundak para anggota dewan. Keputusan-keputusan penting,termasuk
penyusunan konstitusi,yang di ambil para wakil rakyat tersebut akan sangat menentukan masa
depan bangsa. Karena itu,seharusnya para wakil rakyat diambil dari jiwa-jiwa terbaik bangsa .
B. SARAN