Anda di halaman 1dari 11

PENGAUDITAN I

SAP 6

“MEMAHAMI ETIKA PROFESI”

KELOMPOK 1

Oleh :

Putu Agus Cahya Wira Putra (1607531097)

I Gede Putra Subawa (1607531145)

Ngakan Made Dwi Purawan (1607531155)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2018

I. ETIKA PROFESI EKSTERNAL AUDITOR

1
Definisi Etika
Etika (praksis) diartikan sebagai nilai-nilai atau norma-norma moral yang mendasari
perilaku manusia. Etos didefinisikan sebagai ciri-ciri dari suatu masyarakat atau budaya.
Etos kerja,dimaksudkan sebagai ciri-ciri dari kerja, khususnya pribadi atau kelompok
yang melaksanakan kerja, seperti disiplin, tanggung jawab, dedikasi, integritas,
transparansi dsb.
Etika (umum) didefinisikan sebagai perangkat prinsip moral atau nilai. Dengan kata
lain, etika merupakan ilmu yang membahas dan mengkaji nilai dan norma moral. Etika
(luas) berarti keseluruhan norma dan penilaian yang dipergunakan oleh masyarakat untuk
mengetahui bagaimana manusia seharusnya menjalankan kehidupannya.Etika (sempit)
berarti seperangkat nilai atau prinsip moral yang berfungsi sebagai panduan untuk
berbuat, bertindak atau berperilaku. Karena berfungsi sebagai panduan, prinsip-prinsip
moral tersebut juga berfungsi sebagai kriteria untuk menilai benar/salahnya
perbuatan/perilaku.

Kode Etik
Pengertian Kode etik adalah nilai-nilai, norma-norma, atau kaidah-kaidah untuk
mengatur perilaku moral dari suatu profesi melalui ketentuan-ketentuan tertulis yg harus
dipenuhi dan ditaati setiap anggota profesi.

Isi Kode Etik


• Karena kode etik merupakan wujud dari komitmen moral organisasi, maka kode etik
harus berisi :
 Mengenai apa yang boleh dan
 Apa yang tidak boleh dilakukan oleh anggota profesi,
 Apa yang harus didahulukan dan
 Apa yang boleh dikorbankan oleh profesi ketika menghadapi situasi konflik atau
dilematis,
 Tujuan dan cita-cita luhur profesi, dan
 Bahkan sanksi yang akan dikenakan kepada anggota profesi yang melanggar kode
etik.

Tujuan Utama Kode Etik


• Terdapat dua tujuan utama dari kode etik.

2
 Kode etik bertujuan melindungi kepentingan masyarakat dari kemungkinan
kelalaian, kesalahan atau pelecehan, baik disengaja maupun tidak disengaja oleh
anggota profesi.
 Kode etik bermaksud melindungi keluhuran profesi dari perilaku perilaku
menyimpang oleh anggota profesi.

Syarat Kode Etik Optimal


• Agar kode etik dapat berfungsi dengan optimal, minimal ada 2 (dua) syarat yang
harus dipenuhi.
 Kode etik harus dibuat oleh profesinya sendiri. Kode etik tidak akan efektif
apabila ditentukan oleh pemerintah atauinstansi di luar profesi itu.
 Pelaksanaan kode etik harus diawasi secara terus-menerus. Setiap pelanggaran
akan dievaluasi dan diambil tindakan oleh suatu dewan yang khusus dibentuk.

Peranan Etika dalam Profesi Auditor


Audit membutuhkan pengabdian yang besar pada masyarakat dan komitmen moral
yang tinggi. Masyarakat menuntut untuk memperoleh jasa para auditor publik
dengan standar kualitas yang tinggi, dan menuntut mereka untuk bersedia mengorbankan
diri. Itulah sebabnya profesi auditor menetapkan standar teknis dan standar etika yang
harus dijadikan panduan oleh para auditor dalam melaksanakan audit
Standar etika diperlukan bagi profesi audit karena auditor memiliki posisi sebagai
orang kepercayaan dan menghadapi kemungkinan benturan-benturan kepentingan.
Kode etik atau aturan etika profesi audit menyediakan panduan bagi para auditor
profesional dalam mempertahankan diri dari godaan dan dalam mengambil keputusan-
keputusan sulit. Jika auditor tunduk pada tekanan atau permintaan tersebut, maka telah
terjadi pelanggaran terhadap komitmen pada prinsip-prinsip etika yang dianut oleh
profesi.
Oleh karena itu, seorang auditor harus selalu memupuk dan menjaga kewaspadaannya
agar tidak mudah takluk pada godaan dan tekanan yang membawanya ke dalam
pelanggaran prinsip-prinsip etika secara umum dan etika profesi. etis yang tinggi; mampu
mengenali situasi-situasi yang mengandung isu-isu etis sehingga memungkinkannya
untuk mengambil keputusan atau tindakan yang tepat.

Pentingnya Nilai-Nilai Etika dalam Auditing

3
Beragam masalah etis berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan auditing.
Banyak auditor menghadapi masalah serius karena mereka melakukan hal-hal kecil yang
tak satu pun tampak mengandung kesalahan serius, namun ternyata hanya menumpuknya
hingga menjadi suatu kesalahan yang besar dan merupakan pelanggaran serius terhadap
kepercayaan yang diberikan.
Untuk itu pengetahuan akan tanda-tanda peringatan adanya masalah etika akan
memberikan peluang untuk melindungi diri sendiri, dan pada saat yang sama, akan
membangun suasana etis di lingkungan kerja.
Masalah-masalah etika yang dapat dijumpai oleh auditor yang meliputi permintaan
atau tekanan untuk:
1. Melaksanakan tugas yang bukan merupakan kompetensinya
2. Mengungkapkan informasi rahasia
3. Mengkompromikan integritasnya dengan melakukan pemalsuan, penggelapan,
penyuapan dan sebagainya.
4. Mendistorsi obyektivitas dengan menerbitkan laporan-laporan yang menyesatkan.

Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.Kode etik
akuntan Indonesia memuat delapan prinsip etika sebagai berikut : (Mulyadi, 2001: 53)
1. Tanggung Jawab profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota
harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua
kegiatan yang dilakukannya.
Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat.
Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua
pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk
bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi,
memelihara kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam
mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara
dan meningkatkan tradisi profesi.

2. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan
komitmen atas profesionalisme.
Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada
publik. Profesi akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik

4
dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja,
pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada
obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis
secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap
kepentingan publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan
masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan
ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya
mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.
Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa
akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai
dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut.
Dan semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas
kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota harus secara terus menerus
menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi.
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota
harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

3. Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang
diambilnya.
Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan
berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan
kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat
menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi
tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.

4. Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.Obyektivitasnya adalah
suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip
obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara
intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau
dibawah pengaruh pihak lain.
Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus
menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktek

5
publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota
yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa
audit internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri,
pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga mendidik dan melatih orang orang yang
ingin masuk kedalam profesi. Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus
melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.

5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional


Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati,
kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk
memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa
profesional dan teknik yang paling mutakhir.
Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya,
demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi
kepada publik.
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota
seharusnya tidak menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang
tidak mereka miliki. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan
pemeliharaan suatu tingkat pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan
seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam
hal penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota
wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih
kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi masing
masing atau menilai apakah pendidikan, pedoman dan pertimbangan yang diperlukan
memadai untuk bertanggung jawab yang harus dipenuhinya.

6. Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan
informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional
atau hukum untuk mengungkapkannya.
Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang
berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai
sifat sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana

6
informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu
diungkapkan.
Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi
tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang
diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar
anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.

7. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang
baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi
harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada
penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat
umum.

8. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar
teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan
berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari
penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
obyektivitas.
Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah
standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of
Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.

Dilema Etika
Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang di mana keputusan mengenai
perilaku yang pantas harus dibuat. Auditor banyak menghadapi dilema etika dalam
melaksanakan tugasnya. Bernegosiasi dengan auditan jelas merupakan dilema etika. Ada
beberapa alternatif pemecahan dilema etika, tetapi harus berhati-hati untuk menghindari
cara yang merupakan rasionalisasi perilaku tidak beretika.
Berikut ini adalah metode rasionalisasi yang biasanya digunakan bagi perilaku tidak
beretika:
1. Semua orang melakukannya. Argumentasi yang mendukung penyalahgunaan
pelaporan pajak, pelaporan pengadaan barang/jasa biasanya didasarkan pada
rasionalisasi bahwa semua orang melakukan hal yang sama, oleh karena itu dapat
diterima.
7
2. Jika itu legal, maka itu beretika. Menggunakan argumentasi bahwa semua perilaku
legal adalah beretika sangat berhubungan dengan ketepatan hukum. Dengan
pemikiran ini, tidak ada kewajiban menuntut kerugian yang telah dilakukan
seseorang.
3. Kemungkinan ketahuan dan konsekuensinya. Pemikiran ini bergantung pada evaluasi
hasil temuan seseorang. Umumnya, seseorang akan memberikan hukuman
(konsekuensi) pada temuan tersebut.
Pemecahan Dilema Etika
Pendekatan enam langkah berikut ini merupakan pendekatan sederhana untuk
memecahkan dilema etika:
1. Dapatkan fakta-fakta yang relevan
2. Identifikasi isu-isu etika dari fakta-fakta yang ada
3. Tentukan siapa dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi oleh dilema
etika
4. Identifikasi alternatif-alternatif yang tersedia bagi orang yang memecahkan dilema
etika
5. Identifikasi konsekuensi yang mungkin timbul dari setiap alternatif
6. Tetapkan tindakan yang tepat.
I. ETIKA PROFESI AKUNTAN LAINNYA
• Akuntan Publik
Akuntan publik adalah akuntan profesional yang menjual jasanya kepada
masyarakat umum, terutama dalam pemeriksaan terhadap laporan keuangan yang
dibuat oleh kliennya dan juga menjual jasa konsultan pajak, konsultasi bidang
manajemen, penyusunan sistem akuntansi, dan penyusunan laporan
keuangan (Auditing ; Mulyadi, 1992:27). Yang disebut sebagai akuntan publik adalah
yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP). Untuk berpraktik sebagai Akuntan
Publik, seseorang harus memenuhi persyaratan pendidikan dan pengalaman kerja.
Telah lulus dari fakultas ekonomi, jurusan akuntansi. Telah mendapat gelar akuntan
dari panitia ahli pertimbangan persamaan ijazah akuntan dan mendapat ijin praktik
dari menteri keuangan. Profesi akuntan publik dibayar oleh kliennya tapi berbeda
dengan profesi lainnya, karena seorang akuntan harus bersikap independen atau tidak
memihak kepada siapapun sekalipun klien yang telah membayarnya.

• Akuntan Pemerintahan
Akuntan Pemerintahan adalah akuntan profesional yang bekerja di instansi
pemerintahan, yang tugas pokoknya melakukan pemeriksaan terhadap pertanggung
jawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi dalam pemerintah atau
pertanggung jawaban keuangan yang ditujukankepada pemerintah. Meskipun terdapat
8
banyak akuntan yang bekerja di instansi pemerintah, namun umumnya yang
disebut akuntan pemerintah adalah yang bekerja di Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan Instansi Pajak.

• Akuntan Manajemen Perusahaan atau Akuntan Intern


Akuntan Intern ialah bekerja pada sebuah perusahaan dan berpartisipasi
dalam mengambil keputusan mengenai investasi jangka panjang, menjalankan tugas
sebagai akuntan yang mengatur pembukuan dan pembuatan ikhtisar-ikhtisar
keuangan, atau membuat sistem akuntansi perusahaan. Peran akuntan menajemen
sangatlah besar karena dapat membantu pihak manajemen dalam
menginterprestasikan data akuntansi yang ada dalam suatu perusahaan, dalam hal ini
profesionalisme akuntan sangatlah menentukan untuk mencarikan jalan keluar dalam
menghadapi kesulitan yang sedang dialami oleh perusahaan.

• Akuntan Pendidik
Akuntan pendidik adalah profesi akuntan yang memberikan jasa berupa
pelayanan pendidikan akuntansi kepada masyarakat melalui lembaga-lembaga
pendidik yang ada, guna melahirkan akuntan-akuntan yang terampil dan profsional.
Profesi akuntan pendidik sangat dibutuhkan bagi kemajuan profesi akuntansi itu
sendiri karena ditangan merekalah para calon-calon akuntan dididik. Akuntan
pendidik harus ddapat melakukan transfer of knowledge kepada mahasiswanya,
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan menguasai pengetahuan bisnis dan
akuntansi, teknologi informasi dan mampu mengembangkan pengetahuannya melalui
penelitian.

• Konsultan SIA / SIM


Salah satu profesi atau pekerjaan yang bisa dilakukan oleh akuntan diluar
pekerjaan utamanya adalah memberikan konsultasi mengenai berbagai hal yang
berkaitan dengan sistem informasi dalam sebuah perusahaan.Seorang Konsultan
SIA/SIM dituntut harus mampu menguasai sistem teknologi komputerisasi disamping
menguasai ilmu akuntansi yang menjadi makanan sehari-harinya. Biasanya jasa yang
disediakan oleh Konsultan SIA/SIM hanya pihak-pihak tertentu saja yang
menggunakan jasanya ini.

II. BEDA ETIKA PROFESI AUDITOR DENGAN PROFESI LAINNYA


Perbedaan antara profesi akuntansi publik dan profesi akuntansi audit :
1. Profesi Akuntan Publik
 Tanggungjawab kepada rekan seprofesi.

9
Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan
perkataan dan perbuatan dapat merusak reputasi rekan seprofesi. Komunikasi
antar akuntan publik:
 Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik pendahulu bila
menerima penugasan audit menggantikan akuntan publik pendahulu atau
untuk tahun buku yang sama ditunjukan akuntan publik lain dengan jenis
dan periode serta tujuan yang berlainan.
 Akuntan publik pendahulu wajib menanggapi secara tertulis permintaan
komunikasi dari akuntan pengganti secara memadai.
 Akuntan publik tidak diperkenankan menerima penugasan atestasi yang
sejenis atestasi dan periodenya sama dengan penugasan akuntansi yang
dahulu ditunjukan klien, kecuali apabila penugasan tersebut dilaksanakan
untuk memenuhi ketentuan perundingan – undangan atau peraturan yang
dibuat oleh badan yang berwenang.

 Tanggungjawab dan Praktik Lain


Perbuatan dan perkatan yang mendiskreditkan. Anggota tidak
diperkenankan melakukan tindakan dan/atau mengucapkan perkataan yang
mencemarkan profesi.
Iklan, promosi dan kegiatan pemasaran lainnya. Anggota dalam
menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan mencari klien melalui
pemasangan iklan, melakukan promosi pemasaran dan kegiatan pemasaran
lainnya sepanjang tidak merendahkan citra profesi.

2. Profesi Auditor
 Tanggung Jawab Auditor dalam mendeteksi fraud:
 Auditor baik internal maupun eksternal mempunyai tanggung jawab untuk
mendeteksi fraud.
 Tanggung jawab auditor independen
 Tanggung jawab auditor independen untuk mendeteksi fraud diatur dalam
standar profesi (SPAP) tentang tanggung jawab auditor independen untuk
mendeteksi kekeliruan (error)ketidakberesan (irregularities) dan unsur
pelanggaran hukum (illegal acts)
 Tidak ada jaminan penuh bahwa hasil auditnya akan dapat mendeteksi fraud,
namun diatur keharusan untuk menentukan resiko bahwa suatu fraud
mungkin menyebabkan laporan keuangan berisi salahsaji materi sehingga
auditnya harus dirancang untuk prosedur deteksi fraud.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://ste84fredy.blog.com/2009/11/02/persamaan-dan-perbedaan-etika-profesi-akuntansi-
dengan-etika-etika-lainnya/ (diakses tanggal 5 Maret 2018)
https://handokorizkypratama.wordpress.com/2010/01/07/etika-profesi-akuntan-public-dan-
akuntansi-lainnya/ (diakses tanggal 5 Maret 2018)
http://rifkygusma.blogspot.com/2009/11/persamaan-dan-perbedaan-etika-profesi.html
(diakses tanggal 5 Maret 2018)
http://silumanmimpi-hendrik.blogspot.com/2009/12/perbedaan-dan-persamaan-etika-
profesi.html (diakses tanggal 5 Maret 2018)
http://prasetiapramana.blogspot.com/2009/11/etika-profesi_02.html (diakses tanggal 5 Maret
2018)
http://nanda75.blogspot.com/2009/10/etika-profesi-akuntan-publik-dan.html (diakses tanggal
5 Maret 2018)

11

Anda mungkin juga menyukai