Anda di halaman 1dari 8

FENOMENA PEMILIHAN LEGISLATIF

DPRD, DPD DAN DPR YANG IDEAL

DISUSUN OLEH :

NURUL AZIZAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
JURUSAN MANAJEMEN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “PEMILIHAN LEGISLATIF DPRD,
DPD dan DPR YANG IDEAL ”

Makalah ini berisikan tentang pelaksanaan calon pemilihan legislatif yang ideal dan
tentunya demokratis di negara ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………..1
C. Tujuan Penulis……………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN

A. Fenomena Pemilihan Legislatif DPRD,DPD Dan DPR…………………2

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………….3
B. Saran……………………………………………………………………...3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
PEMILU merupakan langkah utama dalam menentukan pemimpin negara. Karena
pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat, maka PEMILU hendaknya dilaksanakan di seluruh
penjuru wilayah negara tersebut.
Pada dasarnya, pemerintahan di Indonesia-India tidak jauh berbeda. Contohnya yaitu,
sama-sama menggunakan PEMILU sebagai cara memilih presiden-wakil presiden. Namun,
perbedaan di antara kedua negara ini sangat terlihat dari pelaksanaan, proses dan pengawasan
PEMILU itu sendiri.
Pemilu adalah sarana untuk melaksanakan kedaulatan rakyat berdasarkan asas langsung,
umum, benas dan rahasia (LUBER) serta jujur dan adil (JURDIL). Sedangkan partai politik
adalah sekelompok warga Negara Republik Indonesia yang secara sukarela atas dasar
persamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota masyarakat,
bangsa dan Negara melalui pemilu.
Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan sedikit pemahaman tentang apa
yang dinamakan dengan Pemilihan Calon Legislatif yang nantinya menjadi wakil rakyat (DPR,
DPRD,DPD), bagaimana tentang gambaran umumnya serta bagimana cara penghitungan suara
pemilih
.

B. Rumusan masalah:
1. Bagaimana gambaran umum pelaksanaan pemilihan calon anggota dewan legislatif?
2. Bagaimana sistem pemilihan umum calon anggota dewan legislatif?

C. Tujuan

1. Memberikan pemahaman kepada pembaca tentang gambaran umum pelaksanaan


pemilihan calon anggota dewan legislatif.
2. Memberikan pemahaman kepada pembaca tentang sisitem pemilihan umum calon
anggota dewan legislatif.
BAB II

PEMBAHASAN
Indonesia adalah salah satu Negara di dunia yang menerapkan sistem politik demokrasi.
Demokrasi di Indonesia ini, mempunyai sebuah slogan yang cukup singkat, akan tetapi
mempunyai makna yang cukup dalam. Slogan yang dimaksud adalah dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat. Bercermin dari slogan tersebut, dapatlah kita ketahui bahwa demokrasi yang
diterapkan di Indonesia ini adalah demokrasi keterwakilan, yang mana salah satu contoh
pengejawantahan daripada demokrasi ini adalah adanya pesta demokrasi, yaitu Pemilihan
Umum (Pemilu). Salah satu pemilu yang krusial atau penting dalam katatanegaraan Indonesia
adalah pemilu untuk memilih wakil rakyat yang akan duduk dalam parlemen, yang biasa kita
kenal dengan sebutan Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD. Dalam pemilu ini,
rakyat dapat mencalonkan dirinya untuk menjadi peserta pemilu tersebut sesuai dengan
ketentuan yang ada. Kemudian daripada itu, yang berperan dalam hal memilih, juga rakyat.
Rakyatlah yang memilih para wakilnya yang akan duduk dalam parlemen. Setelah terpilih
menjadi anggota parlemen, para konstituen tersebut pada hakikatnya adalah bekerja untuk
rakyat secara menyeluruh. Itulah yang dinamakan dengan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat.

a) Gambaran umum pelaksanaan pemilihan calon anggota dewan legislatif

Pemilu 2009 diadakan untuk memilih anggota DPR, anggota DPD, anggota DPR dan
DPRD Kabupaten/Kota, yang terakhir adalah Presiden dan Wakil Presiden. Pemungutan suara
dan penghitungan suara dilaksanakan secara serentak pada tanggal 9 April 2009. KPU
menetapkan hasil pemilu secara Nasional dan hasil perolehan suara partai politik untuk calon
anggota DPR dan calon anggota DPD paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah hari/tanggal
pemungutan suara. KPU provinsi menetapkan hasil perolehan suara partai politik untuk calon
anggota DPRD provinsi paling lambat 15 (lima belas) hari setelah hari/tanggal pemungutan
suara. KPU kabupaten/kota menetapkan hasil perolehan suara partai politik untuk calon
anggota DPRD kabupaten/kota paling lambat 12 (dua belas) hari setelah hari/tanggal
pemungutan suara. Pemungutan suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dilaksanakan paling
lama 3 (tiga) bulan setelah pengumuman hasil pemilihan umum anggota DPRD, DPD, DPRD,
provinsi, dan DPRD kabupaten/kota. Penetapan pasangan calon terpilih paling lambat 14
(empat belas) hari sebelum berakhirnya masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden.
Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan
partai politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20%
(dua puluh persen) dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% (dua puluh lima persen) dari
suara sah Nasional dalam pemilu anggota DPR, sebelum pelaksanaan pemilu Presiden dan
Wakil Presiden.

b) Pemilihan umum anggota DPR


Pemilihan Umum Anggota DPR dilaksanakan dengan sistem proporsional terbuka yang
perhitungannya didasarkan pada sejumlah daerah pemilihan, dengan peserta pemilu adalah
partai politik. Pemilihan umum ini adalah yang pertama kalinya dilakukan dengan penetapan
calon terpilih berdasarkan perolehan suara terbanyak, bukan berdasarkan nomor urut (pemilih
memilih calon anggota DPR, bukan partai politik)

 Peserta
Pemilihan Umum Anggota DPR 2009 diikuti oleh 38 partai politik. Pada 7 Juli 2008,
Komisi Pemilihan Umum mengumumkan daftar 34 partai politik yang dinyatakan lolos
verifikasi faktual untuk mengikuti Pemilu 2009, dimana 18 partai diantaranya merupakan partai
politik yang baru pertama kali mengikuti pemilu ataupun baru mengganti namanya. 16 partai
lainnya merupakan peserta Pemilu 2004 yang berhasil mendapatkan kursi di DPR periode
2004-2009, sehingga langsung berhak menjadi peserta Pemilu 2009. Dalam perkembangannya,
Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa seluruh partai politik peserta Pemilu 2004 berhak
menjadi peserta Pemilu 2009, sehingga berdasarkan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara
(PTUN) DKI Jakarta No. 104/VI/2008/PTUN.JKT.

 Daerah pemilihan
Daerah pemilihan Pemilihan Umum Anggota DPR adalah provinsi atau gabungan
kabupaten/kota dalam 1 provinsi, dengan total 77 daerah pemilihan. Jumlah kursi untuk setiap
daerah pemilihan berkisar antara 3-10 kursi, yang ditentukan sesuai dengan jumlah penduduk.

 Hasil
Pada 9 Mei 2009, KPU menetapkan hasil Pemilihan Umum Anggota DPR 2009 setelah 14
hari (26 April 2009 - 9 Mei 2009) melaksanakan rekapitulasi penghitungan suara secara
nasional.Hasil yang diumumkan meliputi perolehan suara berikut jumlah kursi masing-masing
partai politik di DPR. Penetapan jumlah kursi kemudian direvisi oleh KPU pada 13 Mei 2009
setelah terjadi perbedaan pendapat mengenai metode penghitungannya. Revisi kemudian
kembali dilakukan berdasarkan keputusan MK.

Pemilihan anggota DPD:


Pemilihan Umum Anggota DPD 2009 dilaksanakan dengan sistem distrik berwakil banyak,
dengan peserta pemilu adalah perseorangan. Jumlah kursi anggota DPD untuk setiap provinsi
ditetapkan sebanyak 4 kursi, dengan daerah pemilihan adalah provinsi.

Pemilihan anggota DPRD:


Pemilihan Umum Anggota DPRD 2009 dilaksanakan dengan sistem, aturan dan peserta yang
sama dengan Pemilihan Umum Anggota DPR. Khusus untuk Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, ada tambahan 6 partai politik lokal yang berhak mengikuti Pemilihan Umum
Anggota DPRD di provinsi tersebut, sesuai dengan Undang-Undang Pemerintahan Aceh dan
Nota Kesepahaman Helsinki 2005.

c) Sistem pemilihan umum anggota dewan legislatif

Sistem Pemilu berdasarkan pasal 5 UU Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD dan DPRD menggunakan sistem pemilu proporsional terbuka merubah
definisi system pemilu sebelumnya (2004) yang menggunakan sistem proporsional dengan
daftar calon terbuka.

Sistem proporsional terbuka menentukan calon anggota legislatif dapat menjadi anggota
legislatif melalui pemilihan umum dengan ketentuan :

1. Calon terpilih ditetapkan dengan batasan prosentase terhadap bilangan


pembagi pemilih (BPP) sebesar 30 %.

2. Bila terdapat lebih dari satu calon yang mencapai 30 %, atau bila sama sekali
tidak ada satupun calon yang mencapai 30 % maka penentuan calon terpilih
berdasarkan pada nomor urut.

Ketentuan penetapan calon terpilih dengan 30 % BPP menunjukan bahwa Partai Politik
belum rela menyerahkan kepada rakyat untuk memilih wakilnya secara langsung di parlemen.
Karena bila dalam satu daerah pemilihan, jumlah calon yang memperolah suara 30 % BPP
melebihi jumlah kursi yang diperoleh parpol maka penentuan siapa yang menjadi wakil di DPR
ditentukan berdasarkan nomor urut dalam daftar calon parpol bersangkutan. Demikian juga,
bila dalam satu daerah pemilihan suatu parpol memperoleh satu atau lebih kursi DPR akan
tetapi tidak ada satupun calon dari parpol mendapat suara 30 % BPP, maka penetapan calon
terpilih didasarkan pada nomor urut dalam daftar calon bersangkutan. Ketentuan ini belum
akan merubah peran dominan parpol untuk menetapkan calon terpilih. Terlebih lagi dengan
jumlah parpol peserta pemilu yang berjumlah banyak akan sulit bagi calon untuk memperoleh
30 % BPP. Sistem ini dinilai mengingkari kedaulatan rakyat, karena relasi konstituen dengan
dengan wakilnya akan terdistorsi oleh parpol. Sistem ini memang benar merupakan suatu
kemajuan daripada sistem pemilu tahun 2004, yang menggunakan sistem proporsional daftar
calon terbuka dengan nomor urut sebagaimana diatur dalam UU Nomor 12 Tahun 2003. Akan
tetapi tetap Sejarah Demokrasi, Pemilihan Umum, Serta Refleksi Pemilihan Umum Tahun
2009 di Lumajang.

Dengan dengan penetapan calon terpilih 30 % dari BPP, masih mendistorsi hubungan
konstituen dengan wakilnya oleh parpol. Sistem ini kemudian oleh Mahkamah Konstitusi
disempurnakan menjadi sistem proporsional dengan daftar calon terbuka berdasarkan suara sah
terbanyak. Dimana sistem penetapan berdasarkan 30 % BPP tidak diberlakukan, dan
diberlakukan sistem baru berdasarkan perolehan suara terbanyak. Dimana calon anggota
legislatif dapat terpilih menjadi anggota legislatif bila :

1. Parpolnya telah melewati parliamentary threshold 2,5% (pasal 1 ayat 27) Parpolnya
mendapatkan sejumlah kursi yang dihitung berdasarkan jumlah
2. suara sah yang masuk untuk parpol atau calon legislatif yang tersedia di dalam daerah
pemilihannya
3. Calon mendapatkan suara terbanyak di dalam daftar nama calon anggota DPRD di
daerah pemilihan yang diusulkan oleh parpolnya.
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas penulis menyimpulkan, bahwa: Salah satu ciri negara
demokrasi adalah diselenggarakannya pemilihan umum (pemilu) yang terjadwal dan berkala.
Amandemen UUD 1945 yakni Pasal 1 ayat (2), menyatakan bahwa “Kedaulatan berada
ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD”. Dalam perubahan tersebut bermakna bahwa
kedaulatan rakyat tidak lagi dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR, tetapi dilaksanakan menurut
ketentuan UUD. Salah satu wujud kedaulatan rakyat adalah penyelenggaraan pemilihan umum
untuk memilih DPR, DPD, dan DPRD atau yang sering disebut dengan pemilihan umum
legislatif. Tanpa terselenggaranya pemilu maka hilanglah sifat demokratis suatu negara.
Demikian pula, agar sifat negara demokratis tersebut dapat terjamin oleh adanya pemilu, maka
penyelenggaraan pemilu harus dilaksanakan secaralangsung, umum, bebas, jujur, adil dan
berkualitas.

B. Saran
Dari pembahasan di atas saran penulis adalah: Kami sebagai penulis mohon maaf atas
kesalahan dan kekhilafan yang tertulis dalam makalah kami ini, dan kami sangat berharap atas
kritik dan saran dari para pembaca sekalian.

Anda mungkin juga menyukai