Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki
posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga
memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas
usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya
(Anwar, 2001).
Provinsi Jambi merupakan daerah penanaman karet rakyat terluas kedua di
Indonesia setelah Sumatera Selatan (Rosyid, MJ et al, 2004).Luas areal pertanaman
karet di Provinsi Jambi mencapai 557.042 ha.Pertanaman karet terdapat pada semua
Kabupaten, namun Kabupaten yang terluas pertanaman karetnya adalah Kabupaten
Sarolangun, Merangin, Batang Hari dan Tebo (Dinas Perkebunan Provinsi Jambi,
2005).
Karet merupakan komoditas unggulan Provinsi Jambi, karena sebagian besar
masyarakat Jambi menggantungkan hidupnya dari komoditas ini. Disamping itu,
tanaman merupakan sumber devisa daerah dan penyerap tenaga kerja di pedesaan (
Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2005).
Komoditas ini akan semakin penting artinya karena semakin meningkatnya
permintaan, dan kecenderungan naiknya harga karet alam. Republik Rakyat Cina
(RRC) membutuhkan sebanyak 4 juta ton/tahun sampai tahun 2020 (Rosyid et a.,l.
2004.). Kenaikan harga lateks di tingkat petani mencapai 150% pada lima tahun
terakhir (Adri et al., 2005).
Namun demikian produktivitas karet rakyat masih rendah bila dibandingjan
dengan produktivitas yang telah dicapai oleh Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan
Perkebyunan Besar Negara (PBN).Rata-rata produktivitas karet rakyat di Provinsi
Jambi adalah 714 KKK 100%/ha/th. Sedangkan rata-rata hasil klon unggul mencapai
1.600 kg/ha/th (KKK 100%). Rendahnya hasil akan menyebabkan rendahnya
pendapatan dan kesejahteraan petani.

1
2

Agar pendapatan petani meningkat tentunya produktivitas juga harus


ditingkatkan.Upaya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani juga dapat
dilakukan penanaman tanaman sela di gawangan karet yang belum menghasilkan
atau lazim disebut pola tumpangsari.
Bermacam jenis tanaman yang dapat ditumpangsarikan dengan tanaman karet
seperti tanaman padi, jagung, kedelai, nenas, semangka, cabe, jahe dan pisang
(Wibawa, et al, 2000 dan Adri, et al, 2005).Tanaman tersebut dapat diusahakan
sebelum tanaman karet menghasilkan.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman tanaman sela
diantara tanaman karet (gawangan) memberikan pengaruh positif terhadap
pertumbuhan tanaman karet dan tanaman sela dapat memberikan penghasilan bagi
keluarga petani.Memang tidak semua tanaman yang dapat ditumpangsarikan pada
perkebunan karet, karena ada jenis tanaman tertentu bahkan berpengaruh negatif
terhadap pertumbuhan karet seperti; tanaman ubi kayu, ubi jalar, dan tanaman satu
famili lainnya, karena tanaman ini dapat menjadi inang bagi Jamur Akar Putih (JAP).
Pola-pola usahatani karet rakyat yang selama ini belum memasukan komponen
teknologi budidaya karet dan teknologi tumpangsari dilahan kering tersebut diatas
merupakan potensi yang dapat dikembangkan jika kedalam pola tersebut dimasukkan
unsur teknologi budidaya, baik terhadap tanaman tahunan maupun terhadap tanaman
tumpangsari.Modifikasi dan perbaikan teknologi tradisional dapat meningkatkan
produktifitas lahan dan tenaga kerja yang berdampak positif terhadap perbaikan
ekonomi keluraga.

1.2.Tujuan
Untuk mengetahui cara dan manfaat melakukan tumpangsari tanaman perkebunan
karet dengan tanaman jagung.

2
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Karet


Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusuan
(dikenal sebagai lateks), diperoleh dari getah beberapa jenis tumbuhan pohon karet.
Sumber utama lateks yang digunakan untuk menciptakan karet adalah pohon karet
(Hevea brasiliensis Moel.), diperoleh dengan cara melukai kulit pohon sehingga
pohon akan memberikan respons dengan mengeluarkan getah/lateks.
Tanaman karet berasal dari hutan sepanjang sungai Amazone, Amerika
Selatan dan mulai dikenal oleh bangsa Eropa pada tahun 1736 setelah Charles Martie
de la Condomine mengirim contoh tanaman karet dari Peru ke Perancis. Mulai masuk
ke Indonesia pada tahun 1876 dan ditanam di kebun Raya Bogor, namun perkebunan
karetnya sendiri baru dibuka pada tahun 1902 di Sumatera dan tahun 1906 di Jawa.
Jenis-jenis karet alam di antaranya: bahan olah karet (bokar), karet
konvensional (sheet, crepe, dan compo), lateks pekat, karet spesifikasi teknis (crumb
rubber) dan karet siap olah. Karet alam banyak digunakan sebagai bahan baku dalam
industri barang antara lain: ban kendaraan, sepatu karet, sabuk penggerak mesin, pipa
karet, isolator, bahan pembungkus logam, dsb., dihasilkan oleh tidak kurang dari 20
negara di dunia; tiga di antaranya yaitu Malayasia, Indonesia, dan Thailand,
merupakan penghasil karet terbesar yang menguasai lebih dari 83 % pasar karet
dunia.
Karet alam merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting di
Indonesia karena banyak menunjang perekonomian negara. Pasar ekspor karet alam
Indonesia di antaranya Amerika Serikat, Singapura, Eropa Barat, Uni Soviet dan
Jepang. Luas areal perkebunan karet di Indonesia (tahun 2008) mencapai lebih dari
3,4 juta hektar dengan produksi 2,7 juta ton, yang sebagian besar (85%) merupakan
tanaman karet rakyat. Oleh sebab itu, peran karet tidak hanya sebagai penghasil
devisa, juga memiliki arti sosial bagi petani yang mengusahakannya.

3
4

Tanaman karet memiliki perakaran yang ekstensif, akar tunggangnya mampu


tumbuh menembus tanah sampai 2 m, sedangkan akar lateralnya menyebar
sepanjang lebih dari 10 m.
Tanaman karet berbentuk pohon dengan tinggi 15-25 m, tipe pertumbuhan
tegak dan memperlihatkan pola pertumbuhan berirama (ritme), yakni terdapat masa
tumbuh (flush) dan masa istirahat (latent) yang bergantian dalam periode sekali
dalam dua bulan. Batangnya berkayu, dengan susunan dari luar ke dalam sebagai
berikut:
1) kulit keras, terdiri dari lapisan gabus, kambium gabus, lapisan sel batu;
2) kulit lunak, di dalamnya terdapat floem dan pembuluh lateks;
3) kambium;
4) kayu/xylem.
Pembuluh lateks melingkar di dalam jaringan floem seperti spiral,
membentuk sudut 3,7o - 5o terhadap garis vertikal dari kanan (atas) ke kiri
(bawah).Daun tanaman karet merupakan daun majemuk, dimana satu tangkai daun
umumnya memiliki 3-5 anak daun. Tangkai daun panjangnya 3-20 cm, anak daun
eliptis memanjang dengan ujung runcing, tepi rata dan gundul. Daun tumbuh pada
buku-buku membentuk karangan daun yang disebut payung. Termasuk tanaman
decidious, menggugurkan daunnya pada musim kering.
Bunga tersusun dalam rangkaian (malai) berbentuk seperti kerucut. Termasuk
tanaman monoceous (bunga jantan dan betina letaknya terpisah dalam satu malai),
bunga jantan terletak di bagian bawah/pangkal dari cabang-cabang malai sedangkan
bunga betina terletak di ujung malai. Bunga betina memiliki 3 bakal buah yang
beruang 3 dengan kepala putik yang duduk, bunga jantan memiliki 10 benang sari
yang bersatu membentuk tiang, serbuk sari lengket, kecil dengan diameter 25-30
mikron.
Buah karet mempunyai garis tengah antara 3-5 cm, dengan bagian ruang yang
berbentuk setengah bola; biji besar, berbercak/bernoda (khas dan beracun). Masak
buah yang normal sekitar 5 bulan, buah masak pecah dengan kuat menurut ruang.

4
5

Persyaratan Tumbuh tanaman karet:


a) Iklim
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan
150 LU.Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai
produksinya juga terlambat (Suhendry, I. 2002).
Suhu yang dibutuhkan untuk tanaman karet 25° C sampai 35 ° C dengan suhu
optimal rata-rata 28° C. Dalam sehari tanaman karet membutuhkan intensitas
matahari yang cukup antara 5 sampai 7 jam (Santosa. 2007.).
b) Curah Hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai
4.000 mm/tahun, dengan hari hujan berkisar antara 100 sampai dengan 150
HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan
berkurang (Radjam, Syam. 2009.).
c) Tinggi Tempat
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan
ketinggian 200 m dari permukaan laut.Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak
cocok untuk tumbuh tanaman karet (Nazaruddin dan F.B. Paimin.1998.).
d) Angin
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk
penanaman karet.Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan
berbatang besar.Tinggi pohon dewasa mencapai 15 - 25 m. Batang tanaman biasanya
tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas.
e) Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih
mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya.Hal ini
disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet
dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat
fisiknya (Aidi dan Daslin, 1995).
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik
tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis

5
6

mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman
air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik
karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat
fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara
pH 3,0-pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat tanah yang
cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :
1. Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
2. Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
3. Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
4. Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
5. Reaksi tanah dengan pH 4,5 – pH 6,5
6. Kemiringan tanah < 16% dan
7. Permukaan air tanah < 100 cm

2.2. Tanaman Jagung


Jagung budidaya dianggap sebagai keturunan langsung sejenis tanaman
rerumputan mirip jagung yang bernama teosinte (Zea mays ssp.parviglumis). Dalam
proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7 000 tahun lalu oleh
penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea
mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan
semua spesiesdalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi
menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup
secara liar di alam.
Kondisi tanah tempat tumbuh jagung manis sangat menentukan pertumbuhan
dan produksivitas tanaman. Pada tanah PMK jagung manis dapat tumbuh dengan
baik bila bahan organik tanah mencukupi (Lidar dan Surtinah, 2012). Pengolahan
tanah yang baik dan pemberian bahan organic pada tanah dapat meningktakan
pertumbuhan dan produksi jagung manis, seperti yang dilaporkan oleh Yassi dan
Rezkiani ( 2011) bahwa pengolah tanahmaksimum memberikan potensi pertumbuhan
dan produksi yang lebih baik terhadap jagung manis dan kacang hijau.

6
7

Budidaya jagung manis pada tanah PMK yang diberi bahan organik yang
cukup dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi, pemberian bahan organik
harus diiringi dengan pemberian pupuk anorganik, yang karena tanaman jagungmanis
merupakan tanaman yang membutuhkan unsur hara makro N, P, dan K dalam jumlah
cukup untuk pertumbuhan vegetatif maupun generatif (Surtinah, 2012).
Waktu pemanenan untuk jagung manisdapat dilakukan setelah tanaman
memasuki usia 2 bulan atau 60 hari. Surtinah ( 2008 ) melaporkan bahwa umur panen
70 hari setelah tanam menunjukkan kadar gula biji jagung manis yang paling
tinggiyaitu 15.78% untuk varietas sweet Boy.Tinggi TanamanPertumbuhan vegetatif
tanaman jagung manis meliputi tinggi tanaman dan jumlah daun.Tinggi tanaman
merupakan ukuran tanaman yang diamati dan sering digunakan sebagai parameter
untuk mengukur pengaruh dari lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik
ragam 5%menunjukkan bahwa tidak ada beda nyata atas perlakuan terhadap
parameter tinggi tanaman.Panjang dan berat tongkol berkelobot berbeda tidak nyata
yang dilaporkan dari suatu penelitian, fenomena ini bisa saja disebabkan oleh faktor
vegetatif tanaman jagung manis dan faktor lingkungan yang diasumsikan homogeny
(Surtinah., 2013)
Tanaman jagung ( Zea mays L ) sudah lama diusahakan oleh petani di
Indonesia dan merupakan tanaman pokok kedua setelah padi. Kebutuhan jagung
dalam negeri selalu meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya permintaan akan
jagung disebabkan banyaknya permintaan untuk pakan, pangan dan industri. Bahkan
pada tahun-tahun tertentu terjadi impor jagung.
Sebagai tanaman palawija jagung cocok diusahakan dalam gawangan karet
sebelum karet berproduksi, karena tanaman jagung mempunyai sifat fisiologis dan
anatomis yang sesuai diusahakan pada gawangan karet.
Jagung merupakan tanaman berumah satu diamana letak bunga jantan terpisah
dengan bunga betina pada satu tanaman.Jagung termasuk tanaman C4 yang mampu
beradaptasi baik pada faktor-faktor pembatas pertumbuhan dan hasil.Daun tanaman
C4 sebagai agen penghasil fotosintetat yang kemudiaan didistribusikan, memiliki sel-
sel seludang, pembuluh yang mengandung khlorofil.Didalam sel ini terjadi

7
8

dekarboksilasi malat dan aspartat yang menghasilkan CO2 yang kemudian memasuki
siklus Calvin membentuk pati dan sukrosa.Ditinjau dari segi kondisi lingkungan,
tanaman C4 teradaptasi dengan adanya faktor pembatas seperti intensitas radiasi
surya tinggi dengan suhu siang dan malam tinggi, curah hujan rendah dengan cahaya
musiman tinggi dan disertai suhu tinggi serta kesuburan tanah yang relatif rendah.
Sifat yangmenguntungkan dari jagung sebagai tanaman C4 antara lain aktifitas
fotosintesis pada kedaan normal relatif tinggi, foto respirasi rendah, transpirasi serta
serta efisien dalam penggunaan air. Sifat-sifat tersebut merupakan sifat fisiologis dan
anatomis yang sangat menguntungkan dalam kaitaannya dengan hasil (Muhadjir,
1988).
Suhu optimal bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah 24 – 30 0C dan curah
hujan yang dikehendaki jagung agar dapat tumbuh dan berproduksi baik adalah 200
mm/bln, terutama saat pertumbuhan dan pembungaan dan pengisian biji (Sutoro, et
al, 1988)
Varietas jagung akan ditanam dalam gawangan karet adalah jagung dengan
sifat toleran pada pH rendah. Hal ini diperlukan karena umumnya karet ditanam pada
tanah PMk yang miskin unsur hara dan tinggi Al dan Fe yang dapat menghambat
pertumbuhan dan produksi tanaman.Jenis jagung tersebut bisa jagung Hibrida bisa
juga jagung komposit.Jagung Hibirida seperti C7, Pioner dan jagung komposit
seperti Sukmaraga, Arjuna dan Bisma.
Jarak tanam jagung 80 x 20 cm, sehingga dalam satu gawangan karet terdapat 6
baris tanaman jagung atau dengan populasi sekitar 50.000 tanaman/ha. Jarak barisan
jagung terluar dengan tanaman karet adalah 1 m. Penanaman dilakukan dengan cara
tugal pada kedalaman 2-3 cm satu biji/lubang tanam. Jumlah benih 12
kg/ha.Pemupukan menggunakan Urea 150 kg/ha, SP-36 100 kg/ha dan KCl 100
kg/ha.Penyiangan dan pembumbunan dilakukan pada umur 4 minggu setelah tanam.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan pemberian insektisida dan
fungisida.
Apabila curah hujan kurang atau terjadi kekeringan sebaiknya menggunakan
mulsa.Peranan mulsa bagi tanaman semusim didaerah lahan kering beriklim basah

8
9

adalah sangat penting seperti untuk mencegah erosi, mengurangi kehilangan air
melalui evaposari, menambah bahan organik tanah yang sangat penting di tanah
PMK, dan menghambat pertumbuhan gulma.
Pamanfaatan oleh tanah konservasi pada tumpangsari berbasis karet dapat
dilakukan dengan cara menyiapkan lahan sedini mungkin menjelang musim tanam.
Gulma yang tumbuh diatas lahan disemprot dua minggu sebelum tanah dengan
herbsida yang mudah terdekomposisi dan tida k menimbulkan kerusakan tanah dan
sumberdaya lingkungan lainnya.Jika herbisida yang digunakan memakai teknologi
supratec maka kematian gulma dapat dipercepat empat hari sampai satu minggu
setelah aplikasi.
Pengolahan tanah dapat dilakukan secara minimal, misalnya dibajak dan digaru
masing – masing sekali atau pengolahan tanah hanya pada barisan tanam, atau tanpa
olah tanah sama sekali, disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan diusahakan
sebagai tanaman sela. Penanaman tanaman pangan seperti padi, jagung, kedelai,
kacang tunggak dilakukan setelah gulma yang disemprot dengan herbisida mati
secara merata.
Secara teknis tanaman tumpangsari yang dipelihara secara intensif akan sangat
membantu tanaman karet. Tanaman tumpangsari yang banyak memakai input
produksi berupa pupuk kandang atau bahkan organik lainya, seperti pada budidaya
cabe dan semangka akan sangat berguna dalam memperbaiki struktur dan sifat kimia
tanah. Kondisi antara penggunaan pupuk kandang dan pupuk organik pada lahan
podsolik merah kuning mendorong pesatnya pertumbuhan bagi tanaman tumpangsari
maupun tanaman karet ( Wibawa, et al, 2000).

9
10

3. PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dimana tanaman tumpang diantara tanaman karet akan memberikan manfaat :
(1) efisiensi pemanfaatan hara tanaman, air dan cahaya ,
(2) memperkecil peluang serangan hama dan penyakit tanaman,
(3) mengurangi resiko kegagalan panen, ketidak pastian dan fluktuasi harga,
(4) pemeliharaan kebun lebih intensif, meningkatkan produktifitas lahan,
(5) membantu percepatan peremajaan karet (petani tidak kehilangan sumber
pendapatan) dan (6) mendistribusikan sumberdaya secara optimal dan merata
sepanjang tahun serta menambah peluang lapangan kerja.

10
11

DAFTAR PUSTAKA

Lidar, S. "Surtinah.(2012). Respon Tanaman Jagung Manis (Zea mays


saccharata, Sturt) Akibat Pemberian Tiens Golden Harvest." Jurnal Ilmiah
Pertanian 8.2: 1-5.

Rosyid, M.J., Thomas Wijaya., M.Lasminingsih., Shinta dan Lina. 2004. Potensi
Usahatani Karet di Propinsi Jambi. Pusat Penelitian Karet, Balai Penelitian
Sembawa. Sembawa

Surtinah, Susi, N., Lestari, S.U.(2015). Komparasi Tampilandan Hasil Lima


Varietas Jagung Manis (Zea mays saccharata, Sturt) di Kota
Pekanbaru.Pekanbaru. Jurnal Ilmiah Pertanian, Vol. 13 (1),31 - 37.

surtinah. “WAKTU PANEN YANG TEPAT MENENTUKAN KANDUNGAN


GULA BIJI JAGUNG MANIS ( Zea Mays Saccharata ).” Open Science
Framework, 23 Apr. 2018. Web

Yassi, A., N. Rezkiani, 2011. Respon tumpangsari tanaman jagung manis dan
kacang hijau terhadap sistem olah tanah dan pemberian pupuk organik.
Jurnal Agronomika Vol. 1(1): 13-18.

Wibawa, G., M. Jahidin Rosyid, dan Anang Gunawan.2000. Pola Tumpangsari Pada
Perkebunan Karet. Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian Sembawa.

11

Anda mungkin juga menyukai