Anda di halaman 1dari 31

2015

SONAR, RADAR,
SERAT OPTIK, DAN
LED
TUGAS FISIKA XII-GAMBAR BANGUNAN 2
Berisi pengertian, sejarah, dan sistem kerja dari Sonar, Radar, Serat Optik, dan LED
/ Lampu LED

Richiru
[Type the company name]
1/12/2015
Sonar
Sonar (Singkatan dari bahasa Inggris: Sound Navigation And Ranging),
merupakan istilah Amerika yang pertama kali digunakan semasa Perang Dunia,
yang berarti penjarakan dan navigasi suara, adalah sebuah teknik yang
menggunakan penjalaran suara dalam air untuk navigasi atau mendeteksi
kendaraan air lainnya. Sementara itu, Inggris punya sebutan lain untuk sonar, yakni
ASDIC (Anti-Submarine Detection Investigation Committee).
Cara Kerja
AN-PQS 2A hand held sonar
Sonar merupakan sistem yang menggunakan gelombang suara bawah air yang
dipancarkan dan dipantulkan untuk mendeteksi dan menetapkan lokasi obyek di
bawah laut atau untuk mengukur jarak bawah laut. Sejauh ini sonar telah luas
digunakan untuk mendeteksi kapal selam dan ranjau, mendeteksi kedalaman,
penangkapan ikan komersial, keselamatan penyelaman, dan komunikasi di laut.
Cara kerja perlengkapan sonar adalah dengan mengirim gelombang suara bawah
permukaan dan kemudian menunggu untuk gelombang pantulan (echo). Data suara
dipancar ulang ke operator melalui pengeras suara atau ditayangkan pada monitor.
Sejarah
Munculnya sonar tak bisa dilepas dari rintisan tokoh seperti Daniel Colloden yang
pada tahun 1822 menggunakan lonceng bawah air untuk menghitung kecepatan
suara di bawah air di Danau Geneva, Swiss. Ini kemudian diikuti oleh Lewis
Nixon, yang pada tahun 1906 menemukan alat pendengar bertipe sonar pertama
untuk mendeteksi puncak gunung es. Minat terhadap sonar makin tinggi pada era
Perang Dunia I, yaitu ketika ada kebutuhan untuk bisa mendeteksi kapal selam.
Dalam perkembangan selanjutnya ada nama Paul Langevin yang tahun 1915
menemukan alat sonar pertama untuk mendeteksi kapal selam dengan
menggunakan sifat-sifat piezoelektrik kuartz. Meski tak sempat terlibat lebih jauh
dalam upaya perang, karya Langevin berpengaruh besar dalam desain sonar.
Dua Jenis Sonar
Alat sonar pertama digolongkan sebagai sonar pasif, di mana tidak ada sinyal yang
dikirim keluar.
Pada tahun 1918 Inggris dan AS membuat sistem aktif, di mana sinyal sonar aktif
dikirim dan diterima kembali. Misalnya saja untuk mengetahui jarak satu obyek,
petugas sonar mengukur waktu yang diperlukan oleh sinyal sejak dipancarkan
hingga diterima kembali. Karena tidak ada sinyal yang dikirim pada sistem pasif,
alat hanya mendengarkan. Pada sistem pasif maju, ada bank data sonik (sumber
bunyi) yang besar. Sistem komputer menggunakan bank data tadi untuk mengenali
kelas kapal, juga aksinya (kecepatan atau senjata yang ditembakkan)

Radar
ALTAIR Radar. Salah satu jenis radar jarak jauh
yang digunakan untuk mendeteksi objek di luar
angkasa

Radar 36D6 (Tin Shield) Radar ini adalah jenis


radar pertahanan udara untuk mendeteksi
objek terbang seperti pesawat atau peluru
kendali.

Radar (yang dalam bahasa Inggris merupakan singkatan dari Radio Detection and
Ranging, yang berarti deteksi dan penjarakan radio) adalah suatu sistem
gelombang elektromagnetik yang berguna untuk mendeteksi, mengukur jarak dan
membuat map benda-benda seperti pesawat terbang, berbagai kendaraan bermotor
dan informasi cuaca (hujan).
Panjang gelombang yang dipancarkan radar bervariasi mulai dari milimeter hingga
meter. Gelombang radio/sinyal yang dipancarkan dan dipantulkan dari suatu benda
tertentu akan ditangkap oleh radar. Dengan menganalisis sinyal yang dipantulkan
tersebut, pemantul sinyal dapat ditentukan lokasinya dan melalui analisis lebih
lanjut dari sinyal yang dipantulkan dapat juga ditentukan jenisnya. Meskipun
sinyal yang diterima relatif lemah/kecil, namun radio sinyal tersebut dapat
dideteksi dan diperkuat oleh penerima radar.
Sejarah Singkat

U.S. Navy Relocatable Over-the-Horizon Radar


station Official coverage of the Jindalee Operational
Radar Network.

U.S. Navy Relocatable Over-the-Horizon Radar


station

Coverage of PAVE PAWS is shown in blue. This


complements the coverage provided by the
BMEWS system in red. Both report back to
Cheyenne Mountain Air Base in Colorado.

OTH-B coverage from stations in Maine and


Oregon.
A Radar screen for the PAVE PAWS at Cape Cod
AFS, 1986.

The PAVE PAWS Radar at Clear AFS, Alaska

Darwin Airport weather radar (WF44 Radar).

Seorang ahli fisika Inggris bernama James Clerk Maxwell mengembangkan dasar-
dasar teori tentang elektromagnetik pada tahun 1865. Setahun kemudian, seorang
ahli fisika asal Jerman bernama Heinrich Rudolf Hertz berhasil membuktikan teori
Maxwell mengenai gelombang elektromagnetik dengan menemukan gelombang
elektromagnetik itu sendiri.
Pendeteksian keberadaan suatu benda dengan menggunakan gelombang
elektromagnetik pertama kali diterapkan oleh Christian Hülsmeyer pada tahun
1904. Bentuk nyata dari pendeteksian itu dilakukan dengan memperlihatkan
kebolehan gelombang elektromagnetik dalam mendeteksi kehadiran suatu kapal
pada cuaca yang berkabut tebal. Namun di kala itu, pendeteksian belum sampai
pada kemampuan mengetahui jarak kapal tersebut.
Pada tahun 1921, Albert Wallace Hull menemukan magnetron sebagai tabung
pemancar sinyal/transmitter yang efisien. Kemudian transmitter berhasil
ditempatkan pada kapal kayu dan pesawat terbang untuk pertama kalinya secara
berturut-turut oleh A. H. Taylor dan L. C. Young pada tahun 1922 dan L. A.
Hyland dari Laboratorium Riset kelautan Amerika Serikat pada tahun 1930.
Istilah radar sendiri pertama kali digunakan pada tahun 1941, menggantikan istilah
dari singkatan Inggris RDF (Radio Directon Finding), namun perkembangan radar
itu sendiri sudah mulai banyak dikembangkan sebelum Perang Dunia II oleh
ilmuwan dari Amerika, Jerman, Prancis dan Inggris. Dari sekian banyak ilmuwan,
yang paling berperan penting dalam pengembangan radar adalah Robert Watson-
Watt asal Skotlandia, yang mulai melakukan penelitiannya mengenai cikal bakal
radar pada tahun 1915. Pada tahun 1920-an, ia bergabung dengan bagian radio
National Physical Laboratory. Di tempat ini, ia mempelajari dan mengembangkan
peralatan navigasi dan juga menara radio. Watson-Watt menjadi salah satu orang
yang ditunjuk dan diberikan kebebasan penuh oleh Kementrian Udara dan
Kementrian Produksi Pesawat Terbang untuk mengembangkan radar. Watson-Watt
kemudian menciptakan radar yang dapat mendeteksi pesawat terbang yang sedang
mendekat dari jarak 40 mil (sekitar 64 km). Dua tahun berikutnya, Inggris
memiliki jaringan stasiun radar yang berfungsi untuk melindungi pantainya.
Pada awalnya, radar memiliki kekurangan, yakni gelombang elektromagnetik yang
dipancarkannya terpancar di dalam gelombang yang tidak terputus-putus. Hal ini
menyebabkan radar mampu mendeteksi kehadiran suatu benda, namun tidak pada
lokasi yang tepat. Terobosan pun akhirnya terjadi pada tahun 1936 dengan
pengembangan radar berdenyut (pulsed). Dengan radar ini, sinyal diputus secara
berirama sehingga memungkinkan untuk mengukur antara gema untuk mengetahui
kecepatan dan arah yang tepat mengenai target.
Sementara itu, terobosan yang paling signifikan terjadi pada tahun 1939 dengan
ditemukannya pemancar gelombang mikro berkekuatan tinggi . Keunggulan dari
pemancar ini adalah ketepatannya dalam mendeteksi keberadaan sasaran, tidak
peduli dalam keadaan cuaca apapun. Keunggulan lainnya adalah bahwa gelombang
ini dapat ditangkap menggunakan antena yang lebih kecil, sehingga radar dapat
dipasang di pesawat terbang dan benda-benda lainnya. Hal ini yang pada akhirnya
membuat Inggris menjadi lebih unggul dibandingkan negara-negara lainnya di
dunia. Pada tahun-tahun berikutnya, sistem radar berkembang lebih pesat lagi, baik
dalam hal tingkat resolusi dan portabilitas yang lebih tinggi, maupun dalam hal
peningkatan kemampuan sistem radar itu sendiri sebagai pertahanan militer.
Prinsip Kerja

Konsep radar adalah mengukur jarak dari sensor ke target. Ukuran jarak tersebut
didapat dengan cara mengukur waktu yang dibutuhkan gelombang elektromagnetik
selama penjalarannya mulai dari sensor ke target dan kembali lagi ke sensor.
Klasifikasi Radar
Berdasarkan bentuk gelombang (Waveform)
 Continuous Wave/CW (Gelombang Berkesinambungan), merupakan radar
yang menggunakan transmitter dan antena penerima (receive antenna)
secara terpisah, di mana radar ini terus menerus memancarkan gelombang
elektromagnetik. Radar CW yang tidak termodulasi dapat mengukur
kecepatan targetmelalui serta posisi sudut target secara akurat. Radar CW
yang tidak termodulasi biasanya digunakan untuk mengetahui kecepatan
target dan menjadi pemandu rudal (missile guidance).
 Pulsed Radars/PR (Radar Berdenyut), merupakan radar yang gelombang
elektromagnetiknya diputus secara berirama. Frekuensi denyut radar (Pulse
Repetition Frequency/PRF) dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian, yaitu
PRF high, PRF medium dan PRF low.
Berdasarkan Jumlah Antennanya
 Monostatic Radar : Monostatic radar adalah jenis radar yang hanya
memiliki sebuah antenna yang digunakan untuk memancarkan maupun
menerima sinyal. Radar ini memiliki suatu bagian yang disebut duplexer
untuk memisahkan antara penerima dan pemancar. Radar monostatic
biasanya menggunakan bentuk gelombang (Waveform) Namun dapat juga
menggunakan CW. Untuk desain radar monostatic CW digunakan suatu alat
yang disebut circulator untuk memisahkan antara gelombang yang
dipancarkan dan diterima. Radar jenis ini mendominasi jenis-jenis radar
yang ada saat ini.
 Bistatic/Multistatic Radar : Bistatic radar merupakan suatu jenis sistem
radar yang komponennya terdiri dari pemancar sinyal (transmitter) dan
satu atau lebih penerima sinyal (receiver), di mana kedua komponen
tersebut terpisah. Kedua komponen itu dipisahkan oleh suatu jarak yang
dapat dibandingkan dengan jarak target/objek. Objek dapat dideteksi
berdasarkan sinyal yang dipantulkan oleh objek tersebut ke pusat antena.
Berdasarkan pemancarnya radar Bi/Multistatic dapat dibagi lebih lanjut
menjadi dua macam yaitu :
1. Radar Bi-Static Kooperatif : Yaitu radar Bi-static yang pemancarnya sudah
terintegrasi dengan unit radarnya, Contoh dari radar ini cukup banyak,
diantaranya adalah radar OTH (Over The Horizon) seperti Jindalee dan
radar Struna-1MU buatan Rusia.
2. Radar Bi-Static Non-Kooperatif : Yaitu Radar Bi-static yang pemancarnya
tidak terintegrasi dengan unit radarnya, misalnya adalah Silent Sentry
buatan Lockheed martin yang memanfaatkan pemancar seperti Stasiun
Televisi atau Radio.
Phased array
Dalam teori antena, phased array adalah sebuah array dari antena di mana relatif
fase sinyal masing-masing antena bervariasi dalam sedemikian rupa sehingga pola
radiasi efektif array diperkuat dalam arah yang diinginkan dan ditekan dalam arah
yang tidak diinginkan.
Over-the-horizon radar
Over-the-horizon radar, atau OTH (kadang-kadang juga beyond the horizon, atau
BTH), adalah merupakan sebuah jenis sistem radar dengan kemampuan untuk
mendeteksi target pada jarak yang sangat panjang, biasanya sampai ribuan
kilometer.
Radar pengawas bandar udara
Radar pengawas bandar udara atau airport surveillance radar (ASR) adalah sistem
radar yang digunakan di bandara untuk mendeteksi dan menampilkan posisi
pesawat di terminal area.

Sistem radar
Ada tiga komponen utama yang tersusun di dalam sistem radar, yaitu antena,
transmitter (pemancar sinyal) dan receiver (penerima sinyal) .

Antena
Antena yang terletak pada radar merupakan suatu antena reflektor
berbentuk piring parabola yang menyebarkan energi elektromagnetik
dari titik fokusnya dan dipantulkan melalui permukaan yang berbentuk
parabola. Antena radar memiliki du akutub (dwikutub). Input sinyal
yang masuk dijabarkan dalam bentuk phased-array (bertingkat atau
bertahap). Ini merupakan sebaran unsur-unsur objek yang tertangkap
antena dan kemudian diteruskan ke pusat sistem RADAR.

Pemancar sinyal (transmitter)


Pada sistem radar, pemancar sinyal (transmitter) berfungsi untuk memancarkan
gelombang elektromagnetik melalui antena. Hal ini dilakukan agar sinyal objek
yang berada didaerah tangkapan radar dapat dikenali. Pada umumnya, transmitter
memiliki bandwidth dengan kapasitas yang besar. Transmitter juga memiliki
tenaga yang cukup kuat, efisien, bisa dipercaya, ukurannya tidak terlalu besar dan
tidak terlalu berat, serta mudah dalam hal perawatannya.

Penerima sinyal (receiver)


Pada sistem radar, penerima sinyal (receiver) berfungsi sebagai penerima kembali
pantulan gelombang elektromagnetik dari sinyal objek yang tertangkap oleh radar
melalui reflektor antena. Pada umumnya, receiver memiliki kemampuan untuk
menyaring sinyal yang diterimanya agar sesuai dengan pendeteksian yang
diinginkan, dapat memperkuat sinyal objek yang lemah dan meneruskan sinyal
objek tersebut ke pemroses data dan sinyal (signal and data processor), dan
kemudian menampilkan gambarnya di layar monitor (display). Selain tiga
komponen di atas, sistem radar juga terdiri dari beberapa komponen pendukung
lainnya, yaitu :
 Waveguide, berfungsi sebagai penghubung antara antena dan transmitter.
 Duplexer, berfungsi sebagai tempat pertukaran atau peralihan antara
antena dan penerima atau pemancar sinyal ketika antena digunakan dalam
kedua situasi tersebut.
 Software, merupakan suatu bagian elektronik yang berfungsi mengontrol
kerja seluruh perangkat dan antena ketika melakukan tugasnya masing-
masing.
Aplikasi Radar

Prakiraan Cuaca

Radar cuaca mendeteksi asap


 Weather Radar, merupakan jenis radar cuaca yang memiliki kemampuan
untuk mendeteksi intensitas curah hujan dan cuaca buruk, misalnya badai.
 Wind Profiler, merupakan jenis radar cuaca yang berguna untuk
mendeteksi kecepatan dan arah angin dengan menggunakan gelombang
suara (SODAR).

Militer
 Airborne Early Warning (AEW), merupakan sebuah sistem radar yang
berfungsi untuk mendeteksi posisi dan keberadaan pesawat terbang lain.
Sistem radar ini biasanya dimanfaatkan untuk pertahanan dan penyerangan
udara dalam dunia militer.
 Radar pemandu peluru kendali, biasa digunakan oleh sejumlah pesawat
tempur untuk mencapai sasaran/target penembakan. Salah satu pesawat
yang menggunakan jenis radar ini adalah pesawat tempur Amerika Serikat
F-14. Dengan memasang radar ini pada peluru kendali udara (AIM-54
Phoenix), maka peluru kendali yang ditembakkan ke udara itu (air-to-air
missile) diharapkan dapat mencapai sasarannya dengan tepat.
Kepolisian
Radar biasa dimanfaatkan oleh kepolisian untuk mendeteksi kecepatan kendaraan
bermotor saat melaju di jalan. Radar yang biasa digunakan untuk masalah ini
adalah radar gun (radar kecepatan) yang berbentuk seperti pistol dan microdigicam
radar.

Pelayaran

Automatic Identification System DCU

Display of maritime traffic provided by


Automatic Identification System. Only vessels Typical marine radar antenna on the stern of a
equipped with AIS are displayed, which small boat. It rotates on a vertical axis, scanning
excludes most fishing boats, pleasure craft, 360° of azmuth about every 2 seconds. It
inland navigation and vessels less than 300 tons. radiates a narrow vertical fan-shaped beam of
microwaves horizontally toward the horizon,
perpendicular to the long axis of the antenna.

Marine Radar Display as part of an integrated New Widescreen colour Marine Radar Display
bridge system
Dalam bidang pelayaran, radar digunakan untuk mengatur jalur perjalanan kapal
agar setiap kapal dapat berjalan dan berlalu lalang di jalurnya masing-masing dan
tidak saling bertabrakan, sekalipun dalam cuaca yang kurang baik, misalnya cuaca
berkabut.

Penerbangan
Dalam bidang penerbangan, penggunaan radar terlihat jelas pada pemakaian Air
Traffic Control (ATC). Air Traffic Control merupakan suatu kendali dalam
pengaturan lalu lintas udara. Tugasnya adalah untuk mengatur lalu lalang serta
kelancaran lalu lintas udara bagi setiap pesawat terbang yang akan lepas landas
(take off), terbang di udara, maupun yang akan mendarat (landing). ATC juga
berfungsi untuk memberikan layanan bantuan informasi bagi pilot tentang cuaca,
situasi dan kondisi bandara yang dituju. radar mempunyai kelebihan dalam
komunikasi . radar yang sangat kuat dapat membantu pilot untuk melihat cuaca ,
layaknya pesawat terbang dan lain lain

Radar altimeter

Radar altimeter IAI EL-M-20600, radar detection pod


Sebuah altimeter radar, altimeter elektronik, altimeter refleksi, altimeter radio
(RADALT), radio altimeter kisaran rendah (LRRA) atau hanya RA merupakan
sebuah alat ukur ketinggian di atas medan saat ini di bawah pesawat atau pesawat
ruang angkasa.
Radar astronomi

Computer model of asteroid (216) Kleopatra,


based on radar analysis.

Gemini 5 Radar Evaluation Pod (REP)

Radar images and computer model of asteroid


1998 JM8

Radar astronomi adalah teknik mengamati benda-benda astronomi terdekat dengan


merefleksikan objek target microwave off dan menganalisis refleksi. Penelitian ini
telah dilakukan selama enam dekade. Radar astronomi berbeda dari astronomi
radio di kedua adalah pengamatan pasif dan mantan satu aktif. Sistem radar telah
digunakan untuk berbagai studi tata surya. Transmisi radar baik dapat berbentuk
pulsa atau kontinu.
Radar adalah teknik yang kuat untuk mempelajari ukuran asteroid, bentuk,rotasi,
fitur permukaan dan untuk meningkatkan perhitungan orbit asteroid.Pengukuran
jarak dan kecepatan asteroid menggunakan radar memungkinkan perhitungan orbit
asteroid jauh ke masa depan.
LIDAR (Light Detection and Ranging)

Pengukuran Lidar dari topografi bulan pada misi Clementine

LIDAR (Light Detection and Ranging) adalah sebuah teknologi sensor jarak jauh
menggunakan properti cahaya yang tersebar untuk menemukan jarak dan informasi
suatu obyek dari target yang dituju. Metode untuk menentukan jarak suatu obyek
adalah dengan menggunakan pulsa laser. Seperti teknologi radar, yang
menggunakan gelombang radio, jarak menuju obyek ditentukan dengan mengukur
selang waktu antara transmisi pulsa dan deteksi sinyal yang dipancarkan.

Serat optik

Serat optik.

Serat optik adalah saluran transmisi atau sejenis kabel yang terbuat dari kaca atau
plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut, dan dapat digunakan
untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Sumber
cahaya yang digunakan biasanya adalah laser atau LED[1]. Kabel ini berdiameter
lebih kurang 120 mikrometer. Cahaya yang ada di dalam serat optik tidak keluar
karena indeks bias dari kaca lebih besar daripada indeks bias dari udara, karena
laser mempunyai spektrum yang sangat sempit. Kecepatan transmisi serat optik
sangat tinggi sehingga sangat bagus digunakan sebagai saluran komunikasi.

Perkembangan teknologi serat optik saat ini, telah dapat menghasilkan pelemahan
(attenuation) kurang dari 20 decibels (dB)/km. Dengan lebar jalur (bandwidth)
yang besar sehingga kemampuan dalam mentransmisikan data menjadi lebih
banyak dan cepat dibandingan dengan penggunaan kabel konvensional. Dengan
demikian serat optik sangat cocok digunakan terutama dalam aplikasi sistem
telekomunikasi[2]. Pada prinsipnya serat optik memantulkan dan membiaskan
sejumlah cahaya yang merambat didalamnya.

Efisiensi dari serat optik ditentukan oleh kemurnian dari bahan penyusun
gelas/kaca. Semakin murni bahan gelas, semakin sedikit cahaya yang diserap oleh
serat optik.

Sejarah
Penggunaan cahaya sebagai pembawa informasi sebenarnya sudah banyak
digunakan sejak zaman dahulu, baru sekitar tahun 1930-an para ilmuwan Jerman
mengawali eksperimen untuk mentransmisikan cahaya melalui bahan yang
bernama serat optik. Percobaan ini juga masih tergolong cukup primitif karena
hasil yang dicapai tidak bisa langsung dimanfaatkan, namun harus melalui
perkembangan dan penyempurnaan lebih lanjut lagi. Perkembangan selanjutnya
adalah ketika para ilmuawan Inggris pada tahun 1958 mengusulkan prototipe serat
optik yang sampai sekarang dipakai yaitu yang terdiri atas gelas inti yang
dibungkus oleh gelas lainnya. Sekitar awal tahun 1960-an perubahan fantastis
terjadi di Asia yaitu ketika para ilmuwan Jepang berhasil membuat jenis serat optik
yang mampu mentransmisikan gambar.

Di lain pihak para ilmuwan selain mencoba untuk memandu cahaya melewati gelas
(serat optik) namun juga mencoba untuk ”menjinakkan” cahaya. Kerja keras itupun
berhasil ketika sekitar 1959 laser ditemukan. Laser beroperasi pada daerah
frekuensi tampak sekitar 1014 Hertz-15 Hertz atau ratusan ribu kali frekuensi
gelombang mikro.
Pada awalnya peralatan penghasil sinar laser masih serba besar dan merepotkan.
Selain tidak efisien, ia baru dapat berfungsi pada suhu sangat rendah. Laser juga
belum terpancar lurus. Pada kondisi cahaya sangat cerah pun, pancarannya
gampang meliuk-liuk mengikuti kepadatan atmosfer. Waktu itu, sebuah pancaran
laser dalam jarak 1 km, bisa tiba di tujuan akhir pada banyak titik dengan
simpangan jarak hingga hitungan meter.

Sekitar tahun 60-an ditemukan serat optik yang kemurniannya sangat tinggi,
kurang dari 1 bagian dalam sejuta. Dalam bahasa sehari-hari artinya serat yang
sangat bening dan tidak menghantar listrik ini sedemikian murninya, sehingga
konon, seandainya air laut itu semurni serat optik, dengan pencahayaan cukup mata
normal akan dapat menonton lalu-lalangnya penghuni dasar Samudera Pasifik.

Seperti halnya laser, serat optik pun harus melalui tahap-tahap pengembangan
awal. Sebagaimana medium transmisi cahaya, ia sangat tidak efisien. Hingga tahun
1968 atau berselang dua tahun setelah serat optik pertama kali diramalkan akan
menjadi pemandu cahaya, tingkat atenuasi (kehilangan)-nya masih 20 dB/km.
Melalui pengembangan dalam teknologi material, serat optik mengalami
pemurnian, dehidran dan lain-lain. Secara perlahan tapi pasti atenuasinya mencapai
tingkat di bawah 1 dB/km.

Kronologi Perkembangan Serat Optik

 1917 Albert Einstein memperkenalkan teori pancaran terstimulasi dimana


jika ada atom dalam tingkatan energi tinggi
 1954 Charles Townes, James Gordon, dan Herbert Zeiger dari Universitas
Columbia USA, mengembangkan maser yaitu penguat gelombang mikro
dengan pancaran terstimulasi, dimana molekul dari gasamonia
memperkuat dan menghasilkan gelombang elektromagnetik. Pekerjaan ini
menghabiskan waktu tiga tahun sejak ide Townes pada tahun 1951 untuk
mengambil manfaat dari osilasi frekuensi tinggi molekular untuk
membangkitkan gelombang dengan panjang gelombang pendek pada
gelombang radio.
 1958 Charles Townes dan ahli fisika Arthur Schawlow mempublikasikan
penelitiannya yang menunjukan bahwa maser dapat dibuat untuk
dioperasikan pada daerah infra merah dan spektrum tampak, dan
menjelaskan tentang konsep laser.
 1960 Laboratorium Riset Bell dan Ali Javan serta koleganya William
Bennett, Jr., dan Donald Herriott menemukan sebuah pengoperasian secara
berkesinambungan dari laser helium-neon.
 1960 Theodore Maiman, seorang fisikawan dan insinyur elektro dari
Hughes Research Laboratories, menemukan sumber laser dengan
menggunakan sebuah kristal batu rubi sintesis sebagai medium.
 1961 Peneliti industri Elias Snitzer dan Will Hicks mendemontrasikan sinar
laser yang diarahkan melalui serat gelas yang tipis(serat optik). Inti serat
gelas tersebut cukup kecil yang membuat cahaya hanya dapat melewati
satu bagian saja tetapi banyak ilmuwan menyatakan bahwa serat tidak
cocok untuk komunikasi karena rugi rugi cahaya yang terjadi karena
melewati jarak yang sangat jauh.
 1961 Penggunaan laser yang dihasilkan dari batu Rubi untuk keperluan
medis di Charles Campbell of the Institute of Ophthalmology at Columbia-
Presbyterian Medical Center dan Charles Koester of the American Optical
Corporation menggunakan prototipe ruby laser photocoagulator untuk
menghancurkan tumor pada retina pasien.
 1962 Tiga group riset terkenal yaitu General Electric, IBM, dan MIT’s Lincoln
Laboratory secara simultan mengembangkan gallium arsenide laser yang
mengkonversikan energi listrk secara langsung ke dalam cahaya infra merah
dan perkembangan selanjutnya digunakan untuk pengembangan CD dan
DVD player serta penggunaan pencetak laser.
 1963 Ahli fisika Herbert Kroemer mengajukan ide yaitu heterostructures,
kombinasi dari lebih dari satu semikonduktor dalam layer-layer untuk
mengurangi kebutuhan energi untuk laser dan membantu untuk dapat
bekerja lebih efisien. Heterostructures ini nantinya akan digunakan pada
telepon seluler dan peralatan elektronik lainnya.
 1966 Charles Kao dan George Hockham yang melakukan penelitian di
Standard Telecommunications Laboratories Inggris mempublikasikan
penelitiannya tentang kemampuan serat optik dalam mentransmisikan
sinar laser yang sangat sedikit rugi-ruginya dengan menggunakan serat kaca
yang sangat murni. Dari penemuan ini, kemudian para peneliti lebih fokus
pada bagaimana cara memurnikan bahan serat kaca tersebut.
 1970 Ilmuwan Corning Glass Works yaitu Donald Keck, Peter Schultz, dan
Robert Maurer melaporkan penemuan serat optik yang memenuhi standar
yang telah ditentukan oleh Kao dan Hockham. Gelas yang paling murni yang
dibuat terdiri atas gabungan silika dalam tahap uap dan mampu
mengurangi rugi-rugi cahaya kurang dari 20 decibels per kilometer, yang
selanjutnya pada 1972, tim ini menemukan gelas dengan rugi-rugi cahaya
hanya 4 decibels per kilometer. Dan juga pada tahun 1970, Morton Panish
dan Izuo Hayashi dari Bell Laboratories dengan tim Ioffe Physical Institute
dari Leningrad, mendemontrasikan laser semikonduktor yang dapat
dioperasikan pada temperatur ruang. Kedua penemuan tersebut
merupakan terobosan dalam komersialisasi penggunaan fiber optik.
 1973 John MacChesney dan Paul O. Connor pada Bell Laboratories
mengembangkan proses pengendapan uap kimia ke bentuk
ultratransparent glass yang kemudian menghasilkan serat optik yang
mempunyai rugi-rugi sangat kecil dan diproduksi secara masal.

Proses pengendapan uap kimia untuk memodifikasi serat optik

 1975 Insinyur pada Laser Diode Labs mengembangkan Laser


Semikonduktor, laser komersial pertama yang dapat dioperasikan pada
suhu kamar.
 1977 Perusahaan telepon memulai penggunaan serat optik yang membawa
lalu lintas telepon. GTE membuka jalur antara Long Beach dan Artesia,
California, yang menggunakan transmisi LED. Bell Labs mendirikan
sambungan yang sama pada sistem telepon di Chicago dengan jarak 1,5 mil
di bawah tanah yang menghubungkan 2 switching station.
 1980 Industri serat optik benar-benar sudah berkibar, sambungan serat
optik telah ada di kota kota besar di Amerika, AT&T mengumumkan akan
menginstal jaringan serat optik yang menghubungkan kota kota antara
Boston dan Washington D.C., kemudian dua tahun kemudian MCI
mengumumkan untuk melakukan hal yang sama. Raksasa-raksasa
elektronik macam ITT atau STL mulai memainkan peranan dalam
mendalami riset-riset serat optik.
 1987 David Payne dari Universitas Southampton memperkenalkan optical
amplifiers yang dikotori (dopped) oleh elemen erbium, yang mampu
menaikan sinyal cahaya tanpa harus mengkonversikan terlebih dahulu ke
dalam energi listrik.
 1988 Kabel Translantic yang pertama menggunakan serat kaca yang sangat
transparan, dan hanya memerlukan repeater untuk setiap 40 mil.
 1991 Emmanuel Desurvire dari Bell Laboratories serta David Payne dan P. J.
Mears dari Universitas Southampton mendemontrasikan optical amplifiers
yang terintegrasi dengan kabel serat optik tersebut. Dengan
keuntungannya adalah dapat membawa informasi 100 kali lebih cepat dari
pada kabel dengan penguat elektronik (electronic amplifier).
 1996 TPC-5 merupakan jenis kabel serat optik yang pertama menggunakan
penguat optik. Kabel ini melewati samudera pasifik mulai dari San Luis
Obispo, California, ke Guam, Hawaii, dan Miyazaki, Jepang, dan kembali ke
Oregon coast dan mampu untuk menangani 320,000 panggilan telepon.
 1997 Serat optik menghubungkan seluruh dunia, Link Around the Globe
(FLAG) menjadi jaringan kabel terpanjang di seluruh dunia yang
menyediakan infrastruktur untuk generasi internet terbaru.

Sistem Komunikasi Serat Optik (SKSO)

Berdasarkan penggunaannya maka SKSO dibagi atas beberapa generasi yaitu :

Generasi pertama (mulai 1975)

Sistem masih sederhana dan menjadi dasar bagi sistem generasi berikutnya, terdiri
dari : alat encoding : mengubah input (misal suara) menjadi sinyal listrik
transmitter : mengubah sinyal listrik menjadi sinyal gelombang, berupa LED
dengan panjang gelombang 0,87 mm. serat silika : sebagai penghantar sinyal
gelombang repeater : sebagai penguat gelombang yang melemah di perjalanan
receiver : mengubah sinyal gelombang menjadi sinyal listrik, berupa fotodetektor
alat decoding : mengubah sinyal listrik menjadi output (misal suara) Repeater
bekerja melalui beberapa tahap, mula-mula ia mengubah sinyal gelombang yang
sudah melemah menjadi sinyal listrik, kemudian diperkuat dan diubah kembali
menjadi sinyal gelombang. Generasi pertama ini pada tahun 1978 dapat mencapai
kapasitas transmisi sebesar 10 Gb.km/s.

Generasi kedua (mulai 1981)

Untuk mengurangi efek dispersi, ukuran teras serat diperkecil agar menjadi tipe
mode tunggal. Indeks bias kulit dibuat sedekat-dekatnya dengan indeks bias teras.
Dengan sendirinya transmitter juga diganti dengan diode laser, panjang gelombang
yang dipancarkannya 1,3 mm. Dengan modifikasi ini generasi kedua mampu
mencapai kapasitas transmisi 100 Gb.km/s, 10 kali lipat lebih besar daripada
generasi pertama.

Generasi ketiga (mulai 1982)

Terjadi penyempurnaan pembuatan serat silika dan pembuatan chip diode laser
berpanjang gelombang 1,55 mm. Kemurnian bahan silika ditingkatkan sehingga
transparansinya dapat dibuat untuk panjang gelombang sekitar 1,2 mm sampai 1,6
mm. Penyempurnaan ini meningkatkan kapasitas transmisi menjadi beberapa ratus
Gb.km/s.

Generasi keempat (mulai 1984)

Dimulainya riset dan pengembangan sistem koheren, modulasinya yang dipakai


bukan modulasi intensitas melainkan modulasi frekuensi, sehingga sinyal yang
sudah lemah intensitasnya masih dapat dideteksi. Maka jarak yang dapat ditempuh,
juga kapasitas transmisinya, ikut membesar. Pada tahun 1984 kapasitasnya sudah
dapat menyamai kapasitas sistem deteksi langsung. Sayang, generasi ini terhambat
perkembangannya karena teknologi piranti sumber dan deteksi modulasi frekuensi
masih jauh tertinggal. Tetapi tidak dapat disangkal bahwa sistem koheren ini punya
potensi untuk maju pesat pada masa-masa yang akan datang.

Generasi kelima (mulai 1989)

Pada generasi ini dikembangkan suatu penguat optik yang menggantikan fungsi
repeater pada generasi-generasi sebelumnya. Sebuah penguat optik terdiri dari
sebuah diode laser InGaAsP (panjang gelombang 1,48 mm) dan sejumlah serat
optik dengan doping erbium (Er) di terasnya. Pada saat serat ini disinari diode
lasernya, atom-atom erbium di dalamnya akan tereksitasi dan membuat inversi
populasi*, sehingga bila ada sinyal lemah masuk penguat dan lewat di dalam serat,
atom-atom itu akan serentak mengadakan deeksitasi yang disebut emisi terangsang
(stimulated emission) Einstein. Akibatnya sinyal yang sudah melemah akan
diperkuat kembali oleh emisi ini dan diteruskan keluar penguat. Keunggulan
penguat optik ini terhadap repeater adalah tidak terjadinya gangguan terhadap
perjalanan sinyal gelombang, sinyal gelombang tidak perlu diubah jadi listrik dulu
dan seterusnya seperti yang terjadi pada repeater. Dengan adanya penguat optik ini
kapasitas transmisi melonjak hebat sekali. Pada awal pengembangannya hanya
dicapai 400 Gb.km/s, tetapi setahun kemudian kapasitas transmisi sudah
menembus harga 50 ribu Gb.km/s.

Generasi keenam

Pada tahun 1988 Linn F. Mollenauer memelopori sistem komunikasi soliton.


Soliton adalah pulsa gelombang yang terdiri dari banyak komponen panjang
gelombang. Komponen-komponennya memiliki panjang gelombang yang berbeda
hanya sedikit, dan juga bervariasi dalam intensitasnya. Panjang soliton hanya 10-
12 detik dan dapat dibagi menjadi beberapa komponen yang saling berdekatan,
sehingga sinyal-sinyal yang berupa soliton merupakan informasi yang terdiri dari
beberapa saluran sekaligus (wavelength division multiplexing). Eksperimen
menunjukkan bahwa soliton minimal dapat membawa 5 saluran yang masing-
masing membawa informasi dengan laju 5 Gb/s. Cacah saluran dapat dibuat
menjadi dua kali lipat lebih banyak jika digunakan multiplexing polarisasi, karena
setiap saluran memiliki dua polarisasi yang berbeda. Kapasitas transmisi yang telah
diuji mencapai 35 ribu Gb.km/s.

Cara kerja sistem soliton ini adalah efek Kerr, yaitu sinar-sinar yang panjang
gelombangnya sama akan merambat dengan laju yang berbeda di dalam suatu
bahan jika intensitasnya melebihi suatu harga batas. Efek ini kemudian digunakan
untuk menetralisir efek dispersi, sehingga soliton tidak akan melebar pada waktu
sampai di receiver. Hal ini sangat menguntungkan karena tingkat kesalahan yang
ditimbulkannya amat kecil bahkan dapat diabaikan. Tampak bahwa penggabungan
ciri beberapa generasi teknologi serat optik akan mampu menghasilkan suatu
sistem komunikasi yang mendekati ideal, yaitu yang memiliki kapasitas transmisi
yang sebesar-besarnya dengan tingkat kesalahan yang sekecil-kecilnya yang jelas,
dunia komunikasi abad 21 mendatang tidak dapat dihindari lagi akan dirajai oleh
teknologi serat optik.
Kelebihan Serat Optik
Dalam penggunaan serat optik ini, terdapat beberapa keuntungan antara lain :

1. Lebar jalur besar dan kemampuan dalam membawa banyak data, dapat
memuat kapasitas informasi yang sangat besar dengan kecepatan transmisi
mencapai gigabit-per detik dan menghantarkan informasi jarak jauh tanpa
pengulangan
2. Biaya pemasangan dan pengoperasian yang rendah serta tingkat keamanan
yang lebih tinggi
3. Ukuran kecil dan ringan, sehingga hemat pemakaian ruang
4. Imun, kekebalan terhadap gangguan elektromagnetik dan gangguan
gelombang radio
5. Non-Penghantar, tidak ada tenaga listrik dan percikan api
6. Tidak berkarat

Kabel Serat Optik


Secara garis besar kabel serat optik terdiri dari 2 bagian utama, yaitu cladding dan
core [4]. Cladding adalah selubung dari inti (core). Cladding mempunyai indek bias
lebih rendah dari pada core akan memantulkan kembali cahaya yang mengarah
keluar dari core kembali kedalam core lagi.

Bagian-bagian serat optik jenis single mode

Dalam aplikasinya serat optik biasanya diselubungi oleh lapisan resin yang disebut
dengan jacket, biasanya berbahan plastik. Lapisan ini dapat menambah kekuatan
untuk kabel serat optik, walaupun tidak memberikan peningkatan terhadap sifat
gelombang pandu optik pada kabel tersebut. Namun lapisan resin ini dapat
menyerap cahaya dan mencegah kemungkinan terjadinya kebocoran cahaya yang
keluar dari selubung inti. Serta hal ini dapat juga mengurangi cakap silang (cross
talk) yang mungkin terjadi.

Pembagian serat optik dapat dilihat dari 2 macam perbedaan :

1. Berdasarkan mode yang dirambatkan :

 Single mode : serat optik dengan inti (core) yang sangat kecil (biasanya
sekitar 8,3 mikron), diameter intinya sangat sempit mendekati panjang
gelombang sehingga cahaya yang masuk ke dalamnya tidak terpantul-
pantul ke dinding selongsong (cladding). Bahagian inti serat optik single-
mode terbuat dari bahan kaca silika (SiO2) dengan sejumlah kecil kaca
Germania (GeO2) untuk meningkatkan indeks biasnya. Untuk mendapatkan
performa yang baik pada kabel ini, biasanya untuk ukuran selongsongnya
adalah sekitar 15 kali dari ukuran inti (sekitar 125 mikron). Kabel untuk jenis
ini paling mahal, tetapi memiliki pelemahan (kurang dari 0.35dB per
kilometer), sehingga memungkinkan kecepatan yang sangat tinggi dari jarak
yang sangat jauh. Standar terbaru untuk kabel ini adalah ITU-T G.652D, dan
G.657.
 Multi mode : serat optik dengan diameter core yang agak besar yang
membuat laser di dalamnya akan terpantul-pantul di dinding cladding yang
dapat menyebabkan berkurangnya bandwidth dari serat optik jenis ini.

2. Berdasarkan indeks bias core :

 Step indeks : pada serat optik step indeks, core memiliki indeks bias yang
homogen.
 Graded indeks : indeks bias core semakin mendekat ke arah cladding
semakin kecil. Jadi pada graded indeks, pusat core memiliki nilai indeks bias
yang paling besar. Serat graded indeks memungkinkan untuk membawa
bandwidth yang lebih besar, karena pelebaran pulsa yang terjadi dapat
diminimalkan.

Kabel serat optik


Pelemahan
Pelemahan (Attenuation) cahaya sangat penting diketahui terutama dalam
merancang sistem telekomunikasi serat optik itu sendiri. Pelemahan cahaya dalam
serat optik adalah adanya penurunan rata-rata daya optik pada kabel serat optik,
biasanya diekspresikan dalam decibel (dB) tanpa tanda negatif. Berikut ini
beberapa hal yang menyumbang kepada pelemahan cahaya pada serat optik :

1. Penyerapan (Absorption)
Kehilangan cahaya yang disebabkan adanya kotoran dalam serat optik.
2. Penyebaran (Scattering)
3. Kehilangan radiasi (radiative losses)

Reliabilitas dari serat optik dapat ditentukan dengan satuan BER (Bit error rate).
Salah satu ujung serat optik diberi masukan data tertentu dan ujung yang lain
mengolah data itu. Dengan intensitas laser yang rendah dan dengan panjang serat
mencapai beberapa km, maka akan menghasilkan kesalahan. Jumlah kesalahan
persatuan waktu tersebut dinamakan BER. Dengan diketahuinya BER maka,
Jumlah kesalahan pada serat optik yang sama dengan panjang yang berbeda dapat
diperkirakan besarnya.

Kode warna pada kabel serat optik


Selubung luar

Dalam standarisasinya kode warna dari selubung luar (jacket) kabel serat optik
jenis Patch Cord adalah sebagai berikut:

Warna selubung luar/jacket Artinya

Kuning serat optik single-mode

Oren serat optik multi-mode

Aqua Optimal laser 10 giga 50/125 mikrometer serat optik multi-mode

Abu-Abu Kode warna serat optik multi-mode, yang tidak digunakan lagi

Biru Kadang masih digunakan dalam model perancangan


Konektor

Pada kabel serat optik, sambungan ujung terminal atau disebut juga konektor,
biasanya memiliki tipe standar seperti berikut:

1. FC (Fiber Connector): digunakan untuk kabel single mode dengan akurasi


yang sangat tinggi dalam menghubungkan kabel dengan transmitter
maupun receiver. Konektor ini menggunakan sistem drat ulir dengan posisi
yang dapat diatur, sehingga ketika dipasangkan ke perangkat lain,
akurasinya tidak akan mudah berubah.
2. SC (Subsciber Connector): digunakan untuk kabel single mode, dengan
sistem dicabut-pasang. Konektor ini tidak terlalu mahal, simpel, dan dapat
diatur secara manual serta akurasinya baik bila dipasangkan ke perangkat
lain.
3. ST (Straight Tip): bentuknya seperti bayonet berkunci hampir mirip dengan
konektor BNC. Sangat umum digunakan baik untuk kabel multi mode
maupun single mode. Sangat mudah digunakan baik dipasang maupun
dicabut.
4. Biconic: Salah satu konektor yang kali pertama muncul dalam komunikasi
fiber optik. Saat ini sangat jarang digunakan.
5. D4: konektor ini hampir mirip dengan FC hanya berbeda ukurannya saja.
Perbedaannya sekitar 2 mm pada bagian ferrule-nya.
6. SMA: konektor ini merupakan pendahulu dari konektor ST yang sama-sama
menggunakan penutup dan pelindung. Namun seiring dengan
berkembangnya ST konektor, maka konektor ini sudah tidak berkembang
lagi penggunaannya.
7. E200

Selanjutnya jenis-jenis konektor tipe kecil:

1. LC
2. SMU
3. SC-DC
Selain itu pada konektor tersebut biasanya menggunakan warna tertentu dengan
maksud sebagai berikut:

Warna Konektor Arti Keterangan

Biru Physical Contact (PC), 0° yang paling umum digunkan untuk serat optik single-mode.

Hijau Angle Polished (APC), 8° sudah tidak digunakan lagi untuk serat optik multi-mode

Hitam Physical Contact (PC), 0°

Abu-abu, Krem Physical Contact (PC), 0° serat optik multi-mode

Putih Physical Contact (PC), 0°

Merah Penggunaan khusus

Light Emitting Diode (LED)


Dioda, seperti divais semikonduktor yang lainnya, didisain berdasarkan prinsip
dari fisika kuantum. Salah satu prinsip tersebut adalah emisi (pancaran) dari radiasi
energi pada frekuensi tertentu ketika elektron jatuh dari level energi yang lebih
tinggi ke level energi yang lebih rendah. Prinsip ini sama dengan lampu neon,
karakteristik pancaran warna merah muda – oranye dari neon yang terionisasi
akibat adanya elektron yang mengalami transisi energi di dalam rangkaian
listriknya. Warna unik yang dipancarkan lampu neon diakibatkan gas neon yang
ada di dalam tabung lampunya, bukan karena arus atau tegangan pada lampu
tersebut. Setiap unsur kimia memiliki emisi energi radiasi yang berbeda-beda
ketika elektronnya melompat diantara dua level energi yang berbeda. Misalkan gas
hidrogen, memancarkan warna merah ketika terionisasi, sedangkan air raksa
memancarkan warna biru. Inilah yang menyebabkan munculnya cabang ilmu
spektografi yaitu ilmu yang mempelajari identifikasi suatu zat kimia berdasarkan
warna cahaya yang dipancarkannya.

Elektron yang melewati sambungan PN juga mengalami transisi level energi,


sehingga dioda juga bisa memancarkan radiasi energi juga. Frekuensi dari radiasi
energinya ditentukan oleh struktur kristal dari bahan semikonduktornya, dan
elemen-elemen lain yang menyusunnya. Beberapa sambungan semikonduktor ,
terdiri dari beberapa kombinasi unsur kimia, sehingga bisa memancarkan radiasi
energi pada spektrum cahaya tampak karena elektron mengalami perubahan level
energi. Dalam bahasa sederhananya, sambungan ini bisa memancarkan cahaya
ketika mengalami bias maju (forward bias). Sebuah dioda yang didisain supaya
bisa memancarkan cahaya seperti lampu disebut dengan light emitting diode (dioda
yang memancarkan cahaya) atau lebih dikenal dengan singkatan LED.

Dioda silikon yang mengalami bias maju menghasilkan panas pada saat elektron
pada daerah tipe N mengalami rekombinasi dengan hole yang ada di tipe P. Pada
saat LED mengalami bias maju, rekombinasi antara elektron dan hole ini berada
dalam daerah aktif seperti ditunjukkan pada gambar 1c dan menghasilkan foton.
Proses ini dikenal dengan istilah electroluminesecence. Agar foton dapat
dihasilkan, maka tegangan yang dihubungkan ke LED harus lebih besar dari
tegangan barrier nya. Beberapa LED berwarna memiliki tegangan maju (forward
voltage) sekitar 1V hingga 5 V bahkan lebih.

Dioda yang dibuat dari kombinasi unsur gallium, arsenik, fosfor (sehingga disebut
dengan gallium-arsenik-fosfida) memancarkan warna merah terang, warna yang
paling umum ditemui pada LED. Tetapi dengan mengubah campuran bahan kimia
pada daerah sambungan PN nya, memungkinkan menciptakan LED dengan warna
lain seperti hijau, kuning, oranye, infra merah, bahkan teknologi LED yang terbaru
mampu menghasilkan LED warna biru dan ultraviolet. Warna lainnya bisa juga
didapatkan dengan mengkombinasikan dua atau tiga warna utama (merah, hijau,
dan biru) dalam satu LED jadi memungkinkan membuat LED yang mampu
memancarkan ketiga warna dasar itu sehingga semua jenis warna bisa dibentuk
dari ketiga warna dasar tersebut. LED yang bisa memancarkan tiga warna dasar
ini disebut dengan LED RGB (red green blue).

Simbol dari LED sama seperti dioda hanya saja ditambah dengan lingkaran dan
anak panah yang mengarah keluar menunjukkan bahwa dioda tersebut mampu
memancarkan cahaya. (perhatikan gambar 1a).
Gambar 1 (a)
Simbol LED. (b) Bagian datar dari kepala LED atau kaki LED yang lebih pendek menunjukkan bagian
katoda. (c) penampang melintang dari struktur sambungan PN pada LED.

Gambar 2 Proses electroluminesecence pada LED

Simbol LED yang memiliki anak panah ke arah keluar menunjukkan bahwa divais
ini mampu memancarkan cahaya (simbol ini berlaku untuk semua jenis LED).
Begitu juga sebaliknya, apabila divais tersebut bersifat light activated (diaktifkan
oleh cahaya) maka anak panahnya mengarah ke dalam (seperti simbol photodioda).
LED tidak hanya bisa memancarkan cahaya tetapi juga bisa menangkap cahaya.
LED bisa menghasilkan tegangan apabila menerima cahaya walaupun tegangannya
tidak terlalu beesar. Sifat inilah yang banyak dimanfaatkan pada rangkaian yang
bersifat pendeteksi cahaya.

Karena LED dibuat dari unsur/substansi kimia yang bermacam-macam, maka


tegangan maju (forward voltage) dari LED tentu berbeda dengan dioda biasa.
Biasanya LED memiliki tegangan maju yang lebih tinggi daripada dioda silikon
biasa yang memiliki tegangan maju sebesar 0.7 V. LED dengan warna yang
berbeda tentu memiliki tegangan maju yang berbeda pula. Biasanya arus yang
diperbolehkan mengalir pada LED sebesar 20 mA. Apabila sumber tegangan yang
akan digunakan untuk menyuplai LED memiliki tegangan yang lebih besar dari
tegangan maju LED, maka kita tidak bisa menghubungkan sumber tegangan itu
langsung ke dioda. Kita harus merangkainya dengan tambahan resistor untuk
mencegah kelebihan tegangan pada LED.

Sama seperti lampu, LED juga banyak dimanfaatkan untuk fungsi penerangan.
Tetapi ada kelebihan LED dibanding dengan jenis lampu penerang yang lain yaitu
efisiensinya. LED mampu menghasilkan daya output cahaya yang lebih besar
daripada lampu biasa seperti lampu pijar dengan jumlah daya input yang sama. Ini
adalah keuntungan yang signifikan apabila rangkaian yang digunakan
menggunakan suplai dari baterai. Karena memiliki efisiensi yang tinggi maka
secara otomatis LED memiliki umur hidup yang lebih lama daripada lampu pijar.
Ini dikarenakan LED adalah divais yang “dingin” : LED beroperasi pada suhu
yang lebih dingin dari pada lampu pijar. Keunggulan LED lainnya adalah
kecepatan switching dari LED yang sangat tinggi. LED mampu melakukan “on”
dan “off” secara cepat. Karena alasan inilah lampu LED juga bisa digunakan untuk
mentransmisi informasi data digital (on/off) dalam bentuk deretan pulsa berupa
cahaya (kelap-kelip) yang merambat pada medium udara atau pada medium buatan
seperti kabel serat optik pada kecepatan yang sangat tinggi (jutaan hingga triliunan
pulsa per detik).

Warna lampu LED yang khas seperti merah, kuning, hijau, juga bisa digunakan
untuk sinyal lalu lintas (lampu merah) dan juga dipasang pada perangkat lampu
otomotif. Lampu pijar memerlukan perlengkapan yang sangat rumit apabila
digunakan untuk keperluan ini seperti membutuhkan filtering, penurunan efisiensi.
Sedangkan LED, tidak membutuhkan proses filtering.

Satu kelemahan dari LED adalah warna yang dipancarkan oleh LED bersifat
monokromatik atau hanya memancarkan satu jenis warna cahaya saja. Tidak ada
orang yang mau memasang penerangan di rumahnya menggunakan lampu LED
warna merah, hijau, atau biru. Tetapi, apabila mengkombinasikan ketiga warna
dasar tadi, LED bisa saja memancarkan spektrum warna cahaya tertentu. Salah satu
spektrum warna cahaya yang berhasil dibuat adalah warna putih. LED warna putih
memang sudah tersedia di pasaran, namun hingga kini riset tentang LED
khususnya warna putih terus dikembangkan untuk mendapatkan LED yang sangat
efisien dan hemat energi. Berikut ini tabel perbandingan jenis-jenis penerangan
dalam hal efisiensi penerangan.

tabel efisiensi penerangan


Jenis Lampu Efisiensi (lumen/watt) umur (jam) catatan
LED putihLED putih, 35100 100 000100 000 mahaltarget riset
masa depan
12 1000 murah
Lampu pijar
unsur halogenlampu TL 15 – 1750 – 100 200010 000 cahaya kualitas
tinggiharga efektif
uap sodium, lp 70 – 200 20 000
luar ruangan
uap raksa 13 – 48 18 000
luar ruangan

LED warna putih didapatkan dengan cara mencampur LED biru dengan fosfor
yang mampu memancarkan warna kuning. Hasil campuran antara warna biru dan
kuning kira-kira mendekati warna putih. Sifat alami dari fosfor menentukan
karakteristik cahaya yang dihasilkan LED. Fosfor merah bisa ditambahkan untuk
meningkatkan kualitas efisiensi pada campuran kuning dan biru. Tabel di atas juga
membandingkan LED warna putih yang diharapkan tercipta di masa depan dengan
lampu pijar konvensional yang ada saat ini. Efisiensi pada tabel di atas diukur
berdasarkan seberapa besar intensitas cahaya yang dipancarkan (dalam satuan
lumen) dibandingkan dengan daya input. Apabila LED putih di masa depan
mampu menghasilkan efisiensi sebesar 100 lumen/watt, maka ini akan menyamai
efisiensi dari lampu TL.

Riset dan pengembangan LED telah dilakukan sejak tahun 1960. Bebeberapa
penyempurnaan meliputi bentuk geometri, struktur kimia, dan karakteristik telah
dilakukan. Efisiensi dari LED terus meningkat dari tahun ke tahun. Mulai dari
awal-awal penemuan LED yang cahayanya masih berbahaya dan bisa merusak
mata, LED yang seperti ini hanya perlu ditingkatkan level tegangan majunya
(forward voltage, Vf). Bahkan LED yang ada sekarang mampu menghasilkan
cahaya 180 lumen dengan arus 0.7 A (atau 82 lumen/watt, jenis LED putih Luxeon
Rebel), bahkan intensitasnya bisa

Anda mungkin juga menyukai