PR Fisika Thomazzz
PR Fisika Thomazzz
SONAR, RADAR,
SERAT OPTIK, DAN
LED
TUGAS FISIKA XII-GAMBAR BANGUNAN 2
Berisi pengertian, sejarah, dan sistem kerja dari Sonar, Radar, Serat Optik, dan LED
/ Lampu LED
Richiru
[Type the company name]
1/12/2015
Sonar
Sonar (Singkatan dari bahasa Inggris: Sound Navigation And Ranging),
merupakan istilah Amerika yang pertama kali digunakan semasa Perang Dunia,
yang berarti penjarakan dan navigasi suara, adalah sebuah teknik yang
menggunakan penjalaran suara dalam air untuk navigasi atau mendeteksi
kendaraan air lainnya. Sementara itu, Inggris punya sebutan lain untuk sonar, yakni
ASDIC (Anti-Submarine Detection Investigation Committee).
Cara Kerja
AN-PQS 2A hand held sonar
Sonar merupakan sistem yang menggunakan gelombang suara bawah air yang
dipancarkan dan dipantulkan untuk mendeteksi dan menetapkan lokasi obyek di
bawah laut atau untuk mengukur jarak bawah laut. Sejauh ini sonar telah luas
digunakan untuk mendeteksi kapal selam dan ranjau, mendeteksi kedalaman,
penangkapan ikan komersial, keselamatan penyelaman, dan komunikasi di laut.
Cara kerja perlengkapan sonar adalah dengan mengirim gelombang suara bawah
permukaan dan kemudian menunggu untuk gelombang pantulan (echo). Data suara
dipancar ulang ke operator melalui pengeras suara atau ditayangkan pada monitor.
Sejarah
Munculnya sonar tak bisa dilepas dari rintisan tokoh seperti Daniel Colloden yang
pada tahun 1822 menggunakan lonceng bawah air untuk menghitung kecepatan
suara di bawah air di Danau Geneva, Swiss. Ini kemudian diikuti oleh Lewis
Nixon, yang pada tahun 1906 menemukan alat pendengar bertipe sonar pertama
untuk mendeteksi puncak gunung es. Minat terhadap sonar makin tinggi pada era
Perang Dunia I, yaitu ketika ada kebutuhan untuk bisa mendeteksi kapal selam.
Dalam perkembangan selanjutnya ada nama Paul Langevin yang tahun 1915
menemukan alat sonar pertama untuk mendeteksi kapal selam dengan
menggunakan sifat-sifat piezoelektrik kuartz. Meski tak sempat terlibat lebih jauh
dalam upaya perang, karya Langevin berpengaruh besar dalam desain sonar.
Dua Jenis Sonar
Alat sonar pertama digolongkan sebagai sonar pasif, di mana tidak ada sinyal yang
dikirim keluar.
Pada tahun 1918 Inggris dan AS membuat sistem aktif, di mana sinyal sonar aktif
dikirim dan diterima kembali. Misalnya saja untuk mengetahui jarak satu obyek,
petugas sonar mengukur waktu yang diperlukan oleh sinyal sejak dipancarkan
hingga diterima kembali. Karena tidak ada sinyal yang dikirim pada sistem pasif,
alat hanya mendengarkan. Pada sistem pasif maju, ada bank data sonik (sumber
bunyi) yang besar. Sistem komputer menggunakan bank data tadi untuk mengenali
kelas kapal, juga aksinya (kecepatan atau senjata yang ditembakkan)
Radar
ALTAIR Radar. Salah satu jenis radar jarak jauh
yang digunakan untuk mendeteksi objek di luar
angkasa
Radar (yang dalam bahasa Inggris merupakan singkatan dari Radio Detection and
Ranging, yang berarti deteksi dan penjarakan radio) adalah suatu sistem
gelombang elektromagnetik yang berguna untuk mendeteksi, mengukur jarak dan
membuat map benda-benda seperti pesawat terbang, berbagai kendaraan bermotor
dan informasi cuaca (hujan).
Panjang gelombang yang dipancarkan radar bervariasi mulai dari milimeter hingga
meter. Gelombang radio/sinyal yang dipancarkan dan dipantulkan dari suatu benda
tertentu akan ditangkap oleh radar. Dengan menganalisis sinyal yang dipantulkan
tersebut, pemantul sinyal dapat ditentukan lokasinya dan melalui analisis lebih
lanjut dari sinyal yang dipantulkan dapat juga ditentukan jenisnya. Meskipun
sinyal yang diterima relatif lemah/kecil, namun radio sinyal tersebut dapat
dideteksi dan diperkuat oleh penerima radar.
Sejarah Singkat
Seorang ahli fisika Inggris bernama James Clerk Maxwell mengembangkan dasar-
dasar teori tentang elektromagnetik pada tahun 1865. Setahun kemudian, seorang
ahli fisika asal Jerman bernama Heinrich Rudolf Hertz berhasil membuktikan teori
Maxwell mengenai gelombang elektromagnetik dengan menemukan gelombang
elektromagnetik itu sendiri.
Pendeteksian keberadaan suatu benda dengan menggunakan gelombang
elektromagnetik pertama kali diterapkan oleh Christian Hülsmeyer pada tahun
1904. Bentuk nyata dari pendeteksian itu dilakukan dengan memperlihatkan
kebolehan gelombang elektromagnetik dalam mendeteksi kehadiran suatu kapal
pada cuaca yang berkabut tebal. Namun di kala itu, pendeteksian belum sampai
pada kemampuan mengetahui jarak kapal tersebut.
Pada tahun 1921, Albert Wallace Hull menemukan magnetron sebagai tabung
pemancar sinyal/transmitter yang efisien. Kemudian transmitter berhasil
ditempatkan pada kapal kayu dan pesawat terbang untuk pertama kalinya secara
berturut-turut oleh A. H. Taylor dan L. C. Young pada tahun 1922 dan L. A.
Hyland dari Laboratorium Riset kelautan Amerika Serikat pada tahun 1930.
Istilah radar sendiri pertama kali digunakan pada tahun 1941, menggantikan istilah
dari singkatan Inggris RDF (Radio Directon Finding), namun perkembangan radar
itu sendiri sudah mulai banyak dikembangkan sebelum Perang Dunia II oleh
ilmuwan dari Amerika, Jerman, Prancis dan Inggris. Dari sekian banyak ilmuwan,
yang paling berperan penting dalam pengembangan radar adalah Robert Watson-
Watt asal Skotlandia, yang mulai melakukan penelitiannya mengenai cikal bakal
radar pada tahun 1915. Pada tahun 1920-an, ia bergabung dengan bagian radio
National Physical Laboratory. Di tempat ini, ia mempelajari dan mengembangkan
peralatan navigasi dan juga menara radio. Watson-Watt menjadi salah satu orang
yang ditunjuk dan diberikan kebebasan penuh oleh Kementrian Udara dan
Kementrian Produksi Pesawat Terbang untuk mengembangkan radar. Watson-Watt
kemudian menciptakan radar yang dapat mendeteksi pesawat terbang yang sedang
mendekat dari jarak 40 mil (sekitar 64 km). Dua tahun berikutnya, Inggris
memiliki jaringan stasiun radar yang berfungsi untuk melindungi pantainya.
Pada awalnya, radar memiliki kekurangan, yakni gelombang elektromagnetik yang
dipancarkannya terpancar di dalam gelombang yang tidak terputus-putus. Hal ini
menyebabkan radar mampu mendeteksi kehadiran suatu benda, namun tidak pada
lokasi yang tepat. Terobosan pun akhirnya terjadi pada tahun 1936 dengan
pengembangan radar berdenyut (pulsed). Dengan radar ini, sinyal diputus secara
berirama sehingga memungkinkan untuk mengukur antara gema untuk mengetahui
kecepatan dan arah yang tepat mengenai target.
Sementara itu, terobosan yang paling signifikan terjadi pada tahun 1939 dengan
ditemukannya pemancar gelombang mikro berkekuatan tinggi . Keunggulan dari
pemancar ini adalah ketepatannya dalam mendeteksi keberadaan sasaran, tidak
peduli dalam keadaan cuaca apapun. Keunggulan lainnya adalah bahwa gelombang
ini dapat ditangkap menggunakan antena yang lebih kecil, sehingga radar dapat
dipasang di pesawat terbang dan benda-benda lainnya. Hal ini yang pada akhirnya
membuat Inggris menjadi lebih unggul dibandingkan negara-negara lainnya di
dunia. Pada tahun-tahun berikutnya, sistem radar berkembang lebih pesat lagi, baik
dalam hal tingkat resolusi dan portabilitas yang lebih tinggi, maupun dalam hal
peningkatan kemampuan sistem radar itu sendiri sebagai pertahanan militer.
Prinsip Kerja
Konsep radar adalah mengukur jarak dari sensor ke target. Ukuran jarak tersebut
didapat dengan cara mengukur waktu yang dibutuhkan gelombang elektromagnetik
selama penjalarannya mulai dari sensor ke target dan kembali lagi ke sensor.
Klasifikasi Radar
Berdasarkan bentuk gelombang (Waveform)
Continuous Wave/CW (Gelombang Berkesinambungan), merupakan radar
yang menggunakan transmitter dan antena penerima (receive antenna)
secara terpisah, di mana radar ini terus menerus memancarkan gelombang
elektromagnetik. Radar CW yang tidak termodulasi dapat mengukur
kecepatan targetmelalui serta posisi sudut target secara akurat. Radar CW
yang tidak termodulasi biasanya digunakan untuk mengetahui kecepatan
target dan menjadi pemandu rudal (missile guidance).
Pulsed Radars/PR (Radar Berdenyut), merupakan radar yang gelombang
elektromagnetiknya diputus secara berirama. Frekuensi denyut radar (Pulse
Repetition Frequency/PRF) dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian, yaitu
PRF high, PRF medium dan PRF low.
Berdasarkan Jumlah Antennanya
Monostatic Radar : Monostatic radar adalah jenis radar yang hanya
memiliki sebuah antenna yang digunakan untuk memancarkan maupun
menerima sinyal. Radar ini memiliki suatu bagian yang disebut duplexer
untuk memisahkan antara penerima dan pemancar. Radar monostatic
biasanya menggunakan bentuk gelombang (Waveform) Namun dapat juga
menggunakan CW. Untuk desain radar monostatic CW digunakan suatu alat
yang disebut circulator untuk memisahkan antara gelombang yang
dipancarkan dan diterima. Radar jenis ini mendominasi jenis-jenis radar
yang ada saat ini.
Bistatic/Multistatic Radar : Bistatic radar merupakan suatu jenis sistem
radar yang komponennya terdiri dari pemancar sinyal (transmitter) dan
satu atau lebih penerima sinyal (receiver), di mana kedua komponen
tersebut terpisah. Kedua komponen itu dipisahkan oleh suatu jarak yang
dapat dibandingkan dengan jarak target/objek. Objek dapat dideteksi
berdasarkan sinyal yang dipantulkan oleh objek tersebut ke pusat antena.
Berdasarkan pemancarnya radar Bi/Multistatic dapat dibagi lebih lanjut
menjadi dua macam yaitu :
1. Radar Bi-Static Kooperatif : Yaitu radar Bi-static yang pemancarnya sudah
terintegrasi dengan unit radarnya, Contoh dari radar ini cukup banyak,
diantaranya adalah radar OTH (Over The Horizon) seperti Jindalee dan
radar Struna-1MU buatan Rusia.
2. Radar Bi-Static Non-Kooperatif : Yaitu Radar Bi-static yang pemancarnya
tidak terintegrasi dengan unit radarnya, misalnya adalah Silent Sentry
buatan Lockheed martin yang memanfaatkan pemancar seperti Stasiun
Televisi atau Radio.
Phased array
Dalam teori antena, phased array adalah sebuah array dari antena di mana relatif
fase sinyal masing-masing antena bervariasi dalam sedemikian rupa sehingga pola
radiasi efektif array diperkuat dalam arah yang diinginkan dan ditekan dalam arah
yang tidak diinginkan.
Over-the-horizon radar
Over-the-horizon radar, atau OTH (kadang-kadang juga beyond the horizon, atau
BTH), adalah merupakan sebuah jenis sistem radar dengan kemampuan untuk
mendeteksi target pada jarak yang sangat panjang, biasanya sampai ribuan
kilometer.
Radar pengawas bandar udara
Radar pengawas bandar udara atau airport surveillance radar (ASR) adalah sistem
radar yang digunakan di bandara untuk mendeteksi dan menampilkan posisi
pesawat di terminal area.
Sistem radar
Ada tiga komponen utama yang tersusun di dalam sistem radar, yaitu antena,
transmitter (pemancar sinyal) dan receiver (penerima sinyal) .
Antena
Antena yang terletak pada radar merupakan suatu antena reflektor
berbentuk piring parabola yang menyebarkan energi elektromagnetik
dari titik fokusnya dan dipantulkan melalui permukaan yang berbentuk
parabola. Antena radar memiliki du akutub (dwikutub). Input sinyal
yang masuk dijabarkan dalam bentuk phased-array (bertingkat atau
bertahap). Ini merupakan sebaran unsur-unsur objek yang tertangkap
antena dan kemudian diteruskan ke pusat sistem RADAR.
Prakiraan Cuaca
Militer
Airborne Early Warning (AEW), merupakan sebuah sistem radar yang
berfungsi untuk mendeteksi posisi dan keberadaan pesawat terbang lain.
Sistem radar ini biasanya dimanfaatkan untuk pertahanan dan penyerangan
udara dalam dunia militer.
Radar pemandu peluru kendali, biasa digunakan oleh sejumlah pesawat
tempur untuk mencapai sasaran/target penembakan. Salah satu pesawat
yang menggunakan jenis radar ini adalah pesawat tempur Amerika Serikat
F-14. Dengan memasang radar ini pada peluru kendali udara (AIM-54
Phoenix), maka peluru kendali yang ditembakkan ke udara itu (air-to-air
missile) diharapkan dapat mencapai sasarannya dengan tepat.
Kepolisian
Radar biasa dimanfaatkan oleh kepolisian untuk mendeteksi kecepatan kendaraan
bermotor saat melaju di jalan. Radar yang biasa digunakan untuk masalah ini
adalah radar gun (radar kecepatan) yang berbentuk seperti pistol dan microdigicam
radar.
Pelayaran
Marine Radar Display as part of an integrated New Widescreen colour Marine Radar Display
bridge system
Dalam bidang pelayaran, radar digunakan untuk mengatur jalur perjalanan kapal
agar setiap kapal dapat berjalan dan berlalu lalang di jalurnya masing-masing dan
tidak saling bertabrakan, sekalipun dalam cuaca yang kurang baik, misalnya cuaca
berkabut.
Penerbangan
Dalam bidang penerbangan, penggunaan radar terlihat jelas pada pemakaian Air
Traffic Control (ATC). Air Traffic Control merupakan suatu kendali dalam
pengaturan lalu lintas udara. Tugasnya adalah untuk mengatur lalu lalang serta
kelancaran lalu lintas udara bagi setiap pesawat terbang yang akan lepas landas
(take off), terbang di udara, maupun yang akan mendarat (landing). ATC juga
berfungsi untuk memberikan layanan bantuan informasi bagi pilot tentang cuaca,
situasi dan kondisi bandara yang dituju. radar mempunyai kelebihan dalam
komunikasi . radar yang sangat kuat dapat membantu pilot untuk melihat cuaca ,
layaknya pesawat terbang dan lain lain
Radar altimeter
LIDAR (Light Detection and Ranging) adalah sebuah teknologi sensor jarak jauh
menggunakan properti cahaya yang tersebar untuk menemukan jarak dan informasi
suatu obyek dari target yang dituju. Metode untuk menentukan jarak suatu obyek
adalah dengan menggunakan pulsa laser. Seperti teknologi radar, yang
menggunakan gelombang radio, jarak menuju obyek ditentukan dengan mengukur
selang waktu antara transmisi pulsa dan deteksi sinyal yang dipancarkan.
Serat optik
Serat optik.
Serat optik adalah saluran transmisi atau sejenis kabel yang terbuat dari kaca atau
plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut, dan dapat digunakan
untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Sumber
cahaya yang digunakan biasanya adalah laser atau LED[1]. Kabel ini berdiameter
lebih kurang 120 mikrometer. Cahaya yang ada di dalam serat optik tidak keluar
karena indeks bias dari kaca lebih besar daripada indeks bias dari udara, karena
laser mempunyai spektrum yang sangat sempit. Kecepatan transmisi serat optik
sangat tinggi sehingga sangat bagus digunakan sebagai saluran komunikasi.
Perkembangan teknologi serat optik saat ini, telah dapat menghasilkan pelemahan
(attenuation) kurang dari 20 decibels (dB)/km. Dengan lebar jalur (bandwidth)
yang besar sehingga kemampuan dalam mentransmisikan data menjadi lebih
banyak dan cepat dibandingan dengan penggunaan kabel konvensional. Dengan
demikian serat optik sangat cocok digunakan terutama dalam aplikasi sistem
telekomunikasi[2]. Pada prinsipnya serat optik memantulkan dan membiaskan
sejumlah cahaya yang merambat didalamnya.
Efisiensi dari serat optik ditentukan oleh kemurnian dari bahan penyusun
gelas/kaca. Semakin murni bahan gelas, semakin sedikit cahaya yang diserap oleh
serat optik.
Sejarah
Penggunaan cahaya sebagai pembawa informasi sebenarnya sudah banyak
digunakan sejak zaman dahulu, baru sekitar tahun 1930-an para ilmuwan Jerman
mengawali eksperimen untuk mentransmisikan cahaya melalui bahan yang
bernama serat optik. Percobaan ini juga masih tergolong cukup primitif karena
hasil yang dicapai tidak bisa langsung dimanfaatkan, namun harus melalui
perkembangan dan penyempurnaan lebih lanjut lagi. Perkembangan selanjutnya
adalah ketika para ilmuawan Inggris pada tahun 1958 mengusulkan prototipe serat
optik yang sampai sekarang dipakai yaitu yang terdiri atas gelas inti yang
dibungkus oleh gelas lainnya. Sekitar awal tahun 1960-an perubahan fantastis
terjadi di Asia yaitu ketika para ilmuwan Jepang berhasil membuat jenis serat optik
yang mampu mentransmisikan gambar.
Di lain pihak para ilmuwan selain mencoba untuk memandu cahaya melewati gelas
(serat optik) namun juga mencoba untuk ”menjinakkan” cahaya. Kerja keras itupun
berhasil ketika sekitar 1959 laser ditemukan. Laser beroperasi pada daerah
frekuensi tampak sekitar 1014 Hertz-15 Hertz atau ratusan ribu kali frekuensi
gelombang mikro.
Pada awalnya peralatan penghasil sinar laser masih serba besar dan merepotkan.
Selain tidak efisien, ia baru dapat berfungsi pada suhu sangat rendah. Laser juga
belum terpancar lurus. Pada kondisi cahaya sangat cerah pun, pancarannya
gampang meliuk-liuk mengikuti kepadatan atmosfer. Waktu itu, sebuah pancaran
laser dalam jarak 1 km, bisa tiba di tujuan akhir pada banyak titik dengan
simpangan jarak hingga hitungan meter.
Sekitar tahun 60-an ditemukan serat optik yang kemurniannya sangat tinggi,
kurang dari 1 bagian dalam sejuta. Dalam bahasa sehari-hari artinya serat yang
sangat bening dan tidak menghantar listrik ini sedemikian murninya, sehingga
konon, seandainya air laut itu semurni serat optik, dengan pencahayaan cukup mata
normal akan dapat menonton lalu-lalangnya penghuni dasar Samudera Pasifik.
Seperti halnya laser, serat optik pun harus melalui tahap-tahap pengembangan
awal. Sebagaimana medium transmisi cahaya, ia sangat tidak efisien. Hingga tahun
1968 atau berselang dua tahun setelah serat optik pertama kali diramalkan akan
menjadi pemandu cahaya, tingkat atenuasi (kehilangan)-nya masih 20 dB/km.
Melalui pengembangan dalam teknologi material, serat optik mengalami
pemurnian, dehidran dan lain-lain. Secara perlahan tapi pasti atenuasinya mencapai
tingkat di bawah 1 dB/km.
Sistem masih sederhana dan menjadi dasar bagi sistem generasi berikutnya, terdiri
dari : alat encoding : mengubah input (misal suara) menjadi sinyal listrik
transmitter : mengubah sinyal listrik menjadi sinyal gelombang, berupa LED
dengan panjang gelombang 0,87 mm. serat silika : sebagai penghantar sinyal
gelombang repeater : sebagai penguat gelombang yang melemah di perjalanan
receiver : mengubah sinyal gelombang menjadi sinyal listrik, berupa fotodetektor
alat decoding : mengubah sinyal listrik menjadi output (misal suara) Repeater
bekerja melalui beberapa tahap, mula-mula ia mengubah sinyal gelombang yang
sudah melemah menjadi sinyal listrik, kemudian diperkuat dan diubah kembali
menjadi sinyal gelombang. Generasi pertama ini pada tahun 1978 dapat mencapai
kapasitas transmisi sebesar 10 Gb.km/s.
Untuk mengurangi efek dispersi, ukuran teras serat diperkecil agar menjadi tipe
mode tunggal. Indeks bias kulit dibuat sedekat-dekatnya dengan indeks bias teras.
Dengan sendirinya transmitter juga diganti dengan diode laser, panjang gelombang
yang dipancarkannya 1,3 mm. Dengan modifikasi ini generasi kedua mampu
mencapai kapasitas transmisi 100 Gb.km/s, 10 kali lipat lebih besar daripada
generasi pertama.
Terjadi penyempurnaan pembuatan serat silika dan pembuatan chip diode laser
berpanjang gelombang 1,55 mm. Kemurnian bahan silika ditingkatkan sehingga
transparansinya dapat dibuat untuk panjang gelombang sekitar 1,2 mm sampai 1,6
mm. Penyempurnaan ini meningkatkan kapasitas transmisi menjadi beberapa ratus
Gb.km/s.
Pada generasi ini dikembangkan suatu penguat optik yang menggantikan fungsi
repeater pada generasi-generasi sebelumnya. Sebuah penguat optik terdiri dari
sebuah diode laser InGaAsP (panjang gelombang 1,48 mm) dan sejumlah serat
optik dengan doping erbium (Er) di terasnya. Pada saat serat ini disinari diode
lasernya, atom-atom erbium di dalamnya akan tereksitasi dan membuat inversi
populasi*, sehingga bila ada sinyal lemah masuk penguat dan lewat di dalam serat,
atom-atom itu akan serentak mengadakan deeksitasi yang disebut emisi terangsang
(stimulated emission) Einstein. Akibatnya sinyal yang sudah melemah akan
diperkuat kembali oleh emisi ini dan diteruskan keluar penguat. Keunggulan
penguat optik ini terhadap repeater adalah tidak terjadinya gangguan terhadap
perjalanan sinyal gelombang, sinyal gelombang tidak perlu diubah jadi listrik dulu
dan seterusnya seperti yang terjadi pada repeater. Dengan adanya penguat optik ini
kapasitas transmisi melonjak hebat sekali. Pada awal pengembangannya hanya
dicapai 400 Gb.km/s, tetapi setahun kemudian kapasitas transmisi sudah
menembus harga 50 ribu Gb.km/s.
Generasi keenam
Cara kerja sistem soliton ini adalah efek Kerr, yaitu sinar-sinar yang panjang
gelombangnya sama akan merambat dengan laju yang berbeda di dalam suatu
bahan jika intensitasnya melebihi suatu harga batas. Efek ini kemudian digunakan
untuk menetralisir efek dispersi, sehingga soliton tidak akan melebar pada waktu
sampai di receiver. Hal ini sangat menguntungkan karena tingkat kesalahan yang
ditimbulkannya amat kecil bahkan dapat diabaikan. Tampak bahwa penggabungan
ciri beberapa generasi teknologi serat optik akan mampu menghasilkan suatu
sistem komunikasi yang mendekati ideal, yaitu yang memiliki kapasitas transmisi
yang sebesar-besarnya dengan tingkat kesalahan yang sekecil-kecilnya yang jelas,
dunia komunikasi abad 21 mendatang tidak dapat dihindari lagi akan dirajai oleh
teknologi serat optik.
Kelebihan Serat Optik
Dalam penggunaan serat optik ini, terdapat beberapa keuntungan antara lain :
1. Lebar jalur besar dan kemampuan dalam membawa banyak data, dapat
memuat kapasitas informasi yang sangat besar dengan kecepatan transmisi
mencapai gigabit-per detik dan menghantarkan informasi jarak jauh tanpa
pengulangan
2. Biaya pemasangan dan pengoperasian yang rendah serta tingkat keamanan
yang lebih tinggi
3. Ukuran kecil dan ringan, sehingga hemat pemakaian ruang
4. Imun, kekebalan terhadap gangguan elektromagnetik dan gangguan
gelombang radio
5. Non-Penghantar, tidak ada tenaga listrik dan percikan api
6. Tidak berkarat
Dalam aplikasinya serat optik biasanya diselubungi oleh lapisan resin yang disebut
dengan jacket, biasanya berbahan plastik. Lapisan ini dapat menambah kekuatan
untuk kabel serat optik, walaupun tidak memberikan peningkatan terhadap sifat
gelombang pandu optik pada kabel tersebut. Namun lapisan resin ini dapat
menyerap cahaya dan mencegah kemungkinan terjadinya kebocoran cahaya yang
keluar dari selubung inti. Serta hal ini dapat juga mengurangi cakap silang (cross
talk) yang mungkin terjadi.
Single mode : serat optik dengan inti (core) yang sangat kecil (biasanya
sekitar 8,3 mikron), diameter intinya sangat sempit mendekati panjang
gelombang sehingga cahaya yang masuk ke dalamnya tidak terpantul-
pantul ke dinding selongsong (cladding). Bahagian inti serat optik single-
mode terbuat dari bahan kaca silika (SiO2) dengan sejumlah kecil kaca
Germania (GeO2) untuk meningkatkan indeks biasnya. Untuk mendapatkan
performa yang baik pada kabel ini, biasanya untuk ukuran selongsongnya
adalah sekitar 15 kali dari ukuran inti (sekitar 125 mikron). Kabel untuk jenis
ini paling mahal, tetapi memiliki pelemahan (kurang dari 0.35dB per
kilometer), sehingga memungkinkan kecepatan yang sangat tinggi dari jarak
yang sangat jauh. Standar terbaru untuk kabel ini adalah ITU-T G.652D, dan
G.657.
Multi mode : serat optik dengan diameter core yang agak besar yang
membuat laser di dalamnya akan terpantul-pantul di dinding cladding yang
dapat menyebabkan berkurangnya bandwidth dari serat optik jenis ini.
Step indeks : pada serat optik step indeks, core memiliki indeks bias yang
homogen.
Graded indeks : indeks bias core semakin mendekat ke arah cladding
semakin kecil. Jadi pada graded indeks, pusat core memiliki nilai indeks bias
yang paling besar. Serat graded indeks memungkinkan untuk membawa
bandwidth yang lebih besar, karena pelebaran pulsa yang terjadi dapat
diminimalkan.
1. Penyerapan (Absorption)
Kehilangan cahaya yang disebabkan adanya kotoran dalam serat optik.
2. Penyebaran (Scattering)
3. Kehilangan radiasi (radiative losses)
Reliabilitas dari serat optik dapat ditentukan dengan satuan BER (Bit error rate).
Salah satu ujung serat optik diberi masukan data tertentu dan ujung yang lain
mengolah data itu. Dengan intensitas laser yang rendah dan dengan panjang serat
mencapai beberapa km, maka akan menghasilkan kesalahan. Jumlah kesalahan
persatuan waktu tersebut dinamakan BER. Dengan diketahuinya BER maka,
Jumlah kesalahan pada serat optik yang sama dengan panjang yang berbeda dapat
diperkirakan besarnya.
Dalam standarisasinya kode warna dari selubung luar (jacket) kabel serat optik
jenis Patch Cord adalah sebagai berikut:
Abu-Abu Kode warna serat optik multi-mode, yang tidak digunakan lagi
Pada kabel serat optik, sambungan ujung terminal atau disebut juga konektor,
biasanya memiliki tipe standar seperti berikut:
1. LC
2. SMU
3. SC-DC
Selain itu pada konektor tersebut biasanya menggunakan warna tertentu dengan
maksud sebagai berikut:
Biru Physical Contact (PC), 0° yang paling umum digunkan untuk serat optik single-mode.
Hijau Angle Polished (APC), 8° sudah tidak digunakan lagi untuk serat optik multi-mode
Dioda silikon yang mengalami bias maju menghasilkan panas pada saat elektron
pada daerah tipe N mengalami rekombinasi dengan hole yang ada di tipe P. Pada
saat LED mengalami bias maju, rekombinasi antara elektron dan hole ini berada
dalam daerah aktif seperti ditunjukkan pada gambar 1c dan menghasilkan foton.
Proses ini dikenal dengan istilah electroluminesecence. Agar foton dapat
dihasilkan, maka tegangan yang dihubungkan ke LED harus lebih besar dari
tegangan barrier nya. Beberapa LED berwarna memiliki tegangan maju (forward
voltage) sekitar 1V hingga 5 V bahkan lebih.
Dioda yang dibuat dari kombinasi unsur gallium, arsenik, fosfor (sehingga disebut
dengan gallium-arsenik-fosfida) memancarkan warna merah terang, warna yang
paling umum ditemui pada LED. Tetapi dengan mengubah campuran bahan kimia
pada daerah sambungan PN nya, memungkinkan menciptakan LED dengan warna
lain seperti hijau, kuning, oranye, infra merah, bahkan teknologi LED yang terbaru
mampu menghasilkan LED warna biru dan ultraviolet. Warna lainnya bisa juga
didapatkan dengan mengkombinasikan dua atau tiga warna utama (merah, hijau,
dan biru) dalam satu LED jadi memungkinkan membuat LED yang mampu
memancarkan ketiga warna dasar itu sehingga semua jenis warna bisa dibentuk
dari ketiga warna dasar tersebut. LED yang bisa memancarkan tiga warna dasar
ini disebut dengan LED RGB (red green blue).
Simbol dari LED sama seperti dioda hanya saja ditambah dengan lingkaran dan
anak panah yang mengarah keluar menunjukkan bahwa dioda tersebut mampu
memancarkan cahaya. (perhatikan gambar 1a).
Gambar 1 (a)
Simbol LED. (b) Bagian datar dari kepala LED atau kaki LED yang lebih pendek menunjukkan bagian
katoda. (c) penampang melintang dari struktur sambungan PN pada LED.
Simbol LED yang memiliki anak panah ke arah keluar menunjukkan bahwa divais
ini mampu memancarkan cahaya (simbol ini berlaku untuk semua jenis LED).
Begitu juga sebaliknya, apabila divais tersebut bersifat light activated (diaktifkan
oleh cahaya) maka anak panahnya mengarah ke dalam (seperti simbol photodioda).
LED tidak hanya bisa memancarkan cahaya tetapi juga bisa menangkap cahaya.
LED bisa menghasilkan tegangan apabila menerima cahaya walaupun tegangannya
tidak terlalu beesar. Sifat inilah yang banyak dimanfaatkan pada rangkaian yang
bersifat pendeteksi cahaya.
Sama seperti lampu, LED juga banyak dimanfaatkan untuk fungsi penerangan.
Tetapi ada kelebihan LED dibanding dengan jenis lampu penerang yang lain yaitu
efisiensinya. LED mampu menghasilkan daya output cahaya yang lebih besar
daripada lampu biasa seperti lampu pijar dengan jumlah daya input yang sama. Ini
adalah keuntungan yang signifikan apabila rangkaian yang digunakan
menggunakan suplai dari baterai. Karena memiliki efisiensi yang tinggi maka
secara otomatis LED memiliki umur hidup yang lebih lama daripada lampu pijar.
Ini dikarenakan LED adalah divais yang “dingin” : LED beroperasi pada suhu
yang lebih dingin dari pada lampu pijar. Keunggulan LED lainnya adalah
kecepatan switching dari LED yang sangat tinggi. LED mampu melakukan “on”
dan “off” secara cepat. Karena alasan inilah lampu LED juga bisa digunakan untuk
mentransmisi informasi data digital (on/off) dalam bentuk deretan pulsa berupa
cahaya (kelap-kelip) yang merambat pada medium udara atau pada medium buatan
seperti kabel serat optik pada kecepatan yang sangat tinggi (jutaan hingga triliunan
pulsa per detik).
Warna lampu LED yang khas seperti merah, kuning, hijau, juga bisa digunakan
untuk sinyal lalu lintas (lampu merah) dan juga dipasang pada perangkat lampu
otomotif. Lampu pijar memerlukan perlengkapan yang sangat rumit apabila
digunakan untuk keperluan ini seperti membutuhkan filtering, penurunan efisiensi.
Sedangkan LED, tidak membutuhkan proses filtering.
Satu kelemahan dari LED adalah warna yang dipancarkan oleh LED bersifat
monokromatik atau hanya memancarkan satu jenis warna cahaya saja. Tidak ada
orang yang mau memasang penerangan di rumahnya menggunakan lampu LED
warna merah, hijau, atau biru. Tetapi, apabila mengkombinasikan ketiga warna
dasar tadi, LED bisa saja memancarkan spektrum warna cahaya tertentu. Salah satu
spektrum warna cahaya yang berhasil dibuat adalah warna putih. LED warna putih
memang sudah tersedia di pasaran, namun hingga kini riset tentang LED
khususnya warna putih terus dikembangkan untuk mendapatkan LED yang sangat
efisien dan hemat energi. Berikut ini tabel perbandingan jenis-jenis penerangan
dalam hal efisiensi penerangan.
LED warna putih didapatkan dengan cara mencampur LED biru dengan fosfor
yang mampu memancarkan warna kuning. Hasil campuran antara warna biru dan
kuning kira-kira mendekati warna putih. Sifat alami dari fosfor menentukan
karakteristik cahaya yang dihasilkan LED. Fosfor merah bisa ditambahkan untuk
meningkatkan kualitas efisiensi pada campuran kuning dan biru. Tabel di atas juga
membandingkan LED warna putih yang diharapkan tercipta di masa depan dengan
lampu pijar konvensional yang ada saat ini. Efisiensi pada tabel di atas diukur
berdasarkan seberapa besar intensitas cahaya yang dipancarkan (dalam satuan
lumen) dibandingkan dengan daya input. Apabila LED putih di masa depan
mampu menghasilkan efisiensi sebesar 100 lumen/watt, maka ini akan menyamai
efisiensi dari lampu TL.
Riset dan pengembangan LED telah dilakukan sejak tahun 1960. Bebeberapa
penyempurnaan meliputi bentuk geometri, struktur kimia, dan karakteristik telah
dilakukan. Efisiensi dari LED terus meningkat dari tahun ke tahun. Mulai dari
awal-awal penemuan LED yang cahayanya masih berbahaya dan bisa merusak
mata, LED yang seperti ini hanya perlu ditingkatkan level tegangan majunya
(forward voltage, Vf). Bahkan LED yang ada sekarang mampu menghasilkan
cahaya 180 lumen dengan arus 0.7 A (atau 82 lumen/watt, jenis LED putih Luxeon
Rebel), bahkan intensitasnya bisa