Anda di halaman 1dari 10

C.

Tujuan

Dari rumusan masalah di atas, kami bertujuan untuk menjelaskan hal – hal yang mempengaruhi atau
faktor – faktor perkembangan di antaranya sebagai berikut :

1. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu

2. Menjelaskan teori-teori faktor yang mempengaruhi perkembangan individu.


BAB II

PEMBAHASAN

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu

A. Faktor Hereditas ( genetika)

Hereditas adalah kecenderungan untuk berkembang mengikuti pola-pola tertentu, seperti misalnya
kecenderungan untuk berjalan tegak, kecenderungan bertambah besar, kecenderungan untyk
menjadi orang lincah atau pendiam dan sebagainya.kecenderungan ini tidak hany terdapat selama
masa kanak-kanak, melainkan tetap ada pada diri kita selama masih hidup kita. Akan tetapi
kecenderungan- kecenderungan tersebut tidak mungkin akan berwujud menjadi kenyataan kalau
seandainya tidak mendapatkan kesempatan dan rangsangan dari luar untuk berkembang.

1. Hereditas Terdapat Pada Sel-Sel Benih

Pada manusia sel tunggal merupakan sebuah sel telur ( ovum) yang sudah dibuahi yang kerapkali
juga disebut zygote. Zygote ini terbentuk karena persatuan antara ovum yang berasal dari ibu dan
spermato zoon yang berasal dari ayah. Dalam lingkungan guwagraba ( uterus) ibu zygote tadi
tumbuh dan berkembang dengan jalan membelah diri menjadi 2, 4, 8, 16, 32, dan seterusnya sampai
berjuta-juta dan bermilyard-milyard jumlahnya. Dalam proses pembelahan tadi terjadi pula
differensisasi atau pembagian fungsi dari sel-sel tersebut menjadi sel otot, syaraf, kelenjar, kulit dan
sebagainya.

Setiap sel mengandung sebuah nucleus ( inti) yang berbeda dengan bagian sel lainnya. Pembelahan
sel selalu dimulai dengan pembelahan nucleus. Nucleus inilah yang mempunyai arti penting bagi
hereditas. Didalam nucleus dari suatu zygote kita temukan pasangan benang-benang yang disebut
kromosom yang banyaknya 23 pasang, 23 buah berasal dari ibu dan 23 buah berasal dari ayah.
Kromosom-kromosom ini ada yang panjang dan ada pula yang pendek. Dalam ke 23 pasang
kromosom itu terdapat satu pasang kromosom yang disebut kromosom seks, karena kromosom
inilah yang menentukan jenis individu baru.

Setiap kromosom terdiri dari rangkaian butir-butir menyerupai merjan yang disebut genes. Seperti
halnya dengan kromosom, gees ini pun terdapat dalam pasangan –pasangan, sebuah berasal dari
ayah dan sebuah lagi berasal dari ibu.

2. Genes Sebagai Pembawa Sifat Hereditas.

Setiap kromosom terdiri dari rangkaian butir-butir yang menyerupai merjan. Genes inilah yang
merupakan unsur-unsur pembawa sifat hereditas. Jadi apakah seorang anak akan mempunayai kulit
hitam atau kuning, rambut keriting atau kejur, perawakan tinggi atau pendek, cerdas atau kurang
cerdas, periang atau pemurung ditentukan oleh sifat-sifat yang ada pada genes ini. Penyelidikan
dalam ilmu genetika telah berhasil mengetahui lokalisasi dari genes-enes tertentu pada kromosom
tertentu. Diperkirakan dalam setiap kromosommanusia terdapat sekitar tiga ribu genes. Seperti
hanya dengan kromomosom, genes-genes ini pun dalam pasangan-pasangan, sebuah berasal dari
ibu dan sebuah berasal dari ayah.

Karena kombinasi dari genes ini pada pada waktu konsepsi terjadi secara kebetulan, maka dapatlah
dimengerti mengapa sifat-sifat dasar anak-anak dari oaring tua yang sama tidak pernah sama,
kecuali kalau mereka merupakan anak kembar yang berasal dari satu telur. Begitu juga demikian
nucleus ovum dan nucleus spermatozoum bersatu pada waktu konsepsi ( yang berarti pula
bersatunya genes dari pihak ayah dan genes dari pihak ibumenurut suatu cara tertentu), maka sifat-
sifat anak lahir ataupun batin, telah ditentukan. Jika hal ini sudah terjadi, maka tak ada kekuatan
yang bisa mengubahnya. Sifat-sifat yang ditentukan pada waktu ini akan tetapi dibawa individu
selama hayatnya dan akan mempengaruhi penilaiannya terhadap lingkungannya.( patty, 1982: 56-
57).

Seberapa jauh kuatnya pengaruh sifat keturunan yang berasal dari ayah ibunya, sangat bergantung
kepada pengaruh besarnya kwalitas gene-gene dari masing-masing orang Tanya.

Cirri-ciri tingkah laku atau sifat yang mungkin bisa diturunkan sebagai faktor bawaan dari orang tua
kepada anaknya terbagi menjadi 5 prinsip yakni:

1) Prinsip Reproduksi

Sifat-sifat tingkah laku yang diturunka hanyalah bersifat reproduksi yaitu memunculkan kembali apa
yang sudah ada pada hasil perpaduan benih, penurunan sifat berlangsung dengan melalui sel benih
bukan sel badan. Dengan demikian tingkah laku atau kecakapan orang tua yang diperoleh melalui
hasil pengalaman atau belajar tidak akan diturunkan, yang diturunkan adalah sifat-sifat strukturil,
karenanya kecakapan orang tua bukan ukuran untuk kecakapan anaknya.

2) Prinsip Konformitas

Setiap proses heriditet akan mengikuti pola-pola keseragaman dari jenis generasi sebelumnya yakni
seorang anak akan memiliki sifat-sifat yang diturunkan oleh kelompok rasnya atau suku bangsanya.
Sebagai contoh: keturunan orang-orang Arab akan memiliki cirri-ciri yang seragam, demikian pula
orang Eropa, Gegro dan sebagainya.

3) Prinsip Variari

Setiap proses hariditet akan terjadi penurunan yang bervariasi. Kecuali situasi dan kondisi
menyebabkan bervariasinya produksi benih. Penurunan sifat kepada anak dari orang tua sangat
bervariasi dikarenakan jumlah gene-gene dalam khromosom amat banyak, maka kombinasi gene-
gene setiap pembuahan akan mempunyai kemungkinan yang banyak pula. Dengan demikian untuk
setiap proses heiditet akan terjadi penurunan yang bervariasi. Keculi itu stuasi dan kondisi
menyebankan bervariasina produksi benih.

4) Prinsip Regresi Filial

Penurunan sifat cenderung menuju kearah rata-rata dari kedua orang tuanya. Misalkan orang tua
yang cerdas akan berkecendrungan memiliki keturunan yang kurang cerdas.

5) Prinsip Menyilang
Menurut prinsip ini bahwa apa yang diturunkan oleh masing-masing orang tua kepada anak-anaknya
mempunyai sasaran menyilang, seperti seorang anak perempuan akan lebih banyak mempunyai
sifat-sifat ayahnya dan seorang anak laki-laki akan lebih banyak mempunyai sifat-sifat ibunya. ( Abu
khaer, 1993: 28-29).

B. Faktor Lingkungan

Lingkungan adalah segala akan lahir sebagai bayi yang sehat. yang mengelilingi individu didalam
hidupnya, baik dalam bentuk lingkungan pisik seperti orang tuanya, rumahnya, kawan-kawannya
bermain, masyarakat sekitanya maupun dalam bentuk lingkunganpsikologis seperti misalnya
perasaan-perasaan yang dialaminya, cita-citanya, persoalan-persoalan yang dihadapinya dan
sebagainya. Sejak lahir, malahan sejak didalam kandungan, seorang individu selalu dipengaruhi oleh
lingkungannya. Jikalau selama masa-masa dalam kandungan, ibunya mendapat makanan-makanan
yang sehat, melakukan latihan-latihan olah raga yang tepat, mengalami ketentraman batin dan
sebagainya, maka bayi yang ada dalam kandungan kemungkinan besar akan lahir sebagai seorang
bayi yang sehat.

Begitu juga semenjak ia lahir didunia perkembangan anak itu akan tetap dipengaruhi oleh kekuatan-
kekuatan yang berasal dari lingkungannya, oleh jumlah dan kualitas makanan yang diterimanya, oeh
jadwal pemeliharaannya tiap hari, begitu juga oleh suhu lingkungannya. Pengaruh yang tidak kalah
pentingnya ialah bagaimana sikap dan tingkah laku orang dewasa disekitarnya terhadap dirinya.
( patty, 1982: 58-59).

Jika dilihat dari segi bentuk, maka lingkungan manusia itu pada pokoknya terdiri atas dua golongan
yaitu: lingkungan dalam (linner environment) dan lingkungan luar ( outer environment).

1) Lingkunagn dalam (innerenvironment)

Lingkunagn dalam adalah hal-hal yang pada mulanya berasal dari luar individu, yang kemudian
masuk kedalam tubuh dan bersatu dengan sel-sel tubuh individu seperti makanan, minuman, udara
dan sebagainya, merupakan lingkungan dalam individu. Hormon-hormon serta berbagai cairan
tubuh yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar tubuh merupakan lingkungan dalam. Adapun hal-hal
yang termasuk kapada lingkungan dalam itu memberikan rangsangan kepada individu,
mempengaruhi kegiatan dan perkembangannya. Individu akan merasa lapar atau dingin bila
persediaan makan dalam tubuh berkurang, merasa sesak nafas bila zat pembakar berkurang.

2) Lingkungan luar (outer environment)

Lingkungan luar adalah segala sesuatu yang merangsang dan melibatkan individu yang berasal dari
luar, lingkungan luar individu mungkin berada jauh dari individu, asal memberikan rangsangan dan
menyebabkan individu terlibat kedalamnya. Adapun yang termasuk lingkungan luar itu terdiri dari:

a. Lingkunagn alam ( physical environment)

Lingkungan alam adalah segala sesuatu disekitar individu yang berupa benda-benda alam atau fisik
yang termasuk kepada lingkunagn alam semesta alam semesta alam antara lain: makanan, tumbuh-
tumbuhan, binatang, iklim, minuman, pakaian peralatan dan sebagainya.
b. Lingkungan sosial

Manusia sebagai makhluk sosial, mempunyai kemampuan untuk hidup dan berinteraksi bersama
manusia lainnya. Individu selalu membutuhkan orang lain. Individu tidak bisa hidup dengan
sempurna tanpa berinteraksi dengan individu yang lainnya. Interaksi individu dengan individu
lainnya merupakan lingkungan sosial yang banyak berpengaruh terhadap perkembangan dan
kepribadian seseorang.

c. Lingkungan budaya

Kebudayaan yaitu segala sesuatu ciptaan manusia sebagai usaha untuk mempertahankan hidupnya,
misalnya: ilmu pengetahuan, peranturan-peraturan, bahasa seni, olah raga dan sebagainya.
Kebudayaan merupakan lingkungan bagi individu dan mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Individu selalu hidup dan dibesarkan dalam suasana kebudayaan tertentu. Anak sangat sensitif
dalam menerima prangsang-perangsang kebudayaan, lingkungan kebudayaan dimana anak
dibesarkan akan mewarnai tingkah laku atau perkembangan anak itu.

d. Lingkungan sprirituil

Sebagai makhluk hidup, manusia juga membutuhkan lingkungan spirirituil tertentu, sesuai dengan
jenis agama dan kepercayaan yang dianut oleh keluarganya dan atau masyarakat disekitarnya.

C. Faktor kematangan

Pembawaan dan lingkungan adalah faktor-faktor yang sangat penting bagi perkembangan individu.
Interaksi antara faktor-faktor tersebut tidak terjadi sekehendak hati, tapi dipengaruhi oleh faktor
ketiga yaitu faktor kematangan ( maturation) atau waktu (time). Kematangan adalah siapnya suatu
fungsi kehidupan, baik pisik maupun psychis untuk berkembang dan melakukan tugasnya denagn
baik. Bagaimanapun kayanya pembawaan seseorang individu dan betapapun baiknya lingkungan
yang tersedia baginya bila belum mencapai kematangan untuk berfungsi maka suatu fungsi
ehidupan belum dapat berkembang optial. ( Abu khaer, 1993: 30-31).

Adapun teori –teori untuk menganalisa faktor manakah yang paling berpengaruh terhadap
perkembangan individu, yakni antara faktor hereditas dan faktor lingkungan adalah sebagai berikut:

a. Teori Nativisme

Nativisme ( nativism) merupakan sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran
pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini bernama Arthur scopenhauer (1788-1860), seorang
filosof jerman. Aliran filsafat nativime konon dijuluki sebagai aliran pesimistis yang memandang
segala sesuatu dengan “ kacamata hitam”. Mengapa begitu? Karena para ahli penganut aliran ini
berkeyakinan bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh pembawaannya, sedangkankan
pengalaman dan pendidikan, tidak berpengaruh apa-apa. Dalam ilmu pendidikan, pandangan seperti
ini disebut “ pesimisme pedagogis”.
Aliran nativisme mengemukakan bahwa manusia yang baru dilahirkan telah memiliki bakat dan
pembawaan, baik dari arena berasal dari keturunan orang tuanya, nenek moyangnya maupun
karena memang ditakdirkan demikian. Manakala pembawaannya itu baik, menurut aliran ini,
pendidikan tidak dapat diubah dan senantiasa berkembang dengan sendirinya. (Sobur, 2003: 147).

Prinsipnya, pandangan Nativisme adalah pengakuan tentang adanya daya asli yang telah terbentuk
sejak manusia lahir ke dunia, yaitu daya-daya psikologis dan fisiologis yang bersifat herediter, serta
kemampuan dasar lainnya yang kapasitasnya berbeda dalam diri tiap manusia. Ada yang tumbuh
dan berkembang sampai pada titik maksimal kemampuannya, dan ada pula yang hanya sampai pada
titik tertentu. Misalnya, seorang anak yang berasal dari orangtua yang ahli seni musik, akan
berkembang menjadi seniman musik yang mungkin melebihi kemampuan orangtuanya, mungkin
juga hanya sampai pada setengah kemampuan orangtuanya.

Dengan tegas Arthur Schopenhaur menyatakan yang jahat akan menjadi jahat dan yang baik akan
menjadi baik. Pandanga ini sebagai lawan dari optimisme yaitu pendidikan pesimisme memberikan
dasar bahwa suatu keberhasilan ditentukan oleh faktor pendidikan, ditentukan oleh anak itu sendiri.
Lingkungan sekitar tidak ada, artinya sebab lingkungan itu tidak akan berdaya dalam mempengaruhi
perkembangan anak. Walaupun dalam kenyataan sehari-hari sering ditemukan secara fisik anak
mirip orang tuanya, secara bakat mewarisi bakat kedua orangtuanya, tetapi bakat pembawaan
genetika itu bukan satu-satunya faktor yang menentukan perkembangan anak, tetapi masih ada
faktor lain yang mempengaruhi perkembangan dan pembentukan anak menuju kedewasaan,
mengetahui kompetensi dalam diri dan identitas diri sendiri (jati diri).

Faktor-Faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia dalam teori Nativisme

1. Faktor Genetic. Adalah faktor gen dari kedua orangtua yang mendorong adanya suatu bakat
yang muncul dari diri manusia. Contohnya adalah Jika kedua orangtua anak itu adalah seorang
penyanyi maka anaknya memiliki bakat pembawaan sebagai seorang penyanyi yang prosentasenya
besar.

2. Faktor Kemampuan Anak. Adalah faktor yang menjadikan seorang anak mengetahui potensi
yang terdapat dalam dirinya. Faktor ini lebih nyata karena anak dapat mengembangkan potensi yang
ada dalam dirinya. Contohnya adalah adanya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang mendorong
setiap anak untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya sesuai dengan bakat dan
minatnya.

3. Faktor pertumbuhan Anak. Adalah faktor yang mendorong anak mengetahui bakat dan
minatnya di setiap pertumbuhan dan perkembangan secara alami sehingga jika pertumbuhan anak
itu normal maka dia akan bersikap enerjik, aktif, dan responsif terhadap kemampuan yang dimiliki.
Sebaliknya, jika pertumbuhan anak tidak normal maka anak tersebut tidak bisa mngenali bakat dan
kemampuan yang dimiliki.

Didalam teori ini menurut G. Leibnitz: Monad “Didalam diri individu manusia terdapat suatu inti
pribadi”. Sedangkan dalam teori Teori Arthur Schopenhauer (1788-1860) dinyatakan bahwa
perkembangan manusia merupakan pembawaan sejak lahir/bakat. Sehingga dengan teori ini setiap
manusia diharapkan:
a. Mampu memunculkan bakat yang dimiliki. Dengan teori ini diharapkan manusia bisa
mengoptimalkann bakat yang dimiliki dikarenakan telah mengetahui bakat yang bisa
dikembangkannya. Dengan adanya hal ini, memudahkan manusia mengembangkan sesuatu yang
bisa berdampak besar terhadap kemajuan dirinya.

b. Mendorong manusia mewujudkan diri yang berkompetensi. Jadi dengan teori ini diharapkan
setiap manusia harus lebih kreatif dan inovatif dalam upaya pengembangan bakat dan minat agar
menjadi manusia yang berkompeten sehingga bisa bersaing dengan orang lain dalam menghadapi
tantangan zaman sekarang yang semakin lama semakin dibutuhkan manusia yang mempunyai
kompeten lebih unggul daripada yang lain.

c. Mendorong manusia dalam menentukan pilihan. Adanya teori ini manusia bisa bersikap lebih
bijaksana terhadap menentukan pilihannya, dan apabila telah menentukan pilihannya manusia
tersebut akan berkomitmen dan berpegang teguh terhadap pilihannya tersebut dan meyakini bahwa
sesuatu yang dipilihnya adalah yang terbaik untuk dirinya.

d. Mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dari dalam diri seseorang. Teori ini
dikemukakan untuk menjadikan manusia berperan aktif dalam pengembangan potensi diri yang
dimiliki agar manusia itu memiliki ciri khas atau ciri khusus sebagai jati diri manusia.

e. Mendorong manusia mengenali bakat minat yang dimiliki. Dengan adanya teori ini, maka
manusia akan mudah mengenali bakat yang dimiliki, dengan artian semakin dini manusia mengenali
bakat yang dimiliki maka dengan hal itu manusia dapat lebih memaksimalkan bakatnya sehingga bisa
lebih optimal.

Faktor pembawaan bersifat kodrati tidak dapat diubah oleh pengaruh alam sekitar dan pendidikan
(Arthur Schopenhauer (1788-1860)). Untuk mendukung teori tersebut di era sekarang banyak dibuka
pelatihan dan kursus untuk pengembangan bakat sehingga bakat yang dibawa sejak lahir itu dilatih
dan dikembangkan agar setiap individu manusia mampu mengolah potensi diri. Sehingga potensi
yang ada dalam diri manusia tidak sia-sia kerena tidak dikembangkan, dilatih dan dimunculkan.

Tetapi pelatihan yang diselenggarakan itu didominasi oleh orang-orang yang memang mengetahui
bakat yang dimiliki, sehingga pada pengenalan bakat dan minat pada usia dini sedikit mendapat
paksaan dari orang tua dan hal itu menyebabkan bakat dan kemampuan anak cenderung tertutup
bahkan hilang karena sikap otoriter orangtua yang tidak mempertimbangkan bakat, kemampuan dan
minat anak.Lembaga pelatihan ini dibuat agar menjadi suatu wadah untuk menampung suatu bakat
agar kemampuan yang dimiliki oleh anak dapat tersalurkan dan berkembang dengan baik sehingga
hasil yang dicapai dapat maksimal.

Tanpa disadari di lembaga pendidikan pun juga dibuka kegiatan-kegiatan yang bisa mengembangkan
dan menyalurkan bakat anak diluar kegiatan akademik. Sehingga selain anak mendapat ilmu
pengetahuan didalam kelas, tetapi juga bisa mengembangkan bakat yang dimilikinya.

Menurut aliran ini bahwa perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor
yang dibawa sejak lahir (natus = lahir). Anak sejak lahir membawa sifat-sifat dan dasar-dasar tertentu
yang dinamakan sifat pembawaan. Para ahli yang mengikuti paham ini biasanya menunjukkan
berbagai kesamaan/kemiripan antara orangtua dengan anak-anaknya. Misalnya kalau ayahnya ahli
musik maka anaknya juga akan menjadi ahli musik, ayahnya seorang ahli fisika maka anaknya juga
akan menjadi ahli fisika. Keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki oleh orangtua juga dimiliki oleh
anaknya.Sifat pembawaan tersebut mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan
individu. Pendidikan dan lingkungan hampir-hampir tidak ada pengaruhnya terhadap perkembangan
anak.

Akibatnya para ahli pengikut aliran ini berpandangan pesimistis terhadap pengaruh pendidikan.
Tokoh aliran ini ialah Schopenhauer dan Lombroso.http://asyamforex.blogspot.com/2012/11/faktor-
faktor-yang-mempengaruhi.html.

b. Teori Empirisme atau Teori Lingkungan

Aliran empirisme merupakan kebalikan dari aliran nativisme, dengan contoh utama john locke
(1632-1704). Nama asli aliran ini adalah “ The school of British Empiricism”(aliran empirisme inggris).
Akan tetapi, aliran ini lebih berpengaruh pada pemikir Amerika Serikat, sehingga melahirkan sebuah
aliran filsafat bernama “ environmentalisme” (aliran lingkungan) dan psikologi bernama
“ environmental psychology” (psikologi lingkungan) yang relative masih baru.

Aliran empirisme mengemukakan bahwa anak yang baru lahir laksana kertas yang putih bersih atau
semacam tabula rasa ( tabula= meja, rasa, =lilin), yaitu meja yang bertutup lapisan lilin putih. Kertas
putih bersih dapat ditulis dengan tinta tersebut. Begitu pula halnya dengan meja yang berlilin, dapat
dicat dengan berwarna-warni, sebelum ditempelkan. Anak diumpamakan bagaikan kertas putih yang
bersih, sedangkan warna tint, diumpamakan sebagai lingkunga (pendidikan) yang akan berpengaruh
terhadapnya, sudah pasti tidak mungkin tidak, pendidikan pun dapat membuat anak menjadi baik
atau buruk. Pendidikn dapat memegang peranan penting dalam perkembangan anak, sedangkan
bakat pembawaannya bisa ditutup dengan serapat-rapatnya oleh pendidikan itu.

Teori tabula rasa ini diperkenalkan oleh john locke untuk mengungkapkan pentingnya pengaruh
pengalaman dan lingkungan hidup terhadap perkembangan anak. Ketika dilahirkan, seorang anak
adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan yang berasal dari lingkungan.
Orang tua menjadi tokoh penting yang mengatur rangsangan-rangsangan dalam mengisi “ secarik
kertas” yang bersih ini. Dalam pendidikan, pendapat kaum empiris terkenal dengan nama optimism
paedagogis. Kaum behavioris pun sependapat dengan kaum empiris.

Perkembangan anak sepenuhnya tergantung pada faktor lingkungan, sedangkan faktor bakat, tidak
ada pengaruhnya. Dasar pikiran yang digunakan ialah bahwa pada waktu dilahirkan, anak dalam
keadaan suci, bersih, seperti kertas putih yang belum ditulis, sehingga bisa ditulisi menurut
kehendak penulisnya. ( buku erna: 148-149).

c. Teori Konvergensi atau Teori persesuaian

Tokoh aliran Konvergensi adalah William Stern. la seorang tokoh pendidikan Jerman yang hidup
tahun 1871-1939. Aliran Konvergensi merupakan kompromi atau kombinasi dari aliran Nativisme
dan Empirisme. Aliran ini berpendapat bahwa anak lahir di dunia ini telah memiliki bakat baik dan
buruk, sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi,faktor
pembawaan dan lingkungan sama-sama berperan penting.

Anak yang mempunyai pembawaan baik dan didukung oleh lingkungan pendidikan yang baik akan
menjadi semakin baik. Sedangkan bakat yang dibawa sejak lahir tidak akan berkembang dengan baik
tanpa dukungan lingkungan yang sesuai bagi perkembangan bakat itu sendiri. Sebaliknya, lingkungan
yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak secara optimal jika tidak didukung oleh
bakat baik yang dibawa anak.

Dengan demikian, aliran Konvergensi menganggap bahwa pendidikan sangat bergantung pada faktor
pembawaan atau bakat dan lingkungan. Hanya saja, William Stem tidak menerangkan seberapa
besar perbandingan pengaruh kedua faktor tersebut. Sampai sekarang pengaruh dari kedua faktor
tersebut belum bisa ditetapkan.

Menurut aliran ini bahwa manusia dalam perkembangan hidupnya dipengaruhi oleh
bakat/pembawaan dan lingkungan atau dasar dan ajar. Manusia lahir telah membawa benih-benih
tertentu dan bisa berkembang karena pengaruh lingkungan. Aliran ini dipelopori oleh W. Stern. Pada
umumnya paham inilah yang sekarang banyak diikuti oleh para ahli pendidikan dan psikologi,
walaupun banyak juga kritik yang dilancarkan terhadap paham ini. Salah satu kritik ialah Stern tidak
dapat dengan pasti menunjukkan perbandingan kekuatan dua pengaruh itu.

Dengan demikian pendidikan harus mengusahakan agar benih-benih yang baik dapat berkembang
secara optimal dan benih-benih yang jelek ditekan sekuat mungkin sehingga tidak dapat
berkembang.

BAB III

PENUTUP

Simpulan

perkembangan adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju. Faktor - faktor
yang mempengaruhi perkembangan, diantaranya faktor hereditas , faktor lingkungan dan faktor
kematangan. Faktor hereditas merupakan totalitas karaktiristik individu yang diwariskan orang tua
kepada anak, atau segala potensi (baik fisik maupun psikis) yang dimiliki individu sejak masa
konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen – gen. Faktor lingkungan adalah
keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi, atau kondisi) fisik/alam atau sosial yang memengaruhi
atau dipengaruhi perkembangan individu dalam hal ini adalah faktor lingkungan dalam dan
lingkungan luar.

Adapun teori-teori dalam faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu adalah teori
Nativisme. Teori empirisme dan teori konvergensi. Teori nativisme menyatakan bahwa manusia yang
baru dilahirkan telah memiliki bakat dan pembawaan, baik dari arena berasal dari keturunan orang
tuanya, nenek moyangnya maupun karena memang ditakdirkan demikian. Teori empirisme
berpendapat bahwa anak yang baru lahir laksana kertas yang putih bersih atau semacam tabula rasa
( tabula= meja, rasa, =lilin), sedangkan teori konvergensi mengatakan bahwa anak lahir di dunia ini
telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi
oleh lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai