PENDAHULUAN
Diabetes mellitus adalah salah satu penyakit kronik yang terjadi pada jutaan
orang di dunia (ADA, 2010). Diabetes adalah penyakit metabolic dengan
karakteristik terjadinya peningkatan gula darah (Hiperglikemia), yang terjadi
akibat kelainan sekresi insulin, aktivitas insulin atau keduanya (Smelzer, 2008).
Diabetes melitus terbagi menjadi 2 tipe utama, yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2.
Diabetes melitus tipe 1 dikarakterisasi dengan ketidakmampuan produksi
insulin karena kerusakan sel pankreas akibat reaksi autoimun (Diabetes UK,
2014), sedangkan DM tipe 2 merupakan penyakit yang melibatkan beberapa
patofisiologi, termasuk gangguan fungsi pulau Langerhans dan resistensi
insulin Yang menghasilkan gangguan toleransi glukosa dan produksi glukosa
hepatik puasa yang tinggi (World Health Organization, 2010). Prevalensi DM
diperkirakan pada orang dewasa berusia antara 20 sampai 79 tahun. Jumlah
penderita DM pada tahun 2012 di seluruh dunia mencapai 371 juta jiwa, dimana
proporsi kejadian DM tipe 2 adalah 95% dan hanya 5% dari jumlah tersebut
yang menderita DM tipe 1 (Diabetes UK, 2014). Indonesia kini telah
menduduki rangking keempat jumlah penyandang DM terbanyak setelah
Amerika Serikat, China, dan India. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik
(BPS) jumlah penyadang DM di Indonesia pada tahun 2003 sebanyak 13,7 juta
orang dan berdasarkan pola pertambahan penduduk diperkirakan pada 2030
akan ada 20,1 juta penyandang DM dengan tingkat prevalensi 14,7% untuk
daerah urban dan 7,2% daerah rural. Sementara itu Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) memprediksi kenaikan jumlah penyandang diabetes DM di Indonesia
dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030
(pdpersi, 2011).
Tujuan Khusus
1. Memastikan keamanan dan klinis obat pada manusia dalam pencegahan dan
pengobatan pada penyakit diabetes melitus
2. Mengetahui farmakodinamik dan farmakokinetik obat-obat penurun kadar
gula darah
3. Mengetahui efektifitas dan cara kerja obat diabetol
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi peniliti
Untuk dasar penelitian obat yang lebih baik dan efektif dalam menurunkan
kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus.
2. Bagi masyarakat
Memberikan gambaran dan informasi untuk pengobatan yang lebih baik
untuk menurunkan kadar gula darah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Diabetes melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multiputi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar
gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein
sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin (Depkes, 2005)
1. Diabets tipe 1
Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada remaja atau anak, dan terjadi karena
kerusakan sel β (beta) (WHO, 2014). Canadian Diabetes Association (CDA)
2013 juga menambahkan bahwa rusaknya sel β pankreas diduga karena proses
autoimun, namun hal ini juga tidak diketahui secara pasti. Diabetes tipe 1
rentan terhadap ketoasidosis, memiliki insidensi lebih sedikit dibandingkan
diabetes tipe 2, akan meningkat setiap tahun baik di negara maju maupun di
negara berkembang (IDF, 2014). 13
2. Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa (WHO, 2014). Seringkali
diabetes tipe 2 didiagnosis beberapa tahun setelah onset, yaitu setelah
komplikasi muncul sehingga tinggi insidensinya sekitar 90% dari penderita
DM di seluruh dunia dan sebagian besar merupakan akibat dari memburuknya
faktor risiko seperti kelebihan berat badan dan kurangnya aktivitas fisik
(WHO, 2014).
3. Diabetes gestational
Gestational diabetes mellitus (GDM) adalah diabetes yang didiagnosis selama
kehamilan (ADA, 2014) dengan ditandai dengan hiperglikemia (kadar
glukosa darah di atas normal) (CDA, 2013 dan WHO, 2014). Wanita dengan
diabetes gestational memiliki peningkatan risiko komplikasi selama
kehamilan dan saat melahirkan, serta memiliki risiko diabetes tipe 2 yang
lebih tinggi di masa depan (IDF, 2014).
Golongan Sulfonilurea
Golongan Biguanid
obat antidiabetik oral golongan biguanid bekerja langsung pada hati, menurunkan
produksi glukosa hati. Senyawa-senyawa biguanid tidak merangsang sekresi insulin,
dan hampir tidak pernah menyebabkan hipoglikemia. Satu-satunya senyawa biguanid
yang masih dipakai sebagai obat hipoglikemik oral saat ini adalah metformin.
Metformin masih banyak dipakai di beberapa negara termasuk indonesia, karena
frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup sedikit asal dosis tidak melebihi 1700
mg/hari dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati.
Jenis Penelitian
• Penelitian menggunakan jenis penelitian eksperimental dimana bertujuan untuk
membuktikan kerja obat diabetol
• Metode penelitian yang digunakan adalah Randomized Controlled Trials
(RCT) dengan memilih jenis Cross Over Design.