Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS KESIAPAN KOTA PARE-PARE DALAM

MENANGANI WISATA KAPAL PESIAR

Oleh: Tim Penelitian Kelompok Parepare

Mahasiswa Program Studi Industri Perjalanan,

Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung

ADI BAYU RAHMAT

DESTY RAHMAWATI

IQLIMA RAMADHANI

MOCHAMMAD REZA

NINTIA PRAMESTYAN JANI

RAPHAEL T.P.H SIRAIT

RETNO GUSTI WULANDARI

Abstraksi

Kota Parepare merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Sulawesi Selatan,
salah satu fasilitas yang dimiliki oleh kota ini adalah pelabuhan yang kerap kali
disinggahi oleh kapal pesiar. Pada umumnya wisatawan dari kapal pesiar tersebut
melakukan kegiatan shore excursion menuju Tana toraja, dan sebagian dari
wisatawan yang tidak mengikuti kegiatan shore excursion dapat menghabiskan waktu
di Kota Parepare untuk sekedar berkeliling dan menikmati keindahan yang dimiliki
oleh Kota Parepare. Kota Parepare memiliki potensi yang cukup baik untuk
memanfaatkan wisatawan yang tidak mengikuti kegiatan shore excursion tersebut,
maka disini peneliti ingin mengetahui sejauh mana kesiapan Kota Parepare dalam
menangani wisata kapal pesiar. Teori yang peneliti gunakan dalam melakukan
penelitian ini adalah teori mengenai 3 A ( Atraksi, Aksesibilitas, amenitas) serta
proses penanganan wisata kapal pesiar. Teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik Analisis SWOT, dengan mengevaluasi strengts
(kekuatan-kekuatan), weaknesses (kelemahan-kelemahan), opportunities (peluang-
peluang) serta threats (ancaman-ancaman). Sehingga keseluruhan pengetahuan ini
menghasilkan suatu kesimpulan serta rekomendasi yang berhubungan dengan
kesiapan kota Parepare dalam menangani wisata kapal pesiar.

PENDAHULUAN

Pariwisata merupakan salah satu industri yang cukup berkembang pada saat ini.
Pariwisata bukan dinilai sebagai sebuah kegiatan saja namun pariwisata juga dinilai
sebagai sebuah industri yang memiliki peluang yang besar karena dirasa dapat
memberikan dampak positif yang cukup besar bagi semua orang yang terlibat
didalamnya. Berkembangnya industri pariwisata sejalan dengan keberagaman
aktivitas wisata yang ditawarkan kepada para wisatawan. Salah satu kegiatan wisata
yang ditawarkan adalah perjalanan wisata dengan menggunakan kapal pesiar atau
yang biasa disebut dengan cruise tourism.Wisata kapal pesiar (cruise tourism)
merupakan salah satu aktivitas wisata yang paling berkembang pada saat ini.
Perkembangan aktivitas wisata kapal pesiar di Indonesia sendiri menunjukan
peningkatan yang cukup baik, jumlah kapal pesiar yang berkunjung ke Indonesia
selama 4 tahun terakhir terus mengalami kenaikan.
Tabel 1.1
Daftar Kunjungan Kapal Pesiar di Negara Indonesia
TAHUN JUMLAH KAPAL PESIAR
2011 76
2012 96
2013 116
2014 126
Sumber : http://www.bumn.go.id

Berdasakarkan Tabel 1.1, hal ini menunjukan bahwa Negara Indonesia


memiliki peluang untuk menjadi salah satu destinasi untuk melakukan aktivitas
wisata kapal pesiar. Berikut adalah daftar pelabuhan yang menjadi port of call di
Negara Indonesia yang disinggahi oleh beberapa kapal pesiar diantaranya adalah :

Tabel 1.2
Daftar Kapal Pesiar yang Berkunjung ke Port of Call Negara Indonesia
NO PORT OF CALL CRUISE
1 Sabang (Aceh) MV Amadea
2 Tanjung Benoa (Bali) Princes cruises
Quick Silver
Sevenseas Voyager
Silver Shadow
Silver Whisper
Celebrity Solstice
Rotterdam Cruise
Artania
Clipper Odyssey
Zegrahm Expedition
3 Tana Ampo (Bali) Sun Pricess
4 Lembar (NTB) Sun Princess
Celebrity Millenium
Ms Seabour Odyssey
5 Belawan (Medan) Star cruise
6 Makassar (Sulawesi Selatan) Aegon Odssey
Silversea
Ms Rotterdam
Costa Romantica
MV Sevenseas Voyager
Princess Cruise
Sea Princess
7 Parepare (Sulawesi Selatan) Orion Cruise
Athena Cruises
Deutschland
MS Artania
Silver Discoverence
Silverwind
MV Minerva
Caledonian Sky
8 Palopo (Sulawesi Selatan) Azamara
Orion Cruise
La Soleal
Aegan Odysse
9 Tanjung Periuk (Jakarta) Crystal symphony
MS Rotterdam
9 Tanjung Perak (Surabaya) Diamond Princess Cruise
Seabourn Legend Cruise
Seabourn Oddysey
10 Tanjung Emas (Semarang) MS Crystal symphony
MS Silver wind
MV Rotterdam
MV Sevenseas Voyager
Princess Cruise
11 Kumai (Kalimantan Tengah) Orion II
12 Jayapura (Papua) Orion
13 Yos Sudarso (Ambon) MV Albatros
MV Australblue Volad
Amadea nasasu
MV Discovery
Spirit of Advanture
Sumber: PELINDO KOTA PAREPARE, http://www.choosingcruising.co.uk , pelindo.co.id ,
Indonesia.travel

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa Provinsi Sulawesi Selatan menjadi
salah satu persinggahan bagi beberapa kapal pesiar yang datang ke Negara Indonesia.
Di Provinsi Sulawesi Selatan sendiri terdapat 3 pelabuhan internasional yakni
pelabuhan di Kota Makassar, Kota Parepare dan Kabupaten Palopo. Dalam beberapa
tahun terakhir ini Kota Parepare menjadi port of call yang dikunjungi oleh kapal
pesiar, sebagian besar wisatawan dari kapal pesiar tersebut akan melanjutkan
perjalanan mereka menuju ke Tana Toraja melalui kegiatan shore excursion. Maka
sebagian dari wisatawan yang tidak mengikuti perjalanan wisata ke Tana Toraja dapat
menghabiskan waktu mereka di kapal pesiar atau berkeliling di Kota Parepare untuk
menikmati keindahan dan daya tarik yang dimiliki oleh Kota Parepare. Dengan
kedatangan dari berbagai kapal pesiar tersebut maka Kota Parepare memiliki potensi
yang cukup baik untuk menjadi salah satu port of call yang menjadi tujuan utama
bagi wisatawan kapal pesiar untuk melakukan perjalanan wisata. Maka dari itu Kota
Parepare harus bisa memanfaatkan potensi yang mereka miliki untuk menarik minat
wisatawan dengan sebaik mungkin. Tetapi sampai dengan saat ini Kota Parepare
masih menempatkan posisi mereka sebagai kota transit saja, karena yang menjadi
destinasi utama bagi para wisatawan kapal pesiar tersebut adalah Tana Toraja.
Dengan potensi yang telah dimiliki, diharapkan Kota Parepare dapat mengembangkan
diri agar tidak hanya menjadi kota transit saja. Dalam mengembangkan potensi yang
dimiliki oleh Kota Parepare, peneliti ingin mengetahui sejauh mana kesiapan Kota
Parepare dalam menangani kedatangan wisata kapal pesiar. Untuk mengetahui
kesiapan tersebut, peneliti melihat kondisi dari atraksi wisata, aksesibilitas, dan
amenitas serta proses penanganan kapal pesiar yang ada di Kota Parepare.

Berdasarkan penjabaran diatas maka rumusan masalah yang menjadi


pembahasan peneliti yakni ingin mengetahui sejauh mana kesiapan Kota Parepare
dalam menangani wisata kapal pesiar dan apa sajakah yang menjadi daya tarik Kota
Parepare bagi wisatawan kapal pesiar berdasarkan faktor atraksi wisata, aksesibilitas,
amenitas dan proses penanganan kapal pesiar.

Sedangkan identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa saja yang membuat Kota Parepare menjadi port of call
kapal pesiar selama ini?
2. Bagaimana kondisi atraksi di Kota Parepare?
3. Bagaimana kondisi aksesibilitas di Kota Parepare?
4. Bagaimana kondisi amenitas di Kota Parepare?
5. Bagaiamana proses penanganan kapal pesiar di Kota Parepare dimulai dari
proses kedatangan, melakukan kegiatan shore excursion hingga proses
keberangakatan?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan mengapa Kota Parepare


menjadi salah satu port of call yang dikunjungi oleh kapal pesiar, mengetahui
bagaimana proses penanganan yang dilakukan ketika kapal pesiar berlabuh di Kota
Parepare, serta mengetahui kondisi 3A (Atraksi, aksesibilitas, dan amenitas) di Kota
Parepare.

Tinjauan Pustaka

a. Teori Wisata Kapal Pesiar

Wisata kapal pesiar menjadi salah satu aktivitas wisata yang cukup banyak
diminati oleh beberapa wisatawan di dunia. Aktivitas wisata dengan menggunakan
kapal pesiar dapat diartikan sebagai berikut :

“The ship it self I a floating resort and not as a means of transport”


(UNWTO,2010)

“Cruising is defined as a passenger vessel operating for pleasure purposes


only. The ships are not involved in the transportation industry, like ferries or cargo
ships. For the cruiser, it is not a matter of going from A to B; the voyage is a part of a
holiday package (Cartwright and Baird 1999)
“Within tourism industry, the term ‘cruising’ is generally assumed to mean sea
cruising. This tend. This tends to imply trips during which the passenger is primarly
based on vessel that travels to a number of destinations, where they disembark for
short periods to visit land-based sites.” (Mintel Leisure Intelligence Report “Cruise
Industry” March 2001)

Secara singkat dapat diartikan bahwa wisata kapal pesiar adalah aktivitas wisata
dengan menggunakan sebuah kapal yang melakukan perjalanan ke beberapa destinasi
dimana para penumpang tersebut dapat turun untuk mengunjungi atraksi wisata yang
ada di destinasi tersebut dengan waktu yang singkat. Pelabuhan yang digunakan
untuk tempat berlabuh bagi wisata kapal pesiar sering disebut dengan nama port of
call. Port of call sendiri dapat dibagi menjadi beberapa tipe sesuai dengan
karakteristik dan fungsinya, berikut adalah tabel yang menjelaskan tentang hal
tersebut.

Tabel 1.3
Tipe Port of Call Berdasarkan Fungsinya
Destination Cruise Port Gateway Cruise Port Balanced Cruise Port
The cruise port is the sole The cruise port is not a The cruise port is
destination. Limited, if any, destination, but a point of destination and a point of
excursions outside port area embarkation (turn port). transit for excursions
Excursions outside port area.

- High quality cultural or No significant cultural or Various balances between


physical amenities. physical amenities. Port the amenities offered at
servicing major touristic the port and in the region.
- No other significant destination.
amenities in proximity.
- Security and safety
issues.
Sumber : The Geography of Cruise Shipping by Jean-Paul Rodrigue and Theo Notteboom
Berdasarkan Tabel 1.3 di atas, beberapa port of call dapat dibagi menjadi
3 tipe berdasarkan karakteristik dan fungsinya masing-masing, yakni :

1. Destination Cruise Port

Merupakan pelabuhan yang dijadikan sebagai salah satu tujuan atau


destinasi untuk melakukan perjalanan wisata. Pelabuhan yang
termasuk ke dalam tipe ini harus memiliki daya tarik wisata yang
dapat membuat wisatawan ingin berkunjung seperti budaya, alam , dan
buatan manusia.

2. Gateway Cruise Port

Merupakan pelabuhan yang hanya dijadikan tempat berlabuh dan


bukan sebagai tujuan utama untuk melakukan perjalanan wisata.
Pelabuhan dalam tipe ini hanya dijadikan sebagai pintu masuk atau
penghubung bagi para wisatawan kapal pesiar untuk melakukan
kegiatan excursion ke destinasi lain.

3. Balanced Cruise Port

Merupakan pelabuhan yang dapat dijadikan sebagai destinasi utama


maupun pintu masuk atau penghubung bagi wisatawan kapal pesiar.
Pelabuhan dengan tipe ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda
sesuai dengan apa yang masing-masing pelabuhan tersebut tawarkan
kepada wisatawan

A. Teori Penanganan Kapal Pesiar


Setiap kapal pesiar yang ingin berlabuh di suatu port of call harus
memenuhi syarat dan perizinan yang telah ditentukan. Ada beberapa proses yang
harus dilakukan ketika kapal pesiar akan berlabuh di sebuah port of call, yakni
proses penanganan kedatangan kapal pesiar, proses penanganan shore excursion
dan proses keberangkatan kapal pesiar.
Proses Penanganan Cruise Dan Shore Excursions
Selain proses kedatangan, proses kegiatan shore excursion dan juga proses
keberangkatan kapal pesiar adapula hal yang cukup penting yakni mengenai faktor-
faktor yang membuat sebuah destinasi dapat dijadikan port of call bagi kapal pesiar.
Menurut Philip Gibson (2006:71) ada beberapa faktor yang menentukan suatu
tempat/wilayah dapat dijadikan sebagai port of call yang baik serta dapat memberikan
kesan yang unik dan menarik bagi wisatawan kapal pesiar, diantaranya adalah :

a) Pelabuhan

1. Pelabuhan memiliki rata-rata kedalaman 35ft (10,75 meter) pada saat


air surut.

2. Memiliki kondisi pelabuhan yang aman dan terlindungi dengan baik.

3. Gateway pelabuhan yang letaknya tidak terlalu jauh dengan pusat kota.

4. Tersedia souvenir shop bebas pajak di dalam kawasan pelabuhan.


5. Menjadi pelabuhan yang multifungsi (sebagai pelabuhan penumpang,
port of call dan bongkar muat barang).

6. Memiliki pelayanan jasa yang professional.

7. Untuk pelabuhan yang berada di suatu pulau harus memiliki


keberagaman atraksi wisata.

b) Destinasi

1. Adanya tour sight seeing / shore excursion yang menarik.

2. Tersedia tempat hiburan malam yang menarik.

3. Dapat menampung kapal pesiar dalam klasifikasi Mega Ships.

4. Dekat dengan bandara yang bertaraf internasional.

5. Memiliki kegiatan yang menarik baik kegiatan yang dilakukan di air


maupun yang dilakukan di darat.

6. Memiliki kebudayaan yang unik serta nilai sejarah yang tinggi.

7. Memiliki pemandangan/panorama yang indah.

Berdasarkan proses-proses penanganan yang telah disebutkan maka setiap kapal


pesiar yang akan berlabuh di port of call Negara Indonesa harus memenuhi syarat
dan perizinan yang berlaku. Kapal pesiar yang datang ke Negara Indonesia akan
ditangani oleh pihak yang berwenang diantaranya adalah Dinas Olahraga Pemuda
dan Pariwisata (DOPP) Kota Parepare, Agen Pelayaran, PELINDO (Pelabuhan
Indonesia), DISHUB (Dinas Perhubungan), KSOP (Kesyahbandaran dan Otoritas
Pelabuhan), Main Agent serta Local Agent. Pihak berwenang tersebut akan
melakukan penanganan tehadap kedatangan kapal pesiar dengan sebagaimana
mestinya.

“Handling are the act of touching, feeling, holding, or moving something. The
way that someone deals with a person, event, situation, etc.The act or process of
packing and shipping something to someone (such as a customer).”(Based on
webster dictionary)

Maka penanganan dapat diartikan sebagai cara seseorang dalam menghadapi


situasi yang bersifat menyentuh , merasakan, memegang dan memindahkan sesuatu.
Hal tersebut dilakukan kepada orang lain (customers) dalam peristiwa dan situasi
tertentu. Dalam pembahasan ini penanganan wisata kapal pesiat dapat diartikan
sebagai proses seseorang dalam memindahkan wisatawan dari kapal menuju daratan
dengan regulasi yang telah ditentukan.

Pola Pikir Penelitian


Analisis kesiapan kota Parepare dalam
menangani wisata kapal pesiar

Konsep 3A Proses penanganan kapal pesiar di


(atraksi wisata, aksesbilitas, amenitas) suatu port of call

Atraksi Aksesibilitas Amenitas


Wisata
-Transportasi -Tour
- Alam umum Operator
- Buatan -Pelabuhan -Hotel
Manusia -Souvenir
- Budaya shop
-Restaurant

Analisis SWOT

Mengetahui siap atau tidaknya Kota


Parepare menjadi port of call yang
dikunjungi oleh wisatawan
Kesimpulan

1. Atraksi Wisata

Kelebihan dari atraksi wisata yang terdapat di Kota Parepare adalah memiliki
atraksi wisata yang beragam diantaranya wisata alam, wisata buatan serta wisata
budaya. Namun, atraksi wisata tersebut masih memiliki beberapa kekurangan yaitu
masih adanya atraksi wisata yang kurang terawat dan tidak terkelola dengan baik.
Bahkan terdapat dua objek wisata yang mengalami permasalahan sengketa lahan
antara masyarakat dan pemerintah daerah. Pada kenyataannya berdasarkan penelitian
yang peneliti lakukan sebenarnya Kota Parepare ini memiliki potensi yang cukup,
namun belum meiliki daya tarik yang dapat ditawarkan kepada wisatawan khususnya
wisatawan kapal pesiar.

2. Aksesibilitas
Untuk mengetahui sejauh mana kesiapan Kota Parepare dalam mengangani
wisata kapal pesiar, kondisi aksesibilitas menjadi salah satu aspek penting yang harus
diperhatikan. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama berada dilapangan, dapat
disimpulkan bahwa kondisi aksesibilitas di Kota Parepare terbilang baik, aksesnya
dapat ditempuh melalui jalur darat maupun laut. Adapun transportasi umum yang
dapat ditemui di Kota Parepare adalah petepete, ojek maupun becak. Kondisi dari
seluruh transportasi tersebut dapat dikatakan cukup namun kekurangan dari
transportasi darat di Kota Parepare adalah kurangnya jumlah trayek khususnya
petepete . Selain itu, Kota Parepare memiliki transportasi laut beserta 4 pelabuhan
yang diantaranya adalah Pelabuhan Nusantara yang berfungsi sebagai pelabuhan
utama, pelabuhan pertamina yang dikhususkan untuk bahan bakar minyak ,
pelabuhan Cempae yang dijadikan untuk penampungan ikan-ikan laut serta
Pelabuhan Cappa Ujung yang berfungsi sebagai pelabuhan bongkar muat barang
sekaligus sebagai pelabuhan cadangan jika ke 3 pelabuhan lainnya penuh. Dari
keempat pelabuhan tersebut, yang digunakan menjadi pelabuhan untuk penumpang
adalah Pelabuhan Nusantara dengan fasilitas yang cukup memadai. Tidak hanya itu,
sign board dan kondisi jalan juga termasuk dalam aksesibilitas yang ada di Kota
Parepare. Sign board yang berada di Kota Parepare bisa dikatakan sudah memadai,
hanya saja ada beberapa kekurangan untuk sign board menuju atraksi wisata serta
tidak adanya sign board di atraksi wisata itu sendiri. Kondisi jalan di Kota Parepare
terbilang baik karena termasuk ke dalam jalan lintas provinsi hanya saja ukurannya
masih terbilang kecil.

3. Amenitas
Fasilitas wisata yang dimiliki oleh kota Parepare sampai saat ini masih dinilai
kurang, hal tersebut dapat dilihat dari beberapa faktor yang peneliti temukan selama
melakukan kegiatan dikota Parepare, faktor tersebut berupa kekurangan seperti,
belum tersedianya souvenir shop. Menurut Philip Gibson (2006:71) Souvenir shop
merupakan salah satu aspek yang harus ada jika suatu port of call ingin dijadikan
sebagai suatu destinasi. Selain itu, hotel yang dimiliki oleh kota Parepare masih
diklasifikasikan sebagai hotel kelas melati, serta tour operator yang masih kalah
bersaing dengan kota-kota sekitar di Sulawesi Selatan seperti Makassar, hal tersebut
dapat dibuktikan dari beberapa informasi yang peneliti dapat mengenai mayoritas
tour operator dari Makassar yang melakukan penanganan wisata kapal pesiar pada
saat berlabuh di Kota Parepare.

4. Proses Penanganan Kapal Pesiar


Dalam proses penanganan kapal pesiar ada tiga proses yang penting yakni
proses penanganan saat kedatangan kapal pesiar, proses penanganan kegiatan shore
excursion dan proses penanganan keberangkatan kapal pesiar. Berdasarkan
pengamatan yang peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa ketiga proses
penanganan kapal pesiar yang dilakukan di Kota Parepare telah sesuai dengan teori
yang telah dipaparkan pada BAB II pada tinjauan pustaka pada hal 13-14. Kemudian
berdasarkan hasil pengamatan yang telah peneliti lakukan, apabila dilihat dari teori
mengenai tipe port of call berdasarkan fungsinya menurut Jean Paul Rodrigue dan
Theo Notteboom yang telah dicantumkan pula pada BAB II pada tinjauan pustaka hal
15 maka dapat disimpulkan bahwa Kota Parepare termasuk ke dalam port of call
dengan tipe gateway cruise port. Alasannya karena sampai dengan saat ini Kota
Parepare menjadi port of call yang hanya dijadikan tempat berlabuh saja dan bukan
merupakan destinasi utama yang dikunjungi wisatawan. Destinasi utama yang
biasanya dikunjungi oleh wisatawan yang berlabuh di Kota Parepare adalah Tana
Toraja, maka Kota Parepare hanya menjadi pintu masuk atau hanya menjadi
penghubung bagi wisatawan kapal pesiar yang ingin bekunjung ke Tana Toraja
melalui shore excursion.

Berdasakan theory menurut Philip Gibson mengenai faktor-faktor yang


menentukan suatu tempat / wilayah dapat dijadikan sebagai port of call yang baik,
apabila dilihat dari aspek pelabuhan, Kota Parepare dapat memenuhi 4 dari 6 faktor
yang telah disebutkan. Ke 6 faktor tersebut yakni Pelabuhan memiliki rata-rata
kedalaman 35ft (10,75 meter) pada saat air surut. Memiliki kondisi pelabuhan yang
aman dan terlindungi dengan baik. Gateway pelabuhan yang letaknya tidak terlalu
jauh dnegan pusat kota serta Menjadi pelabuhan yang multifungsi (sebagai pelabuhan
penumpang, port of call dan bongkar muat barang).

Sedangkan 2 faktor yang belum dapat dipenuhi oleh Kota Parepare yakni belum
tersedianya souvenir shop baik di kawasan pelabuhan maupun di Kota Parepare itu
sendiri. Kemudian faktor selanjutnya yang belum dapat dipenuhi yakni mengenai
pelayanan jasa yang profesional, pelayanan jasa profesional ini dapat dilihat dari segi
ketersediaan fasilitas bagi penumpang maupun wisatawan. Di pelabuhan Nusantara
sendiri fasilitas yang tersedia cukup lengkap, namun di pelabuhan Cappa Ujung
ketersediaan fasilitas masih sangat terbatas, bahkan ketersediaan toilet pun belum
ada. Sedangkan apabila dilihat dari aspek destinasi, Kota Parepare dapat memenuhi 6
dari 7 faktor yang ada yakni Adanya sight seeing / shore excursion yang menarik .
Adanya tempat hiburan malam yang menarik. Dapat menampung kapal pesiar dalam
klasifikasi mega ships. Memiliki kegiatan yang menarik baik itu kegiatan yang
dilakukan di air maupun kegiatan yang dilakukan di darat. Memiliki kebudayaan
yang unik serta nilai sejarah yang tinggi. Memiliki pemandangan panorama yang
indah.Kemudian ada satu faktor yang belum bisa dipenuhi oleh Kota Parepare yakni
dekat dengan bandara internasional. Karena sampai dengan saat ini belum ada
bandara yang jaraknya cukup dekat dengan Kota Parepare, hanya ada Bandara Sultan
Hassanudin yang berada di Kabupaten Maros yang dapat ditempuh dengan waktu 3 -
4 jam

Rekomendasi

Pada bagian kesimpulan diatas peneliti telah menyebutkan bahwa sampai


dengan saat ini Kota Parepare masih termasuk kedalam port of call dengan tipe
Gateway Cruise Port. Namun berdasarkan hasil pengamatan peneliti, dengan potensi
yang dimiliki oleh Kota Parepare baik dari segi atraksi wisata, aksesibilitas, amenitas
maupun proses penanganan yang telah dilakukan oleh Kota Parepare dalam
menangani wisata kapal pesiar, peneliti merekomendasikan Kota Parepare untuk
dikembangkan menjadi port of call dengan tipe Balanced Cruise Port. Port of call
dengan tipe balanced cruise port ini merupakan port of call yang dapat dijadikan
sebagai destinasi utama maupun sebagai pintu masuk atau penghubung bagi
wisatawan kapal pesiar yang akan melakukan kegiatan shore excursion ke destinasi
lain.
Grafik 6.1
Rekomendasi Pengembangan Port of Call

Gateway
Cruise Port

nn
Pengembanga
Balanced Cruise Port

Aspek – Aspek yang harus dikembangkan

Atraksi Wisata Aksesibilitas Amenitas Proses


Penanganan

Rekomendasi

Instansi Terkait

Sumber : Hasil pengamatan peneliti

Grafik di atas saja yang perlu dikembangkan agar Kota Parepare yang
awalnya adalah tipe gateway cruise port menjadi tipe balanced cruise port, hal yang
dapat dilakukan yakni dengan melihat kesiapan Kota Parepare dari aspek atraksi
wisata, aksesibilitas, amenitas dan proses penanganan. Berdasarkan hasil dari
pengamatan di lapangan Kondisi dari aspek-aspek tersebut telah peneliti ketahui.
Setelah mengetahui kondisi dari aspek-aspek tersebut, kami dapat memberikan
rekomendasi kepada instansi terkait mengenai pengembangan Kota Parepare sebagai
port of call.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang Pariwisata menjadi
hal yang paling utama untuk mengembangkan Kota Parepare agar dapat
dikembangkan menjadi port of call dengan tipe balanced cruise port. Sehingga
nantinya diharapkan Kota Parepare tidak hanya menjadi kota transit saja namun juga
dapat menjadi kota destinasi.

Anda mungkin juga menyukai