UNIVERSITAS MATARAM 2019 KEAMANAN KERJA DAN MANAJEMEN RESIKO
Keselamatan di tempat kerja berhubungan dengan risiko luka-luka atau
penyakit pada karyawan. Sedangkan keamanan di tempat kerja berhubungan dengan melindungi karyawan dari risiko keamanan internal dan eksternal seperti tindakan criminal oleh pelaku dari luar dan ancaman terorisme. Menurut SHRM, rencana keamanan tempat kerja harus menangani tugas seperti pembentukan fungsi keamanan formal, melindungi kekayaan intelektual perusahaan, mengembangkan rencana manajemen krisis, membentuk prosedur pencegahan pencurian dan penipuan, pencegahan kekerasan di tempat kerja, dan memasang sistem keamanan fasilitas. Manajemen risiko perusahaan adalah proses untuk menilai paparan terhadap kehilangan dalam operasi dan menentukan cara terbaik untuk menghapuskan, mengelola, dan mengurangi risiko dari dampak negative peristiwa merugikan pada bisnis. Contoh resiko yang spesifik yakni risiko bencana alam, risiko finansial dan risiko pada sistem komputer perusahaan. Risiko internal yang dapat dicegah muncul dari tindakan di dalam perusahaan dan meliputi hal-hal seperti kelakuan illegal karyawan atau kecelakaan di tempat kerja. Cara mengatasi risiko internal dengan menerapkan kode perilaku etis, prosedur pendisiplinan, dan peraturan keselamatan kerja. Risiko strategi adalah resiko yang diterima manajer sebagai bagian dari pelaksanaan strategi mereka seperti risiko yang ditanggung seorang banker jika peminjam tidak mampu membayar. Risiko ini dikelola pemberi kerja bersama dengan para ahli independen dan para ahli internal. Risiko eksternal datang dari luar perusahaan dan meliputi bencana politik dan alam, terorisme, dan pergantian ekonomi secara tiba-tiba. Metode yang digunakan dalam mengelola risiko ini adalah perencanaan scenario dimana perusahaan berusaha untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan merencanakan peristiwa yang tidak dapat diprediksi.
Manajer Sumber Daya Manusia dapat mengambil langkah untuk mengurangi
insiden kekerasan di tempat kerja, yakni: 1. Meningkatkan tindakan keamanan di tempat kerja, antara lain: - Memperbaiki pencahayaan eksternal - Menggunakan brankas penitipan untuk meminimalkan uang tunai yang dibawa - Memasang tanda yang menyatakan bahwa hanya sedikit uang tunai yang dibawa - Memasang tanda bahaya senyap dan kamera pengawas - Meningkatkan jumlah staf yang bertugas - Memberikan pelatihan kepada staf mengenai resolusi konflik dan respon non kekerasan - Menutup perusahaan pada jam berisiko tinggi pada larut malam dan pagi buta - Menerbitkan kebijakan senjata. 2. Meningkatkan penyaringan karyawan Serangan di tempat kerja sering dilakukan oleh rekan kerja, maka dari itu diperlukan penyaringan karyawan dengan cara pengecekan latar belakang calon karyawan, antara lain: - Kesenjangan dalam pekerjaan tanpa penjelasan - Informasi tidak lengkap atau palsu pada resume atau aplikasi - Referensi negative, tidak menguntungkan atau palsu - Pembangkangan atau perilaku kekerasan pada pekerjaan sebelumnya - Sejarah kriminal yang melibatkan pelecehan atau perilaku kekerasan - Terminasi sebelumnya untuk penyebab dengan penjelasan yang mencurigakan atau tanpa penjelasan - Sejarah penyalahgunaan obat-obatan atau alkohol - Indikasi kuat ketidakstabilan dalan pekerjaan atau kehidupan pribadi seorang individu - Lisensi atau akreditasi yang hilang 3. Pelatihan kekerasan di tempat kerja Melatih penyelia untuk mengidentifikasi petunjuk yang menunjukkan karyawan berpotensi melakukan kekerasan, antara lain: - Tindakan kekerasan pada atau di luar pekerjaan - Perilaku aneh yang membuktikan hilangnya persepsi atau kesadaran atas tindakan - Perilaku konfrontasinal yang berlebihan atau anti social - Perilaku agresif secara seksual - Kecenderungan untuk mengasiingkan diri atau menyendiri - Perilaku membangkang dengan ancaman kekerasan - Kecenderungan untuk bereaksi secara berlebihan terhadap kritik - Ketertarikan yang berlebihan pada perang, senjata api, kekerasan, pembunuhan massal, bencana dan sebagainya - Perbuatan melanggar keamanan yang serius - Kepemilikan senjat, senjata api, pisau atau barang sejenis di tempat kerja - Pelanggaran hak privasi orang lain - Mengeluh secara kronis - Sikap balas dendam 4. Kekerasan terhadap wanita di tempat kerja
Langkah-langkah untuk menerapkan program keamanan dasar yaitu :
a. Menganalisis tingkat risiko yang ada b. Memasang sistem keamanan mekanis Keamanan mekanis adalah penggunaan sistem keamanan seperti kunci, tanda bahaya intrusi, sistem kendali akses dan sistem pengawas untuk mengurangi kebutuhan akan pengawasan manusia secara terus-menerus. c. Keamanan alamiah Memanfaatkan fitur alamiah dan arsitektural fasilitas dalam meminimalkan permasalahan keamanan seperti akses masuk. d. Keamanan organisasi. Menggunakan manajemen yang baik untuk meningkatkan keamanan seperti melatih dan memotifasi staf keamanan dan penjaga lobi dengan baik.
Persyaratan dasar untuk rencana pencegahan tindak kriminal :
1. Filosofi dan kebijakan perusahaan pada tindak criminal 2. Investigasi terhadap pelamar 3. Pelatihan kesadaran tindak criminal 4. Manajemen krisis
Langkah-langkah untuk melindungi karyawan dan aset fisiknya dari serangan
teroris, antara lain: a. Menyaring identitas setiap orang yang memasuki tempat tersebut b. Mengecek pos secara teliti c. Mengidentifikasi di muka “organisasi krisis” yang ramping yang dapat menjalankan perusahaan secara interim setelah ancaman teroris. d. Mengidentifikasi sebelumnya dalam kondisi apakah anda akan menutup perusahaan tersebut serta proses penutupannya e. Menetapkan proses untuk membentuk tim manajemen krisis f. Menyiapkan rencana evakuasi dan memastikan bahwa jalan keluarnya ditandai dengan jelas dan tidak terhalang g. Menunjuk seorang karyawan yang akan berkomunikasi dengan keluarga dan karyawan di lar tempat tersebut h. Mengidentifikasi sebuah likasi di luar fasilitas anda yang lega untuk digunakan sebagai area berkumpul semua personel yang dievakuasi i. Menunjuk si muka beberapa karyawan yang akan melakukan perhitungan orang di area berkumpul evakuasi j. Menetapkan kebijakan dan prosedur pengiriman pesan teks darurat untuk memberi tahu individu yang terpengaruh bahwa keadaan darurat mungkin terjadi.