Ternak Domba
Domba dan kambing merupakan jenis ternak potong yang tergolong ternak
ruminansia kecil, hewan pemamah biak dan merupakan hewan mamalia yang
menyusui anaknya. Disamping sebagai penghasil daging yang baik, domba dan
kambing juga menghasilkan kulit yang dapat di manfaatkan untuk berbagai macam
keperluan industri kulit dan khusus untuk domba menghasilkan bulu (wool) yang
berkuku belah dan termasuk pada sub famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua
domba termasuk ke dalam genus Ovis dan yang didomestikasi adalah Ovis aries
(Johnston, 1983). Taksonomi domba menurut Blakely dan Bade (1985), bahwa
berikut:
Eropa dan Asia. Ciri khas pada domba domestikasi adalah tanduk yang
berpenampang segi tiga dan tumbuh melilit seperti spiral yang terdapat pada domba
jantan. Bobot badan pada domba jantan lebih tinggi dibandingkan domba betina.
pakan utamanya adalah tanaman atau tumbuhan. Domba juga merupakan hewan
daging dan susu, serta hasil ikutan yang berkualitas tinggi seperti kulit dan wol
keuntungan dilihat dari segi pemeliharaannya, yakni : Cepat berkembang biak, dapat
beranak lebih dari satu ekor dan dapat beranak dua kali dalam satu tahun, selalu
bergerombol bila sedang merumput atau berjalan, kurang memilih dalam hal pakan
Pertumbuhan Domba
(Cole, 1982). Pertumbuhan pada hewan merupakan suatu fenomena universal yang
dengan pertumbuhan berat badan tiap hari, tiap minggu atau tiap waktu lainnya
membesar, yang mempunyai tiga ruangan, yaitu rumen, retikulum dan omasum
Ruminansia mempunyai kapasitas lambung yang besar tetapi jumlah yang dapat
dimakan masih terbatas oleh kecepatan pencernaan dan sisa makanan yang dapat
dikeluarkan dari saluran pencernaan. Proses utama dari pencernaan adalah secara
mekanik, enzimatik ataupun mikrobial. Proses mekanik terdiri dari mastikasi atau
oleh kontraksi otot sepanjang usus. Pencernaan secara enzimatik atau kimiawi
dilakukan oleh enzim yang dihasilkan oleh sel-sel dalam tubuh hewan dan yang
asam lemak terbang. Mikroorganisme tersebut mencerna pula pati, gula, lemak,
protein dan nitrogen bukan protein untuk membentuk protein mikrobial dan
vitamin B. Tidak ada enzim dari sekresi lambung ruminansia tersangkut dalam
unsur yang dihasilkan oleh berbagai proses yang terjadi di dalam rumen. Itulah
nitrogen) dalam jumlah terbatas, yang di dalam rumen terurai menjadi NH 3 dan
merupakan bahan utama pembentukan asam-asam amino. Selain dari bahan pakan
Pakan bagi ternak domba dari sudut nutrisi merupakan salah satu unsur yang
Pakan sangat esensial bagi ternak domba karena pakan yang baik akan menjadikan
ternak sanggup melaksanakan kegiatan serta fungsi proses dalam tubuh secara
normal. Pada batasan minimal, makanan bagi ternak domba berguna untuk menjaga
atau sebagai pengisi perut saja melainkan harus benar-benar bermanfaat untuk
kebutuhan hidup, membentuk sel-sel baru, mengganti sel-sel yang rusak dan untuk
hasil produksinya, seperti daging, wol. Bahan pakan harus pula memberikan energi
Pemberian pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi ternak dapat
Kebutuhan zat gizi dalam makanan domba dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah
ini :
Kebutuhan ternak akan zat gizi dalam pakan domba perlu diperhatikan untuk
mandapat hasil yang maksimal dalam usaha penggemukan domba. Kandungan gizi
Pakan komplit (Complete Feed) adalah campuran semua bahan pakan yang
terdiri atas hijauan dan konsentrat yang dicampur menjadi satu campuran yang
rumput segar. Complete feed dibuat dari hasil samping pertanian seperti jerami
kedelai, tetes tebu, kulit kakao, kulit kopi, ampas tebu, bungkil biji kapok, dedak
padi, onggok kering dan bungkil kopra, pakan tersebut diformulasikan sedemikian
rupa sehingga kebutuhan ternak terpenuhi. Wahjuni dan Bijanti (2006) menjelaskan,
complete feed disusun untuk menyediakan ransum secara komplit dan praktis dengan
pemenuhan nilai nutrisi yang tercukupi untuk kebutuhan ternak serta dapat ditujukan
untuk perbaikan sistem pemberian pakan. Bahan-bahan yang biasa digunakan untuk
pembuatan complete feed antara lain : 1). Sumber SK (jerami, tongkol jagung, pucuk
tebu), 2). Sumber energi (dedak padi, kulit kopi, kulit kakao tapioka, tetes),
3). Sumber protein (bungkil kedelai, bungkil kelapa, bungkil sawit, bungkil biji
dalam pemberian pakan dan menurunnya sisa pakan dalam palungan, hijauan yang
menjadi pakan lengkap merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai kedua
dan perlakuan penggilingan dengan alat giling Hammer Mill dan terakhir
proses pengemasan.
Hijauan pakan merupakan makanan kasar yang terdiri dari hijauan pakan
yang dapat berupa rumput lapangan, limbah hasil pertanian, rumput jenis unggul
merupakan makanan utama bagi ternak ruminansia dan berfungsi tidak saja sebagai
pengisi perut, tetapi juga sumber gizi, yaitu protein, sumber tenaga, vitamin dan
Hijauan yang masih muda akan lebih dapat dicerna daripada yang tua.
Perbedaan dalam daya cerna tersebut terjadi bila tumbuh-tumbuhan menjadi tua,
disebabkan terutama karena bertambahnya kadar lignin yang hampir tidak dapat
bila tanaman masih sangat muda dan cenderung naik kadar serat kasarnya bila
tanaman makin tua. Pada umumnya, kadar serat kasar tanaman yang makin tinggi,
pencernaannya makin lama dan nilai energi produktifnya makin rendah. Rendahnya
nilai gizi limbah pertanian sangat erat hubungannya dengan umur tanaman.
harus kontinyu. Rumput gajah merupakan rumput yang berasal dari Afrika tropik dan
protein kasar (PK) 9,72%, lemak kasar (LK) 1,04%, serat kasar (SK) 27,54%, abu
sebagai pakan tunggal belum dapat memenuhi kebutuhan protein dan energi untuk
pakan berupa konsentrat. Rumput gajah dan konsentrat yang dicampur secara
homogen bisa disebut dengan istilah pakan komplit (complete feed). Complete feed
merupakan suatu jenis pakan yang terdiri dari hijauan dan konsentrat yang diberikan
Tongkol Jagung
jagung dirontokkan dari buahnya. Akan diperoleh jagung pipilan sebagai produk
utamanya dan sisa buah yang disebut tongkol atau janggel (Rohaeni et al., 2006).
ruminansia. Namun hasil samping ini belum dimanfaatkan secara optimal sebagai
bahan pakan ternak. Hal ini mungkin disebabkan oleh kualitasnya yang relatif rendah
seperti pada hasil samping pertanian lainnya. Tongkol jagung ini mempunyai kadar
protein yang rendah dengan kadar lignin dan selulosa yang tinggi (Aregheore, 1995).
Dengan kandungan sellulosa yang cukup tinggi yang merupakan komponen serat
yang dapat dicerna, maka tongkol jagung dapat menyediakan energi yang cukup
protein dan tingginya kadar lignin menyebabkan selulose menjadi tidak tersedia
(kecernaan in vitronya < 50%) (Brandt, 1986). Oleh karena itu perlu diolah untuk
Nilai nutrisi dari limbah tanaman dan hasil samping industri jagung sangat
bervariasi (terdapat pada Tabel 3). Nilai kecernaan kulit jagung dan tongkol (60%) ini
hampir sama dengan nilai kecernaan rumput gajah sehingga bahan-bahan tersebut
dapat untuk menggantikan rumput gajah sebagai sumber hijauan pakan ternak
Dedak Padi
Dedak padi adalah bahan pakan yang diperoleh dari pemisahan beras dengan
kulit gabahnya melalui proses penggilingan padi dari pengayakan hasil ikutan
bahan makanan asal nabati, dedak memang hasil samping proses pengolahan padi
menjadi beras. Oleh sebab itu kandungan nutrisinya juga cukup baik, dimana
serat kasarnya 12 %. Kandungan nilai gizi dalam dedak halus ini dapat dilihat pada
Tabel 4.
Menurut Devendra (1997) bungkil inti sawit adalah hasil samping/hasil ikutan
dari hasil ekstraksi inti sawit. Bahan ini diperoleh dengan proses kimiawi atau cara
mekanik walaupun kandungan proteinnya agak baik tapi karena serat kasarnya tinggi
dan palatabilitasnya rendah menyebabkan kurang cocok bagi ternak monogastrik dan
sawit dalam ransum maka kenaikan berat badan perhari semakin besar, namun
demikian pemberian optimal dari bungkil inti sawit ialah 1,5 % dari berat badan
bungkil inti sawit dapat digunakan sebesar 40% dalam konsentrat domba yang
ditambah dengan molases 20%. Kandungan nilai gizi dalam bungkil inti sawit ini
Molases
Molases atau tetes tebu adalah hasil sampingan pengolahan tebu menjadi gula.
Bentuk fisiknya berupa cairan yang kental dan berwarna hitam. Kandungan
karbohidrat, protein dan mineralnya cukup tinggi sehingga bisa juga dijadikan pakan
murah, kelebihan lain tetes tebu terletak pada aroma dan rasanya
Molases sebagai hasil ikutan proses pengolahan tebu menjadi gula sangat
palatabel bagi ternak domba. Penyertaan molases dalam campuran dengan bahan
terutama bahan pakan yang bersifat pendebuan. Pemberian molases sebagai bahan
pakan tambahan tunggal atau dalam bentuk campuran dengan bahan pakan lain
Kandungan nilai gizi molases dapat dilihat pada Tabel 6 yang tertera dibawah
ini :
Urea
Menurut Basir (1990) selain meningkatkan kualitas hijauan, urea juga dapat
ternak domba sebanyak 4,5% dari pemberian konsentrat belum menunjukkan gejala
keracunan. Namun apabila urea yang diberikan terlalu banyak akan menyebabkan
Garam
Garam juga sebagai unsur yang dibutuhkan sekali dalam kelancaran pekerjaan faali
Semua herbivora akan suka memakan garam apabila disediakan dalam bentuk
jilatan (lick) atau dalam bentuk halus dalam tempat mineral. Oleh karena hewan suka
akan garam maka biasanya garam dipakai sebagai campuran fosfor atau mineral
mikro dan senyawa lain misalnya obat parasit (Tillman et al., 1981).
untuk unggas). Hampir semua bahan makanan nabati (termasuk khususnya hijauan
tropis) mengandung Na dan Cl relatif lebih kecil dibanding bahan makanan hewani.
Oleh karena itu bahan makanan ruminan (terutama hijauan) maka suplemen Na dan
Cl dalam bentuk garam dapur dapat (hendaknya) dilakukan oleh peternak, pemberian
Mineral
Mineral adalah zat anorganik yang dibutuhkan dalam jumlah yang kecil,
namun berperan pentin agar proses fisiologis dapat berlangsung dengan baik. Mineral
digunakan sebagai kerangka pembentukan tulang dan gigi, pembentukan darah dan
berperan dalam proses metabolisme didalam sel. Penambahan mineral dalam ransum
dikonsumsi oleh ternak domba. Mineral esensial yang diperlukan oleh tubuh ternak
domba terbagi dalam 2 kelompok, yakni mineral makro yang terdiri dari Ca, P, Mg,
Na, K dan Cl, serta mineral mikro yang terdiri dari Cu, Mo,Fe dan lain-
lain.Kebutuhan akan mineral makro lebih banyak daripada jumlah kebutuhan mineral
yang cukup. Hijauan tropis umumnya mengandung (relatif) kurang mineral (terutama
akan mineral.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan mineral pada domba ini.
(Sumoprastowo, 1993).
1. Bahan pembentukan tulang dan gigi yang menyebabkan adanya jaringan keras
dan kuat
Tabel 8. Unsur-unsur Mineral yang Esensial dan Kadarnya dalam Tubuh Hewan
Makro Mikro
Unsur % Unsur Mg/Kg
Kalsium (Ca) 1.5 Besi (Fe) 20-80
Fosfor (P) 1.0 Seng (Zn) 10-50
Kalium (K) 0.2 Tembaga (Cu) 1.5
Natrium (Na) 0.16 Mangan (Mn) 0.2-0.5
Khlor (Cl) 0.11 Yodium (J) 0.3-0.6
Sulfur(S) 0.15 Kobalt (Co) 0.02-0.1
Magnesium(Mg) 0.04 Molibdum (Mo) 1.4
Selenium (Se) 1.7
Khromium (Cr) 0.08
Sumber : Tillman et, al., (1981).
Kandungan beberapa mineral dalam ultra mineral dapat dilihat pada Tabel 9
Starbio
modern temuan LHM Research Station. Berisi koloni bakteri yang diisiolasi dari
serta dilengkapi dengan bakteri nitrogen fiksasi non simbiose Starbio dapat
digunakan untuk menguraikan limbah baik limbah rumah tangga, Rumah Potong
Hewan, Pabrik, Tambak yang sering menimbulkan masalah terhadap pencemaran air.
(LHM, 1995).
ransum, kecernaan protein dan mineral fosfor (Piao et al., 1999). Hal ini terjadi
selulolitik, lignolitik, lipolitik, dan aminolitik serta nitrogen fiksasi non simbiosis)
sehingga zat-zat pakan lebih banyak diserap oleh tubuh untuk pertumbuhan maupun
karena dapat menghasilkan berbagai enzim yang dapat membantu pencernaan dan
Aspergillus niger
amina dan CO 2 yang selanjutnya digunakan untuk pembentukan asam amino yang
dalam medium. Molekul sederhana seperti gula dan komponen lain yang larut
disekeliling hifa dapat langsung diserap. Molekul lain yang lebih kompleks seperti
selulosa, pati dan protein harus dipecah terlebih dahulu sebelum diserap kedalam sel.
genus Aspergillus, famili Euratiaceae, ordo Eutiales, kelas Asomycotina, dan divisi
Asmatgmycota.
37oC. pH optimum antara 5 - 7 dan pH antara 2 - 8,5 kadar air media antara 65-70%.
Ciri-ciri khas Aspergillus niger menurut Fardiaz (1989) antara lain: berupa benang-
benang tunggal yang disebut hifa, tidak mempunyai klorofil dan berkembang biak
Trichoderma viride
Trichoderma viride adalah salah satu jenis jamur yang bersifat selulolitik
atau bakteri. Kapang yang bisa menghasilkan selulase adalah Aspergillus niger,
Trichoderma viride, dan lain-lain. Bakteri yang bisa menghasilkan selulase adalah
bakteri yang bisa menghasilkan selulase, yang potensial untuk dikembangkan dalam
Trichoderma viride adalah kapang berfilamen yang sangat dikenal sebagai organisme
viride selain menghasilkan enzim selulolitik yang lengkap, juga menghasilkan enzim
media air steril, yang dimasukkan ke dalamnya gula pasir (1% dari volume air), urea
dimasukkan bibit kapang Trichoderma sebanyak 1% dari volume air. Lalu larutan
difermentasi, sebaiknya tongkol jagung dicacah atau lebih baik jika ditepungkan,
dan energi bahan, sehingga akan lebih mudah dicerna oleh ternak. Trichoderma dapat
Fermentasi
dihasilkan oleh mikroorganisme yang biasanya terjadi dalam keadaan anaerob dan
pada proses fermentasi adalah urea. Urea yang ditambahkan pada proses fermentasi
akan terurai oleh enzim urease menjadi ammonia dan karbondioksida yang
Untuk hidup semua organisme membutuhkan sumber energi, energi diperoleh dari
metabolisme bahan pangan dimana berada didalamnya. Bahan baku yang paling
dan sejumlah besar energi (ATP) yang digunakan untuk tumbuh (Bukcle et al., 1985).
kerja enzim dari mikroba dengan menghasilkan produk tertentu. Proses ini berjalan
struktur jaringan kimia dinding sel, pemutusan ikatan lignoselulosa dan penurunan
kadar lignin (Winarno., et al, 1980). Syamsu (2006) menyatakan bahwa penggunaan
pembusuk yang mati karena tidak tahan hidup dalam suasana asam sewaktu
bentuk baru pada pengawetan pakan ternak secara fermentasi tersusun dari
penggabungan antara N bebas dari bangkai bakteri dan senyawa sisa asam lemak
volatile (campuran asam asetat, propionat dan butirat) yang telah kehilangan ion O, N
terkonsumsi oleh hewan bila bahan makanan tersebut diberikan secara ad libitum.
Dalam mengkonsumsi ransum ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat
energi, keseimbangan asam amino, tingkat kahalusan ransum, aktivitas ternak, berat
juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ternak (bobot badan, umur,
dipengaruhi oleh bau, rasa, tekstur, dan bentuk pakan yang diberikan (Chuch, 1988).
ruminansia adalah kecerahan warna, rasa, tekstur dan kandungan nutrisi. Makanan
makanan berkualitas rendah sehingga kualitas pakan yang relatif sama maka tingkat
pakan sesuai dengan bertambahnya daya cerna dari makanan (Tillman., et al, 1981).
konsumsi bahan kering domba berkisar antara 2 – 4 % dari bobot badannya. Tinggi
dan rendahnya konsumsi bahan kering pakan tergantung pada nilai manfaat pakan
Tingkat Pertambahan bobot badan yang tinggi dapat dicapai jika ternak
domba tersebut memiliki potensi genetik yang baik dan ditunjang oleh kondisi
lingkungan dan pakan yang menunjang munculnya potensi genetik tersebut. Seperti
halnya ternak lain, domba mengalami pertumbuhan yang biasa digambarkan sebagai
“kurva S”. Ketika baru lahir domba mengalami pertumbuhan yang sangat lambat,
menurun. Pertumbuhan yang sangat cepat hanya berlangsung beberapa bulan. Pada
(Parakkasi, 1999). Pertambahan bobot badan juga dipengaruhi salah satunya oleh
kualitas dan kuantitas pakan, pertambahan bobot badan berkorelasi positif dengan
Konversi Pakan
Konversi pakan diukur dari jumlah bahan kering yang dikonsumsi dibagi
dengan unit pertambahan bobot badan persatuan waktu. Konversi pakan khususnya
pada ternak ruminansia dipengaruhi oleh kualitas pakan, pertambahan bobot badan
dan nilai kecernaan. Dengan memberikan kualitas pakan yang baik ternak akan
tumbuh lebih cepat dan lebih baik konversi pakannya (Martawidjaya et al., 1999).
pakan, nilai kecernaan dan dimensi memanfaatkan zat gizi dalam proses metabolisme
di dalam jaringan tubuh ternak. Semakin baik kualitas pakan yang dikonsumsi ternak,
diikuti dengan pertambahan bobot badan yang tinggi maka nilai konversi pakan akan
semakin rendah dan akan semakin efisien pakan yang digunakan (Pond et al., 1995).
Nilai standar konversi pakan ternak domba adalah sebesar empat (NRC,
1985). Perbedaaan iklim di Indonesia yang beriklim tropis dengan standar NRC yang
didasarkan dengan iklim subtropis merupakan salah satu pnyebab perbedaan standar
nilai konversi pakan. Kebutuhan nutrisi didaerah tropis cenderung lebih tinggi
dibandingkan daerah subtropis. Suhu udara yang tinggi akan menyebabkan konsumsi
Secara keseluruhan semakin tinggi waktu inkubasi, terutama pada 1,5 – 4,5
jam semakin tinggi pula BK terdegradasi. Fenomena ini dapat dijelaskan dengan dua
pendekatan, pertama ditinjau dari kelarutan bahan pakan atau ransum itu sendiri
terutama pada 0 – 1 jam inkubasi, semakin tinggi daya larut (solubilitas) suatu bahan
hemiselulosa dan degradasi lignin terjadi pada akhir pertumbuhan primer melalui
metabolisme sekunder dalam kondisi defisiensi nutrien seperti nitrogen, karbon atau
perjalanan melalui alat pencernaan, bentuk fisik dari pakan, komposisi ransum, dan
pengaruh dari perbandingan dengan zat lainnya dari bahan pakan tersebut
(Anggorodi, 1984).
makanan terkonsumsi yang tidak didapatkan dalam feses dan dapat diserap oleh
saluran pencernaan; jika dinyatakan dalam persen, maka disebut koefisien cerna.
kandungan protein kasar dan serat pakan, perlakuan terhadap bahan pakan, faktor
spesies ternak, serta jumlah konsumsi pakan. Kecernaan sering erat hubungannya
dengan konsumsi, yaitu pada pemberian pakan dengan kandungan serat yang tinggi
yang sifatnya sangat voluminous, lamban dicerna dibandingkan pakan yang tidak
Mackie et al. (2002) adanya aktivitas mikroba dalam saluran pencernaan sangat
mempengaruhi kecernaan. Nilai rataan koefisien cerna bahan kering pada domba
lokal adalah 57,34% sedangkan nilai rataan koefisien cerna bahan organik adalah
nutrisi tertentu pada ternak, sementara itu pakan yang mempunyai kecernaan rendah
diabsorbsi dalam memenuhi kebutuhan hidup pokok maupun untuk tujuan produksi
(Putra, 2006).
Bahan organik terdiri dari lemak, protein kasar, serat kasar dan Bahan ekstrak tanpa
Kecernaan serat suatu bahan makanan sangat mempengaruhi kecernaan pakan, baik
dari segi jumlah maupun dari komposisi kimia seratnya (Tillman et al., 1991).
dan diabukan. Nilai kecernaan bahan organik (KBO) didapatkan melalui selisih
kandungan bahan organik (BO) awal sebelum inkubasi dan setelah inkubasi,
bahan organik didapatkan melalui selisih kandungan bahan organik awal sebelum
sebelum inkubasi (Jayanegara et al., 2009). Nilai degradasi bahan organik antara
merupakan bagian dari bahan kering, sehingga meningkatnya konsumsi bahan kering
maka konsumsi bahan organik akan meningkat pula. Peningkatan kecernaan bahan
organik sejalan dengan meningkatnya kecernaan bahan kering, karena sebagian besar
komponen bahan kering terdiri atas bahan organik sehingga faktor-faktor yang
terhadap tinggi rendahnya kecernaan bahan organik. Van Soest (1994) yang
faktor seperti jenis ternak, komposisi kimia pakan dan penyimpanan pakan. Daya
cerna suatu bahan pakan tergantung pada keserasian zat-zat makanan yang
terkandung didalamnya.
tujuan akhir dari penggemukan adalah untuk mendapatkan keuntungan. Salah satu
perhitungan yang dapat digunakan adalah Income Over Feed Cost (IOFC), yaitu
pertambahan bobot tubuh selama pemeliharaan, konsumsi dan harga pakan. Wahju
keuntungan maksimum, tetapi pertumbuhan yang baik dan diikuti dengan konversi
pakan yang baik serta biaya pakan yang minimum akan mendapatkan keuntungan
yang maksimum.