Teori Perencanaan Wisata
Teori Perencanaan Wisata
perkembangan industri pariwisata sesuai dengan apa yang telah dirumuskan dan
berhasil mencapai sasaran yang dikehendaki, baik itu ditinjau dari segi ekonomi,
dilakukan akan terbentuk apabila unsur informasi yang ada dapat diterima.
Sumber informasi biasanya berasal dari guide atau informasi yang bersifat
kebutuhan unsur transportasi baik transportasi dari dan ke atraksi wisata maupun
aksesbilitas di dalam atraksi wisata. Unsur atraksi lebih mengikat terhadap service
yang diberikan kepada wisatawan. Atraksi yang baik akan memberikan informasi
yang tepat kepada wisatawan untuk datang. Kondisi aksesbilitas yang baik akan
yang ada.
lingkup lokal, regional, nasional, dan dapat pula secara internasional. Adapun
Negara tersebut.
b. Seperti halnya perencanaan sektor perekonomian lainnya,
keseluruhan.
daerah sekitarnya
ditimbulkannya
f. Pada masa – masa yang akan datang jam kerja para buruh dan
pre-urban.
ditekankan pada pengelolaan daya tarik wisata yang ada. Seperti perencanaan
mengelola potensi wisata yang ada pada suatu daerah. Dalam konsep kewilayahan
secara umum, materi dasar perencanaan seharusnya memuat visi, misi, strategi,
zoning, rencana tapak yang lebih detail dan mekanisme monitoring dan evaluasi.
Visi secara umum digambarkan sebagai cita – cita atau impian yang ingin
dicapai dari sebuah kegiatan. Perumusan bahasa visi biasanya bersifat ideal tetapi
terkait dengan kondisi / kebutuhan yang harus dicapai / dipenuhi. Setelah visi
dari subjek dan objek kegiatan yang akan dilakukan. Visi yang baik harus
(menarik), feasible (realities dan dapat dicapai), focused (jelas), flexible (aspiratif
kemampuan perusahaan dan bebas dari istilah yang tidak aplikatif. Tindakan
utama organisasi atau prinsip yang harus dilakukan untuk mencapai misi.
B. Aktivitas
kegiatan wisata yang akan ditawarkan. Dalam perencanaan aktivitas ini akan
dilakukan oleh pengelola dan aktivitas yang akan dilakukan oleh wisatawan.
Khusus penegasan mengenai aktivitas yang akan dilakukan oleh wisatawan, akan
C. Zoning
Nasional, 2001). Penentuan zona secara khusus memiliki tujuan untuk membagi
wilayah yang ada menjadi sejumlah peruntukan. Nantinya peruntukan ini akan di
menjadi dasar sejauh mana kegiatan wisata dapat dilakukan tiap zona yang ada.
lahan eksisting yang ada dan tidak merubah kondisi guna lahan yang telah ada.
D. Sarana dan Prasarana
fasilitas gedung, aspke konservasi dan konsumsi sumberdaya, aspek bahan, aspek
dampak teknologi, aspek layanan, kontrol kualitas, praktik hijau, aspek program
dibutuhkan umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu sarana prasarana yang
atas berbagai macam fasilitas tetapi secara umum harus menjawab tujuan
detail dari sebuah perencanaan kawasan dari aspek spasial. Perancangan tapak
umumnya terdiri dari penjabaran konsep detail dari unsure arsitektur. Dalam
tertutup bagaimana input, syarat – syarat itern dan pengaruh ekstern membentuk
output (Markus Zahnd, 2009). Maksud dasar dari mekanisme perancangan ini
adalah agar tidak terjadi ambiguitas konsep baik dalam ekspresi, estetika dan etika
yaitu ; fungsi ruang yang menekankan cara penggunaan ruang, lokasi ruang yang
menekankan situasi lokasi objek dan wujud ruang yang menekankan bentuk
objek. Persepsi visual yang diterapkan melalui pendekatan batasan ruang yang
aturan ruang yang menekankan susunan objek dengan lingkungannya dan tata
F. Kelembagaan
kerja yang akan dibangun. Rencana penetapan kelembagaan ini nantinya akna
merumusan sejauh mana lembaga pengelola potensi wisata yang ada dapat
yang harus dilakukan untuk membentuk leabga pengelola potensi wisata ini.
terhada indikator kunci dari kondisi biofisik dan sosial ekonomi (Ambo Tuwo,
1. Rancangan monitoring
4. Instrumen monitoring
5. Jadwal Monitoring
6. Pembiayaan monitoring
Hasil keputusan dari pelaksanaan monitoring akan dijadikan materi dasar tahap
selanjutnya yaitu tahap evaluasi terhadap rencana yang telah dilakukan. Materi
1. Pencapaian tujuan
evaluasi yaitu : penetapan tujuan dan alasan, penetapan indikator, prosedur dan
frekwensi kegiatan, analisis dan penyajian data hasil kegiatan, penentuan personil
pelaksana.