Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TESIS
Diajukan Oleh:
ELFI RAHMAWATI
NIM: 16825/PS/IKM/2005
Kepada
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
TAHUN 2008
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini. Tesis ini merupakan prasyarat untuk menyelesaikan
studi pada program Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Minat
Perilaku dan Promosi Kesehatan, Universitas Gadjah Mada.
Selama penulisan tesis ini penulis banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan penuh
kerendahan hati penulis sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada:
1. Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ketua Minat Utama
Perilaku dan Promosi Kesehatan beserta staf pengajar yang telah banyak
memberikan bimbingan selama penulis menuntut ilmu.
2. Dra. Retna Siwi Padmawati, MA, sebagai pembimbing I yang telah
banyak memberikan arahan, masukan dan bimbingan yang sangat
berguna hingga selesainya tesis ini.
3. Drs. Rendra Widyatama, MSi sebagai pembimbing II yang telah banyak
memberikan arahan, masukan dan bimbingan yang sangat berguna
hingga selesainya tesis ini.
4. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul beserta jajarannya,
masyarakat di Kecamatan Piyungan beserta informan lainnya yang
banyak membantu memberikan informasi selama pengumpulan data.
iv
5. Kepala Dinas Kesehatan Kota Samarinda beserta jajarannya yang telah
memberikan dukungan dan bantuan selama proses pendidikan di
Universitas Gadjah Mada ini.
6. Seluruh keluarga yang mendorong penulis dalam menyelesaikan
pendidikan.
7. Rekan-rekan seangkatan di Minat Utama Perilaku dan Promosi
Kesehatan yang saling membantu selama pendidikan. Dan semua pihak
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang turut membantu
baik dalam pendidikan maupun dalam penulisan tesis ini.
Akhir kata, semoga karya yang masih jauh dari sempurna ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
ELFI RAHMAWATI
v
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul i
ii
Lembar Pengesahan
iii
Pernyataan iv
v
Kata Pengantar
vi
Daftar Isi vii
viii
Daftar Tabel
ix
Daftar Gambar x
Daftar Lampiran
Intisari
Abstrac
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 6
B. Perumusan Masalah 6
C. Tujuan Penelitian 6
D. Manfaat Penelitian 6
E. Keaslian Penelitian 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka 10
1. Promosi Kesehatan 10
2. Diare 16
3. Analisis Kebutuhan Program Promosi Kesehatan 19
vi
4. Evaluasi Program Kesehatan 26
B. Landasan Teori 28
C.Kerangka Konsep Penelitian 30
D. Pertanyaan Penelitian 31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian 32
B. Subyektifitas Penelitian 32
C. Lokasi Penelitian 32
D. Subyek dan Sampling Penelitian 33
E. Definisi Operasional 34
F. Instrumen Penelitian 35
G. Prosedur Penelitian 37
H. Prosedur Analisis 38
I. Keabsahan Data 39
J. Etika Penelitian 39
H. Kesulitan dan Keterbatasan Penelitian 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 41
1. Karakteristik Subyek Penelitian 41
2. Pemahaman Masyarakat tentang Diare 43
3. Perencanaan dan Pelaksanaan Program Promosi 49
Pencegahan Diare oleh Dinas Kesehatan Bantul
4. Kebutuhan masyarakat akan program promosi 56
pencegahan diare
5. Saluran informasi yang sering dipergunakan masyarakat 59
B. Pembahasan
1. Pemahaman masyarakat tentang Diare 60
2. Perencanaan dan Pelaksanaan Program Promosi 64
vii
Pencegahan Diare oleh Dinas Kesehatan Bantu
3. Kebutuhan masyarakat akan program promosi 68
pencegahan diare
4. Saluran informasi yang sering dipergunakan masyarakat 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 74
B. Saran 75
DAFTAR PUSTAKA 76
LAMPIRAN 80
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Karakteristik Informan Stakeholder Promosi 42
Kesehatan
Tabel 2 Karakteristik Informan Masyarakat 43
Tabel 3 Penyebab Diare menurut Pemahaman masyarakat 45
Tabel 4 Hasil pemeriksaan bakteriologis air 49
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Jumlah penderita diare di Kabupaten Bantul tahun 3
2004, 2005 dan 2006
Gambar 2 Jumlah penderita diare di Kabupaten Bantul tahun 3
2004, 2005 dan 2006
Gambar 3 Model penyusunan rencana pengajaran 19
Gambar 4 Rangkaian model Procede/Proceed yang berkaitan 21
dengan perencanaan,implementasi dan evaluasi
program promosi kesehatan
Gambar 5 Tahapan evaluasi 29
Gambar 6 Kerangka konsep penelitian 30
Gambar 7 Proses analisis data 38
Gambar 8 Pemahaman masyarakat tentang diare 45
Gambar 9 Penanganan diare oleh masyarakat 48
Gambar 10 Kondisi lingkungan sekitar sumber air minum 49
Gambar 11 Kegiatan di pojok PHBS Kecamatan Piyungan 51
Gambar 12 Kegiatan konseling 52
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Pernyataan kesediaan menjadi informan 80
Lampiran 2 Pedoman wawancara mendalam stakeholder bagian 81
kesehatan keluarga
Lampiran 3 Pedoman wawancara mendalam stakeholder bagian 83
kesehatan lingkungan
Lampiran 4 Pedoman wawancara mendalam stakeholder bagian 85
penyuluhan masyarakat
Lampiran 5 Pedoman wawancara mendalam stakeholder bagian 87
pencegahan dan pemberantasan penyakit
Lampiran 6 Pedoman wawancara mendalam stakeholder 89
Puskesmas
Lampiran 7 Pedoman wawancara mendalam masyarakat 91
Lampiran 8 Pedoman diskusi kelompok terarah 93
Lampiran 9 Pedoman observasi kegiatan promosi pencegahan 95
diare
Lampiran 10 Pedoman observasi sumber air dan lingkungan 96
Lampiran 11 Dokumentasi foto-foto pengambilan data 97
Lampiran 12 Peta Kecamatan Piyungan 99
xi
INTISARI
xii
ABSTRACT
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Derajat kesehatan manusia ditentukan oleh hasil interaksi antara
perilaku manusia dengan lingkungan yang dilatarbelakangi oleh faktor
sosiobudaya dan dipengaruhi oleh faktor yang berkaitan yaitu faktor
lingkungan, perilaku masyarakat dan faktor upaya kesehatan (Green et
al.,1985). Suatu penyakit timbul apabila terjadi ketidakseimbangan dalam tata
ekologi antara lingkungan dengan agent atau penyebab penyakit (Gordis,
2000). Banyak penyakit atau kondisi kesehatan yang bertambah parah akibat
perilaku manusia itu sendiri. Perilaku manusia merupakan hasil dari
pengalaman dan interaksi manusia yang terwujud dalam bentuk sikap,
pengetahuan dan tindakan. Perilaku merupakan respon individu terhadap
rangsangan baik yang berasal dari dalam diri maupun yang berasal dari luar.
Respon dapat bersifat pasif (tanpa tindakan) maupun aktif (dengan
tindakan) (Sarwono, 2003).
Penyakit–penyakit menular merupakan masalah kesehatan yang
disebabkan oleh keadaan lingkungan dan perilaku manusia yang belum
menguntungkan. Penyakit menular termasuk di antaranya malaria, demam
berdarah, penyakit–penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, penyakit
TBC paru dan penyakit diare (Partawihardja,1990).
Menurut Luza (2007), penyakit diare merupakan salah satu penyakit
berbasis lingkungan. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan
terbesar di Indonesia karena masih buruknya kondisi sanitasi dasar,
lingkungan fisik maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih
dan sehat. Diare juga merupakan salah satu penyakit infeksi penyebab
utama kesakitan dan kematian pada anak balita terutama anak di bawah dua
2
873 861
846 845 848
800 772
796 788 768 773
692 692 694
748
695
684 701
745
2004
647 638 653
641 632
629 624
600 610
2005
2006
400
200
0
b
ep
n
gs
ov
pr
n
kt
es
l
ar
ei
Ju
Ju
Fe
Ja
O
M
A
M
N
A
D
S
BULAN
1000
900
800
700
600 2004 Pend
KASUS
SRANDAKAN
KASIHAN I
KASIHAN II
SEDAYU I
SEDAYU II
PANDAK I
PANDAK II
BG TAPAN I
BG TAPAN II
PIYUNGAN
BANTUL I
BANTUL II
IMOGIRI I
IMOGIRI II
SANDEN
BB LIPURO
PLERET
PUNDONG
SEWON I
SEWON II
JETIS I
JETIS II
DLINGO I
DLINGO II
KRETEK
SARANA KESEHATAN
Gambar 2. Jumlah penderita diare pada tahun 2004, tahun 2005 dan
tahun 2006 menurut sarana kesehatan di Kabupaten Bantul.
4
juga sangat dipengaruhi oleh waktu, tempat dan faktor umur (Philips et al.,
1987).
Menurut Morton et.al (1995), perilaku manusia dipengaruhi faktor -
faktor predisposing, enabling dan renforcing. Diperlukan cara-cara untuk
mengubah perilaku yang akan mempertinggi angka kejadian diare seperti
meningkatkan perilaku hidup bersih sehat. Dalam keadaan bencana
umumnya terdapat keterbatasan sarana sanitasi. Untuk meminimalisasi
pengaruh lingkungan perlu dilakukan kontrol terhadap perilaku berisiko.
Berdasar wawancara dengan petugas penyuluhan masyarakat Dinas
Kesehatan Bantul dalam studi pendahuluan diketahui bahwa selama ini di
Kabupaten Bantul telah dilakukan kegiatan promosi kesehatan untuk
menanggulangi terjadinya penyakit diare, yaitu melakukan penyuluhan dan
social marketing gerakan cuci tangan dengan sabun yang dilakukan sebulan
sekali sepanjang tahun. Penyuluhan dilakukan oleh Puskesmas di wilayah
kerja masing-masing. Namun kejadian diare tetap tinggi bahkan untuk waktu
tertentu terjadi kenaikan jumlah penderita. Hal-hal yang dapat mengurangi
keberhasilan promosi kesehatan adalah bahwa menurut petugas puskesmas
kegiatan promosi kesehatan selama ini per bagian yaitu kegiatan dilakukan
oleh setiap penanggung jawab program secara terpisah. Kegiatan- kegiatan
tersebut dilakukan sesuai program masing-masing bagian seperti kegiatan
peningkatan kualitas air oleh bagian kesehatan lingkungan, konseling untuk
pemberian ASI oleh bagian kesehatan ibu dan anak serta kegiatan PHBS
oleh bagian penyuluhan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan lebih
menitikberatkan pada pendidikan kesehatan, sementara perubahan
lingkungan yang mendukung kesehatan, perubahan norma-norma sosial
maupun usaha legislasi kurang mendapat perhatian.
Selain kegiatan promosi kesehatan yang tidak menyeluruh, faktor lain
yang dapat mempengaruhi keberhasilan promosi kesehatan adalah faktor
6
B. Permasalahan
Bagaimana program promosi pencegahan diare yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat di Puskesmas Piyungan ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi program promosi pencegahan diare yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat di Puskesmas Piyungan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengeksplorasi program promosi pencegahan diare yang telah
direncanakan dan dilaksanakan di Puskesmas Piyungan.
b. Mengidentifikasi media yang sering dipergunakan masyarakat untuk
mendapatkan informasi tentang diare.
c. Mengeksplorasi kebutuhan masyarakat akan informasi tentang diare.
D. Manfaat
1. Mendapatkan gambaran tentang program promosi pencegahan diare
yang telah dilaksanakan di Puskesmas Piyungan.
2. Mendapatkan gambaran tentang kebutuhan masyarakat akan program
promosi pencegahan diare.
3. Mendapatkan gambaran tentang media informasi yang sering
dipergunakan masyarakat untuk mendapatkan informasi tentang diare.
4. Sebagai bahan untuk penyusunan program promosi kesehatan untuk
pencegahan diare di Puskesmas Piyungan.
5. Sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya.
8
E. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang promosi kesehatan diare yang pernah dilakukan
antara lain:
1. Sutrisno (2003), meneliti tentang efektifitas metode kombinasi ceramah
dengan tanya jawab dengan media video. Penelitian ini meneliti pengaruh
metode kombinasi ceramah dengan tanya jawab dengan media video
dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang promosi
penatalaksanaan diare di Akademi Kebidanan Mangkuyudan, Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimental dengan
rancangan pretest-postest control group design dengan subyek penelitian
adalah mahasiswa. Hasil penelitian adalah perkuliahan dengan metode
kombinasi ceramah dengan tanya jawab dengan media video
menghasilkan rerata pengetahuan yang lebih tinggi dibanding dengan
metode perkuliahan kombinasi ceramah tanya jawab. Perbedaan dengan
penelitian ini adalah dalam hal tujuan penelitian, metode penelitian dan
lokasi penelitian.
2. Ishak, Syafei (2002), meneliti tentang perbedaan efektifitas metode
partisipatif dengan informatif dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap
ibu tentang diare anak balita di Kecamatan Grabag, Kabupaten
Purworejo. Penelitian membandingkan perbedaan peningkatan
pengetahuan dan sikap ibu tentang diare anak balita dan penanganannya
di rumah antara pendidikan metode parsitipatif dengan informatif.
Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimental dengan
rancangan pretest-postest control group design dengan subyek penelitian
adalah ibu anak balita. Hasil penelitian menyatakan bahwa metode
partisipatif lebih efektif meningkatkan pengetahuan tetapi kurang efektif
dalam meningkatkan sikap ibu dibanding metode informatif. Perbedaan
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Promosi Kesehatan
a. Definisi
Menurut Machfoedz et al. (2005), proses memberdayakan masyarakat
untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui
peningkatan kesadaran, kemauan, dan kemampuan serta pengembangan
lingkungan sehat merupakan inti dari promosi kesehatan. Promosi kesehatan
merupakan proses untuk membuat orang mampu meningkatkan kontrol
terhadap kesehatan dan faktor–faktor yang mempengaruhi kesehatannya
sendiri. Kegiatan tersebut dilakukan dengan meningkatkan kemampuan
perseorangan dan kelompok untuk melakukan perubahan keadaan terutama
yang berhubungan dengan penyebab sosial dan ekonomi yang
mempengaruhi kesehatan (Tang et al., 2005).
Promosi kesehatan menurut WHO adalah proses mengupayakan
individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka
mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatannya (Depkes,2004). Menurut Ewless dan
Simnet (1994) promosi kesehatan merupakan sebuah proses untuk membuat
orang mampu meningkatkan kontrol dan memperbaiki kesehatannya sendiri.
Berdasar beberapa definisi di atas maka dasar dari promosi kesehatan
adalah melakukan pemberdayaan sehingga masyarakat mampu untuk
melakukan kontrol terhadap aspek-aspek kehidupan yang mempengaruhi
kesehatan. Pemberdayaan dilakukan melalui peningkatan pengetahuan,
peningkatan sikap dan perilaku melalui advokasi, bina suasana dan gerakan
masyarakat.
11
2. Diare
a. Penyakit Diare
Diare adalah buang air besar disertai cairan atau berak cair dengan
frekuensi berak lebih dari 3 kali dalam waktu 24 jam. Menurut Healthscout
(2007), secara operasional definisi diare adalah terjadinya perubahan bentuk
atau konsistensi tinja, melembek sampai mencair serta bertambahnya
frekuensi berak lebih dari biasanya, lazimnya 3 kali atau lebih dalam satu
hari. Menurut jenisnya diare dapat digolongkan menjadi:
i. Diare akut yaitu kejadian diare terjadi selama kurang dari 14 hari,
umumnya 7 hari dengan selang waktu berhenti tidak lebih dari 2 hari.
ii. Diare persisten yaitu kejadian diare lebih dari 14 hari terus menerus tanpa
selang waktu berhenti lebih dari 2 hari.
iii. Disentri yaitu diare dengan disertai darah dalam tinjanya
iv. Diare dengan penyerta yaitu diare yang disertai penyakit lain seperti
demam, gangguan gizi dan lainnya.
Penyebab diare dapat dikelompokkan dalam beberapa golongan tetapi
penyebab paling banyak yang ditemukan adalah karena infeksi dan
keracunan makanan (NDDIC, 2007). Penyebab diare dapat digolongkan
menjadi:
i. Infeksi
17
1. Infeksi enteral yaitu diare yang terjadi karena adanya infeksi saluran
pencernaan dan merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi
dapat terjadi karena virus, bakteri maupun parasit.
2. Infeksi parenteral yaitu diare karena infeksi di bagian tubuh yang lain
di luar saluran pencernaan, antara lain bronchopneumonia,
tonsilifaringitis, otitis media akut dan ensefalitis. Keadaan ini terutama
pada bayi dan anak di bawah umur dua tahun.
ii. Malabsorbsi
Malabsorbsi dapat terjadi karena malabsorbsi karbohidrat, lemak dan
protein. Malabsorbsi pada anak dan bayi yang paling sering terjadi adalah
karena intoleransi laktosa.
iii. Makanan yaitu diare yang terjadi karena mengkonsumsi makanan yang
sudah basi, makanan beracun dan alergi terhadap jenis makanan
tertentu.
b. Faktor risiko terjadinya penyakit diare
Menurut Philips et al.(1987) dan Tjitra et al.(1994) beberapa faktor
yang mempengaruhi terjadinya penyakit diare adalah:
i. Umur
Angka kesakitan diare meningkat pada bayi umur 0-11 bulan dan anak
umur 12-23 bulan dan menurun pada golongan umur 24-59 bulan.
Keadaan ini antara lain dapat disebabkan karena belum terbentuknya
kekebalan alami dari anak di bawah umur 24 bulan, sedangkan mereka
terpapar pada pengganti air susu ibu dan makanan tambahan yang
pengolahan dan penyajiannya kurang higienis.
ii. Higiene perorangan:
Sebagian besar penyebab diare adalah kuman patogen yang
penularannya melalui oral-fekal selain melalui air atau makanan. Higiene
perorangan mempunyai hubungan yang erat dengan penularan diare
18
v. Status Gizi
19
PROMOSI
KESEHATAN
Faktor
pengaruh
Perilaku
Pendidikan dan
kesehatan Gaya hidup
Faktor Kualitas
pendukung Kesehatan Hidup
Kebijakan
Regulasi Faktor lingkungan
Kesehatan pendorong
PROCEED
Gambar 4: Rangkaian model Precede/proceed yang berkaitan dengan perencanaan,
implementasi dan evaluasi program promosi kesehatan (Green dan Kreuter,1991).
23
B. Landasan Teori
1. Evaluasi
Menurut Hawe et al.(1998) evaluasi terdiri dari evaluasi outcome,
evaluasi impact dan evaluasi proses. Evaluasi outcome dilakukan untuk
menilai pengaruh program terhadap tujuan umum program (programme
goal). Evaluasi ini berhubungan dengan penilaian pengaruh program
terhadap masalah kesehatan yang dituju (menilai pengaruh jangka panjang
program).
Evaluasi impact dilakukan untuk menilai pengaruh program terhadap
tujuan khusus program (objektif). Evaluasi ini berhubungan dengan penilaian
pengaruh program terhadap faktor risiko yang mempengaruhi masalah
kesehatan yang menjadi sasaran program. Evaluasi ini mengukur pengaruh
sementara program.
Sedangkan evaluasi proses dilakukan untuk menilai pengaruh
program terhadap strategi obyektif. Penilaian evaluasi ini berhubungan
dengan pengaruh program terhadap hal-hal yang mempengaruhi faktor risiko.
Evaluasi ini menilai kegiatan program, kualitas program dan jangkauannya.
Evaluasi proses meliputi semua aspek dalam pelaksanaan program seperti
isi dari program, dukungan dan pendapat masyarakat tentang program yang
dilakukan. Hasil dari evaluasi proses memberikan informasi spesifik yang
bermanfaat untuk mengembangkan program menjadi lebih baik, sehingga
evaluasi proses disebut juga sebagai evaluasi formatif.
Dalam evaluasi proses terdapat empat hal yang dinilai yaitu: cakupan
program terhadap kelompok target (apakah semua bagian program
menjangkau semua bagian dari kelompok target?), kepuasan partisipan
terhadap program, pelaksanaan kegiatan program dan penilaian terhadap
29
Perencanaan
Evaluasi
impact
Perencanaan ulang
& pelaksanaan
Masyarakat:
- Sumber
yang
disenangi
- Pesan yang
diinginkan Rekomendasi
- Saluran Program
yang Promosi
dipakai Kesehatan
Perencanaan dan
pelaksanaan
program promosi
kesehatan
Kabupaten Bantul:
- sumberdaya
yang tersedia
- hambatan yang
dihadapi
D. Pertanyaan Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi
kasus. Peneliti menggali segala hal yang menyangkut program promosi
kesehatan pencegahan diare lebih mendalam dan mengungkapkan
fenomena atau isu penting yang berhubungan dengan program (Valadez dan
Bamberger, 1994). Dalam penelitian studi kasus peneliti harus menetapkan
kasus yang hendak diamati, berdasar tempat dan waktu yang dibatasi
(Creswell, 2003).
B. Subyektivitas Penelitian
Peneliti berperan aktif dalam pengumpulan data dengan melakukan
wawancara langsung dengan bertatap muka. Peneliti sudah lama tinggal di
daerah Yogyakarta dan memahami Bahasa Jawa sehingga tidak mengalami
kesulitan berkomunikasi jika informan hanya memahami Bahasa Jawa.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul.
Lokasi ini dipilih karena Kecamatan Piyungan merupakan kecamatan dengan
penderita diare terbanyak pada tahun 2004,2005 dan 2006 di Kabupaten
Bantul. Kecamatan Piyungan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Bantul dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun 2006 sebanyak
38.481 orang, terdiri dari 19.544 perempuan dan 18.937 laki-laki.
Kecamatan Piyungan terdiri dari tiga desa yaitu: Srimartani, Srimulyo
dan Sitimulyo. Di Kecamatan Piyungan terdapat satu Puskesmas, dua
Puskesmas pembantu serta 72 Posyandu. Kondisi geografis Kecamatan
Piyungan meliputi sebagian perbukitan dan pegunungan dan sebagian
lainnya dataran rendah. Pada daerah perbukitan penduduk umumnya
33
E. Definisi Operasional
1. Analisis kebutuhan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menggali
kebutuhan masyarakat akan informasi, bentuk kegiatan dan media seperti
yang diinginkan masyarakat dalam promosi kesehatan pencegahan diare.
2. Promosi pencegahan diare adalah segala bentuk kegiatan yang
dilakukan Dinas Kesehatan Bantul dan jajarannya dalam usaha untuk
mencegah terjadinya penyakit diare.
3. Media adalah sarana yang dipergunakan oleh Dinas Kesehatan dan
jajarannya untuk melakukan promosi keshatan. Media dapat berupa
sarana maupun orang yang menyampaikan pesan.
4. Perencanaan adalah proses untuk menentukan rencana kegiatan yang
akan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Bantul dalam promosi kesehatan
pencegahan diare.
5. Pelaksanaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Bantul dalam promosi kesehatan pencegahan diare dalam tahun terakhir.
6. Kebutuhan masyarakat adalah keinginan masyarakat terhadap bentuk
kegiatan program promosi pencegahan diare.
7. Sumberdaya adalah perangkat yang tersedia untuk melakukan promosi
pencegahan diare di Kabupaten Bantul.
8. Hambatan adalah kondisi yang menghambat jalannya pelaksanaan
promosi pencegahan diare di Kabupaten Bantul.
9. Pesan adalah materi yang disampaikan dalam promosi pencegahan diare.
10. Saluran yaitu media yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan
promosi pencegahan diare.
G. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan meliputi survei lokasi penelitian sehingga topik penelitian
benar-benar merupakan suatu permasalahan di daerah tersebut. Hasil
survei pendahuluan diajukan dalam bentuk outline. Pengembangan
outline menjadi proposal penelitian diajukan kepada pembimbing dan
didiskusikan. Setelah disetujui untuk dijadikan sebagai topik penelitian
kemudian dilakukan penelusuran daftar pustaka dan referensi sebagai
penunjang. Kemudian menentukan metode dan cara penelitian yang
sesuai dengan tujuan penelitian dan diseminarkan dalam bentuk proposal
penelitian untuk mendapatkan bahan masukan. Bahan masukan yang
sesuai diakomodasikan dalam proposal penelitian demi kesempurnaan
proposal tersebut. Selanjutnya mempersiapkan surat ijin penelitian untuk
kerja lapangan dalam hal memperoleh data dan proses penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dimulai dengan memasuki lapangan yang telah
ditentukan sebagai lokasi penelitian dan menentukan informan yang akan
dijadikan sumber utama dalam upaya pengumpulan data. Setelah
berkoordinasi dengan informan untuk menentukan waktu pelaksanaan,
kemudian diskusi kelompok terarah dan wawancara mendalam akan
dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yang tidak
terstruktur. Sebelum dilakukan wawancara, terlebih dahulu diberikan
penjelasan kepada informan tentang tujuan wawancara tersebut. Selain
itu peneliti juga meyakinkan yang diwawancara bahwa akan menjaga
kerahasiaan identitasnya serta meminta informan untuk menandatangani
pernyataan sebagai tanda kesediaannya dalam penelitian.
38
Pengumpulan data
Penarikan
simpulan/verifikasi
Gambar 7. Proses analisis data
39
I. Keabsahan data
Untuk meningkatkan keabsahan data penelitian ini, dilakukan
triangulasi metode pengumpulan data yaitu dengan diskusi kelompok terarah,
wawancara mendalam, observasi dan studi dokumen. Triangulasi sumber
data juga dilakukan dengan mewawancarai informan yang berasal dari
stakeholder dan warga masyarakat yang berbeda.
J. Etika Penelitian
Penelitian dilakukan dengan memberikan informasi kepada informan
terlebih dahulu. Informasi yang diberikan meliputi tujuan penelitian dan
kepentingan penelitian, selanjutnya meminta kesediaan untuk menjadi
informan, dilanjutkan dengan perjanjian waktu wawancara. Pada waktu
wawancara terlebih dahulu meminta ijin untuk merekam pembicaraan dan
membangun hubungan yang baik dengan informan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
b. Masyarakat
Masyarakat yang menjadi informan adalah ibu dari anak berusia di
bawah dua tahun dan anak tersebut pernah menderita diare dalam tiga
bulan terakhir. Berdasarkan umur ibu-ibu tersebut berumur antara 20-36
tahun dengan pendidikan terendah SD dan paling tinggi berpendidikan
sarjana. Pekerjaan informan terdiri dari ibu rumah tangga, buruh, karyawati
dan guru. Berdasar peran serta dalam kegiatan di masyarakat, informan
terdiri dari ibu-ibu yang sering mengikuti kegiatan di masyarakat (rutin
mengikuti posyandu atau kegiatan lain setiap bulan minimal enam kali dalam
satu tahun) dan jarang mengikuti kegiatan di lingkungan baik Posyandu
43
No Karakteristik Jumlah
1 Pendidikan SD 1
SMP 11
SMA 8
PT 2
2 Partisipasi dalam kegiatan Jarang 8
di masyarakat Sering 14
3 Pekerjaaan Ibu rumah tangga 16
Karyawan 3
Wiraswasta 1
PNS 2
”... iya, itu dulu anak saya kan umur sembilan bulan diare, dia tiga hari
terus dia bisa merangkak dan berdiri...” (informan M1).
”…kalau yang alami ya itu dari buah sawo dicuci pakai air hangat terus
diparut langsung atau dari pupuse diulek…”(informan M5).
diare
Ditangani sendiri:
Tidak -oralit/cairan rumah
penyakit tangga
berbahaya
-obat tradisional
ditemukan masalah dan bukan kegiatan yang direncanakan dari awal baik
dalam hal materi, waktu pelaksanaan maupun pelaksana kegiatan.
Sebagian kegiatan penyuluhan dilakukan dengan menggunakan
metode ceramah dan konseling. Ceramah dilakukan bersamaan dengan
kegiatan di masyarakat seperti pertemuan warga dan arisan. Umumnya
ceramah dilakukan tanpa menggunakan media. Konseling dilakukan
bersamaan dengan kegiatan Posyandu dan pengobatan. Umumnya kegiatan
ini juga tidak mempergunakan alat bantu. Kegiatan pemeriksaan rumah dan
inspeksi sanitasi dilakukan setiap bulan, akan tetapi menurut informan jumlah
rumah yang diperiksa hanya 10 buah setiap bulan dari jumlah total 9391
rumah di Kecamatan Piyungan.
Materi yang diberikan dalam penyuluhan untuk pencegahan diare
adalah dengan pemasyarakatan Perilaku Hidup Bersih Sehat. Permasalahan
yang ditekankan dalam penyuluhan PHBS adalah kebersihan, seperti
penuturan berikut:
”... Biasa memasyarakatkan ... tapi yang..yang belum bisa melakukan
itu kan harapan kami untuk sedikit-sedikit sudah merubah. Misalnya
dulu e… dari…dari sawah masuk rumah langsung pegang minuman,
diminum tanpa cuci tangan. Sekarang diusahakan dari sawah harus
cuci tangan cuci kaki baru bisa minum ... kan kalau dulu kan dari
sawah langsung ambil air dari gentong, air mentah
diminum...”(informan S8).
”...justru di masyarakat dianggap diare itu pada balita itu sesuatu akan
tambah akal. Sehingga mereka itu tidak langsung berobat apalagi ke
puskesmas...”(informan S1).
yang biasa terjadi pada anak dan merupakan bagian dari perkembangan
anak. Informasi juga berupa tatacara untuk melakukan penanganan diare
sendiri.
Sedangkan media informasi yang sering dipergunakan informan untuk
mendapatkan informasi tentang kesehatan adalah televisi dan pengumuman
di lingkungan. Informan mempergunakan televisi sebagai sarana untuk
memperoleh informasi mengenai kesehatan secara umum tidak hanya
terbatas pada diare saja. Sebagian informan dengan tingkat pendidikan tinggi
menyatakan bahwa mereka mempergunakan buku ilmiah populer sebagai
sarana untuk memperoleh informasi tentang kesehatan anak temasuk
diantaranya mengenai diare.
B. PEMBAHASAN
bahwa diare merupakan hal yang biasa terjadi dan merupakan pertanda anak
akan bertambah pandai.
Pemahaman diare sebagai bagian dari perkembangan anak tidak
menguntungkan untuk pencegahan dan penanggulangan diare. Dengan
adanya anggapan ini tindakan yang akan diambil oleh masyarakat terhadap
kejadian diare akan terpengaruh. Masyarakat akan membiarkan penderita
diare yang bukan penyakit karena menurut masyarakat hal ini biasa terjadi
sehingga akan sembuh sendiri.
Pemahaman masyarakat terhadap penyebab terjadinya diare adalah
hal-hal yang mempengaruhi terjadinya diare menurut pemahaman mereka.
Masyarakat menunjuk faktor-faktor risiko terjadinya diare sebagai penyebab
diare. Pemahaman masyarakat terhadap penyebab penyakit yang belum
tepat ini mempengaruhi tindakan masyarakat dalam melakukan tindakan
pencegahan apalagi didukung oleh pemahaman sebagian besar masrayakat
yang menganggap diare bukan penyakit menular. Anggapan masyarakat
bahwa diare bukan penyakit menular ini dipengaruhi oleh pemahaman bahwa
penularan penyakit hanya dapat terjadi melalui udara dan kontak langsung
saja. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan dalam Department of child
helath medical school (1987) bahwa sebagian besar penularan diare adalah
melalui penularan oral-fekal. Pemahaman masyarakat bahwa diare tidak
menular ini sesuai dengan penelitian Djaafar (2002) yang menyatakan bahwa
masyarakat menganggap bahwa diare terjadi karena salah makan dan anak
sedang bertumbuh.
Sedangkan dari hasil observasi dan pemeriksaan kualitas air diketahui
bahwa faktor lingkungan dan air mempengaruhi peranan besar dalam
terjadinya diare. Hasil pemeriksaan bakteriologis menunjukkan bahwa
kandungan bakteri Coli pada air di atas batas yang memenuhi syarat sebagai
air bersih yaitu 50/ 100 ml air, (Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990
64
tentang baku mutu air bersih). Tingginya bakteri Coli dalam air kemungkinan
dipengaruhi oleh letak mata air yang terletak di dataran rendah serta jarak
antara sumber air dan septic tank serta pembuangan air limbah yang terlalu
dekat (kurang dari 10 meter).
Pemahaman masyarakat tentang pengaruh lingkungan terhadap diare
ini tidak sesuai dengan Philips et al. (1987) dan Tjitra et al. (1994) bahwa
faktor risiko terjadinya penyakit diare adalah: umur, higiene perorangan,
sanitasi lingkungan, status sosial ekonomi, status gizi dan status sosial
ekonomi. Menurut Zubir (2005) faktor risiko yang berkaitan dengan terjadinya
diare di Kabupaten Bantul adalah pemberian ASI, kebiasaan tidak cuci
tangan sebelum menyuapi anak dan buang air besar tidak di jamban.
Pemahaman masyarakat tentang pengaruh lingkungan dan sumber air yang
kurang tepat ini sesuai dengan hasil penelitian Djaafar (2002) yang
menyatakan bahwa masyarakat menganggap diare tidak menular dan tidak
ditularkan melalui air.
Berdasar uraian di atas terlihat bahwa pemahaman masyarakat
tentang diare di Puskesmas Piyungan masih kurang tepat. Terdapat
beberapa persepsi yang tidak tepat. Pemahaman dan persepsi masyarakat
ini dipengaruhi oleh pengetahuan dan informasi yang diterima. Selama ini
kegiatan penyuluhan lebih ditekankan pada penanganan diare dari pada
usaha pencegahan dan pengertian diare itu sendiri.
Pengetahuan masyarakat tentang faktor risiko penyebab diare akan
mempengaruhi tindakan pencegahan. Masyarakat belum memahami bahwa
faktor lingkungan dan sumber air minum berhubungan dengan terjadinya
diare sehingga tidak ada usaha untuk lebih memperhatikan faktor tersebut.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Sarwono (2004) bahwa perilaku manusia
merupakan hasil dari pengalaman dan interaksi manusia yang terwujud
dalam bentuk sikap, pengetahuan dan tindakan. Perilaku merupakan respon
65
individu terhadap rangsangan baik yang berasal dari dalam diri maupun yang
berasal dari luar. Respon dapat bersifat pasif (tanpa tindakan) maupun aktif
(dengan tindakan). Menurut Green dan Kreuter (1991) setiap perilaku
kesehatan dipengaruhi oleh faktor-faktor predisposisi (pengetahuan, sikap
dan persepsi), faktor pemungkin (biaya dan jarak) dan faktor penguat yang
berupa dorongan sosial.
Pemahaman masyarakat tentang penyakit diare sebagai hal biasa dan
dapat ditangani sendiri mempengaruhi tindakan yang diambil apabila terjadi
diare. Masyarakat umumnya menunggu sampai 3 hari sebelum membawa
anak berobat. Penanganan sendiri yang dilakukan berupa pemberian cairan
rehidrasi oral dan pemberian obat tradisional. Pemberian rehidrasi oral
kepada penderita diare ini sesuai dengan penelitian Victoria, et.al.(2000)
yang menyatakan bahwa cairan rehidrasi oral terbukti bermanfaat untuk
mengatasi dehidrasi pada anak.
Pengetahuan masyarakat mengenai penanganan pertama diare sudah
cukup baik dibandingkan dengan pengetahuan tentang pencegahan diare.
Masyarakat menguasai tindakan pertama yang harus diambil seperti usaha
pemberian rehidrasi oral dan pengenalan tanda-tanda dehidrasi seperti mata
cekung, lemas, tidak keluar keringat sebagai tanda mereka harus membawa
anak ke perawatan lebih lanjut. Namun masyarakat kurang dapat
menghubungkan antara diare dengan lingkungan sehingga masyarakat tidak
melakukan tindakan pencegahan. Untuk itu perlu dilakukan promosi
kesehatan yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat
tentang pengaruh lingkungan terhadap pencegahan diare. Dengan informasi
yang diberikan diharapkan masyarakat mengetahui hubungan antara
lingkungan dengan diare sehingga diharapkan akan melakukan tindakan
pencegahan yang diperlukan. Hal ini sesuai dengan penyataan Green dan
66
selama ini lebih menonjolkan sisi kuratif. Masyarakat lebih banyak menerima
informasi mengenai penanganan diare dan tindakan yang harus diambil
dibandingkan dengan deskripsi dan penyebab diare. Selain itu dipengaruhi
juga oleh frekuensi penyuluhan dan tehnik komunikasi yang digunakan.
Teknik komunikasi yang digunakan lebih banyak menggunakan ceramah dan
konseling tanpa menggunakan media lain.
Sejalan dengan hal tersebut Egger (1993) menyatakan bahwa media
bukan merupakan satu-satunya strategi promosi kesehatan tetapi seringkali
harus disertai dengan pemberdayaan masyarakat dan organisasi
masyarakat. Untuk itu dalam melakukan promosi pencegahan diare
sebaiknya dilakukan sesuai dengan tahapan-tahapan dalam perencanaan
dan pelaksanaan program sehingga kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan
yang berdasar pada analisis masalah dan kebutuhan masyarakat bukan
sekedar kebutuhan program.
Dalam perencanaan program promosi perlu dilakukan klasifikasi
perilaku ke dalam faktor-faktor yang menyebabkan, mendukung dan
mendorong terjadinya perilaku. Dalam hal pencegahan diare faktor yang
berpengaruh terhadap perilaku masyarakat adalah pemahaman masyarakat
yang masih belum tepat terhadap diare sehingga untuk mendorong
masyarakat melakukan tindakan pencegahan diperlukan kegiatan promosi
kesehatan yang bertujuan untuk mengubah pemahaman masyarakat yang
kurang sesuai. Selain faktor pengaruh yaitu pengetahuan masyarakat,
perencanaan program juga harus mempertimbangkan faktor pendorong yang
akan mendorong masyarakat untuk berperilaku sehat. Dalam hal ini faktor
pendorong adalah tersedianya sumberdaya untuk mendukung perilaku
masyarakat seperti tersedianya jamban dan air bersih. Sedangkan faktor
penguat adalah tenaga kesehatan dan kader yang mendukung masyarakat
untuk berperilaku sehat.
70
mencari sendiri informasi tentang diare melalui media yang ada seperti media
audio, audio visual maupun media luar ruang lainnya.
Ketidaktertarikan masyarakat terhadap informasi yang berasal dari
media ini juga didukung oleh masyarakat yang ingin mempertahankan sikap
yang diyakininya selama ini. Selain itu dipengaruhi juga oleh
ketidakmampuan masyarakat untuk mengelola informasi yang komplek. Hal
ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Egger et al.(1993) yang
menyatakan bahwa kegagalan penyampaian pesan lewat media dipengaruhi
oleh apatisme masyarakat, mempertahankan sikap dan ketidakmampuan
untuk mencerna informasi yang kompleks.
Sumber pesan yang dipilih adalah tenaga kesehatan. Masyarakat tidak
memilih secara khusus tenaga kesehatan yang disukai untuk menyampaikan
pesan. Kemampuan sumber menguasai masalah menjadi alasan pemilihan
sumber. Menurut Mc Guire (cit. Morton et al.,1995) efektivitas komunikator
dalam penyampaian pesan tergantung dari credibility, attractiveness dan
power. Ini berarti kredibilitas penyampai pesan, kemenarikan dan kekhasan
penyampai pesan sangat berpengaruh terhadap target atau outcome yang
diinginkan. Kredibilitas komunikator ditentukan oleh kompetensi dan
keterpercayaan sumber. Menurut masyarakat terkait masalah kesehatan
maka sumber informasi yang mereka percaya dan dianggap mempunyai
keahlian adalah tenaga kesehatan meskipun tenaga kesehatan yang tersedia
sangat terbatas jumlahnya. Untuk mengatasi keterbatasan tenaga kesehatan
perlu dilakukan usaha untuk menambah sumber informasi lain yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat yaitu sumber informasi harus menguasai
permasalahan kesehatan. Untuk itu peran kader kesehatan dapat
ditingkatkan sehingga dapat menjadi sumber pesan yang dipercayai dan
dianggap mampu memberikan informasi. Usaha yang dapat dilakukan antara
74
lain dengan pelatihan kader kesehatan dan pembinaan rutin sehingga kader
mampu menjadi penyuluh kesehatan yang handal.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Program promosi pencegahan diare yang dilakukan di Puskesmas
Piyungan belum dapat menghilangkan beberapa anggapan yang kurang
tepat terhadap diare maupun terhadap pencegahan dan penanganan
diare. Masyarakat belum dapat melihat hubungan antara kejadian diare
dengan lingkungan dan pemberian air susu ibu. Proses perencanaan
yang dilakukan kurang terpadu sehingga terdapat perencanaan ganda.
Pelaksanaan kegiatan dilakukan sesuai dengan ketersediaan dana dan
munculnya kasus, bukan merupakan kegiatan yang sudah terprogram
dengan baik.
2. Kebiasaan masyarakat untuk mendapatkan informasi kesehatan dengan
menggunakan komunikasi langsung dengan petugas kesehatan, kader,
tokoh masyarakat serta tetangga. Media yang biasa dipergunakan untuk
memperoleh informasi kesehatan adalah buku, televisi dan
pengumuman.
3. Kebutuhan masyarakat terhadap informasi diare adalah mengenai semua
hal yang berkaitan dengan diare, tetapi dititikberatkan pada penanganan
diare. Cara penyampaian yang dipilih adalah ceramah dengan
menggunakan media leaflet, folder dan booklet. Sumber informasi yang
sesuai untuk memberikan informasi adalah tenaga kesehatan. Waktu
pelaksanaan teratur setiap bulan.
77
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifudin, (2007), Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, Edisi ke-
2, Pustaka Pelajar, yogyakarta.
Beverly, C. J., Mc Afee, R., Costello, J., Chernoff, R., (2005), Needs
assessment of rural communities: a focus on older adults, Journal of
Community Health,30 (3), June, pp. 197-212.
Chiller, T. M., Mendoza, C. E., Lopez, M. B., Alvarez, M., Hoekstra, R. M.,
Keswick, B. H., Luby, S. P., (2006), Reducing diarrhoea in
Guatemalian childern: randomized controlled trial of flocculant-
disinfectant for drinking-water, Bulletin of the World Health
Organization, 84(1): Januari, pp.28-35.
Egger, G., Donovan, R., Spark, R., (1993), Health and the Media: Principles
and Practices for Health Promotion, Mc Graw-Hill Book Company,
Sidney.
Ewles, L., Simnett, I., (1994), Promosi Kesehatan, Edisi Kedua, Yogyakarta:
Gadjah Mada University Pers.
Hawe, P., Degeling, D., Hall, J., (1998), Evaluating Health Promotion, Sidney:
Maclennan+ Petty.
McGuire, J., Bikson, K., Blue-Howells, J., (2005), How Many Social Workers
Are Needed in Primary Care? A patient-Based Needs Assessment
Example, Health & Social Work, 30 (4), November, pp: 305-315
Moss, J. W., Ramakrishnan, M., Storms, D., iegle, A. H., Weiss, W. M.,
Lejnev, I., Muhe, L., (2006), Child health in complex emergencies,
Bulletin of the World Health Organization, 84 (1), Januari.
Tang, K., Beaglehole, R., O’Byrne, D., (2005), Policy and partnership for
health promotion-addressing the determinant of halth, Bulletin of World
Health Organization, 83(12), December,p.284.
Tjitra, E., Budiarso, R., Bakri, Z., Naseh, S., (1994), Faktor risiko yang
mempengaruhi kesakitan diare pada balita, Buletin Penelitian
Kesehatan, 22(2), pp. 37-42.
Victoria, C.G., Bryce, J., Fontaine, O., Monash, R., (2000), Reducing deaths
from diarrhea trough oral rehidration therapy, Bulletin ot the World
Health Organization, 78:1246-1255.
Zubir, (2005), Faktor-faktor risiko kejadian diare akut pada anak usia 0-35
bulan (batita) di Kabupaten Bantul, Thesis, Universitas Gadjah Mada
82
Lampiran 1
Nama : ………………………………………..
Alamat : ………………………………………..
......................, ……..............20....
Yang menyatakan,
………………………….
83
Lampiran 2
A. Identitas Informan
1. Nama : ......................................................................
2. Umur : ......................................................................
3. Jabatan :.......................................Kesehatan Keluarga
4. Pendidikan terakhir : ......................................................................
5. Pekerjaan : ......................................................................
6. Jenis Kelamin : ......................................................................
7. Alamat : ......................................................................
8. Sudah berapa lama menjabat di bagian ini? :.................................
9. Jabatan sebelumnya : ....................................................................
Lampiran 3
A.Identitas Informan
1. Nama : ......................................................................
2. Umur : ......................................................................
3. Jabatan :.......................................Kesehatan Lingkungan
4. Pendidikan terakhir : ......................................................................
5. Pekerjaan : ......................................................................
6. Jenis Kelamin : ......................................................................
7. Alamat : ......................................................................
8. Sudah berapa lama menjabat di bagian ini? :.................................
9. Jabatan sebelumnya : ....................................................................
Lampiran 4
A.Identitas Informan
1. Nama :.....................................................
2. Umur :.....................................................
3. Jabatan :.......................Promosi Kesehatan
4. Pendidikan terakhir :.....................................................
5. Pekerjaan :.....................................................
6. Jenis Kelamin : .....................................................
7. Alamat : .....................................................
8. Sudah berapa lama menjabat di bagian ini? :............................................
9. Jabatan sebelumnya : ...............................................................................
Lampiran 5
A. Identitas Informan
1. Nama : ......................................................................
2. Umur : ......................................................................
3. Jabatan :..................................................................P2P
4. Pendidikan terakhir : ......................................................................
5. Pekerjaan : ......................................................................
6. Jenis Kelamin : ......................................................................
7. Alamat : ......................................................................
8. Sudah berapa lama menjabat di bagian ini? :.................................
9. Jabatan sebelumnya : ....................................................................
Lampiran 6
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
Stakeholder Puskesmas Piyungan
A. Identitas Informan
1. Nama : ......................................................................
2. Umur : ......................................................................
3. Jabatan :.....................................Puskesmas Piyungan
4. Pendidikan terakhir : ......................................................................
5. Pekerjaan : ......................................................................
6. Jenis Kelamin : ......................................................................
7. Alamat : .....................................................................
8. Sudah berapa lama menjabat di bagian ini? :.................................
9. Jabatan sebelumnya : ....................................................................
2. Apa saja program promosi kesehatan untuk diare yang telah dilakukan
di Puskesmas Piyungan?
Probing:
a. Apa materi yang diberikan untuk pencegahan diare?
b. Siapa sasaran yang dituju?
c. Apa teknik komunikasi yang digunakan?
d. Kapan promosi kesehatan dilaksanakan?
e. Adakah pedoman promosi yang dikembangkan secara khusus di
Puskesmas Piyungan?
3. Apa sumberdaya yang tersedia untuk melakukan promosi pencegahan
diare di Puskesmas Piyungan?
Probing:
a. Siapa pelaksana promosi kesehatan pencegahan diare?
b. Apa media yang digunakan untuk promosi kesehatan
pencegahan diare?
c. Darimana sumber dana diperoleh?
4. Apa hambatan yang dihadapi selama ini dalam melaksanakan promosi
pencegahan diare di Kabupaten Bantul?
93
Lampiran 7
A. Identitas Informan
1. Nama : ......................................................................
2. Umur : ......................................................................
3. Suku : ......................................................................
4. Pendidikan terakhir : ......................................................................
5. Pekerjaan : ......................................................................
6. Jenis Kelamin : ......................................................................
7. Alamat : ......................................................................
8. Apakah sering datang ke Posyandu atau pertemuan-pertemuan di Desa/
wilayah ? :........................................................................
Lampiran 8
A. Identitas Informan
1. Nama : ......................................................................
2. Umur : ......................................................................
3. Suku : ......................................................................
4. Pendidikan terakhir : ......................................................................
5. Pekerjaan : ......................................................................
6. Jenis Kelamin : ......................................................................
7. Alamat : ......................................................................
LAMPIRAN 9
PEDOMAN OBSERVASI
KEGIATAN PROMOSI PENCEGAHAN DIARE
LAMPIRAN 10
PEDOMAN OBSERVASI
SUMBER AIR MINUM DAN LINGKUNGAN
Lampiran 11
Lampiran12
Keterangan :
102