Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan
istilah “abortus” berarti mengeluarkan hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel
sperma) sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Ini adalah suatu proses
pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.
Menurut buku ilmu kebidanan, istilah abortus dipakai untuk menunjukkan
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan
(Wiknjosastro, 1991;h.302). Selain itu aborsi dapat juga didefinisikan sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum fetus mencapai waktunya dan biasanya terjadi
sebelum kehamilan mencapai umur 20-24 minggu.
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk
menetapkan, merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam
rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal
mungkin. Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus
menerus, saling berkaitan dan dinamis. Agar dapat memberikan asuhan
keperawatan sebaik-baiknya, perlu dilakukan penggajian dan pemberian
intervensi yang tepat. Kita juga mengetahui bahwa peran perawat yang paling
utama adalah melakukan promosi dan pencegahan terjadinya gangguan kesehatan
baik l, sehingga dalam hal ini perlu diberikan pendidikan kesehatan yang efektif
guna meningkatkan kualitas kesehatannya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana konsep asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien
dengan abortus?

Asuhan Keperawatan Kegawataruratan ABORTUS Page 1


1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatn kegawatdaruratan pada
pasien dengan abortus.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui defisinsi abortus.
b. Untuk mengetahui penyebab abortus.
c. Untuk mengetahui klasifikasi abortus.
d. Untuk mengetahui faktor resiko abortus.
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis abortus.
f. Untuk mengetahui pathway abortus.
g. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang abortus.
h. Untuk mengetahui komplikasi abortus.
i. Untuk mengetahui penatalaksanaan abortus.
j. Untuk mengetahui asuhan keperawatan abortus.

Asuhan Keperawatan Kegawataruratan ABORTUS Page 2


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP TEORI


2.1.1 DEFINISI
Abotus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan, dimana janin
belum mampu hidup di luar rahim (belum viable), dengan kriteria usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat badan janin kurang 500 gram.
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana
masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari
500gr (Derek liewollyn&Jones, 2012).
Abor-tus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di
dunia luar (FK UNPAD, Obstetri Patologi, Bandung: bagian Obstetri dan
Ginekologi FK UNPAD).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 22 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram
atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar
kandungan (Sarwono, 2008).
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang
dari 28 minggu atau berat janin kurang dari 1.000 gram. ( Junaidi,Purnawan
1982 Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, h1m:260 FKUI Jakarta:
Media. Aesculapius).

2.1.2 ETIOLOGI
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :
1. Faktor Pertumbuhan Hasil Konsepsi.
Kelainan pertumbuahan hasil konsepsi dapat menimbulkan
kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi
dikeluarkan, gangguan pertumbuhan hasil kosepsi dapat terjadi karena:
a. Faktor kromosom.

Asuhan Keperawatan Kegawataruratan ABORTUS Page 3


Gangguan terjadi sejak sernula pertemuan kromosom, terinasuk
kromosorn seks.
b. Faktor lingkungan endometritum.
 Endometrium belurn siap untuk menerima implasi hasil
konsepsi.
 Gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak
kehamilan.
c. Pengaruh luar
 Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil
konsepsi.
 Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan
pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.
2. Kelainan Pada Plasenta
a. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta
tidak dapat berfungsi.
b. Gangguan pembuluh darah palsenta, diantaranya pada diabetes
melitus.
c. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta
sehingga menimbulkan keguguran.
3. Penyakit Ibu
Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan
janin dalam kandungan melalui plasenta:
a. Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria,
sifilis.
b. Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan peredaran O2 menuju
sirkulasi retroplasenter.
c. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit
hati, penyakit diabetes melitus.

Asuhan Keperawatan Kegawataruratan ABORTUS Page 4


4. Kelainan Yang Terdapat Dalam Rahim
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai
keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus
septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks
(konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum.
5. Penyebab Dari Segi Maternal
Penyebab secara umum:
a. Infeksi Akut
 virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
 Infeksibakteri, misalnya streptokokus.
 Parasit, misalnya malaria.
b. Infeksi Kronis
 Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester
kedua.
 Tuberkulosis paru aktif.
 Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa,
dll.
c. Penyakit kronis, misalnya :
 hipertensi
 nephritis
 diabetes
 anemia berat
 penyakit jantung
 toxemia gravidarum
d. Penyebab Yang Bersifat Lokal:
 Fibroid, inkompetensia serviks.
 Radang pelvis kronis, endometrtis.
 Retroversikronis.

Asuhan Keperawatan Kegawataruratan ABORTUS Page 5


6. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga
menyebabkan hiperemia dan abortus.
7. Penyebab Dari Segi Janin
a. Kematian janin akibat kelainan bawaan.
b. Mola hidatidosa.
c. Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.

2.1.3 KLASIFIKASI
Menurut Sarwono (2008) membagi abortus menjadi beberapa klasifikasi :
1. Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan) Yaitu:
a. Abortus imminens : Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus
pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih
dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasiserviks.
b. Abortus insipiens : Peristiwa perdarahanuterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang
meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
c. Abortus inkompletus : Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal
dalam uterus.
d. Abortus kompletus : Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di
luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup
diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28
minggu, atau berat badan bayi belum 1000 gram, walaupun terdapat
kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.

2.1.4 FAKTOR RESIKO


1. Usia ibu yang lanjut
2. Riwayat obstetri / ginekologi yang kurang baik

Asuhan Keperawatan Kegawataruratan ABORTUS Page 6


3. Riwayat infertilitas
4. Adanya kelainan / penyakit yang menyertai kehamilan (misalnya
diabetes, penyakitgh Imunologi sistemik dsb).
5. berbagai macam infeksi (variola, CMV, toxoplasma, dsb)
6. paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat2an, alkohol,
radiasi, dsb).
7. trauma abdomen / pelvis pada trimester pertama
8. kelainan kromosom (trisomi / monosomi)Dari aspek biologi
molekular, kelainan kromosom ternyata paling sering dan paling jelas
berhubungan dengan terjadinya abortus.

Asuhan Keperawatan Kegawataruratan ABORTUS Page 7


2.1.5 PATHWAY
Fisiologi oragn terganggu, penyakit ibu/bapak,
panggul sempit

Abortus (mati janin ,16-28 minggu/BB , 400-


1000 gram)

Intoleransi
Abortus spontan Abortus aktivitas
provokatus

 Ab. Imminens Gangguan rasa


 Ab. Medisinalis
 Ab. Insipiens nyaman
 Ab. kriminalis
 Ab. Inkompletus
 Ab. Kompletus
 Missed abortion Nyeri abdomen

Curetase Kurang Ansietas


pengetahuan

Post anastesi Jaringan Resiko infeksi


terputus/terbuka

Penurunan
syaraf oblongata Invasi bakteri
Nyeri

Penurunan Gangguan Perdarahan


syaraf vegetatif pemenuhan ADL

Penyerapan cairan dikolon  Hipovolemia


Peristaltic
 Resiko infeksi
 Resiko syok
Gangguan eliminasi (konstipasi) (hipovolemik)

Asuhan Keperawatan Kegawataruratan ABORTUS Page 8


2.1.6 MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis menurut klasifikasinya adalah :
1. Tanda dan gejala pada abortus Imminen :
a. Terdapat keterlambatan datang bulan
b. Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules
c. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur
kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim
d. Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis,
dan kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi
otot rahim.
e. Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif
2. Tanda dan gejala pada abortus Insipien :
a. Perdarahan lebih banyak
b. Perut mules atau sakit lebih hebat
c. Pada pemariksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis
servikalis terbuka dan jaringan atau hasil konsepsi dapat diraba
3. Tanda dan gejala abortus Inkomplit :
a. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis.
b. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
c. Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi
d. Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma)
4. Tanda dan gejala abortus Kompletus :
a. Uterus telah mengecil
b. pendarahan sedikit
c. Canalis servikalis telah tertutup
5. Tanda dan gejala Missed Abortion :
a. Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air
ketuban dan maserasi janin
b. Payudara mengecil kembali

Asuhan Keperawatan Kegawataruratan ABORTUS Page 9


Manifestasi klinis secara umum adalah :

1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu.


2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal
atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan
hasil konsepsi
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri
pingang akibat kontraksi uterus
5. Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan
hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka
atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium,
ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba
atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau
lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang,
tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol
dan tidak nyeri.

2.1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Test HCG Urine Indikator kehamilan Positif. Positif bila janin masih
hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
2. Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup
3. Kadar Hemoglobin Status Hemodinamika Penurunan (< 10 mg%) dan
Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.
4. Kadar Sdp Resiko Infeksi Meningkat(>10.000 U/dl)

Asuhan Keperawatan Kegawataruratan ABORTUS Page 10


5. Kultur Kuman spesifik ditemukan kuman.

2.1.8 PENATALAKSANAAN
1. Abortus Imminen
a. Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan
merangsang mekanik berkurang.
b. Tes kehamilan dapat dilakukan.
c. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
d. Bersihkan vulva minimalkan 2 kali sehari dengan cairan antiseptik
untuk mencegah infeksi.
e. Berikan obat penenang biasanya fenobarbital 3 x 30 mg.
2. Abotus Insipien
a. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang disertai perdarahan
dengan pengosongan uterus memakai kuret vakUun atau cunam
abortus.
b. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu berikan infuse oksitoksin 10
iu dalam dekstrose 5% 500 ml dimulai 8 tetes permenit.
c. Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadi abortus spontan tanpa
pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin.
d. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
3. Abortus Inkompletus
a. Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infuse cairan NaCI
fisiologi atau RL dan selekas mungkin di tranfusi darah.
b. Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajarn lalu
suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuscular.
c. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
d. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.

Asuhan Keperawatan Kegawataruratan ABORTUS Page 11


4. Abortus Kompletus
a. Bila kondisi pasien baik berikan ergonometrin 3 x 1 tablet selama 3
sampai 5 hari.
b. Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau
tranfuse darah.
c. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
d. Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
5. Abortus Infeksiosus Atau Septik
a. Abortus septik harus dirujuk ke Rumah Sakit
b. Penangulangan infeksi
c. Tingkatkan asupan cairan.
d. Bila perdarahan banyak maka lakukan tranfuse darah.
e. Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau
lebih cepat lagi bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus
dikeluarkan dari uterus.
6. Habitual Abortus
a. Penderita dianjurkan untuk banyak istirahat.
b. Makanan harus adekuat mengenai protein, hidrat arang, vitamin
mineral. Pembatasan obat-obatan yang diketahui mempuyai
pengaruh jelek kepada janin.
c. Memfasilitasi klien untuk dapat menciptakan kondisi emosional
yang tenang, dan menghilangkan rasa cemas.
7. Missed Abortion.
a. Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi
dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
b. Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar
sesaat sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi.
c. Bila kehamilan kurang 12 rninggu lakukan pembukaan serviks
dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu lakukan dilatasi serviks
dengan dilatator hegar.

Asuhan Keperawatan Kegawataruratan ABORTUS Page 12


d. Bila kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestol 3 x 5
mg lain infuse oksitoksin 10 iu dalam dekstrose 5 % sebanvak 500
ml mulai 20 tetes per menit dan naikan dosis saznpai ada kontraksi
uterus. Bila fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil
konsepsi dengan menyuntik larutan garam 20 % dalam kavum uteri
melalui dinding perut

2.1.9 KOMPLIKASI
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi denga pengosongan uterus dari sisa-
sisa hasil konsepsi dan jika perlInfeksiu pemberian transpusi darah,
Kematian karena perdarahan dapatb terjadi apabila pertolongan tidak
diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada
uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini pendrita
perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera
dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi.
3. Infeksi
Keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman
atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritonium.
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (syok
Hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik).

Asuhan Keperawatan Kegawataruratan ABORTUS Page 13


2.2 KONSEP ASKEP KEGAWATDARURATAN
2.2.1 Pengkajian
a. Primary survey
Penilaian keadaan penderita dan prioritas terapi dilakukan berdasarkan
jenis perlakuan, stabilitas tanda-tanda vital dan mekanisme ruda paksa,
berdasarkan penilaian :
1. Penjaga Airway dengan Kontrol Servikal
Yang pertama yang harus dinilai adalah kelancaran airway. Ini
meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan napas yang dapat
disebabkan benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur mandibula atau
maksila, fraktur larings atau trakea. Usaha untuk membebankan jalan
napas harus melindungi vertebra servikal karena kemungkinan
patahnya tulang servikal harus selalu diperhitungkan. Dalam hal ini
dapat dilakukan “chin lift‘atau”jaw thrust”. Selama memeriksa dan
memperbaiki jalan napas, harus diperhatikan bahwa tidak boleh
dilakukan ekstensi, fleksi atau rotasi dari leher.
Kemungkinan patahnya tulang servikal diduga bila ada :
a. Trauma dengan penurunan kesadaran.
b. Adanya luka karena trauma diatas klavikula.
c. Setiap multi trauma (trauma pada 2 regio atau lebih).
d. Juga harus waspada terhadap kemungkinan patah tulang berlakang
bila biomekanik trauma mendukung.
Dalam keadaan kecurigaan fraktur servikal, harus dipakai alat
imobilisasi. Bila alat imobilisasi ini harus dibuka untuk sementara,
maka kepala harus dipakai sampai kemungkinan fraktur servikal dapat
disingkirkan.
Bila ada gangguan jalan napas, maka dilakukan penanganan
sesuai BHD.

Asuhan Keperawatan Kegawataruratan ABORTUS Page 14


2. Breathing (dan ventilasi)
Jalan napas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik,
pertukaran gas yang terjadi pada saat bernapas mutlak untuk
pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh.
Ventilasi yang baik meliputi : fungsi yang baik dari paru, dinding dada
dan diafragma. Setiap komponen ini harus dievalasi secara cepat.
3. Circulation dengan Kontrol Perdarahan
1) Volume Darah dan Curah Jantung (cardiac output)
Perdarahan merupakan sebab utama kematian pasca bedah yang
mungkin dapat diatasi dengan terapi yang cepat dan tepat di rumah
sakit. Ada 3 observasi yang dalam hitungan detik dapat
memberikan informasi mengenai keadaan hemodinamik ini yakni
kesadaran, warna kulit dan nadi.
1. Tingakat kesadaran
2. Warna kulit
3. Nadi
4. Tekanan darah
2) Kontrol Perdarahan
Perdarahan dapat :
a. Eksternal (terlihat)
b. Internal (tidak terlihat)
c. Rongga thoraks
d. Rongga abdomen
e. Fraktur pelvis
f. Fraktur tulang panjang
4. Disability
GCS (Glasgow Coma Scale) adalah system scoring yang
sederhana dan dapat meramal kesudahan (Outcome) penderita.
Penurunan kesadaran dapat disebabkan penurunan oksigenasi atau/
dan penurunanperfusi ke otak, atau disebabkan perlukaan pada

Asuhan Keperawatan Kegawataruratan ABORTUS Page 15


otak sendiri. Perubahan kesadaran menuntut dilakukannya
pemeriksaan terhadap keadaan ventilasi, perfusi dan oksigenasi.
5. Exposure/Kontrol Lingkungan
Dapat membuka pakaian, misalnya : membuka baju untuk
melakukan pemeriksaan fisik thoraks
b. Secondary survey
a. Fokus assessment
b. Head to toe assessment
Survai sekunder dilakukan hanya setelah survai primer selesai,
resusitasi dilakukan dan penderita stabil. Survai sekunder adalah
pemeriksaan kepala sampai kaki (head to toe examination), termasuk
pemeriksaan tanda vital.
Pengkajian Secara Cepat Tentang ABC
1) Pernyataan pasien tentang kepatenan jalan napas?
a. Jalan napas pasien paten ketika bersih saat berbicara dan tidak ada
suara napas yang mengganggu.
b. Jika napas tidak paten pertimbangkan kebersihan daerah mulut dan
menempatkan alat bantu napas.
2) Apakah pernapasan pasien efektif?
a. Pernapasan efektif ketika warna kulit dalam batas normal dan capillary
refill kurang dari 2 detik.
b. Jika pernapasan tidak efektif pertimbangkan pemberian oksigen dan
penempatan alat bantu.
3) Apakah pasien merasakan nyeri atau tidak nyaman pada tulang belakang?
a. Immobilisasi leher yang nyeri atau tidak nyaman dengan collar spine
jika injuri kurang dari 48 jam.
b. Tempatkan leher pada collar yang keras dan immobilisasi daerah
tulang belakang dengan mengangkat pasien dengan stretcher.
4) Apakah sirkulasi pasien efektif
a. Sirkulasi efektif ketika nadi radialis baik dan kulit hangat serta kering

Asuhan Keperawatan Kegawataruratan ABORTUS Page 16


b. Jika sirkulasi tidak efektif pertimbangkan penempatan pasien pada
posisi recumbent, membuat jalan masuk didalam intravena untuk
pemberian bolus cairan 200 ml.
5) Apakah ada tanda bahaya pada pasien?
Gunakan GCS dan hapalan AVPU untuk mengevaluasi kerusakan daya
ingat akibat trauma pada pasien. Pada GCS nilai didapat dari membuka
mata, verbal terbaik dan motorik terbaik.
AVPU
A : Untuk membantu pernyataan daya ingat pasien kesadaran respon
terhadap suara dan berorientasi pada orang waktu dan tempat.
V : Untuk pernyataan verbal pasien terhadap respon suara tetapi tidak
berorientasi penuh pada orang waktu dan tempat.
P : Untuk peernyataan nyeri pada pasien yang tidak respon pada suara
tetapi respon terhadap rangsangan nyeri sebagaimana seperti
tekanan pada tangan.
U :Untuk yang tidak responsive terhadap rangsangan nyeri.

Jika skala avpu pada p atau u atau gcs kurang dari 8, pasien
hiperventilasi dengan menggunakan masker berkatup (nrm)
dipertimbangkan intubasi endotracheal dan pemasangan ventilator
makanik untuk mempertehankan jalan napas.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
2. Nyeri akut berhubungan agen pencedera fisik
3. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan kekurangan volume
cairan

Asuhan Keperawatan Kegawataruratan ABORTUS Page 17


2.2.3 Intervensi
No. Diagnose NOC NIC
Keperawatan
1. Hipovolemia 1. Keseimbangan 1. Pencegahan
berhubungan cairan perdarahan
dengan a. Tekanan darah a. Monitor dengan
kehilangan b. Denyut nadi ketat resiko
cairan aktif radial terjadinya
c. Hematokrit perdarahan pada
2. Perfusi jaringan : pasien
perifer b. Catat nilai
a. Tekanan darah hemoglobin/hemato
sistolik krit sebelum dan
b. Tekanan darah setelah pasien
diastolik kehilangan darah
c. Nilai rata-rata sesuai indikasi
tekanan darah c. Monitor tanda dan
3. Keparahan gejala perdarahan
kehilangan darah menetap (contoh :
a. Kehilangan darah cek semua sekresi
yang terlihat darah yang terlihat
b. Distensi abdomen jelas maupun yang
c. Perdarahan tersembunyi)
pervagina 2. Pengurangan
perdarahan
a. Monitor pasien
akan perdarahan
secara ketat
b. Monitor jumlah dan

Asuhan Keperawatan Kegawataruratan ABORTUS Page 18


sifat kehilangan
darah
c. Perhatikan
hemoglobin/hemato
krit sebelum dan
sesudah kehilangan
darah
3. Pencegahan syok
a. Monitor respon
kompensasi awal
syok (misalnya,
tekanan darah
normal, tekanan
nadi melemah,
hipotensi ortostatik
ringan (15 sampai
25 mmhg),
perlambatan
pengisian kapiler,
pucat/dingin pada
atau kulit
kemerahan,
takipnea ringan,
mual dan muntah,
peningkatan rasa
haus, dan
kelemahan)
b. Monitor
kemungkinan

Asuhan Keperawatan Kegawataruratan ABORTUS Page 19


penyebab
kehilangan cairan
(misalnya, selang
dada, luka, drainase
nasogastrik, diare,
muntah, dan
pengingkatan
lingkar perut dan
ekstremitas,
hematemesis atau
hematokesia)
c. Monitor ststus
sirkulasi (misalnya,
tekanan dartah,
warna kulit,
temperature kulit,
bunyi jantung, nadi
dan irama,
kekuatan dan
kualitas nadi
perifer, dan
pengisian kapiler)
2. Nyeri akut 1. Kontrol nyeri 1. Pemberian analgesic
berhubungan a. Mengenali kapan a. Cek perintah
agen nyeri terjadi pengobatan meliputi
pencedera fisik b. Menggunakan obat, dosis, dan
analgesic yang frekuensi obat
direkomendasika analgesic yang
n diresepkan

Asuhan Keperawatan Kegawataruratan ABORTUS Page 20


c. Melaporkan nyeri b. Tentukan pilihan
yang terkontrol obat (narkotik, non
2. Tingkat nyeri narkotik,atau
a. Nyeri yang NSAID)
dilaporkan c. Tentukan analgesic
b. Ketegangan otot sebelumnya, rute
c. Tekanan darah pemberian dan
3. Keparahan gejala dosis untuk
a. Menetapnya mencapai hasil
gejala penggurangan nyeri
b. Terkait yang optimal
ketidaknyamanan 2. Pemberian obat
c. Kekurangan tidur a. Pertahankan aturan
dan prosedur yang
sesuai dengan
keakuratan dan
keamanan
pemberian obat-
obatan
b. Ikuti prosedur lima
benar dalam
pemberian obat
c. Verifikasi resep
obat-obatan
3. Manajemen nyeri
a. Lakukan pengkajian
nyeri komprehensif,
yang meliputi
lokasi, karakteristik,

Asuhan Keperawatan Kegawataruratan ABORTUS Page 21


onset/durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas atau
beratnya nyeri dan
faktor pencetus
b. Pastikan perawatan
analgesic bagi
pasien dilakukan
dengan pemantauan
yang ketat
c. Tentukan kebutuhan
frekuensi untuk
melakukan
pengkajian ketidak
nyamanan pasien
dan
mengimplementasik
an rencana monitor
3. Resiko syok 1. Keparahan syok : 1. Pencegahan
(hipovolemik) hipovolemik perdarahan
berhubungan a. Penurunan d. Monitor dengan
dengan tekanan darah ketat risiko
kekurangan systole terjadinya
volume cairan b. Penurunan perdarahan pada
tekanan darah pasien
diastole e. Catat nilai
c. Nadi lemah dan hemoglobin dan
halus hematokrit sebelum
2. Keparahan dan setelah pasien

Asuhan Keperawatan Kegawataruratan ABORTUS Page 22


kehilangan darah kehilangan darah
darah sesuai indikasi
a. Intensitas gejala f. Monitor tanda dan
b. Frekuensi gejala gejala perdarahan
c. Menetapnya menetap (contoh :
gejala cek semua sekresi
3. Tanda-tanda vital darah yang terlihat
a. Tekanan darah jelas maupun yang
systole tersembunyi)
b. Tekanan darah 2. Pengurangan
diastole perdarahan
c. Tekanan nadi d. Monitor pasien
akan perdarahan
secara ketat
e. Monitor jumlah dan
sifat kehilangan
darah
f. Perhatikan
hemoglobin/hemato
krit sebelum dan
sesudah kehilangan
darah
3. Pencegahan syok
d. Monitor respon
kompensasi awal
syok (misalnya,
tekanan darah
normal, tekanan
nadi melemah,

Asuhan Keperawatan Kegawataruratan ABORTUS Page 23


hipotensi ortostatik
ringan (15 sampai
25 mmhg),
perlambatan
pengisian kapiler,
pucat/dingin pada
atau kulit
kemerahan,
takipnea ringan,
mual dan muntah,
peningkatan rasa
haus, dan
kelemahan)
e. Monitor
kemungkinan
penyebab
kehilangan cairan
(misalnya, selang
dada, luka, drainase
nasogastrik, diare,
muntah, dan
pengingkatan
lingkar perut dan
ekstremitas,
hematemesis atau
hematokesia)
f. Monitor ststus
sirkulasi (misalnya,
tekanan dartah,

Asuhan Keperawatan Kegawataruratan ABORTUS Page 24


warna kulit,
temperature kulit,
bunyi jantung, nadi
dan irama, kekuatan
dan kualitas nadi
perifer, dan
pengisian kapiler)

2.2.4 Implentasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 2006, dalam
Potter & Perry, 2006).

2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tinjdakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan,
rencana tindakan, dan implementasinya sudah berhasil dicapai. (Ferry,
2009)

Asuhan Keperawatan Kegawataruratan ABORTUS Page 25


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Abortus dapat disebabkan oleh berbagai factor, yaitu factor janin,
factor ibu, factor penggunaan obat, factor lingkungan, factor imunologis.
Penanganan abortus harus dilakukan secara cepat dan tepat agar ibu tidak terlalu
kehabisan banyak darah dan dapat menyelamatkan ibu dari ancaman kematian.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi
pembaca khususnya mahasiswa untuk mendalami dan memahami tentang
kegawatdaruratan abortus.
Sebaiknya perawat juga harus mengetahui dan memahami konsep
kegawatdaruratan, baik kegawatdaruratan umu maupun kegawatdaruratan
maternitas. Karena dengan perawat memahami konsep penanganan gawat darurat
dalam maternitas, diharapkan pasien dengan kasus abortus dapat tertangani dan
bisa diselamatkan.

Asuhan Keperawatan Kegawataruratan ABORTUS Page 26


DAFTAR PUSTAKA

Manuaba Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Mochtar Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta : EGC.
Musliha. 2010. Keperawatan gawat darurat. Yogyakarta : Nuha Medika.
Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Jakarta
: Salemba Medika.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3.
Jakarta, EGC
Wahyuningsih E. 2009. A Midewife’s handbook. Jakarta : EGC.

Asuhan Keperawatan Kegawataruratan ABORTUS Page 27

Anda mungkin juga menyukai