PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORI
2.1.2 ETIOLOGI
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :
1. Faktor Pertumbuhan Hasil Konsepsi.
Kelainan pertumbuahan hasil konsepsi dapat menimbulkan
kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi
dikeluarkan, gangguan pertumbuhan hasil kosepsi dapat terjadi karena:
a. Faktor kromosom.
2.1.3 KLASIFIKASI
Menurut Sarwono (2008) membagi abortus menjadi beberapa klasifikasi :
1. Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan) Yaitu:
a. Abortus imminens : Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus
pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih
dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasiserviks.
b. Abortus insipiens : Peristiwa perdarahanuterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang
meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
c. Abortus inkompletus : Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal
dalam uterus.
d. Abortus kompletus : Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di
luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup
diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28
minggu, atau berat badan bayi belum 1000 gram, walaupun terdapat
kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
Intoleransi
Abortus spontan Abortus aktivitas
provokatus
Penurunan
syaraf oblongata Invasi bakteri
Nyeri
2.1.8 PENATALAKSANAAN
1. Abortus Imminen
a. Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan
merangsang mekanik berkurang.
b. Tes kehamilan dapat dilakukan.
c. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
d. Bersihkan vulva minimalkan 2 kali sehari dengan cairan antiseptik
untuk mencegah infeksi.
e. Berikan obat penenang biasanya fenobarbital 3 x 30 mg.
2. Abotus Insipien
a. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang disertai perdarahan
dengan pengosongan uterus memakai kuret vakUun atau cunam
abortus.
b. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu berikan infuse oksitoksin 10
iu dalam dekstrose 5% 500 ml dimulai 8 tetes permenit.
c. Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadi abortus spontan tanpa
pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin.
d. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
3. Abortus Inkompletus
a. Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infuse cairan NaCI
fisiologi atau RL dan selekas mungkin di tranfusi darah.
b. Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajarn lalu
suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuscular.
c. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
d. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
2.1.9 KOMPLIKASI
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi denga pengosongan uterus dari sisa-
sisa hasil konsepsi dan jika perlInfeksiu pemberian transpusi darah,
Kematian karena perdarahan dapatb terjadi apabila pertolongan tidak
diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada
uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini pendrita
perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera
dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi.
3. Infeksi
Keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman
atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritonium.
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (syok
Hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik).
Jika skala avpu pada p atau u atau gcs kurang dari 8, pasien
hiperventilasi dengan menggunakan masker berkatup (nrm)
dipertimbangkan intubasi endotracheal dan pemasangan ventilator
makanik untuk mempertehankan jalan napas.
2.2.4 Implentasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 2006, dalam
Potter & Perry, 2006).
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tinjdakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan,
rencana tindakan, dan implementasinya sudah berhasil dicapai. (Ferry,
2009)
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi
pembaca khususnya mahasiswa untuk mendalami dan memahami tentang
kegawatdaruratan abortus.
Sebaiknya perawat juga harus mengetahui dan memahami konsep
kegawatdaruratan, baik kegawatdaruratan umu maupun kegawatdaruratan
maternitas. Karena dengan perawat memahami konsep penanganan gawat darurat
dalam maternitas, diharapkan pasien dengan kasus abortus dapat tertangani dan
bisa diselamatkan.
Manuaba Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Mochtar Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta : EGC.
Musliha. 2010. Keperawatan gawat darurat. Yogyakarta : Nuha Medika.
Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Jakarta
: Salemba Medika.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3.
Jakarta, EGC
Wahyuningsih E. 2009. A Midewife’s handbook. Jakarta : EGC.