Anoraga Jatayu
A156180218
Pn = Po (1+r)n
Luas panen tahun n (Ha) = produksi padi tahun n (ton GKG) / produktivitas (ton/ha)
Kebutuhan lahan pertanian tahun n (Ha) = luas panen tahun n (Ha) / Indeks pertanaman
C. Analisis Supply Produksi Beras
Analisis supply produksi beras merupakan nilai produksi beras tiap tahunnya
berdasarkan luas lahan pertanian, luas panen, indeks pertanaman, dan produktivitas lahan
sawah. Proses analisis supply produksi beras dilakukan menggunakan 2 skenario, yaitu:
1. Skenario I: Luas lahan pertanian mengalami penurunan berdasarkan tren konversi
lahan pertanian yang didapatkan dari hasil analisis perubahan penggunaan lahan
Kabupaten Madiun tahun 2010-2017.
2. Skenario II: Luas lahan pertanian konstan berdasarkan rencana pola ruang
kawasan pertanian dan kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B)
pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Madiun Tahun 2011-2031.
Perhitungan analisis supply produksi beras dilakukan sebagai berikut:
Luas Panen tahun n (Ha) = luas lahan pertanian sawah tahun n (Ha) X 84,41%
*nilai perbandingan antara luas tanam dengan luas panen adalah 84,41% berdasarkan data
BPS Profil Pertanian Kabupaten Madiun
Produksi Padi tahun n (Ton GKG) = luas panen tahun n (Ha) X produktivitas (ton/Ha)
Produksi padi tahun n (ton beras) = Produksi padi tahun n(ton GKG) X 62,74/100
*nilai konversi dari GKG ke beras adalah 62,74% berdasarkan data BPS
Apabila didapatkan nilai produksi padi (dalam ton beras) dan luas lahan pertanian pada
supply produksi beras lebih besar daripada kebutuhan konsumsi beras dan kebutuhan lahan
pertanian, maka dapat dikatakan bahwa status neraca pangan di suatu wilayah adalah surplus.
Sedangkan apabila nilai produksi padi dan luas lahan pertanian pada tahun proyeksi lebih
rendah daripada kebutuhan konsumsi beras dan kebutuhan lahan pertanian, dapat dikatakan
bahwa status neraca pangan di wilayah tersebut adalah defisit.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penurunan luas panen dan hasil produksi di Kabuapten Madiun dipengaruhi banyak
faktor, diantaranya adalah kondisi cuaca yang tiadk menentu. Curah hujan dan jumlah hari
hujan yang tidak dapat diprediksi memberi pengaruh terhadap perkembangan tanaman padi.
Hal tersebut juga mendorong petani untuk beralih jenis tanaman selain padi, khususnya
tanaman palawija. Penurunan luas panen dan hasil produksi padi yang terjadi di Kabupaten
Madiun selama tahun 2017, secara umum juga dialami sebagian besar wilayah di Jawa Timur.
Angka luas panen dan produksi padi Provinsi Jawa Timur juga mengalami penurunan di setiap
subroundnya.
Tabel 4.3. Produksi, Produktivitas, dan Luas Panen Padi Kabupaten Madiun (dalam
GKG)
Subround 1 (Jan-Apr) Subround 2 (Mei-Agt) Subround 3 (Sep-Des)
Wilaya Produk Produk Produk
h Luas Luas Luas
tivitas Produk tivitas Produk tivitas Produk
Panen Panen Panen
(Ton/H si (Ton) (Ton/H si (Ton) (Ton/H si (Ton)
(Ha) (Ha) (Ha)
a) a) a)
Madiun 31.488 6,74 212.111 30.795 5,91 181.893 19.215 6,78 130.277
Jawa 6.372.5 4.582.5 2.199.8
1.018.490 6,26 796.461 5,74 337.119 6,52
Timur 10 97 60
Tabel 4.4. Produksi Panen Padi Kabupaten Madiun
Hasil Panen Padi Kabupaten Produksi
Madiun (Ton)
Padi Gagang Basah 922.382.64
Gabah Basah Panen 710.234.63
Gabah Kering Panen 639.211.17
Gabah Kering Giling 524.281
Beras 328.933.89
Dimana:
Pn: Penduduk pada tahun akhir
Po: Penduduk pada tahun awal
r: Angka pertumbuhan penduduk
n: Jumlah tahun proyeksi
Konsumsi
Kebutuhan Kebutuhan
Jumlah Konsumsi Beras Panen Gabah
Tahun Luas Panen Lahan Sawah
Penduduk (Ton) Kering Giling
(Ha) (Ha)
(Ton)
Supply Demand
Proyeksi
Tahun
Proyeksi Kebutuhan Keterangan
Luas Konsumsi Beras
Produksi Lahan Sawah
Lahan (Ha)
(Ton)
Beras (Ton)
Sawah(Ha)
2015 34,500.90 352,452.90 7,591.35 77,551.41 Surplus
2016 33,321.12 340,400.50 7,625.43 77,899.53 Surplus
2017 32,181.68 328,760.24 7,649.18 78,142.14 Surplus
2018 31,042.23 317,119.98 7,678.15 78,438.14 Surplus
2019 29,943.14 305,891.87 7,707.23 78,735.18 Surplus
2020 28,882.95 295,061.30 7,736.42 79,033.37 Surplus
2021 27,860.31 284,614.20 7,765.72 79,332.73 Surplus
2022 26,873.87 274,537.00 7,795.14 79,633.23 Surplus
2023 25,922.36 264,816.60 7,824.67 79,934.90 Surplus
2024 25,004.54 255,440.36 7,854.30 80,237.60 Surplus
2025 24,119.22 246,396.10 7,884.04 80,541.46 Surplus
2026 23,265.24 237,672.07 7,913.90 80,846.48 Surplus
2027 22,441.50 229,256.93 7,943.87 81,152.65 Surplus
2028 21,646.92 221,139.74 7,973.95 81,459.97 Surplus
2029 20,880.48 213,309.95 8,004.15 81,768.46 Surplus
2030 20,141.17 205,757.38 8,034.47 82,078.21 Surplus
2031 19,428.04 198,472.23 8,064.90 82,389.12 Surplus
2032 18,740.17 191,445.01 8,095.45 82,701.19 Surplus
2033 18,076.64 184,666.61 8,126.11 83,014.41 Surplus
2034 17,436.61 178,128.21 8,156.89 83,328.79 Surplus
2035 16,819.24 171,821.31 8,187.78 83,644.44 Surplus
2036 16,223.73 165,737.71 8,218.80 83,961.24 Surplus
2037 15,649.30 159,869.51 8,249.92 84,279.20 Surplus
2038 15,095.22 154,209.09 8,281.17 84,598.43 Surplus
2039 14,560.75 148,749.08 8,312.53 84,918.82 Surplus
2040 14,045.20 143,482.39 8,344.02 85,240.48 Surplus
2041 13,547.91 138,402.18 8,375.62 85,563.30 Surplus
2042 13,068.22 133,501.84 8,407.34 85,887.38 Surplus
2043 12,605.52 128,775.00 8,439.18 86,212.62 Surplus
2044 12,159.21 124,215.52 8,471.14 86,539.14 Surplus
2045 11,728.69 119,817.48 8,503.23 86,866.92 Surplus
Tabel 4.11. Neraca Beras Supply dan Demand Kabupaten Madiun Skenario 2
Supply Demand
Berdasarkan hasil proyeksi neraca pangan terkait kebutuhan beras dan kebutuhan lahan
pertanian untuk tanaman padi di Kabupaten Madiun, sepanjang tahun proyeksi 2017-2045
kebutuhan pangan di Kabupaten Madiun masih akan tercukupi baik dari sisi produksi beras
maupun ketersediaan lahan pertanian untuk tanaman padi sehingga Kabupaaten Madiun masih
mampu menjadi kawasan penyangga pertanian padi di Provinsi Jawa Timur. Asumsi yang
digunakan pada perhitungan neraca pangan tanaman padi antara lain:
1. Luas sawah yang digunakan untuk perhitungan faktor produksi atau supply sampai
dengan tahun 2017-2045 pada skenario 1 adalah luas sawah hasil analisis tren
perubahan penggunaan lahan. Tren perubahan penggunaan lahan pada lahan pertanian
Kabupaten Madiun memiliki kecenderungan untuk mengkonversi lahan pertanian
sebesar 2,5% setiap tahunnya.
2. Luas sawah yang digunakan untuk perhitungan faktor produksi atau supply sampai
dengan taun 2037 pada skenario 2 adalah berdasarkan rencana pola ruang pada RTRW
Kabupaten Madiun tahun 2011-2031 dengan mempertimbangkan rencana alokasi
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B).
3. Luas lahan panen didapatkan berdasarkan luas sawah dikalikan dengan presentase luas
panen dibandingkan luas sawah eksistingnya yaitu sebesar 84,41%. Presentase tersebut
menunjukkan bahwa setiap kali masa tanam, sebanyak 84,41% lahan pertanian berhasil
panen dan merupakan lahan produktif. Hasil perkalian tersebut kemudian dikalikan lagi
dengan jumlah masa tanam dan panen.
4. Konsumsi beras per kapita didasarkan pada nilai konsumsi beras per kapita di
Kabupaten Madiun. Data konsumsi beras per kapita didapatkan dari data BPS
Kabupaten Madiun dalam angka dan profil pertanian Kabupaten Madiun.
5. Prediksi jumlah penduduk Kabupaten Madiun tahun 2017-2045 didapatkan
berdasarkan rata-rata pertumbuhan penduduk pada tahun 2015-2017.
6. Konversi gabah kering giling (GKG) ke beras didapatkan dari hasil rata-rata konversi
GKG ke beras nasional tahun 2015, yaitu 62,74%
Gambar 4.8. Grafik Neraca Supply dan Demand Kebutuhan Lahan Sawah Skenario I
Neraca Supply dan Demand Kebutuhan Lahan Sawah (Ha)
40,000.00
35,000.00
30,000.00
25,000.00
20,000.00
15,000.00
10,000.00
5,000.00
0.00
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
2036
2037
2038
2039
2040
2041
2042
2043
2044
2045
Proyeksi Luas Lahan Sawah Kebutuhan Lahan Sawah
Gambar 4.9. Grafik Neraca Supply dan Demand Kebutuhan Lahan Sawah Skenario 2
Neraca Supply dan Demand Kebutuhan Lahan Sawah (Ha)
25,000.00
20,000.00
15,000.00
10,000.00
5,000.00
0.00
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
2036
2037
2038
2039
2040
2041
2042
2043
2044
2045
350,000.00
300,000.00
250,000.00
200,000.00
150,000.00
100,000.00
50,000.00
0.00
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
2036
2037
2038
2039
2040
2041
2042
2043
2044
2045
Proyeksi Produksi Beras Proyeksi Kebutuhan Beras
Gambar 4.11. Grafik Neraca Supply dan Demand Konsumsi Beras Skenario II
Neraca Supply dan Demand Konsumsi Beras (Ton)
250,000.00
200,000.00
150,000.00
100,000.00
50,000.00
0.00
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
2036
2037
2038
2039
2040
2041
2042
2043
2044
2045
Hasil perhitungan skenario I proyeksi neraca beras di Kabupaten Madiun tahun 2017-
2045 didapatkan bahwa neraca pangan di Kabupaten Madiun untuk komoditas padi
diprediksi masih berstatus surplus, luas sawah diprediksi mengalami penurunan sebesar
2,5% mengikuti tren konversi lahan yang terjadi di wilayah Kabupaten Madiun. Hasil
perhitungan berdasarkan skenario II proyeksi neraca beras Kabupaten Madiun tahun 2017-
2045 juga menunjukkan status surplus. Berdasarkan dua model neraca pangan berdasarkan
dua skenario diatas, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan pangan (dalam hal ini kebutuhan
beras dan kebutuhan lahan pertanian sawah di Kabupaten Madiun dapat terpenuhi sampai
dengan tahun 2045. Namun, berdasarkan hasil dari proyeksi di skenario I, apabila konversi
lahan terjadi terus menerus, maka pada tahun 2054 akan terjadi defisit kebutuhan beras dan
lahan pertanian di Kabupaten Madiun. Konversi lahan memang sesuatu yang tidak dapat
dihindari dalam perkembangan suatu wilayah, namun hal tersebut perlu dikendalikan untuk
meminimalisir dampak yang ditimbulkan. Untuk itu perlu adanya kebijakan yang tepat
untuk menyelaraskan pembangunan wilayah dengan tetap memperhatikan ketersediaan
lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan. Berdasarkan hasil analisis proyeksi
kebutuhan pangan tersebut, didapatkan kesimpulan bahwa sampai dengan tahun 2045
Kabupaten Madiun masih dinilai surplus untuk kebutuhan beras, sehingga Kabupaten
Madiun masih dapat menjadi kawasan penyangga pertanian terutama untuk komoditas padi
di Provinsi Jawa Timur.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari hasil pembahasan makalah ini adalah:
1. Kabupaten Madiun merupakan salah satu wilayah yang diproyeksikan menjadi
salah satu penyangga pertanian tanaman pangan di Jawa Timur, terutama untuk
jenis tanaman padi. Pada tahun 2017, luas panen dan produksi padi Kabupaten
Madiun berada di peringkat ke 9 dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur.
2. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan bahwa pada tahun 2045 akan terjadi
peningkatan jumlah penduduk sebesar 75.473,15 jiwa atau sekitar 10,04% dari
jumlah penduduk keseluruhan. Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Madiun
sangat beragam dari satu kecamaatan dan kecamatan lainnya. Terdapat 7 kecamatan
dengan tingkat pertumbuhan yang negatif dan 8 kecamatan dengan tingkat
pertumbuhan positif. Namun, secara keseluruhan tingkat pertumbuhan penduduk
rata-rata di Kabupaten Madiun adalah sebesar 0,31%
3. Berdasarkan hasil analisis perubahan penggunaan lahan, terdapat konversi lahan
pertanian sebesar 7976.09 Ha atau sebesar 54,27% dari keseluruhan perubahan
lahan di Kabupaten Madiun. Konversi lahan pertanian tersebut sebagian besar
menjadi lahan permukiman dan industri, kemudian terdapat sebagian kecil lahan
pertanian yang terkonversi menjadi lahan perkebunan/ladang.
4. Berdasarkan hasil proyeksi neraca pangan untuk kebutuhan konsumsi beras dan
lahan pertanian sawah, ditetapkan dua buah skenario dimana skenario I
memberikan asumsi bahwa terjadi perubahan lahan pertanian berdasarkan tren
konversi lahan dan skenario II tidak terjadi perubahan lahan pertanian dan luas
lahan pertanian didasarkan pada rencana pola ruang kawasan pertanian Kabupaten
Madiun. Berdasarkan hasil analisis kedua skenario tersebut, didapatkan bahwa
Kabupaten Madiun masih dinilai surplus produksi beras sampai dengan tahun 2045.
Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Madiun masih dapat menjadi kawasan
penyangga untuk pertanian padi di Provinsi Jawa Timur dengan hasil produksinya
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan wilayah-wilayah lain di sekitarnya.
5. Untuk mempertahankan ketahanan pangan disusun beberapa strategi antara lain:
peningkatan kapasitas petani dan organisasi tani, penyediaan infrastruktur pertanian
dan teknologi tepat guna untuk produksi dan pasca panen, serta pelaksanaan
peraturan terkait lahan pertanian pangan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA