Metpenkuantitatiffull PDF
Metpenkuantitatiffull PDF
PENELITIAN
KUANTITATIF
Dr. Priyono, MM
METODE PENELITIAN KUANTITATIF
© Edisi 2016
Diterbitkan Oleh:
ZIFATAMA PUBLISHING
Jl. Taman Pondok Jati J 3, Taman Sidoarjo
Telp/fax : 031-7871090
Email : zifatama@gmail.com
ISBN : 978-602-6930-31-6
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau
seluruh isi buku ke dalam bentuk apapun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk fotokopi,
merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari Penerbit. Undang-Un-
dang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Hak Cipta, Bab XII Ketentuan Pidana, Pasal 72, Ayat (1), (2),
dan (6)
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Allah SWT, atas terbitnya buku metode
penelitian kuantitatif, terbitnya buku ini seiring dengan gencarnya
penelitian-penelitian yang dilakukan oleh banyak kalangan, baik
dari kalangan akademik maupun non akademik sehingga paling
tidak buku ini bisa dijadikan tambahan wawasan bagi peneliti.
Harapan penulis, semoga buku ini dapat menjadi bahan
pendamping bagi mahasiswa yang sedang menempuh mata kuliah
ini dan sekaligus bagi peminat bidang peneliti yang lainnya.
Pada edisi revisi ini, ada beberapa kalimat yang sulit dipahami
oleh mahasiswa sudah tidak dipakai lagi
Penulis juga menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna,
karena itu penulis sangat berterima kasih bila ada kritik dan saran
untuk perbaikan pada edisi yang akan datang.
Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menerbitkan buku kumpulan artikel
manajemen sumberdaya manusia.
Surabaya, 2016
Ttd
Priyono.
lv
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar iii
BAB I PENDAHULUAN.. 1
vi
BAB IX PEMBUATAN PROPOSAL PENELITIAN
DAN RANCANGAN PENELITIAN 1,64
vI
T
-plnq uecueru eq€sn rn1ulew nel" ue>llprToduod mpleru ue8uep
nl€nses rur€quuIqul {n}un 3J3c n13ns qspp" rrsrlrloued
IIY puulluuqotr tr 'p
'uenqele8ued nlens uuJuueqa>l
tlnEueur uep uelEuequre8uew'uulnrueueru {n1rm uqBsn re8uqei
uelrsrugaplp ledep trerlqeuad e.(uuenkrl ue8uap l€nses
YIAtr IpsH ouslJlns 'c
'sll€Iuelsls eues fluq-peq'reqes ueEuap drsuud-drsuud
nete €l{EJ-€l{EJ qeloradtuaru {n}tm us{wpfip Euef uenquteEued
nrull Suuplq ntens Irep ue{1pgefuad qept 'uepyleued
y141o1de.rdns'f 'q
'eDIeJ-€DI€J uerrs3,eued trep uepdurn8uad
u€Inlrewelu e,(uueqecaued 8ue.,{ qelsselu srual rcSeqraq
reuoEueur srl€rue'rs Eue'( uerq*ued qepo^'"#IqTf""a
.u
:luadas'efuludepued uele4nruaEueru
Euu,( euefues ered 1u{uuq 6.uel}lleuad,, qelpsl Euelual
'ef,uuerodel unsn,(uaut
ou€cueur
rudures srsrpue8uaru uup u?{snturueur 'l€lecuetu
Inlun uulurEel nluns qelep€ 6(Ire4llaued,, ue4Euepeg
'uenfnl nlens teducueru In1tm
etue$los ereces uerplld ueleun8Eueru ue8uop nlenses ue>lruleleur
erec eduruu rEolbpolau lpef 'uunqeleEuod nule nurlt e,{utgu Suuf
.oso8o1 rrep nl€nsos u€{n>pleur {nlun tedat Euef erec ufutue
Suuf ..epo1el4[,, e]e>I pep lesereq ..uep11euad tEo1opo1e141,,
NVIIITgNgd ICOTO(IOIUru NYIIUgCNf,d'V
NVNTNHYCNfd
I gYfl
firuqunny uoltnauad aporaw
z
'qelesetu nl€ns u€{q?rarueru ulepp
Ip Jp{npul_JlDlnpop rDlrdreq
Ise>gd€ uolEurtuoruew qrqal q"Frll apoleu uapuepeg
.
rsesrleJeue8
ue8uuquro8ued tuelep Jrsuolur Eue,(
saso;d rnlelau srrewelsrs uJ€cas unsnsrp Eue,( uoal-iroa1 .drsurrd
-drsuud sele w{JusepJaq .uenqelaEuad ntuit rlnEueru eues
uel8ueqtuaEuaw uup uulnrueuetu equsn uepp jrp1a,(qo ueter8a>l
npns qpppu uunrleuad uelur8a{ .lnqesral. uurga8ued uu8uep
ue8unqnqag 'qulql opoleu ueleun8Euaru ueEuep u€>lruI€1ry
nll eqesn-equsn €ueru lp .uenqela8uad nluns .uereuaqal
rln8ueu uep uulEuequa8uaui .ue>lnruauau
.e.{uuen[n1
{nlun eqesn reEeqai
uu{ruerp tedep uurgyeuad ueEuep renses
'uu{euE$lelrp
qplull epotatu euuture8uq uup BunsEuelreq uerlrlauad uuleFel
euerureSeq uulselafrp npad e,(uurDl ]nqasret qelqsr Enpa{ aueiuoi
uereqtue8 lqrpas uu>lledupuau {nlun .qe1tull epoleru uu8uop
uur1r1a'ued uerpe8uad ueleure,{uaru Euuro
a*pn1-auep")
uenqula'uadnlunsasuu,nueqarrrHHt-":iltHlHrlJ:;['J
'uelntuauatu Inlun uu>luunEradrp ledep u88urqas
'etup-el€p uellndurfuau uep srsrpueEuau uues unsn.{uau
'rreJuaut lruun qeltull erucas unsnsrp Bue,,( uudeqet_uedeqel
Inleletu npefual ereces 1eda1 8ue,{ ue:rlruad ue8uap ueleueEuod
uuln>lelaut ereJ-eJeJ ueluladtuaur Euuf mup qeppe u€rlrleued
r3o1opoia61 :€.^Aqeq uelul€Irp ledep Fel senl qlqe.I
' qeFul I erucos ep fe8-ue1e [oE nele eDIeJ -€l{uJ ue{r€sepreq
(efuuerodel unsn,(ueu rcdt'es srsrluueEuoru ,ue{snurruerl
'lulecueru 'u?cueru uuler8el-uu1urEa1 pndrletu nlruf)
uurlrlaued u€{?uu$lsleru ercc-emt rcue8uetu uulleosreduew
7upluructqtuetu 8ue,{ uenqula8uad nu-rll Eueqec n}BnS
:qelepe uurlrlaued rEolopolau ue8uep pnsleurp Bue,{ umqeq
uepdrurso>1 uesuleq-ues?teq ueCI
[qurep ledep s€lu tp
'e,{uuuqecotuad
qaloredrp eE8urqes rples peq-peq ereces uulruIelrp
Euuf 'nll qulesuru ue8uep ueEunqnqas lncunu Euuf p{nq
fipqruan)I uurllauad apoptr l
M eto d e P e n e lit ian K uunt it ot if
Dalam hal ini orang dapat melakukan kegiatan informal dalam
kegiatan sehari-hari. Orang dapat mengidentifikasi masalah,
mengembangkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis
data sampai menarik suatu kesimpulan. Metodologi penelitian
terdiri dari kata metodologi yang berarti ilmu tentang jalan yang
ditempuh untuk memperoleh pemahaman tentang sasaran yang
telah ditetapkan sebelumnya. Sejalan dengan makna penelitian di
atas, penelitian juga dapat diartikan sebagai usaha/kegiatan yang
mempersyaratkan kesaksamaan atau kecermatan dalam
memahami kenyataan sejauh mungkin sebagaimana sasaran
ituadanya.
Jadi metodologi penelitian adalah ilmu mengenai jalan
yang dilervati untuk mencapai pemahaman. Jalan tersebut harus
ditetapkan secara bertanggung jawab ilmiah dan data yang dicari
untuk membangun/memperoleh pemahaman harus melalui syarat
ketelitian. artin)-a harus dipercaya kebenarannya.
I. SEJARAH PENELITIAN
Mengenal asal mula dari adanya orang-orang tertarik
untuk mengadakan penelitian adalah tidak terlepas dengan
keadaan 1.ang menvebabkan timbulnya ilmu pengetahuan serta
timbuinva ilmu penelitian itu sendiri.
3
M eto de Pe n e I iti an K uontitnt if
b. TimbulnyaPenelitian
Manusia sebagai makhluk rasionar sebenarnya sudah
dibekali dengan hasrat ingin tahu, keingintahuan manusia
ini
sudah dapat disaksikan sejak seseorang masih kanak-kanak
dan
akan terus berkembang secara ainamis mengukuti iase-fase
perkembangan kejiwaan orang tersebut. uaJ.at
ingin tahu
manusia akan terpuaskan bila ia sudah memperoleh perigetahuan
mengenai apa yang dipertanyakan. Tetapi sudah .n..ri-uai
,ifut
manusia, yang mana setelah memperoleh pengetahuan',irengenai
suatu masalah' maka akan disusul oleh kecenderungan
ingin
lebih tahu lagi. Begitu'seterusnya. Dengan demikian dapat
dikatakan, bahwa manusia tidak akan p.rnuh mencapai
kepuasan
mutlak untuk menerima realita untuk dihadapinya'sebagii
titik
terminasi yang mantap. Untuk mendukung dan menyalurkan
keingintahuannnya, maka manusia akan cende*ng ..ngadakan
penelitian.
4
M eto de P e ne I itian K uant it at if
Bertugas untuk mencari dan merumuskan hukum-hukum,
tata huungan antara peristiwa yang satu dengan yang lain.
Contoh:
- Bila kendaraan dijalankan kencang terlebih di jalan licin
maka akan terjadi kecelakaan.
- Bila kecelakaan melibatkan kendaraan yang penuh
penumpang, maka akan banyak korban
4) Ramalan (Prediksi)
Bertugas untuk mqmbuat prediksi (ramalan), estimasi
(taksiran) dan proyeksi mengenai peristiwa yang bakal
muncul bila keadaan itu didiamkan.
Contoh:
- Bila didiamkan semakin banyak terjadi kecelakaan
- Tempat itu dianggap rawan (dikeramatkan)
,i) Pengendalian (Kontrol)
Bertugas melakukan tindakan-tindakan guna mengatasi
keadaan atau gejala yang bakal muncul.
Contoh:
-Memasang rambu lalu lintas
-Membuat/memasang lampu penerangan
Secara keseluruhan, ilmu pengetahuan dan penelitian
rnengemban kelima tugas di atas sekaligus. Karena itu kelima
tuga5 rersebut sering digunakan kriteria (tolak ukur) untuk
menentukan bobot suatu karya keilmuan.
5
Metode Pene lition K uantitntif
a. Pendekatan Ilmiah
Di dalam pendekatan ilmiah, dituntut untuk dilakukan
cara-cara atau langkah-langkah tertentu dengan tata urutan yang
tertentu pula sehingga tercapai pengetahuan yang benar atau
logis. cara ilmiah ini merupakan syarat mutlak untuk timbulnya
ilmu, yang dapat diterima oleh akal dengan berpikir ilmiah.
Untuk dapat berpikir ilmiah maka akan melalui tiga tahap:
l) Skeptik
Adalah upaya untuk selalu menanyakan bukti-bukti atau
fakta-fakta terhadap setiap pernyataan.
2) Analitik
Adalah kegiatan untuk selalu menimbang-nimbang setiap
permasalahan yang dihadapinya, mana yang relevan. mana
yang menjadi masalah utama dan sebagainya.
3) Kdtik
Adalah berupaya untuk mengembangkan kemampuan
menimbangnya selalu obyektif. Untuk ini maka dituntut agar
data dan pola berpikirnya selalu logis.
Pendekatan ilmiah akan menghasilkan kesimpulan yang
serupa bagi hampir setiap orang, karena pendekatan tersebut
tidak diwamai oleh keyakinan pribadi, bias dan perasaan. Cara
penyimpulannya bukan subyektif, melainkan obyektif.
6
Metode Penelitian K uantitutif
2) Prasangka
Pencapaian pengetahuan secara akal sehat diwarnai oleh
kepentingan orang yang melakukannya. Hal yang demikian
itu menyebabkan akal sehat mudah beralih menjadi
prasangka. Dengan akal sehat orang cenderung
mempersempit pengamatannya karena diwarnai oleh
pengamatannya itu, dan cenderung mengkambinghitamkan
Metode Pe ne I it i a n K uant itat if
orang lain atau menyokong sesuatu pendapat. Orang sering
tidak mengendalikan keadaan yang juga dapat terjadi pada
keadaan lain. Orang sering cenderung melihat hubungan
antara dua hal sebagai hubungan sebab akibat yang langsung
dan sederhana, padahal sesungguhnya gejala yang diamati
itu merupakan akibat dari berbagai hal. Dengan akal sehat
orang cenderung ke arah pembuatan generalisasi yang terlalu
luas, yang lalu merupakan prasangka.
8
Met o d e Pe ne I it io n K uant itat if
umumnya merupakan serangkaian percobaan tanpa
kesadaran akan pemecahan tertentu. Pemecahan terjadi
secara kebetulan setelah dilakukan serangkaian usaha; usaha
yang berikut biasanya agak lain, yaitu lebih maju.
9
M etode Pe ne I it inn K utnt itat if
METODE PENELITIAN
Akar Penelitian
Kuantitatif
Ilustrasi I
Bagaimana cara memasukkan seokor sapi ke dalam
kultas/magic jar? Jawabnya sederhana saja yaitu buka
tutup
10
Metocle Pe nelitinn K uflntitatif
llustrasi 2
Kita coba kali ini dengan pemyaraan berikut :
A. I * 1:2 B. 2+t:4
Anda setuju? Tentu saja ada kesepakatan di antara kita bahwa
hasil perkalian diatas (AR) dan jika kita buktikan dengan
menggunakan buku sebagai alat bantu. satu buah buku ditambah
dengan satu buah buku akan menjadi dua buah buku. Secara
nyata (ER) hasil kesepakatan kita terbukti. Ini merupakan cara
yang ilmiah karena sudah mengkombinasikan ER dan AR.
Ilustrasi 3
Untuk perhitungan pertama say'a kira Andy setuju karena
kita sudah sepakat. lalu bagaimana dengan perhitungan
kedua dan selanjutnya? Anda tentunya bertanya-tanya
mengapa 1+l : 0 dan bukan 2, mengapa 6 +l : I dan
bukan 7? Pertanyaan tadi muncul karena secara ilmiah
, AR tidak bisa diwujudkan, dan kenyataannya (ER) sulit
dibuktikan. Cara ini tidak ilmiah. Tunggu dulu. Kita buat
kesepakatan baru. Kita jumlahkan setup bentuk
lingkaran dalam setup angka schingga I + I = 0 karena
LL
M etode Pe ne lit ia n K ufint itst if
C. Etika Penelitian
Dalam setiap segi kehidupan, kita sbraru dihadapkan
pada apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak
boleh
dilakukan- Ada aturan-aturan yang berraku sef,ingga dalam
setiair tingkah laku tidak bisa semaunya sendiri. B;; contoh.
Etika penelitian dapat diartikan sebagai pedoman
bagi seseorang peneliti untuk melakukan ru-utu diudukun
{alam upa}'an}'a menemukan jarvaban atas pertanyaan yang
diajukan. Pertan'aan r,ang seringkali rnunrut autu* apakah
kita diperbolehkan melakukan segala sesuatu demi suatu
pengetahuan. Jarvabnya tentunya "ya" dengan catatan
bahwa
hal-hal )'ang dilakukan berguna untuk mengembangkan
pengetahuan itu sendiri.
Dalam kenyataan sehari-hari seringkali seorang
peneliti kesulitan untuk menerapkan etika perielitian karena
berapa hal etika peneritian.berbenturan dengan etika lain.
contoh: seorang peneliti yang sedang melak-ukan penelitian
untuk mengetahui bagaimana pola memimpin yang yang di
berlaukan oleh bos mafia dalam anak buahryu puau suatu
ketika terjadi peristiwa dimana ada seorang poii.i yang dalam
menyamar berbulan-bulan dengan menjadi mafia, dan pada
L2
Metode Penelitian K uontitatif
1. Scientific misconduct
' Dalam etika ini. seorang peneliti tidak boleh melakukan
penipuan dalam melakukan sebuah penelitian. Seorang
peneliti harus melakukan tahap demi tahap dari sebuah
proses penelitian. Misalnya saja karena terbentur oleh
keterbatasan dana, seoran_q peneliti melewatkan tahap
pembuatan daftar populasi. lalu mengambil sample secara
sembarang, namun melaporkan bahwa ia sudah melalui
proses penentuan populasi dan pengambilan sampel secara
benar. Atau bisa juga seorang peneliti yang melaporkan telah
menarik sampel sebanyak lima ratus orang, namun karena
keterbatasan waktu dan biaya, sekalipun sampel yang
terambil barn tiga ratus orang, pengumpulan data dianggap
selesai dan peneliti tersebut tetap melaporkan bahwa ia sudah
mengambil sebanyak lima ratus sampel. Pada bagian ini juga
termasuk research fraud, yaitu pemalsuan data hasil
penelitian. Peneliti yang hanya mengambil tiga ratus sampel
dari lima ratus yang direncanakan akhimya mengisi sendiri
kuesioner yang tersisa agff jumlahnya menjadi lima ratus
orang. Kondisi lain yang jugaterkait adalahplagiorism, yaitu
Meto de Pe n e I ition K uantitot if
L4
Metode Pe nelition K uantitatif
15
Metode Penelitian K uontitatif
16
Metode Penelitinn Kuont itatif
D. Dilema Penelitian
Saat membahas etika peneritian kita
sudah tahu hahwa
peneliti akan sering bg,qumpa dengan
kondisi aitemaiis. ni satu
sisi ia harus memenuhi etika p"nJiti*,
sedangkan di sisi lain
ada etika rain yang saling berbenturan. peniriti
adarah juga
makhluk sosial, yang tiaak bisa lepas
dari etika morut
L7
8T
JIleSou Isls .ue{nluouotu eqesn uped qere8uau
e.{uerrles 8ue,{ uerlrlaued .n1r e,{ueq
lepri ue{e 1e>1ure,(suu
a{ uelrss{llqnd1p {epll €ued uerlrleued u}up
rue_q epro u?qelurroruod esew eped .erseuopuJ
lp{es {",(u€q
Ip {pllod
uudnplqal qerefas {Wq leqlloru ?lr) .{p[od ,narnu"d"rt
ue8uep uurnluaqraq uslq e8nt ,rr1"u'.J .Bunqnq8uad
ered ueEurlueda>1 ue8uep uerntuaq urelas
aue,( rseuuoJur rr'cua* r1nrun -.H]iilfriJ
,r,,"urtJ*H,tr
Iul Ieq tu€leq .erelued Ip utep uellndrun8uau, lniun ses{B
'r{rlnuetu quuad uu{u prlauad zrefuad epda>1 u?nsrue{
luprl
t1n>1r8_uau {upll el u{l[ .untueN .rrrlauad-ledeprp ue4e
1upr1 Eue,( rsurrrroJur 4efuuq tuqlry uu8uap uretuad'e1uda1
uunuurel lln{r8ueru eJelue utuelrp
lpef.rat rur snsul rusJeCJ
tro18ruatu Eue,,( ue8uerelel rrnllraqtueru ue>IE
{epp g.opflp
8ue,{ SueJo-8ueJo e,(un}uet >fnfunr €r Euek aun o_a*rg
'roqums ercu ruEeqas ue{Ip€lp
{nrun nlueuo} Buero-Euero
>lnfunusur e,(ueq ur .:un1 eI l€qasJat redrues
{€prt ue{n{Bl
SuFas e,(uqunq {uu€ u€p et Buej uespra)le>l' u€{epurt
elu8es_ re8e Brelued e1eda1 r8eq ue8urruada>1 epe ,u,(qeslru
ereluad p uednplqa>1 snse>l $lun ,rsetruoJirn rmlueqtuotu
Lre{B Eue{ Ewro-Euero dupeqrel stadaaq ioA wlqtuadal
-ueBurlueda>1 ep€ pq ederaqaq tueleq .ueeqesnred
Islarlp nele urdwrured qelup? efu8unqnq8uad ,Burfueg
-Eue$og treeqesruad 1p rsrladuol turpl Buelual wpiiaueA
tuule6l 'ereluad upde>1 Wlepe orfu-stadaa4 art| ,e:rofuad,
1p uueprdereu uednprqcl Euelual uerlrlauad tuel€C
depuqlet seqe Dlrrr.,'e.., Euer Bue.r"r.
'(stadaatl ato8) Eunqnq8uod uuEuqueda4
*,"fi%:#;;t?il:
uuEuap ue4rlaued
€IIle uprruueq quppe ue8uquadel ue;n1ueq;ed Eueluel
qotuoJ 'u,(utrerlrlauad ue>luelelueu snreq 111euad leus
ue8un8Eursrod rpeftal II€I Euues e8Eurqes ewe1e €{rle rrep
sedal 1upr1 8ue{ euuEereq {nlpptu e8nt .1e1e;efseu
l}lloued
Ilwtltuon X unury auad apopry
Metocle Penelition K uantitatif
L9
Metocle Pene I itian K uontitnt if
dilakukan. Satu hal yang perlu dipegang teguh dalam
menghadapi dilema yang terjadi adalah bahwa terhadap
apa yang terbaiknya dilakukan dan apa yang sebaiknya tidak
dilakukan pada akhirnya kembali kepada individu masing-
masing. Individu tidak hanya hidup dengan berpedoman
pada etika penelitian saja, namun juga berpedoman pada etika
moral, etika keluarga, serta etika lainnya.
20
Meto de Pe ne litian K uont itat if
BAB II
PBNDEKATAN PEI\ELITIAN
KUANTITATIF
A. Asumsi Dasar Pendekatan Kuantitatif
Dalam penelitian ilmu sosial, setidaknya kita- mengenal
dua pendekatan yang memengaruhi proses penblitian, mulai dari
merumuskan permasalahan hingga mengambil kesimpulan.
Neuman menambahkan satu pendekatan lagi, yakni pendekatan
ciriticol. setiap pendekatan memiliki asumsi dasar yang berbeda.
Asumsi dasar yang ada di dalam pendekatan kuantitatif bertolak
belakang dengan asumsi dasar yang dikembangkan di dalam
pendekatan kualitatif. Asumsi dasar inilah yang mempengaruhi
pada perbedaan dari cara pandang peneliti terhadap sebuah
lenomena dan juga proses penelitian secara keseluruhan. Dalam
buku ini, kita akan membahas mengenai empat asumsi dasar
yang ada dalam ilmu sosial.
Sebelum kita membahas asumsi dasar dari penelitian
kuantitatif. kita perlu memiliki kesepakatan terlebih dahulu
tentang pemaliaian konsep "kuantitatif'. Setidaknya ada tiga
penggunaan konsep ini di dalam penelitian, yaitu perrama, kita
bicara mengenai pendekatan kuantitatif. Ada beberapa kalangan
yang mengatakan bahwa pendekatan sama dengan paradigma,
bahkan sama dengan perspektif. Dalam buku ini, kita sedikit
membedakan antara paradigma dan pendekatan (sekalipun
asumsi dasar yang digunakan sedikit banyak sama). paradigma
dikembangkan di dalam lingkup bidang studi, seperti misalnya di
dalam sosiologi terdapat tiga paradigma, yaitu paradigma fakta
sosial, paradigma definisi sosial, serta paradigma perilaku sosial.
Lain lagi dalam antropologi. Paradigma yang berkembang adalah
paradigma idiografis dan paradigma perilaku. paradigma bisa
diartikan sebagai sudut pandang dalam melihat suatu fenomena
atau gejala sosial. Pendekatan dikembangkan di dalam lingkup
2L
Metode Pe nelitian Kuantitatif
22
M eto de Pen e litian K uant itatif
Pendekatan Pendekatan
Kuantitatif Kualitatif
Metode Metode
Kuantitatif Kualitatif
Metode Metode
Kualitatif Kuantitatif
23
ne
3uu{ au8eu reueEueru_ ureuJeq Buef
4eue_{euu uJelu€ 1p
uule>pdasa{ uep uenluEued ep? €uoJe>I
lesJolrun Bue,{ nlens
rpefueru rur euaruouoC .ueueqeued Euaiueq ue4udnreur
nlr
nleq ledueal €ueJpl upe Eue,{ nleq leduree{-uulrncueqEueur
snruq ?l e,!\q€q n{ul et lnqasral eruEau Euura.(ueur
eu€oueJeq 8uu,( {eue Bue:oases epe ueureu;ad urelep
u1t[ uSSurqas elufu 'ytat ErmK nlenses q€ppe (ueqelurreured
lesnd euas ueueqeilad Buelueq .e;u8euj ierso, eueruoueC
'uequlurraruad tusnd rc8eqas qelo{as
se1 leduprat uumpuf
qe8uatrp uuas 'ueuerleuad Bualuaq re8eqes rnr.q nleq
tedure
redup:a1 e{uu-repprp Bue.{ resaq .rn n{Bur1 qenqas 'qerep€
eftrueuat-upual uule)pdasal uu8uap lnqasrel
{euu qolo leqrp
3ue,i u:e8au dasuol .uur4nuap ue8ueq .lunq ur Bue,{'ureEau
uuqeluueuad lusnd quJppe lnqesral sel €,r\qeq efuuutuel
-ueural eped uululu8uatu uup uerul8ull qeEuel
!p ,rep1e1e1eu
uep u,(trqulo{es sel lrque8ueur Er .uurpnrua) .ueueqeuad
Suatuaq quppu lnqasret nt€q tedureel €.^Aqeq ueleleBueu
uep uerelSurl urelep uerEeq rrE8urd
Isls p ue)pplaletu uep
resaq n]€q qenq tedua lrque8uau er .uerpntua;1 .u,(uere8eu
uplelnepa{ eare ue>pdnteu tenq er Eue,{ uernl8url urulep
ry
eaJe ?.rqeq uu>leteEuau er uulpnual .rrsud sute
Ip resaq Euuf
ue;e>13ur1 qunqas lenqtuotu u;a8es nles Fue.{
{euv .ue8uered
-Euulod urcruJeq Euupas eIeJahJ .e,{uueruat-uuruot ueEuep
urer.uraq Euupas Eue,{ luue epe eEr1a4 nlpns .Ieue_Ieue
uuu-reurod uu8uap uulr8opuep luftp ,ur pai Eue,( pisos
elelag '8uelo ry,{uuq qelo rnlerp uep l€sronrrm u,(uleyrs
8uu.,( eueuoueJ qenqos rpetuotu 1nqari"1 ep[eE eEr1e4
nluns u€p 'u,{u4n1as Ip upe Buef nprnrpu_npr^ryur €Jeluu
(leor
1p uele>1edase1 rpeftal eslq rle1epe upfeE nl€ns'puere)
'ersnuEru erpur rrE)leun8Sueru ueEuop delEunrp
tudep Suef
'pat EueK e1e[aE n]enses reEeqes uoplolrp prsos e1efag
(lursog elufeg ;BSBC 1ery>1eg) r8oloiug resuq rsunsv .t
0t0Q uDp 'apopl! 'u2tzlapua{ unSunqng
I.z rcqruEc
Ir1uy1unny aaunauad apopry
Metode Penelitian K uantitotif
Ilustrasi 2.1.
@
r-il_l
s.Lorun
I I
@
2. Asumsi Dasar Epistemologi (Hakikat Dasar Ilmu
Pengetahuan)
Suatu gejala adalah nyata. Karena gejala itu sifatnya nyata,
gejala yang ada bisa dipelajari. Gejala yang ada bisa
ditangkap dengan menggunakan indra. Dengan demikian,
kita bisa membuat perbedaan antara yang satu dengan yang
lain. Kembali ke permainan anak-anak tadi, kita bisa katakan
kalau lingkaran yang di dalamnya terdapat tas sekolah dan
empat batu besar sebagai negara si A, sehingga ketika anak
yang lain membuat sebuah kotak dan di dalamnya diletakkan
empat sepatu dan sebuah bola, kotak yang dibuat itu bukan
negara si A, tetapi negara si B. Dengan demikian secara
epistemologis, kita bisa' membuat tipologi-tipologi untuk
membedakan satu gejala dengan gejala yang lain.
25
M etode P e ne lit ian K uant it at if
Ilustrasi 2.2.
E
fr;_l
[9
Negara B
@
F.r*l E@
@
Epistemologi mencakup tiga hal, yaitu sebagai berikut :
a. Keterkaitan antara Ilmu denghn Nilai
Individu adalah seorang yang bebas nilai. Bebas nilai
dapat diartikan bahwa individu tidak dipengaruhi oleh
nilai-nilai yang ada di antara orang-orang )'ang sedang
diteliti. Bebas nilai karena individu telah memiliki
seperangkat nilai yang ia gunakan untuk meneliti orang-
orang tersebut. Nilai'yang ia bawa dan gunakan adalah
nilai-nilai yang sifatnya universal. Dengan sifat yang
universal itu, individu berasumsi bahwa orang-orang
yang akan ia teliti memiliki nilai-nilai yang sama dengan
nilai-nilai yang ia bawa. Dalam praktiknya di lapangan
digambarkan sebagai berikut. Kalau 'ada kesepakatan
26
Meto d e P e ne lit ia n K uant it at if
bahwa setiap orang dilarang merokok di dalam angkutan
umum, nilai-nilai kesepakatan itu akan diterapkan kepada
semua orang. Peneliti bisa mengabaikan seseorang
memiliki penilaian bahwa ia adalah manusia bebas
sehingga boleh memutuskan apakah ia akan merokok
atau tidak. Karena nilai yang digunakan adalah nilai yang
universal, peneliti dapat menyatakan bahwa otang yang
memiliki penilaian yang berbeda tentang boleh tidaknya
merokok di angkutan umum sebagai orang yang salah.
Dengan bebas nilainya individu (dalam hal ini peneliti),
peneliti dapat lebih objektif.
c. \letodologj
Logika pemikiran ilmiah yang mencakup proses
pembentukan ide dan gagasan diberlakukan secara ketat
dengan memakai prinsip nomotetik dan menggunakan
pola deduktif. Prinsip nomotetik menggarisbawahi bahwa
dalam melihat keterkaitan antara suatu gejala sosial
dengan gejala sosial yang lain, difokuskan kepada
beberapa faktor atau gejala yang krusial saja, dan
mengesampingkan gejala atau faktor sosial yang lalu.
Dengan prinsip tersebut, tak jarang dalam penelitian kita
hanya akan melihat hubungan antara satu akibat dengan
dua atau tiga sebab saja. Dua atau tiga sebab ini yang
diyakini atau diduga sebagai faktor atau gejala yang
krusial. Pola deduktif menunjukkan bahwa pemikiran
27
Metode Pe nel ition Kuantitatif
yang dikembangkan di dalam penelitian didasarkan pada
pola yang umum atau universal 'untuk kemudian
mengarah pada pola yang lebih sempit dan spesifik.
2A
iVlet o de P e n e litian K u a nt it ut if
Dari penjelasan yang ada tentang asumsi dasar
pendekatan kuantitatif, terlihat bahwa antara asumsi yang satu
dengan asumsi yang lain saling berkaitan. Dengan demikian, jika
suatu gejala memiliki asumsi dasar bahwa suatu gejala adalah
real, secara epistemologi gejala tersebut bisa dipelajari, secara
aksiologi, penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk
mencari penjelasan-penjelasan antara gejala. Secara.skematis,
kita bisa lihat perbedaan antara asumsi dasar dalam pendekatan
kuantitatif dan pendekatan kualitatif.
Epistemologi (hakikat
dasar ilmu
pengetahuan) Bebas nilai - Tidak bebas nilai
- Kaitan ilmu Ojektif - Subjektif
dengan nilai llmu adalah cara - Akal sehat adalah
- Kaitan ilmu terbaik teori orang awam
dengan akal memperoleh y'ang perlu
sehat peng6tahuan dipahami
29
Meto de Pe ne I itian K uont itat if
30
Metode Penelition Kuantitntif
2. Perilaku Remaja
Sujono adalah seorang mahasiswa yang berasal dari Solo
dan sudah lama tinggal di Jakarta. Keberadaannyati Jakarta
dalam rangka melanjutkan kuliah. Sudah lama juga ia berpacaran
dengan Sujanti, mahasiswi yang juga berasal dari Solo dan juga
sudah lama tinggal di Jakarta. Selama di Jakarta, mereka
berpacaran dengan gava yang bebas. Mereka tidak malu untuk
saling berpelukan di tengah keramaian. Mereka tidak malu untuk
saling bergandengan tan_qan, menyrisuri mal yang satu ke mal
yang lain. Bahkan mereka tidak malu lagi untuk berciuman di
depan urnum. Pada saat liburan semester, mereka berencana
pulang ke Solo bersama. Mereka memilih untuk naik kereta api
ke Solo. Sepanjang perjalanan, mereka berperilaku seperti biasa
yang mereka lakukan selama berpacaran. Orang-orang yang
berada di sekitar tempat duduk mereka pun menjadi risih melihat
perilaku mereka. Ketika kereta sampai di Solo, perilaku yang
ditampilkan oleh Sujono dan Sujanti langsung berubah. Mereka
tidak lagi jalan berangkulan, dan bahkan mereka menjaga jarak
di antara tubuh mereka. Tidak lagi bergandengan tangan apalagi
berciuman di depan umum. Bisa dikatakan mereka mengubah
perilaku mereka 180 derajat. Bagaimana kita bisa mencermati
3t
M etode Pe ne I ition K uantitat f
32
t
I
L
Met ode P en e I it ian K uant ilat if
BAB III
JENIS.JENIS PENELITIAN
Salah satu karakteristik ilmu pengetahuan adalah selalu
mengalami perkembangan. Salah satu cara untuk membuat
perkembangan .ilmu pengetahuan adalah dengan melakukan
penelitian. Terbayangkah di kepala Anda berapa banyak hasil
penelitian yang sudah dilakukan? Untuk mempermudah
seseorang.menemukan atau mencari hasil penelitian, dibuatlah
pengelompokan-pengelompokan. Dengan adanya pengelom-
pokan ini. muncul jenis-jenis penelitian. Jadi jenis-jenis
penelitian hanya sebuah upaya untuk mengklasifikasi penelitian
yang sudah ada yang bertujuan untuk memudahkan bagi kita.
Ada banyak klasifikasi yang dibuat oleh beibagai
kalangan. Dalam buku ini kita akan menggunakan enlpat
klasifikasi, yaitu klasifikasi berdasar manfaat penelitian,
klasifikasi berdasar tujuan penelitian, klasifikasi berdasar
dimensi waktu, serta klasifikasi berdasar teknik pengumpulan
data. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa
pengklasifikasian ini bisa berpengamh pada keseluruhan proses
penelitian yang akan dilakukan. seperti adanya :
i. perbedaan penyusunan rancangan penelitian;
2. perbedaan instrumen penelitian yang digunakan;
3. perbedaan subjek penelitian;
4. perbedaan teknik analisis data.
A. Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Manfaat Penelitian
Apa manfaat yang bisa diambil dari penelitian yang
sudah dilakukan? Jawaban atas pertanyaan ini memunculkan dua
jenis enelitian, yaitu penelitian murni dan penelitian terapan.
l. Penelitian Murni
33
M etode Pe n e I i t i an K uont ittrt if
Penelitian murni merupakan penelitian yang manfaatnya
dirasakan untuk waktu yang lama. Lamanya manfaat ini lebih
karena penelitian ini biasanya dilakukan karena kebutuhan
peneliti sendiri. Penelitian murni juga mencakup penelitian-
penelitian yang dilakukan dalam kerangka akademis-.
Contoh yang paling nyata adalah penelitian untuk skripsi,
tesis, atau disertasi. Karena penelitian murni lebih banyak
digunakan di lingkungan akademik, penelitian tersebut memiliki
karakteristik yaitu penggunaan konsep-konsep yang abstrak.
Penelitian murni biasanya dilakukan dalam kerangka
pengembangan ilmu pengetahuan. Umumnya hasil penelitian
murni memberikan dasar untuk pengetahuan dan pemahaman
yang dapat dijadikan sumber metode, teori dan gagasan yang
dapat diaplikasikan pada penelitian selanjutnya. Karena
penelitian murni lebih banl'ak ditujukan bagi pemenuhan
keinginan arau kebutuhan peneliti. umumnya peneliii memiliki
kebebasan untuk menentukan permasalahan apa yang akan ia
teliti. Fokus peneliti ada pada logika dan rancangan peneliti yang
dibuat oleh peneliti sendiri.
2. Penelitian Terapan
.murni,
Berbeda dengan penelitian pada penelitian ini
terapan, manfaat dan hasil penelitian dapat segera dirasakan oleh
berbagai kalangan. Penelitian terapan biasanya dilakukan untuk
memecahkan masalah yang ada sehingga hasil penelitian harus
segera dapat diaplikasikan.
Bany'ak contoh tentang penelitian terapan, seperti
misalnya bentuk penelitian pemasaran. Hasil dari penelitian
harus bisa memberikan gamtiaran kepada perusahaan mengenai
produk apa yang akan laku di pasaran, produk hpa yang gagal di
pasaran, sefta berbagai solusi yang bisa digunakan untuk
mengatasi segala masalah yang ada di perusahaan. Karena
penelitian terapan ini digunakan untuk segera mengatasi masalah
yang ada, konsep-konsep yang digunakan juga cendefung
34
Metode Pehelition K uontitatif
35
Metode Penelitinn K uantitatif
l. Penelitian Eksploratif
Penelitian ini dilakukan untuk menggali suatu gejala yang
relatif masih baru. Dapat dikatakan bahwa ada suatu fenomena
36
- Metode Pe)nelitian Kuantitatif
37
M etode Pe ne I it ian K uantitat if
3. Penelitian Eksplanatif
Penelitian ini dilakukan untuk menemukan penjelasan
tentang mengapa suatu kejadian atau gejala terjadi. Hasil akhir
dari penelitian ini adalah gambaran mengenai hubungan sebab
akibat. Penelitian ini adalah gambaran mengenai hubungan sebab
akibat. Penelitian ini sering kali diidentikkan dengan penelitian
yang menggunakan pertanyaan "MENGAPA" dalam
mengembangkan informasi yang ada. Tujuan dari penelitian
eksplanatif adalah :
a. menghubungkan polap-pola yang berbeda namun memiliki
keterkaitan;
b. menghasilkan pola hubungan sebab akibat.
Selama ini sering terjadi salah kaprah dalam menentukan
jenis penelitian. Kita sering kali mengatakan bahwa penelitian
yang dilakukan adalah penelitian yang deskriptif analitis.
Mengapa demikian? Karena mereka beranggapan bahwa
penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang deskriptif
analitis. Mengapa demikian? Karena mereka beranggapan bahwa
penelitian yang dilakukan, selain memberikan gambaran
(deskriptif) jr-rga berusaha menjelaskan anrara gejala (analitis).
Kondisi ini sebetulnya tidak boleh terjadi lagi. Kita harus
kembali pada apa sesunggunya ).ang ingin kita lakukan dalam
penelitian tersebut. Kalau kita ingin menggambarkan sesuatu,
penelitian kita adalah penelitian deskriptif. Kalau kita ingin
menjelaskan hubungan antargejala kita akan melakukan
penelitian eksplanatif. Kalau kita ingin menggambarkan dan
menjelaskan gejala tersebut. kita sesungguhnya melakukan
penelitian eksplanatif. Pada dasarnya di dalam penelitian
deskriptif, sudah terkandung' penelitian eksploratif, karena kita
hanya bisa menggambarkan pola suatu gejala jika gejala tersebut
memang sudah tereksplorasi. Demikian halnya kita hanya bisa
menjelaskan keterkaitan suatu gejala jika gambaran tentang
gejala tersebut sudah nyata atau jelas. Dengan demikian, dalam
penelitian eksplanatif, sesungguhnya sudah terkandung
38
Metode Penelitiun Kuantitotif
l. Penelitian Crotss-sectional
Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan dalam
satu uaktu tertentu. Penelitian ini hanya digunakan dalam waktu
yang tertentu, dan tidak akan dilakukan penelitian lain di waktu
yang t{erbeda untuk diperbandingkan.
39
M etode Pe ne I it iu n K uant itat if
satu hal yang perlu diingat bahwa pengertian satu waktu
tertentu tidak bisa hanya dibatasi pada hitungan minggu,
hitungan bulan, atau hitungan tahun saja. Tidak ada-batasan yang
baku untuk menunjukkan satu waktu tertentu. Akan tetapi, yan!
digunakan adalah bahwa penelitian itu telah selesai. -nengan
demikian, bisa saja seorang melakukan penelitian di bulan
Januari, kemudian karena ada keperruan mindesak, pada bulan
Februari dan Maret, ia kembali ke rumahnya. pada gutan April,
ia kembali lagi ke lapangan untuk meneruskan mengumpuikun
data. sekalipun penelitian mendatangi lokasi penelitiai sebanyak
dua kali, ia tetap dikategorikan melalukan penelitian cross-
sectional. Dengan demikian, konsep satu waktu tertentu dalam
satu penelitianlah yang digunakan untuk menentukan bahwa
penelitian tersebut merupakan penelitian cross-sectional.
2. Penelitian Longitudinal
' Penelitian jenis ini dirakukan antarwaktu. Dengan
demikian, setidaknya terdapat dua kali penelitian dengan topik
atau gejala yang sarna, tetapi dilakukan dalam *ultu yung
berbeda. Ingat bahwa tidak berarti jika ada dua penelitian yang
dilaklukan dalam waktu 1'ang berbeda dengan topik yung ,uo,u
selalu dikategorikan ke dalam penelitian longitudinal, tetapi
ada
katakunci yangharus dipegang, 1.aitu adanyu up*yu p"iburrdingun
antara hasil penelitian. Dengan kata lain, peneliiian tongitudinal
sudah direncanakan sejak arval penelitian, dan bukannyi
secara
kebetulan terjadi.
Apa contoh penelitian yang bukan penelitian
longitudinal? Misalnya saja tahun 2000 aiaseorang peneliti yang
melakukan penelitian tentang perusahaan Ansurl Tahun 2004
.ternyata ada seorang peneliti yang sama. Kedua penelitian
ini
tidak bisa dikategorikan ke daram penelitian longitudinal karena
masing-masing berjalan sendiri. Kita bisa kateg-orikan terdapat
dua penelitian cross-s e c ti onal. penelitian longitulinal merupakan
penelitian yang mencoba melihat perubahan yang terjadi.
40
Met o de Pene I it i an K uant itat if
Penelitian longitudinal bisa kita bagi lagi ke dalam tiga bentuk,
yaitu sebagai berikut:
a. Penelitian kecenderungan, yaitu penelitian-penelitian
terhadap gejala yang sama dengan waktu yang berbeda, serta
responden atau informan yang berbeda. Contoh yang paling
sederhana adalah penelitian tentang gaya hidup. Kita akan
mglakukan penelitian tentang gaya hidup dengan ryelakukan
perbandingan antara gaya hidup di tahun 70-an dengan gaya
hidup di tahun 90-an. Orang-orang yang diteliti bisa saja
berbeda, tetapi gejala atau topik yang diteliti adalah sama.
b. Penelitian panel, yaitu penelitian-penelitian terhadap gejala
yang sama dengan waktu yang berbeda, dan responden atau
informan yang sama. Dengan penelitian ini, seseorang akan
diteliti minimal sebanyak dua kali. Misalnya saja kita ingin
melihat bagaimana pilihan responden terhadap presiden
sebelum putaran pertama dan setelah putaran kedua. Orang-
orang yang diteliti merupakan orang yang sama.
Permasalahan yang sering kali muncul dalam penelitian ini
adalah jika jangka waktu antara penelitian yang satu dengan
penelitian yang lain berdurasi cukup lama sehingga ada
kemungkinan responden yang dulu dijadikan sampel. kini
sudah tidak bisa ditemui lagi, misalnya karena sudah
meninggal dunia atau bisa juga karena sudah pindah rumah.
c. Penelitian kohort, yaitu penelitian-penelitian terhadap gejala
yang sama, yang dilakukan pada waktu yang berbeda dengan
responden atau informan yang memiliki karakteristik yang
sama. Dengan demikian, orang-orang yang diteliti berbeda,
tetapi mereka memiliki ciri-ciri yang sama. Ciri-ciri ini bisa
berbentuk apapun juga. Bisa saja mereka memiliki kesamaan
pengalaman hidup, kesamaan tempat tinggal, kesamaan
keturunan, kesamaan latar belakang pekerjaan, dan
sebagainya. Misalnya kita akan melakukan penelitian di
tahun 1990 kepada orang-orang yang berusia 45 tahun.
Tahun 2000 kita melakukan penelitian yang sama dengan
4L
Metode Penelition Kuontitatif
42
Metode Penelitian Kumtitatif
l. Penelitian Survei
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan
kuesioner sebagai instrumen penelitian. Kuesioner merupakan
lembaian yang berisi beberapa pertanyaan denlan struktur yang
baku. Dalam pelaksanaan survei, kondisi penelitian tidak
dimanipulasi oleh peneliti'.
2. PenelitianEksperimen
Penelitian ini dapat dilakukan di dalam alam terbuka dan
juga di rLrang tertutup. Dalam penelitian eksperimen, kondisi
1'ang ada dimanipulasi oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan
peneliti. Dalam kondisi yang telah dimanipulas ini. biasan-v-a
dibuat dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok
pembanding. Kepada kelompok kontrol akan diberikan treatment
atau stimulus tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil dari
reaksi kedua kelompok itu yar-rg akan diperbandingkan.
3. Analisis Isi
Penelitian ini dilakukan bukan kepada erang, tetapi lebih
kepada simbol, gambar, film, dan sebagainya. Pada material
1'ang dianalisis, misalnya surat kabar, dihitung berapa kali tulisan
tentang topik tertentu muncul, lalu dengan alat bantu statistik
dihitung.
1. Penelitian Lapangan
Penelitian ini bisa dimulai dengan perumusan
permasalahan yang tidak terlalu baku. Instrumen yang digunakan
juga hanya berisi tentang pedoman wawancara. Pedoman
wawancara ini dapat berkembang sesuai dengan kondisi yang
ada dilapangan.
43
Metode Penel itian Kuantitatif
5. Analisis Wacana
Penelitian ini serupa dengan analisis wacana, hanya saja
bukan frekuensi tampilan dari topik tertentu yang dipilih dalam
material yang sudah ditentukan, terapi lebih jauh mengaitkan
topik tersebut pada setting atau kondisi yang muncul bersamaan
atau melatarbelakangi topik tersebut.
6. Perbandingan Sejarah
Penelitian ini bertujuan mengumpulkan data dan
menjelaskan aspek-aspek kehidupan sosial yang terjadi di masa
lalu. Penelitian ini sebaiknya difokuskan pada iatu periode
sejarah, beberapa kebudayaan berbeda, atau juga kombinasi
antara periode sejarah dan kebudayaan yang berbeda.
44
Meto d e P e ne liti a n K uant itat if
BAB IV
RANCANGAN PENELITIAN
KUANTITATIF
45
M etode Pe ne I it i sn K uant itot if
Difokuskan
&
Dipersempit Pertanyaan
Pemilih
Penelitian
Topik
Penelitian Peneliti
dapat
Pertanyaan memilih
Penelitian satu
atau
lebih
Pertanyaan
Penelitian
Titik Tolak
Penelitian
A. Pemilihan Topik
Kadang-kadang seorang peneliti pemula akan
mengalamia kesulitan di dalam memilik topik penelitiannya.
Sebenarnya tidak perlu demikian. Untuk memilih dan
46
Metode Penelitian K uantilatif
47
M etode Pe ne I ition K uant itat if
48
Me to de Pe ne litio n K u ant itatif
49
Metode Penelitian Kuantitatif
50
Metode Penelitian Kuantitatif
C. Perumusan Masalah
Penggunaan istilah perrnasalahan, perumusan maaslah,
atau pokok masalah dalam satu penelitian adalah sama. Pada
dasarnya permasalahan dalam penelitian merupakan perumusan
masalah ke dalam bentuk yang lebih terfokus. Bagian ini tidak
terpisahkan dengan paparan yang terdapat pada latar belakang
51
Metode Penelitian Kuantitatif
52
Metode Penelitian Kuantitotif
s3
Metode Penelitian K uantitatif,
54
Meto de Pe ne I it io n K uant itatif
BAB V
PENYUSUNAN KERANGKA TEORI
DAN PENGUKURAN
55
Metode Pe nelition Kuantitatif
Tinjauan Ke
Model Analisis
Hi
Operasional Konsep
56
Met ode Pe ne lit i on K uantitot if
faclors thal hat,e been identified as important to the problem
yang bertujuan membuat jawaban sementara (hipotesis) terhadap
pcrmasalahan penelitiannya.
A. Tinjauan Kepustakaan
Pada tahap ini, peneliti kuantitatif akan melakukan proses
kajian terhadap teori-teori atau hasil studi terdahulu. lroses ini
disebut theoritical assessment Kajian terhadap teori atau hasil
studi terdahulu difokuskan pada konsep utama yang digunakan.
Konsep utama dalam hal ini adalah variabel dependennya.
Misalnya jika seorang peneliti tertarik untuk mengetahui
pemanfaatan kartu sehat oleh masyarakat miskin, maka yang
perlu digali adalah teori-teori atau hasil studi terdahulu tentang
Kebijakan di Bidang Kesehatan dan Peloyanan Puskesmas. Jika
peneliti yang lain ingin mengetahui faktor-faktor yang
memengaruhi pemanfaatan kartu sehat oleh masyarakat miskin,
maka bukan teori tentang faktor-faktor orang miskin
memanfaatkan kartu sehat, melainkan teori tentangKebijakan di
Bidang Kesehatqn dan Pelayanan Puskesmas. Mengapa? Karena
yang dijadikan variabel utama (r'ariabel dependen) adalah
pemanfaatan kartu sehat. Namun, bukan berarti peneliti tidak
mempertimbangkan variabel lain. Peneliti dapat menemukan
penjelasan baik secara tersurat maupun tersirat mengenai
variabel independen ketika menggali teori tentang pemanfaatan
kartu sehat. Jika peneliti menemukan ada beberapa teori atau
hasil penelitian terdahulu tentang gejala yang ingin ditelitinya,
peneliti dapat melakukan perbandingan teori atau memilih satu
teori yang akan dipakai dengan alasan ilmiah dan bukan alasan
pribadi.
Pada tahap ini, peneliti dapat menyusun penjelasan
tentang konsep-konsep yang akan digunakan, variabel-variabel,
dan proposisi-proposisi yang terkait. Konsep merupakan suatu
gagasan yang dinyatakan dalam suatu simbol atau kata. Pada
teori, selain kita dapat menemukan conceptual definition
57
Metode Penelitisn K uontitatif
58
Metode P e ne I iti an K uant itatif
59
Metode Penelitiun Kuantitatlf
Contohnya:
Sebenarnya tidak ada hubungan antara variabel jarak rumah
dengan puskesmas dengan variabel frekuensi kunjungan ke
puskesmas. Namun, setelah dihadirkan variabel ketersediaan
sarana kesehatan alternatif terlihat ada hubungan antara
variabel jarak rumah dengan puskesmas dengan variabel
frekuensi kunjungan ke puskesmas. Bagi daerah yang banyak
merniliki sarana kesehatan alternatif, frekuensi kunjungan ke
60
Metode Penelition K uantitatif
61
M etode Pe ne I it ian K uo nt itat if
Predisposingfactors:
- Knowledge
- Beliefs
- Values
- Attitudeds
- (Selected demographic
variables)
EnablingJ'actors :
- Avqilahilin, of health
resources
- Accessibility of health'
resources
- Community/government
pr iority and commitment
ta h-alth
Reinforcingfactors :
- Family
- Peers
- Teachers
- Employers
- Health provider
62
Metode Penelitian Kuantitatif
- - - - - - -l- -
I
I
I
I
I
Sevice delivery External
I
I
(including comnunicatuons
I
I to consumers
GAPIi
GAP
Management
Provi-
der
63
Met o de P e ne litian K uant itot if
64
Meto de Pe ne litia n K ua nt it at if
penelitian tentang pemanfaatan kartu sehat sesuai dengan teori
(ireen, kita dapat menentukan hubungan bahwa pengetahuan
tentang kartu sehat, persepsi tentang ketersediaan sarana
kesehatan, dan persepsi tentang akses memperoleh sarana
kesehatan sebagai variabel bebas.
Sementara itu, pemanfaatan kartu sehat merupakan
variabel dependen. Mengapa tidak dipilih semua faktqr sebagai
variabel independen? Kita dapat kembali melihat pada asumsi
metodologi bahwa penelitian kuantitatif adalah nomotetik
sehingga peneliti dapat mengambil sebagian saja dari teori untuk
diteliti kembali.
Oleh karena itu, pada konstruksi model teoretis, peneliti
dapat menjelaskan masing-masing variabel berdasarkan teori
(teori lain) yang terkait. Dalam contoh di aths, peneliti dapat
menambahkan penjelasan dari teori yang ditulis Andersen (1975)
nrengenai Equi$' in Health Service: Empirical Analysis in Social
Polic1..
C. Model Analisis
Model analisis merupakan garnbaran sederhana tentang
hubungan di antara variabel. Conloh model analisis untuk
peneiitian tentang Pemanfaatan Kartu Sehat adalah sebagai
berikut.
VaraibelBebas VaraibelTerikat
65
Metode Penelition Kuontitatif
D. Hipotesis
Teori yang digunakan dalam penelitian kuantitatif akan
mengidentilikasikan hubungan antarvariabel. Hubungan
antarvariabel bersifat hipotesis. Hipotesis merupakan proposisi
yang akan diuji keberlakuannya, atau merupakan suatu jawaban
66
Metode Penelitian Kuantitatif
67
M etode Pe ne I it ian K uantitat lf
68
Metode Penelition K uantitatif
X Y
X#Y
69
Metode Pe nelition Kuontitatif
X->Y
2. Bentuk Hubungan
Berdasarkan bentuknya, suatu hubungan kausaritas dapat
dibedakan menjadi hubungan linier/lurus dan nonlinear.
Hubungan linier terjadi jika perubahan nilai pada saru
'ariabel
diikuti oleh perubahan nilai pada variabel lain secara konsisten
atau tetap. contohnya adalah hubungan antara jumlah penduduk
dengan tingkat kepadatan.
70
M e t o de Pe n e I it ian K uant itat iJ'
Tingkat
Kepadatan
Jumlah
Penduduk
Gambar 5.9. Contoh Grafik Hubungan Linier
7L
Metode Penelitian Kuontitatif
Penghasilan
Nilai Pekerjaan
Rendah Tinggi
Rendah ;.'i11Q9/6, 28%
Tinggi 30% 7A%
Tingkat
Kepadatan
Jumlah
T- Penduduk
72
Metode Pe ne I it ia n K uant itat if
Probabilitas
Perceraian
Frekuensi Kunjungan
T. ke Tempat lbadah
4. Kekuatan Hubungan
Kekuatan hubungan dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu hubungan yang cenderung kuat, hubungan yang cenderung
lemah, dan tidak ada hubungan. Hubungan kuat adalah hubungan
yang terjadi jika perubahan nilai pada suatu variabel cenderung
diikuti pula oleh seluruh atau hampir seluruh nilai pada variabel
lain ke arah yang sama.
73
M et o de Pe ne I it ian K aant itat if
74
Metode Penelitinn K uantitatif
5. Kondisi Hubungan
Berdasarkan kondisinya, hubungan kausalitas dapat
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu kondisi perlu, kondisi cukup,
dan kondisi perlu dan cukup. Kondisi perlu merupakan suatu
kondisi yang terjadi jika perubahan variabel x adalah prasyarat
utama dari perubahan variabel y. Jadi perubahan variabel y
sangat tergantung pada keberadaan atau perubahan variabel x,
tetapi variabel x bukan satu-satunya sumber perubahan.
Contohnya untuk memperoleh pekerjaan, persyaratan utamanya
adalah tjazah pendidikan formal yang dirniliki. Namun, rjazah
bukan satu-satunya variabel yang dapat digunakan untuk
memperoleh pekerjaan. Dibutuhkan hal lain sep.erti keterampilan,
keahlian, dan pengalarnan.
Kondisi cukup inerupakan suatu kondisi yang terjadi jika
perubahan variabel x sudah cukup untuk dapat menimbulkan
perubahan pada variabel 1.. tetapi perubahan y lidak tergantung
dari keberadaan x. Contohnl'a. banyaknya penganggruran dapat
mengakibatkan timbulnya kerusuhan. Akan tetapi, ada tidaknya
kerusuhan tidak tergantung ada atau tidaknya pengangguran.
Mungkin saja penyebabnl'a adalah ketidakpuasan masyarakat.
Sementara itu, kondisi perlu dan cukup akan terjadi jika
perubahan pada variabel x adalah satu-satunya sumber
perubahan variabel r'. Contohnya penyebab AIDS hanya satu.
yaitu virus HIV.
Di dalam pemmusan hubungan kausalitas pun, ada hal
lain yang harus diperhatikan. yaitu hindari Double Barreled
Hvpothesis, yaitu dua atau lebih variabel bebas sekaligus dibuat
dalam satu hipotesis. Contohnya, tingkat kemiskinan dan tingkat
konsentrasi penduduk yang tinggi akan mendorong
meningkatnya kejahatan di daerah kemiskinan. Hal ini harus
dihindari mengingat akan memiliki beberapa arti, antara lain: (l)
apakah kejahatan hanya dapat dihasilkan dari kombinasi kedua
sebab; atau (2) apakah kejahatan hasil dari masing-masing sebab.
75
M etode Pe ne litiun K unnt itat if
76
Metode Penelitian Kuuntitatd
77
M et o de Pe ne I it i a n K uant itat if
E. Fengukuran
Proses pengukuran merupakan suatu proses deduktif.
Peneliti berangkat dari suatu konstruksi, konsep atau ide,
kemudian menyusun perangkat ukur untuk mengamatinya secara
empiris, Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat langsung
melakukan pengukuran terhadap konsep yang konkret. Misalnya
untuk mengukur suhu dalam ruangan kita dapat menggunakan
termometer, untuk mengukur luas ruangan kita dapat
menggunakan meteran, atau untuk mengukur nilai suatu barang
kita dapat menggunakan fiang. Namun, tidak semua konsep yang
kita teliti memiliki tingkat abstraksi yang rendah. Misalnya
bagaimana kita lapat mengukur tingkat kepatuhan masyarakat.
Apakah ketika masyarakat berjalan menundukkan kepala
dianggap patuh? Tentu tidak. Oleh karena iru, di dalam ilmu
sosial. proses pengukuran sebenarnl'a tidak lain sebagai proses
menurunkan konsep yang abstrak tersebut menjadi hal-hal yang
konkret.
Ada tiga tahapan dalain proses pengukuran, yaitu
konseptualisasi, penentuan variabel dan indikator, dan
operasionalisasi. Tahapan tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut.
Dimuat dalam
Keranska Teori
OPERASIONALISASI
78
Metode Pe nelitian K uontitati/'
79
Metode Pe nelition Kuantitotif
80
Metode Pene litian K uantitat if
Tabel 5.8. Contoh Operasionalisasi Konsep
P enelitian Kualitas Layanan
Responsiveness
7. Kemampuan petugas pemberi
layanan
2. Kejelasan prosedur
3. Kecepatan memberikan layanan
Reliability
L Sarana penerimaan Reluhan
2. terhadap keluhan
Tang,g,ap
3. Keseriusan petugas pemberi
Iayanan
4. Kesuntguhan petugas pemberi
layanan
5. Tang,unQ, jawab petugas pemberi
layanan
Assurance
7. Keterampilan petug,as pemberi
layanan
2. Keahlian petugas pemberi
tayanan
3. Kejujuran petugas pemberi
layanan
4. Kecermatan petugas pemberi
layanan
Emphaty
t. Usaha petuEas untuk
memberikan layanan terbalk
2. Keramahan petuEas pemberi
layanan
3. Keadilan dalam hal pelayanan
4. Kesedlaan bekerjalebih lama dari
petuElas pemberi layanan
81
Meto de Pe nelit ian K uant itat if
Tangible
!. Lokasi tempat
Kenyataan Kualitas 2. Fasilitas tempat layanan
Pelanggan Layanan 3. Suasana tempat layanan
4. Jumlah petugas pemberi layanan
5. Ada kejelasan lnformasi
Responsiveness'
7. Kemampuan petuga1 pemberi
layanan
2. Kejelasan prosedur
3. Kecepatan memberikan layanan
Reliability
7. Sarana penerimaan keluhan
2. Tang$lapterhadapkeluhan
3. Keseriusan petugas pemberi
layanan
4. KesunS,g,uhan petugas pemberi
Iayanan
5. TanS,{,un!, jawab petuf,,as pemberi
Iayanan
Assurance
7. Keterampilan petugas pemberi
layanan
2. Keahlian petueas pemberi
layanan
3- Kejujuran petugas pemberi
layanan
4. Kecermatan petugas pemberi
layanan
Emphaty
7. Usaha petugas untuk
memberikan layanan terbaik
2. Keramahan petu$as pemberi
layanan
3. Keadilan dalam hal pelayanan
4. Kesediaan bekerjalebih lama dari
petug,as pembe ri layanan
a2
Me to ele P e n e I it ia n K u a nt itat if
atau yang disebut tingkat pengukuran. Tingkat pengukuran ini
bergantung pada konseptualisasi suatu konsep. Tingkat
pengukuran memengaruhi jenis indikator yang akan digunakan
dan berkaitan dengan asumsi dasar dalam' definisi konsep
tersebut dan berkaitan dengan pengukuran dan statistik yang
akan digunakan.
Menurut S. S. Stevens, tingkat pengukurqn dapat
dibedakan menjadi nominal, ordinal, interval, rasio.
'fabel
5.9. Ciri-ciri Tfngk)t Pengukuran
83
Metode Pe nelitisn Kuantitutif
84
Metode Penelitian Kuantitatif
85
M etocle P e n e I it io n K uant it at if
Validitas
lnternal
86
Metode Penelitinn Kuontitatif
87
M eto de Pe ne I itian K uant itat if
88
Metode Penelitisn Kuontitatif
89
M etode Pe ne I itisn K uantitat if
Validitas ini merujuk pada kemampuan suatu perangkat ukur
untuk memprediksi suatu keadaan individu di masa
mendatang. Misalnya, mereka yang memperoleh nilai Ujian
Akhir SMA tinggi diprediksikan akan mampu mengerjakan
soal-soal Ujian Masuk Perguruan Tinggi (UMPT) dengan
baik. Atau mereka yang mcmperoleh IPK (Indeks prestasi
Kumulatif) tinggi pada saat kuliah, akan memiliki pekerjaan
yang lebih baik daripada mahasiswa yang memperoleh lpK
' rendah.
90
Metode Penelitian K uontitatif
91
M etode Pe n e I iti a n K uont itat if
92
Met o cle P e n e I it ia n K u a nt itat if
fenomena sosial yang cepat. Misalnya saat wawancara kedua
dilakukan, topik pada wawancara pertama tidak lagi menarik
dibahas atau kemunculan informasi-informasi barn yang
akhirnya mer-rgubah jawaban responden.
2.Reliabilitas Ekuivalensi
Reliabilitas ekuivalensi terjadi jika suatu alat ukur dapat
memberikan hasil yang sama/konsisten dengan pengukuran lain
yang serupa atau pengukuran yang dilakukan olch
pengamat/peneliti lain yang menggunakan alat ukur yang sama.
Ada beberapa metode untuk pengujian reliabilitas ekuivalensi,
scperti berikut ini.
a. Melode alternatif/paralel
Metode ini menggunakan lebih dari satu alat ukur yang setara
untuk mengukur konsep yang sama pada objek penelitian
yang sama. Hal ini dilakukan untuk mencegah masalah yang
terjadi dengan metode uji ulang (test-retest method).
Keuntungannya adalah jawaban pertanyaan pada satu alat
ukur tidak akan memengaruhi jawaban pada alat ukur yang
lain karena pertanyaannya berbeda, tidak perlu menunggu
terlalu laura agar responden diperkirakan sudah lupa dengan
jar,vaban mereka pertama kali, dan kemungkinan terjadinya
perubahan amat kecil karena kedua perangkat ukur diujikan
pada saat 1'ang nyaris bersamaan.
Kesulitan dalam metode ini adalah bagaimana membuat
item-item 1'ang sebanding dalam mengukur konsep tersebut
sehingga benar-benar mencerminkan reliabilitas yang
sebenarnya. Pemilihan item-item soal dalam kedua perangkat
ukur juga harus dilakukan secara subjektif. Salah satu yang
dapat dilakukan adalah dengan mernbuat pertanyaan dalam
makna positif dan dalam makna negatif dalam dua kuesioner
yang berbeda.
b. Uji reliabilitas interkoder/peneliti
93
Metode Pe n e I it i n n K uontitotif
3. Reliabilitas Homogenitas
Metode yang biasa digunakan untuk mengukur
reliabilitas homogenitas adalah metode belah tengah (split-hatJ
method). Dalam metode belah-tengah ini, digunakan satu alat
ukur yang memiliki indikator-indikator yang sebanding (seperti
pada metode alternatif), namun dilakukan hanya sekali. Llut
uku,
ini kemudian dibagi menjadi dua, kemudian dari hasilnya dilihat
konsistensinya. Disebut memiliki reliabilitas. tinggi
konsistensi jawaban._ Misalnya dengan membuai-p"rt*yu*
liu aaa
9d* makna positif dan dalam makna negatif o'atam satu
kuesioner yang sama- Kemudian, jawaban untuk pertan),aan
yang negatif dipisahkan dengan jawaban untuk melihat
konsistensinya. Tes psikologi biasanya menggunakan cara ini.
94
M eto de Pe n e I it i an K uant it at if
95
M et o de Pe ne litian K uant itat if
No Jawaban
Pertanyaan
Ya Tidak
t Apakah gaji yang dibayarkan jumlahnya
cukup memadai?
2 Apakah ada tunjangan kesehatan?
3 Apakah ada kemungkinan kenaikan
4 jabatan?
5 Apakah kondisi kerja nyaman?
6 Apakah pekerjaan tersebut menarik?
7 Apakah pekerjaan tersebut menantang?
Apakah pegawai dimungkinkan
mengambil keputusan sendiri?
Jawaban
Sangat
No Pertanyaan Sangat Tidak
Baik Tidak
Baik Baik
Bail+
L Bagaimana pendapat Anda
tentang pelayanan dokter
puskesmas untuk
pemegang kartu sehat?
2
Bagaimana pendapat Anda
dengan pelayanan
administrasi puskesmas
3 untuk pemegang kartu
sehat?
2. Perbedaan Semantik
Indeks ini meminta responden untuk memilih antara dua
pilihan yang bertentangan. Hal yang perlu ditentukan adalah
dimensi-dimensi dari variabel yang diteliti, kemudian
memilih dua istilah yang bertentangan yang mencerminkan
dimensi-dimensi tersebut. Kata-kata yang digunakan adalah
kata sifat karena lebih mudah dikomunikasikan. Indeks ini
dipergunakan untuk banyak tujuan, misalnya di Penelitian
Pemasaran digunakan untuk meneliti perasuuul konsumen
tentang suatu produk; di Penelitian Polilik dapat digunakan
untuk meneliti pendapat masyarakat tentang kandidat
97
Meto de Pe ne lit in n K uant it at if
presiden, dan sebagainya. Responden hanya perlu
memberikan tanda di atas garis untuk jawaban yang
dipilihnya. Hasil jawaban responden setiap kategori ini yang
kemudian digabungkan.
Ilustrasi 5.1 Contoh Perbedaan Semantik
Baik X Buruk
Kuno X Modern
Sedehana _x_ Kom-
pleks'
Menarik Membo-
sankan
dan
sebagainya
98
Meto de P e ne I it isn K uant it atif
99
Meto de Pe ne lit isn Kuant itat if
2- Skala Thurstone
Skala ini berusaha untuk menemukan indikator-indikator
yang memiliki struktur empiris. Skala ini biasanya dieunakan
untuk menentukan penanyaan-pertanyaan apa saja yang
harus diajukan dalam kuesioner. Sejumlah item yang
dianggap sebagai indikator diberikan kepada sekelompok
penilai. N1isalnl'a untuk mengukur kualitas sekolah. peneliti
dapat melibatkan bany'ak pihak, mulai dari pemerintah,
pengamat pendidikan, orang tua, murid, gunt, dan lembaga
pendidikan, juga lembaga non pemerintah. Setiap penilai
diminta untuk memberikan nilai untuk tiap item mengenai
kekuatannya sebagai indikator dari variaber tertentu
(misalnya nilai I sampai l0). Item yang memperoleh skor
tertinggi akan dijadikan indikator untuk mengukur variabel.
100
Metocle Penelition Kuontitatif
3. Skala Guttman
Berbeda dengan skala lain yang digunakan sebelum
penelitian dilakukan, skala Guttman digunakan untuk
mengevaluasi data setelah dikumpulkan. Skala ini dapat
digunakan untuk mengukur berbagai macam fenomena yang
berbeda, misalnya penggunaan obat terlarang, pengetahuan.
karakteristik organisasi, kepemilikan). Misalnya seorang
anak balita ditanya tenting, berapa nomor telepon rumahnya,
dan siapakah presiden saat ini ada beberapa kemungkinan
jawaban yang diberikan, yang dapat dibuat dalam matriks
seperti Tabel 5.13.
101
Met o de Pene I itian K uant it&t if
Usia Telepon
Jumlah
Presiden
Responden
Pola Tidak tahu Tahu Tidak tahu 116 E=383
jawaban lain Tidak tahu Tidak tahu Tahu L27
yang Tahu Tidak tahu Tahu 92
mungkin ada Tidak tahu Tahu Tahu 48
Pola Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu 18 2= 44
jawaban Tahu Tidak tahu Tidak tahu t4
Guttaman Tahu Tahu Tidak tahu 5
Tahu Tahu Tahu 7
L= 427
LO2
Met o de P e nelit ian K uant itat if
BAB VI
TEKNIK PENARIKAN SAMPEL
Mendengar istitah sampel, orang akan cenderung
menghubungkannya dengan contoh. Misalnya .ketika jalan-jalan
di pusat perbelanjaan dan diberikan hadiah sabun dalam bentuk
yang lebih kecil, maka disebut sampel (contoh) sabun (asli).
Lalu, apa hubungannya sanpel barang tersebut dengan statistik?
Cobalah Anda rnengingat kembali beberapa saat sebelum
pemilihan Presiden Indonesia tahun 2004 pada putaran pertama.
Banyak pihak menyangsikan hasil penelitian (bentuknya polling)
yang dilakukan oleh media televisi swasta nasional. Hal ini
dikarenakan tidak semua penduduk Indonesia dapat secara
langsung inenjadi penonton televisi swasta apalagi menjadi salah
seorang penelepon pada polling tersebut. Salah satu penelitian
yang dilakukan dengan menggunakan prosedur quick count
dilakukan oleh LP3ES bekerja sama dengan NDI dan SCTV.
LP3ES-NDI melakukannya dengan cara mengambil sekitar. 2500
Lokasi Tempat Pemungutan Suara (lTS) yang tersebar di
Indonesia dengan metode stratitikasi sebagai sampel. Hasll quick
count ini menunjukkan perbedaan yang tipis dengan hasil akhir
penghitungan resmi KPU yaitu 0,15 persen.
(http://www.kompas.com) Sementara itu, SCTV menggunakan
data yang berasal dari 2.000 tempat pemung-utan suara di 17
kota di seluruh Indonesia dengan tingkat kesalahan lima persen.
Respondennya sebanyak 6.000 orang, terdiri dari 3.000
perempuitll dan 3.000 laki-kiki. Selain pasangan calon presiden
dan wakil presiden dengan suara terbanyak, survei ini juga akan
mengetahui karakteristik pemilih, seperti jenis kelamin,
pekerjaan, dan pendidikan responden. (http:// www.liputan
(i.com)
103
Metode Pe ne I itisn Kuontitatif
A. Definisi
Salah satu konsep yang berhubungan erat dengan sampel
adalah populasi. Populasi adalah keseluruhan gejala/satuan yang
ingin diteliti. Semenlara itu, sampel merupakan bagian dari
populasi yang ingin diteliti. Oleh karena ilu, sampel harus dilihat
sebagai suatu pendugaan terhadap populasi dan bukan populasi
itu sendiri. (Bailey, 1994 :83)
Untuk membuat sebuah batasan populasi, lerdapat tiga
kriteria yang harus terpenuhi, yaitu isi, cakupan, rvaktu. Kita
ambil contoh sebagai berikut. Jika akan melakukan penelilian
tentang kemampuan berlahan industri kecil di daerah kasongan.
rumusan populasi yang baik adalah industri kecil di daerah
kasongan pada lahun 20A6.Industri kecil merupakan kriteria isi;
daerah kasongan merupakan cakupan serta tahun 2006
merupakan waktu. Batasan populasi juga mengandung konsep
populasi target dan populasi survei. Populasi target merupakan
batasan populasi yang sudah direncakan oleh peneliti di dalam
rancangan penelitian. Populasi sun'ei merupakan batasan
populasi yang ditemukan di lapangan. 1'ang bisa saja berbeda
dengan batasan targetn)-a.
Berkaitan dengan populasi. ada satu istilah penting yang
berguna dalam pengambilan sampel, ,vaitu kerangka sampel
(sampling frame). Kerangka sampel adalah daftar nama seluruh
anggota populasi. Namun, tidak selamanya kerangka sampel
yang kita butuhkan tersedia. Oleh karena itu, materi tentang
teknik penarikan sampel ini akan juga menjelaskan apa yang
terjadi jika kerangka sampel yang dibutuhkan tidak tersedia.
LO4
M et o d e P e ne lit ian K uantitat if
105
Metode Penel itisn Kuuntitatif
106
Metode Penelition K uontitatif
LO7
Met o de P e n e I itian K uant itat if
l. membentuk kerangka sampel dan kemudian memben nomor
urut seluruh unsur yang ada dalam kerangka sampel;
2. memilih unsur yang akan dijadikan sampel dengan cara
undian atau menggunakan Tabel Angka Acak.
108
Met o cle P e ne I it io n K uant it at if
Tahap I
Tabel 6.1. Contoh Kerangka Sampel untuk Sampel Acak
Sederhana
02s AAY 050 ABX 075 BAW 100 BBV 125 CAT
109
Meto de Pe ne litia n K uant itot if
Tahap 2
Misalnya menygunakan label Angka Acak. Pilih satu angka
(Contohnya terpiiih pada baris 13 kolom 3) kemudian bergerak
ke kiri atas. Maka akan terpilih angka 8.
110
M eto de P e ne I itian K ua nt itat if
2.162-125:037
3. 692-625:067
4. 546- 500 = 046
5. 736 - 625: lll
6. 607 - 500: 107
7. ll5
8. 639 - 625:014
9. 262 -250:012
10. 865 -750: 1 l5
Berarti sampel yang kita miliki saat ini adalah sebagai
berikut
r. 080 BBB
l. 037 ABK
t. 067 BAO
3. 046 ABT
-1. lll CAG
5. 107 cAc
6. l r5 cAK
7. 014 AAN
8. 012 AAL
9. 116 CAL
Jika ternyata ada nomor populasi terpilih kembali, kita dapat
menggantinya dengan nomor berikutnya sesuai dengan angka
acak 1'ang ada pada Tabel Angka Acak.
LLI
zTt
0009 t96' 996h 996b b96' t96' 296' 196f,
0s9, t?9, 906t 906' ,?9' t06, z06b L99h
099 t09 909 909 ,09 c09 209 L0g
009 t9, 99' 99' isr tg, zir L9'
09n t0, 90, '90, ,0, e0, Z0ti LO'
00, pepdo4
EC 990 99E ,9e t90 z9c L9t
090 t0c 90e 90€ ,0€ e0e
nrn
z0e L0t
00e t9z oc7 toww
s9z ,92 e9z e9z, L9Z
092 t0z 902 902 ,02 e0z z0z L0z
002 t9L 991 991 ,91 t9L z9L L9L
091 t0L 901 g0L ,OL t0L z0L LOL
001 t9 99 99 ,9 t9 z9 L9
09 I I 9 , c z t
l0s I I 9 , t z L
tlodwopy
su0walsls I lnlun 04 x t4otuoS't'g Ieq€J
ss6r -c06n Est sOe s;z s07. sst 90t 9s
:rsepdod ln.rn roruou qulep€
Ilqtue etl{ Eue.{ ladues rpel 'e,{uladrues qeppe c 1oduro1e1
etoSSue qnrnles erulu'g 10druo1a{ qeppe ueIpuI-I ul€lep
{ilfuat
8ue,{ e,{u1esr141 '.Iuce er€cos 0S ueEuep redwes 1 loduola>1
qrltuatu e1r1 'uerpun ue4eun8Euaru ueEuap .uurpnua;4
'1oduo1e>1 uu{reseproq
laduus u48ueral qelunsnS
0S :
001/000S u/N lodtuola;
'ladrues ru8eqes Suuro
001 llqtuelp uulu uep Euuro
9969 >1e,{ueqes {npnpuad qrpuatu qefel^\ nlens qo}uoJ
'{"cB erec ue8uep epe Euu,( nl€s q?Hrlrd .(
4odurolal
'uapuodsa-r qelunt
uuEuop rsupdod qululnf r8eqtuaur eruc ueEuap 1oduo1a1
tuulep (rsupdod erueu rugep) ledurus e4Euutel qelunsns .l
11 1og1unny ualrlpuad aponry
Metode Penelitian Kuantitatif
11s
M etode Pe ne I it ian K uant itat if
Ada dua jenis teknik penarikan sampel acak berkelom-
pok, yaitu teknik penarikan sampel kelompok satu tahap stage
cluster random sampling atau lebih dikenal dengan (cruster
rundom sampling) dan banyak tahap (multistages cluster random
sampling).
Teknik penarikan sampel kelompok satu tahap digunakan
jika sifat karakteristik kelompok adalah homogen. Sementara itu,
teknik penarikan sampel banyak tahap (murtistages cluster
random sampling) digunakan jika sifat/karakteristik kelompok
pada populasi cenderung heterogen.
116
Met o de P e n e I it i a n K uant it ot if
Contoh teknik penarikan sampel kelompok banyak tahap
Di suatu universitas terdiri dari 6 fakultas. Sementara itu, data
yang kita miliki tentang daftar nama mahasiswa tidak tersedia.
Kita memiliki asumsi bahwa ada fakultas 'yang tergolong
dalam karakteristik ilmu pasti dan ilmu sosiallhumaniora.
Fakultas
MIPA
LL7
Metode Pe nelitian K uantitatif
118
Meto de Pe ne litfu n K uant itatif
D. Besaran Sampel
Ada beberapa hal yang memengaruhi berapa besar
sampel harus diambil, yaitu sebagai berikut.
LLg
M et o d e Pe ne I it ian K uant itat if
t20
Metode Penelitian Kuantitotif
L2L
Meto cl e Pe ne I it is n K uant itat if
sampel dengan tepat. Misalnya dengan bermodalkan pada
kumpulan kartu keluarga, kita harus mencatat satu per satu iiapa
saja penduduk usia sekolah dasar. Bukan berani dengan
pembuatan kerangka sampel berdasarkan kanu keluaiga,
kerangka sampel tersebut valid. Bisa terjadi kemungkinan
penduduk usia sekolah dasar tidak lagi menjadi pelajar usia
sekolah dasar. Memang pembuatan kerangka ru*p.i berarti
memperpaniang waktu penelitian dan juga (tentunya)
memperbesar biaya.
L22
Metode Pe nelition K uuntitotif
BAB VII
ANALISIS DATA KUANTITATIF
Setelah data hasil penelitian dikumpulkan oleh peneliti
(tentunya dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan
data), langkah selajutnya yang dapat dilakukan oleh peneliti
adalah bagaimana menganalisis data yang telah diperoleh tadi.
Langkah ini diperlukan karena tujuan dan analisis data adalah
untuk menyusun dan menginterpretasikan data (kuantitatif) yang
sudah diperoleh.
Di dalarn melakukan analisis data kuantitatif ini, terdapat
suatu proses dengan beberapa tahap yang sebaiknya dilakukan
oleh seorang peneliti pemula. Penahapan seperri ini sebenarnya
tidak baku dan tergantung pada kepentingan peneliti. Misalnya,
pada saat ini sudah banyak mesin pengolah data yang tidak
manual lagi sehingga tidak perlu melakukan tahap pertama.
Namun der-nikian, untuk mempermudah, tahap analisis data
kuantitatif dapat digambarkan pada gambar 8.I .
Tidak ada
Metode Pe ne I itisn K uantitntif
L24
Metode Penelitisn K uantitatif
L25
M eto de P e n e I itia n K uant itot if
L26
Metode P e ne I it ian K uont itatif
BBM Bidkes?
[a] Semua orang
[b] Orang miskin
5. Apakah layanan yang diberikan puskesmas bagi yang
memiliki kartu sehat?
[a] Terbatas pada pemeriksaan kesehatan
[b] Semua layanan puskesmas
6. Berapakah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
layanan dengan kartu.sehat?
[a] Gratis
[b] Membayar sebesar Rp ......... ..
L27
M etode Pe ne lit ian K uant itat if
L2A
Metode Penelition Kuantitotif
G a a a a a a C 2 2 I
H a a a a a a H 2 2 2
a a a b a a I 2 2 2 2
J b a a b a a j 2 2 2 2 2
K a b b b b a K I 2 2 2
L29
Met o de Pen e litian K uantitat if
Tabel 8.1. Contoh Tabel Frekuensi
Kategori Frekuensi Persentase
130
M et o de P e ne lit ian K uantit ot if
Bareraph
Plechart
Ordinal
Bargraph
Histogram
Interval Poligon
Oeive
Histogram
Poligon
Rasio Ogive
Stem-leaf plots
Scatter Plots
131
Metode Pe ne litian KuantitatiJ
L32
Metode Penelitian K uontitatif
2 J 4 5 6 Pemanfaatan Pengetahuan
A 2 2 2 A 2 2+l+l+2= 6
B 2 2 2 B 2 l+2+l+2= 6
C 1 I 2 2 2 C 2
I r1alr1 -
ltLtLtL-
?I
D I 2 2 D I l+2+ +2= 6
E 2 1 2+ + +2=6
2 E 2
F 2 2 F 2 2+ + *l=5
G 2 2 G 2 2+ + *l=5
H 2 2 2 H 2 2+ + +2= 6
I 2 2 2 2 I 2 2+2+ *2='l
J 2 2 2 2 J Tidak valid Tidak valid
K I I 7 2 2 K I l*2+2+2=1
133
M etod e Pene litian K uant itat if
K Tidak 7 Tinggi
L34
Met o de P e n e I it ion K uant it atif
135
M eto de Pe ne I itis n K uantitat if
136
Metode Penelitian K unntitatif'
t9 3 9.68%
Jumlah 31 100%
Sumber : data hasil penelitian tahun 2004
Atau agar lebih sederhana dapat dibuat pengelompokan
interval sebagai berikut.
l) Modus (Mode)'
Mddus merupakan nilai data yang mempunyai frekuensi
terbesar dalam satu kumpulan data. Modus dapat digunakan
untuk semua tingkat pengukuran. Namun demikian, modus
paling cocok digunakan unuk data yang diukur dengan tingkat
pengukuran nominal.
2) Rata-rata (Mean)
Rata-rata ditentukan dengan cara menjumlahkan nilai
seluruh pengamatan dibagi dengan banyaknya data. Pada
umnmnya, rata-rata dapat digunakan bila data memiliki tingkat
pengukuran interval atau rasio.
L37
Metode Pe nelition K uantitatif
3) Median
Median merupakan nilai yang terletak di tengah bila nilai
pengamatan disusun secara teratur menurut besarnya, dari kecil
ke besar atau sebaliknya dari besar ke kecil. Nilai median ini
sangat dipengaruhi oleh letak urutan dari nilai kumpulan data
sehingga median sering kali disebut sebagai positional average
(rata-rata letak). Median dapat dipergunakan bila data memiliki
tinek a uKuran mlnlmal
inimal ordlnal.
ordinal
Usia Jumlah
l3 t t I
Modusnya adalah
t4 I I t t usia l6 tahun
l5 i t I t t t
l6 t t t I t t t lt I
t7 t t t t
18 t t
19 I t
138
Metode Penelition Kuantitatif
Contoh Perhit
dikelompokk
4578 9
_n
Maka rnnge-nya adalah 9 -2 -t
139
O'T
uorler^o(J.pls ueaIAl
ocu?rJeA
*uerpal^ orseu
aEueg snpon
uorlur^acl'pls ueaw
asuerJuA
*uurpar\] JuAraluJ
aEuug snpol^i
n0r *wlPel\l
snpol^\i pu!p:6;
AOI snpoI^i JeurruoN
uotstadnq trudpuaJ ururt4tt8ua4
lD4uaJ tot13ut1
uorruln8ua d pIBuU uo&uap uotoqa.(u
a4
uDn4n uop uopsnwad uormln orztuD un*unqng
0l.g leqeJ
'uaEo-ra1aq Buruepuec
duSSuerp etep 'yo00l rplru rlDlepuaur
e,(u's?q €n,f uep .ua'ouoq
Sunrepuac etep ,yo, relru rlslepuaur.e,(u's€q
eIIf .(e6or ,no)
leulpro nele leurruou uernln8uad tu{Burt q11r.rr"* au#i"qnrrnn
eped rsurmn rnln8ue*
1nt.rn ,rnln,rnErp'il *1.;;i;
uouDrto1 aunnpnfi
.(uuau) 00il {o'xapu7 0_
eleJ_€ler relru du^peqlal rsuan{e{ rsnqrrlsrp
Ielru {eleJ uu{nluauew
'rsuurrel rnlun unleunSrp'1edup rnpuJlr rser^oc
t.rfp lerpenl Je>Je uuludnraru repuuls rsurleq
(quq uuEuudurs) uottolae
.repuuls
rser^ep
fioprotg (S
,n1r
Inlueq ul€lpp lenqrp euere4
qelo 'ueTsulerdralurrp 'jiseq :e,{ur1su
{nlun ra{ns qaloradrp'auuf
el€p uern{nEued llun
lrep lerpenl uu4uun8Eur* ,.unirn,i leqrlal^
' ueleure8ued
elep ef ulef ueq Feqlp ele ;-etet ue8uep ueleruu8ued
elep telru qrsrles rrep lurpen4 qultunt ue>Jedruau
rsuuue1
(rsuene,r) a)unr"tzA
e
Buerer y1 a?un.r rcJru .n1r eul*rr qero .r{9pufT#:Xtt"#l:;
r{rlruroru e8uur .e,(uure1 Eue.( uereqiiuao
uurn{n un$uif*qrq
rtwqrunny uallpuad apopry
Metode Pene litian K uontitatif
d. Uji Perbedaan
Adakalanya walaupun kita menggunakan satu variabel
penelitian, namun kita menggunakan dua atau lebih kelompok
sampel. Pengujian ini disebut dengan uji perbedaan, yaitu untuk
mengetahui apakah ada perbedaan antara satu kelompok dengan
kelompok lainnya. Jika ada perbedaan, kelompok-kelompok
manakah yang berbeda? Misalnya, penelitian tentang skor
partisipasi politik masyarakat. apakah ada perbedaan antara skor
partisipasi politik masyarakat yang tinggal di pedesaan dan skor
partisipasi politik masyarakat )'ang tinggal di perkotaan.
1) Tabel Perbedaan
Pada tabel perbedaan. pembuatan tabel sama dengan
pembuatan tabel frekuensi univariat dengan nilai pengamatan
dan persentase (atau salah satu saja tergantung kebutuhan) yang
membandingkan antara saru kelompok data (sampel) dengan
kelompok data (sampel) lainnl'a.
L4L
Metode Penelitian K uantitatif
2). Uji t untuk dua sampel berpasangan, Uji t untuk dua sampel
berpasqrgan digunakan jika variabel yang diuji berskala
rasio, namun kedua sampel yang diteliti adalah sampel
yang berhubungan. Misalnya penelitian tentang perbandingan
jumlah produksi sebelum diberikan metode baru dan seterarr
diberikan metode baru.
L42
Metode Pene litian K uantitatiJ'
Sebelum Pemilu
Sesudah Pemilu
Memilih A Tidak Memilih A
Memilih A 27 28
Tidak Memilih 27 55
t43
M et o de P e ne litian K uantit at if
2. Analisis Bivariat
Jika digambarkan dalam suatu model, akan menjadi seperti
berikut ini.
VARIABEL X VARIABEL Y
Variabel Independen
Dependen
Persentase
L44
Meto de Pe n e I itia n K ut nt itat iJ
L45
Metode Penelitian Kuantitatif
L46
Metode Penelitian K usntitatif
Jawa
75 35 ll0
87.r3%\ 07.33%\ (54-46%\
35 t2 47
Sumatra
(17,33%) (5,9404) (23,i7%\
Luar Jawa dan I+ 31 45
Sumatra (6,93Yo) 15,350 ) (22.28%\
124 78 202
TOTAL
rc|39%\ (36,61%) (100,00%)
L47
M etode Penelition K uantitatif
a. Chi-square (x2)
ukuran statistik ini merupakan ukuran asosiasi yang
berusaha untuk menguji hipotesis bahwa antara
variaber
independen dan variabel depinden terdapat hubungan
yang
signifikan. Namun, mengingit uji statistik ini hanl.alah
uji
independensi, hanya sedikit memberikan inrormasi--rn"ng.nui
kekuatan atau bentuk asosiasi di antara dua
Nilai chi-
s^auar9. ini pun juga akan bergantung 'ariabel.
pada ukuran sampel.
Semakin besar jrylatr sampell nilai iht_rqrori
bertambah, dan sebaliknya, semakin kecil jumrah irru
akan
chi-square juga akan semakin kecil.
,u*i.t, ,ritui
b. Lambda (1.)
Lambda merupakan ukuran pengurangan proporsional
hada kesalahan atau proportionar R-ecruition-in
E*o'r (pRE).
Dengan ukuran ini. arti dari asosiasi menjadi rebih jeras.
Dasar
pengukurall ini adalah rasio dari penguklran
kesalahan dalam
memprediksi nilai-nilai dari sebuah iariabel r ang
didasarkan
pada variabel itu sendiri dan pengukuran
kesalahai yang sama
diaplikasikan untuk *"-pr"dikri d"ngun berdasarkan
sebuah
vanabel tambahan.
Nilai lambda seraru di antara 0 dan l. Nilai 0 berarti
variabel independen tidak dapat mempredikri uuriaf.i
crependen
dan nilai I berarti variabel independen sangat jeras
menentukan
variabel dependen. uji lambda digunakan untuk
variaber yang
LAa
Metode Pene litian K uontitotif
c. Tau Kendall
Tau Kendall merupakan ukuran korelasi nonparametrik
yang digunakan untuk variabel ordinal dengan arah hubungan
simetrik atau asimetrik. Dasar pengukuran ini adalah
perbandingan nilai dari kedua variabel untuk seluruh pasangan
data yang ada.
d. Somers'd
Ukuran ini digunakan untuk mengukur kekuatan
hubungan pada tingkat pengukuran ordinal dengan arah
hubungan asimetiik dan simetrik.
g. Regresi linier
' Ukuran statistik ini digunakan untuk menguji hubungan
antara sebuah variabel dependen dengan satu atau beberapa
variabel independen. Jika variabel dependen dihubungkan
dengan sebuah variabel independen, persamaan regresi yang
dihasilkan adalah regresi linier sederhana. Jika variabel
L49
Met o de Pe ne I it ian K ua nt itat if
independennya lebih dari satu, regresi yang dihasilkan adalah
regresi linier berganda (multiple linier regression). Ukuran
statistik ini dipergunakan untuk variabel yang berskala rasio
dengan arah hubungan asimetrik.
3. Analisis Multivariat
Secara umum, jenis analisis multivariat dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu:
a. tabel silang;
b. elaborasi. '
Penggunaan tabel silang pada analisis multivariat tidak
jauh berbeda dibandingkan dengan analisis bivariat. Tabel silang
pada analisis multivariat. memiliki satu arau lebih variabel
tambahan vang berfungsi sebagai variabel kontrol.
Jenis Kelamin
Sikap
Laki-laki Perempuan
<30 >30
< 30 tahttn > tahun
tahun tahun
Setuju 180 t20 156 96
(90%\ (60%) (78%\ (48%\
Tidak S.etuju 20 80 +4 104
/10%\ (40%\ (22%) (52%\
TOTAL 200 200 200 200
(100%) (100%) (100%) (100%)
150
Metode Penelitian Kunntitatif
Replikasi
^. Bentuk elaborasi ini terjadi jika hubungan multivariat
(setelah elaborasi) sama dengan atau mengulang hubungan
bivariat yang ada. Misalnya antara tingkat pendidikan dan
tingkat penghasilan. Pada bivariat hubungannya kuat. Setelah
dikontrol dengan jenis kelamin, ternyata tidak ada perbedaan
antara jenis kelamin laki=laki dan perempuan atau jika
menggunakan pengujian kekuatan hubungan, contohny'a sebagai
berikut.
b. Spesifikasi
Pengertian bentuk spesifikasi adalah jika hubungan
bivariat hanya terlihat pada salah satu hasil elaborasi atau
L51,
z,gT
o/o99 o/o9l o/o9l o/o99 o/o98 o/o9T
r.tFtH qFIH
o/o9l o/o99 o/o99 o/o9l ,1 0'l o/o9T o/o98 rno'l
qFIH ,1f\O'l I{F!H rvro'l qFIH /vlo'l
z lolluoy T lojluoy leue^lq ubFunqng
'ln{rraq riuEeqas €fuqoluos .u€Eunqnq uelsnlal
uerin8uad ueleunSSuatu €TI n€le (alqouoa Buluaa.talur)
PJpluu laqprr€A IrBp EUnttmSral uopuadep uep uopuadepur
Iaqeue^ pJ€tue ueEunqnq ueep€Jeqe{ nel€ (ereluu leqeus^
qslepe lorluor laq€rre^ uuEuap) rseroqels
Irspq eped 8ue1rq nelu
qur.ual qlqal lpuluau lerru^rq uuSunqnq rur
{ntuaq €pud
rseleJdJelul .J
'rro8atel nt€s qeps eped
{grseds qrqal lpr.lrlral
rsuroq€la lrs€q €,rlqeq leqrlJal .ueulnuep u€Eu3c .s060 Jeseqes
qepp€ c (srauos relru (uendrualad lodruolel €p€d ue{SuEpas
c
'c6'g :esaqas qepupe ,sreruos pllu .plel-pl?l {oduole)l €p€d
'ururuJol srual uuSuap
IoJluoI ue{n{elrp r{Elalas .sg,O Jusaqas
Llelspe C ,srauos lltsrlEls rln ueleunSSuaur w8uep e{uFsug
'uelrseqEuad 1u>13u1t ueEuep uulrprpuad
le>l8ult BreJu€ uu8unqnq
epe qDludtr leqrletu Intun u?lnlelrp u€tlrleued nlens
o/o09 o/o09 o/o96 o/o9 qFIH o/o98 o/o9T qFIH
o/oO9 o/oO9 o/o9 o/o96 /rAO-l o/o9T o/o98 ,\ O'l
qF!H ,vl0'l qFIH /r4O'l qFIH /rAO'I
z lorluoy T lorluoy leue^lq ueFunqnH
IuE€qas u{uqoluoc u€Eungnq uu}u'Ie{ uer fn8ued
e>11f nule eped ldutet ,ten{ ""nnr"t#;:tJ
e,{uuuEunqnq Hul-ppl up€d
efuqoluoJ 'lro8elul nl€s qe1es Bp€d Igrseds rpelueu usEunqnq
lltotl tuonx uDrypaad apopn
Meto de P e ne lit i o n K ua nt itot if
Var.independen var.intervening var. dependen
d. Eksplanasi
Jika hubungan bivariat menjadi lebih lemah atau hilang
pada hasil elaborasi (dengan variabel kontrol adalah variabel
pendahulu) atau keberadaan hubungan antara variabel
independen dan dependen tergantung dari variabel anteseden.
bentuk elaborasi )'ang ada adalah eksplanasi. Jika variabel
anteseden dihilangkan. hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen bisa berubah (hilang) atau jika menggunakan
penguj ian &ekuatan hubungan, contohnya sebagai berikut.
153
M et o cle Pe ne I itian K uo nt it at if
e. Variabel Penekan
Variabel penekan (suppresor variable) terjadi jika tidak
ada hubungan bivariat Hubungan terlihat hanya pada hasil
elaborasi atau hubungan antara variabel independen dengan
dependen yang semula tidak ada, tetapi setelah
'ariabel
dihadirkan ketiga, hubungan tersebut menjadi tampak
jelas. 'ariabel
L54
Metode Pe ne lit i an K uant itat if
variabel independen variabel dependen
.Iarak puskesmas-----> frekuensi kunjungan ke puskesmas
A
I
I
F. Pengujian Hipotesis
Seperti telah dijelaskan dalam bagian mengenai peru-
musan hipotesis, langkah selanjutnya di dalam bagian analisis ini
adalah bagaimana melakukan pengujian terhadap hipotesis yang
telah dirumuskan sebelumnya.
Ada beberapa tahap yang harus dilakukan dalam
melakukan penguj ian hipotesis, yaitu:
1s5
Metode Penelitian Kuuntitatif
156
Metode Penelitian K uflnt itatif
L57
897
frtut!ruuny aulqlauad apoptr4[
Met ode Pe ne litis n K uantitot if
BAB VIII
PERANAN STATISTIKA
DALAM PENELITIAN
159
Meto de Pe n e I it i an Kuont itatif
160
Metode Pe nelition K uantitatif
161
z9T
qeppe uluulruol Buu,('1nqesre1 ueuered-uuuered :lilriln.I:5
ululep e,(uuuuurad Jesaq urletu rJsr{ ur{eu ?>lrlsrlels
NYTNdI iIStr)I
rluclp Eue,( qeresu-, 0",,,
_ T#l":it Hlll,:J.ffry:X#T
te.{undtuau Suea .urul Eue{ uerlrlauad uauoduol_uauoduol
ue{nluoueu Suuf uenlnt lpetuau nlel rul e{rtsrtpis qelue6uei
'e,(utgy'1u1u re8eqas ue)p{ulallp dutat B,{uueue:ad-ni.r4upu.q
Ynp 'tele qep, ueq nll ?)rlsrluls 'unur€N .ue>lSuqunEuatu
3ue,{ qe.re r.uelup uup ueln}uauatu url8unu^uerrrlauad ederaqaq
tuuJep ue{qeq rlelas resaq uerirlauad rueJ€p etirlsriels
ueue:ad
e,tqeq 1u43urs €JEOes uulrlesrp qelat .qeluerlrtuag
uelndunsa>1 ruEeqes Ilqrrrerp Bue,(. uesnlnda>1
tti"Tili:::i
uulte4Eurueur 1e8ues uap tedel Euef srsetodrq uertnEued
apoleur
*eeunE8ua4 'srselodrq rlnEueu qepr e.{uumrun epud *erlrlauad
u.'uln uenfn] uuo,E{ 'nrl e{l}slruls Surtuadret ueuaad qelluls
!C 'srselodrq rfnEueur Intun eporau ruEeqraq uelgueqrualrp
qulel elllstlels uel€p Ip 'Surluad le8uus Fue,( .ueCI
ue1u,(uuqa1 uped uu>lnpadrp Buef .,ae1
"pr-"r;::;t:"X:ifi:i
ue:n>1n-uent4n .uereqe,{uad ueJnln-ueJn{n .1e:1uas rsuepuet
uuJn{n-rruJn4n u,{ulesru ,n1uega1 e8req_e8-req ueEunlrqred
Ilqol-Iltr{el uelSuuqura8uau qulat e8ni elrtsrlets
'8uero
leEBqraq qolo etues er€oes rga8uaurp
q€pnu u€Ie nlr elep e{etu .1ger8 .leqe} wupp efupsrur
'ulrlsrtuls ruBIBp ue>18uuquaryp Bue{ {nluoq elup uerlefuod
lpadas
{lu>Iai-Ilu>Io} uuleunE8uaru ue8ueq .1t11eued etud nluuquau
le8uus Suef ulep ue4r[e,{uau u€p u}ep uelrselgrsellbu"*
{n}un ltu{ol-{ru{el ue4Euuqura8ueru qelal e{rlsl}ets
'ntueuel srls4uls epolelu_epoletu nsle
{lu{el_{p{a}
uude;aued Wpp€ urel {Bplt ntl €lep srsrleue uep ueqloEued
Ir totr tuun y u aut pu ad ap op hJ
Met o de Pe n e litio n K uont it ot if
1. Penyusunan model teoretis,
2. Perumusan hipotesis
3. Pengembangan alat pengambil data
4. Penyusunan rancangan penelitian
5. Penentuan sampel dan
6. Pengolahan dan analisis data
163
Metode Pe nelitisn K uantitatif
BAB IX
PEMBUATAN PROPOSAL
PBNELITIAN DAN RANCANGAN
PENBLITIAN
L64
Metode Pe nelitian Kuantitatif
16s
997
tuetuolels uelnle8uetu Suef qdu.r8ured uderoqaq FBp rrrprej
e,(uuserq Eue,{ ueqrlaued qel€sew -roldsle8ueru urEur gtqeued
e^lqeq apntd pnDlolelur qulepu qepsetu nele >lldoJ
qulusuru uBsnrunu
'rrrpues rur uerlrlauad ueledueued qeppe unpa{ uerEeq Buef
uep uertrlauad ueleosred 4o>1od qelepe etuuged uer8ug' .uer8eq
unp rpefuaur ueetedured 4{ot r8eqtuaru {ntun eun8roq Bueperyel
Iul IeH 'ualn{ulrp uulu lnqesret uellllaued eders uu8uap uup
euuur lp 'lUlatlp uule 8ue.{ ede 1o1od del8ueuau snreri Inpnf
'se1o[ uup tulSurs snJer.l uurirlauad
1a,{o-rd q€nqas
Inpnl
1npnfa1111
'Surqrurquad uep uarpn€ rr€p leqaseu u€p ue)plnsutu
er,rlJaueu Intun e,,rtsrs€quu se8nl qulepe IuI 'ue4rleuad
uup ur>18unu lr?tepes lpnqrp u,(usnruqas uerlrlauad ue8uecuuX
'uu{€uus{ullp lnqeslet uerlrlauad euuure8eq uup rtrlotrp
tnqesrol
pq ede8ueru 'rlrlalrp 3ue,( 1uq-1eq reue8uau se>18uu uep selai
ue8uop uulelntua{rp snr€q tnqesral psrodor4 .ufuue>1uu1efuaur
8ue,( u8equal nt€ns ltep ueurJdrsrpel luruf,s-lurufs
rqnueuau uep {ruq ue8uap Suuruu.rrp }nqesJal ueqrlauad el\qeq
ue{Itsutuetu Inlun qelep" lesrodord uelenqured uenlnl
unreqasue>trsn1irp,rtl,?;'if f #":.13;;",l'.iff T5J'.S"JT:;
3uu1eu Euuf ue:r4d qenq ue4edruaur rur ps.rodo-rd e{usnreqag
'ur18unru seyalas ue8uap pllal1p uple Euu,,( e.trsrsequw
luulu epud Sunlue8rel psrodo.rd uelunqruad .su1uo1o eped
uu>pnleftp Eue,{ Sueue/v\et\ uolnq lesrodord u€tpnqued
uBqrleuad lusodor4
'>lo3o3 uep
rcnsas Eue,( rserren uelraquad lnlunueu 1a1duo1 tue,( sasorcl
'1e1Eurs eJeces 'rsuolsrsuo>l ru8eqas 3uu1n nefull1p
n1 ueEuecuur
l€es eped uuquqnred edereqeq uelnlratueru nll uesnlndel
Ir1oq1unny uDlllpuad apophl
Metode Penelitian K uantitotif
L67
897
peFal Suef uueture8eqeg .lnqesrel Buen uulpseq8uaur
ltlleued
er€c €u€urguEeq ugp ue{qnlnqrp Euef edu euup rsolgrlueprEu"*
{nlun ue{qnlnqp ueru8Euu u.(ueserq .uuep ua8e uep ue8m>1np
pturrouotu nll>laford quludu uuTleqreduatu eduul
le8png
tinBueqrp
uele Eue,{ nt€s qelus nele. uelrpnsesrp n?l€ qeqtuelrp uqEunru
epe Suef Eue.'re8eq ueselafuad .re4,raqip snruq' renses
Eue,( e1e1s"le{s
epe lupu e11f .q1fe.t tErsraq Eue,( u1a1s qenqas e>1rt
: u,(upsFu'uelEuequro{rp ue{e uerllJaued ueurnrlsur-uerunJlsur
eueurcSuq sequqwaul npad 1uI uerlrlaued adrl edereqeq
eped 'unlrsu{Urlueprrp Suei raquns ue8uep ue8unqnq,raq e8nt
uu1u1e,(urp Euef esalodrq ueSuap ueiunqnqraq uup
'rur uur8eq uped lococ e>Irf
lncunru uEni pllallp Buef uorlsanb las1g
'rsn{srp eped rcuuad"ral qrqey uu8uap uelselahp
u€{€ Iul uurlrlaued lesrodord uer8eq-uer8eq rrep uauodtuo;4 .selJf
rpelueur uerlrleued psrodo:d :e8e uerlrlauad uese>1Euu ]€nqlp
npl rlpq-lleq uuEuep t€nqlp uurrlauad uu8uecuer uusnlnda4 elrg
'ulpp esrJeueSueur uep rSuernSuau
rnlun apoloru uullndurnEuatu
uep (urusap qlluoo nele q€uap .Burldrues lnseuual) qe1es€ur
uemsele,{ued apolau .qeleseu uesnunJ qemeluau
Inlun nFad
8ue,( elep >1n1ueq:lnruaq u€p adrl-adq .upe guu,{ Jaqwns-raqruns
Sueluer uuflrlauod uu8uecuer 'uesnlndal-uusnlndal unrues
uu8uap rcuuedral eJ€cas ue4su1eftp upr€ nlr :lesodord
1es-rodor4
uelenqured lrep lul1ulp ludep rypg uurlrlaued ue8uecuea
ue{€tlreqrp ueIB Euu.( uultrlaued lr€p ualr1nlnqlp
8ue,{ ede uercEeg uusrluuerp lnqesrel"recueqrleued ermtureEeq
uep ue4lndurnlgp tnqsrel etup euerureEuq uep nll epoqlou
uep uuld qcJuasag eueru rrep uarpnu e;ud erud uolnq€lrJoquou
u€p lnqesrat Suuprq Ip llq€ eted uuEuep rsplrunruolreq
u,(uenpal reEu qulupu 1ul uur8eq rrep etueln ueninl
spoqtatr J ry ueld qrruesell
Ilptlunn N uorrtpaad apopw
Metode Penelitian K uantitatif
Kebijaksanaan Anggaran
Biasanya aplikasi untuk dana penelitian memerlukan
pembenaran untuk jumlah dan kebutuhan pada tipa+iap item
anggaran. Beberapa dana penelitian yang memerlukan anggaran
item-item itu diprioritaskan, jadi pembenaran anggaran memaksa
peneliti untuk menjadi sangat jelas tentang pen,eajuan ang_qaran
dari penelitian. Untuk proyek penyelesaian dengan sukses di
mana peralatan seperti komputer, software dan kaset rekaman)
dan sumber-sumber lain, seperti data, bagian-bagian data
penelitian yang sudah tersedia dan dapat digunakan pada proyek-
proyek ini haius dicatat dengan seksama. Bagian dana penelitian
akademik biasanya memperkirakan biaya-biaya dan akan
dibiayai oleh universitas atati pusat penelitian yang ditempatkan
peneliti.
169
OLT
Suuf edu '1a,{ord Jusep legrs Buuluel uapuodsar epedeq rcp€waru
dn4nc Eue,( rser.uJoJur ue>lrJeqtuotu
{nrun u,{uledruel eped snreq
rnpesord 'uudrsrgud nulp uopuodsar uuEuep ue8unqnqirq prro,
uurlrleued ue1u,{ueqe{ tuepp eruuln uuposred
loryd
senssJ lBrlqlg
'lp€qlrd rolcas eped
uep eiutunun rE8urual seluoud Euuprq ederaqaq'4n1un
eun8raq
Eue,{ rsnqrrluo{ uep >Je.{e1 uuEuap Eunsbuel .uerllauad
l'nquour
{n}un ue4dereqrp Eue,i lrulape{u uerlrlauad'undr4seur .rur
uuue I rp *uouora rsesr luuorse-r u8n I unde*euruEu g .ue4p8Eurirp
snr'q 3ue.i ete.iu ue3unlunarl Bueluar uunqula8ued ueuucuad
ue{n{€Jrp tedep lruapele uerlrlauad puorsrperl ureoes
sfgeueq Jo seruoJlno palcadxE
Buu,('seq,Irrpp*o*;H;H?Jff ['#i1HTJil;?"X'J:il
{€pI} nlls^l\ ultqede 'tudepuad u8rl epu u,(u8uernl-Buem4eg .rsr
n€le Jerp >p,{ueq uulnllotuaur
{leq Bue,{ slsel uesrlnuad quippu
uelrsepueruolerrp e.{uesurq Buef ueuoduo>1 n}€s q€les
d.pq Eue,{ 1e,(ord ry,(ueq qrqoi
uullraqr.rtatu nelu llel nles rrep r{rqel
Ipefral uq8unu uep nl>le,r\
lljus tuel€p rdelSueleu Buryus nil uauodruol_uauodruo;,1
' -uerlrleued unsn.(ued
rpufraur'e-rralrp
uol€c unlaqss ue4dursradrp srueq rcuFedrel uerillaued psrodord
u€InlJauau 8ue,( selrsJenrun eped erues Euuf elqeleunl
uerc{etuod .nlnlas Ise111de .ue}enqued rdelEuelaur
uurrslunserp uerlrlaued ueEuucuuJ usisnqruad uep
{nlun
uur[e1
Eunlue8raj
'uurlrlouad euep Iul Ieq ruepq '1u"p uurlrleuad eped'oa1
rssrgrporurp snJer{ 8ue,( uauodtuol eSnt undeueuru8ug .uaodul
/srsel uurlrl0ued uep esrpue 'elep uuupdunSued .uert,leuad
ueunrlsur ue8ueqtue8uad .(Burldues lnseural) ?lep requms
-Joquns uuqrFuad 'uoe1 uerfe>1 'uerlrlaued ueSuecue-r uulenqtuod
{nsetuJol u{uuln ueuodruol e,{urunum .uur}rleuod
"ped {nlun
llnq uun y uDlnpuad apophf
Metode Penelition Kuontitatd
L7L
ZLT
IseIuesoJd-rselueseJd
{nserrrJol IsuorsrpuJl opoleru-epolau ufes
nlua_J 'runl uep qlgfuat nurel ude;eqeq uup sulrsrenrun
selrunuo{
upudel rsulueserd ue{n>lularu srueq el^srser{"ru €,^Aqeq
1e>1e-re,{j
edureqaq r{rlreuo selrsJalrun uderoqaq .srse1 qnnq", rJeep
uerusala,(ued lnsnfue4'selrsJelrun ueguep>1 rp u,{ueq'epudrrep
sunl qrqel 1u1ure,(sutu rnqela{rp e{erau uurlrlaued
lrseq_lrseq
l?nq_ruolu euuurre8eq eJuJ u?IJDlrrueru >lnlun srsal srpuid qe.trei
SunBEun' ueludnrau u8n I gnruu5l .1nqes-ra1 unr1r1r.r"d rc,{urqrueur
{nlun ?posraq u€{€ roturtsrunuupe uulEunu uep e{uuue{n{€lor.u
BueouaJeq rlrlauad
_ueruuuq uup Jol€Jlsrunupv uellrlauad
psrodord Ircp uer8eq qenqes qelepe up{n{€llp tedep 1ul
Ieq euetule8eg 'tnqastal uenuauad rrep leeJueru lrqueEuaru esrq
Suef urel 3uu:o epedal p{eJe.' unn*rurd- uelrse}lrLrnuo>l8uaur
{nlun qe,uef 3un33uq Dlrlrwerlr pllauad er\qeq
uelleqepredrp tedeq .ue{rse{rJqndorp snr€q tnqesrat uurlrlauad
uueJel quppe uels€ntue{u snJur{ qurnurple }asu ede8uau
uern{n n€te uusulu nies e.{\qeq uelluqaprodrp euel qpleJ
Surpug Jo uorluJruntrrruoJ
'ue{€lu€raq rpefuau rrq>1e
Ilseq luqHeraq Suei u€rteq-rlpq Euurn>1e1 epedr:ep e,tuunlaqas
u€{nlueuatu urlSunu Euef q€luseu_qeluseru rnlnqep
qlqel rsedrsrlueEuaur rsrsod tuepp efusnruqss p11"u"d €{etu
p11a1 ue8uef ue>1n1ullp
1ul uerlrleued e>1t
,rse1gltu"prrp
ledep
3ue,{ uerlrlauad lrseq reEeqag 'qnef qrq;i au,r"uua#qrue4rod
up{lllJeruatu lul uur8eq {n}ue .ueququul ru8eqeg
'u?rue uep rse{lpardrp Euuf
ledse_1edse rllrweru
leford enrues 'uurlrleued Iniuaq n€lu uerlleuad un8lnrun,
uuq€tuelo{ uup ueienlal depeqrel seEet Eue,( uerelrued
lunqureru
Inln tlrleuad r8eq sn8eq Bue,{ apr ue>1edrueu rur .enpa;q
'uerlrleuad rc1ntuetu
qelelos qepsetu qpqntetu {n}un ue>1pEEur1p rcdep Eue,,( Eurluad
Iuq nluns 'uerlrlauad ludurel sas4e8ueu ludep regep .1euru1e uep
Eruuu reuep uu>1eun83ueu ,1usry41
lruun uerln ledupueu
fiptttuonx uDrlpuad apopry
Metode Penelition K uantitatif
RANCANGAN PENELITIAN
Tidak seperti proporsal penelitian, sebuah rancangan
penelitian biasanya bukan dokumen publik dan dapat dilihat
hanya oleh beberapa orang dekat dengan peneliti. Rancangan ini
memiliki penyataan yang digabungkan ke dalamnya dan
justifikasi untuk keputusan yang lebih teknis yang menyangkut
perencanaan proyek penelitian. Secara ideal, merancang rises
social adalah proses untuk membuat semua keputusan terkait
proyek penelitian sebelum dijalankan. Ini melibatkan antisipasi
seluruh aspek peneltian, kemudian merencakan agar berjalan
dalam gayayang digabungkan. Merancang sebuah proyek adalah
cara bagaimana kendali bisa didapatkan.
MEnurut Ackoff (1953:5), merancang adalah
merencanakn, teori rancangan adalah proses membuat keputusan
sebelum sesuatu tindakan disaat keputusan harus dijalankan. Ini
adalah sebuah proses merundingkan pengaturan antisipasi
terhadap pembawaan situasi' yang diharapkan agar tetap ada
dalam kendali. Jika sebelum kita mengadakan penelitian kita
mengantisipasi tiap massalah penelitian dan memutuskan apa
yang harus dilakukan sebelumnya, kemudian kita meningkatkan
kesempatan kita untuk mengendalikan prosedur penelitian.
Proses ini sejalan dengan kegiatan seorang arsistektur
dalam merancang sebuah gedung, termasuk mencatat,
L73
NLT
erscos pq 'Inpnf €Iuesroq (uDlEuruu
lul lE€s eJe8asas S3lor ?Je3as
{rdo} epud epl-epl uulludepuoru eqocueu {nlun Burlue4
'uerlrleuad psrodord
upud rpadas uruus rw uuqrleuod epud
Fpn[ 1ere,,(s-1ere,(g
{ldol nuls qu1ussru ussnurn1
'
lnpn t lntun ele{-ulel ueunsn.,{uad uped-r 1uqua4
uerpntual uup rnqsJal uc8uecuer Irup upl ueruale_uotuelo
uup ueeefueuad-ueufueubd uedersrad epud rssrluesuo>lraq
{pq qlqal 't€qrl €trl ruadag .tedet Euef lnpnt ueltedepuaw
rnlun uerlrlauad p.tre eped nl{e.u Euenquaru lnun 4eftq qBplepp
'n1r euaru;4 'reselas uerlrlaued q€lelas e8Euqrq
Fcuntu rypp lpel
esrq rruqrat lnpnl e8nf tmrueu 'uerlrlauad ue8uecuer u€dersred
ure:8ord etusles .rse>lgrJuplrp sru€q filadas trerlrlauad uerlseal
u.iueq uu{ng 'ur18unru nlelas {ep$ 1ur IEr1 untueu .uurlrlauad
ue8uucuurad sasord ervre Tdol upedrrep selel Buef ueuilu:ad
ue>lwdepuau Inlun eun8raq Iq IuH .uerlrleuad ps.rodord
eped ruadas swes rur uurlrlauad uped Fpnf te.refs-1ure,(g
Inpnf
'unsnsJal uerlrlauad
qenqes rrep rlnlnJls uuuure8uq reueEuew qoluoc nluns reEeqas
uellfupslp rur tnllreq uLral ueBuBJueU .erec lefueq ruulup rnlerp
tedep uresep uu8uscupJ r1unqas rJEp ueuouol-uouoduro;,1
'tnqesJal
1eq redecuaru {nlun
quppe rur nlng '1rsr1ds1a tunqrp npad uu8uecuer uesnlnde>1
-uesnlndal 'rur ue>1n1elou u€.p srllDl eJecas rs€nlelerp nped
uerpntuol rur uusnlnda;,1 .eures-Bru"sJoq renses u€p uelsrsuo{
qelepe nprnlpur ueEuecue; uesnlndel el\qeq uelrlsuruotu
Inlun
Surluad rlelas etrelnrel .€{u€s Eue,{ sesord-saso:d uell€qrlau
prcos ueerlrleued Euecue;ayq .u€{qnlnqrp
leEues uuEuecuur
Irep u!e{ uenduruuel uuqnrnlesal ueEuap uesnrn qunqes
uep lrelep epud rlrlal Euef ue4eqred .l€nqlp nped Buef uesnlnde>1
-uesnlndal rsenlenaEueu uurpnue{ upp ue4EunqnqEueur
rtwqunny uurrpuad apopry
Metode Penelition K uantitatif
L75
9LT
'uerlrlaued
usefuuued de11 rrep 1nqpla4p qe1e1 Eue,{ ede uappueuou sulet
ue8uep rntn rwleqrp FruJou €Jeces ue>Ie rur uerlrleuad ue8uecue-r
fJ€p uur8eq urlEun6i .epoteu uep rEalurts .uool qrlrueu
{nlun uep 'ueqrleuad eped rruJeuaquad uup Bue4eleq rc1e1
ue4erpa,(uaur >lnlun qoluoc reEeqos rlnrp
lnrun nyred url8unu
rnleralrl qutaup ry,(ueg .ue^elal Buu.( uunqu;laiuad uup rurIJOl
uureqel ue8uap unllnsnrp Eue,{ uerlllauad ue4Eunqnq8uaru
Intun
q€pp" uoat uurfe{ nele JnluJetl uulfu>l €ruetn rs8ung
rroal uu1[e{ /ernlurelgl uuJtuy
'uerlrlaued ueEuucuur tu€pp s€qeqlp uele erues Euu.(
Iptap uuare{ Eurluad pq ue1nq u,(uruuaqas ntr ureJer.ues reuuq
Fllallp uelu 8ue,t pq uu8uep ]lulral erep uellndrun8uapX
aldures qlllruehtr
Jeuorsenl Suecueta6l
redepual4
...:r*nr{op
aJnleJatrl rle>18uatu
: 1n{rJaq reEuqes
uurlrleuad uu8uap ue8unqnqraq Suei ueBle^ured-uueleiu:ed
Inual elll Surreg 'upeqJoq Euuf ere) ue8uap uerlrlauad
ueJusus rwlep Sunpuel.ret Eue,( Euu,{ apr ue1e1e,(uau uerlrlaued
Suelual uuD,,(ueuad-uee.,{ueped erec 4e,{ueq uulBC
'uurlrlaued e,(uuulepurp uen lnl Eueluat ueqe,tre I uep
uu:eque8 ue{rJaqrueur ndururu ue{€
1uI entues .prcos qnreEuad
ue>lelltadueu nele rsunlune8uatu .qeqnJer.u .rs>lperdruar_u
'!ile8uau 'rsdrolsop 'uuselelued .ue4rpr1e,(ued :reuaEuaru
1uq ru8eqas u?{rsruUeprp usrq e8n[ uenfnJ .rrurlrloued uereses
-uurpses regepuatu {n}un uunS.raq e8n[uen[nJ .ueqrleuad uuEuep
uelulreq Suef pq-leq uu{rs€{runuolEuaru {ruun uun8"req
lu8uus uurlrleued qenqes eped uunlnl ue>1e1e,{ua7,q
'ueqeqnred
-uuquqnrad Euuluol l?nqp Suuf rsuonralur ueEuep u€lre>lreq
lltutluon y anltlpuad apotary
Metode Pene lition K uontitatif
Strategi Penelitian
Strategi penilitian menyediakan satu set prosedur yang
logis u4uk menjawab pertanyaan penelitian, khususnya
pertanl,'aan " apa" dan "mengapa". Namun bukanlah satu cara
untuk melaliukan ini. Saat ains-sains social berkembang,
sejumlah pandangan menunjukkan mengenai bagaimana hal ini
dapat dilakukan.
Dalam pandangan saya, pilihan strategi penelitian, atau
sebuah kombinasi darui mereka, merupakan keputusan keduaa
yang paling penting dalam rancangan penelitian. Alasan untuk
ini adalah bahwa saya percaya pengetahuan hanya dapat
dimajukan dalam ilmu-ilmu social, dengan menggunakan satu
L77
Metode Pe n e I it ian K uant itatif
atau lebih dari strategi-strategi penelitian ini (lihat Blaikie
1943a).
Singkatny?,..Tp?t
-
retroduktif dan abduktif,
strategi penelitian, induktif deduktif,
menyediakan dengan
berbeda daram menjawab pertanyaan-pertanyaan i"iur' cara-cara
peneritian.
Maka menyajikan permulaan utt"*uiir d; ;;;;*;itun poin_
poinnya, dan set-set berbeda atau rangka-langka
poin rersebut. Strategi peneritian induktii dimurai di;i;.u poin-
dengan
pengumpulan data dan kemudian maju untuk memperoleh
generalisasi menggunakan apa yang
disebut induktif logis.
Tujuannya adarah untuk meneniukan kearamian,
ket.rutu.an
:rluqun jaringan kerja, keteraturan dalam r.erriiupan sociar.
Sekali ada beberuiu
,y1ng berjalan, mereka dapat digunakan
untuk menj elaskan kejadian peiistiwa-peristiwa spesifi k dengan
menempatkan me.reka di dalam pola
keteraturan_k.r.ru,r.un
alami' Strategi ini berguna untut *.nju',"uu -'p"-nunyuun-
pertanyaan "apa,, namun agak terbatas
kapusitusnya untuk
menjawab "mengapa".
L78
Metode Penelitisn K unntitatif
L79
o8T
'rurs rJup ue{l€deplp psrq ese}odq renses
u>Irf uuls?1efip .lsuunelor uep ufuuerlsee{ elrtr1eq uel€tullp
ludep e,(u1nftm1es 'uuprlaued uu8uecuur deqel eped'rroo1 ue8uap
nlenses uu{n)l?letu e,{u4epnas ,uelnlradrp
lul snse)l ulepc
'rclntu llrleuad umlaqas rJool r.pnqes unm.{uau\ruerururatu
{nlun - ltrlauadrs sluriuau ue{s Burisal rJoal reueEueu
uetlrleuad'rsrs ur€1 rq .usalodrq uduel (1ococ) elad Fue,{ dasuol
uurqnlnquou rserauaS rroal rcuaSuau uerlrlaua4 .rse:oua8
"srq
rroar/rroar (uesaleSuad) uelaceEued ue8uap ueSunqnqraq
€{eraru qelede :qoluoo in-req lroat uu4pseq8uau
{ntun
qelepe e,{uuenfnl qe>pde nele .sa1 rp rJoal ue{elnura8uaru
Inlun
€{aratu qe{ede <epaqraq uerlrlauad r8ale:1g tedug
'upE
3ue,( uu111nso1 rJep udereqaq r8uu;n8uaru niuuqueu uu{e rur
Suepued lnpns ledtua eped snlog.raq uu8ueq .uerlrlauad saso:d
a{ {nsutu rur €uuturcBeq uup uoel {ruuoqtueru Eue,r ude Bue}uat
epeqreq 8uu,{ Suepued eruc ueqruaru uerlrlauad
I8eterls tedug
'>lgrseds esalodrq n€le runun rloel apr .snsnql
dasuol nele
Iroal €suq€q Jaquns ue4udruau urlEunru IerJos uoai qenqas
rJoaJ
'eruc 4e,{ueq rnlelow
l€rcos uerlrlauadal {nserrr
JrlBl!Junx
'e1ep rnleEuiur lniun uelurdrp nete lunqrp up{e ne}€ desuol
Ir€p leqaq Utqll?l ue>ilfe,(ueul uu)Ie srDlel dasuol ,ueeynrutad
uped ueluun8rp uele Euu,( rensas Buu,( dasuo>1 e,{ueq .ulel
uetlrlauad eped '€{eroru uuJnln8uad rnpasord rsu>lgrsads rnleleru
quqn-qeqnreq uele dasuo4-dasuo{ uep .dasuo4 el8uura>1 qunqas
ue8uap Eue4a8ueur uolqeq .Eurluad dasuo4-dasuo4'uuEuep
Iulntuetu ue{e ue4rleuad udereqeq 1uryd1p Buef uu4rleuad
r8elu'ls eped SunluuErel ?peqreq uerlrlaued sesord ,rin,re*
uleretu erec e(ulri fuEIeS .rreqrleued qeles€u-qelse{u ue4nle,{ueu
{nlun uurlleued ueEuecuer sasord I€^{" ry ue4nlredrp slr{et
desuo; '>Jelqns dep uep snsnqrl eseq€q {n}uoqtuetu e>leratu
'sFDIetr desuo4 ue>leun88ueu leroos uerlrleuad enues
Ir1ny1uon y uuppuaf, apopl[
Metode Penelitian K uontitatif
181
z8T
eJ€ces r€uJecueme,l\rp esrq Buero_Euero l1oluoJ .ue1urEa1
tu€l€p
.Buqas pi.1nu_,*"s
lu.t1qmt n1r8oq lepq u{arow 1eus tuepp
Suurorreleladrueu uerlrlauad rpseq qn1*ni"s .unpa;tr
'pJnleu prcos EurlesT relel eped nce8ueru
lul^ 'leuorseurelur uepeq e8Eurq .selrunurol uep rsestuuEro
uEEurq-'llca{ 1odtuo1e4 .pnprarpur rJup r€Jntu rur eruc ue8uap
rrefeladrp 8ue,{ prcos l1un uernln .1r.,1 ,r*ynp uubure8eal
I?nlu n?te 'quumr 1p rreleledrp ledup eE.run1a1 rs>leretur
'qoluoJ 'e{eJa{u prcos ue8unlEurT urelep rJeq_uuqas uednprqal
ruepluau Eue.lo 1ee_s .lncunu qrlaued rs leulru'r"1r,rrr1" eueurp
pq rusl€p ueuleladrp ledup (ersnueru) Euero n*nur6
.
r r
dms p n p n pu r E ue lu,,
;::T J;lH li,:."'J; n"j Tl J:: I,,"'jl
ledua rrep ledeprp eleq .ue>lllseq e{ara{u ledep Bue.{ etep
Jaquns /msep rcua8uaru:rtq
elaJaru Jprru ue€poqred Inq€laEuau
Inlun u€p uu{lndrunryp ue>1e Eue.,{ elep Buptas nut?- sletuol
ueltleqradrulau '{nlun Eurtuad Bue,{ Igq tropdnraT,q
XNINtrg T fldIJ YJV(I UggruNS
(S qeq 1eqr1) rroat-rroal Buuluel uengura8uad
unlSunu uep 'ue>lnpadrp lapou u€p srselodrq ,,rori.d.ruo1
ueuerad Euelual senJ u€ru€qeuad 1r1ns Burpd duud'uelednrau
e,,(u>1edu4 Iul uurlrlaued ue8uucuer uerEeg
IJup
esrq rur uerlrleued uuauecuer rrep uerEeq unroqas ,ffil:]ii
uetltlaued r8eterls ue8uap uequDpa) .eupqrapas/sel8rir:
Inlueq tu€lep etep u€snurnr ue>lldruuuau eleletu
eu€trJlp slslslleue elP-p deqel eped
lepou-lepou uurlrlauad
t8aiurlg 'lesnul etusruu{rru tr€p lepotu
1e1,1od,q ne]e lapou
JDlrllJoal 'loporu lenldasuol uelednrau rur 'uuulntu.rad uelep
ue>lEueqruelp Inlun loporu-lepou uu>lnlJewetu €srq
JlDlnpoJler
uep Jrllnpop efusnsnq>1 uurlrleued r8ale:ts edu-raqeg
Buu,{ (1rseq) rypord uup serurln}'::,:tux;::'Sl',T:'fil;
l!7a47uon y uD!fl I auad apoptr4J
Metode Penelitian Kuantitatif
183
n8T
e-Jecos uel€unErp ledep u8n[ rur opo]ew-opotau uup .uo8ele>1
derles uepprp €p€ ueqrprued epoleur-epolahtr .u€{s€nuau
{epp uep ueryIn}nqlp Suu, ErreleDl Wlue{nq uuurlEunuro4
ue4eun8Eueru {ppn apoloru ue8uap qoluoc uolrluued .rnqu}e>lrp
uBIe e,(ueuepeqred .WIIdp Inlun utues Bue,( ueurl8untue>1
rc,{undurau {€pp lrun enruas €Tf uep .qllldlp Intu{l
ueunlEuhrual Dlrlrtueru lrun durles ,urc1 e1e1 ue8ue6
'qiltdlp
)Ftun ueurl8unual r4rluia{u uup rntptelrp ledup Iru. dnrt"l
uSSurqos rselndod uudelauad r{enqes rJup u'rrrala-ua.'ele nure
lrun-lrun qrlrtuetu qoluoo uelrreued ueurl8unual_ueurl8unua{
ueleunE8uatu >1upfl) {eru lupll n€}e (ueurl8unural)
{ece apolau uu>1eun83uau-r uurlrlauad sasord qe{up)t€
'qoluoo 'uu4reque8rp Fue.i rselndod ue>p1nlunua14
'ue4eunSrp
Inlun Irwq u€Iqenquau
srueg rs{eles sasord qeludu qelupe enpa{ uusnlnda;q .ue>leun8rp
8ue{ quluauiSas qenqes plrf .ueluun8rp uulu Bue,{ uaur8os
qenqos ufuuq qelude nele ueleladrp nute .uplnluolrp
undeueturcEuq'rselndod .e1ep
Iul Ieq
qn:n1as qe4ede euruuad ueqrpurad
Inserurat uerlrlauad uErsap uusnlndal ueru48uereg
uuluun'Buauerurp.,,";l:f 'Jl",oo',:i"t'#ti#i:::tit:L'j;
rp ue>leunErp Euuas qrqal nele Burldues opolatu nlus .Burldrues
upedr.rep sunl qrqal Suef lrdol qulepe rslales ulep preluaruos
'opotetu Eurldtues usewln
{nluoq tuelup u}ep uuqrpuad
s€q?qu3r.u u,(uusurq uerillouad epolau uunpued nlng
'fpn1s {nlun ntueual ualr/ntueuel etoE8ue-eloEEue qrlrtuetu
u€Ie upl Euu,( irsulndod r{nrnles Ir€p €lep uellndrunEuaur
ue>Iu ueplleued lafo"rd uderaqeg .rualr4rerp€fe>1-trepefa{ .nll
Suero-8uuro rselndod rsrugep {nseruJal .uogndrun{rp uele e}€p
(eueu lrep ?g edri Buuluei) eiep walr nele ueipelal lHuero-Euero
uers>1alefued sesord qul€pe uurlryeuad ruelep sr1rr4 deqel
YJV(I UtrBIAiNS NVHI-IIhtrgd
IttuwuanN uult! pu ad apopn
Meto de P e ne lit ion K uantit atif
185
98I
uelndunEued tu€lup >lnsuuJel eEnt ueeqocred uurlrleuad 'qerufes
Itunuetu nele ;rpladsord nele grlcedso4al .purpnlrEuol nst€
Euelrs uufeq rul rpnls qu>1ude wlnluel1p uu)p nl{",,!\ reueEuaru
uesnlnda;'1 '8ue1ep uu{u BueK es€ru {nlun ue{uuucueJrp
rule neduel ?seru p 1p€Fel uqEunur e,(uure1 Bue,( u€p
'tutluseru 1p IpBFol ledup u,{uurod ruus qups ,eruu1 Buef npprvr
tuepp urod eduroqeq ur€lup nele nDlerrr ntes ruepp ue>1pdun4rp
ledep eleq 'uerlrloued ugEuecuer qenqas tuulep 1p Buqued
luawele ueledn-rau qulep€ uu>11ndurn>pp el€p leesrql
.ledal Surpd 6uef re8ees uelulu{rp -lul I€q ederaqaq
uuldelauau lruun uep eleJaru lelpJua{u uep uellrdtueuaru
{nlun ue>leun8rp u€{€ 8ue,( ede apoleu rnqeleEueru
.se1al
Jrtun Surlued q€I}?Eues 'enqelrlenb etep pq tu€leq
Eue,( uesuy? uulrJeqrp uep ue>lr€Jnrp n1:ed .rrrpuas nlr lele rJ€p
uenpued uep lervre sal uulln{l8ueu sruuq rpef.ral elrle>l e,{usasord
'uee,{ueuad JpU€p nule de4s upls rgedas .ue>l8uuqtue{lp nped
ue>luun8rp Euu,{ 1e1u e>yf 'uoprduepp uep ue>lsbulatrp snr€q
raquas enrues pluru 'nluogal JnIn lele ue>luuniiuau qelotadrp
8uu,( elep anrlelnuenb tuelup e{rf .€lnuas eueruor uep qrleroq
{n}un uesele ru8eqas ue>leun8rp lupr} rur le..'lerp uu4sulaluaru
qe1e1 ufes 'und€uerure8eg 'uelllyeued
lrseq ru8eqas ienqrp esrq
tur uesntnda>l edureqeq uuuurp uellenca8ued epe ue>1e undneprrr
Jltetlpn>1 rpnls rpsaq uurEeqss {nlun e.{uuereuaqal erues Euer(
leH 'snrres duSSuerp nped 1epr1 rdul ,seyal ]eqrlrel url8unur rur
1u11 'uudursrad e,tuepe npad €nrues nlr Inlun uup uellndumllp
ulep eueure8eq 'uerlrleued rulntuatu tunlaqas uelnluauau
{nlun enpe}r}uenb uurlrleuad" urelep Eurtuad qelte8ues Iul
pg 'ueldelayp n1-rad €lep ue{lrndun8uau Iniun uuluun8rp 6ue,{
opolau n€lu rrerlrleued ueEuecrreJ tuulep epoleu-apolantr
'e.{uruelup rp
Ineruro} eEn[unpa4
ulep ue>1udruew Eue,{ (rsrs,(1eue 1ue,{ruoc) rsr esrleuu epoloru
ue1e13ur1 'ArerlJalur >1odtuo1e>1 uep nprlrpur eJeoes {nseuJel
'ue1epre1 epoleu n€l€ unsnsJel lel Suunf aI selerat ueunsns
IJep relntulp 'uellncunrurp Euef uuurecu€1v\ed ad,{t 1e,{ueq elnd
fltutlluon y uDlrg auad apoptr l
Meto de Pe ne I itian K uant itat if
data pada waktu yang berbeda, jadi peranan pemilihan waktu
terhadap pengumpulan data akan ada dalam rancangan yang
ditetapkan.
ta7
887
ue{dersrp elep €uururu8eq e,(ueq rde}al .uel}nqesrp Jelnduo{
urerEord eped '?srluue {g{et-{F{el u€p elep uuselEur.red
ue>peqeSuew uup uurlrlaued uu8uucuer eped ulep epolou-epoleu
ssqeqruetu Iniun'uu8uruapuecol rl€rrreEuau 1e,(ueq efeg
'uplrs€uuguo{1p nped e,{ueep€Joqel
uup rsellJrluepurrp nped 'eJa^{pJuq uuEuep u,(ulococ €rues
'>1ococ 8uu,{ a:e,u,gos 1a4ed Jl}elrtu€n{ uep e^rlelllenb-esrpue
{nrun'uoal uuqesa8uad upp ueqelrrued.uarunlop ueepueued
nul€ slepur rro8ute{ lunquiau uu8uep ue8unqnq-raq ue>leunErp
e.{uunrun Suef apolehl 'slat {ruuaq urcIep epe elep B{rte)
'Suequraryaq psrq qrs€ru elaJa{u undnele,.n rueq esrleuu eped
1edep.rel {Fqel-IF{al uet8qas ruuq uoat-rJoot {nlun e,(usnsnql
uup (e13ue upeduep ulul-eteli uelep) Ietsqe eiep eped €peqreq
Eue.( relSurr dupeq:argudrqsap €1ep Intun ue>leun8rp tudep u8nI
esrleue'ruulep Jrtpirlenb apola6f inqaslol qotuoc uprn{n url8unu
u€p <€tep uullndun8ua{u ueJep ueleun8rp Euu,( uurnln8uad
l€13ur1 eped Sunlue8-ral tudat 3ue,( eueru {ruun Insr}e5
su{at depeqrat 'o.\rtulrluenb esrleue eped qadsu Surseu-Surseru
Inlun 'ueryequre8rp 8uu{ qoluoc uped ruadas rselndod depeqrol
ueur>13unrue{ qotuoc uep tenqrp Euef lrseq uep uelndursel
tenqruetu .elqerru^
Inlun ueleun8rp tedep e8nf elaral
eJul€u€ leqlle qeqaspuSunqnq 'ueur48unua1 u€p rsersose
uenleua4 Jltdrqsap ulpp uu4pseq8uaur Inlun ueleunErp
anrlulrlenb epotantr 'uuseq€qtued nlens rpeluaru e]ep ssrluue
uep IrDIel-TDIel u{rlel seleftedrp npad Euef 1eq ue>ledn.reru
arrtelrluunb uep 31tel11bnb et€p etetue ueepeqrad
's€quqrp Suef esatodrq nule uunlnl'uerlleuad uee,{uegad
edr] epud EunlueE.ral 'uu4qnlnqp Euupel epolau srual
re8uqreg '1ede1 ueEuap ue>1se1a[rp sru€q esrleuu llllun epo]eu
pqtue8uaw Inlun uesnlndal e{etu uelslsuol uup letutec ueEuep
lenqlp qelel ur€l ue8uucuer untuas u>II1 '?l€p esrpue8uetu wepp
epotau qrlrtuatu Inlun uelsnlnruetu 1ure{ efu.rrq>1y
'eIBCIIE/Y\?I!\ UUUreler Ue I
tue I n]es ueryesala{ueu >lnlun tue l eEr} 4epr1 Eurld uelqnlnqueu
l17a47unn y ut)ry | auad apopry
Meto de Pe nel it ian K aantitat if
untuk dimasukkan keda tabase,sedangkan manipulasi
(pengolahan) yang akan digunakan untukm menghubungkan data
dengan pertanyaan penelitian tidak disebutkan.
Setiap metode peringkasan data dan analisa harus
disebutkan denganjelas, dijabarkan dan diberi alasan yangjelas,
pentingnya poin adalah bahwa keputusan pada metode analisa
perlu dibuat dalam hubungannya dengan keputusan ,rancangan
penelitian lainnya dan sebelum penelitian dimulai. Merupakan
suatu hal yang fatal menunggu sampai setelah data dikumpulkan.
Tidak hanya metode analisa yang perlu disesuaikan dengan
penelitian.tapi juga hipotesa yang digunakan, tetapi mereka juga
perlu untuk mencocokkan metode pengumpulan data.
Jadi. rnasalah utama dalam rancangan penelitian adalah
tercapainva konsistensi antara tipe dan bentuk data.sumber data.
pemilihannya dan metode pengumpulan , peringkasan dan
analisa. kombinasi yang mungkin dalam pilihan disini dapat
menjadi sangat banyak dan harus diberikan perhatian yang jelas,
pada akhirnya, pemilihan dari semua metode harus membuat hal
ini mungkin untuk menjawab pertanyaan penelitian (lihat bab 7)
KESI}IPULAN
Memilih tujuan yang tersusun dan isi, baik untuk
proposal penelitian dan rancngan penelitian merupakan awal
yang baik, langkah selanjutnya adalah bagaimana menviapkan
mereka, Untuk mengingatkan, saya harus berkosentrasi pada
persiapan sebuah rancangan penelitian, hal ini akan berhasil
dengan membahas tiga komponen utama yaitu elemen utama,
yang digunakan untuk menyusun rancangan penelitian, untuk
setiap eleman, jarak alternatif pilihan dibuat dan konteks yang
dibuat; contoh: faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pilihan.
Untuk memberikan penjelasan gambar l.l. ditunjukkan
sebagai penyajian ulang dari 3 komponen iiii, ketika banyak
fitur-fitur dari elemen utama dan pilihan-pilihan telah
189
M eto de Pene lit isn K uant itat if
190
M e t o de Pe ne lit ian K uant it at il'
Pandangan alternative
Ini digunakan sebagai pandangan dasar yang signifikan
dalam rancangan penelitian ditinjau dari beberapa aspek.
Beberapa aspek itu di antaranya adalah:
191
Met o de Pe n e I itian K unnt itat if
penelitian sosial terdapat beberapa pertanyaan yang harus
dijawanb oleh peneliti sebelum ia melangkah lebih jauh.
L92
867
ElEp ue1ndtun8uad {nlun opotatu udureqaq ue>1uun33ua141 'p
ure18ue.t
ue8uap ntus 8uef, lq€rreA.ur€lu€ uu8unqnq rsuleqtuel 'O
ufuueluprp {nseurel SueK laqerrun ederaqeg 'q
uerefelequad uu8uecuer Intuaq Bnuras. 'e
e.iuureiuetp nlr uerrrlauad uu8uecues'uulEuns8uelrp r#J:;
iunleqes Inqep qrqelral ue4rleqradrp snreq uertrlauad qeiuecue:
nele{ uu>1e1e,{ueu Suuf eqn3 uep ulorurl tedupuad euereEeqa5
'uapuadap
leqerre^ uep uapuadapur
IaqeIJeA ue8uap ueEuecuer rsunlrs Euelual tunum ue8uepuuuad
epud nce8uoru qrqal uuuru 8ue,{ uaurradsla uerlrlauad tuulep
IUB ederaqaq Dlrlrueu uerlrJauad ue8uecuer dasuoy
:uug111auad ue8ueouur runrun urBuupuu6
' ueqgru8rs Suef uerllaued unleqas
uurlrlued ueEuucuu.r >1edsu entuas uep lnqesral
ue8uecuer nprlrpur uep Eursutu-Eursetu rsunlena8ual4 't
Ilqtuulp Eue.{ rsrunse
-rsrunse nelu f8ololuo ur€cerureq ue8uep utul etues
nlus ualsrsuol nlr uesnlndal urvrr{eq ueluqu,{ua61 'Z
lsr1ds1a qrqol uepllauad ue8uecuer lenqtual4l 'l
: uerlrlaued
tu€lep prueln uenfn1 'prcos uednprqe4 tuelep dnpg
elod quqrueu uep rsenlerreEuaru'uelEueJeuaru'rtueqeuraur
'ue4sdr.rlsopuau 'uuoueru Inlun ue>letmErp prsos gpeqpd
rolces eped uesnlndal uepque8uad nele 41qnd Eunlnpuau 'p
'c
Iprsos ue>I€fiqel ue8uequraEued nlueqtuelu
,[1w4runny unlqlauad apoptr4J
Metode Fenelitian Kunntitatd
L94
967
'puorssorJ prlr{J eqJ uortesnpE
ur qsJBeSaX a.\rlulrlen0. pu? scrlonuos ,v66I ,I.jie}.{ueqs
'e,{uqeJns'ssal4flrsrezrrul-1 esaun
'(;ltarpny uup Jllulpuen) uele{opuad) *ltpfpura
uep prsos nulr-nrulJ ueqrleued rEolopolayq ,1002 .ogeueog
eXeqang ,edrun rtuouo>lg sellmleC
Jlletrluen;1
uertrleued epolehi uuqeurulrad rralutrAtr ,g002 .ouodu4
.e:rrz1u1 .epesrad
opugerD efpug
Jd Sltulltuen) uerlrlauad apotal4J 9002 ,.htrT euel T g oflaser6
'Sunpuug .efre4epsoa
ufeueA
'Id Jputpn; rrerlrloued rEo1opo1ey41 ,L11Z.IxeT .I Euoelo4
's.,{o1a141
qllpnf JO,&\orle1
V :r1cJeeseg an4ulrpn| Surpuelsrepun .9661 ,esereqJ .f .uelrog
'uoceg p,ue u,(gy :uolsog (spoqlelnJ
puu f.roeql ol uorlcnporl.q uV : uo4ecnpe roJ qcr?ese1
e,r11etlen| 'zg6l 'uepllg ddoql lres ? .J ileqog .uep8og
\ilxYlsnd UVIdYO
fiqoqqunny uoltnauad vporary