Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu dan teknologi khususnya pada bidang industri telah


menjadi bagian terpenting bagi seorang analis. Sejalan dengan perkembangan industri
yang membutuhkan peranan analis, maka SMKN 1 Cibadak sebagai salah satu sekolah
kejuruan di bidang Agribisnis Hasil Pertanian Kompetensi Keahlian Pengawasan
Mutu, pengatur dan pelaksana perlu untuk memberikan bekal pengalaman melalui
program Praktik Kerja Industri (PKL). Sesuai dengan visi dan misi, yakni menjadi
sekolah kejuruan bertarap internasional dan menghasilkan lulusan yang kompeten,
profesional dan berkualitas.
Pada waktu Prakerin penyusun dapat melihat, mempelajari dan mempraktikan
prosedur dan peralatan yang tidak mungkin dilakukan disekolah. Pada kesempatan
tersebut penyusun dapat belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja, sehingga
nantinya akan menjadi seorang analis yang terampil, kreatif dan bermoral.
Prakerin tersebut dilaksanakan melalui kerja sama dengan institusi-institusi
penelitian maupun perusahaan industri negeri ataupun swasta yang mempunyai
labolatorium Kimia Analisis dan Labolatorium Mikrobiologi. Penyusun melakukan
prakerin di PT Tirta Investama Ciherang , Jalan Raya Ciherang Pondok RT 001/RW
001 Desa. Ciherang Pondok, Kecamatan. Caringin, Kabupaten Bogor, selama tiga
bulan, mulai tanggal 27 Juli 2015 sampai dengan tanggal 24 Oktober 2015.
Pelaksaan prakerin dititik beratkan pada pemantapan metode analisis, proses
pengendalian mutu dan pengetahuan tentang komoditi yang di analisis, tidak hanya
terbatas pada praktik sehari-hari tetapi juga pengenalan dunia kerja yang sesungguhnya
melalui kerjasama antar personil Laboratorium, dan penerapan disiplin kerja institusi
yang bersangkutan.

1
1.2 Tujuan praktik Kerja Industri

1. Sebagai salah satu syarat untu menyelesaikan pendidikan di SMKN 1 Cibadak


2. Mengembangkan pengetahuan yang dipelajaran dari sekolah di tempat
prakerin.
3. Meningkatkan kemampuan dan memantapkan sikap profesional dalam
keterampilan kerja sebagai bekal kerja sesuai dengan Program Studi
keahlian Agribisnis Hasil Pertanian Kompetensi Keahlian Pengawasan Mutu
4. Meningkatkan wawasan siswa pada aspek-aspek yang potensial dalam dunia
kerja antara lain: struktur organisasi, disiplin, lingkungan dan sistem kerja.
5. Menjadikan siswa mampu mencari alternatif lain dalam pemecahan masalah
analisa kimia, secara lebih rinci dan mendalam yang terungkap dalam laporan
prakerin yang

1.3 Tujuan Khusus Pelaksanaan PKL

1. Pengujian Mutu Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) secara Fisika Kimia
dan Mikrobiologi.
2. Untuk menambah wawasan pengetahuan mengenai alat instrumen yang
digunakan dalam pengujian Analisis Fisika Kimia dan Mikrobiologi.

1.4 Tujuan Pembuatan Laporan PKL

1. Pertanggungjawaban kepada pihak sekolah atas pelaksanaan Praktik Kerja


Lapang (PKL).
2. Mengembangkan pengetahuan siswa dalam mengumpulkan data, baik yang
bersumber dari buku-buku maupun hasil konsultasi langsung dengan
pembimbing dan mengolah kembali sehingga dapat dituangkan dalam wujud
laporan.
3. Menambah wawasan siswa, terutama dalam mengevaluasi dan membahas
data-data analisis.

2
1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKL

Kegiatan Prakerin dilaksanakan di PT. Tirta Investama Plant Ciherang yang


beralamat di Jalan Mayjen H.E. Sukma Km. 15 RT001 / RW01, Ciherang Pondok,
Caringin, Bogor. Mulai dari 27 Juli 2015 sampai dengan 24 Otober 2015.

3
BAB II

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah

Berawal dari seringnya melihat tamu asing yang berkunjung keindinesia


membawa bekal minum yang berkemas dalam botol. Suatu ketika Bapak Tirto Utomo,
SH. Mantan pegawai pertamina bagian hukum dan Hubungan luar negri menghadiri
pertemuan dengan pengusaha Inggris. Anak dan istri pengusaha tersebut meminum air
yang mereka pikir dapat di minum seperti di negara mereka. Akibatnya mereka
terserang diare berat karna air yang merka minum tidak bersih dan sehat. Dari pristiwa
itulah Bapak Tirto Utomo mendapat ide untuk membuat air minum dalam kemasan
(AMDK) yang bersih, higienis, dan praktis. Beliau adalah seorang yang menggagas
lahirnya industri AMDK di indonesia. Berdasarkan surat akte notaris Tan Thong Kie
no. 24, beliau mendirikan perusahan pertama pada tahu 1973 dengan nama PT. Golden
Mississippi yang memiliki pabrik di Bekasi, Jawa Barat

Pada tanggal 1 Oktober tahun 1974 untuk pertama kalinya pabrik memproduksi
air minum dengan kemasan beling 950 ml. Masa itu merupakan masa sulit bagi
perusahaan karna masyarakat belum mengerti konsep produk air minum dalam
kemasan (AMDK)Aqua yang tanpa rasa dan tanpa warna. Pada masa itu masyarakat
masih menganggap bahwa aqua sebagai produk air minum dalam kemasan merupakan
suatu yang mewah dan hal ini merupakan suatu yang baru. Selain Aqua itu kebutuhan
konsumen terhadap produk Aqua masih sulit di deteksi karena Aqua yang merupakan
air minum dalam kemasan di anggap bukan merupakan suatu kebutuhan karna sudah
tersedianya air minum dari PDAM. Selain itu juga terbatasnya pemasaran hanya di
daerah jakarta dan sekitarnya. Berbagai upaya dan kerja keras di lakukan Aqua untuk
memasyarakatkan produknya.Pada tahun 1982 aqua mengalami perubahan standar
bahan baku dari sumber air sumur menjadi mata air pegunungan. Setelah itu citra Aqua
semakin naik dengan slogan mountain spring water. Kemudian pada tahun 1989 nama
PT. Golden Mississippi berganti nama menjadi PT. Aqua Golden Missisippi, dengan
slogan air sehat setiap saat.

4
Saat ini PT. Aqua Golden Mississippi di dukung oleh beberapa pabrik, yaitu:

1. PT. Aqua Golden Mississippi, Bekasi.


2. PT. Aqua Golden Mississippi, Citeureup.
3. PT. Aqua Golden Mississippi, Mekarsari
4. PT. Tirta Investama, Pandaan.
5. PT. Tirta Investama Mambal, bali.
6. PT. Tirta Investama Manado , Sulawesi.
7. PT. Tirta Investama Lampung, Sumatra.
8. PT. Tirta Investama Cidadas, Jawa Barat.
9. PT. Tirta Investama Wonosobo, Jawa Tengah.
10. PT. Tirta Investama Subang, Jawa Barat
11. PT. Tirta Investama Ciherang, Bogor.
12. PT. Tirta Investama Klaten, Jawa Tengah.
13. PT. Tirta investama solok, Sumatra
14. PT. Tirta investama cianjur, jawa Barat
15. PT. Tirta Investama Gatsu, Bali
16. PT. Tirta Sibayakindo Medan, Sumatra Utara.
17. PT. Ibic Sendirian Bberhad, Brunei Darussalam

AQUA memenuhi 9 kriteria dan 5 tahapan seleksi yang melibatkan para ahli
geologi dan hidrogeologi dengan sedikitnya memerlukan satu tahun untuk mempelajari
karakteristik mata air tersebut. Semua itu dilakukan guna menjamin sumber mata air
pegunungan yang alami dan sesuai dengan ketentuan baku mutu Grup AQUA,
DANONE, maupun regulasi yang berlaku.
Pengelolaan sumber daya air yang dilakukan oleh Grup AQUA merujuk pada
Undang-undang No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan Peraturan Pemerintah
No.42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air.
Dalam mengelola sumber daya air, Grup AQUA menjalankan program
kemitraan dengan melibatkan pemerintah, LSM dan masyarakat setempat. Kami
mengembangkan program pertanian berkelanjutan bersama dengan masyarakat untuk
memastikan bahwa selain meningkatkan kesejahteraan masyarakat, kami juga menjaga
sumber air dari pencemaran bahan kimia. Selain itu, kami turut merehabilitasi
infrastruktur irigasi sehingga pengelolaan air untuk pertanian menjadi lebih efisien.

5
2.2 Visi dan Misi

1. Visi
Menjadi HOD Plant terbaik di Aqua Indonesia pada Tahun 2017.
2. Misi
Di dalam budaya, lingkungan dan praktik kerja yang sehat dan safety
memberikan produk dengan kualitas terbaik dengan pelayanan yang
memuaskan dan biaya yang kompetitif.

2.3 Struktur Organisasi

PT. Tirta Investama plant Ciherang menerapkan struktur organisasi berbentuk


garis, yaitu bawahan bertanggung jawab langsung kepada atasan dan masing-masing
bagian mempunyai fungsi dan tanggung jawab dalam melaksakan tugasnya. Struktur
Organisasi PT. Tirta Investama Plan Ciherang dapat dilihat pada lampiran, adapun
tanggung jawab dan wewenang dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut:

1. Kepala Pabrik Bertugas mengambil setiap keputusan, menetapkan ketentuan -


ketentuan pokok dan bertanggung jawab di bidang produksi, keuangan,
administrasi umum dan personalia, serta perencanaan atau pengawasan baik untuk
kepentingan di dalam maupun di luar perusahaan.
2. Kepala Bagian Produksi Bertugas membuat rencana produksi, serta mengatur
jalannya produksi agar sesuai dengan standar, mengawasi dan mengevaluasi
kegiatan produksi untuk mengetahui penyimpangan atau kekurangan yang terjadi
selama proses sehingga dapat dilakukan perbaikan.
3. Kepala Bagian Gudang Bahan dan Produk bertugas dan bertanggung jawab
terhadap barang-barang dan hasil produksi yang masuk dan juga mengecek bahan-
bahan pengemas yang berhubungan dengan produksi.
4. Kepala Bagian Tehknik Umum dan Kendaraan bertugas dan bertanggung jawab
mengatur, memelihara, memperbaiki, masalah di lingkungan pabrik seperti mesin
dan melakukan jadwal pemeliharaan mesin serta membuat laporan aktifitas mesin.
5. Kepala Bagian Personalia/Umum bertugas dan bertanggung jawab dalam
kelancaraan personalia, merencanakan, mengatur, dan melakukan pengawasan
tugas karyawan serta bertanggung jawab terhadap pembayaran gaji staf dan
karyawan.

6
6. Kepala Bagian Pengawasan Mutu dan Laboratorium bertugas dan bertanggung
jawab terhadap mutu produk selama penanganan bahan baku, proses pengolahan
dan produk jadi.
7. Kepala Bagian K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) bertanggung jawab
terhadap kesejahteraan dan keselamatan karyawan.
8. Polikliniik dan Dokter Perusahaan bertugas mengobati dan memberi pelayanan
kesehatan kepada para karyawan dan keluarga.

2.3 Disiplin Kerja

PT. Tirta Investama Ciherang dalam pelaksanaan kegiatan oprasioanalnya


merekrut tenaga kerja tetap masuk kepala pabrik dan staf. Karyawan perusahaan ini
terdiri karyawan tetap, dan karyawan harian lepas. Karyawan harian lepas adalah
karyawan kontrak yang sifat kerjanya sementara.

Tenaga kerja yang di pekerjakan oleh PT. Tirta Investama Ciherang 80%
diperoleh dari sekitar pabrik khususnya bagian produksi. Tenaga kerja ini pun di
gunakan oleh pabrik sebagai karyawan tetap, kontrak dan harian lepas. Sedangkan
sisanya sebesar 20% adalah tenaga kerja yang diperoleh dengan seleksi yang ketat.

Jam kerja yang berlaku disesuakai dengan ketepatan hukum perburuhan yang
berlaku, yaitu 40 (empat puluh) dalam satu pekan atau 7 (tujuh) jam per hari, dan
selebihnya di anggap jam lembur. Pengaturan jam kerja di lakukan dalam 3 (tiga) shift
dengan jumlah jam kerja 8 (delapan) jam per shift, termasuk istirahat 1 (satu) jam yang
di laksanakan secara bergiliran (rotasi) setiap pekannya. Berikut ini pengaturan jam
kerjanya:

1. Shift I : 06.00-14.00 WIB


2. Shift II : 14.00-22.00 WIB
3. Shift III : 22.00-06.00 WIB
4. Non Shift : 08.00-17.00 WIB

2.4 Administrasi Laboratorium

Laboratorium di PT. Tirta Investama Plant Ciherang merupakan laboratorium


pengawasan mutu di pimpin oleh seorang kepala Pengawasan Mutu dan Laboratorium.
Laboratorium terdiri dari Laboratorium Fisika - Kimia dan Laboratorium Mikrobiologi.

7
1. Laboratorium Fisika - Kimia
Di laboratorium ini di lakukan analisis terhadap bahan penunjang produksi
(kemasan), bahan kimia, contoh air bahan baku dan contoh air selama proses
produksi dan produk jadi.
2. Laboratorium Mikrobologi
Di laboratorium ini di lakukan analisis mikrobiologi terhadap bahan baku,
bahan kemasan, dan cap, kemudian produk jadi dan produk yang akan di
pasarkan. Selain itu di lakukan pengujian terhadap potensi daya tahan
produk dari kerusakan setelah jangka waktu tertentu.

8
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Air
Air merupakan hal yang sangat penting di butuhkan oleh semua mahluk hidup
untuk kelangsungan hidupnya terutama manusia. Kehidupan manusia selalu
membutuhkan air baik secara langsung maupun tidak langsung, jika manusia
kehilangan air untuk 15% dari berat badannya dapat mengakibatkan kematian yang di
akibatkan oleh dehidrasi. Jadi kebutuhan air itu sangat penting bagi kehidupan manusia
di muka bumi ini. Dalam tubuh manusia mengandung kadar air sekitar 60 – 70% dari
seluruh berat badannya, air yang terdapat di daerah jaringan lemak terdapat kira-kira
90%. Air juga mempunyai daya larut tinggi, kepadatan dan panas tertentu. (Anonimus.
1981).

Air merupakan senyawa kovalen biner yang terdiri dari dua macam atom yaitu
H dan O, dengan rumus kimia H2O. Air adalah senyawa kimia yang termasuk zat kimia
yang dapat di jumpai dalam tiga fase, yaitu gas, cair dan padat. Dalam bentuk gas, air
yang terdapat di udara yang sumbernya dari penguapan air yang ada di darat dan di
laut. Dalam bentuk cair, air terdapat di permukaan bumi dalam jumlah besar yaitu
mencapai 97% dari total ketersediaan air, sedangkan dalam bentuk padat terdapat
sebagian salju dan es abadi sekitar 25%. Dari kemampuan tersebut air mendukung
keberadaan ekosistem alam di bumi dan mendukung kebutuhan manusia dalam
berbagai kebutuhan terutama untuk minum, mandi, mencuci dan lain-lain. (Anonimus.
1981).

Air yang terdapat di bawah permukaan tanah atau pori-pori tanah merupakan air
tanah. Air tanah terjadi karena adanya proses peresapan air dari permukaan tanah.
Kandungan garam yang terkandung dalam tanah, jenisnya tergantung dari adanya
kandungan garam yang terkandung dalam tanah yang di laluinya. Air tanah dapat di
bedakan menjadi 2 (dua) yaitu air tanah freatis dan air tanah artesis :

a. Air tanah freatis adalah air tanah permukaan atau air tanah atas, misalnya air
tanah di sumur. Air tanah freatis mempunyai ciri-ciri, antara lain tergantung

9
pada besar resapan curah hujan dan kualitas air sangat tergantung pada
lingkungan sekitar.
b. Air tanah artesis adalah air tanah yang terletak jauh di dalam tubuh tanah,
misalnya air yang di keluarkan melalui sumur pompa artesis. Air tanah artesis
mempunyai ciri-ciri, antara lain jumlah air sangat besar dan tidak terpengaruh
oleh musim, kualitas air terpengaruhi oleh lingkungan sekitar.

Air laut dan sungai termasuk ke dalam jenis air permukaan. Air laut mempunyai
rasa asin, yang mengandung garam, dengan demikian air laut tidak memenuhi syarat
untuk di gunakan sebagai sumber air minum. Air laut jarang di gunakan sebagai sumber
air bersih karena proses pengolahannya relatif mahal. Sedangkan untuk air sungai
mempunyai kandungan garam mineral yang kecil, tetapi mempunyai kandungan zat
padat yang terlarut dan kandungan bakteri yang besar. Dari segi kualitas perlu
dilakukan pengolahan sebelum di gunakan sebagai air minum atau air bersih.
(Anonimus. 1987).

Sedangkan air yang menguap karena panas dan kemudian “menggembara” di udara
dan berkondensasi merupakan air hujan. Pada waktu menggembara, uap air tersebut
akan bercampur dan akan melarutkan gas-gas oksigen, nitrogen, karbondioksida, debu,
dan bakteri serta berbagai senyawa yang terdapat di udara. Jadi kualitas air hujan akan
banyak di pengaruhi oleh keadaan lingkungannya. Air hujan mempunyai sikap agresif
dengan pH rendah. Sifat ini menyebabkan terjadinya korosi atau karatan pada pipa-
pipa.

Proses keseimbangan antara lain yang menguap dengan air yang kembali ke
permukaan bumi sebagai hujan yang merupakan daur Hidrologi. Kualitas air dari
sumber air terkandung dari karakteristik daerah tersebut dan perlindungan terhadap
pencemaran, sebagai contoh, sungai yang berfungsi selain sebagai sumber air juga
untuk membuang limbah. Hal ini menyebabkan turunnya kualitas sebagai bahan baku
air minum.

Air yang murni tidak terdapat di alam, seperti air hujan, saat mulai terkondensasi
menjadi tetes air yang tersebut air murni, akan tetapi dalam perjalanan ke permukaan
bumi terkontaminasi oleh partikel-partikel seperti karbondioksida, oksigen, nitrogen,
dan zat-zat lain seperti debu, asap, partikel yang semuanya terkandung di udara.

10
Air hujan ini sebagian akan menyatu dengan air sungai. Air sungai dalam
perjalanan menuju ke laut, akan melarutkan tanah yang di laluinya sehingga air sungai
mengandung sejumlah suspensi material berupa sedimentasi seperti pasir, lempung dan
sebagainya.

Air setelah mencapai permukaan tanah akan segera terkena polusi zat organik.
Polutan tersebut akan berbahaya jika mengandung buangan manusia. Kemungkinan
kejadian lain adalah air tersebut telah banyak menyerap CO2, N2 dari tumbuhan-
tumbuhan atau bahan-bahan lain hasil penguraian zat organik di tanah dan kemudian
menyatu dengan air sungai.

2.2 Pengertian Air Minum


Berdasarkan peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
907/MENKES/SK/VII tahun 2002, yang dimaksud air minum adalah air yang melalui
proses pengolahan atau tanpa pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum. Adapun syarat pengawasan air minum meliputi : Bakteriologi,
Kimiawi, radio aktif dan fisika (Fardiaz, 1989). Pengertian air minum dapat dilihat pula
dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan perdagangan Republik Indonesia Nomor:
651 /MPP /Kep /10 / 2004 tentang: Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan
Perdagangannya. Dalam keputusan tersebut disebutkan bahwa air minum adalah air
baku yang telah diproses dan aman untuk diminum (Kep Men Kes RI, 2002).

Air minum yang ideal harusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak
berbau, serta tidak mengandung kuman patogen dan zat kimia yang dapat mengganggu
fungsi tubuh (Suprihatin, 2003).

3.3 Syarat Utama Penyediaan Air Minum


Adapun persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam sistem penyediaan air
minum adalah seagai berikut.

a. Persyaratan Kualitatif
Persyaratan ini menggambarkan mutu atau kualitas air dari air baku. Persyaratan
ini meliputi persyaratan fisik, kimia, biologis, dan radiologis

11
3.4 Syarat-syarat Fisik
Secara fisik air minum harus jernih, tak berwarna, tak berbau dan tak berasa
(tawar). Warna dipersyaratkan dalam air minum untuk masyarakat karena
pertimbangan estetika. Ada dua macam warna dalam air yaitu apparent color dan true
color. Apparent color ditimbulkan karena adanya benda-benda tersuspensi dari bahan
organik. Hal ini lebih mudah diatasi dibandingkan dengan true color yang disebabkan
oleh zat-zat bukan organik seperti besi. Rasa seperti asin, manis, pahit, asam dan
sebagainya tidak boleh tedapat dalam air minum. Selain bau, warna dan rasa, syarat lain
yang harus dipenuhi secara fisik adalah suhu. Suhu sebaiknya sama dengan suhu udara
atau kurang lebih 25 ºC dan bila terjadi perbedaan maka batas yang diperoleh adalah 25
± 3 ºC. pH merupakan faktor penting bagi air minum karena dapat mempengaruhi rasa.
Selain itu, nilai pH juga mempengaruhi pertumbuhan bakteri patoen yang amat
membahayakan kesehatan.
3.5 Syarat-syarat kimia
Air minum tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang
melewati batas. Beberapa persyaratan kimia tersebut antara lain :
a. Zat Padat Total
Total padatan merupakan bahan yang tertinggal sebagai residu padat setelah
penguapan dan pengeringan pada suhu 103 – 105 ºC. Selain dengan metode
gravimetri dapat pula digunakan metode spektrofotometri.
b. Kesadahan Total (Total Hardness)
Kesadahan adalah sifat air yang disebabkan oleh adanya kation-kation
penyebab kesadahan seperti Ca, Mg, Fe, dan Mn. Kesadahan total adalah
kesadahan yang disebabkan oleh adanya kation-kation Ca dan Mg secara
bersama-sama. Air yang sadah menyebabkan pemborosan pemakain sabun
pencuci dan mempunyai titik didih yang lebih tinggi dari air biasa.

c. Besi dan Mangan


Zat-zat lain yang selalu terdapat dalam air adalah besi dan mangan. Besi
merupakan logam yang dapat menghambat desinfektan. Hal ini karena
kemampuan daya pengikat klor (DPC) selain digunakan untuk mengikat zat
organik, juga digunakan untuk mengikat besi dan mangan, sehingga sisa klor
menjadi lebih sedikit, dimana diperlukan desinfektan yang lebih banyak dalam

12
proses pengolahan air. Besi dan mangan juga dapat menyebabkan warna air
menjadi keruh.

d. Klorida
Kadar klorida yang relatif tinggi menyebabkan rasa air menjadi asin dan
bersifat korosi terhadap logam.

e. Nitrit
Dalam suatu perairan, bila terdapat nitrat maka nitrit juga akan ada dengan
adanya bantuan mikroorganisme. Adanya nitrit dapat menyebabkan
methamoglobinemia terutama pada bayi.

f. Fluorida
Kadar fluorida yang lebih kecil dari 1 mg/l akan menyebabkan kerusakan
gigi atau carries gigi dan jika terlalu banyak akan menyebabkan gigi kecoklatan.

g. Logam-logam berat (Pb. Zn, Cu, Hg)


Adanya logam-logam berat dalam air menyebabkan gangguan pada
jaringan syaraf, pencernaan, metabolisme oksigen dan penyakit kanker.

3.6 Syarat-syarat mikrobiologis


Air minum tidak boleh mengandung bakteri patogen dan parasitik seperti bakteri,
coliform, PA dan jamur. Bila bakteri patogen sampai terdapat dalam air minum akan
mengganggu kesehatan atau timbul penyakit. Untuk mengetahui adanya bakteri
patogen dapat dilakukan dengan indikasi pengecekan coliform yang merupakan
indikator adanya faecal contamination yang keberadaannya berpotensi terdapatnya
bakteri lain. (Guidlines for Drinking Water Quality, WHO 1996). Sedangkan E.coli
merupakan bagian dari coliform yang dapat menyebabkan penyakit Gastroenteritis
(Guidlines for Drinking Water Quality, end edition vol.1 WHO 1993).

3.7 Syarat-syarat Radiologis


Air minum tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang
mengandung radioaktif seperti sinar alfa (α), beta (β) dan gamma (γ). Radioaktif
bersifat radiasi. Partikel β lebih mudah penetrasinya dibandingkan dengan partikel α
13
tapi partikel α dapat menyebabkan ionisasi yang hebat walaupun penetrasinya singkat
sehingga partikel α sedikit berbahaya diluar tubuh namun sangat berbahaya di dalam
tubuh (Stanley.E.Manahan, 1993).

a. Persyaratan Kuantitatif dan Kontinuitas

Persyaratan kuantitatif adalah penyediaan air bersih ditinjau dari banyaknya air
baku yang tersedia dan kontinuitas debit air yang keluar dari bumi sehingga
mempengaruhi aktifitas produksi. Artinya, air baku tersebut dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan jumlah penduduk yang akan dilayani. Selain itu,
jumlah air yang dibutuhkan sangat tergantung pada tingkat kemajuan teknologi dan
sosial ekonomi masyarakat setempat.

3.8 Pengertian Air Kemasan

Air Kemasan adalah air baku yang telah diproses dan dikemas serta aman untuk
diminum. Air kemasan diproses melalui 5 tahapan, yaitu penyediaan air baku,
penyaringan, desinfeksi dan pengisian, penyimpanan (Agustini, 2003).
Pada tahun 1972 untuk yang pertama kalinya di Indonesia telah dihasilkan air
kemasan pertama yang umum pula dikenal sebagai air mineral, dengan merk Aqua.
Sebagai produk baru, kehadirannya telah mendatangkan banyak pertanyaan, baik yang
berkaitan dengan harga yang tentu saja sangat mahal, ataupun kaitannya dengan produk
minuman ringan yang saat itu sudah menyatu dengan kehidupan, terutama untuk
masyarakat perkotaan.
Keistimewaan air kemasan adalah karena warna, rasa dan baunya sama dengan
air alami. Selama proses produksi bahan baku tidak ada penambahan zat kimia khusus
selain O3 (ozon) yang berfungsi untuk membunuh mikroba yang mungkin dapat hadir
dan membahayakan, tetapi penambahan senyawa kimia ini tidak akan merubah warna,
rasa dan bau air alaminya. Gas ozon dengan rumus kimia O3, jika terurai akan kembali
menjadi O2 dan On yang sifatnya sangat labil serta dapat dengan mudah menjadi O2
kembali.

14
3.1 Sifat Air
a. Sifat Fisika Air
Air adalah suatu zat anorganik berwujud cairan yang mempunyai sifat unik,
antara lain :
a) Dalam keadaan normal air tidak berwarna, berbau dan berasa.
b) Mendidih pada suhu 100 ºC dan membeku pada suhu 0 ºC.
c) Merupakan penghantar listrik yang buruk.
d) Berat jenis air dalam bentuk padat lebih kecil dari pada dalam bentuk cairan.
e) Memiliki sifat anomali air (dibawah suhu 4 ºC berat jenis air naik apabila
dipanaskan, diatas suhu tersebut berat jenisnya turun bila dipanaskan) dan
memiliki sifat yang sama dengan zat cair lainnya.
B. Sifat Kimia Air
a) Dapat melarutkan beberapa zat.
b) Sebagai katalis, misalnya dalam pemanasan karbon dan oksigen.
c) Mengalami penguraian.
2H2O 2H2 + O2
d) Membentuk senyawa hidrat dengan zat lain, misalnya CuSO4. 5H2O,
MgSO4. 7H2O, air terikat sebagai hablur.

3.10 Karakteristik Air Berdasarkan Sumbernya


Air yang murni tidak terdapat di alam, seperti air hujan, saat mulai
terkondensasi menjadi tetes air yang disebut air murni, akan tetapi dalam perjalanannya
ke permukaan bumi terkontaminasi oleh partikel-partikel seperti karbon dioksida,
oksigen, nitrogen, dan zat-zat lain seperti debu, asap, partikel minyak yang semuanya
terkandung di udara.
Air hujan ini sebagian akan menyatu dengan air sungai. Air sungai dalam
perjalannya menuju ke laut, akan melarutkan tanah yang dilaluinya sehingga air sungai
mengandung sejumlah suspensi material berupa sedimentasi seperti pasir, lempung dan
sebagainya.
Air setelah mencapai permukaan tanah akan segera terkena polusi zat organik.
Polutan tersebut akan berbahaya jika mengandung buangan manusia. Kemungkinan
kejadian lain adalah air tersebut telah banyak menyerap CO2, N2 dari tumbuh-
tumbuhan atau bahan-bahan lain hasil penguraian zat organik di tanah dan kemudian
menyatu dengan air sungai.
15
3.11 Karakteristik Air Berdasarkan Asalnya
a) Air Angkasa (Air Hujan)
Air hujan adalah air yang menguap karena panas dan kemudian
“mengembara” di udara dan berkondensasi. Pada waktu mengembara, uap air tersebut
akan bercampur dan akan melarutkan gas-gas oksigen, nitrogen, karbon dioksida, debu,
bakteri, serta berbagai senyawa yang terdapat di udara. Jadi kualitas air hujan akan
banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. Air hujan mempunyai sifat agresif
dengan pH rendah. Sifat ini akan menyebabkan terjadinya korosi atau karatan pada
pipa-pipa.

b) Air Tanah
Air tanah adalah air yang terdapat di bawah permukaan tanah atau pada pori-
pori tanah. Air tanah terjadi karena adanya proses peresapan air dari permukaan tanah.
Kandungan garam-garam yang terkandung dalam tanah, jenisnya tergantung dari
adanya kandungan garam-garam pada lapisan tanah yang di laluinya.

Air tanah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu air tanah freatis dan air tanah
artesis :
1. Air tanah freatis adalah air tanah permukaan atau air tanah atas, misalnya air tanah
di sumur. Air tanah freatis mempunyai ciri-ciri, antara lain tergantung pada besar
resapan cuah hujan dan kualitas air sangat tergantung pada lingkungan sekitar.
2. Air tanah artesis adalah air tanah yang terletak jauh di dalam tubuh tanah, misalnya
air yang dikeluarkan melalui sumur pompa artesis. Air tanah artesis mempunyai
ciri-ciri, antara lain jumlah air sangat besar dan tidak terpengaruh oleh musim,
kualitas air tidak terpengaruh oleh lingkungan sekitar.

Adapun mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan
tanah karena adanya gaya tekan dan batu yang mempunyai porositas yang tinggi.

c) Air Permukaan
Air permukaan terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Air Laut
Air laut mempunyai rasa asin, yang mengandung garam NaCl kurang lebih 3%,
dengan demikian air laut tidak memenuhi syarat untuk digunakan sebagai sumber air
16
minum. Air laut jarang digunakan sebagai sumber air bersih karena proses
pengolahannya relatif mahal.
b. Air Sungai
Air sungai mempunyai kandungan garam mineral yang kecil, tetapi mempunyai
kandungan zat padat terlarut dan kandungan bakteri yang besar. Dari segi kuantitas
umumnya air sungai ini mencukupi sepanjang musim, sedangkan dari segi kualitas
perlu dilakukan pengolahan sebelum digunakan sebagai air minum atau air bersih.

3.12 Syarat Kualitas Air


Dalam menjamim bahwa air minum itu aman, higienis dan baik serta dapat di
minum, maka harus terpenuhi syarat-syarat berikut :

a. Syarat Fisika
Syarat fisika air minum adalah harus bersih, tidak berwarna, tidak berasa, dan
tidak berbau. Adanya perubahan sifat fisika dapat diketahui sejauh mana kualitas air
tersebut, tetapi bukan berarti bila sifat fisikanya baik, maka kualitas air tersebut baik
juga, tetapi harus dilakukan pengujian parameter lainnya. Yang termasuk ke dalam
parameter fisika adalah bau, warna, rasa, temperatur, padatan terlarut, padatan
tersuspensi dan kekeruhan.

b. Syarat Kimia
Air minum yang baik harus tidak mengandung unsur-unsur kimia yang jumlahnya
melebihi batas standar air minum. Parameter ini merupakan pengujian yang lebih kuat
dari pada parameter fisika dalam penentuan kualitas air. Yang termasuk ke dalam
parameter kimia adalah kesadahan, alkalinitas, besi, mangan, klorida, chlorin, nitrit,
kalsium, magnesium, silver.

c. Syarat Mikrobiologis
Parameter ini merupakan uji penguat dalam menentukan kualitas air. Keadaan
bakteri coliform total dan coliform tinja dalam air digunakan sebagai indikator adanya
bakteri patogen. Karena dengan adanya bakteri patogen dalam air merupakan indikasi
air tersebut telah terkontaminasi oleh tinja.

17
3.13Analisis Fisika Kimia

1. pH
pH air merupakan parameter yang penting karena dapat mengetahui kemampuan
air untuk membentuk kerak (suasana basa) atau menyebabkan korosi (suasana asam)
dan untuk menyokong kehidupan mikroorganisme. Prinsip dasar pengukuran pH adalah
secara elektrometri. Pengukuran pH ini memanfaatkan hubungan antara konsentrasi ion
H+ dengan besarnya potensial sel.

2. Konduktivitas (DHL)
Konduktivitas menunjukkan kemampuan air untuk menghantarkan listrik.
Konduktivitas air tergantung dari konsentrasi ion dan suhu air. Pengukuran DHL
dilakukan dengan konduktometer dan metoda yang digunakan adalah konduktometri.
Konduktometri adalah suatu cara analisis kuantitatif yang berdasar penentuan daya
hantar larutan. Penghantar listrik dalam larutan disebabkan adanya ion dalam larutan.
Konduktivitas berguna untuk mengetahui tingkat kemurnian air dan dapat menunjukkan
jumlah padatan terlarut total dalam air. Konduktivitas suatu larutan naik 2% untuk
setiap kenaikkan suhu 1 ºC.

3. Turbiditas (Kekeruhan)
Kekeruhan disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi yang bervariasi dari ukuran
koloidal sampai dispersi kasar, tergantung dari derajat turbelensinya. Pengukuran
kekeruhan membantu jumlah bahan kimia yang diperlukan dalam pengolahan air.
Metode yang digunakan adalah turbidimetri. Prinsip pengukurannya berdasarkan
hamburan cahaya oleh partikel koloid. Kekeruhan menggambarkan sifat optik air, yaitu
cahaya yang di terima oleh air yang keruh akan dibiaskan darn diabsorpsi, tetapi
sinarnya tidak di teruskan secara lurus. Air yang jernih mempunyai kekeruhan antara 0
- 1 unit. Satuan kekeruhan dinyatakan dalam NTU (Nephelometric Turbidity Unit).

4. Alkalinitas
Alakalinitas adalah kapasitas air untuk menerima proton. Pengukuran alkalinitas
berguna untuk menghitung jumlah bahan kimia yang harus ditambahkan dalam
perlakuan air. Alkalinitas ini penting ditetapkan nilainya, karena akan dapat
menentukan tingkat kelayakan penggunaan air. Pengukuran alkalinitas dinyatakan
18
dalam satuan mg/l. Pengukuran alkalinitas menggunakan metode titrimetri yang
melibatkan asam sebagai titran. Reaksinya cepat dan tingkat kesempurnaannya tinggi.
CaCO3 + 2H+ Ca2+ + CO2 + H2O

5. Klorida ( Cl- )
Ion klorida ( Cl- ) merupakan senyawa umum yang terdapat dalam perairan alami.
Ion Cl- pada tingkat sedang mempunyai pengaruh relatif kecil terhadap sifat-sifat kimia
dan biologi perairan. Klorida dalam bentuk ion merupakan salah satu anion anorganik
yang cukup banyak terdapat dalam air. Adanya ion ini menimbulkan rasa asin pada air.

6. Kalsium ( Ca2+ ) dan Magnesium ( Mg2+ )


Ion kalsium ( Ca2+ ) dan magnesium ( Mg2+ ) merupakan penyusun kesadahan air.
Kandungan kalsium di perairan alami berkisar dari nol sampai beberapa miligram per
liter tergantung pada jenis bantuan dimana perairan itu beasal. Pengukuran kadar
kalsium menggunakan metode titrimetri. Titran yang digunakan adalah EDTA dan
murexid sebagai indikator. EDTA yang ditambahkan kedalam air akan mengikat
kalsium pada pH 12-13. Dengan menggunakan indikator yang hanya mengikat ion Ca2+
maka titik akhir titrasi dapat diamati sacara jelas. Jika pH air dibuat cukup tinggi
sehingga hampir semua ion Mg2+ mengendap dalam bentuk magnesium hidroksida.
Dengan demikian pengukuran ion Ca2+ dapat ditentukan langsung dengan titrasi
menggunakan EDTA. Untuk pengukuran Mg2+ dapat diperoleh dari hasil perhitungan
kesadahan total dan kadar ion Ca2+ .

7. Kesadahan (Hardness)
Kesadahan yang diakibatkan oleh ion Ca2+ dan Mg2+ dapat menimbulkan endapan
berupa lendir. Pengukuran kesadahan menggunakan metode titrimetri dengan titran
EDTA dan EBT sebagai indikator.

8. Perak
Perak atau Argentum (Ag) adala metal berwana putih. Argentum didapat pada
industri antara lain industri alloy, keramik, gelas, fotografi, cermin, dan cat rambut.
Bila masuk kedalam tubuh, argentum akan diakumulasikan di berbagai organ dan
menimbulkan pigmentasi kelabu, disebut argyria. Pigmentasi ini bersifat permanen,
karena tubuh tidak dapat mengekskresikannya. Sebagai debu, senyawa argentum dapat
19
menimbulkan iritasi kulit, dan menghitamkan kulit (argyria). Bila terikat nitrat,
argentum akan menjadi sangat korosif. Argyria sistemik dapat juga terjadi, karena
perak diakumulasikan didalam selaput lendir dan kulit. Berdasarkan baku mutu air
minum yang dikeluarkan oleh WHO (2011), kadar Argentum (Ag) maksimum dalam
air minum yang dibolehkan yakni 0,005 mg/l.

9. Besi
Besi atau Ferum (Fe) adalah metal berwarna abu-abu, liat, dan dapat di bentuk. Di
alam didapat sebagai hematit. Didalam air minum Fe menimbulkan warna (kuning),
rasa, pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan. Besi
dibutuhkan tubuh dalam pembentukan Hemoglobin. Banyaknya Fe didalam tubuh
dikendalikan pada fase absorbsi. Tubuh manusia tidak dapat mengekresikan Fe.
Karenanya mereka yang sering mendapat tranfusi darah, warna kulitnya menjadi hitam
karena akumulasi Fe. Sekalipun Fe itu diperlukan tubuh, tetapi dalam dosis besar dapat
merusak dinding usus. Kematian seringkali disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini
(Soemirat, 2001).

10. Nitrit
Di perairan alami, nitrit (NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat
sedikit. Lebih sedikit daripada nitrat, karena bersifat tidak stabil dengan keberadaan
oksigen. Nitrit merupakan bentuk peralihan (intermediate) antara amonia dan nitrat
(nitrifikasi), dan antara nitrat dan gas nitrogen (denitrifikasi). Denitrifikasi berlangsung
pada kondisi anaerob ( Effendi, 2003).
Sumber nitrit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik. Kadar nitrit
pada perairan relatif kecil, karena segera dioksidasi menjadi nitrat. Perairan alami
mengandung nitrit sekitar 0,001 mg/L dan sebaiknya tidak melebihi 0,06 mg/L. Di
perairan, kadar nitrit jarang melebihi 1 mg/L. Kadar nitrit yang lebih dari 0,05 mg/L
dapat bersifat tosik bagi organisme perairan yang sangat sensitif. Untuk keperluan air
minum, WHO merekomendasikan kadar nitrit sebaiknya tidak lebih dari 1 mg/L. Bagi
manusia dan hewan, nitrit bersifat lebih toksik daripada nitrat. Pada manusia konsumsi
nitrit yang berlebihan dapat mengakibatkan terganggunya proses pengikatan oksigen
oleh hemoglobin darah, yang selanjutnya membentuk methemoglobin yang tidak
mampu mengikat oksigen (Effendi, 2003).

20
Menurut Chandra (2006), dalam keadaan normal, nitrit tidak ditemukan dalam air
minum, kecuali dalam air yang berasal dari air tanah akibat adanya proses reduksi nitrat
oleh garam besi.

11. Mangan
Toksisitas Mangan (Mn), relatif sudah tampak pada konsentrasi rendah. Dengan
demikian tingkat kandungan Mn yang diizinkan dalam air yang digunakan untuk
keperluan domestic sangat rendah, yaitu dibawah 0,05 mg/l. Dalam kondisi aerob
mangan dalam perairan terdapat dalam bentuk MnO2 dan pada dasar perairan tereduksi
menjadi Mn2+ atau dalam air yang kekurangan oksigen (DO rendah). Oleh karena itu
pemakaian air yang bersal dari dasar suatu sumber air, sering ditemukan mangan dalam
konsentrasi tinggi (Rukaesih, 2004).

12. Klorin
Klor (bahasa Yunani: Chloro = hijau pucat) adalah salah satu unsur kimia dengan
simbol “Cl”dan mempunyai nomor atom 17. Dalam tabel periodik, unsur ini termasuk
kelompok halogen atau golongan VIIA. Dalam bentuk gas, klorin berwarna kuning
kehijauan, dan sangat beracun. Dalam bentuk cair atau padat, klor sering digunakan
sebagai oksidan, pemutih, atau desinfektan.
Klorin merupakan zat asam yang korosif. Klorin akan berperan sebagai iritan kuat
pada jaringan yang sensitif. Kontak jangka panjang dengan klorin dapat menyebabkan
terbentuknya radikal bebas.

3.14Analisis Mikrobiologi

1. Coliform
Coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup didalam saluran
pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri
patogenik lain. Lebih tepatnya, bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator adanya
pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran
dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri
patogen. Selain itu, mendeteksi coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana
daripada mendeteksi bakteri patogenik lain (Dad, 2000). Contoh bakteri coliform

21
adalah, Escherichia coli dan Enterobacter aerogenes. Jadi, coliform adalah indikator
kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya, kualitas air semakin baik.

2. Eschericia Coli (E.Coli)


E. Coli jika masuk ke dalam saluran pencernaan dalam jumlah banyak dapat
membahayakan kesehatan. Walaupun E. Coli merupakan bagian dari mikroba normal
saluran pencernaan, tapi saat ini telah terbukti bahwa galur-galur tertentu mampu
menyebabkan gastroenteritis taraf sedang hingga parah pada manusia dan hewan.
Sehingga, air yang akan digunakan untuk keperluan sehari-hari berbahaya dan dapat
menimbulkan penyakit infeksius (Suriaman, 2008).
Analisa mikrobiologi adalah analisa penguat dari analisa Fisika-Kimia. Pada
analisa mikrobiologi ini metode yang digunakan ada 2 macam,yaitu :
A. Metode Filtrasi

Metode filtrasi pada prinsipnya menyaring atau memisahkan antara


kotoran dengan cairannya, penyaringan ini menggunakan membran kertas
filter dengan ukuran pori 0,45 µ.
B. Metode Taburan

Metode taburan atau sebaran pada dasarnya melakukan panumbuhan


bakteri atau mikroba lain di dalam suatu media. Bedanya metode taburan
dengan metode filtrasi media yang akan digunakan dibekukan terkabih dahulu,
sedangkan pada metode taburan media yang akan digunakan ditaburkan
setselah sampel dituangkan kedalam cawan.

Pada analisa ini media harus menutupi seluruh permukaan cawan dan pada
metode filtrasi, kertas membran filternya tidak diperbolehkan ada celah/bergelembung
di bagian bawah kertas pada saat menaruhnya kedalam cawan. Waktu yang diperlukan
untuk pertumbuhan beberapa jenis mikroba di dalam inkubator adalah :

1. Pseudomonas Aerugenosa pada suhu 42 oC ± 1 oC, selama 48 jam.

2. HPC pada suhu 36 oC ± 2 oC, selama 48 jam.

3. Coliform dan E.coli pada suhu 36 oC ± 2 oC, selama 18 jam.

4. Salmonella pada suhu 36 oC, selama 72 jam.

5. Yeast dan Mould pada suhu 25 oC ± 1 oC, selama 120 jam

22
BAB IV

KEGIATAN DI LABORATORIUM

4.1 Proses Pengolahan Air (Water Treatment)

PT. Tirta Investama Plant Ciherang memiliki sumber mata air sendiri, sumber
mata air ini digunakan sebagai bahan baku dalam produksi air mineral Aqua, fungsi air
tersebut dibagi menjadi dua yaitu Pengolahan Air (Water Treatment) untuk air Aqua
dan Pengolahan Air (Water Treatment) untuk Softwater (pencucian botol 5 gallon).

4.2 Proses Air Produk

Proses air produk terdiri dari beberapa alur proses, diantaranya :


a. Storage Tank
Tanki penyimpanan atau storage tank menjadi bagian yang penting dalam suatu
proses industri kimia karena tanki penyimpanan tidak hanya menjadi tempat
penyimpanan bagi produk dan bahan baku tetapi juga menjaga kelancaran ketersediaan
produk dan bahan baku serta dapat menjaga produk atau bahan baku dari kontaminan
(kontaminan tersebut dapat menurunkan kualitas dari produk atau bahan baku) . Pada
umumnya produk atau bahan baku yang terdapat pada industri kimia berupa liquid atau
gas, namun tidak tertutup kemungkinan juga dalam bentuk padatan (solid). Tangki
tersebut terbuat dari bahan stainless steel dan kedap udara, berkapasitas 20.000 L.
b. Green Sand Tank
Fungsi Manganese greensand adalah untuk menghilangkan kandungan Mangan (
Mn2+ ), Besi, Hidrogen Sulfida yang tampak seperti lapisan atas berminyak di dalam air
minum atau air tanah atau air PDAM atau air gunung.
Mangan Greensand adalah pasir khusus yang dilapisi dengan bahan katalis.
Mangan Greensand menggunakan lapisan ini untuk bereaksi dengan zat besi, mangan
dan hidrogen sulfida di dalam air dan membentuk endapan yang kemudian
terperangkap dalam media filter. Mangan Greensand harus diregenerasi dengan kalium
Permanganat (KMnO4) untuk meremajakan lapisan kembali. Kami selalu
menganjurkan agar pelembut air (softener) dipasang setelah filter untuk menghilangkan
Ferrous Bikarbonat (FeCO2) yang lolos dari filter.

23
Mangan Greensand juga akan menghilangkan sejumlah Hidrogen Sulfida.
Namun, kami hanya merekomendasikan Mangan Greensand untuk menghilangkan
Hidrogen Sulfida pada masalah air khusus.

Mangan Greensand diformulasikan dari greensand glauconite yang mampu


mengurangi zat besi, mangan dan hidrogen sulfida dari air melalui oksidasi dan filtrasi.
Besi dan mangan yang terlarut teroksidasi oleh kontak dengan oksida mangan tinggi
pada butiran greensand. Hidrogen sulfida dikurangi dengan cara oksidasi menjadi
endapan belerang terlarut. Endapan ini kemudian disaring dan dihilangkan dengan cara
backwashing. Ketika kapasitas daya pengoksidasi media Mangan Greensand habis,
maka media ini harus diregenerasi dengan larutan kalium permanganat encer (KMnO4)
sehingga memulihkan kemampuan oxidasi. 1 ½ sampai 2 ons kalium permanganat
dalam larutan per 30cm kubik Mangan Greensand dianggap cukup untuk regneration
normal. Dalam hal ini perlu dilakukan backwash dan regenerasi media pada saat proses
service dan sebelum kemampuan oksidasi benar-benar habis. Pengoperasian media
setelah kemampuan oksidasi habis akan mengurangi umur dan dapat menyebabkan
pewarnaan.
c. Active Carbon Tank
Karbon aktif (Activated Carbon), Karbon Aktif juga disebut arang aktif,
batubara diaktifkan, atau carbo activatus, adalah bentuk karbon diproses untuk
memiliki kecil, pori-pori-volume rendah yang meningkatkan luas permukaan yang
tersedia untuk adsorpsi atau reaksi kimia. Activated kadang-kadang diganti dengan
aktif .
Karbon aktif biasanya berasal dari arang dan semakin tinggi porositas biochar.
Hal ini pada Organisasi Kesehatan Dunia Daftar Obat Esensial , daftar obat-obatan
yang paling penting yang dibutuhkan dalam dasar sistem kesehatan .
Karbon aktif digunakan dalam pemurnian gas, dekafeinasi, pemurnian emas,
ekstraksi logam, pemurnian air, obat-obatan, pengolahan limbah, filter udara di masker
gas dan respirator, filter udara terkompresi dan banyak aplikasi lainnya.
Salah satu aplikasi utama industri melibatkan penggunaan karbon aktif di bidang
logam finishing. Hal ini sangat banyak digunakan untuk pemurnian larutan
elektroplating. Sebagai contoh, adalah teknik pemurnian utama untuk menghilangkan
kotoran organik dari larutan plating nikel cerah. Berbagai bahan kimia organik
ditambahkan ke plating solusi untuk meningkatkan kualitas deposito mereka dan untuk
24
meningkatkan sifat seperti kecerahan, kelancaran, daktilitas, dll Karena bagian dari
reaksi saat ini dan elektrolit langsung oksidasi anodik dan katodik reduksi, aditif
organik menghasilkan produk pecahan yang tidak diinginkan dalam larutan. Mereka
berlebihan membangun dapat mempengaruhi kualitas plating dan sifat fisik dari logam
diendapkan. Pengobatan karbon aktif menghilangkan kotoran tersebut dan
mengembalikan plating kinerja ke tingkat yang diinginkan.
d. Bag Filter
Bag filter adalah alat untuk memisahkan partikel kering dari gas (udara)
pembawanya. Di dalam bag filter, aliran gas yang kotor akan partikel masuk ke dalam
beberapa longsongan filter (disebut juga kantong atau cloth bag) yang berjajar secara
pararel, dan meninggalkan debu pada filter tersebut. Aliran debu dan gas dalam bag
filter dapat melewati kain (fabric) ke segala arah. Partikel debu tertahan di sisi kotor
kain, sedangkan gas bersih akan melewati sisi bersih kain. Konsentrasi partikel inlet
bag filter adalah antara 100 μg/ m3 – 1 kg/m3. Debu secara periodik disisihkan dari
kantong dengan goncangan atau menggunakan aliran udara terbalik, sehingga dapat
dikatakan bahwa bag filter adalah alat yang menerima gas yang mengandung debu,
menyaringnya, mengumpulkan debunya, dan mengeluarkan gas yang bersih ke
atmosfer.
Keuntungan dari penggunaan bag filter adalah Efisiensi pengumpulan sangat
tinggi, meski untuk partikulat yang sangat kecil, dapat dioperasikan pada kondisi debu
dan dalamvolume alir yang berbeda-beda, terjadi konservasi energi, tidak beresiko
menimbulkanpencemaran air dan tanah.
e. Intermediate Tank
Intermediate tank adalah tangki yang berfungsi untuk mengikat kandungan
ammonium nitrat pada proses kondensat, clean kondensat dan delution dengan cara
menjaga keasaman larutan tersebut seharga 2-3 pH yang merupakan proses condensate
treatment pada wet section.
f. Katadyn Tank
Air dapat di filtrasi dengan katadyn filter, Katadyn Filter dilapisi dengan silver
catalyst. Katadyn ini hanya menyaring bakteri dan tidak dapat untuk menyaring virus.
g. Catridge 5 mikron
Catridge 5 mikron menyaring kotoran-kotoran kasat mata yang terdapat di
dalam air. Kotoran ini seringkali terdapat dalam air mentah yang mengakibatkan air
tersebut tidak dapat diminum. Setelah melalui saringan tahap awal ini, air siap untuk
25
disaring pada tahap berikutnya hingga akhirnya aman untuk dikonsumsi. Catridge 5
mikron ini berfungsi untuk menyaring bakteri dan kotoran yang berukuran besar dalam
air tersebut.
h. Catridge 1 mikron
Cartridge 1 mikron pada umumnya digunakan untuk menyaring kotoran dalam
air yang berukuran sampan dengan 1 mikron, seperti debu, pasir, rambut, serbuk
tumbuhan dan partikel tidak terlarut lainnya. Sering kali digunakan untuk mesin
pembuat es, mesin minuman, mesin kopi, dan beragam aplikasi lainnya.
i. Lampu UV
Manfaat dari lampu Ultraviolet ini pada mesin depot air minum adalah sebagai
alat sterilisasi air dari berbagai kuman dan bakteri yang terkandung dalam air bahan
baku yang dapat merugikan kesehatan manusia. Jenis dan ukuran yang digunakan
adalah menyesuiakan dengan kapasitas produksi mesin tersebut. Biasanya satuan
kapasitas Lampu UV ini adalah Gpm. (galon per minute) ataupun LPH (liter per hours)
Yang perlu diperhatikan dalam pemkaian Lampu UV ini pada mesin depot air minum
adalah penyesuaian kapasitas UV dengan Kapasitas Mesin yang harus benar benar
akurat, karena apabila kapasitas mesin lebih besar daripada kapasitas UV maka tingkat
keakuratan sterilisasinya menjadi sangat rendah, standart ukuran proser sterilisasi
dengan mengunakan sinar lampu UV yang akurat pada air minum adalah0,03
Watt/sec/cm².
j. Finish Tank
Dalam proses pengaliran ke Finish Tank berlangsung proses ozonisasi yaitu
proses pembunuhan mikroorganisme berukuran dibawah 1 mikron. Proses pembunuhan
mikroorganisme ini dilakukan oleh O3 yang dihasilkan oleh generator ozon dengan
merubah O2 yang diperoleh dari udara bebas menjadi O3. Air yang telah bercampur
dengan O2 terus mengalir dan saat pengaliran ini terjadi proses mixing yaitu
pengadukan O3 dengan air sehingga menjadi homogen. Selanjutnya air masuk kedalam
Finish Tank dan air didistribusikan ke masing-masing ruang pengisian siap untuk
masuk dalam proses filing botol 5 gallon.

26
4.4 Metode Analisis

Analisis yang biasa dilakukan guna menjamin mutu produk yang tinggi bagi
konsumen dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu :

1. Analisis Harian Intern


Analisis harian intern dalam laboratorium Fisika-Kimia mencangkup dalam
\Pengambilan contoh dan Menganalisa contoh.
a) Pengambilan contoh (Sampling)
Pengambilan contoh atau sampling merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dalam suatu rangkaian analisis AMDK. Pengambilan contoh air yang akan di analisis
mulai dari sumber 1, sumber 2, storage tank, green sand tank, active carbon tank, final
rinse, dan finish product dilakukan melalui kran-kran yang terdapat di tangki
penampungan masing-masing. Sedangkan untuk contoh produk akhir diambil langsung
setelah dikemas.
1. Penetapan Alkalinitas
Alkalinitas ditetapkan melalui titrasi Asam-basa kuat sepaerti klorida dan
asam sulfat akan menetralisir zat-zat penyebab alkalinitas ynag merupakan zat basa
hingga titik akhir titrasi pada pH sekitar 8,3 da pH 4,5

Alat dan Bahan :

a. Contoh air sumber

b. H2SO4 0,02 N

c. Indikator BCG (Brom Cressol Green)

d. Elenmeyer 250 ml

e. Gelas ukur 100 ml

f. Pipet tetes

Cara Kerja :

1. Masukan contoh air sumber sebanyak 100 ml ke dalam gelas ukur 100 ml

2. Lalau masukan kedalam elenmeyer 250 ml

27
3. Tambahkan indicator BCG sebanyak 3 tetes

4. Dihomogenkan lalu dititrasi menggunakan H2SO4 0,02 N

5. Akhir titrasi larutan berwarna hijau muda

Perhitungan :

% Alkalinitas=Nilai akhir titrasi x Faktor kali (9,45)

2. Penetapan Klorida (Cl-)


Dalam suasana netral, AgNO3 akan bereaksi pertama kali denganion Cl- dalam
larutan contoh yang membentuk AgCl. Dengan penambahan indikator K2CrO4 merah
bata

Alat dan Bahan :

a. Contoh air sumber

b. AgNO3 0,01 N

c. K2CrO4 5%

d. Elenmeyer 250 ml

e. Gelas ukur 100 ml

f. Pipet tetes

Cara Kerja :

1. Masukan contoh air sumber sebanyak 100 ml ke dalam gelas ukur 100 ml

2. Lalu masukan kedalam elenmeyer 250 ml

3. Tambahkan K2CrO4 sebanyak 3 tetes

4. Dihomogenkan lalu dititrasi menggunakan AgNO3

5. Akhir titrasi larutan berwarna orange

Perhitungan :

%Chlorida=Nilai akhir titrasi x Faktor kali (5,096)

28
3. Penetapan Kesadahan Total (Total Hardness)
Jika suatu larutan mengandung ion Ca2+ dan Mg2+ dititar dengan larutan EDTA
menggunkan indikator EBT (Eriochrom Black-T), maka pertama-tama larutan EDTA
akan bereaksi dengan ion Ca2+ lalu kemudian dengan ion Mg2+ dan akhirnya dengan
larutan senyawa rangkaian EBT. Oleh karena itu senyawa rangkaian tersebut berwarna
merah anggur, maka titik akhir warna larutan berwarna menjadi biru.

Alat dan Bahan :

a. Contoh air sumber

b. EDTA 0,01 M

c. Indicator EBT (Eriochrome Black-T)

d. Buffer Hardness

e. Elenmeyer 250 ml

f. Gelas ukur 100 ml

g. Pipet tetes

h. Spatula

Cara kerja :

1. Masukan contoh air sumber sebanyak 100 ml kedalam gelas ukur 100 ml

2. Lalu masukan kedalam elenmeyer 250 ml

3. Tambahkan buffer hardness sebanyak 2 pipet tetes

4. Tambahkan lagi indicator EBT sebanyak seujung sepatula

5. Dihomogenkan lalu dititrasi menggunakan EDTA 0,01 M

6. Akhir titrasi larutan berwarna biru tua

Perhitungan :

%Kesadahan=Nilai akhir titrasi x Faktor kali 6,542

29
4. Penetapan Kalsium (Ca2+)
larutan yang mengandung ion Ca2+ dan Mg2+ pada pH 12-13 akan mengendap ion
Mg2+ sebagai hidroksidanya, sehingga jika larutan dititar dengan laruta EDTA
menggunakan indikator Murexid maka hanya ion Ca2+ saja yang bereaksi. Titik akhir
dicapai setelah warna larutan berubah dari merah menjadi ungu

Alat dan Bahan :

a. Contoh air sumber

b. EDTA 0,01 M

c. Indikator Murexid

d. NaOH 1 N

e. Elenmeyer 250 ml

f. Gelas ukur 100 ml

g. Pipet tetes

h. Spatula

Cara Kerja :

1. Masukan contoh air sumber sebanyak 100 ml kedalam gelas ukur 100 ml

2. Lalu masukan kedalam erlenmeyer 250 ml

3. Tambahkan NaOH 1 N sebanyak 2 pipet tetes

4. Tambahkan lagi indicator murexid sebanyak seujung spatula

5. Dihomogenkan lalu dititrasi menggunakan EDTA 0,01 M

6. Akhir titrasi larutan berwarna ping

Perhitungan :

%Calsium : Nilai akhir titrasi x Faktor kali (3,956)

30
 Untuk analisa-analisa penetapan kimia lainnya seperti Fe, Mn, Klorin, Nitrit dan
Silver dilakukan penetapan dengan Metode Spektropotometri

5. Penetapan Fe (Besi)
Beberapa sampel air yang di tetapkan kadar Fe diantaranya adalah Tangki 1, 2
dan 3.

Metode :

Spektropometri

Alat dan Bahan :

a. Sampel air Tangki 1, 2 dan 3

b. Iron Reagent

c. Air Aquades

d. Spektropotometer DR 6000

e. Cupet

f. Pipet 10 ml

g. Tissue

Cara Kerja :

1. Disiapkan air aquades dalam cupet untuk blanko sebanyak 10 ml

2. Kemudian Pipet sampel tangki 1,2 dan 3 masing-masing sebanyak 10 ml

3. Masukan kedalam cuvet tambahkan iron reagent 1 pcs

4. Dihomogenkan lalu diamkan sampai 3 menit

5. Dilap pakai tissue kemudian masukan blanko pada alat spektro

6. Tekan Zero pada display alat spektro keluarkan lagi lalu masukan kembali
sampelnya tekan Read untuk membaca nilai kadar Fe yang akan ditetapkan.

31
6. Penetapan Mn (Mangan)
Beberapa sampel air yang di tetapkan kadar Mn diantaranya adalah Tangki 1, 2
dan 3

Metode :

Spektropometri

Alat dan Bahan :

a. Sampel air Tangki 1, 2 dan 3

b. Ascorbic Acid

c. Alkaline Cyanide Reagent

d. PAN Indicator Solution

e. Air Aquades

f. Spektropotometer DR 6000

g. Cupet

h. Pipet 10 ml

i. Tissue

Cara Kerja :

1. Disiapkan air aquades dalam cupet untuk blanko sebanyak 10 ml

2. Kemudian Pipet sampel tangki 1,2 dan 3 masing-masing sebanyak 10 ml

3. Masukan kedalam cuvet tambahkan iron reagent 1 pcs

4. Dihomogenkan lalu diamkan sampai 3 menit

5. Dilap pakai tissue kemudian masukan blanko pada alat spektro

6. Tekan Zero pada display alat spektro keluarkan lagi lalu masukan kembali
sampelnya tekan Redy untuk membaca nilai kadar Mn yang akan ditetapkan

32
7. Penetapan Klorin (Cl-)
Beberapa sampel air yang di tetapkan kadar klorin diantaranya adalah Tangki 1, 2,
3, finish produk line 1 dan 2

Metode :

Spektropometri

Alat dan Bahan :

a. Sampel air Tangki 1, 2, 3, finish produk line 1 dan 2

b. Indikator TMB (Tetramethil Benzidine Solution)

c. Air Aquades

d. Spektropotometer DR 6000

e. Cupet

f. Pipet 10 ml

g. Tissue

Cara Kerja :

1. Disiapkan air aquades dalam cupet untuk blanko sebanyak 10 ml

2. Kemudian Pipet sampel tangki 1, 2, 3, finish produk line 1 dan 2 masing-


masing sebanyak 10 ml

3. Masukan kedalam cuvet tambahkan tambahkan Indikator TMB sebanyak 10


tetes

4. Dihomogenkan lalu diamkan sampai 2 menit

5. Dilap pakai tissue kemudian masukan blangko pada alat spektro

6. Tekan Zero pada display alat spektro keluarkan lagi blangko lalu masukan
kembali sampelnya tekan Redy untuk membaca nilai kadar Klorin yang akan
ditetapkan

33
8. Penetapan Nitrit
Beberapa sampel air yang di tetapkan kadar klorin diantaranya adalah Finish
produk line 1 dan 2, Final Rinse Line 1 dan 2

Metode :

Spektropometri

Alat dan Bahan :

a. Sampel air Finish produk line 1 dan 2, Final Rinse Line 1 dan 2

b. Acetic acid 30%

c. Larutan Sulfanilic + Natilamin

d. Air Aquades

e. Spektropotometer DR 6000

f. Cupet

g. Gelas ukur 25 ml

h. Elenmeyer 100 ml

i. Tissue

Cara Kerja :

1. Disiapkan air aquades dalam cupet untuk blanko sebanyak 10 ml

2. Kemudian Takar menggunakan gelas ukur sampel air Finish produk line 1 dan
2, Final Rinse Line 1 dan 2 masing-masing sebanyak 25 ml

3. Masukan kedalam elenmeyer 100 ml

4. Tambahkan Acetic acid sebanyak ml dan tambahkan lagi larutan Sulfanilic +


Natilamin sebanyak ml

5. Dihomogenkan lalu diamkan sampai 10 menit (Proses dilakukan di ruang


Asam)

34
6. Dilsap pakai tissue kemudian masukan blangko pada alat spektro

7. Tekan Zero pada display alat spektro keluarkan lagi blangko lalu masukan
kembali sampelnya tekan Redy untuk membaca nilai kadar Nitrit yang akan
ditetapkan

9. Penetapan Kekeruhan (Turbidity)


Kekeruhan suatu larutan dapat diukur menggunakan alat Turbiditimeter dengan
satuan NTU (Nephelometry Turbidity Unit). Kekeruhan air diukur baerdasarkan jumlah
padatan tersuspensi dalam larutan.

Alat dan Bahan :

a. Turbidimeter

b. Test tube/cuvet

c. Contoh air yang di analisis

d. Lap/tissue

Cara Kerja :

1. Test tube/cuvet dibilas menggunakan contoh

2. Contoh dimasukan dalam Test tube/cuvet hingga tanda batas lalu di seka dengan
lap atau tissue

3. Dimasukan dalam tempat cuvet kedalam alat turbidimeter lalu tutup rapat dan
tekan ENTER

4. Di baca nilai kekeruhan yang muncul pada display alat turbidimeter

10. Penetapan Derajat Keasaman (pH)


Keberadaan ion H+ dan atau ion OH- dalam suatu sampel dapat mempengaruhi
derajat keasaman (pH) penetapan ini dilakukan dengan menggunakan metode
potensiometri dimana ion H+ dan atau OH- dapat di deteksi.

35
Alat dan Bahan :

a. pH meter

b. Botol sampel

c. contoh air yang di analisis

Cara Kerja :

1. Bilas elektroda dengan aquades, keringkan, bilas dengan


2. Contoh di masukan ke dalam botol sampel

3. Elektroda dicelupkan ke dalam botol + sampel

4. Tekan ENTER lalu dibiarkan hingga stabil nilainya

5. Nilai pH yang muncul dibaca dan dicatat sebagai hasil pengukuran

11. Penetapan Daya Hantar LIstrik (Conduktivity)


Daya Hantar Listrik (DHL) adalah kemampuan suatu larutan untuk menghantarkan
listrik. Air merupakan larutan zat elektrolit yang mampu menghantarkan arus listrik.
Pengukuran DHL air dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan alat
konduktometer. Satuan yang digunakan adalah µS/cm

Alat dan Bahan :

a. Konduktometer

b. Botol sampel

c. Air yang dianalisis

Cara Kerja :

1. Contoh di masukan ke dalam botol sampel

2. Elektroda konduktometer dicelupkan ke dalam botol + sampel

3. Tekan ENTER lalu dibiarkan hingga stabil nilainya

4. Di baca nilai DHL pada display alat konduktometer

36
12. Penetapan Bau dan Rasa

Bahan :
1. Contoh Air Produk
Cara kerja :
1. Disiapkan contoh air produk yang sudah siap dipasarkan.
2. Contoh dicium baunya dengan hidung.
3. Contoh dirasakan rasanya dengan cara meminumnya.

4.5 Analisa Microbiologi Metode Filtrasi

Metode filtrasi pada prinsipnya menyaring atau memisahkan antara kotoran


dengan cairannya, penyaringan ini menggunakan membran kertas filter dengan ukuran
pori 0,45 µm.

Untuk sampel produk diberlakukan uji sampel filtrasi yaitu sebanyak 2000
ml sampel produk untuk dibagi menjadi beberapa pengujian yaitu :

 Untuk filtrasi Jamur (Yeast dan Mould) sebanyak 1000 ml sampel produk

 Untuk filtrasi Coliform dan PA (Pseudomosa Aeuroginosa) masing-masing


sebanyak 250 ml sampel produk

 Untuk filtrasi Salmonella sebanyak 100 ml sampel produk

1) Penetapan Jumlah Bakteri Jamur (Yeast dan Mould)

Metode :

Filtarasi

Alat :

a. Laminar air flow

b. Inkubator suhu 250C

c. Fholder

37
d. Corong fholder steril

e. Filter fholder steril

f. Tutup corong fholder steril

g. Penyaring vakum

h. Selang

i. Cawan petri steril ukura ∅ 5 cm

j. Glass beker 100 ml

k. Pincet steril

l. Lampu Bunsen

m. Ember

Bahan :

a. 1000 ml sampel air produk

b. Media YGCA steril

c. Kapas steril

d. Kertas membran filter 0,45 µm

e. Alkohol 70%

Cara Kerja :

1. Disiapkan media padat YGCA steril dalam cawan petri steril ukuran ∅ 5 cm

2. Disaring 1000 ml sampel air produk menggunakan kertas membran filter 0,45
µm kedalam penyaring vakum

3. Setelah penyaringan selesai kertas membran di pindahkan menggunakan vincet


steril tepat di atas media biakan

4. Diinkubasikan pada suhu 250C selama 120 jam

38
5. Pengamatan atau pembacaan media

2) Penetapan Jumlah Bakteri Coliform (E.Coli dan Coliform)

Metode :

Filtarasi

Alat :

a. Laminar air flow

b. Inkubator suhu 360C

c. Fholder

d. Corong fholder steril

e. Filter fholder steril

f. Tutup corong fholder steril

g. Penyaring vakum

h. Selang

i. Cawan petri steril ukuran ∅ 5 cm

j. Glass beker 100 ml

k. Pincet steril

l. Lampu Bunsen

m. Ember

Bahan :

a. 250 ml sampel air produk

b. Media Chromocult ES steril

c. Kapas steril

d. Kertas membran filter 0,45 µm

39
e. Alkohol 70%

Cara Kerja :

1. Disiapkan media padat Chromocult ES steril dalam cawan petri steril ukuran
∅ 5 cm

2. Disaring 250 ml sampel air produk menggunakan kertas membran filter 0,45 µm
kedalam penyaring vakum

3. Setelah penyaringan selesai kertas membran di pindahkan menggunakan vincet


steril tepat di atas media biakan

4. Diinkubasikan pada suhu 360C selama 18 jam

5. Pengamatan atau pembacaan media

3) Penetapan Jumlah Bakteri PA (Pseudomonas Aeroginosa)

Metode :

Filtarasi

Alat :

a. Laminar air flow

b. Inkubator suhu 420C

c. Fholder

d. Corong fholder steril

e. Filter fholder steril

f. Tutup corong fholder steril

g. Penyaring vakum

h. Selang

i. Cawan petri steril ukuran ∅ 5 cm

40
j. Glass beker 100 ml

k. Pincet steril

l. Lampu Bunsen

m. Ember

Bahan :

a. 250 ml sampel air produk

b. Media Cetrimide Agar steril

c. Kapas steril

d. Kertas membran filter 0,45 µm

e. Alkohol 70%

Cara Kerja :

1. Disiapkan media padat Cetrimide Agar steril dalam cawan petri steril ukuran
∅ 5 cm

2. Disaring 250 ml sampel air produk menggunakan kertas membran filter 0,45 µm
kedalam penyaring vakum

3. Setelah penyaringan selesai kertas membran di pindahkan menggunakan vincet


steril tepat di atas media biakan

4. Diinkubasikan pada suhu 420C selama 48 jam

5. Pengamatan atau pembacaan media

4) Penetapan Jumlah Bakteri Salmonella

Metode :

Filtarasi

Alat :

a. Laminar air flow

41
b. Inkubator suhu 360C

c. Fholder

d. Corong fholder steril

e. Filter fholder steril

f. Tutup corong fholder steril

g. Penyaring vakum

h. Selang

i. Cawan petri steril ukuran ∅ 5 cm

j. Glass beker 100 ml

k. Pincet steril

l. Lampu Bunsen

m. Ember

Bahan :

a. 250 ml sampel air produk

b. Media Bismuth Agar steril

c. Kapas steril

d. Kertas membran filter 0,45 µm

e. Alkohol 70%

Cara Kerja :

1. Disiapkan media padat Bismuth Agar steril dalam cawan petri steril ukuran 5
∅ cm

2. Disaring 250 ml sampel air produk menggunakan kertas membran filter 0,45 µm
kedalam penyaring vakum

42
3. Setelah penyaringan selesai kertas membran di pindahkan menggunakan vincet
steril tepat di atas media biakan

4. Diinkubasikan pada suhu 420C selama 48 jam

Pengamatan atau pembacaan media

Untuk sampel inproses dari air sumber sampai finish tank diberlakukan uji
sampel filtrasi yaitu sebanyak 1000 ml sampel inproses untuk dibagi menjadi beberapa
pengujian yaitu :

 Untuk filtrasi Jamur (Yeast dan Mould) sebanyak 250 ml sampel inproses

 Untuk filtrasi Coliform dan PA (Pseudomosa Aeurogenosa) masing-masing


sebanyak 250 ml sampel inproses

 Untuk filtrasi Salmonella sebanyak 100 ml sampel inproses

1) Penetapan Jumlah Bakteri Jamur (Yeast dan Mould)

Metode :

Filtarasi

Alat :

a. Laminar air flow

b. Inkubator suhu 250C

c. Fholder

d. Corong fholder steril

e. Filter fholder steril

f. Tutup corong fholder steril

g. Penyaring vakum

h. Selang

43
i. Cawan petri steril ukuran ∅ 5 cm

j. Glass beker 100 ml

k. Pincet steril

l. Lampu Bunsen

m. Ember

Bahan :

a. 250 ml sampel air inproses

b. Media YGCA steril

c. Kapas steril

d. Kertas membran filter 0,45 µm

e. Alkohol 70%

Cara Kerja :

1. Disiapkan media padat YGCA steril dalam cawan petri steril ukuran ∅ 5 cm

2. Disaring 250 ml sampel air inproses menggunakan kertas membran filter 0,45
µm kedalam penyaring vakum

3. Setelah penyaringan selesai kertas membran di pindahkan menggunakan vincet


steril tepat di atas media biakan

4. Diinkubasikan pada suhu 250C selama 120 jam

5. Pengamatan atau pembacaan media

44
2) Penetapan Jumlah Bakteri Coliform (E.Coli dan Coliform)

Metode :

Filtarasi

Alat :

a. Laminar air flow

b. Inkubator suhu 360C

c. Fholder

d. Corong fholder steril

e. Filter fholder steril

f. Tutup corong fholder steril

g. Penyaring vakum

h. Selang

i. Cawan petri steril ukuran ∅ 5 cm

j. Glass beker 100 ml

k. Pincet steril

l. Lampu Bunsen

m. Ember

Bahan :

a. 250 ml sampel air inproses

b. Media Chromocult ES steril

c. Kapas steril

d. Kertas membran filter 0,45 µm

e. Alkohol 70%

45
Cara Kerja :

1. Disiapkan media padat Chromocult ES steril dalam cawan petri steril ukuran ∅
5 cm

2. Disaring 250 ml sampel air inproses menggunakan kertas membran filter 0,45
µm kedalam penyaring vakum

3. Setelah penyaringan selesai kertas membran di pindahkan menggunakan vincet


steril tepat di atas media biakan

4. Diinkubasikan pada suhu 360C selama 18 jam

5. Pengamatan atau pembacaan media

3) Penetapan Jumlah Bakteri PA (Pseudomonas Aeroginosa)

Metode :

Filtarasi

Alat :

a. Laminar air flow

b. Inkubator suhu 420C

c. Fholder

d. Corong fholder steril

e. Filter fholder steril

f. Tutup corong fholder steril

g. Penyaring vakum

h. Selang

i. Cawan petri steril ukuran ∅ 5 cm

j. Glass beker 100 ml

46
k. Pincet steril

l. Lampu Bunsen

m. Ember

Bahan :

a. 250 ml sampel air inproses

b. Media Cetrimide Agar steril

c. Kapas steril

d. Kertas membran filter 0,45 µm

e. Alkohol 70%

Cara Kerja :

1. Disiapkan media padat Cetrimide Agar steril dalam cawan petri steril ukuran
∅ 5 cm

2. Disaring 250 ml sampel air inproses menggunakan kertas membran filter 0,45
µm kedalam penyaring vakum

3. Setelah penyaringan selesai kertas membran di pindahkan menggunakan vincet


steril tepat di atas media biakan

4. Diinkubasikan pada suhu 420C selama 48 jam

5. Pengamatan atau pembacaan media

4) Penetapan Jumlah Bakteri Salmonella

Metode :

Filtarasi

Alat :

a. Laminar air flow

47
b. Inkubator suhu 360C

c. Fholder

d. Corong fholder steril

e. Filter fholder steril

f. Tutup corong fholder steril

g. Penyaring vakum

h. Selang

i. Cawan petri steril ukuran ∅ 5 cm

j. Glass beker 100 ml

k. Pincet steril

l. Lampu Bunsen

m. Ember

Bahan :

a. 250 ml sampel air inproses

b. Media Bismuth Agar steril

c. Kapas steril

d. Kertas membran filter 0,45 µm

e. Alkohol 70%

Cara Kerja :

1. Disiapkan media padat Bismuth Agar steril dalam cawan petri steril ukuran ∅ 5
cm

48
2. Disaring 250 ml sampel air inproses menggunakan kertas membran filter 0,45
µm kedalam penyaring vakum

3. Setelah penyaringan selesai kertas membran di pindahkan menggunakan vincet


steril tepat di atas media biakan

4. Diinkubasikan pada suhu 420C selama 48 jam

5. Pengamatan atau pembacaan media

2. Metode Taburan

Metode taburan atau sebaran pada dasarnya melakukan panumbuhan bakteri


atau mikroba lain di dalam suatu media. Bedanya metode taburan dengan metode
filtrasi media yang akan digunakan dibekukan terkabih dahulu, sedangkan pada metode
taburan media yang akan digunakan ditaburkan setelah sampel dituangkan kedalam
cawan.

 Sampel Air Produk

1) Penetapan Jumlah Bakteri Jamur (Yeast dan Mould)

Metode :

Taburan

Alat :

a. Laminar air flow

b. Inkubator suhu 250C

c. Cawan petri steril ukuran ∅ 10 cm

d. Pipet mohr 10 ml

e. Lampu bunsen

Bahan :

a. Sampel air produk

49
b. Media YGCA steril

c. Alkohol 70%

Cara Kerja :

1. Dipipet 10 ml sampel air produk kedalam cawan petri steril ukuran ∅ 10 cm

2. Dituangkan ± 15 ml media YGCA steril di atas lampu bunsen

3. Lalu dihomogenkan (membentuk angka 8)

4. Kemudian diinkubasikan pada suhu 250C selama 120 jam

5. Pengamatan atau pembacaan media

2) Penetapan Jumlah Bakteri Coliform (E.Coli dan Coliform)

Metode :

Taburan

Alat :

a. Laminar air flow

b. Inkubator suhu 360C

c. Cawan petri steril ukuran ∅ 10 cm

d. Pipet mohr 10 ml

e. Lampu bunsen

Bahan :

a. Sampel air produk

b. Media Chromocult ES steril

c. Alkohol 70%

Cara Kerja :

1. Dipipet 10 ml sampel air produk kedalam cawan petri steril ukuran ∅ 10 cm

50
2. Dituangkan ± 15 ml media Chromocult ES steril di atas lampu bunsen

3. Lalu dihomogenkan (membentuk angka 8)

4. Kemudian diinkubasikan pada suhu 360C selama 18 jam

5. Pengamatan atau pembacaan media

3) Penetapan Jumlah Bakteri PA (Pseudomonas Aeroginosa)

Metode :

Taburan

Alat :

a. Laminar air flow

b. Inkubator suhu 420C

c. Cawan petri steril ukuran ∅ 10 cm

d. Pipet mohr 10 ml

e. Lampu bunsen

Bahan :

a. Sampel air produk

b. Media Cetrimide Agar steril

c. Alkohol 70%

Cara Kerja :

1. Dipipet 10 ml sampel air produk kedalam cawan petri steril ukuran ∅ 10 cm

2. Dituangkan ± 15 ml media Cetrimide Agar steril di atas lampu bunsen

3. Lalu dihomogenkan (membentuk angka 8)

4. Kemudian diinkubasikan pada suhu 420C selama 48 jam

51
5. Pengamatan atau pembacaan media

4) Penetapan Jumlah Bakteri Salmonella

Metode :

- Taburan

Alat :

a. Laminar air flow

b. Inkubator suhu 360C

c. Cawan petri steril ukuran ∅ 10 cm

d. Pipet mohr 10 ml

e. Lampu bunsen

Bahan :

a. Sampel air produk

b. Media Bismuth Agar steril

c. Alkohol 70%

Cara Kerja :

1. Dipipet 10 ml sampel air produk kedalam cawan petri steril ukuran ∅ 10 cm

2. Dituangkan ± 15 ml media Bismuth Agar steril di atas lampu bunsen

3. Lalu dihomogenkan (membentuk angka 8)

4. Kemudian diinkubasikan pada suhu 360C selama 72 jam

5. Pengamatan atau pembacaan media

52
5) Penetapan Jumlah Bakteri HPC (Heterotrop Plat Count)

Metode :

Taburan

Alat :

a. Laminar air flow

b. Inkubator suhu 360C

c. Cawan petri steril ukuran ∅ 10 cm

d. Pipet mohr 10 ml

e. Lampu bunsen

Bahan :

a. Sampel air produk

b. Media YEA (Yeast Extrak Agar) steril

c. Alkohol 70%

Cara Kerja :

1. Dipipet 10 ml sampel air produk kedalam cawan petri steril ukuran ∅ 10 cm

2. Dituangkan ± 15 ml media YEA (Yeast Extrak Agar) steril di atas lampu bunsen

3. Lalu dihomogenkan (membentuk angka 8)

4. Kemudian diinkubasikan pada suhu 360C selama 48 jam

5. Pengamatan atau pembacaan media

 Sampel Air Inproses

1) Penetapan Jumlah Bakteri Jamur (Yeast dan Mould)

Metode :

Taburan

53
Alat :

a. Laminar air flow

b. Inkubator suhu 250C

c. Cawan petri steril ukuran ∅ 10 cm

d. Pipet mohr 10 ml

e. Lampu bunsen

Bahan :

a. Sampel air inproses

b. Media YGCA steril

c. Alkohol 70%

Cara Kerja :

1. Dipipet 10 ml sampel air inproses kedalam cawan petri steril ukuran ∅ 10 cm

2. Dituangkan ± 15 ml media YGCA steril di atas lampu bunsen

3. Lalu dihomogenkan (membentuk angka 8)

4. Kemudian diinkubasikan pada suhu 250C selama 120 jam

5. Pengamatan atau pembacaan media

2) Penetapan Jumlah Bakteri Coliform (E.Coli dan Coliform)

Metode :

Taburan

Alat :

a. Laminar air flow

b. Inkubator suhu 360C

c. Cawan petri steril ukuran ∅ 10 cm

54
d. Pipet mohr 10 ml

e. Lampu bunsen

Bahan :

a. Sampel air inproses

b. Media Chromocult ES steril

c. Alkohol 70%

Cara Kerja :

1. Dipipet 10 ml sampel air inproses kedalam cawan petri steril ukuran ∅ 10 cm

2. Dituangkan ± 15 ml media Chromocult ES steril di atas lampu bunsen

3. Lalu dihomogenkan (membentuk angka 8)

4. Kemudian diinkubasikan pada suhu 360C selama 18 jam

5. Pengamatan atau pembacaan media

3) Penetapan Jumlah Bakteri PA (Pseudomonas Aeroginosa)

Metode :

Taburan

Alat :

a. Laminar air flow

b. Inkubator suhu 420C

c. Cawan petri steril ukuran ∅ 10 cm

d. Pipet mohr 10 ml

e. Lampu bunsen

Bahan :

a. Sampel air produk

55
b. Media Cetrimide Agar steril

c. Alkohol 70%

Cara Kerja :

1. Dipipet 10 ml sampel air inproses kedalam cawan petri steril ukuran ∅ 10 cm

2. Dituangkan ± 15 ml media Cetrimide Agar steril di atas lampu bunsen

3. Lalu dihomogenkan (membentuk angka 8)

4. Kemudian diinkubasikan pada suhu 420C selama 48 jam

5. Pengamatan atau pembacaan media

4) Penetapan Jumlah Bakteri Salmonella

Metode :

Taburan

Alat :

a. Laminar air flow

b. Inkubator suhu 360C

c. Cawan petri steril ukuran ∅ 10 cm

d. Pipet mohr 10 ml

e. Lampu bunsen

Bahan :

a. Sampel air inproses

b. Media Bismuth Agar steril

c. Alkohol 70%

56
Cara Kerja :

1. Dipipet 10 ml sampel air inproses kedalam cawan petri steril ukuran ∅ 10 cm

2. Dituangkan ± 15 ml media Bismuth Agar steril di atas lampu bunsen

3. Lalu dihomogenkan (membentuk angka 8)

4. Kemudian diinkubasikan pada suhu 360C selama 72 jam

5. Pengamatan atau pembacaan media

5) Penetapan Jumlah Bakteri HPC (Heterotrop Plat Count)

Metode :

Taburan

Alat :

a. Laminar air flow

b. Inkubator suhu 360C

c. Cawan petri steril ukuran ∅ 10 cm

d. Pipet mohr 10 ml

e. Lampu bunsen

Bahan :

a. Sampel air inproses

b. Media YEA (Yeast Extrak Agar) steril

c. Alkohol 70%

Cara Kerja :

1. Dipipet 10 ml sampel air inproses kedalam cawan petri steril ukuran ∅ 10 cm

2. Dituangkan ± 15 ml media YEA (Yeast Extrak Agar) steril di atas lampu bunsen

3. Lalu dihomogenkan (membentuk angka 8)

57
4. Kemudian diinkubasikan pada suhu 360C selama 48 jam

5. Pengamatan atau pembacaan media.

58
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdarkan hasil analisis yang dilakukan, data – data yang diperoleh sesuai
dengan standar nasional indonesia (SNI) No. 01-3553-1996 dan standar mutu
perusahaan untuk air minum dalam kemasan (AMDK) sehingga produk yang
dihasilkan aman dan baik untuk dikonsumsi.

Pemeriksaan dari bahan baku air hingga produk jadi dilakukan secara rutin
setiap jam dengan cara analisis fisika, kimia dan mikrobiologi. Analisis fisika kimia
meliputi pH, conduktivity, turbiditas, kesadahan, alkalinitas, kadar ion kalsium, ion
klorida, ion magnesium dan kesadahan total.

Selain pemeriksaan rutin juga dilakukan pemeriksaan analis secara berkala oleh
laboratorium pusat dan laboratorium di akui sehingga produk yang di hasilkan dapat di
awasi dan dapat di kendalikan mutunya. Dengan demikian apabila ada parameter yang
menyimpang dapat diketahui dengan cepat dan dapat ditanggulangi dengan segera.

5.2 Saran

1. Pengawasan segala macam bentuk analis lebih ditingkatkan guna mencegah


terjadinya ketidak akuratan pada data seperti pada pembuatan bahan kimia
dan lain sebagainya.
2. Pemeliharaan alat – alat instrumen agar lebih ditingkatkan guna
mendapatkan data yang diharapkan.
3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) lebih di sosialisasikan.

59
DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 1981. Pedoman Pengamatan Kualitas Air. Jakarta : Direktorat Penyelidikan


Masalah Air, Direktorat Jendral Pengairan, Departement Pekerjaan Umum.

Anonimus. 1987. Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. SNI. 01-0220.
1987. DSN. Hlm. 1-3.

Anonimus. 1998. AMDK. SNI. 01-3553-1996. DSN. Hlm. 1-2

Day, R.A, A.L. Underwood, 1989. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga,

Harjadi, W, 1986. Ilmu Analitik Kimia Dasar. Jakarta: PT. Gramedia.

Ismail, Krisnandi Drs, H,E. Ardi Sumarna H, Drs Haryanto Ir, 2002.Pengantar Kimia
Analisis II (Titrimetri). Bogor.

Ismail, Krisnandi Drs, H,E 2002. Pengantar Analisis Instrumental. Bogor.

Manahan, E,Stanley, 1993. Fundamental of Environtmental Chemistry. Hml. 440.

Sumarna, Drs. H, Ardi, B.Sc. 2002. Pengantar kimia analisis Kimia II (Titrimetri).
Bogor.

Winarno, F,G, 1986. Air Untuk Industri Pangan. Jakarta: PT. Gramedia.

60
LAMPIRAN 1 ALKALINITAS

Sebelum Titrasi Sesudah Titrasi

61
LAMPIRAN 2 KLORIDA

Sebelum Titrasi Sesudah Titrasi

62
LAMPIRAN 3 KESADAHAN TOTAL (HARDNES)

Sebelum Titrasi Sesudah Titrasi

63
LAMPIRAN 4 CALSIUM

Sebelum Titrasi Sesudah Titrasi

64

Anda mungkin juga menyukai