PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan praktik Kerja Industri
1. Pengujian Mutu Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) secara Fisika Kimia
dan Mikrobiologi.
2. Untuk menambah wawasan pengetahuan mengenai alat instrumen yang
digunakan dalam pengujian Analisis Fisika Kimia dan Mikrobiologi.
2
1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKL
3
BAB II
2.1 Sejarah
Pada tanggal 1 Oktober tahun 1974 untuk pertama kalinya pabrik memproduksi
air minum dengan kemasan beling 950 ml. Masa itu merupakan masa sulit bagi
perusahaan karna masyarakat belum mengerti konsep produk air minum dalam
kemasan (AMDK)Aqua yang tanpa rasa dan tanpa warna. Pada masa itu masyarakat
masih menganggap bahwa aqua sebagai produk air minum dalam kemasan merupakan
suatu yang mewah dan hal ini merupakan suatu yang baru. Selain Aqua itu kebutuhan
konsumen terhadap produk Aqua masih sulit di deteksi karena Aqua yang merupakan
air minum dalam kemasan di anggap bukan merupakan suatu kebutuhan karna sudah
tersedianya air minum dari PDAM. Selain itu juga terbatasnya pemasaran hanya di
daerah jakarta dan sekitarnya. Berbagai upaya dan kerja keras di lakukan Aqua untuk
memasyarakatkan produknya.Pada tahun 1982 aqua mengalami perubahan standar
bahan baku dari sumber air sumur menjadi mata air pegunungan. Setelah itu citra Aqua
semakin naik dengan slogan mountain spring water. Kemudian pada tahun 1989 nama
PT. Golden Mississippi berganti nama menjadi PT. Aqua Golden Missisippi, dengan
slogan air sehat setiap saat.
4
Saat ini PT. Aqua Golden Mississippi di dukung oleh beberapa pabrik, yaitu:
AQUA memenuhi 9 kriteria dan 5 tahapan seleksi yang melibatkan para ahli
geologi dan hidrogeologi dengan sedikitnya memerlukan satu tahun untuk mempelajari
karakteristik mata air tersebut. Semua itu dilakukan guna menjamin sumber mata air
pegunungan yang alami dan sesuai dengan ketentuan baku mutu Grup AQUA,
DANONE, maupun regulasi yang berlaku.
Pengelolaan sumber daya air yang dilakukan oleh Grup AQUA merujuk pada
Undang-undang No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan Peraturan Pemerintah
No.42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air.
Dalam mengelola sumber daya air, Grup AQUA menjalankan program
kemitraan dengan melibatkan pemerintah, LSM dan masyarakat setempat. Kami
mengembangkan program pertanian berkelanjutan bersama dengan masyarakat untuk
memastikan bahwa selain meningkatkan kesejahteraan masyarakat, kami juga menjaga
sumber air dari pencemaran bahan kimia. Selain itu, kami turut merehabilitasi
infrastruktur irigasi sehingga pengelolaan air untuk pertanian menjadi lebih efisien.
5
2.2 Visi dan Misi
1. Visi
Menjadi HOD Plant terbaik di Aqua Indonesia pada Tahun 2017.
2. Misi
Di dalam budaya, lingkungan dan praktik kerja yang sehat dan safety
memberikan produk dengan kualitas terbaik dengan pelayanan yang
memuaskan dan biaya yang kompetitif.
6
6. Kepala Bagian Pengawasan Mutu dan Laboratorium bertugas dan bertanggung
jawab terhadap mutu produk selama penanganan bahan baku, proses pengolahan
dan produk jadi.
7. Kepala Bagian K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) bertanggung jawab
terhadap kesejahteraan dan keselamatan karyawan.
8. Polikliniik dan Dokter Perusahaan bertugas mengobati dan memberi pelayanan
kesehatan kepada para karyawan dan keluarga.
Tenaga kerja yang di pekerjakan oleh PT. Tirta Investama Ciherang 80%
diperoleh dari sekitar pabrik khususnya bagian produksi. Tenaga kerja ini pun di
gunakan oleh pabrik sebagai karyawan tetap, kontrak dan harian lepas. Sedangkan
sisanya sebesar 20% adalah tenaga kerja yang diperoleh dengan seleksi yang ketat.
Jam kerja yang berlaku disesuakai dengan ketepatan hukum perburuhan yang
berlaku, yaitu 40 (empat puluh) dalam satu pekan atau 7 (tujuh) jam per hari, dan
selebihnya di anggap jam lembur. Pengaturan jam kerja di lakukan dalam 3 (tiga) shift
dengan jumlah jam kerja 8 (delapan) jam per shift, termasuk istirahat 1 (satu) jam yang
di laksanakan secara bergiliran (rotasi) setiap pekannya. Berikut ini pengaturan jam
kerjanya:
7
1. Laboratorium Fisika - Kimia
Di laboratorium ini di lakukan analisis terhadap bahan penunjang produksi
(kemasan), bahan kimia, contoh air bahan baku dan contoh air selama proses
produksi dan produk jadi.
2. Laboratorium Mikrobologi
Di laboratorium ini di lakukan analisis mikrobiologi terhadap bahan baku,
bahan kemasan, dan cap, kemudian produk jadi dan produk yang akan di
pasarkan. Selain itu di lakukan pengujian terhadap potensi daya tahan
produk dari kerusakan setelah jangka waktu tertentu.
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Air
Air merupakan hal yang sangat penting di butuhkan oleh semua mahluk hidup
untuk kelangsungan hidupnya terutama manusia. Kehidupan manusia selalu
membutuhkan air baik secara langsung maupun tidak langsung, jika manusia
kehilangan air untuk 15% dari berat badannya dapat mengakibatkan kematian yang di
akibatkan oleh dehidrasi. Jadi kebutuhan air itu sangat penting bagi kehidupan manusia
di muka bumi ini. Dalam tubuh manusia mengandung kadar air sekitar 60 – 70% dari
seluruh berat badannya, air yang terdapat di daerah jaringan lemak terdapat kira-kira
90%. Air juga mempunyai daya larut tinggi, kepadatan dan panas tertentu. (Anonimus.
1981).
Air merupakan senyawa kovalen biner yang terdiri dari dua macam atom yaitu
H dan O, dengan rumus kimia H2O. Air adalah senyawa kimia yang termasuk zat kimia
yang dapat di jumpai dalam tiga fase, yaitu gas, cair dan padat. Dalam bentuk gas, air
yang terdapat di udara yang sumbernya dari penguapan air yang ada di darat dan di
laut. Dalam bentuk cair, air terdapat di permukaan bumi dalam jumlah besar yaitu
mencapai 97% dari total ketersediaan air, sedangkan dalam bentuk padat terdapat
sebagian salju dan es abadi sekitar 25%. Dari kemampuan tersebut air mendukung
keberadaan ekosistem alam di bumi dan mendukung kebutuhan manusia dalam
berbagai kebutuhan terutama untuk minum, mandi, mencuci dan lain-lain. (Anonimus.
1981).
Air yang terdapat di bawah permukaan tanah atau pori-pori tanah merupakan air
tanah. Air tanah terjadi karena adanya proses peresapan air dari permukaan tanah.
Kandungan garam yang terkandung dalam tanah, jenisnya tergantung dari adanya
kandungan garam yang terkandung dalam tanah yang di laluinya. Air tanah dapat di
bedakan menjadi 2 (dua) yaitu air tanah freatis dan air tanah artesis :
a. Air tanah freatis adalah air tanah permukaan atau air tanah atas, misalnya air
tanah di sumur. Air tanah freatis mempunyai ciri-ciri, antara lain tergantung
9
pada besar resapan curah hujan dan kualitas air sangat tergantung pada
lingkungan sekitar.
b. Air tanah artesis adalah air tanah yang terletak jauh di dalam tubuh tanah,
misalnya air yang di keluarkan melalui sumur pompa artesis. Air tanah artesis
mempunyai ciri-ciri, antara lain jumlah air sangat besar dan tidak terpengaruh
oleh musim, kualitas air terpengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Air laut dan sungai termasuk ke dalam jenis air permukaan. Air laut mempunyai
rasa asin, yang mengandung garam, dengan demikian air laut tidak memenuhi syarat
untuk di gunakan sebagai sumber air minum. Air laut jarang di gunakan sebagai sumber
air bersih karena proses pengolahannya relatif mahal. Sedangkan untuk air sungai
mempunyai kandungan garam mineral yang kecil, tetapi mempunyai kandungan zat
padat yang terlarut dan kandungan bakteri yang besar. Dari segi kualitas perlu
dilakukan pengolahan sebelum di gunakan sebagai air minum atau air bersih.
(Anonimus. 1987).
Sedangkan air yang menguap karena panas dan kemudian “menggembara” di udara
dan berkondensasi merupakan air hujan. Pada waktu menggembara, uap air tersebut
akan bercampur dan akan melarutkan gas-gas oksigen, nitrogen, karbondioksida, debu,
dan bakteri serta berbagai senyawa yang terdapat di udara. Jadi kualitas air hujan akan
banyak di pengaruhi oleh keadaan lingkungannya. Air hujan mempunyai sikap agresif
dengan pH rendah. Sifat ini menyebabkan terjadinya korosi atau karatan pada pipa-
pipa.
Proses keseimbangan antara lain yang menguap dengan air yang kembali ke
permukaan bumi sebagai hujan yang merupakan daur Hidrologi. Kualitas air dari
sumber air terkandung dari karakteristik daerah tersebut dan perlindungan terhadap
pencemaran, sebagai contoh, sungai yang berfungsi selain sebagai sumber air juga
untuk membuang limbah. Hal ini menyebabkan turunnya kualitas sebagai bahan baku
air minum.
Air yang murni tidak terdapat di alam, seperti air hujan, saat mulai terkondensasi
menjadi tetes air yang tersebut air murni, akan tetapi dalam perjalanan ke permukaan
bumi terkontaminasi oleh partikel-partikel seperti karbondioksida, oksigen, nitrogen,
dan zat-zat lain seperti debu, asap, partikel yang semuanya terkandung di udara.
10
Air hujan ini sebagian akan menyatu dengan air sungai. Air sungai dalam
perjalanan menuju ke laut, akan melarutkan tanah yang di laluinya sehingga air sungai
mengandung sejumlah suspensi material berupa sedimentasi seperti pasir, lempung dan
sebagainya.
Air setelah mencapai permukaan tanah akan segera terkena polusi zat organik.
Polutan tersebut akan berbahaya jika mengandung buangan manusia. Kemungkinan
kejadian lain adalah air tersebut telah banyak menyerap CO2, N2 dari tumbuhan-
tumbuhan atau bahan-bahan lain hasil penguraian zat organik di tanah dan kemudian
menyatu dengan air sungai.
Air minum yang ideal harusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak
berbau, serta tidak mengandung kuman patogen dan zat kimia yang dapat mengganggu
fungsi tubuh (Suprihatin, 2003).
a. Persyaratan Kualitatif
Persyaratan ini menggambarkan mutu atau kualitas air dari air baku. Persyaratan
ini meliputi persyaratan fisik, kimia, biologis, dan radiologis
11
3.4 Syarat-syarat Fisik
Secara fisik air minum harus jernih, tak berwarna, tak berbau dan tak berasa
(tawar). Warna dipersyaratkan dalam air minum untuk masyarakat karena
pertimbangan estetika. Ada dua macam warna dalam air yaitu apparent color dan true
color. Apparent color ditimbulkan karena adanya benda-benda tersuspensi dari bahan
organik. Hal ini lebih mudah diatasi dibandingkan dengan true color yang disebabkan
oleh zat-zat bukan organik seperti besi. Rasa seperti asin, manis, pahit, asam dan
sebagainya tidak boleh tedapat dalam air minum. Selain bau, warna dan rasa, syarat lain
yang harus dipenuhi secara fisik adalah suhu. Suhu sebaiknya sama dengan suhu udara
atau kurang lebih 25 ºC dan bila terjadi perbedaan maka batas yang diperoleh adalah 25
± 3 ºC. pH merupakan faktor penting bagi air minum karena dapat mempengaruhi rasa.
Selain itu, nilai pH juga mempengaruhi pertumbuhan bakteri patoen yang amat
membahayakan kesehatan.
3.5 Syarat-syarat kimia
Air minum tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang
melewati batas. Beberapa persyaratan kimia tersebut antara lain :
a. Zat Padat Total
Total padatan merupakan bahan yang tertinggal sebagai residu padat setelah
penguapan dan pengeringan pada suhu 103 – 105 ºC. Selain dengan metode
gravimetri dapat pula digunakan metode spektrofotometri.
b. Kesadahan Total (Total Hardness)
Kesadahan adalah sifat air yang disebabkan oleh adanya kation-kation
penyebab kesadahan seperti Ca, Mg, Fe, dan Mn. Kesadahan total adalah
kesadahan yang disebabkan oleh adanya kation-kation Ca dan Mg secara
bersama-sama. Air yang sadah menyebabkan pemborosan pemakain sabun
pencuci dan mempunyai titik didih yang lebih tinggi dari air biasa.
12
proses pengolahan air. Besi dan mangan juga dapat menyebabkan warna air
menjadi keruh.
d. Klorida
Kadar klorida yang relatif tinggi menyebabkan rasa air menjadi asin dan
bersifat korosi terhadap logam.
e. Nitrit
Dalam suatu perairan, bila terdapat nitrat maka nitrit juga akan ada dengan
adanya bantuan mikroorganisme. Adanya nitrit dapat menyebabkan
methamoglobinemia terutama pada bayi.
f. Fluorida
Kadar fluorida yang lebih kecil dari 1 mg/l akan menyebabkan kerusakan
gigi atau carries gigi dan jika terlalu banyak akan menyebabkan gigi kecoklatan.
Persyaratan kuantitatif adalah penyediaan air bersih ditinjau dari banyaknya air
baku yang tersedia dan kontinuitas debit air yang keluar dari bumi sehingga
mempengaruhi aktifitas produksi. Artinya, air baku tersebut dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan jumlah penduduk yang akan dilayani. Selain itu,
jumlah air yang dibutuhkan sangat tergantung pada tingkat kemajuan teknologi dan
sosial ekonomi masyarakat setempat.
Air Kemasan adalah air baku yang telah diproses dan dikemas serta aman untuk
diminum. Air kemasan diproses melalui 5 tahapan, yaitu penyediaan air baku,
penyaringan, desinfeksi dan pengisian, penyimpanan (Agustini, 2003).
Pada tahun 1972 untuk yang pertama kalinya di Indonesia telah dihasilkan air
kemasan pertama yang umum pula dikenal sebagai air mineral, dengan merk Aqua.
Sebagai produk baru, kehadirannya telah mendatangkan banyak pertanyaan, baik yang
berkaitan dengan harga yang tentu saja sangat mahal, ataupun kaitannya dengan produk
minuman ringan yang saat itu sudah menyatu dengan kehidupan, terutama untuk
masyarakat perkotaan.
Keistimewaan air kemasan adalah karena warna, rasa dan baunya sama dengan
air alami. Selama proses produksi bahan baku tidak ada penambahan zat kimia khusus
selain O3 (ozon) yang berfungsi untuk membunuh mikroba yang mungkin dapat hadir
dan membahayakan, tetapi penambahan senyawa kimia ini tidak akan merubah warna,
rasa dan bau air alaminya. Gas ozon dengan rumus kimia O3, jika terurai akan kembali
menjadi O2 dan On yang sifatnya sangat labil serta dapat dengan mudah menjadi O2
kembali.
14
3.1 Sifat Air
a. Sifat Fisika Air
Air adalah suatu zat anorganik berwujud cairan yang mempunyai sifat unik,
antara lain :
a) Dalam keadaan normal air tidak berwarna, berbau dan berasa.
b) Mendidih pada suhu 100 ºC dan membeku pada suhu 0 ºC.
c) Merupakan penghantar listrik yang buruk.
d) Berat jenis air dalam bentuk padat lebih kecil dari pada dalam bentuk cairan.
e) Memiliki sifat anomali air (dibawah suhu 4 ºC berat jenis air naik apabila
dipanaskan, diatas suhu tersebut berat jenisnya turun bila dipanaskan) dan
memiliki sifat yang sama dengan zat cair lainnya.
B. Sifat Kimia Air
a) Dapat melarutkan beberapa zat.
b) Sebagai katalis, misalnya dalam pemanasan karbon dan oksigen.
c) Mengalami penguraian.
2H2O 2H2 + O2
d) Membentuk senyawa hidrat dengan zat lain, misalnya CuSO4. 5H2O,
MgSO4. 7H2O, air terikat sebagai hablur.
b) Air Tanah
Air tanah adalah air yang terdapat di bawah permukaan tanah atau pada pori-
pori tanah. Air tanah terjadi karena adanya proses peresapan air dari permukaan tanah.
Kandungan garam-garam yang terkandung dalam tanah, jenisnya tergantung dari
adanya kandungan garam-garam pada lapisan tanah yang di laluinya.
Air tanah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu air tanah freatis dan air tanah
artesis :
1. Air tanah freatis adalah air tanah permukaan atau air tanah atas, misalnya air tanah
di sumur. Air tanah freatis mempunyai ciri-ciri, antara lain tergantung pada besar
resapan cuah hujan dan kualitas air sangat tergantung pada lingkungan sekitar.
2. Air tanah artesis adalah air tanah yang terletak jauh di dalam tubuh tanah, misalnya
air yang dikeluarkan melalui sumur pompa artesis. Air tanah artesis mempunyai
ciri-ciri, antara lain jumlah air sangat besar dan tidak terpengaruh oleh musim,
kualitas air tidak terpengaruh oleh lingkungan sekitar.
Adapun mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan
tanah karena adanya gaya tekan dan batu yang mempunyai porositas yang tinggi.
c) Air Permukaan
Air permukaan terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Air Laut
Air laut mempunyai rasa asin, yang mengandung garam NaCl kurang lebih 3%,
dengan demikian air laut tidak memenuhi syarat untuk digunakan sebagai sumber air
16
minum. Air laut jarang digunakan sebagai sumber air bersih karena proses
pengolahannya relatif mahal.
b. Air Sungai
Air sungai mempunyai kandungan garam mineral yang kecil, tetapi mempunyai
kandungan zat padat terlarut dan kandungan bakteri yang besar. Dari segi kuantitas
umumnya air sungai ini mencukupi sepanjang musim, sedangkan dari segi kualitas
perlu dilakukan pengolahan sebelum digunakan sebagai air minum atau air bersih.
a. Syarat Fisika
Syarat fisika air minum adalah harus bersih, tidak berwarna, tidak berasa, dan
tidak berbau. Adanya perubahan sifat fisika dapat diketahui sejauh mana kualitas air
tersebut, tetapi bukan berarti bila sifat fisikanya baik, maka kualitas air tersebut baik
juga, tetapi harus dilakukan pengujian parameter lainnya. Yang termasuk ke dalam
parameter fisika adalah bau, warna, rasa, temperatur, padatan terlarut, padatan
tersuspensi dan kekeruhan.
b. Syarat Kimia
Air minum yang baik harus tidak mengandung unsur-unsur kimia yang jumlahnya
melebihi batas standar air minum. Parameter ini merupakan pengujian yang lebih kuat
dari pada parameter fisika dalam penentuan kualitas air. Yang termasuk ke dalam
parameter kimia adalah kesadahan, alkalinitas, besi, mangan, klorida, chlorin, nitrit,
kalsium, magnesium, silver.
c. Syarat Mikrobiologis
Parameter ini merupakan uji penguat dalam menentukan kualitas air. Keadaan
bakteri coliform total dan coliform tinja dalam air digunakan sebagai indikator adanya
bakteri patogen. Karena dengan adanya bakteri patogen dalam air merupakan indikasi
air tersebut telah terkontaminasi oleh tinja.
17
3.13Analisis Fisika Kimia
1. pH
pH air merupakan parameter yang penting karena dapat mengetahui kemampuan
air untuk membentuk kerak (suasana basa) atau menyebabkan korosi (suasana asam)
dan untuk menyokong kehidupan mikroorganisme. Prinsip dasar pengukuran pH adalah
secara elektrometri. Pengukuran pH ini memanfaatkan hubungan antara konsentrasi ion
H+ dengan besarnya potensial sel.
2. Konduktivitas (DHL)
Konduktivitas menunjukkan kemampuan air untuk menghantarkan listrik.
Konduktivitas air tergantung dari konsentrasi ion dan suhu air. Pengukuran DHL
dilakukan dengan konduktometer dan metoda yang digunakan adalah konduktometri.
Konduktometri adalah suatu cara analisis kuantitatif yang berdasar penentuan daya
hantar larutan. Penghantar listrik dalam larutan disebabkan adanya ion dalam larutan.
Konduktivitas berguna untuk mengetahui tingkat kemurnian air dan dapat menunjukkan
jumlah padatan terlarut total dalam air. Konduktivitas suatu larutan naik 2% untuk
setiap kenaikkan suhu 1 ºC.
3. Turbiditas (Kekeruhan)
Kekeruhan disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi yang bervariasi dari ukuran
koloidal sampai dispersi kasar, tergantung dari derajat turbelensinya. Pengukuran
kekeruhan membantu jumlah bahan kimia yang diperlukan dalam pengolahan air.
Metode yang digunakan adalah turbidimetri. Prinsip pengukurannya berdasarkan
hamburan cahaya oleh partikel koloid. Kekeruhan menggambarkan sifat optik air, yaitu
cahaya yang di terima oleh air yang keruh akan dibiaskan darn diabsorpsi, tetapi
sinarnya tidak di teruskan secara lurus. Air yang jernih mempunyai kekeruhan antara 0
- 1 unit. Satuan kekeruhan dinyatakan dalam NTU (Nephelometric Turbidity Unit).
4. Alkalinitas
Alakalinitas adalah kapasitas air untuk menerima proton. Pengukuran alkalinitas
berguna untuk menghitung jumlah bahan kimia yang harus ditambahkan dalam
perlakuan air. Alkalinitas ini penting ditetapkan nilainya, karena akan dapat
menentukan tingkat kelayakan penggunaan air. Pengukuran alkalinitas dinyatakan
18
dalam satuan mg/l. Pengukuran alkalinitas menggunakan metode titrimetri yang
melibatkan asam sebagai titran. Reaksinya cepat dan tingkat kesempurnaannya tinggi.
CaCO3 + 2H+ Ca2+ + CO2 + H2O
5. Klorida ( Cl- )
Ion klorida ( Cl- ) merupakan senyawa umum yang terdapat dalam perairan alami.
Ion Cl- pada tingkat sedang mempunyai pengaruh relatif kecil terhadap sifat-sifat kimia
dan biologi perairan. Klorida dalam bentuk ion merupakan salah satu anion anorganik
yang cukup banyak terdapat dalam air. Adanya ion ini menimbulkan rasa asin pada air.
7. Kesadahan (Hardness)
Kesadahan yang diakibatkan oleh ion Ca2+ dan Mg2+ dapat menimbulkan endapan
berupa lendir. Pengukuran kesadahan menggunakan metode titrimetri dengan titran
EDTA dan EBT sebagai indikator.
8. Perak
Perak atau Argentum (Ag) adala metal berwana putih. Argentum didapat pada
industri antara lain industri alloy, keramik, gelas, fotografi, cermin, dan cat rambut.
Bila masuk kedalam tubuh, argentum akan diakumulasikan di berbagai organ dan
menimbulkan pigmentasi kelabu, disebut argyria. Pigmentasi ini bersifat permanen,
karena tubuh tidak dapat mengekskresikannya. Sebagai debu, senyawa argentum dapat
19
menimbulkan iritasi kulit, dan menghitamkan kulit (argyria). Bila terikat nitrat,
argentum akan menjadi sangat korosif. Argyria sistemik dapat juga terjadi, karena
perak diakumulasikan didalam selaput lendir dan kulit. Berdasarkan baku mutu air
minum yang dikeluarkan oleh WHO (2011), kadar Argentum (Ag) maksimum dalam
air minum yang dibolehkan yakni 0,005 mg/l.
9. Besi
Besi atau Ferum (Fe) adalah metal berwarna abu-abu, liat, dan dapat di bentuk. Di
alam didapat sebagai hematit. Didalam air minum Fe menimbulkan warna (kuning),
rasa, pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan. Besi
dibutuhkan tubuh dalam pembentukan Hemoglobin. Banyaknya Fe didalam tubuh
dikendalikan pada fase absorbsi. Tubuh manusia tidak dapat mengekresikan Fe.
Karenanya mereka yang sering mendapat tranfusi darah, warna kulitnya menjadi hitam
karena akumulasi Fe. Sekalipun Fe itu diperlukan tubuh, tetapi dalam dosis besar dapat
merusak dinding usus. Kematian seringkali disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini
(Soemirat, 2001).
10. Nitrit
Di perairan alami, nitrit (NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat
sedikit. Lebih sedikit daripada nitrat, karena bersifat tidak stabil dengan keberadaan
oksigen. Nitrit merupakan bentuk peralihan (intermediate) antara amonia dan nitrat
(nitrifikasi), dan antara nitrat dan gas nitrogen (denitrifikasi). Denitrifikasi berlangsung
pada kondisi anaerob ( Effendi, 2003).
Sumber nitrit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik. Kadar nitrit
pada perairan relatif kecil, karena segera dioksidasi menjadi nitrat. Perairan alami
mengandung nitrit sekitar 0,001 mg/L dan sebaiknya tidak melebihi 0,06 mg/L. Di
perairan, kadar nitrit jarang melebihi 1 mg/L. Kadar nitrit yang lebih dari 0,05 mg/L
dapat bersifat tosik bagi organisme perairan yang sangat sensitif. Untuk keperluan air
minum, WHO merekomendasikan kadar nitrit sebaiknya tidak lebih dari 1 mg/L. Bagi
manusia dan hewan, nitrit bersifat lebih toksik daripada nitrat. Pada manusia konsumsi
nitrit yang berlebihan dapat mengakibatkan terganggunya proses pengikatan oksigen
oleh hemoglobin darah, yang selanjutnya membentuk methemoglobin yang tidak
mampu mengikat oksigen (Effendi, 2003).
20
Menurut Chandra (2006), dalam keadaan normal, nitrit tidak ditemukan dalam air
minum, kecuali dalam air yang berasal dari air tanah akibat adanya proses reduksi nitrat
oleh garam besi.
11. Mangan
Toksisitas Mangan (Mn), relatif sudah tampak pada konsentrasi rendah. Dengan
demikian tingkat kandungan Mn yang diizinkan dalam air yang digunakan untuk
keperluan domestic sangat rendah, yaitu dibawah 0,05 mg/l. Dalam kondisi aerob
mangan dalam perairan terdapat dalam bentuk MnO2 dan pada dasar perairan tereduksi
menjadi Mn2+ atau dalam air yang kekurangan oksigen (DO rendah). Oleh karena itu
pemakaian air yang bersal dari dasar suatu sumber air, sering ditemukan mangan dalam
konsentrasi tinggi (Rukaesih, 2004).
12. Klorin
Klor (bahasa Yunani: Chloro = hijau pucat) adalah salah satu unsur kimia dengan
simbol “Cl”dan mempunyai nomor atom 17. Dalam tabel periodik, unsur ini termasuk
kelompok halogen atau golongan VIIA. Dalam bentuk gas, klorin berwarna kuning
kehijauan, dan sangat beracun. Dalam bentuk cair atau padat, klor sering digunakan
sebagai oksidan, pemutih, atau desinfektan.
Klorin merupakan zat asam yang korosif. Klorin akan berperan sebagai iritan kuat
pada jaringan yang sensitif. Kontak jangka panjang dengan klorin dapat menyebabkan
terbentuknya radikal bebas.
3.14Analisis Mikrobiologi
1. Coliform
Coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup didalam saluran
pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri
patogenik lain. Lebih tepatnya, bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator adanya
pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran
dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri
patogen. Selain itu, mendeteksi coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana
daripada mendeteksi bakteri patogenik lain (Dad, 2000). Contoh bakteri coliform
21
adalah, Escherichia coli dan Enterobacter aerogenes. Jadi, coliform adalah indikator
kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya, kualitas air semakin baik.
Pada analisa ini media harus menutupi seluruh permukaan cawan dan pada
metode filtrasi, kertas membran filternya tidak diperbolehkan ada celah/bergelembung
di bagian bawah kertas pada saat menaruhnya kedalam cawan. Waktu yang diperlukan
untuk pertumbuhan beberapa jenis mikroba di dalam inkubator adalah :
22
BAB IV
KEGIATAN DI LABORATORIUM
PT. Tirta Investama Plant Ciherang memiliki sumber mata air sendiri, sumber
mata air ini digunakan sebagai bahan baku dalam produksi air mineral Aqua, fungsi air
tersebut dibagi menjadi dua yaitu Pengolahan Air (Water Treatment) untuk air Aqua
dan Pengolahan Air (Water Treatment) untuk Softwater (pencucian botol 5 gallon).
23
Mangan Greensand juga akan menghilangkan sejumlah Hidrogen Sulfida.
Namun, kami hanya merekomendasikan Mangan Greensand untuk menghilangkan
Hidrogen Sulfida pada masalah air khusus.
26
4.4 Metode Analisis
Analisis yang biasa dilakukan guna menjamin mutu produk yang tinggi bagi
konsumen dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu :
b. H2SO4 0,02 N
d. Elenmeyer 250 ml
f. Pipet tetes
Cara Kerja :
1. Masukan contoh air sumber sebanyak 100 ml ke dalam gelas ukur 100 ml
27
3. Tambahkan indicator BCG sebanyak 3 tetes
Perhitungan :
b. AgNO3 0,01 N
c. K2CrO4 5%
d. Elenmeyer 250 ml
f. Pipet tetes
Cara Kerja :
1. Masukan contoh air sumber sebanyak 100 ml ke dalam gelas ukur 100 ml
Perhitungan :
28
3. Penetapan Kesadahan Total (Total Hardness)
Jika suatu larutan mengandung ion Ca2+ dan Mg2+ dititar dengan larutan EDTA
menggunkan indikator EBT (Eriochrom Black-T), maka pertama-tama larutan EDTA
akan bereaksi dengan ion Ca2+ lalu kemudian dengan ion Mg2+ dan akhirnya dengan
larutan senyawa rangkaian EBT. Oleh karena itu senyawa rangkaian tersebut berwarna
merah anggur, maka titik akhir warna larutan berwarna menjadi biru.
b. EDTA 0,01 M
d. Buffer Hardness
e. Elenmeyer 250 ml
g. Pipet tetes
h. Spatula
Cara kerja :
1. Masukan contoh air sumber sebanyak 100 ml kedalam gelas ukur 100 ml
Perhitungan :
29
4. Penetapan Kalsium (Ca2+)
larutan yang mengandung ion Ca2+ dan Mg2+ pada pH 12-13 akan mengendap ion
Mg2+ sebagai hidroksidanya, sehingga jika larutan dititar dengan laruta EDTA
menggunakan indikator Murexid maka hanya ion Ca2+ saja yang bereaksi. Titik akhir
dicapai setelah warna larutan berubah dari merah menjadi ungu
b. EDTA 0,01 M
c. Indikator Murexid
d. NaOH 1 N
e. Elenmeyer 250 ml
g. Pipet tetes
h. Spatula
Cara Kerja :
1. Masukan contoh air sumber sebanyak 100 ml kedalam gelas ukur 100 ml
Perhitungan :
30
Untuk analisa-analisa penetapan kimia lainnya seperti Fe, Mn, Klorin, Nitrit dan
Silver dilakukan penetapan dengan Metode Spektropotometri
5. Penetapan Fe (Besi)
Beberapa sampel air yang di tetapkan kadar Fe diantaranya adalah Tangki 1, 2
dan 3.
Metode :
Spektropometri
b. Iron Reagent
c. Air Aquades
d. Spektropotometer DR 6000
e. Cupet
f. Pipet 10 ml
g. Tissue
Cara Kerja :
6. Tekan Zero pada display alat spektro keluarkan lagi lalu masukan kembali
sampelnya tekan Read untuk membaca nilai kadar Fe yang akan ditetapkan.
31
6. Penetapan Mn (Mangan)
Beberapa sampel air yang di tetapkan kadar Mn diantaranya adalah Tangki 1, 2
dan 3
Metode :
Spektropometri
b. Ascorbic Acid
e. Air Aquades
f. Spektropotometer DR 6000
g. Cupet
h. Pipet 10 ml
i. Tissue
Cara Kerja :
6. Tekan Zero pada display alat spektro keluarkan lagi lalu masukan kembali
sampelnya tekan Redy untuk membaca nilai kadar Mn yang akan ditetapkan
32
7. Penetapan Klorin (Cl-)
Beberapa sampel air yang di tetapkan kadar klorin diantaranya adalah Tangki 1, 2,
3, finish produk line 1 dan 2
Metode :
Spektropometri
c. Air Aquades
d. Spektropotometer DR 6000
e. Cupet
f. Pipet 10 ml
g. Tissue
Cara Kerja :
6. Tekan Zero pada display alat spektro keluarkan lagi blangko lalu masukan
kembali sampelnya tekan Redy untuk membaca nilai kadar Klorin yang akan
ditetapkan
33
8. Penetapan Nitrit
Beberapa sampel air yang di tetapkan kadar klorin diantaranya adalah Finish
produk line 1 dan 2, Final Rinse Line 1 dan 2
Metode :
Spektropometri
a. Sampel air Finish produk line 1 dan 2, Final Rinse Line 1 dan 2
d. Air Aquades
e. Spektropotometer DR 6000
f. Cupet
g. Gelas ukur 25 ml
h. Elenmeyer 100 ml
i. Tissue
Cara Kerja :
2. Kemudian Takar menggunakan gelas ukur sampel air Finish produk line 1 dan
2, Final Rinse Line 1 dan 2 masing-masing sebanyak 25 ml
34
6. Dilsap pakai tissue kemudian masukan blangko pada alat spektro
7. Tekan Zero pada display alat spektro keluarkan lagi blangko lalu masukan
kembali sampelnya tekan Redy untuk membaca nilai kadar Nitrit yang akan
ditetapkan
a. Turbidimeter
b. Test tube/cuvet
d. Lap/tissue
Cara Kerja :
2. Contoh dimasukan dalam Test tube/cuvet hingga tanda batas lalu di seka dengan
lap atau tissue
3. Dimasukan dalam tempat cuvet kedalam alat turbidimeter lalu tutup rapat dan
tekan ENTER
35
Alat dan Bahan :
a. pH meter
b. Botol sampel
Cara Kerja :
a. Konduktometer
b. Botol sampel
Cara Kerja :
36
12. Penetapan Bau dan Rasa
Bahan :
1. Contoh Air Produk
Cara kerja :
1. Disiapkan contoh air produk yang sudah siap dipasarkan.
2. Contoh dicium baunya dengan hidung.
3. Contoh dirasakan rasanya dengan cara meminumnya.
Untuk sampel produk diberlakukan uji sampel filtrasi yaitu sebanyak 2000
ml sampel produk untuk dibagi menjadi beberapa pengujian yaitu :
Untuk filtrasi Jamur (Yeast dan Mould) sebanyak 1000 ml sampel produk
Metode :
Filtarasi
Alat :
c. Fholder
37
d. Corong fholder steril
g. Penyaring vakum
h. Selang
k. Pincet steril
l. Lampu Bunsen
m. Ember
Bahan :
c. Kapas steril
e. Alkohol 70%
Cara Kerja :
1. Disiapkan media padat YGCA steril dalam cawan petri steril ukuran ∅ 5 cm
2. Disaring 1000 ml sampel air produk menggunakan kertas membran filter 0,45
µm kedalam penyaring vakum
38
5. Pengamatan atau pembacaan media
Metode :
Filtarasi
Alat :
c. Fholder
g. Penyaring vakum
h. Selang
k. Pincet steril
l. Lampu Bunsen
m. Ember
Bahan :
c. Kapas steril
39
e. Alkohol 70%
Cara Kerja :
1. Disiapkan media padat Chromocult ES steril dalam cawan petri steril ukuran
∅ 5 cm
2. Disaring 250 ml sampel air produk menggunakan kertas membran filter 0,45 µm
kedalam penyaring vakum
Metode :
Filtarasi
Alat :
c. Fholder
g. Penyaring vakum
h. Selang
40
j. Glass beker 100 ml
k. Pincet steril
l. Lampu Bunsen
m. Ember
Bahan :
c. Kapas steril
e. Alkohol 70%
Cara Kerja :
1. Disiapkan media padat Cetrimide Agar steril dalam cawan petri steril ukuran
∅ 5 cm
2. Disaring 250 ml sampel air produk menggunakan kertas membran filter 0,45 µm
kedalam penyaring vakum
Metode :
Filtarasi
Alat :
41
b. Inkubator suhu 360C
c. Fholder
g. Penyaring vakum
h. Selang
k. Pincet steril
l. Lampu Bunsen
m. Ember
Bahan :
c. Kapas steril
e. Alkohol 70%
Cara Kerja :
1. Disiapkan media padat Bismuth Agar steril dalam cawan petri steril ukuran 5
∅ cm
2. Disaring 250 ml sampel air produk menggunakan kertas membran filter 0,45 µm
kedalam penyaring vakum
42
3. Setelah penyaringan selesai kertas membran di pindahkan menggunakan vincet
steril tepat di atas media biakan
Untuk sampel inproses dari air sumber sampai finish tank diberlakukan uji
sampel filtrasi yaitu sebanyak 1000 ml sampel inproses untuk dibagi menjadi beberapa
pengujian yaitu :
Untuk filtrasi Jamur (Yeast dan Mould) sebanyak 250 ml sampel inproses
Metode :
Filtarasi
Alat :
c. Fholder
g. Penyaring vakum
h. Selang
43
i. Cawan petri steril ukuran ∅ 5 cm
k. Pincet steril
l. Lampu Bunsen
m. Ember
Bahan :
c. Kapas steril
e. Alkohol 70%
Cara Kerja :
1. Disiapkan media padat YGCA steril dalam cawan petri steril ukuran ∅ 5 cm
2. Disaring 250 ml sampel air inproses menggunakan kertas membran filter 0,45
µm kedalam penyaring vakum
44
2) Penetapan Jumlah Bakteri Coliform (E.Coli dan Coliform)
Metode :
Filtarasi
Alat :
c. Fholder
g. Penyaring vakum
h. Selang
k. Pincet steril
l. Lampu Bunsen
m. Ember
Bahan :
c. Kapas steril
e. Alkohol 70%
45
Cara Kerja :
1. Disiapkan media padat Chromocult ES steril dalam cawan petri steril ukuran ∅
5 cm
2. Disaring 250 ml sampel air inproses menggunakan kertas membran filter 0,45
µm kedalam penyaring vakum
Metode :
Filtarasi
Alat :
c. Fholder
g. Penyaring vakum
h. Selang
46
k. Pincet steril
l. Lampu Bunsen
m. Ember
Bahan :
c. Kapas steril
e. Alkohol 70%
Cara Kerja :
1. Disiapkan media padat Cetrimide Agar steril dalam cawan petri steril ukuran
∅ 5 cm
2. Disaring 250 ml sampel air inproses menggunakan kertas membran filter 0,45
µm kedalam penyaring vakum
Metode :
Filtarasi
Alat :
47
b. Inkubator suhu 360C
c. Fholder
g. Penyaring vakum
h. Selang
k. Pincet steril
l. Lampu Bunsen
m. Ember
Bahan :
c. Kapas steril
e. Alkohol 70%
Cara Kerja :
1. Disiapkan media padat Bismuth Agar steril dalam cawan petri steril ukuran ∅ 5
cm
48
2. Disaring 250 ml sampel air inproses menggunakan kertas membran filter 0,45
µm kedalam penyaring vakum
2. Metode Taburan
Metode :
Taburan
Alat :
d. Pipet mohr 10 ml
e. Lampu bunsen
Bahan :
49
b. Media YGCA steril
c. Alkohol 70%
Cara Kerja :
Metode :
Taburan
Alat :
d. Pipet mohr 10 ml
e. Lampu bunsen
Bahan :
c. Alkohol 70%
Cara Kerja :
50
2. Dituangkan ± 15 ml media Chromocult ES steril di atas lampu bunsen
Metode :
Taburan
Alat :
d. Pipet mohr 10 ml
e. Lampu bunsen
Bahan :
c. Alkohol 70%
Cara Kerja :
51
5. Pengamatan atau pembacaan media
Metode :
- Taburan
Alat :
d. Pipet mohr 10 ml
e. Lampu bunsen
Bahan :
c. Alkohol 70%
Cara Kerja :
52
5) Penetapan Jumlah Bakteri HPC (Heterotrop Plat Count)
Metode :
Taburan
Alat :
d. Pipet mohr 10 ml
e. Lampu bunsen
Bahan :
c. Alkohol 70%
Cara Kerja :
2. Dituangkan ± 15 ml media YEA (Yeast Extrak Agar) steril di atas lampu bunsen
Metode :
Taburan
53
Alat :
d. Pipet mohr 10 ml
e. Lampu bunsen
Bahan :
c. Alkohol 70%
Cara Kerja :
Metode :
Taburan
Alat :
54
d. Pipet mohr 10 ml
e. Lampu bunsen
Bahan :
c. Alkohol 70%
Cara Kerja :
Metode :
Taburan
Alat :
d. Pipet mohr 10 ml
e. Lampu bunsen
Bahan :
55
b. Media Cetrimide Agar steril
c. Alkohol 70%
Cara Kerja :
Metode :
Taburan
Alat :
d. Pipet mohr 10 ml
e. Lampu bunsen
Bahan :
c. Alkohol 70%
56
Cara Kerja :
Metode :
Taburan
Alat :
d. Pipet mohr 10 ml
e. Lampu bunsen
Bahan :
c. Alkohol 70%
Cara Kerja :
2. Dituangkan ± 15 ml media YEA (Yeast Extrak Agar) steril di atas lampu bunsen
57
4. Kemudian diinkubasikan pada suhu 360C selama 48 jam
58
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdarkan hasil analisis yang dilakukan, data – data yang diperoleh sesuai
dengan standar nasional indonesia (SNI) No. 01-3553-1996 dan standar mutu
perusahaan untuk air minum dalam kemasan (AMDK) sehingga produk yang
dihasilkan aman dan baik untuk dikonsumsi.
Pemeriksaan dari bahan baku air hingga produk jadi dilakukan secara rutin
setiap jam dengan cara analisis fisika, kimia dan mikrobiologi. Analisis fisika kimia
meliputi pH, conduktivity, turbiditas, kesadahan, alkalinitas, kadar ion kalsium, ion
klorida, ion magnesium dan kesadahan total.
Selain pemeriksaan rutin juga dilakukan pemeriksaan analis secara berkala oleh
laboratorium pusat dan laboratorium di akui sehingga produk yang di hasilkan dapat di
awasi dan dapat di kendalikan mutunya. Dengan demikian apabila ada parameter yang
menyimpang dapat diketahui dengan cepat dan dapat ditanggulangi dengan segera.
5.2 Saran
59
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 1987. Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. SNI. 01-0220.
1987. DSN. Hlm. 1-3.
Day, R.A, A.L. Underwood, 1989. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga,
Ismail, Krisnandi Drs, H,E. Ardi Sumarna H, Drs Haryanto Ir, 2002.Pengantar Kimia
Analisis II (Titrimetri). Bogor.
Sumarna, Drs. H, Ardi, B.Sc. 2002. Pengantar kimia analisis Kimia II (Titrimetri).
Bogor.
Winarno, F,G, 1986. Air Untuk Industri Pangan. Jakarta: PT. Gramedia.
60
LAMPIRAN 1 ALKALINITAS
61
LAMPIRAN 2 KLORIDA
62
LAMPIRAN 3 KESADAHAN TOTAL (HARDNES)
63
LAMPIRAN 4 CALSIUM
64