Anda di halaman 1dari 12

PERCOBAAN : V

I. Judul Praktikum : Tata Letak Daun dan Rumus Daun


II. Tanggal Praktikum : 26 November 2018
III. Tujuan Praktikum : Untuk mengenalkan bermacam-macam duduk
daun dan deskripsi daun tersebar
IV. Dasar Teori :
Daun-daun pada suatu tumbuhan biasanya terdapat pada batang dan cabang-
cabangnya, ada kalanya daun-daun suatu tumbuhan berjejal-jejal pada suatu bagian
batang, yaitu pada pangkal batang atau pada ujungnya. Umumnya daun pada batang
terpisah-pisah dengan suatu jarak yang nyata. Bagian batang atau cabang tempat
duduknya suatu daun disebut buku-buku batang (nodus), dan bagian ini seringkali
tampak sebagai bagian batang yang sedikit membesar dan melingkar batang sebagai
suatu cincin, yang dapat dilihat jelas pada (Bambusa sp), tebu (Saccharum
officinarum L) dan semua rumus pada umumnya, sedang bagian batang antara dua
buku-buku dinamakan ruas (internodium).17
Tata letak daun atau duduk daun (Phyllotaxis: dispositio foliorum) merupakan
aturan mengenai letak daun pada batang. Berdasarkan jumlah daun pada setiap
bukunya, terdapat 4 macam duduk daun, yaitu : duduk daun tersebar (folia sparsa);
duduk daun berseling (folia disticha); duduk daun berhadapan (folia opposite); dan
duduk daun berkarang (folia vertillate; verticillaster). Duduk daun tersebar, apabila
pada buku batang ditumbuhi oleh satu helai daun, posisi daun terletak diberbagai sisi
batang. Duduk daun berseling, apabila pada buku batang ditumbuhi oleh satu daun,
posisi daun terletak pada dua sisi batang. Duduk daun berhadapan, apabila terdapat

____________
17
Gembong Tjitrosoepomo, Morfologi Tumbuhan, (Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press, 2013), h. 61-62.

37
38

dua daun pada buku batang yang tumbuh pada dua sisi batang. Daun duduk
berkarang, apabila pada satu buku batang tumbuh lebih dari dua daun.18
Daun merupakan salah satu organ yang mendapatkan dampak langsung dari
pengaruh lingkungan, terutama dari radiasi cahaya matahari. Karakteristik anatomi
pada daun telah banyak digunakan untuk melihat kekerabatan diantara tumbuhan.
Daun merupakan organ yang amat beragam, baik dari segi morfologi, maupun
anatominya. Anatomi daun merupakan struktur bagian dalam dari daun, seperti
bentuk, jenis, susunan sel, dan kandungan di dalam sel.19
Jenis Tetracea scandes memiliki daun tunggal, warna dan hijau tua, bentuk
jarong, permukaan daun kasap sedikit berambut, tepi daun bergerigi (serratus), urat
daun muncul (menonjol) sekunder paralel, pangkal daun runcing, ujung daun
meruncing, tangkai daun sedikit berambut, dan duduk (filotaksis) berseling. Faktor
lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan daun adalah
intensitas cahaya, suhu, udara, ketersediaan air, dan unsur hara.20

____________
18
Juwita Ratnasari, Galeri Tanaman Hias Daun, (Jakarta : Penebar Swadaya, 2008), h. 7.

19
Putra Hafiz, dkk., “Karakteristik Anatomi Daun dari Sepuluh Spesies Hoya Sukulen Serta
Analisis Hubungan Kekerabatannya”, Jurnal Buletin Kebun Raya, Vol. 16, No. 1, (2013), h. 60.

20
Karyati, dkk., “Karakteristik Morfologis dan Anatomis Daun Tumbuhan Herba pada
Paparan Cahaya Berbeda di Hutan Pendidikan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman”, Jurnal
Agrifor, Vol. 16, No. 2, (2017), 251.
39

V. Alat dan Bahan :


a. Alat :
-
b. Bahan :
1. Pacing (Costus speciosus (Koen.) J.E.Smith:)
2. Rumput-Rumputan (poaceae)
3. Teki (Cyperus rotundus L.)
4. Kubis (Brassica oleracea L.)
5. Soka (Ixora paludosa Kurz.)
6. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
7. Alamanda (Alamanda cathartica L.)
8. Pepaya (Carica papaya L.)
9. Waru (Hibiscus tiliaceus L.)

VI. Cara Kerja :


1. Ditulis nama ilmiah dan familianya.
2. Disebutkan ikhtisar tata letak daun :
 Satu buku melekat satu helai daun :
a. Monostik (monosticha)
b. Distik (disticha)
c. Tristik (tristicha)
d. Tersebar (folia sparsa)
 Satu buku melekat dua helai daun :
- Berhadap-bersaling (decussata)
 Satu daun melekat tiga daun atau lebih
- Daun berkarang (folia vertillicata)
3. Dibuat bagan daun dari salah satu bahan diatas.
4. Dibuat diagram daun sesuai dengan bagan daun pada butir D.
40

VII. Hasil Pengamatan :


Gambar : Pepaya (Carica papaya) Keterangan
1. Batang
2. Tangkai
3. Daun

Gambar : Alamanda (Alamanda catharica) Keterangan

1. Batang Cabang
2. Nodus
3. Daun
41

Gambar : Soka (Ixora paludosa) Keterangan

1. Batang cabang
2. Tangkai
3. Nodus
4. Daun

Gambar : Teki (Cyperus rotundus) Keterangan

1. Akar
2. Daun
3. Batang
42

Gambar : Rumput-rumputan (Poaceae) Keterangan

1. Akar
2. Batang
3. Daun

Gambar : Mengkudu (Morinda citrifolia) Keterangan

1. Cabang Batang
2. Daun
3. Nodus
43

Gambar : Kubis (Brassica oleracea) Keterangan

1. Helai Daun
2. Batang Tidak Tampak

Gambar : Waru (Hibiscus tiliaceus) Keterangan


1. Cabang Batang
2. Tangkai
3. Daun
4. Nodus
44

Klasifikasi

1. Rumput-rumputan (Poaceae)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Cyperales
Famili : Poaceae
Genus : Cynodon
Spesies : Cynodon dactylon
2. Teki (Cyperus rotundus)
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Poales
Famili : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus rotundus
3. Kubis (Brassica oleracea)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Papavorales
Famili : Crucifirae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica oleracea
4. Soka (Ixora paludosa)
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
45

Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Famili : Rubiaceae
Genus : Ixora
Spesies : Ixora paludosa
5. Mengkudu (Morinda citrifolia)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiceae
Genus : Morinda
Spesies : Morinda citrifolia
6. Alamanda (Alamanda cathartica)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Gentinales
Famili : Apocynaceae
Genus : Alamanda
Spesies : Alamanda cathartica
7. Pepaya (Carica papaya)
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Brassicales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya
46

8. Waru (Hibiscus tiliaceus)


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus tiliaceus

VIII. Pembahasan :
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa, pola tata letak daun
satu sama lain disebut duduk daun atau filotaksis. Filotaksis ditentukan berdasarkan
banyaknya jumlah daun yang melekat pada buku batang. Khusus untuk filotaksis
daun tersebar akan memperlihatkan hal-hal yang beraturan. Untuk perbandingannya
r/h ini disebut juga rumus daun (divergensi), dimana r disebut juga sebagai lilitan dan
h disebut sebagai jumlah daun. Garis vertikal antara dua daun yang sejajar sumbu
batang disebut juga dengan ortostik. Garis spiral yang menghubungkan daun-daun
berturut-turut dari bawah ke atas disebut spiral genetik.
Rumus daun disebut juga dengan diagram daun. Untuk menghitung rumus
daunnya, nodusnya harus tampak jelas agar mudah dalam menghitungnya. Cara
menghitung rumus ada beberapa, ruas satu dengan ruas daun yang lain harus jelas;
harus mencari daun yang sejajar dengan titik nolnya atau harus sama dengan titik
akhir; harus menentukan titik nol dan titik akhir terlebih dahulu. Titik akhir dari
rumus daun harus sejajar. Jarak daun satu dengan daun yang lain dihitung setengah
lilitan.
Jumlah daun pada buku-buku batang dibuat suatu ikhtisar, yang pertama pada
setiap buku-buku batang hanya terdapat satu daun, maka tata letak daunnya
dinamakan tersebar (folia sparsa). Folia sparsa ini masuk ke dalam garis spiral
(spirostik). Folia sparsa dibagi menjadi tiga, monostik, distik, dan tristik. Monostik
47

merupakan pada buku batang terdapat satu helai daun. Distik merupakan pada buku
batang terdapat dua helai daun. Tristik terdapat tiga helai daun pada buku batang.
Ketiga pembagian folia sparsa tersebut masuk kedalam garis spiral.
Ikhtisar daun yang kedua, pada tiap-tiap buku batang terdapat dua daun yang
berhadap-hadapan (folia opposite), yaitu satu nodus terdiri dari dua helai daun yang
melekat pada satu batang. Ikhtisar daun yang ketiga, pada tiap buku-buku batang
terdapat lebih dari dua daun atau dinamakan daun berkarang (folia verticillata),
dimana satu nodus terdiri dari tiga helai daun.
Folia sparsa (tersebar) contohnya teki (Cyperus rotundus) terdapat satu nodus
atau dua nodus pada batangnya. Contoh lain, yaitu pepaya (Carica papaya) dan waru
(Hibiscus tiliaceus). Folia opposite (berhadap-bersaling) contohnya soka (Ixora
paludosa) yang saling berhadapan dan posisinya berseling. Contoh lainnya mengkudu
(Morinda citrifolia) yang terdapat satu nodus terdiri dari dua helaian daun.
Folia verticillata (berkarang) contohnya alamanda (Alamanda cathartica)
terdapat lebih dari dua helaian daundan satu nodus terdiri dari lebih dua helaian daun.
Kubis (Brassica oleracea) termasuk folia sparsa (tersebar). Kubis termasuk kedalam
roset akar. Roset akar yaitu jika batang amat pendek, sehingga semua daun atau posisi
daun memeluk batang, sehingga batang nampak tidak jelas.
Rumus pepaya (Carica papaya), r/h adapun jumlah lilitanya 2 dan jumlah
daunnya 5 atau 2/5. Rumus waru (Hibiscus tiliaceus) jumlah lilitannya 2 dan jumlah
daunnya 4, jadi r/h = 2/4 atau ½. Daun-daun pada suatu tumbuhan biasanya terdapat
pada batang dan cabang-cabangnya, adakalanya daun-daun suatu tumbuhan berjejal-
jejal pada suatu bagian batang, yaitu pada pangkal batang atau pada ujungnya.
Umumnya daun pada batang terpisah-pisah dengan suatu jarak yang nyata.
48

IX. Kesimpulan :
1. Filotaksis ditentukan berdasarkan banyaknya jumlah daun yang melekat
pada buku batang.
2. Perbandingan r/h disebut rumus daun (divergensi), dimana “r” disebut
sebagai lilitan dan “h” jumlah daun.
3. Jarak daun satu dengan daun yang lain dihitung setengah lilitan.
4. Folia sparsa (tersebar) dibagi menjadi tiga, monostik, distik dan tristik.
5. Daun berkarang (folia verticillata), dimana satu nodus terdiri dari tiga
helai daun.

Anda mungkin juga menyukai