Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat
dan
rahmatnya sehingga Tim PPI dapat menyusun dan menyelesaikan
Standar
Kewaspadaan Isolasi ini.
Pelayanan dikamar isolasi merupakan salah satu rangkaian dari
pelayanan
pada sistem pengendalian dan pencegehan infeksi, sehingga ruang
isolasi
memenuhi prinsip-prinsip keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan
kemudahan
bagi pasien, petugas, dan pengunjung.
Untuk itu perlu disusun standar agar dapat dipakai sebagai acuan
dalam
mengembangkan dan meningkatkan dalam memberi layanan
kesehatan bagi pasien
yang mengidap penyakit infeksi menular agar tidak terjadi transmisi
infeksi dari
pasien kepada pasien lain, petugas dan pengunjung.
Dokumen ini dibuat berdasarkan buku standar kewaspadaan isolasi
oleh TIM
PPI dan profesi terkait serta bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak untuk itu
Tim mengucapkan terima kasih
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
...............................................................................................
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
..............................................................................
.
A. Latar Belakang
..............................................................................
B. Tujuan Pedoman
............................................................................
C. Ruang Lingkup Pelayanan
.............................................................
D. Batasan Operasional
......................................................................
E. Landasan Hukum
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
...........................................................
.
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
...............................................
B. Distribusi Ketenagaan
...................................................................
C. Pengaturan Jaga
.............................................................................
BAB III
STANDAR FASILITAS
...................................................................
A. Denah Ruang
.................................................................................
B. Standar Fasilitas
.............................................................................
BAB IV
TATA LAKSANA
............................................................................
.
BAB V
LOGISTIK
.........................................................................................
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
.............................................................
.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
..............................................................
BAB VIII P
ENGENDALIAN MUTU
...........................................................
.
BAB IX PENUTUP
...............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ruang isolasi adalah ruangan untuk penempatan bagi pasien dengan
penyakit
infeksi yang menular agar tidak menular kepada pasien lain, petugas,
dan
pengunjung.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
Rumah Sakit
harus menerapkan Kewaspadaan Isolasi yang terdiri dari
Kewaspadaan Standar dan
Kewaspadaan berbasis transmisi.
Rumah Sakit harus
mampu memisahkan pasien yang mengidap penyakit
infeksi dan menular, dengan pasien yang mengidap penyakit tidak
menular.
Berdasarkan cara transmisi/penularan infeksi maka penularan
penyakit dapat
dibedakan menjadi penularan kontak, dan penularan droplet (H5N1,
H1N1, MERS
CoV) atau udara (tuberculosis).
B. Tujuan Pedoman
Pedoman ini bertujuan memberi petunjuk agar pengelolaan Rumah
Sakit
memperhatikan kaidah pengendalian dan pencegehan infeksi,
sehingga ruang
isolasi memenuhi prinsip-prinsip keselamatan, kesehatan,
kenyamanan, dan
kemudahan bagi pasien, petugas, dan pengunjung.Rumah Sakit
Publik dan Rumah
Sakit Privat harus menyiapkan ruang isolasi dalam memberi layanan
kesehatan bagi
pasien yang mengidap penyakit infeksi menular agar tidak terjadi
transmisi infeksi
dari pasien kepada pasien lain, petugas dan pengunjung.
C. Ruang Lingkup Pelayanan
1.
Penggunaan kamar isolasi diterapkan kepada semua pasien rawat
inap yang
mengidap penyakit infeksi menular yang dianggap mudah menular
dan
berbahaya;
2.
Pelaksana Pedoman ini adalah semua elemen rumah sakit beserta
pasien dan
keluarga.
D. Batasan Operasional
Rumah Sakit Publik dan Rumah Sakit Privat harus menyiapkan ruang
isolasi dalam memberi layanan kesehatan bagi pasien yang mengidap
penyakit
infeksi menular agar tidak terjadi transmisi infeksi dari pasien kepada
pasien lain,
petugas dan pengunjung
E. Landasan Hukum
1.
UU No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.
2.
UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3.
PP No. 36 Tahun 2006 tentang Bangunan Gedung.
4.
Kep. Menkes No. 270 Tahun 2007 tentang Pedoman Manajerial
Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
Lainnya.
5.
Kep. Menkes No. 382 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan
PPI
Rumah Sakit Pedoman. Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang
Isolasi yang
diterbitkan Dit. JangMed Tahun 2014.
6.
Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Isolasi yang
diterbitkan
Dit. JangMed Tahun 2014.
3)
Melalui udara
(Airborne)
4)
Melalui
common vehicle
(makanan, air, obat, alat, peralatan)
5)
Melalui vektor (lalat, nyamuk, tikus)
Catatan
: Suatu infeksi dapat ditransmisikan lebih dari satu cara.
Kewaspadaan berdasarkan transmisi ini dapat dilaksanakan secara
terpisah ataupun
kombinasi
dengan Kewaspadaan Standar seperti kebersihan tangan dengan
mencuci
tangan sebelum dansesudah tindakan menggunakan sabun,
antiseptik ataupun
antiseptik berbasis alkohol, memakaisarung tangan sekali pakai bila
kontak dengan
cairan tubuh, gaun pelindung dipakai bila terdapatkemungkinan
terkena percikan
cairan tubuh, memakai masker,
goggle
untuk melindungi wajahdari percikan cairan
tubuh.
1)
Kewaspadaan Transmisi Kontak
Cara transmisi yang terpenting dan tersering menimbulkan
HAIs
.Ditujukan
untuk menurunkanrisiko transmisi mikroba yang secara epidemiologi
ditransmisikan melalui kontak langsung atau tidak langsung.Kontak
langsung
meliputi kontak permukaan kulit terluka/abrasi orang yang
rentan/petugas
dengan kulit pasien terinfeksi atau kolonisasi.Misal perawat
membalikkan tubuh
pasien, memandikan, membantu pasien bergerak, dokter bedah
dengan luka
basahsaat mengganti verband, petugas tanpa sarung tangan merawat
oral pasien
HSV atau scabies.
Transmisi kontak tidak langsung terjadi kontak antara orang yang
rentan dengan
benda yangterkontaminasi mikroba infeksius di lingkungan, instrumen
yang
terkontaminasi, jarum, kasa, tangan terkontaminasi dan belum dicuci
atau
sarung tangan yang tidak diganti saat menolong pasien satu dengan
yang
lainnya, dan melalui mainan anak. Kontak dengan cairan
sekresipasien
terinfeksi yang ditransmisikan melalui tangan petugas atau benda mati
dilingkungan pasien.
Diterapkan terhadap pasien dengan infeksi atau terkolonisasi (ada
mikroba pada
atau dalam pasien tanpa gejala klinis infeksi) yang secara
epidemiologi
mikrobanya dapat ditransmisikan dengan cara kontak langsung atau
tidak
langsung.
Petugas harus menahan diri untuk menyentuh mata, hidung, mulut
saat masih
memakaisarung tangan terkontaminasi ataupun tanpa sarung
tangan.Hindari
mengkontaminasi permukaan lingkungan yang tidak berhubungan
dengan
perawatan pasien misal: pegangan pintu, tombol lampu, telepon.
Pengelolaan pasien dengan isolasi
(contact precautions):
a.
Penempatan Pasien
Pasien bisa ditempatkan di semua ruang perawatan.Tempatkan
pasien di kamar
tersendiri. Bila tidak tersedia kamar tersendiri, tempatkan pasien
dalam
kamar
bersama dengan pasien yang terinfeksi dengan mikroorganisme yang
sama
.
tetapi
bila tidak memungkinkan ditempatkan dengan pasien kasus yang
sama
maka tempatkan pasien bersama dengan pasien dengan kasus yang
lain(kecuali
pasien dengan airborne disesses) tetapi
dengan jarak sedikitnya 3 kaki
(kira-
kira 1 m) dengan pasien lainnya dan pengunjung. Tidak dibutuhkan
penanganan
udara dan
ventilasi yang khusus, dan pintu boleh tetap terbuka.
b.
Sarung Tangan dan Cuci Tangan
Sebagai tambahan dari pemakaian sarung tangan seperti yang
digariskan dalam
Standard Precau
tions,
pakailah sarung tangan (bersih dan tidak perlu steril) saat
memasuki kamar dan merawat pasien, ganti sarung tangan setelah
menyentuh
bahan-bahan terinfeksi yang kira-kira mengandung
mikroorganisme dengan
konsentrasi tinggi (faeces dan drainase luka). Lepas sarung tangan
sebelum
meninggalkan lingkungan pasien dan segera lakukan kebersihan
tangan dengan
cuci tangan atau handrub. Setelah melakukan kebersihan tangan
jangan
menyentuh
permukaan lingkungan yang mungkin terkontaminasi atau barang-
barang dalam kamar pasien untuk
mencegah perpindahan mikroorganisme ke
pasien lain atau lingkungan.
c.
Gaun
Sebagai tambahan dari pemakaian gaun yang digariskan dalam
Standard
Precautions,
pakailah gaun (bersih dan tidak perlu steril) saat memasuki kamar
pasien bila kira-kira pakaian anda akan
bersentuhan dengan pasien, permukaan
lingkungan, atau barang-barang dalam kamar pasien. atau
bila pasien menderita
inkontinensia atau diare, ileostomi, kolostomi, atau drainase luka yang
tidak
tertutup perban. Lepas gaun sebelum meninggalkan lingkungan
pasien. Setelah
melepas gaun, pastikan pakaian tidak menyentuh permukaan
lingkungan yang
mungkin terkontaminasi, untuk mencegah perpindahan
mikroorganisme ke
pasien lain atau lingkungan.
d.
Pemindahan Pasien
Batasi pemindahan dan transportasi pasien dari kamar yang khusus
tersedia
untuknya hanya untuk
hal yang sangat penting saja. Bila memang dibutuhkan
pemindahan dan transportasi, pastikan kewaspadaan tetap terjaga
untuk
meminimalkan kemungkinan penyebaran mikroorganisme ke pasien
lain dan
kontaminasi permukaan lingkungan dan peralatan.
e.
Peralatan Perawatan Pasien
Bila memungkinkan, khususkan penggunaan peralatan non-kritikal
hanya untuk
satu pasien saja (atau digunakan bersama dengan pasien yang
terinfeksi atau
terkolonisasi dengan patogen yang sama yang membutuhkan
kewaspadaan)
untuk mencegah penggunaan bersama dengan pasien
lain. Bila penggunaan
bersama tidak dapat dihindari, maka bersihkan dan desinfeksi
peralatan
tersebut sebelum digunakan oleh pasien lain.
2
)
Kewaspadaan Transmisi Droplet
Diterapkan sebagai tambahan Kewaspadaan Standar terhadap pasien
dengan
infeksi diketahui atau suspek mengidap mikroba yang dapat
ditransmisikan
melalui droplet (> 5μm).
Droplet yang besar terlalu berat untuk melayang di
udara dan akan jatuh dalam jarak 1 m dari sumber.
Transmisi droplet melibatkan
kontak konjungtiva atau membran mukosa hidung/mulut.
Droplet partikel besar
yang mengandung mikroba berasal dari pasien pengidap atau carrier
dikeluarkan saat batuk, bersin, muntah, bicara, selama prosedur
suction,
bronkhoskopi. Dibutuhkan jarak dekat antara sumber dan resipien
<1m .
Karena
droplet tidak bertahan diudara maka tidak dibutuhkan penanganan
khusus udara
atau ventilasi.Misal : Adenovirus.
Transmisi droplet langsung, dimana droplet
mencapai mucus membrane atau terinhalasi.
Transmisi droplet ke kontak, yaitu droplet mengkontaminasi
permukaan tangan
dan ditransmisikan ke sisi lain misal: mukosa membrane. Transmisi
jenis ini
lebih sering terjadi daripada transmisi droplet langsung, misal:
commoncold,
respiratory syncitial virus
(RSV). Dapat terjadi saat pasien terinfeksi batuk,
bersin, bicara, intubasi endotrakheal, batuk akibat induksi fisioterapi
dada,
resusitasi kardiopulmoner.
Pengelolaan pasien dengan isolasi
(droplet precautions)
:
a.
Penempatan Pasien
Pasien dengan droplet diseases bisa ditempatkan disemua ruang
perawatan
dengan kamar tersendiri. Bila tidak tersedia kamar tersendiri,
tempatkan
pasien dalam
kamar bersama dengan pasien yang terinfeksi dengan
mikroorganisme yang sama, tetapi
bila tidak memungkinkan ditempatkan
dengan pasien kasus yang sama maka tempatkan pasien bersama
dengan
pasien dengan kasus yang lain(kecuali pasien dengan airborne
disesses)
tetapi
dengan jarak sedikitnya 3 kaki
(kira-kira 1 m) dengan pasien lainnya
dan pengunjung. Tidak dibutuhkan penanganan udara dan
ventilasi yang
khusus, dan pintu boleh tetap terbuka.
b.
Masker
Sebagai tambahan
standard precautions,
gunakan masker bedah/medik bila
bekerja dalam jarak kurang dari
1 m dari pasien.
c.
Pemindahan Pasien
Batasi pemindahan dan transportasi pasien dari kamar yang khusus
tersedia
untuknya hanya untuk
hal yang sangat penting saja.Bila memang dibutuhkan
pemindahan dan transportasi, perkecil
penyebaran droplet dengan
memakaikan masker bedah/medik pada pasien, bila memungkinkan.
3)
Kewaspadaan Transmisi melalui Udara
( Airborne Precautions )
Kewaspadaan transmisi melalui udara (kategori IB) diterapkan
sebagai
tambahan Kewaspadaan Standar terhadap pasien yang diduga atau
telah
diketahui
terinfeksi mikroba yang secara epidemiologi penting dan
ditransmisikan melalui jalur udara.
Seperti misalnya transmisi partikel
terinhalasi
(varicella zoster)
langsung melalui udara.
Ditujukan untuk menurunkan risiko transmisi udara mikroba penyebab
infeksi
baik yang
ditransmisikan berupa droplet nuklei (sisa partikel kecil < 5μm
evaporasi dari droplet yang bertahan lama di udara) atau partikel debu
yang
mengandung mikroba penyebab infeksi.
Mikroba tersebut akan terbawa aliran
udara > 2m dari
sumber, dapat terinhalasi oleh individu rentan di ruang yang
sama dan jauh dari pasien sumber mikroba, tergantung pada faktor
lingkungan,
misal penanganan udara dan ventilasi yang penting dalam
pencegahan transmisi
melalui udara, droplet nuklei atau sisik kulit luka terkontaminasi
(S.aureus)
mikroorganisme yang menempel sementara pada tangan. Sabun
biasa
memerlukan gosokan untuk melepas mikroorganisme secara
mekanik,
sementara sabun
antiseptic
(antimikroba) selain melepas juga membunuh atau
menghambat pertumbuhan dari hampir sebagian besar
mikroorganisme.
Pengelolaan pasien dengan isolasi
(airbone Precautions):
a. Penempatan pasien
Tempatkan pasien yang memiliki syarat berikut :

B
ertekanan udara negatif dibandingkan dengan ruangan sekitarnya.

Bila ruangan dengan tekanan negative penuh tempatkan pasien di
ruangan
ventilasi alami dengan pertukaran udara
6 sampai 12 kali per jam.

Memiliki saluran pengeluaran udara ke lingkungan yang memadai
atau
memiliki system
penyaringan udara yang efisien sebelum udara
disirkulasikan ke ruang lain.
Pintu harus selalu tertutup dan pasien tersebut ada di dalamnya. Bila
tidak
tersedia kamar tersendiri,
tempatkan pasien bersama dengan pasien lain yang
terinfeksi aktif dengan mikroorganisme yang sama, kecuali bila ada
rekomendasi lain. Dilarang menempatkan pasien
dengan pasien jenis
infeksi
lain. Bila tidak tersedia kamar tersendiri dan perawatan gabung tidak
diinginkan,
konsultasikan
dengan petugas pengendalian infeksi sebelum menempatkan
pasien.
b.
Perlindungan Pernafasan (Masker)
Gunakan masker partikulat N-95 bila memasuki kamar pasien yang
diketahui
atau dicurigai menderita airborne disease (Tbc, Varicela, rubella dll)
.Orang-
orang yang sensitif dilarang memasuki kamar pasien yang diketahui
atau
dicurigai
menderita airborne disease.Petugas yang
kebal pada
measles
(rubeola) atau
varicella
tidak perlu memakai perlindungan
pernafasan.Pasien harus selalu menggunakan masker medik/bedah.
c.
Pemindahan Pasien
Batasi pemindahan dan transportasi pasien dari kamar yang khusus
tersedia
untuknya hanya untuk
hal yang sangat penting saja.Bila memang dibutuhkan
pemindahan dan transportasi, perkecil
penyebaran droplet dengan
memakaikan masker bedah/medic pada pasien bila memungkinkan.
C. Lama Isolasi
Lama isolasi tergantung dari jenis penyakit, kuman penyebab dan
laboratorium
yaitu:
1.
Sampai biakan kuman negative (misalnya pada difteri, antraks)
2.
Sampai penyakit sembuh (misalnya herpes, limfogranuloma venerum,
khusus luka atau penyakit kulit sampai tidak mengeluarkan bahan
menular
3.
Selama pasien dirawat di ruang rawat (khusunya asien dengan
hepatitis
virus A dan B, leptosiprosis)
4.
Sampai 24 jam setelah dimulainnya pemberian antibiotika yang efektif
(misalnya pasa sifilis, konjungtivitis gonore pada neonatus
D.
Prosedur Keluar Ruang Perawatan Isolasi
1.
Perlu disediakan ruangan ganti khusus untuk melepaskan APD
2.
Pakaian bedah/masker masih tetap dipakai
3.
Lepaskan pakaian bedah dan masker di ruang ganti umum, masukan
dalam
kantong plastik kuning
4.
Pintu keluar dari ruang perawatan harus terpisah dari pintu masuk
E. Kriteria pindah rawat dari ruang Isolasi ke ruang perawatan biasa :
1.
Terbukti bukan kasus yang mengharuskan dirawat di ruang isolasi
2.
Pasien dinyatakan tidak menular atau telah diperbolehkan untuk
dirawat
diruang rawat inap biasa oleh dokter
3.
Pertimbangan lain dari dokter
F
. Penanganan pasien Imunosuppressed
1.
Penanganan pasien
Imunosuppressed hanya melakukan kestabilan keadaan
umum, bila sudah stabil rumah sakit merujuk ke fasilitas kesehatan
yang
lain
2.
Pasien dengan Imunosuppressed harus ditempatkan dalam ruangan
isolasi
atau ruangan biasa yang mampu menampung hanya satu orang
pasien
3.
Jika isolasi tidak memungkinkan, boleh menempatkan pasien satu
ruangan
dengan pasien yang lain namun dengan penyakit yang sama, dengan
tetap
memperhatikan kewaspadaan isolasi
G. Alur Pasien Perawatan di Ruang Isolasi
Pasien
POLIKLINIK/IG
D
1.
Suspek Penyakit Menular yang
berbahaya
2.
Luka bakar indikasi rawat
3.
Penurunan sistem imun
4.
Kemoterapi
H. TRIAGE
Rawat Jalan
Rawat Inap
Antri Normal
Tidak
Apakah pasien
mengidap batuk?
YA
Berikan
pendidikan
etika batuk
Tidak
Batuk lebih dari
2 minggu
YA
Atau
Antri Normal
Berikan pendidikan
etika batuk
Bila Mungkin
dipisah
Jalur Cepat
Pemeriksaan Sputum
I. Alur Pasien HIV
KLIEN
RAWAT
INAP
RUJUKA
N LUAR
DATANG
SENDIRI
-
Ditangani sesuai keluhan
dan gejala HIV oleh
dokter Sp.Pd
-
Perawat rawat inap
menghubungi dan
melaporkan pasien +
HIV ke petugas poli
VCT
POLI VCT
KONSELING
BALASAN
RUJUKAN
KESEDIAAN TES
YA
TIDAK
TES HIV
-
PELAYANAN KONSELING
LANJUTAN
-
TERAPI ARV
-
KONSELING EFEK SAMPING
ARF
MOTOVASI
UNTUK
KUNJUNGAN
ULANG
KONSELING
PASCA
PAJANAN
AMBIL HASIL
TINDAK LANJUT
JIKA HIV
I.
Dengan mengelompokan satu jenis penyakit berdasarkan cara
penularannya
:
1.
Setiap pasien yang menular harus dirawat di ruang isolasi
tersendiri.
2.
Saat ini R
SUD Mas Amsyar Kasongan
belum memiliki ruang
isolasi tersendiri,
kedepannya akan direncakan untuk pengadaan ruang
isolasi pasien menular yang sesuai ketentuan,untuk merawat
pasien,RS
UD
Mas Amsyar
menggunakan cara Pengelompokan (Kohorting ) pasien
menular TBC,
diare berat,
varicella perdarahan tak terkontrol,
luka lebar
dengan cairan keluar.
3.
Setiap pasien harus memakai masker bedah (surgical mask
rangkap 2) atau masker N 95(bila mungkin) pada saat petugas berada
diruangan tersebut. Ganti masker setiap 4-6 jam dan buang di tempat
sampah infeksius. Pasien tidak boleh membuang ludah atau dahak di
lantai
gunakan penampung dahak/ludah tertutup sekali pakai (disposable).
4.
Setelah selesai melakukan tindakan jas tersebut harus dilepaskan
dengan hati-hati dan masukkan kedalam tempat tertutup dilengkapi
dengan
laundry bag yang berlabel ISOLASI. Tempat tersebut diletakkan di
dekat
pintu keluar ruang isolasi. Setelah itu petugas harus kebersihan
tangan di
dalam ruang isolasi.
Setiap ruang isolasi harus dilengkapi dengan peralatan:
1)
Termometer.
2)
Stetoskop.
3)
Tensimeter.
4)
Wadah/bed pan (jika tidak ada kamar mandi sendiri).
5)
Tempat pembuangan limbah infeksius.
6)
Jas.
7)
Instrumen.
8)
Sampah termasuk sisa makanan, alat makan.
9)
Fasilitas kebersihan tangan di dalam ruang kohorting.
10)
Barrier atau penghalang.
11)
APD yang sesuai.
BAB V
LOGISTIK
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A.
Upaya keselamatan pasien adalah :
1.
Kete
p
atan identifikasi pasien
Melakukan identifikasi yang benar sesuai SPO.
2.
Peningkatan komunikasi efektif
1)
Melakukan komunikasi efektif SBAR pada saat :
a.
Komunikasi antar perawat.
b.
Komunikasi perawat dengan dokter.
c.
Komunikasi antar petugas kesehatan lainnya yang bertugas di
Rumah Sakit
Mas Amsyar Kasongan
2)
Menggunakan komunikasi SBAR :
a.
Saat pergantian shift jaga.
b.
Saat terjadi perpindahan rawat pasien.
c.
Saat terjadi perubahan situasi atau kondisi pasien.
d.
Saat melaporkan hasil pemeriksaan,efek samping terapi/tindakan
atau pemburukan kondisi pasien melalui telepon kepada dokter yang
merawat.
3.
Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
1)
Melaksanakan SPO Independent Double chek,
Obat kewaspadaan
tinggi pada obat-obat yang termasuk dalam daftar obat HAM.
2)
Memberikan obat sesuai dengan prinsip 5 BENAR.
4.
Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien
5.
Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
1)
Melakukan pengisian formulir data pemantauan surveilens :
a.
Infeksi luka infus.
b.
Infeksi saluran kencing.
c.
ISK.
d.
Dekubitus.
e.
Kepatuhan kebersihan tangan.
2)
Melakukan pemantauan kegiatan pengendalian infeksi.
3)
Melakukan pelaporan dan analisa kejadian infeksi.
4)
Melakukan sosialisasi hasil analisa kejadian infeksi.
5)
Melakukan evaluasi kegiatan pengendalian infeksi .
B.
Manajemen Keselamatan Pasien di R
uang
Isolasi
:
1.
Komunikasi dan dokumentasi.
2.
Tanda (Signage).
3.
Prosedur yang harus diikuti sebelum memasuki ruangan.
4.
Prosedur yang harus diikuti sebelum keluar ruangan.
5.
Kebersihan tangan.
6.
Alat Pelindung Diri (APD).
7.
Koleksi spesimen dan transportasi.
8.
Makanan.
9.
Transfer/Pemindahan pasien di isolasi.
10.
Transportasi pasien dengan Ambulance.
11.
Pengelolaan linen dan pakaian.
12.
Tumpahan darah/cairan tubuh.
13.
Pengelolaan benda tajam/limbah.
14.
Pembersihan lingkungan.
15.
Perawatan/Peralatan Medis.
16.
Pengunjung.
17.
Discharge dari ruang isolasi.
18.
Penghentian isolasi keperawatan.
19.
Kebersihan terminal.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan
sarana,
prasarana dan peralatan kerja. Bentuk pelayanan keselamatan kerja
yang dilakukan:
1.
Pembinaan dan pengawasan kesehatan dan keselamatan sarana,
prasarana dan
peralatan kesehatan
2.
Prasarana harus memenuhi standar pelayanan keamanan, serta
keselamatan dan
kesehatan kerja penyelenggara rumah sakit khusunya di ruang isolasi
3.
Lokasi ruang isolasi harus memenuhi ketentuan mengenai
lingkungan, tata ruang
serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan
penyelenggaraan di
ruang isolasi
4.
Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda-tanda keselamatan
5.
Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan APD
6.
Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan
keselamatan
kerja yang disampaikan kepada Direktur rumah sakit.
Harus dihindarkan transfer mikroba patogen antara pasien dan
petugas saat
perawatan pasien dan petugas saat perawatan pasien rawat inap.
Perlu dujalankan
hal berikut:
1.
Kewaspadaan terhadap semua darah dan cairan tubuh ekskresi dan
sekresi dari
seluruh pasien untuk meminimalisir risiko transmisi infeksi
2.
Dekontaminasi tangan sebelum kontak diantara pasien
3.
Cuci tangan setelah menyentuh bahan infeksius (darah dan cairan
tubuh pasien)
4.
Gunakan tekhnik tanpa menyentuh bila memungkinkan untuk
menghindari
menyentuh bahan infeksius
5.
Pakai sarung tangan saat harus atau mungkin kontak dengan darah
dan cairan
tubuh serta barang yang terkontaminasi. Didinfeksi tangan segera
setelah
melepas sarung tangan. Ganti sarung tangan antara pasien
6.
Penanganan limbah feses, urin dan sekresi pasien yang lain dalam
lubang
pembuangan yang disediakan, bersihkan dan disenfeksi bedpan,
urinal dan
ontainer pasien yang lain.
7.
Tangani bahan infeksius sesuai prosedur
8.
Pastikan peralatan, barang fasilitas dan linen infeksius pasien telah
dibersihkan
dan didisinfeksi dengan benar antar pasien.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pimpinan rumah sakit harus melaksanakan evaluasi pelayanan dan
pengendalian
mutu pasien isolasi dengan kriteria :
1.
Ada program/kegiatan peningkatan mutu pelayanan medis untuk
pasien isolasi
yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit, dengan melakukan
kegiatan audit
medik.
2.
Ada pertemuan berkala secara formal antara pimpinan rumah sakit
dan komite
medik / Tim DOTS untuk membahas, merencanakan, dan
mengevaluasi
3.
Pelayanan medis serta upaya peningkatan mutu pelayanan medis TB.
4.
Ada laporan data/statistik serta hasil analisa pelayanan medis TB
rumah sakit.
5.
Ada laporan dan hasil evaluasi pelaksanaan jejaring internal
6.
Ada laporan dan hasil evaluasi pelaksanaan jejaring eksternal.
7.
Ada rencana tindak lanjut dari hasil evaluasi.
BAB IX
PENUTUP
Kamar isolasi merupakan salah satu program pengendalian dan
pencegehan
infeksi, sehingga ruang isolasi memenuhi prinsip-prinsip keselamatan,
kesehatan,
kenyamanan, dan kemudahan bagi pasien, petugas, dan pengunjung.
Ruang isolasi dalam memberi layanan kesehatan bagi pasien yang
mengidap
penyakit infeksi menular agar tidak terjadi transmisi infeksi dari pasien
kepada
pasien lain, petugas dan pengunjung.
Standar isolasi ini dipakai sebagai acuan oleh Rumah Sakit dalam
mengembangkan instalasi kamar isolasi agar dapat menjadi lebih baik
lagi.
BAB IX
PENUTUP
Kamar isolasi merupakan salah satu program pengendalian dan
pencegehan
infeksi, sehingga ruang isolasi memenuhi prinsip-prinsip keselamatan,
kesehatan,
kenyamanan, dan kemudahan bagi pasien, petugas, dan pengunjung.
Ruang isolasi dalam memberi layanan kesehatan bagi pasien yang
mengidap
penyakit infeksi menular agar tidak terjadi transmisi infeksi dari pasien
kepada
pasien lain, petugas dan pengunjung.
Standar isolasi ini dipakai sebagai acuan oleh Rumah Sakit dalam
mengembangkan instalasi kamar isolasi agar dapat menjadi lebih baik
lagi.
IV. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
RS X
STANDAR KAMAR JENAZAH
No. Dokumen
.............................
No. Revisi
.........
Halaman
1 dari 2
SPO
(STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL)
Tanggal Terbit
...
..................
Ditetapkan
,
Kepala RS X
dr. Z
PENGERTIAN
Untuk penempatan bagi pasien dengan penyakit infeksi yang menular
agar
tidak menular kepada pasien lain, petugas, dan pengunjung.
TUJUAN
Memberi petunjuk agar pengelolaan rumah sakit memperhatikan
kaidah
pengendalian dan pencegehan infeksi, sehingga ruang isolasi
memenuhi
prinsip-prinsip keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan
kemudahan bagi
pasien, petugas, dan pengunjung.
KEBIJAKAN
1.
UU No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.
2.
Kep. Menkes No. 270 Tahun 2007 tentang Pedoman Manajerial.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RS dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Lainnya.
PROSEDUR
Kebersihan tangan
APD
Pengendalian lingkungan
Penanganan limbah
Peralatan perawatan pasien
Penanganan linen
Penenmpatan pasien
Perlindungan Kesehatan karyawan
Penyuntikan yang aman
Etika batuk/bersin
Praktik lumbal fungsi
KEPUTUSAN DIREKTUR RS GRAND MEDICA
NOMOR : 102/ PPI / SK / DIR / III / 2016
NOMO
TENTANG
KEBIJAKAN PENERAPAN KEWASPADAAN ISOLASI
DI RS GRAND MEDICA
DIREKTUR RS GRAND MEDICA

Anda mungkin juga menyukai