“Bronkitis”
Dosen Pendamping : Maria Manungkalit,. S. Kep.,Ns.,M. Kep
Oleh Kelompok 2
2017
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Memahami definisi penyakit bronkitis
2. Memahami anatomi dan fisiologi bronkitis
3. Memahami etiologi penyakit bronkitis
4. Mengetahui patofisiologi penyakit bronkitis
5. Memahami Web of Cotion penyakit bronkitis
6. Memahami manifestasi klinis penyakit bronkitis
7. memahami klasifikasi bronkitis
8. Memahami komplikasi penyakit bronkitis
9. Memahami pemeriksaan penunjang dan terapi pada penyakit bronkitis
10. Memahami asuhan keperawatan penyakit bronkitis.
BAB 2
PEMBAHASAN
B.5 Paru – paru dua, yaitu paru kanan dan paru kiri. Paru kanan terdiri
dari 3 lobus, dan paru kiri terdiri dari 2 lobus.
B.6 Pembuluh darah pada paru Arteri pulmonalis membawa darah yang
sudah tidak mengandung oksigen (O2) dari ventrikel kanan jantung ke
paru-paru. Pembuluh darah yang dilukiskan sebagai arteri bronchialis
membawa darah yang berisi oksigen (O2) langsung dari aorta torasika ke
paru-paru untuk menghantarkan oksigen (O2) ke dalam jaringan paru-
paru.
2.3 Etiologi
Secara umum penyebab bronkitis dibagi berdasarkan faktor lingkungan dan
faktor host/penderita. Penyebab bronkitis berdasarkan faktor lingkungan meliputi
polusi udara, merokok dan infeksi. Infeksi sendiri terbagi menjadi infeksi bakteri
(Staphylococcus, Pertusis, Tuberculosis, mikroplasma), infeksi virus (RSV,
Parainfluenza, Influenza, Adeno) dan infeksi fungi (monilia). Faktor polusi udara
meliputi polusi asap rokok atau uap/gas yang memicu terjadinya bronkitis.
Sedangkan faktor penderita meliputi usia, jenis kelamin, kondisi alergi dan riwayat
penyakit paru yang sudah ada.
a. Bronkitis infeksiosa Brokitis infeksiosa disebabkan oleh infeksi bakteri atau
virus, terutama Mycoplasamapneumoniae dan Chlamydia. Serangan bronkitis
berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru dan saluran
pernapasan menahun. Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari :
a.1 Sinusitis kronik
a.2 Bronkiektasis
a.3 Alergi
a.4 Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak
b. Bronkitis iritatif Bronkitis iritatif adalah bronkitis yang disebabkan alergi
terhadap sesuatu yang dapat menyebabkan iritasi pada daerah bronkus. Bronkitis
iritatif bisa disebabkan oleh berbagai jenis debu, asap dari asam kuat, amonia,
beberapa pelarut organik klorin, hidrogen sulfida, sulfur dioksida, dan bromine,
polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida, tembakau dan
rokok lainnya. Faktor etiologi utama adalah zat polutan.
2.4 Patofisiologis
Menurut Kowalak (2011) Bronchitis terjadi karena Respiratory Syncytial
Virus (RSV),Virus Influenza, Virus Para Influenza, Asap Rokok, Polusi Udara yang
terhirup selama masa inkubasi virus kurang lebih 5 sampai 8 hari. Unsur-unsur iritan
ini menimbulkan inflamasi pada precabangan trakeobronkial, yang menyebabkan
peningkatan produksi sekret dan penyempitan atau penyumbatan jalan napas. Seiring
berlanjutnya proses inflamasi perubahan pada sel-sel yang membentuk dinding
traktus respiratorius akan mengakibatkan resistensi jalan napas yang kecil dan ketidak
seimbangan ventilasi-perfusi yang berat sehingga menimbulkan penurunan
oksigenasi daerah arteri.
Efek tambahan lainnya meliputi inflamasi yang menyebar luas, penyempitan
jalan napas dan penumpukan mucus di dalam jalan napas. Dinding bronkus
mengalami inflamasi dan penebalan akibat edema serta penumpukan sel-sel
inflamasi. Selanjutnya efek bronkospasme otot polos akan mempersempit lumen
bronkus. Pada awalnya hanya bronkus besar yang terlibat inflamasi ini, tetapi
kemudian semua saluran napas turut terkena. Jalan napas menjadi tersumbat dan
terjadi penutupan, khususnya pada saat ekspirasi. Dengan demikian, udara napas akan
terperangkap di bagian distal paru. Pada keadaan ini akan terjadi hipoventilasi yang
menyebabkan ketidakcocokan dan akibatnya timpul hipoksemia.
Hipoksemia dan hiperkapnia terjadi sekunder karena hipoventilasi. Resistensi
vaskuler paru meningkat ketika vasokonstriksi yang terjadi karena inflamasi dan
konpensasi pada daerah-daerah yang mengalami hipoventilasi membuat arteri
pulmonalis menyempit. Inflamasi alveolus menyebabkan sesak napas.
2.6 Manifestasi Klinis
Gejala umum bronkitis akut maupun bronkitis kronik adalah:
2.6.1 Batuk dan produksi sputum adalah gejala yang paling umum biasanya terjadi
setiap hari. Intensitas batuk, jumlah dan frekuensi produksi sputum bervariasi dari
pasien ke pasien. Dahak berwarna yang bening, putih atau hijaukekuningan.
2.6.2 Dyspnea (sesak napas) secara bertahap meningkat dengan tingkat keparahan
penyakit. Biasanya, orang dengan bronkitis kronik mendapatkan sesak napas dengan
aktivitas dan mulai batuk.
2.6.3 Gejala kelelaha, sakit tenggorokan , nyeri otot, hidung tersumbat, dan sakit
kepala dapat menyertai gejala utama.
2.6.4 Demam dapat mengindikasikan infeksi paru-paru sekunder virus atau bakteri.
Pada bronkitis akut, batuk terjadi selama beberapa minggu. Sesorang
didiagnosis bronkitis kronik ketika mengalami batuk berdahak selama paling sedikit
tiga bulan selama dua tahun berturut-turut. Pada bronkitis kronik mungkin saja
seorang penderita mengalami bronkitis akut diantara episode kroniknya, dan batu
mungkin saja hilang namun akan muncul kembali.
2.7 Klasifikasi
2.7.1 Bronkitis akut
Adalah batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus yang melibatkan jalan napas
yang besar. Bronkitis akut pada umumnya ringan. Berlangsung singkat (beberapa hari
hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan, namun adakalanya
sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk
berkepanjangan.21
2.7.2 Bronkitis kronik
Bronkitis kronik merupakan penyakit saluran napas yang sering didapat di
masyarakat. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan oleh karena sifatnya yang
kronik, persisten dan progresif. Infeksi saluran napas merupakan masalah klinis yang
sering dijumpai pada penderita bronkitis kronik yang dapat memperberat
penyakitnya.
Eksaserbasi infeksi akut akan bronkitis kronik yang dapat memperberat
penyakitnya. Eksaserbasi infeksi akut akan mempercepat kerusakan yang telah
terjadi, disamping itu kuman yang menyebabkan eksaserbasi juga berpengaruh
terhadap morbiditas penyakit ini. Penyakit ini berlangsung lebih lama dibandingkan
bronkitis akut, yaitu berlangsung selama 1 tahun dengan frekuensi batu produktif 3
bulan selam 2 tahun berturut-turut.
2.8 Komplikasi
Komplikasi dari bronkitis tidak terlalu besar, yaitu antara lain:
2.8.1 Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik.
2.8.2 Pada orang yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi
kurang dapat terjadi Othitis Media, Sinusitis dan Pneumonia.
2.8.3 Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.
2.8.4 Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasis atau Bronkietaksis.
3. Intervensi
NO TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
A Setelah dilakukan tindakan Kaji status Tanda dan gejala gangguan
keperawatan selama 2x24 pernapasan anak pernapasan dapat
jam diharapkan masalah sesering mungkin. mengindikasikan obstruksi yang
keperawatan dapat teratasi lebih buruk. peningkatan
dengan kriteria hasil: frekuensi napas yang cepat
- Anak akan disertai penongkatan frekuensi
mempertahankan jantung dapat merupakan tanda
saluran pernapasan awal hipoksia.
- Bebas gangguan
yang ditandai Uap yang lembab dapat
dengan adanya mengencerkan lender.
kesukaran Berikan udara yang
pernapasan lembab dan sejuk. Pemberian oksigen
dapat disarankan untuk
Berikan oksigen jika mengurangi hipoksia dan
diperlukan kegelisahan. oleh karena
penggunaan oksigen dapat
menutupi tanda awal hipoksia
yang sebenarnya, dan
peningkatan obstruksi, yang
perlahan-lahan akan membawa
pada keadaan hiperkapnia,
penggunaan oksigen hanya
diindikasikan untuk menangani
hipoksia yang nyata.
epinephrine rasemik
mengurangi pembengkakan dari
mukosa subglotis. karena efek
Berikan aerosol pengobatan biasanya singkat, hal
epinephrine rosemik ini mengakibatkan obstruksi
jika perlu pantulan.
B Setelah dilakukan tindakan Kaji suhu tubuh anak Data untuk menentukan
keperawatan selama 3x24 intervensi selanjutnya.
jam diharapkan masalah
keperawatan dapat teratasi Pertahankan Lingkungan yang sejuk
dengan kriteria hasil: lingkungan sejuk, membantu menurunkan suhu
- Mempertahankan dengan menggunakan tubuh dengan cara radiasi.
suhu tubuh normal piama dan selimut
yaitu 36,50-37,50C yang tidak tebal, serta
mempertahankan suhu
ruangan antara 220 dan
240C. antipiretik seperti asetaminofen
efektif menurunkan demam.
Berikan antipiretik
sesuai petunjuk. Peningkatan suhu secara tiba-
tiba akan mengakibatkan kejang.
Berikan kompres
hangat pada anak di
daerah ketiak, lipatan
paha, dan kening
(untuk sugesti)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bronkitis akut adalah proses inflamasi selintas yang mengenai trakea, bronkus utama
danmenengah yang bermanifestasi sebagai batuk, serta biasanya akan membaik tanpa
terapi dalam2 minggu yang terutama disebabkan oleh virus dimana alergi, cuaca, polusi udara dan
infeksisaluran napas atas juga dapat memudahkan terjadinya bronkitis akut. Adapun
gejala bronkitisakut berupa batuk yang mulanya kering, setelah dua atau tiga hari,
mulai berdahak danmenimbulkan suara adanya lendir dengan dahak yang bewarna
kekuningan. Pada pemeriksaanauskultasi didapatkan ronki. Diperlukan diagnosa yang
tepat agar penatalaksanaan dan pengobatannya tepat dan benar.
Daftar Pustaka
Buku :
Muttaqin,Arif.2008.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan.Jakarta:Salemba Medika
Price&Wilson.2005.Patofisiologi.Jakarta:EGC
Buku Keperawatan Medikal bedah Elsevier
Internet :
Jurnal STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI PROGRAM STUDI ILMU
KEPERAWATAN
2011-2012 KONSEP DASAR TEORI BRONKITIS KRONIS
https://www.scribd.com/doc/79957976/Bronchitis-Makalah-Adis