EFUSI PLEURA
OLEH:
Sri Megawati C11112056
Andi Saputri Majid C11112057
Nurhafidah Mahfudz C11112058
Tasya Aisyah P. Maasba C11112123
Pembimbing Residen
dr. Thio Ananda Steven
Dosen Pembimbing
dr.Dario A. Nelwan, Sp.Rad
Konsulen Pembimbing
Mengetahui,
Kepala Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
2
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN 2
DAFTAR ISI 3
BAB I KASUS
A. Identitas Pasien 4
B. Anamnesis 4
C. Pemeriksaan Fisik 5
D. Pemeriksaan Penunjang 6
E. Radiologi 8
F. Diagnosis 9
G. Terapi 9
BAB II DISKUSI
A. Pendahuluan 10
B. Anatomi 10
C. Fisiologi 12
D. Patofisiologi 13
E. Resume Medis 13
F. Diskusi Radiologi 14
G. Diagnosis Banding 19
3
BAB I
KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 64 Tahun
No. RekamMedik : 759853
RuangPerawatan : Lontara 1 Atas Depan
Tanggal MRS : 31-05-2016
B. Anamnesis
Keluhan utama : Sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sesak napas dialami sejak 3 bulan yang lalu dan memberat sejak 1 hari
sebelum masuk rumah sakit. Sesak dirasakan terus menerus dan makin
memberat. Pasien mengeluh susah tidur terlentang karena sesak dan biasanya
lebih nyaman jika duduk dan memeluk bantal. Riwayat sesak sebelumnya
tidak ada. Riwayat batuk sebelumnya ada yaitu hanya sesekali, berlendir
warna putih atau kuning. Nyeri dada tidak ada. Demam tidak ada, mual-
muntah tidak ada, nafsu makan berkurang ada, keringat malam tidak ada,
berat badan juga dirasakan menurun.Pasien juga mengeluh ada benjolan di
perut yang muncul sejak 3 bulan yang lalu, sesaat sebelum mulai sesak.
Benjolan tersebut terasa sakit jika ditekan. Sebelumnya, sejak 2 tahun yang
lalu pasien mengeluh sering ada keluar masuk benjolan seperti daging dari
anus, yang lama kelamaan makin membesar. Buang air besar tidak lancar dan
nyeri, hanya seperti tai kambing. Buang air kecil tidak lancar.
4
- Riwayat merokok tidak ada
- Riwayat minum alkohol tidak ada
C. PemeriksaanFisik
Keadaan umum : Sakit sedang, gizi kurang
Kesadaran : Kompos mentis
Tanda Vital
- Tekanandarah : 100/80 mmHg
- Nadi : 70x/menit
- Suhu : 36,5oC
- Pernafasan : 32 x/menit
Status lokalis
1. Kepala
Rambut : Berwarna hitam dan beruban, tidak rontok
Mata : Konjungtiva anemis (-), Sclera ikterus (-),
Gangguanpenglihatan(-),
Telinga : Nyeri (-), Sekret(-), Tinnitus (-),
Gangguanpendengaran (-).
Hidung : Nyeri (-), Epistaksis (-), Rhinorrhea (-)
Mulut : Bibir kering, Gusi berdarah (-), Lidah kotor (-),
Gangguan mengecap (-), Sianosis (-)
Tenggorokan : Nyeri tenggorokan (-), Tonsilitis (-), Abses
peritonsil (-), Laryngitis (-), Perubahan suara(-)
2. Leher
Inspeksi :Warna kulit sama dengan sekitarnya, tidak tampak massa
tumor,
Palpasi : Tidak ada massa tumor, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening., JVP R+2 cmH2O
3. Paru-Paru
Inspeksi : Simetris kiri sama dengan kanan
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, massa tumor tidak ada, Vokal Fremitus
menurun setinggi ICS VII posterior kiri dan kanan
Perkusi :Pekaksetinggi ICS VII posterior kiri dan kanan
Auskultasi :Bunyi pernafasan menurun. Ronkhi -/-,Wheezing -/-
5
4. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas atas ICS II sinistra
Batas bawah ICS VI sinistra
Batas kanan linea parasternalis dekstra
Batas kiri 2 jari lateral dari linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II, murni, reguler, tidak ada bising.
5. Abdomen
Inspeksi : Dinding abdomen tampak membesar, ikut gerak nafas
Auskultasi : Peristaltik kesan normal
Palpasi : Tidak teraba massa tumor, ada nyeri tekan, hepar dan lien
tidak teraba.
Perkusi : Shifting Dullnes (+)
6. Ekstremitas Inferior Dekstra et Sinistra
Inspeksi : Edema (-)
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
MCH 25.01 27 – 32 Pg
6
PT 8.4 10 – 14 Detik
2. Urinalisa
pH 5.5 4.5-8.0
Bj 1.020 1.005-1.035
7
Urobilinogen Normal Normal mg/dl
E. Radiologi
8
Foto thorax AP
Hasil Pemeriksaan :
F. Diagnosis
Efusi Pleura bilateral
Diagnosis penyerta:
- Prolaps Recti
- Cholesistolith
- Hidronephrosis Bilateral e.c Nephropathi Dextra
G. Terapi
9
BAB II
DISKUSI
A. Pendahuluan
Pleura terdiri atas pleura visceral dan pleura parietal dengan rongga yang
berisi sedikit cairan sebagai fungsi pelumas dalam pengerakan pernapasan. Dalam
keadaan normal, pada foto thorax tidak dapat diperlihatkan lapisan pleura.
Kelainan-kelainan yang sering dijumpai adalah cairan berlebih dalam rongga
pleura (efusi pleura), udara dalam rongga pleura (pneumothorax), infeksi
(pleuritis), dan tumor pleura. (Iwan Ekayuda, 2009) Efusi pleura adalah ketika
terdapat cairan berlebih di dalam rongga pleura pleura. (Chris Tanto, 2014)
B. Anatomi
Saluran pernafasan terdiri dari rongga hidung, rongga mulut, faring, laring,
trakea, bronkus dan bronkiolus nonrespiratorius yang berfungsi dalm konduksi
(pengantar gas), serta bronkiolus respiratorius dan alveolus yang befungsi sebagai
10
pertukaran gas (difusi). Paru-paru berbentuk kerucut, tumpul pada bagian apeks
yang mencapai os.costae 1 dan konkaf pada bagian dasarnya yang tepat berada di
atas diafragma. Paru-paru kanan sedikit lebih besar dari paru-paru kiri dan terdiri
atas tiga lobus yaitu lobus superior, lobus medius, dan lobus inferior.Sedangkan
paru-paru kiri terdiri atas dua lobus yaitu lobus superior dan dan lobus inferior.
Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama segmen. (Harold
Ellis. 2006)
11
Tekanan pleura bersama tekanan jalan napas menimbulkan tekanan transpulmoner
yang memengaruhi pengembangan paru dalam proses respirasi. Cairan pleura
dalam jumlah tertentu berfungsi untuk memungkinkan pergerakan kedua
pleuratanpa hambatan selama proses respirasi. Keseimbangan cairan pleura diatur
melalui mekanisme hukum Starling dan sistem penyaliran limfatikpleura. Rongga
pleura merupakan rongga potensial yang dapat mengalami efusi akibat penyakit
yang mengganggu keseimbangan cairanpleura. Karakteristik pleura lain penting
diketahui sebagai dasar pemahaman patofisiologi kelainan pleura dan gangguan
proses respirasi. (Pratomo IP, Yunus F, 2013)
C. Fisiologi
13
nyaman kala pasien duduk condong ke depan memeluk bantal. Keluhan batuk ada,
berlendir warna putih atau kuning, dirasakan sekali-kali. Nyeri dada tidak ada,
demam tidak ada, mual-muntah tidak ada. Keringat malam tidak ada, nafsu makan
berkurang. Riwayat ada benjolan pada perut yang dialami 3 bulan lalu, nyeri jika
ditekan. Riwayat ada benjolan seperti daging yang keluar masuk di daerah vagina
kurang lebih 2 tahun lalu, benjolan tersebut beberapa hari ini sudah tidak bisa
masuk lagi. Riwayat Hipertensi dan Diabetes Melitus tidak ada. Buang air besar
kurang lancarseperti tahi kambing, Buang air kecil lancar. Pada pemeriksaan fisis
didapatkan tekanan darah 100/80 mmHg, nadi 80x/menit, pernapasan 30 x/menit,
suhu 36,3 oC. Pada palpasi ditemukan vocal fremitus yang menurun pada kedua
hemithoraks, perkusi didapatkan suara pekak pada kedua hemithoraks, auskultasi
didapatkan bunyi pernapasan yang menurun pada kedua hemithoraks. Pada palpasi
abdomen didapatkan undulasi (+), bunyi peristaltik (+). Berdasarkan hasil
pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit meningkat, Haemoglobin, eritrosit
dan haematokrit menurun Pada pemeriksaan radiologi foto X-Ray AP pasien,
didapatkan kesan efusi pleura bilateral.
F. Diskusi Radiologi
14
- Cor sulit dievaluasi, aorta dilatasi dan kalsifikasi
- Tulang-tulang intak
Kesan:
o Efusi pleura bilateral
o Dilatatio et atherosclerosis aortae
Pembahasan:
Pada foto thorax AP pasien ini tampak perselubungan pada kedua
hemithorax yang menunjukkan gambaran efusi pleura bilateral. Diafragma sebelah
kanan dan sudut costophrenikus kanan tertutup oleh efusi.Cairan pleura yang
bergerak bebas menampilkan densitas cairan atau jaringan lunak pada gambaran
radiologi thoraks. Apabila tidak terjadi adhesi, maka posisi dan morfologi
bayangan cairan pleura akan ditentukan oleh jumlah cairan, kondisi paru - paru
dan posisi pasien.
Gambaran Radiologi pada Efusi Pleura
Hal – hal yang mempengaruhi tampilan efusi pleura adalah posisi pasien, gaya
gravitasi, jumlah cairan dan elestisitas paru – paru (William Herring, 2016).
Efusi Subpulmonik
Hampir sebagian besar efusi pleura awalnya berkumpul pada lokasi sub
pulmonal dibawah paru – paru, diantara lapisan parietal yang melekat pada
diafragma dan lapisna viseral lobus bawah paru – paru. Apabila efusi tetap berada
pada seluruhnya pada lokasi sub pulmonal maka sulit untuk dideteksi
menggunakan radiografi konvensional. Efusi sub pulmonal dapat berpindah posisi
15
terangkat ( panah hitam ). Pada posisi lateral (B) tampak penumpulan sudut
costophrenicus kanan ( panah putih)
Ketika cairan mencapai jumlah 300 mL, maka akan terjadi penumpulan pada
sudut costophrenicus lateral pada posisi foto tegak. Hal ini harus dibedakan dengan
penebalan pleura akibat fibrosis yang dapat memberikan gambaran yang
16
serupa.Akan tetapi pada fibrosis tidak terjadi perubahan posisi sesudai dengan
perubahan posisi pasien (William Herring, 2016).
Tanda Meniskus (Meniscus Sign)
Sifat elastisitas alami dari paru-paru akan membuat cairan terlihat lebih tinggi
sepanjang margin lateral thorax dibanding medial pada posisi tegak. Hal ini
menghasilkan gambaran meniskus, dimana efusi tampak lebihtinggi pada bagian
sisi dan lebih rendah pada bagian tengah.Pada proyeksi lateral, cairan akan terlihat
seperti bentuk huruf U, dengan posisi sama tinggi anterior dan posterior. Adanya
gambaran meniskus sangat mengindikasikan adanya sebuah efusi (William
Herring, 2016).
17
Pengaturan posisi dapat dilakukan untuk keuntungan diagnostik, pasien
berbaring pada sisi yang mengalami efusi, dan dilakukan pengambilan
gambar dengan sinar x-ray yang diarahkan secara horizontal ke pasien. Jika
pasien berbaring pada sisi kanan, maka disebut lateral dekubitus kanan dan
lateral dekubitus kiri bila sebaliknya. Posisi lateral decubitus dapat digunakan
untuk:
Mengonfirmasi keberadaan efusi pleura.
Menentukan apakah efusi pleura mengalirbebas dalam rongga pleura,
yang merupakan faktor penting untuk diketahui sebelum mengeluarkan
cairan pleura.
Mengungkap bagian dari paru-paru yang tidak terlihat akibat efusi.
Apabila terdapat cairan pleura yang tidak dapat bergerak bebas
akibatadanya perlekatan maka akan terbentuk efusi yang terlokalisasi.
Posisi lateral dekubitus dapat menunjukkan efusi dengan jumlah kecil, 15
– 20 mL, akan tetapi saat ini foto lateral dekubitus telah digantikan oleh
CT-scan untuk mendeteksi jumlah cairan efusi yang sangat sedikit
(Smith LW dan Farrel TA, 2014).
18
Perselubungan pada hemitoraks
Terjadi ketika rongga pleura mengandung 2 L cairan pada orang
dewasa.Adanya cairan pada rongga pleura menyebabkan paru cenderung menjadi
kolaps. Efusi yang luas dapat menutupi berbagai penyakit dan kondisi yang terjadi
pada paru – paru, CT-scan umumnya digunakan untuk menilai paru-paru yang
tertutupi gambaran efusi. Efusi masif dapat berperan sebagai massa yang dapat
mendorong trakea dan jantung menjauhi sisi yang mengalami perselubungan
(William Herring, 2016).
19
yaitu tidak terdapat pengurangan volume dan daerah paru yang terserang.
Gambaran Roentgen pneumonia primer dan sekunder selalu sama, yaitu
berupa ukuran besar dan jumlah corakan paru yang bertambah atau
konsolidasi, atau berupa campuran dan keduanya. Untuk mempelajari
konsolidasi paru, baik menyangkut perluasan dan lokasi kelainan dibuat
foto toraks proyeksi lateral, oblique, dan frontal (Kahar Kusumawidjaja,
2006).
20
d) Hambatan gerak pernapasan oleh kelainan pleura atau trauma toraks.
Keadaan ini juga akan menghambat pengeluaran sekret bronkus yang
dapat memperburuk atelektasis.
Gambaran radiologik atelektasis adalah pengurangan volume bagian
paru baik lobaris, segmental, atau seluruh paru yang berakibat kurangnya
aerasi sehingga memberikan bayangan yang lebih suram (densitas tinggi)
dengan penarikan mediastinum kearah atelectasis (ke sisi yang mengalami
gangguan), sedangkan diafragma tertarik ke atas dan sela iga menyempit.
Ini yang membedakan dengan efusi dimana penarikannya kearah bagian
yang tidak mengalami kelainan dan sela iga melebar (Kahar
Kusumawidjaja, 2006).
21
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
22