Anda di halaman 1dari 26

TUGAS MATA KULIAH

HIDROLOGI
Dosen Pembina : Bu Anie Yulistyorini, S.T., M.sc

Judul
Penyebab Banjir di Kelurahan Bandulan Kecamatan Sukun Kota Malang

Oleh:
I Putu Washa Andika (170521626096)
Kyky Sunaryo (160521610449)

PROGRAM S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2018
DAFTAR ISI

COVER..
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
ABSTRAK
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2.. Tujuan Observasi
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
BAB III : METODOLOGI
BAB IV : HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN
BAB V : SOLUSI
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Daftar tabel

Daftar gambar

Ringkasan/Abstrak
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Curah hujan yang terjadi di Indonesia berbeda-beda intensitasnya karena
wilayahnya berada pada ketinggian tertentu. Hal tersebut dapat
mengakibatkan bencana alam seperti banjir. Banjir merupakan salah satu
jenis bencana alam yang paling sering terjadi di Indonesia. Hampir setiap
tahun beberapa wilayah di Indonesia selalu mengalami banjir. Termasuk
salah satu diantaranya wilayah Kelurahan Bandulan Kota Malang yang sering
dilanda banjir dengan intensitas yang berbeda-beda.
Pada tanggal 5 Januari 2017 terjadi luapan air sungai yang menggenangi
jembatan Bandulan yang disertai dengan material batu yang ikut terseret ke
badan jalan sehingga menyebabkan kendaraan memperlambat laju
kendaraannya, (MalangToday.Net). Hal tersebut terjadi akibat ulah
masyarakat yang membuang sampah sembarangan dan pendangkalan sungai
yang terjadi setiap tahunnya. Sehingga pada saat curah hujan yang tinggi
sungai tidak dapat menampung debit air.
Selain itu, Curah hujan yang tinggi juga menyebabkan drainase tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya pada saat banjir karena adanya bangunan
tanpa izin seperti drainase yang ditutupi oleh cor. Oleh karena itu, air tidak
dapat masuk ke dalam drainase dan mengalir ke jalan raya. Drainase
merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna
memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam
perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya).
Solusi yang dapat dilakukan berupa sosialisasi kepada masyarakat tentang
pentingnya menjaga kebersihan sungai dan drainase dari sampah. Selain itu
pengankat desa setempat harus bekerjasama dengan pihak pemerintah untuk
melakukan tata ulang kota dan penertiban bangunan tanpa izin.
1.2. Tujuan Observasi
1. Untuk mengetahui penyebab banjir di Kelurahan Bandulan Kec. Sukun
Kota Malang.
2. Untuk mengetahui dampak banjir di kelurahan Bandulan Kec. Sukun
Kota Malang.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelurahan Bandulan Kota Malang

2.2 Banjir
Banjir adalah setiap aliran dengan muka air yang relatif tinggi yang
melampaui tebing sungai sehingga aliran air tersebut menyebar ke dataran
sungai dan menimbulkan masalah pada manusia (Chow, 1989). Suatu
genangan air tidak dikatakan banjir apabila tidak menimbulkan masalah
bagi manusia yang tinggal di daerah genangan tersebut. Artinya, banjir
terjadi apabila kapasitas air sungai telah terlampaui dan air telah menyebar
ke dataran banjir, bahkan lebih jauh yang mengakibatkan terjadinya
genangan.
Definisi lain dari istilah Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika
aliran air yang berlebihan merendam daratan. Diakibatkan karena keadaan
alur sungai yang belum stabil atau kapasitas nya lebih kecil dari volume
air yang melimpas, bahkan ada beberapa alur yang dipersempit,
pendangkalan dasar sungai dan kelongsoran tebing sungai, hal ini
mengakibatkan berkurangnya kapasitas sungai untuk menampung air
sehinga terjadilah banjir.
2.3 Penyebab Banjir
Banjir sungai merupakan peningkatan debit air yang terjadi di
badan sungai. Jika debit air sungai semakin meningkat dan badan sungai
tidak mampu lagi menampung debit air, maka air sungai itu akan
melimpah keluar badan sungai (Kironoto, 2008), Menurut Kodoatie dan
Sugiyanto (2002), Faktor penyebab terjadinya banjir dapat dikelompokkan
dalam 2 kategori, yaitu banjir yang disebabkan oleh sebab-sebab alamiah
dan banjir yang diakibatkan oleh tindakan manusia. Banjir yang
disebabkan oleh sebab-sebab alamiah diantaranya curah hujan, pengaruh
fisiografi, erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai, kapasitas drainase yang
tidak memadai dan pengaruh air pasang. Sedangkan banjir yang
disebabkan oleh tindakan manusia adalah perubahan kondisi DAS,
kawasan kumuh, sampah, kerusakan bangunan pengendali banjir dan
perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat.
Banyak faktor menjadi penyebab terjadinya banjir. Namun
secara umum penyebab terjadinya banjir dapat diklasifikasikan dalam 2
kategori, yaitu banjir yang disebabkan oleh sebab-sebab alami dan banjir
yang diakibatkan oleh tindakan manusia. (Robert J. Kodoatie, Sugiyanto,
“Banjir”)
a. Yang termasuk sebab-sebab alami penyebab banjir di antaranya adalah:
1) Pengaruh Air Pasang
Air pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu
banjir bersamaan dengan air pasang yang tinggi maka tinggi
genangan atau banjir menjadi besar karena terjadi aliran balik
(backwater).
2) Curah hujan
Curah hujan dapat mengakibatkan banjir apabila turun dengan
intensitas tinggi, durasi lama, dan terjadi pada daerah yang luas.
3) Pengaruh Fisiografi
Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan
kemiringan daerah pengaliran sungai (DPS), kemiringan sungai,
geometrik hidrolik (bentuk penampang seperti lebar, kedalaman,
potongan memanjang, material dasar sungai), lokasi sungai dll,
merupakan hal-hal yang mempengaruhi terjadinya banjir.
4) Erosi dan Sedimentasi
Erosi dan sedimentasi di DPS berpengaruh terhadap pengurangan
kapasitas penampang sungai. Erosi dan sedimentasi menjadi problem
klasik sungai-sungai di Indonesia. Besarnya sedimentasi akan
mengurangi kapasitas saluran, sehingga timbul genangan dan banjir
di sungai.
5) Menurunnya Kapasitas Sungai
Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan
oleh pengendapan yang berasal dari erosi DPS dan erosi tanggul
sungai yang berlebihan dan sedimentasi di sungai yang dikarenakan
tidak adanya vegetasi penutup dan penggunaan lahan yang tidak
tepat.
6) Kapasitas Drainase Yang Tidak Memadai
Hampir semua kota-kota di Indonesia mempunyai drainase daerah
genangan yang tidak memadai, sehingga kota-kota tersebut sering
menjadi langganan banjir di musim hujan.
b. Yang termasuk sebab-sebab yang timbul akibat faktor manusia
adalah:
1) Menurunnya fungsi DAS di bagian hulu sebagai daerah
resapan Kemampuan DAS, khususnya di bagian hulu untuk
meresapkan air / menahan air hujan semakin berkurang oleh
berbagai sebab, seperti penggundulan hutan, usaha pertanian
yang kurang tepat, perluasan kota, dan perubahan tata guna
lahan lainnya. Hal tersebut dapat memperburuk masalah
banjir karena dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas
banjir.
2) Kawasan kumuh
Perumahan kumuh yang terdapat di sepanjang tepian sungai
merupakan penghambat aliran. Luas penampang aliran sungai akan
berkurang akibat pemanfaatan bantaran untuk pemukiman kumuh
warga. Masalah kawasan kumuh dikenal sebagai faktor penting
terhadap masalah banjir daerah perkotaan.
3) Sampah
Ketidakdisiplinan masyarakat yang membuang sampah langsung ke
sungai bukan pada tempat yang ditentukan dapat mengakibatkan
naiknya muka air banjir.
4) Bendung dan bangunan lain
Bendung dan bangunan lain seperti pilar jembatan dapat
meningkatkan elevasi muka air banjir karena efek aliran balik
(backwater).
5) Kerusakan bangunan pengendali banjir
Pemeliharaan yang kurang memadai dari bangunan pengendali banjir
sehingga menimbulkan kerusakan dan akhirnya menjadi tidak
berfungsi dapat meningkatkan kuantitas banjir.
6) Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat
Beberapa sistem pengendalian banjir memang dapat mengurangi
kerusakan akibat banjir kecil sampai sedang, tetapi mungkin dapat
menambah kerusakan selama banjir-banjir yang besar. Sebagai
contoh bangunan tanggul sungai yang tinggi. Limpasan pada tanggul
pada waktu terjadi banjir yang melebihi banjir rencana dapat
menyebabkan keruntuhan tanggul, hal ini menimbulkan kecepatan
aliran air menjadi sangat besar yang melalui bobolnya tanggul
sehingga menimbulkan banjir yang besar.

2.4 Analisis Hidrologi


Analisis hidrologi pada penelitian ini dimaksudkan untuk memperkirakan
besarnya debit banjir dengan kala ulang tertentu pada daerah yang
diobservasi. Debit semacam ini dikenal dengan sebutan debit banjir
rancangan yang dihitung dengan mengolah data debit harian, tetapi karena
data debit harian suatu sungai sulit didapat maka perhitungan debit
rancangan dilakukan dengan mentransfer hujan rancangan menjadi debit
rancangan. Langkah perhitungan debit rancangan dengan mentransfer
hujan rancangan adalah sebagai berikut:
a. Melakukan perhitungan hujan rerata DAS
b. Melakukan perhitungan curah hujan rancangan
c. Melakukan perhitungan debit rancangan
Untuk keperluan perencanaan bangunan air, biasanya perhitungan
debit rancangan dilakukan untuk mengetahui debit puncak banjir guna
mengukur dimensi bangunan air. Tetapi untuk keperluan pengendalian
banjir, perhitungan debit rancangan dilakukan untuk mengetahui perilaku
debit berdasarkan waktu. Pada akhirnya analisis hidrologi akan diikuti
dengan analisis hidrolika untuk membandingkan besaran debit dengan
kapasitas alir sungai. Dalam perhitungan debit banjir rencana ada beberapa
metode/teori pendekatan diantaranya adalah metode weduwen, metode
Rasional dan metode Nakayasu, dalam penelitian ini menggunakan salah
satu metode (Nakayasu) tanpa harus membandingkan dengan hasil
perhitungan dengan menggunakan metode yang lain. Hal karena dalam
melakukan analisis hidrolika, besaran debit banjir rencana akan digunakan
sebagai data input untuk mengetahui hasil pemodelan dengan mode
running steady flow dan unsteady flow.
2.5 Perhitungan Hujan Rerata DAS
Perhitungan hujan rerata DAS yang digunakan yaitu Metode Poligon.
Dalam menghitung curah hujan rerata dengan metode Thiessen, stasiun-
stasiun hujan yang ada di dalam DAS dihubungkan satu sama lain
sehingga membentuk poligon. Dari poligon-poligon tersebut akan
terbentuk daerah-daerah hujan yang diwakili oleh satu stasiun. Prosedur
perhitungan curah hujan rata-rata DAS dengan metode poligon Thiessen
adalah sebagai berikut:
a. Hubungkan setiap stasiun hujan dengan garis lurus sehingga
membentuk poligon-poligon segitiga seperti pada gambar 2.1.
b. Tarik garis tegak lurus pada/dan di tengah-tengah poligon-poligon
segitiga seperti pada gambar 2.2.
c. Hitung luas masing-masing daerah hujan seperti pada gambar 2.3.
d. Hitung hujan rata-rata DAS dengan rumus:
𝑅1. 𝐴1+. . +𝑅𝑛. 𝐴𝑛
𝑹= … … … … … … … … … (𝟏)
𝐴𝑛
Dimana :
R : hujan rata-rata DAS pada suatu hari (mm).
R1,Rn : hujan yang tercatat di stasiun 1 sampai stasiun n pada hari
yang sama (mm).
A1,An : Luas daerah hujan 1 sampai n (km2).
Nq : jumlah stasiun hujan.
A : Luas total DAS (km2).

Untuk lebih memperjelas keterangan, berikut ini adalah contoh


prosedur pembuatan poligon 3 stasiun dan perhitungan hujan harian
rata-rata di suatu DAS dengan metode Thiessen.
Gambar 2.1. :
a. Proses Pembuatan Poligon Thiessen Tahap I
b. Proses Pembuatan Poligon Thiessen Tahap II
c. Proses Pembuatan Poligon Thiessen Tahap III

2.4.1 Perhitungan Curah Hujan Wilayah


Analisis data hujan dimaksudkan untuk mendapatkan besaran curah hujan.
Perlunya menghitung curah hujan wilayah adalah untuk penyusunan suatu
rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir
(Sosrodarsono & Takeda, 1977). Metode yang digunakan dalam
perhitungan curah hujan rata-rata wilayah daerah aliran sungai (DAS) ada
tiga metode, yaitu metode rata-rata aritmatik (aljabar), metode poligon
Thiessen dan metode Isohyet (Loebis, 1987).
2.4.2 Metode rata-rata aritmatik (Aljabar)
Metode ini paling sederhana, pengukuran yang dilakukan di beberapa
stasiun dalam waktu yang bersamaan dijumlahkan dan kemudian dibagi
jumlah stasiun. Stasiun hujan yang digunakan dalam hitungan adalah yang
berada dalam DAS, tetapi stasiun di luar DAS tangkapan yang masih
berdekatan juga bisa diperhitungkan. Metode rata-rata aljabar memberikan
hasil yang baik apabila :
 Stasiun hujan tersebar secara merata di DAS.
 Distribusi hujan relatif merata pada seluruh DAS

Rumus ……………………………….. (2)

d
e
n
g
a
n

P = Curah hujan daerah (mm)

n = Jumlah titik-titik (stasiun-stasiun) pengamat hujan

P1, P2,…, Pn = Curah hujan di tiap titik pengamatan

2.4.3 Metode Thiessen


Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun yang
mewakili luasan di sekitarnya. Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap
bahwa hujan adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun yang terdekat,
sehingga hujan yang tercatat pada suatu stasiun mewakili luasan tersebut.
Metode ini digunakan apabila penyebaran stasiun hujan di daerah yang
ditinjau tidak merata, pada metode ini stasium hujan minimal yang
digunakan untuk perhitungan adalah tiga stasiun hujan. Hitungan curah
hujan rata-rata dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh dari
tiap stasiun. Metode poligon Thiessen banyak digunakan untuk
menghitung hujan rata-rata kawasan. Poligon Thiessen adalah tetap untuk
suatu jaringan stasiun hujan tertentu. Apabila terdapat perubahan jaringan
stasiun hujan seperti pemindahan atau penambahan stasiun, maka harus
dibuat lagi poligon yang baru.(Triatmodjo, 2008).

…………………………………………….. (3)
Dengan :
P = Rata-rata curah hujan wilayah (mm)
P1,P2,...Pn = curah hujan masing masing stasiun (mm)
A1,A2,...An = luas pengaruh masing masing stasiun(km2)
2.4.4 Metode Isohiyet
Isohyet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan kedalaman
hujan yang sama. Pada metode Isohyet, dianggap bahwa hujan pada suatu
daerah di antara dua garis Isohyet adalah merata dan sama dengan nilai
rata-rata dari kedua garis Isohyet tersebut. Metode Isohyet merupakan cara
paling teliti untuk menghitung kedalaman hujan rata-rata di suatu daerah,
pada metode ini stasiun hujan harus banyak dan tersebar merata, metode
Isohyet membutuhkan pekerjaan dan perhatian yang lebih banyak
dibanding dua metode lainnya. (Triatmodjo, 2008).

………………..………… (4)

dengan :

P = Rata rata curah hujan wilayah (mm)

P1,2,3,…n = Curah hujan masing masing isohiet(mm)

A1,2,3…n = Luas wilayah antara 2 isohiet (km2)

2.6 Perhitungan Debit Banjir Rancangan


Sebelum menghitung debit banjir rancangan maka diperlukan menghitung
hujan rancangan terlebih dahulu. Untuk keperluan pengalihragaman data
hujan ke besaran debit banjir (hidrograf banjir) dengan metode hidrograf
satuan, diperlukan data hujan jam-jaman. Distribusi hujan jam-jaman
dapat diperoleh dengan menggunakan metode mononobe. Persamaan
Metode Mononobe sebagai berikut:

……………………..…………………………………….(5)
Dimana:
R24 : Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
T : Durasi hujan (jam)
Selanjutnya perhitungan debit rancangan dapat dilakukan dengan beberapa
metode yaitu sebagai berikut:
a) Metode Rational
Bentuk persamaan dasar analisis debit banjir rencana (design flood)
Metode Rational adalah sebagai berikut :
(6)

(7)

(8)

(9)

Dimana :
Q : debit banjir rencana periode ulang T (tahun)
t : waktu konsetrasi (jam)
R : curah hujan harian maksimum (mm)
R : intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/hari)
V : kecepatan perambatan banjir (mm/hari)
 : koefesien limpasan air hujan
L : Panjang sungai (km)
H : beda tinggi antara titik terjauh dan mulut catchment (km)

b) Metode Der Weduwen


Rumus banjir Der Weduwen didasarkan pada rumus berikut :
(10)

(11)

/dt

(12)

(13)

(14)

Dimana :
Qn : debit banjir (m3/dt)
Rn : curah hujan maksimum harian (mm/hari) dengan periode
ulang n tahun
 : koefisien limpasan air hujan
 : koefisien pengurangan luas untuk curah hujan di daerah
aliran sungai
qn : luasan curah hujan m3/dt,km2 dengan periode ulangan tahun

A : luas daerah aliran, km2 sampai 100 km2

T : lamanya hujan, jam

L : panjang sungai, km

I : kemiringan sungai atau medan,

2.7 Model Pendekatan atau Pemodelan Banjir


Untuk dapat menganalisis masalah banjir diperlukan alat bantu untuk
mengenali dampak akibat banjir dan mencari upaya penanggulanggannya
(Benavides, 2001). Salah satu alat bantu yang saat ini digunakan untuk
menganalisis banjir dilakukan dengan pemodelan hidrolika sungai adalah
HEC-RAS.
HEC – RAS (River Analysis System) merupakan model hidrolika
aliran satu dimensi. Program ini adalah sebuah program yang di dalamnya
terintegrasi analisa hidrolika, dimana pengguna program dapat berinteraksi
dengan sistem menggunakan fungsi Graphic User Interface (GUI).
Program ini dapat menunjukkan perhitungan profil permukaan aliran
mantap (steady), termasuk juga aliran tidak mantap (unsteady), pergerakan
sedimen dan beberapa hitungan desain hidrolika. Dalam terminologi HEC-
RAS, sebuah pengaturan file data akan dihubungkan dengan sistem
sungai. Data file dapat dikategorikan sebagai data plan data, geometric
data, steadyflow data, unsteadyflow data, sediment data dan hydraulic
design data (Institut Pertanian Bogor, 2011).
Selain menunjukkan profil permukaan aliran, program HEC-RAS
juga dapat digunakan untuk melakukan simulasi untuk model steady
maupun unsteady flow, menganalisis besarnya tampungan untuk
kebutuhan pengaturan air, serta desain infrastruktur bangunan air. HEC-
RAS pada intinya terdiri dari 3 (tiga) komponen analisa hidraulik 1 (satu)
dimensi (one dimensional computation) yaitu :
a. Simulasi aliran mantap satu dimensi (one dimensional steady flow).
b. Simulasi aliran tidak mantap satu dimensi (one dimensional unsteady
flow)
c. Perhitungan pengangkutan pergerakan sedimen.
Diagram alir dibawah ini menunjukkan tentang cara kerja sederhana
pemodelan dengan menggunakan HEC-RAS.

Gambar 2,2, Diagram Alir Pemodelan Hidrolika dengan HEC-RAS

2.8 Drainase
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai
sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen
penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya).
Menurut Suripin (2004:7) dalam bukunya yang berjudul Sistem Drainase
Perkotaan yang Berkelanjutan, drainase mempunyai arti mengalirkan,
menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase
didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk
mengurangi dan atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau
lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga
diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam
kaitannya dengan sanitasi. Jadi, drainase menyangkut tidak hanya air
permukaan tapi juga air tanah.
Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak
diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat
yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Dari sudut pandang yang
lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang
dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang
aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk
mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan
bawah permukaan tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga
berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan
untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir.
Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini antara lain (Suripin, 2004) :
a. Mengeringkan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah.
b. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
c. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
d. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana
banjir.
2.9 Jenis Drainase
Drainase memiliki banyak jenis dan jenis drainase tersebut dilihat dari
berbagai aspek. Adapun jenis-jenis saluran5 drainase dapat dibedakan
sebagai berikut (Hasmar, 2012:3) :
1. Menurut sejarah terbentuknya
Drainase menurut sejarahnya terbentuk dalam berbagai cara, berikut
ini cara terbentuknya drainase :
a. Drainase alamiah (natural drainage)
Yakni drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat
bangunan- bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah,
pasangan batu / beton, gorong-gorong dan lain-lain. Saluran ini
terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena gravitasi yang
lambat laun membentuk jalan air yang permanen seperti
sungai.

Gambar 2.1 Drainase Alamiah Pada Saluran Air


b. Drainase buatan (artificial drainage)
Drainase ini dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga
memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan
pasangan batu / beton, gorong- gorong, pipa-pipa dan sebagainya.

Gambar 2.2 Drainase Buatan


2. Menurut letak saluran
Saluran drainase menurut letak bangunannya terbagi dalam beberapa
bentuk, berikut ini bentuk drainase menurut letak bangunannya :
a. Drainase permukaan tanah (surface drainage)
Yakni saluran yang berada diatas permukaan tanah yang berfungsi
mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan
analisa open chanel flow.
b. Drainase bawah permukaan tanah (sub surface drainage)
Saluran ini bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui
media dibawah permukaan tanah (pipa-pipa) karena alasan-alasan
tertentu. Alasan itu antara lain Tuntutan artistik, tuntutan fungsi
permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di
permukaan tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang,
taman dan lain-lain.
3. Menurut fungsi drainase
Drainase berfungsi mengalirkan air dari tempat yang tinggi ke tempat
yang rendah, berikut ini jenis drainase menurut fungsinya :
a. Single purpose
Yakni saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan,
misalnya air hujan saja atau jenis air buangan yang lain.
b. Multi purpose
Yakni saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air
buangan baik secara bercampur maupun bergantian, misalnya
mengalirkan air buangan rumah tangga dan air hujan secara
bersamaan.
4. Menurut konstruksi
a. Saluran terbuka
Yakni saluran yang konstruksi bagian atasnya terbuka dan
berhubungan dengan udara luar. Saluran ini lebih sesuai untuk
drainase hujan yang terletak di daerah yang mempunyai luasan
yang cukup, ataupaun drainase non-hujan yang tidak
membahayakan kesehatan/ mengganggu lingkungan.
b. Saluran tertutup
Yakni saluran yang konstruksi bagian atasnya tertutup dan saluran
ini tidak berhubungan dengan udara luar. Saluran ini sering
digunakan untuk aliran air kotor atau untuk saluran yang terletak di
tengah kota.
BAB III

METODOLOGI

3.1 Jenis Penulisan dan Pendekatan Penulisan

Penulis menggunakan metode penulisan deskriptif kuantitatif. Kasiram


(2008: 149) dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif,
mendefinisikan Penelitian Kuantitatif adalah suatu proses menemukan
pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis
keterangan mengenai apa yang ingin diketahui. Metode deskriptif merupakan
suatu metode yang dapat meneliti suatu objek pada masa sekarang dan dapat
dikembangkan suatu gagasan di masa mendatang. Tujuan penulisan
menggunakan metode ini untuk membuat tulisan yang sistematis dan faktual
terhadap objek yang diteliti atau diamati.

3.2 Tempat dan Waktu

Penulis melakukan studinya di Keluaran Bandulan Kecamatan Sukun


Kota Malang.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penulisan ini adalah data primer yaitu sumber
data yang diperoleh secara langsung , dan data sekunder yaitu sumber data
penulisan yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Metode
pengumpulan data yang digunakan di dalam penulisan ini adalah dengan metode:

1.1 Metode Observasi

Observasi merupakan serangkaian kegiatan mengamati dan mengambil


data secara langsung dari tempat yang diamati secara sistematis. Dalam hal
ini penulis melakukan observasi di Eko-Wisata Boon Pring dan Kampung
Budaya Polowijen.

2.1 Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan dengan jalan membaca literatur-literatur
yang berkaitan dan menunjang penulisan ini, berupa pustaka cetak maupun
elektronik.

3.1 Intuitif Subjektif

Intuitif subjektif merupakan perlibatan pendapat penulis atas masalah


yang sedang dibahas.
BAB IV

HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN

1. Penyebab Banjir di Kelurahan Bandulan Kecamatan Sukun Kota Malang


Banjir adalah setiap aliran dengan muka air yang relatif tinggi yang
melampaui tebing sungai sehingga aliran air tersebut menyebar ke dataran
sungai dan menimbulkan masalah pada manusia (Chow, 1989). Banjir dapat
terjadi karena 2 (dua) faktor yaitu, faktor manusia dan faktor alam. Banjir
yang terjadi di Kelurahan Bandulan karena dua faktor tersebut. Seperti yang
terjadi pada 5 Januari 2017, meluapnya air sungai diperkirakan adanya hujan
lebat yang mengguyur wilayah tersebut selama kurang lebih setengah jam
menyebabkan sungai tidak dapat menampung air yang mengalir sehingga
meluap ke badan jalan (Malangtoday.net).
Beberapa penyebabnya antara lain oleh bangunan-bangunan yang
melanggar aturan wilayah bandulan terutama adanya pabrik yang tidak ramah
lingkungan. Menurut Soni sebagai kepala dinas PUPR kota malang ini
mengatakan, ternyata banyak penutupan drainase dengan cord an beton
sehingga air tidak bias masuk ke drainase yang menyebabkan air tidak
mengalir pada tempatnya sehingga air mengalir bebas di jalan raya dan
menyebabkan banjir. Sedangkan Menurut Purwanto yaitu salah satu satpam
di daerah bandulan, selain air kiriman dari atas yang sangat besar, banyak
kendara pabrik yang melebihi kapasitas lalu-lalang m,elewati jalan kearah
pabrik ke kabupaten menyebabkan kerusakan pada drainase yang
mengakibatkan mengecilnya daya tampung air sehingga air keluar dari
drainase.
Menurut Kodoatie dan Sjarief (2006), perubahan tata guna lahan
merupakan penyebab utama banjir dibandingkan dengan yang lainnya,
dimana perubahan tata guna lahan memberikan kontribusi dominan kepada
aliran permukaan (run-off). Hujan yang jatuh ke tanah, airnya akan menjadi
aliran permukaan di atas tanah dan sebagian meresap ke dalam tanah
tergantung kondisi tanahnya. Suatu kawasan hutan bila diubah menjadi
pemukiman maka yang terjadi adalah bahwa hutan yang bisa menahan run-off
cukup besar diganti menjadi pemukiman dengan resistensi run-off yang kecil.
Akibatnya ada peningkatan aliran permukaan tanah yang menuju sungai dan
hal ini berakibat adanya peningkatan debit sungai yang besar sehingga
terjadilah banjir.
Oleh karena itu perlu perhittungan secara matematis untuk mengetahui
penyebab banjir yang disebabkan oleh alam.

1.1 Analisa Frekuensi Curah Hujan


1.2 Analisa Curah Hujan Rencana
1.3 Analisis Intensitas Hujan
1.4 Analisa Debit Rencana
1.5 Drainase (Analisa Debit saluran air Hujan)
1.6 Analisis Kapasitas Saluran Drainase Rencana
2. Dampak terjadinya banjir di kelurahan Bandulan Kec. Sukun Kota Malang.
BAB V

Solusi yang ditawarkan / Perencanaan

Solusi mengatasi banjir di kelurahan Bandulan Kec. Sukun Kota Malang

Banyaknya pemasalahan sumber daya air yang ada di kelurahan Bandulan


menyebabkan ketidaknyamanan bagi masyarakat sekitar.

Selain itu adapun permasalahan lain yang dapat mempengaruhi Saluran


air tersumbat terutama pada daerah yang lebih tinggi

Kondisi menyebabkan banjir


BAB VI

Kesimpulan dan Saran


Daftar Pustaka

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai