BAB I
PENDAHULUAN
1. 3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari ditulisnya makalah ini adalah sebagai berikut:
A. Mengetahui apa itu pengertian galian dan timbunan.
B. Mengetahui metode perhitungan apa saja yang ada pada galian dan timbunan.
1
2
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB II
PEMBAHASAN
B. Penampang Melintang
Penampang melintang merupakan gambar irisan tegak arah tegak lurus
potongan memanjang.
Cara pengukuran penampang melintang bisa menggunakan alat sipat datar,
theodolite atau menggunakan echo sounder untuk sounding pada tempat berair
yang dalam.
Pada pengukuran potongan melintang sungai bisa dipahami bahwa sumbu
sungai tidak selalu merupakan bagian terdalam sungai. Data lain yang harus
disajikan pada potongan melintang sungai adalah ketinggian muka air terendah dan
ketinggian muka air tertinggi atau banjir.
6
Setelah pekerjaan stake out selesai, pekerjaan galian dan timbunan dapat
dimulai dengan mengolah data yang diperoleh dari lapangan untuk selanjutnya
diolah.
Ada tiga sistem utama yang dipakai: metode tampang melintang, metode
luas satuan atau lubang galian sumbang dan metode luas garis tinggi.
𝐴1 +𝐴2
V=( )𝐿
2
Keterangan:
V = Volume
A1 = Luas penampang kesatu
A2 = Luas penampang kedua
L = Panjang dari luas tampang ke satu ke luas tampang dua
c. Metode Kontur
Volume berdasarkan garis tinggi dapat diperoleh dari peta garis tinggi
dengan pengukuran luas memakai planimeter terhadap wilayah yang dibatasi
masing-masing garis tinggi dan meng alikan luas perata garis tinggi yang
berdampingan dengan interval garis tinggi.
Selain metode-metode di atas volume dapat dicari dengan menggunakan
rumus integral simpson, prisma, dan sebagainya.
1) Menurut Simpson:
Volume = (1/3) x (D/2) x {A1 +A2 + (2XA0) + 4M} = (1/6) x D x (A1 + A2 +4M)
9
3. Memakai volume luas ujung untuk bentuk piramidal atau bentuk paju
(wedgeshaped),
terisi udara diantara butir-butirnya, terutama bila butir-butir tersebut sangat halus.
Tetapi jika material tersebut digali, maka akan terjadi pengembangan volume
(swelling). Besarnya swelling ini tidak sama untuk setiap jenis tanah, bergantung
pada berat jenis tanah. Pengembangan volume ini dinyatakan dengan swell factor
yang dalam persen.
Sebagai contoh misalnya untuk tanah liat. Bila tanah liat tersebut di alam
mempunyai volume 1 m3, maka setelah digali menjadi 1.25 m3. Artinya terjadi
penambahan volume sebesar 25%. Dengan demikian tanah liat tersebut mempunyai
“Swelling Factor” 0.80 atau 80%.
Untuk menentukan besarnya swell factor ini digunakan persamaan:
𝐵−𝐿
𝑆𝑤 = × 100%
𝐿
Keterangan:
Sw = Swelling factor
B = Berat jenis tanah dalam keadaan asli
L = Berat jenis tanah dalam keadaan lepas
Cara lain yang digunakan adalah dengan menggunakan load factor, yaitu
persentase pengurangan dalam berat jenis (density) dari suatu material pada
keadaan asli menjadi pemindahan tanah didasarkan pada pengukuran material
dalam keadaan asli.
Persamaan yang digunakan adalah:
𝑙𝑏
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑔𝑎𝑚𝑏𝑢𝑟 ( )
𝑐𝑢𝑟𝑓
𝐿𝑜𝑎𝑑 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 =
𝑙𝑏
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑎𝑠𝑙𝑖 ( )
𝑐𝑢𝑟𝑓
𝑐𝑢𝑟𝑓
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑎𝑠𝑙𝑖 ( )
𝐿𝑜𝑎𝑑 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 = 𝑙𝑏
𝑐𝑢𝑟𝑓
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 ( )
𝑙𝑏
Atau volume tanah keadaan asli = load factor x volume tanah gembur.
𝐵 1
𝑆𝑤 = ( − 1) × 100% = ( − 1) × 100%
𝐿 𝐵
𝐿
11
1
𝑆𝑤𝑒𝑙𝑙(%) = ( − 1) × 100%
𝐿𝑜𝑎𝑑 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟
Tabel 1. Daftar load factor dan procentage swell dan berat dari berbagai bahan
Tabel 2. Daftar load factor dan procentage swell dan berat dari berbagai bahan
12
Keterangan:
Sh = % Penyusutan (shringkage).
B = Berat jenis tanah keadaan asli (lb/curf)
C = Berat jenis tanah pada (lb/curf)
𝑦1 𝑦2 𝑦3 𝑦4 𝑦1
/ / / /
𝑥1 𝑥2 𝑥3 𝑥4 𝑥1
d. Perhitungan Volume
Cara yang paling mudah untuk menghitung volume adalah dengan
mengambil luas rata-rata bidang awal dan bidang akhir kemudian dikalikan dengan
jarak L.
Jadi volume adalah:
VA = ½ (A1 + A2) L m3
Keterangan:
A1 = luas bidang awal
A2 = luas bidang akhir
15
Keterangan:
VP = Volume dengan rumus prismoida
L = Jarak antar bidang awal A1 dan bidang akhir A2
Am = Bidang tengah antara A1 dan A2 dan sejajar dengan kedua bidang ini
Catatan:
Am bukan rata-rata dari A1 dan A2
Am ≠ ½ (A1 + A2)
Kalau kita bandingkan antara VA dan VP pasti ada perbedaan yang disebut
dengan koreksi prismoida KV. Jika KV ditambahkan pada VA, maka hasilnya akan
mendekati VP.
Jadi:
KV = VP - V A
𝐿
KV = (D1 – D2) (x1 – x2) m3
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas adalah sebagai
berikut:
1. Galian dan timbunan dapat diperoleh dari peta situasi yang dilengkapi
dengan garis-garis kontur atau diperoleh langsung dari lapangan melalui
pengukuran sipat datar profil melintang sepanjang koridor jalur proyek atau
bangunan.
2. Adapun tujuan lain dari perhitungan galian dan timbunan sebagai berikut:
16
18
3.2 Saran
Saran kami bagi para pembaca maupun bagi kami yang menggeluti bidang
teknik sipil, materi yang sudah dipaparkan di atas sangat penting untuk dipahami.
Sehingga saat pengaplikasiannya pun akan menjadi mudah untuk dilakukan.
19
DAFTAR PUSTAKA