Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Galian dan Timbunan adalah pemindahan sejumlah volume tanah akibat


adanya perbedaaan ketinggian (ketinggian muka tanah asli dengan ketinggian
rencana trase) di suatu tempat.
Galian dan timbunan atau yang lebih dikenal oleh orang-orang lapangan
adalah Cut and Fill dimana pekerjaan ini sangat penting baik pada pekerjaan
pembuatan jalan, bendungan, bangunan, dan reklamasi. Galian dan timbunan dapat
diperoleh dari peta situasi yang dilengkapi dengan garis-garis kontur atau diperoleh
langsung dari lapangan melalui pengukuran sipat datar profil melintang sepanjang
koridor jalur proyek atau bangunan. Galian dan timbunan dapat diperoleh dari peta
situasi dengan metode penggamba ran profil melintang sepanjang jalur proyek atau
metode grid-grid (griding) yang meninjau galian dan timbunan dari tampak atas dan
menghitung selisih tinggi garis kontur terhadap ketinggian proyek ditempat
perpotongan garis kontur dengan garis proyek.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang masalah yang sudah dikemukakan, maka rumusan
masalah yang dapat dikembangkan adalah:
A. Apa itu garis galian dan timbunan?
B. Metode perhitungan apa saja yang ada pada galian dan timbunan?
C. Apa saja sumber-sumber gagal alat?
D. Apa saja kesalahan besar yang dapat terjadi?
E. Bagaimana cara menghitung galian dan timbunan?

1. 3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari ditulisnya makalah ini adalah sebagai berikut:
A. Mengetahui apa itu pengertian galian dan timbunan.
B. Mengetahui metode perhitungan apa saja yang ada pada galian dan timbunan.

1
2

C. Mengetahui apa saja yang menjadi sumber galat.


D. Mengetahui kesalahan besar apa saja yang dapat terjadi.
E. Mengetahui bagaimana cara menghitung galian dan timbunan.

1.4 Manfaat Penulisan


Penulisan makalah ini diharapkan bisa memberikan manfaat seperti apa
yang diharapkan, diantaranya:
A. Bagi Pembaca
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan Anda selaku pembaca seperti
halnya dijadikan referensi untuk informasi yang dicari atau pun sebagai bahan ajar
lainnya.
B. Bagi Penulis
Semoga makalah ini bisa menjadi sesuatu yang bisa menambah pengalaman
saya dalam dunia menulis. Dan juga dapat menambah wawasan dalam bidang baru
ini.

1.5 Sistematika Penulisan


Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Gambar

Daftar Tabel

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

1.4 Manfaat Penulisan

1.5 Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Galian dan Timbunan


3

2.2 Metode-metode Perhitungan Galian dan Timbunan

2.3 Sumber-Sumber Galat

2.4 Kesalahan-Kesalahan Besar

2.5 Perhitungan Galian dan Timbunan

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
4

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Galian dan Timbunan


Galian dan timbunan atau yang lebih dikenal oleh orang-orang lapangan
dengan Cut and Fill adalah bagian yang sangat penting baik pada pekerjaan
pembuatan jalan, bendungan, bangunan, dan reklamasi. Galian dan timbunan dapat
diperoleh dari peta situasi yang dilengkapi dengan garis-garis kontur atau diperoleh
langsung dari lapangan melalui pengukuran sipatdatar profil melintang sepanjang
jalur proyek atau bangunan. Perhitungan galian dan timbunan dapat dilakukan
dengan menggunakan peta situasi dengan metode penggambaran profil melintang
sepanjang jalur proyek atau metode grid-grid (griding) yang meninjau galian dan
timbunan dari tampak atas dan menghitung selisih tinggi garis kontur terhadap
ketinggian proyek ditempat perpotongan garis kontur dengan garis proyek.
Galian dan timbunan berdimensi volume (meter kubik). Volume
dapatdiperoleh secara teoritis melalui perkalian luas dengan panjang. Galian
dantimbunan untuk keperluan teknik sipil dan perencanaan diperoleh
melaluiperolehan luas rata-rata galian atau timbunan di dua buah profil
melintangyang dikalikan dengan jarak mendatar antara kedua profil melintang
tersebut.
Teknologi pengukuran dan pemetaan yang digunakan saat ini sudah sangat
demikian berkembang. Survei lapangan dapat diperoleh secara cepatdan tepat
menggunakan perlatan Total Stationatau GPS (Global Positioning System) dan
diikuti oleh sistem perekaman data yang dapat langsung diolah oleh komputer dan
dengan menggunakan berbagai macam perangkat lunak CAD dapat langsung
disajikan.

2.2 Metode-metode Perhitungan Galian dan Timbunan


A. Penampang memanjang
5

Penampang memanjang umumnya dikaitkan dengan rencana dan rancangan


memanjang suatu rute jalan, rel, sungai atau saluran irigasi misalnya. Irisan tegak
penampang memanjang mengikuti sumbu rute. Pada rencana jalan, potongan
memanjang umumnya bisa diukur langsung dengan cara sipat datar kecuali pada
4 potongan memanjang jalan merupakan
lokasi perpotongan dengan sungai, yaitu
potongan melintang sungai.
Pada perencanaan sungai, potongan memanjang umumnya tidak diukur
langsung tetapi diturunkan dari data ukuran potongan melintang.
Skala jarak horizontal gambar penampang memanjang mengikuti skala peta
rencana rute sedangkan gambar skala tegak (ketinggian) dibuat pada skala 1:100
atau 1:200. Gambar potongan memanjang suatu rute umumnya digambar pada satu
lembar bersama-sama dengan peta.

Gambar 1. Potongan tipikal jalan

B. Penampang Melintang
Penampang melintang merupakan gambar irisan tegak arah tegak lurus
potongan memanjang.
Cara pengukuran penampang melintang bisa menggunakan alat sipat datar,
theodolite atau menggunakan echo sounder untuk sounding pada tempat berair
yang dalam.
Pada pengukuran potongan melintang sungai bisa dipahami bahwa sumbu
sungai tidak selalu merupakan bagian terdalam sungai. Data lain yang harus
disajikan pada potongan melintang sungai adalah ketinggian muka air terendah dan
ketinggian muka air tertinggi atau banjir.
6

Pada perencanaan rute juga dikenal gambar penampang melintang baku -


PMB (typical cross section), yaitu bakuan rancangan melintang yang menunjukkan
struktur rancangan arah melintang.
Gambar konstruksi pada potongan melintang ini harus dipatok di lapangan
untuk dikerjakan dan digunakan sebagai dasar hitungan volume pekerjaan.

Gambar 2. Contoh penampang galian dan timbunan

Setelah pekerjaan stake out selesai, pekerjaan galian dan timbunan dapat
dimulai dengan mengolah data yang diperoleh dari lapangan untuk selanjutnya
diolah.
Ada tiga sistem utama yang dipakai: metode tampang melintang, metode
luas satuan atau lubang galian sumbang dan metode luas garis tinggi.

a. Metode Tampang (Irisan) Melintang (Cross Section Method)


Irisan melintang diambil tegak lurus terhadap sumbu proyek dengan interval
jarak tertentu dalam metode ini. Metode ini cocok digunakan untuk pekerjaan yang
bersifat memanjang seperti perencanaan jalan raya, jalan kereta api, saluran,
penanggulan sungai, penggalian pipadan lain-lain. Cara penentuan volume dengan
metode melintang dibagi menjadi beberapa metode yaitu:

1) Metode Potongan Melintang Rata-Rata


Luas potongan melintang A1 dan A2 pada kedua ujung diukur dan dengan
menganggap bahwa perubahan luas potongan melintang antara kedua ujung itu
sebanding dengan jaraknya, luas A1 dan A2 tersebut dirata -rata. Akhirnya volume
tanah dapat diperoleh dengan mengalikan luas rata-rata tersebut dengan jarak L
7

dengan kedua ujung.

Gambar 3. Volume cara potongan melintang rata-rata

𝐴1 +𝐴2
V=( )𝐿
2
Keterangan:
V = Volume
A1 = Luas penampang kesatu
A2 = Luas penampang kedua
L = Panjang dari luas tampang ke satu ke luas tampang dua

2) Metode Jarak Rata-Rata


Metode ini digunakan untuk perhitungan volume yang memiliki tampang
irisan yang hampir sama antara A dengan jarak irisan yang berbeda-beda yang
dinyatakan dengan L dan seterusnya.
Jarak L1 dan L2 sebelum dan sesudah potongan A1 dan A2 di rata-rata dan
untuk menghitung volume tanahnya, harga rata-rata ini dikalikan dengan luas
potongan lintang A0. Rumus perhitungan volumenya dinyatakan dengan
persamaan:
8

Gambar 4. Volume cara jarak rata-rata


𝐿1 +𝐿2
V= 𝐴0 ( )
2
3) Metode Prismoidal
Metode ini adalah metode yang paling baik di antara metode-metode yang
lain. Prisma adalah sebuah bangun yang bidang sisi-sisinya berupa bidang datar,
sedangkan bidang alas dan atasnya sejajar. Rumus prismoida dinyatakan dengan
persamaan:

V= (𝐴1 + 4 𝐴𝑚 + 𝐴2)
6
Keterangan:
h = tinggi prisma
A1 = luas bidang atas prisma
A2 = luas bidang bawah prisma
Am = luas bidang yang melalui tengah-tengah tinggi h

b. Metode Borrow Pit


Untuk mengetahui kualitas tanah, kerikil, batu atau material lain yang digali
atau yang ditimbunkan pada sebuah proyek konstruksi dapat ditentukan dengan
sipat datar lubang galian sumbang (borrowpit method).

c. Metode Kontur
Volume berdasarkan garis tinggi dapat diperoleh dari peta garis tinggi
dengan pengukuran luas memakai planimeter terhadap wilayah yang dibatasi
masing-masing garis tinggi dan meng alikan luas perata garis tinggi yang
berdampingan dengan interval garis tinggi.
Selain metode-metode di atas volume dapat dicari dengan menggunakan
rumus integral simpson, prisma, dan sebagainya.
1) Menurut Simpson:
Volume = (1/3) x (D/2) x {A1 +A2 + (2XA0) + 4M} = (1/6) x D x (A1 + A2 +4M)
9

2) Metode Hitungan Cara Prisma


Volume = (H/3) x {A1+A5+2A3+4 x (A2+A4)}

2.3 Sumber-Sumber Galat


Beberapa Galat yang biasa ada pada penentuan luas tampang dan volume
pekerjaan tanah adalah:

1. Membuat Galat dalam pengukuran tampang melintang,

2. Kelalaian memakai rumus prismoidal dimana dibenarkan,

3. Memakai angka luas tampang melintang melebihi ft persegi terdekat,


atau melebihi batas yang dimungkinkan oleh data lapangan,

4. Memakai angka volume melebihi yard persegi terdekat.

2.4 Kesalahan-Kesalahan Besar


Beberapa kesalahan khas yang dibuat dalam hitungan pekerjaan tanah
adalah:

1. Mengacaukan tanda-tanda aljabar dalam hitungan luas ujung memakai


metode koordinat,

2. Memakai persamaan untuk hitungan volume stasiun angka bulat padahal


yang ada adalah stasiun angka pecahan,

3. Memakai volume luas ujung untuk bentuk piramidal atau bentuk paju
(wedgeshaped),

4. Mencampur adukkan kuantitas galian dan timbunan.

2.5 Perhitungan Galian dan Timbunan

a. Perubahan Volume Tanah Akibat Galian


Materi yang terdapat di alam itu berada dalam keadaan padat dan
terkonsolidasi dengan baik, sehingga hanya sedikit bagian-bagian yang kosong atau
10

terisi udara diantara butir-butirnya, terutama bila butir-butir tersebut sangat halus.
Tetapi jika material tersebut digali, maka akan terjadi pengembangan volume
(swelling). Besarnya swelling ini tidak sama untuk setiap jenis tanah, bergantung
pada berat jenis tanah. Pengembangan volume ini dinyatakan dengan swell factor
yang dalam persen.
Sebagai contoh misalnya untuk tanah liat. Bila tanah liat tersebut di alam
mempunyai volume 1 m3, maka setelah digali menjadi 1.25 m3. Artinya terjadi
penambahan volume sebesar 25%. Dengan demikian tanah liat tersebut mempunyai
“Swelling Factor” 0.80 atau 80%.
Untuk menentukan besarnya swell factor ini digunakan persamaan:
𝐵−𝐿
𝑆𝑤 = × 100%
𝐿
Keterangan:
Sw = Swelling factor
B = Berat jenis tanah dalam keadaan asli
L = Berat jenis tanah dalam keadaan lepas

Cara lain yang digunakan adalah dengan menggunakan load factor, yaitu
persentase pengurangan dalam berat jenis (density) dari suatu material pada
keadaan asli menjadi pemindahan tanah didasarkan pada pengukuran material
dalam keadaan asli.
Persamaan yang digunakan adalah:
𝑙𝑏
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑔𝑎𝑚𝑏𝑢𝑟 ( )
𝑐𝑢𝑟𝑓
𝐿𝑜𝑎𝑑 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 =
𝑙𝑏
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑎𝑠𝑙𝑖 ( )
𝑐𝑢𝑟𝑓
𝑐𝑢𝑟𝑓
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑎𝑠𝑙𝑖 ( )
𝐿𝑜𝑎𝑑 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 = 𝑙𝑏
𝑐𝑢𝑟𝑓
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 ( )
𝑙𝑏
Atau volume tanah keadaan asli = load factor x volume tanah gembur.

𝐵 1
𝑆𝑤 = ( − 1) × 100% = ( − 1) × 100%
𝐿 𝐵
𝐿
11

1
𝑆𝑤𝑒𝑙𝑙(%) = ( − 1) × 100%
𝐿𝑜𝑎𝑑 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟

b. Perubahan Volume Tanah Akibat Timbunan


Dalam pekerjaan tanah yang dimaksud dengan timbunan adalah tanah yang
dipadatkan untuk tujuan tertentu. Misalkan untuk membuat badan jalan, tanggul,
bendungan dan lain-lain, dengan demikian akan terjadi perubahan volume. Volume
ini sering disebut volume penyusutan (shringkage).

Tabel 1. Daftar load factor dan procentage swell dan berat dari berbagai bahan

Tabel 2. Daftar load factor dan procentage swell dan berat dari berbagai bahan
12

Besarnya persentase shringkage adalah:


𝐵
𝑆ℎ = (1 − ) × 100%
𝐶

Keterangan:
Sh = % Penyusutan (shringkage).
B = Berat jenis tanah keadaan asli (lb/curf)
C = Berat jenis tanah pada (lb/curf)

c. Perhitungan Luas Penampang,


Pada cara sederhana penampang dibagi menjadi bentuk segitiga, persegi
panjang atau trapesium.
Contoh:
Misal akan dihitung volume dari galian sebagai berikut:
13

Gambar 5. Penampang trapesium


Luas galian:
L = ½ [d (X1 + X2) + aha1 + (b-a) h2]
Kalau a = ½ b maka,
L= ½ [d (X1 + X2) + ½ b (ha1+ h2)]

Untuk menghitung luas timbunan:

Gambar 6. Penampang timbunan

Luas = ½ h2 (2b + 2 mh2) + ½ (h1 – h2) x (b + 2 mh2)


= ½ bh2 + ½ hi (b+2mh2)

d. Hitungan Luas dengan Cara Koordinat


14

Gambar 7. Koordinat luas penampang

Luas 12341 adalah:


= ½ ([(x1 + x2) (y2 + y1) + (x2 + x3) (y3 + y2) (x1 + x4) (y4 – y1) + (x2 + x4) (y3 +y4)])
= ½ ([y1 (x4 - x2) + y2 (x1 - x3) + y3 (x2 + x4) + y4 (x3 + x1)]
Atau: ½ (yn(xn-1 – xn+1))
Cara lain untuk 2 kali luas adalah:
2A = (x1y2 + x2y3 + x3y4 + x4y1) - (y1x2 + y2x3 + y3x4 + y4x1)
2A = xn xn+1 – yn xn+1
Atau dapat juga dinyatakan sebagai berikut:

𝑦1 𝑦2 𝑦3 𝑦4 𝑦1
/ / / /
𝑥1 𝑥2 𝑥3 𝑥4 𝑥1

d. Perhitungan Volume
Cara yang paling mudah untuk menghitung volume adalah dengan
mengambil luas rata-rata bidang awal dan bidang akhir kemudian dikalikan dengan
jarak L.
Jadi volume adalah:
VA = ½ (A1 + A2) L m3

Keterangan:
A1 = luas bidang awal
A2 = luas bidang akhir
15

L = jarak antara A1 dan A2

Hasil ini cukup baik kalau daerahnya rata, jadi penampang-penampang


antara A1 dan A2 tidak jauh beda. Karena cara ini sederhana sekali, maka sering
dipakai dan dianggap sebagai formula standar untuk pemindahan tanah.
Cara yang lebih teliti adalah dengan rumus:
𝐿
𝑉𝑝 = (𝐴 + 4𝐴𝑚 + 𝐴1 )
𝐵 1

Keterangan:
VP = Volume dengan rumus prismoida
L = Jarak antar bidang awal A1 dan bidang akhir A2
Am = Bidang tengah antara A1 dan A2 dan sejajar dengan kedua bidang ini

Catatan:
Am bukan rata-rata dari A1 dan A2
Am ≠ ½ (A1 + A2)

Kalau kita bandingkan antara VA dan VP pasti ada perbedaan yang disebut
dengan koreksi prismoida KV. Jika KV ditambahkan pada VA, maka hasilnya akan
mendekati VP.
Jadi:
KV = VP - V A
𝐿
KV = (D1 – D2) (x1 – x2) m3
12

Dimana besaran-besaran d, x dan L adalah seperti gambar dibawah ini:


16

Gambar 8. Volume trapesium


17

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas adalah sebagai
berikut:

1. Galian dan timbunan dapat diperoleh dari peta situasi yang dilengkapi
dengan garis-garis kontur atau diperoleh langsung dari lapangan melalui
pengukuran sipat datar profil melintang sepanjang koridor jalur proyek atau
bangunan.

2. Adapun tujuan lain dari perhitungan galian dan timbunan sebagai berikut:

a. Meminimalkan penggunaan volume galian dan timbunan pada


tanah, sehingga pekerjaan pemindahan tanah dan pekerjaan
stabilitas tanah dasar dapat dikurangi, waktu penyelesaian proyek
dapat dipercepat, dan biaya pembangunan dapat seefisien mungkin.

b. Untuk menentukan peralatan (alat-alat berat) yang digunakan pada


pekerjaan galian maupun timbunan, dengan mempertimbangkan
kemampuan daya operasional alat tersebut.

3. Sebelum memulai perhitungan galian dan timbunan, pekerjaan diawali


dengan pematokan (stake out). Pematokan bertujuan untuk menandai
wilayah mana saja yang akan terkena galian dan timbunan, atau bagian-
bagian di lapangan yang menjadi bakal proyek. Setelah pekerjaan stake out
selesai, pekerjaan galian dan timbunan dapat dimulai dengan mengolah data
yang diperoleh dari lapangan untuk selanjutnya diolah. Ada tiga sistem
utama yang dipakai: metode tampang melintang, metode luas satuan atau
lubang galian sumbang dan metode luas garis tinggi.

4. Beberapa kesalahan khas yang dibuat dalam hitungan pekerjaan tanah


adalah:

16
18

a. Mengacaukan tanda-tanda aljabar dalam hitungan luas ujung


memakai metode koordinat.

b. Memakai persamaan untuk hitungan volume stasiun angka bulat


padahal yang ada adalah stasiun angka pecahan.

c. Memakai volume luas ujung untuk bentuk pyramidal atau bentuk


paju (wedgeshaped). Mencampur adukkan kuantitas galian dan
timbunan.

3.2 Saran
Saran kami bagi para pembaca maupun bagi kami yang menggeluti bidang
teknik sipil, materi yang sudah dipaparkan di atas sangat penting untuk dipahami.
Sehingga saat pengaplikasiannya pun akan menjadi mudah untuk dilakukan.
19

DAFTAR PUSTAKA

Purwaamijaya, Iskandar Muda. (2008). Teknik Survei dan Pemetaan Jilid 3.


Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
20

Anda mungkin juga menyukai