BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Deklarasi guru sebagai tenaga profesional dikemukakan oleh Presiden Republik Indonesia pada akhir
tahun 2004, sebagai titik awal pemerintah untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia. Pendidik atau
guru sebagai agen pemelajaran merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pemelajaran, menilai hasil pemelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, diharapkan mampu meningkatkan harkat dan martabat kualitas
bangsa Indonesia di masa mendatang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Mahaesa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Permasalahan yang dihadapi guru di dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai
agen pemelajaran antara lain, berupa perilaku peserta didik yang tidak mau mengerjakan tugas,
tidak mau terlibat secara aktif dalam proses pemelajaran, mengantuk, ngobrol dengan temannya,
dan lain-lain yang pada dasarnya merupakan gambaran masih rendahnya motivasi belajar peserta
didik.
Permasalahan lain muncul dari pribadi guru sendiri antara lain : tidak adanya persiapan
tercermin dalam penguasaan materi ajar yang rendah, proses pemelajaran yang terkesan tidak
terprogram, manajemen kelas yang tidak dikelola dengan baik serta ketidakseriusan guru dalam
membimbing peserta didik. Guru belum optimal dalam memberi penguatan, keterampilan bertanya,
variasi metode dan teknik pemelajaran, memberikan motivasi, membimbing kelompok dan individu
sehingga pemelajaran menjadi tidak menarik, tidak menyenangkan dan bahkan monoton.
Kondisi seperti tersebut di atas, tentu tidak boleh dibiarkan terus menerus. Pengawas
Satuan Pendidikan sebagai tenaga kependidikan profesional memiliki tugas dan tanggung jawab
serta kewenangan penuh untuk melaksanakan pengawasan akademik dan manajerial pada
pelaporan dan tindak lanjut. Fungsi pengawasan akademik yang dilakukan pengawas satuan
pendidikan terhadap guru di sekolah melalui kegiatan supervisi klinis. Secara spesifik, supervisi
klinis dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja guru berdasarkan hasil diagnosis secara
yang efektif.
Pelaksanaan supervisi klinis seringkali diabaikan oleh para supervisor, baik Kepala Sekolah
maupun Pengawas Satuan Pendidikan, sehingga guru terkadang mencari caranya sendiri dalam
menyelesaikan masalah di kelas dan bahkan apa yang dilakukannya tidak tepat dan didak efektif.
Untuk itu, supervisi klinis menjadi sangat penting dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme
guru, sehingga kualitas pemelajaran akan meningkat dan berdampak pada meningkatnya taraf
Upaya untuk meningkatkan kualitas kinerja guru di kelas di samping melalui supervisi klinis,
dapat juga dilakukan secara kolaboratif antara sesama guru, kepala sekolah dan pengawas satuan
pendidikan. Pendekatan kolaboratif ini disebut dengan lesson study, yakni suatu kegiatan yang
dilakukan oleh guru sejenis dengan difasilitasi oleh pengawas satuan pendidikan untuk menyusun
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti sebagai pengawas sekolah berkewajiban untuk
mencari solusinya untuk mengatasi permasalahan guru dalam melaksanakan pemelajaran dengan
melakukan penelitian tindakan sekolah ( PTS ). Peneliti ingin mengungkapkan dan membahas lebih
rinci dengan mengambil judul “ Meningkatkan Profesionalisme Guru melalui Supervisi Klinis
B. Identifikasi Masalah
1) Masih banyak guru yang tidak memiliki silabus mata pelajaran;
2) Banyak guru dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pemelajaran ( RPP) mengcopy dari
sekolah lain;
3) Banyak guru dalam mengelola kelas kurang menumbuhkan aktivitas pada peserta didik;
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, peneliti menyadari karena berbagai keterbatasan (
materi, waktu dan tempat ), maka peneliti mencoba membatasi pada fokus masalah yang akan diteliti serta
mencarikan solusi pemecahannya sebagai berikut :
1) Penyusunan Perangkat pemelajaran terutama Rencana Pelaksanaan Pemelajaran ( RPP)
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahannya dirumuskan sebagai
berikut :
E. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum Penelitian :
1. Untuk Meningkatkan kompetensi pengawas sekolah dalam bidang penelitian dan pengembangan.
2. Untuk mengungkapkan pelaksanaan supervisi klinis dengan pendekatan lesson study dalam upaya
3. Untuk memperoleh formula yang efektif dalam rangka tindak lanjut pengawasan akademik pada guru mata
pelajaran yang sejenis.
F. Manfaat Penelitian
a Guru akan termotivasi untuk membuat perangkat pemelajaran
c Akan terjalin komunitas belajar yang solid antar sesama guru untuk meningkatkan kualitas
pemelajaran
d Guru-guru akan termotivasi untuk selalu melaksanakan pemelajaran yang efektif dan
BAB II
KAJIAN TEORI
akademik, meliputi : 1) memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan kecenderungan
perkembangan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang
sejenis; 2) Memahami konsep, prinsip, teori/teknologi, karakteristik dan kecenderungan perkembangan proses
pemelajaran/ bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah
yang sejenis; 3) Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran
yang relevan di sekolah menengah yang sejenis berlandaskan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi
dasar, dan prinsip-prinsip perkembangan KTSP; 4) Membimbing guru dalam memilih dan mengembangkan
strategi/ metode/teknik/ pemelajaran/ bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa melalui
mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis; 5)
Membimbing guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pemelajaran (RPP) untuk tiap mata pelajaran
dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis; 6) Membimbing guru dalam
melaksanakan kegiatan pemelajaran/ bimbingan ( di kelas, laboratorium, dan atau di lapangan ) untuk tiap
mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis; 7) Membimbig
guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas
pemelajaran/ bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah
yang sejenis; 8) Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi dalam pemelajaran/ bimbingan
tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis.
Berdasarkan tugas yang diamanatkan dalam ketentuan tersebut, maka peneliti berupaya
untuk menunaikannya dengan melakukan supervisi akademik dengan tujuan untuk memperbaiki
dan meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan khususnya untuk meningkatkan
dalam penguasaan dasar keilmuan dan perangkat instrumentalnya. Jadi guru tersebut diharapkan
menguasai daya foresight, intellectual coriosity, dan kemampuan berpikir lateral. Guru profesional
yaitu guru yang tahu mendalam tentang apa yang diajarkan, mampu mengajarkannya secara
efektif, efisien dan berkepribadian mantap. Guru bermoral tinggi dan beriman tingkah lakunya
Sejalan dengan kebijakan pemerintah, melalui pasal 7 dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa pemberdayaan profesi guru diselenggarakan melalui
pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif dan berkelanjutan
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa dan kode
etik profesi. Di samping itu, menurut pasal 20 dalam menjalankan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban
meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Terbitnya Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentang kualifikasi dan kompetensi guru
ditegaskan bahwa guru harus menguasai seperangkat kompetensi sebagai agen pendidikan yang
profersional. Jadi, kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan
dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pemelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
2. Kompetensi Kepribadian
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik,
4. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pemelajaran secara luas dan mendalam,
yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah, substansi dan metodologi
Berdasarkan payung hukum tersebut di atas, penulis memandang bahwa upaya meningkatkan
profrsionalisme guru dapat dilakukan pengawas satuan pendidikan dan kepala sekolah dengan cara
memberdayakan potensi guru mengarah pada penguasaan kompetensi guru. Di samping itu, hal penting yang
harus dilakukan adalah pemberian motivasi yang dapat merangsang guru untuk berprestasi, program
pendampingan, pembimbingan dan pembinaan secara berkesinambungan melalui kegiatan supervisi dengan
berbagai kiatnya.
C. Supervisi Klinis
1. Pengertian
Untuk terselenggaranya pendidikan yang efektif, diperukan upaya pembinaan secara teratur terhadap aspek-
aspek personal, organisasional, operasional dan material. Supervisi pendidikan mengemban fungsi pembinaan
keseluruhan aspek dan situasi pendidikan sebagaimana dimaksud.
Suharsimi Arikunto dalam Idochi Anwar ( 1988) menyatakan bahwa supervisi menunjuk
kepada suatu pekerjaan pengawasan yang sifatnya lebih manusiawi. Artinya, supervisor selama
melaksanakan supervisi bukan untuk mencari-cari kesalahan atau kekurangan tetapi lebih banyak
mengandung unsur pembinaan. Upaya pembinaaan dilakukan dengan melibatkan pihak-pihak yang
dibina, yaitu membicarakan bersama dan mengatasi sendiri kekurangan, dilanjutkan dengan
membicarakan upaya mengatasi kekurangan itu. Imam Soepardi (1988) memberi pengertian
bahwa supervisi merupakan bantuan dan pelayanan pendidikan guna menumbuhkan dan
mengembangkan situasi belajar mengajar menjadi lebih baik. Situasi belajat yang makin baik akan
menekankan pada mencari penyebab dari kelemahan-kelemahan yang terjadi pada saat proses
pemelajaran, kemudian secara langsung dicarikan upaya memperbaiki kelemahan tersebut. Hasil
diagnosis atas kelemahan-kelemahan guru dilakukan dengan cara wawancara atau dengan
pengamatan langsung pada saat melaksanakan proses pemelajaran, kemudian langsung diikuti
dengan diskusi setelah guru selesai melaksanakan pemelajaran untuk memperoleh balikan tentang
kelebihan dan kelemahan yang ditemukan selama guru mengajar, serta upaya memperbaikinya.
Richard Waller dalam Ngalim Purwanto (2006) menyatakan bahwa supervisi klinis
merupakan salah satu model supervisi yang difokuskan pada peningkatan kemampuan mengajar
melalui siklus yang sistematis, baik dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif
tentang penampilan mengajar yang nyata, serta berujuan mengadakan perubahan dengan cara
yang rasional.
Sementara itu, Keith Acheson dan Meredith D. Gall menyatakan bahwa supervisi klinis
adalah proses membantu guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata
Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat mensintesiskan bahwa supervisi klinis adalah
suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan profesionalitas guru
khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan
objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar guru. Jadi, inti dari supervisi
Supervisi klinis bertujuan untuk membantu guru dalam memodifikasi pola-pola pengajaran
yang tidak efektif. Secara spesifik supervisi klinis dirinci sebagai berikut :
(1) Menyediakan umpan balik yang objektif bagi guru tentang pengajaran yang diselenggarakannya.
(4) Mengevaluasi guru untuk kepentingan promosi jabatan dan keputusan lainnya.
(5) Membantu guru mengembangkan sikap positif terhadap pengembangan profesional yang
bekesinambungan.
Menurut Ngalim Purwanto ( 2006 :91) supervisi klinis mengemukakan ciri-ciri sebagai berikut
1) Bimbingan supervisor terhadap guru bersifat bantuan, bukan perintah atau instruksi;
2) Jenis keterampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh guru yang disupervisi dan disepakati
4) Instrumen supervisi dikembangkan dan disepakati bersama antara pengawas dan guru;
6) Meskipun pengawas telah menganalisis dan menginterpretasikan data yang direkam oleh
instrumen observasi, di dalam diskusi atau pertemuan balikan terlebih dahulu menganalisis
kemampuannya.
7) Pengawas lebih banyak bertanya dan mendengarkan daripada memerintah atau mengarahkan.
9) Supervisi berlangsung dalam siklus yang meliputi perencanaan, observasi dan diskusi/ pertemuan
balikan;
10) Supervisi klinis dapat dipergunakan untuk pembentukan peningkatan dan perbaikan kemampuan
mengajar guru.
supervisor harus taktis sehingga guru terdorong untuk meminta bantuan supervisor
2) Menciptakan hubungan manusiawi yang bersifat interaktif dan penuh rasa kesejawatan
3) Ciptakan suasana bebas mengeluarkan pendapat apa yang dialaminya. Supervisor berusaha
4) Objek kajian adalah kebutuhan profesional guru yang nyata yang dialaminya.
5) Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang spesifik yang harus diangkat untuk diperbaiki.
Langkah-langkah supervisi klinis yang perlu dilakukan menurut Cogan (1973) dalam Ibrahim
7) Tahap pertemuan
1. Pertemuan awal
Pada tahap ini supervisor mengadakan pertemuan dengan guru yang akan disupervisi untuk
membicarakan pelaksanaan pemelajaran yang akan diselenggarakan oleh guru dalam suasana
yang akrab, harmonis dan terbuka. Kondisi demikian perlu diciptakan untuk membina hubungan
2. Observasi Mengajar
Pada tahap observasi ini guru berlatih mengajar dengan menerapkan komponen-komponen
kemampuan yang telah disepakati bersama pada pertemuan awal. Di pihak lain supervisor
mengadakan pengamatan secara cermat dan objektif terhadap tingkah laku guru selama mengajar
dengan menggunakan alat perekam ( lembar pengamatan ) yang juga telah disepakati sebelumnya,
sesuai dengan permintaan guru. Misalnya, jika guru merasa lemah dalam kemampuan bertanya,
memberi penguatan dan memberikan waktu untuk berpikir, maka ketiga hal itulah yang diamati dan
direkam. Dalam pelaksanaannya, pada hal-hal tertentu untuk mencatat data, supervisor dapat juga
mengadakan pengamatan dan mencatat tingkah laku peserta didik di kelas serta interaksi antara
Sebelum pertemuan balikan ini dilaksanakan, supervisor lebih dahulu mengadakan analisis dan
menginterpretasikan data hasil pengamatan atau rekaman yang dibuat sebagai bahan pembicaraan
Pertemuan balikan harus segera dilakukan untuk menjaga segala sesuatu yang terjadi masih segar
Pertemuan dilakukan sama dengan waktu pertemuan awal, yaitu diselenggarakan dalam suasana
akrab, terbuka dan bebas dari perasaan dinilai atau diadili. Supervisor hendaknya menyajikan data
sedemikian rupa, sehingga guru diharapkan dapat menemukan kelemahan/ kekurangan dan
kelebihannya sendiri. Yang menjadi tolok ukur pada pertemuan balikan ini, adalah kontrak yang
telah disepakatio bersama pada pertemuan awal. Selesai pertemuan ini hendaknya menyadari
sampai seberapa jauh kontrak yang telah disepakati dapat tercapai. Berdasarkan pertemuan ini,
Berdasarkan paparan di atas, supervisi klinis pada dasarnya berfungsi memperbaiki kinerja
guru di kelas secara terbimbing oleh pengawas yang dinilai memiliki pengetahuan, pengalaman dan
kemampuan lebih daripada yang disupervisi, meskipun dalam pelaksanaannya tidak boleh
ditampakkan dalam bentuk perilaku yang direktif. Dengah demikian, diprediksi bahwa pelaksanaan
supervisi klinis secara terprogram dan berkelanjutan akan dapat meningkatkan kemampuan guru
dan Amerika Serikat sebagai suatu pendekatan, metode dan teknik yang dapat diandalkan dalam
upaya meningkatkan mutu proses dan hasil pemelajaran. Ternyata pendekatan ini dapat
meningkatkan kompetensi dan keprofesionalan guru serta meningkatkan kualitas proses dan hasil
pemelajaran. Mengingat manfaat pendekatan ini yang demikian bagus, maka sebagai salah satu
alternatif untuk memperbaiki mutu pendidikan di negeri ini kita perlu juga berupaya, memikirkan,
Mengawali upaya tersebut, kita akan memaparkan secara singkat tentang (1) apa lesson
study, (2) mengapa lesson study, dan (3) bagaimana lesson study. Apa lesson study terkait dengan
pengertian atau definisi lesson study. Mengapa lesson study berhubungan dengan alasan-alasan
tentang mengapa lesson study itu dipilih. Bagaimana lesson study berkaitan dengan cara, proses,
Ada beberapa pengertian tentang istilah lesson study. Menurut Hendayana dkk ( 2006 : 10 )
mengemukakan bahwa Leson study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui
proses melaksanakan suatu lesson study. Keenam langkah itu adalah (1) membentuk group lesson
study, (2) memfokuskan lesson study, (3) merencanakan research lesson ( pelajaran yang diteliti ),
(4) menjar dan mengamati research lesson, (5) mendiskusikan dan menganalisis research lesson,
relevan dengan amanat Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang
(melaksanakan), dan See (merefleksi) yang berkelanjutan. Dengan kata lain Lesson Study
merupakan suatu cara peningkatan mutu pendidikan yang tak pernah berakhir (continuous
a) Pemilihan topik, yaitu topik yang sulit dipahami oleh sebagian besar peserta didik.
b) Pemilihan pendekatan /metode pemelajaran yang sesuai dengan topik/ materi dan tingkat
perkembangan intelektual peserta didik, dan terfokus pada kegiatan peserta didik , serta penerapan
d) Pemilihan alat dan media pemelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran
6) Lembar observasi
Dalam tahap pelaksanaan lesson study, seorang guru ditugasi sebagai guru model yang
melaksanakan pemelajaran, sedangkan guru lainnya, wakil kepala sekolah atau kepala sekolah
sebagai observer.
Kegiatan tahap refleksi berupa kegiatan yang berkenaan dengan hal-hal sebagai berikut :
1) Kesan penyaji/ guru model tentang strategi/ teknik/ metode pemelajaran yang telah digunakan
Lesson Study dipilih dan dimplementasikan karena beberapa alasan. Pertama, lesson study
merupakan suatu cara efektif yang dapat meningkatkan kualitas mengajar dan belajar serta
pelajaran di kelas. Hal ini benar, karena (1) pengembangan lesson study dilakukan dan didasarkan
pada hasil “sharing” pengetahuan profesional yang berlandaskan pada praktek dan hasil
pengajaran yang dilaksanakan para guru, (2) penekanan mendasar suatu lesson study adalah para
siswa memiliki kualitas belajar, (3) tujuan pelajaran dijadikan fokus dan titik perhatian utama dalam
pembelajaran di kelas, (4) berdasarkan pengalaman real di kelas, lesson study mampu menjadi
landasan bagi pengembangan pembelajaran, dan (5) lesson study akan menempatkan peran para
Kedua, lesson study yang didesain dengan baik akan menghasilkan guru yang profesional
dan inovatif. Dengan melaksanakan lesson study para guru dapat (1) menentukan tujuan, pelajaran
(lesson), satuan (unit) pelajaran, dan mata pelajaran yang efektif; (2) mengkaji dan meningkatkan
pelajaran yang bermanfaat bagi siswa; (3) memperdalam pengetahuan tentang mata pelajaran yang
disajikan para guru; (4) menentukan tujuan jangka panjang yang akan dicapai para siswa; (5)
merencanakan pelajaran secara kolaboratif; (6) mengkaji secara teliti belajar dan perilaku siswa; (7)
mengembangkan pengetahuan pemelajaran yang dapat diandalkan; dan (8) melakukan refleksi
terhadap pengajaran yang dilaksanakannya berdasarkan pandangan siswa dan koleganya ( Lewis,
2002: 27 )
Dalam mengimplementasikan suatu lesson study, kita dapat memilih dan menerapkan
metoda, teknik, pendekatan, strategi, media, dan trend pemelajaran yang ada, sesuai, dan sudah
dikenal. Kita juga dapat menerapkan teknik atau alat asesmen kelas yang ada, sesuai, dan sudah
dikenal. Metoda atau teknik mana yang diterapkan sangat tergantung pada hakikat materi ajar serta
Pendekatan lesson study perlu dipahami oleh para guru atau praktisi pendidikan. Mengingat
manfaatnya yang demikian bagus, maka kita perlu berupaya dan memikirkan bagaimana agar
lesson study akan lebih efektif, jika kita memahami apa dan mengapa lesson study serta
bijak, dan seksama. Dengan cara seperti ini, tujuan pengimplementasian suatu lesson study yang
berfokus pada peningkatan kualitas pemelajaran dan belajar para siswa serta peningkatan
Berdasarkan paparan di atas, ternyata alur mekanisme pendekatan lesson study memiliki
kesamaan dengan alur/ prosedur pada penelitian tindakan sekolah/ kelas, serta isi kegiatannya
sesuai dengan kegiatan supervisi klinis yang dilakukan secara kolaboratif, lazimnya dilakukan oleh
pengawas satuan pendidikan saat melakukan supervisi akademik terhadap guru-guru mata
perbedaan yang signifikan antara guru-guru yang memperoleh balikan dari peserta didik dan yang
tidak, b) penampilan mengajar tingkat akhir lebih baik bila dibandingkan dengan penampilan
mengajar tingkat permulaan bagi kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol .
tahun 1984 Mantja melakukan penelitian eksperimental tentang efektivitas supervisi klinis pada
mahasiswa IKIP Malang dengan kesimpulan kelompok mahasiswa yang dibimbing dengan
menggunakan supervisi klinis menunjukkan prestasi keberhasilan lebih tinggi bila dibandingkan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat dan Sampel Penelitian
Tempat penelitian adalah sekolah binaan, yaitu SMK Budiarti Cirebon dan SMA Syarif
Hidayatullah Cirebon. Jumlah guru dari dua sekolah tersebut sebanyak 78 orang, dan peneliti
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran 2007/2008, dengan
menggunakan refleksi awal tahun sebelumnya. Penelitian ini bersifat kolaboratif dengan guru-guru
di sekolah binaan. Pelaku tindakan adalah Guru Bahasa Indonesia, sedangkan observer adalah
3. Kolaborator
1) Guru-guru pada sekolah binaan, baik sebagai subjek maupun objek untuk membantu peneliti dalam
mengumpulkan data dari pelaksanaan proses pemelajaran.
2) Kepala Sekolah untuk membantu peneliti dalam pengumpulan data dari proses pemelajaran.
B. Faktor yang Diamati
Untuk menjawab pertanyaan yang dirumuskan dalam penelitian, ada beberapa faktor yang
1. Faktor Guru, yaitu mengamati; pertama, aktivitas guru selama proses diskusi berlangsung, kedua,
mengamati kemampuan guru dalam melaksanakan pemelajaran pada waktu mengajar sesama
2. Faktor hasil kegiatan mengajar sesama teman guru ( peer teaching ) yang diaplikasikan dalam
proses pemelajaran di kelas masing-masing, sehingga dapat dilihat juga hasil belajar siswa.
Tabel 3.1
2. Lembar Observasi, digunakan untuk mencatat aktivitas guru selama kegiatan simulasi mengajar/
tutor sebaya, dan kegiatan PBM, seperti tercantum dalam format berikut :
Tabel : 3.2
3. Lembar Observasi untuk kegiatan Penilaian Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pemelajaran ( RPP
Tabel 3.3
4. Lembar Penilaian kegiatan simulasi mengajar dan hasil pelaksanaan proses pemelajaran di kelas,
Tabel : 3. 4
Tabel 3.5
aktivitas guru dalam pembuatan RPP, kegiatan Lesson Studi serta pelaksanaan PBM di
kelas
2. Wawancara, dilakukan peneliti terhadap guru dengan teknik supervisi klinis setelah selesai
Tabel 3.6
hasil observasi, hasil analisis kegiatan Leson study dan analisis pelaksanaan pemelajaran/ simulasi
mengajar.
Tabel 3.7
1. Siklus Pertama
1) Perencanaan Tindakan Siklus Pertama
Mengadakan pertemuan awal dengan guru-guru pada sekolah binaan, yaitu di SMK Budiarti dan
SMA Syarif Hidayatullah, untuk membicarakan simulasi pemelajaran / tampilan mengajar ( peer
teaching ) .
Memberikan pengarahan kepada guru-guru dalam hal pembuatan silabus, RPP dan pelaksanaan
Membuat RPP
Melakukan refleksi / pertemuan balikan atas tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus pertama
2. Siklus Kedua
3) Melakukan refleksi atas tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus kedua
Melakukan refleksi dari semua tindakan yang telah dilakukan . Jika masih ada kekurangan, maka
G. Jadwal Kegiatan
Tabel : 3.9
Jadwal Kegiatan
BAB IV
A. Pelaksanaan Penelitian
Pada bab tiga telah dijelaskan peneliti bahwa penelitian tindakan ini terdiri atas dua siklus
secara berkesinambungan. Dalam setiap siklus terdiri atas tahapan perencanaan, pelaksanaan (
tindakan dan observasi) dan refleksi, serta perbaikan untuk dijadikan bahan perencanan
selanjutnya. Hal ini, sesuai dengan prinsip supervisi akademik yang terdiri atas tiga fase, yaitu Pra
conference, Observation, dan Post Conference , relevan juga dengan supervisi klinis dengan
tahapan, Pertemuan awal, observasi mengajar dan pasca observasi ( pertemuan balikan ).
Penelitian ini dilaksanakan setiap jadwal kunjungan supervisi manajerial dan akademik pada
sekolah binaan setiap bulan, seperti tercantum dalam jadwal penelitian pada bab sebelumnya.
Adapun kegiatannya adalah pertemuan awal, pengarahan/ bimbingan teknis, pelaksanaan simulasi
mengajar/ turor sebaya dengan pendekatan lesson study, observasi , refleksi, pembuatan dan
revisi silabus dan RPP, supervisi kelas serta kesimpulan untuk merencanakan tindak lanjut kegiatan
selanjutnya.
1. Siklus Pertama
Pada siklus pertama ini, peneliti melakukan tindakan dengan melaksanakan pertemuan awal
dengan dua untuk sekolah binaan pada bulan Agustus 2007 dengan memberikan pengarahan dan
pembinaan terhadap guru dalam rangka supervisi akademik/ supervisi klinis dengan materi
penggunaan metode/ strategi/ teknik pemelajaran yang diawali dengan simulasi mengajar/ tutor
sebaya. Selanjutnya, pemberian angket untuk langsung menjawab dan mengambil kesimpulan
sebagai rencana kegiatan / pertemuan selanjutnya. Dari pertemuan awal, diperoleh data sebagai
berikut :
Tabel 4.1
Hasil Wawancara Pertemuan Awal untuk Menentukan Tindakan
No Pertanyaan Frekuensi Persen Deskripsi Jawaban
Jawaban tase
1 Apakah anda merasa senang Ya= 10 50% Menggnakan waktu
dengan tampilan mengajar banyak
teman anda ? Tdk= 10 50% Susah menyiapkan
materi pelajaran
2 Apakah anda sependapat Ya= 12 60% Menggunakan waktu
dengan strategi/metode/teknik terlalu banyak
penyajian yang digunakan teman Tdk= 8 40% Masih bias
anda dalam mengajar ? Susah untuk diikuti
3 Apakah anda setuju jika kegiatan Ya = 16 80% Perlu waktu banyak
supervisi klinis dengan Sangat tepat, karena
pendekatan lesson study Tdk= 4 20% mencari akar
diagendakan rutin setiap akhir permasalahan guru
semester ?
4 Apakah anda setuju, jika Ya= 17 85% Sangat baik, namun
kegiatan ini dilakukan khusus perlu waktu yang cukup
guru mata pelajaran yg sama ? Tdk= 3 15%
5 Apakah kegiatan ini bermanfaat Ya- = 19 95% Sangat baik untuk
bagi Anda dalam meningkatkan meningkatkan kinerja
kualitas pemelajaran ? Tdk = 1 5% guru
Dengan melihat tabel di atas, peneliti bersama-sama guru dan kepala sekolah berdiskusi dan
masalah pemelajaran sangat efektif, karena mereka saling berbagai ( sharing) pendapat dengan
sesama guru. Kelemahannya memerlukan waktu yang cukup banyak, sehingga perencanaannya
harus dimatangkan, disepakati pada waktu kegiatan sekolah tidak terlalu sibuk.
Pelaksanaan kegiatan pembinaan guru melalui supervisi klinis dengan pendekatan kolaboratif
dilaksanakan satu kali pada sekolah binaan. Hasilnya rata-rata kehadiran guru sesuai sampel
pada dua sekolah binaan mencapai 100%. ( hadir semua ). Ini menunjukkan bahwa para guru
sangat antusias untuk mengikuti kegiatan pembinaan yang dilakukan pengawas sekolah binaan.
Hasil pemantauan melakukan simulasi mengajar/ tutor sebaya dengan menggunakan RPP
dengan menggunakan pendekatan lesson study tergambar dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.2
Rata-Rata Hasil kegiatan Simulasi Mengajar pada Siklus I
No Pertemuan Skor Ket
Kelompok I Kelompok II Rata2
1 I 62.20 64.35 63,33
2 II 68,40 71,65 70,03
Rata-Rata 66,68
Tabel 4.3
Rata-Rata Hasil Sikap Peserta selama
Mengikuti Kegiatan Simulasi Mengajar / Tutor Sebaya
No Pertemuan Skor Ket
Kelompok I Kelompok II Rata2
1 I 73.00 78,47 75,73
2 II 74,20 81,13 77,66
Rata-Rata 76,69
Tabel 4.4
Rata-Rata Nilai untuk Pembuatan RPP pada Siklus Pertama
No Pertemuan Skor Ket
Kelompok I Kelompok II Rata2
1 I 68,20 67,00 67,60
2 II 76,20 82,00 79,10
Rata-Rata 73,35
Tabel 4. 5
Rata-Rata Hasil Kegiatan Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar pada Siklus Pertama
No Pertemuan Skor Ket
Kelompok I Kelompok II Rata2
1 I 70,50 75,00 72,75
2 II 74,40 79,00 76,70
Rata-Rata 74,72
Tabel 4.6
Berdasarkan kegiatan dalam siklus pertama, peneliti dapat mengevaluasi bahwa kegiatan
supervisi klinis dengan pendekatan lesson study dapat dilanjutkan dalam kegiatan pembinaan guru
2. Siklus Kedua
strategi yang berbeda meskipun tidak semuanya, yaitu supervisi klinis dengan menggunakan
pendekatan kolaboratif/ lesson study. Strategi ini dipilih agar pembinaan terhadap guru pada
sekolah binaan lebih transparan, komunikatif dan saling melengkapi antar sesama guru.
Siklus ini merupakan siklus terakhir dalam penelitian tindakan sekolah pada sekolah binaan.
Tabel 4.7
Rata-Rata Hasil kegiatan Simulasi Mengajar pada Siklus Kedua
Tabel 4.8
Rata-Rata Hasil Sikap Peserta selama
Mengikuti Kegiatan Simulasi Mengajar / Tutor Sebaya
No Pertemuan Skor Ket
Kelompok I Kelompok II Rata2
1 I 79.80 84,20 82,00
2 II 80,10 89.30 84,70
Rata-Rata 83,35
Tabel 4.9
Rata-Rata Nilai untuk Pembuatan RPP pada Siklus Kedua
Tabel 4.11
Berdasarkan siklus Kedua kegiatan ini, peneliti dapat mengevaluasi dan menarik kesimpulan
bahwa kegiatan supervisi klinis terhadap kepala sekolah dan guru pada sekolah binaan dapat
menggunakan pendekatan kolaboratif / lesson study. Ara pengawas sekolah dapat menggunakan
model ini untuk dilanjutkan pada seklah binaan masing-masing. Dilihat perbedaan pada siklus
pertama dan siklus kedua terdapat peningkatan presentasi yang cukup signifikan.
hasilnya. Kehadiran guru-guru dalam mengikuti pertemuan sangat bagus, mereka saling berbagi
Adapun aktivitas guru dalam mengikuti pertemuan, khususnya hasil kegiatan simulasi
mengajar boleh dikattakan baik dengan rata-rata skor pada siklus kedua sebesar 80,42% ,
sementara pada siklus pertama hanya mencapai skor 66,68% . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
Gambar : 4.2
Rata-Rata Guru Hasil Kegiatan
Simulasi Mengajar selama Dua Siklus.
Adapun sikap guru dalam mengikuti kegiatan simulasi mengajar dikatakan baik, dengan
rata-rata pada siklus kedua sebesar 83,35% sementara pada siklus pertama hanya mendapat skor
Gambar 4.3
Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pemelajaran ( RPP ) kenaikannya cukup baik. Hal ini
menunjukkan bahwa kegiatan ini terutama pembinaan terhadap guru harus dilakukan secara
berkelanjutan. Hasilnya adalah pada siklus kedua memperoleh skor sebesar 82,37%, sementara
pada siklus pertama mendapat skor 73,35%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam grafik di
bawah ini .
Gambar 4.4
Hasil Pembuatan RPP selama Dua Siklus
yang baik untuk merencanakan proses pemelajaran, memilih strategi/ metode dan teknik ,
menyusun skenario pemelajaran, implementasi pemelajaran dan evaluasi hasil belajar peserta
didik. I samping itu, guru pun dihadapkan pada berbagai persolan baik pribadinya, peserta didik
kondisi sekolah yang belum kondusif. Oleh karena itu, guru sangat membutuhkan bimbingan,
pembinaan dan pendampingan dari supervisor, dalam hal ini pengawas satuan pendidikan.
kolaboratif dan berdasarkan asas kesejawatan ( partnership), sehingga mereka tidak merasa ragu-
Salah satu bentuk kegiatan semacam itu yang tepat adalah dengan pendekatan/ metode
lesson study. Oleh karena dengan kegiatan kolaboratif antara guru, kepala sekolah dan pengawas,
aktivitas supervisi dapat secara leluasa mengumpulkan informasi yang lengkap tentang kesulitan-
kesulitan apa yang dihadapi guru-guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Data/ informasi
yang terkumpul dapat dijadikan bahan-bahan untuk mencari jalan pemecahannya terhadap
kesulitan yang dihadapi para guru tanpa ada kesan yang menakutkan, menginspeksi, atau bentuk
aktivitas yang terkesan kurang disenangi oleh para guru. Jalinan hubungan interpersonal yang
harmonis antara supervisor dan guru-guru akan memudahkan komunikasi yang efektif antara
Manfaat dari pendekatan leson study yang dilaksanakan secara berkesinambungan dan
konsisten akan menghasilkan perubahan yang signifikan terhadap perbaikan pemelajaran dan
sekaligus kinerja guru. Kegiatan lesson study yang terintegrasi dengan kegiatan supervisi klinis
akan menhasilkan bentuk pelatihan yang nyata untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang
dihadapi guru dengan cara mengajak guru untuk melakukan refleksi terhadap perilaku mengajarnya
3) Memperdalam pemahaman guru tentang materi pelajaran, cakupan dan urutan materi dalam
kurikulum.
5) Menciptakan terjadinya pertukaran pengetahuan tentang pemahaman berpikir dan belajar siswa
1) Peningkatan mutu guru dan mutu pembelajaran yang pada gilirannya berakibat pada peningkatan
Guru memiliki banyak kesempatan untuk membuat bermakna ide-ide pendidikan dalam praktek
pemelajaran nya sehingga dapat merubah perspektif tentang pemelajaran, dan belajar praktik
3) .Guru mudah berkonsultasi kepada pakar dalam hal pemelajaran atau kesulitan materi pelajaran.
4) Perbaikan praktek pemelajaran di kelas.
5) Peningkatan kolaborasi antar guru dan antara guru dan pengawas dalam meningkatkan kualitas
pemelajaran.
Berdasarkan kajian teoritis mapun informasi dari penelitian terdahulu dikemukakan bahwa efektivitas
supervisi klinis dalam memperbaiki kinerja guru dapat diterima. Demikian pulan dengan pendekatan lesson
study bila dilaksanakan dengan baik akan dapat menumbuhkan kesadaran guru dan secara kolaboratif
melakukan refleksi terhadap pemelajaran yang telah dilaksanakannya. Selanjutnya, secara bersama-sama guru
dan supervisor dapat membuat perencanaan pemelajaran beserta perangkat pendukungnya untuk memperbaiki
pemelajaran pada siklus berikutnya. Keuntungan lain dari pendekatan lesson study dilihat dari psikologi sosial
akan tumbuhnya motivasi guru untuk berprestasi yang lebih baik , jika dibandingkan dengan menyelesaikan
masalahnya secara sendiri-sendiri.
Penulis berpandangan bahwa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
profesional guru, di samping memberikan motivasi dengan asas-asasnya juga perlu dilakukan
pendampingan, pembimbingan dan pembinaan dari para pengawas satuan pendidikan ( supervisor)
melalui kegiatan supervisi klinis dengan pendekatan lesson study secara kekelanjutan dan
konsisten.
BAB V
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan selama dua siklus, hasil temuan, analisis data dan refleksi pada tiap-tiap
siklus serta analisis dan pemahasannya, maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1. Pengawasan akademik yang dilakukan pengawas satuan pendidikan dengan cara supervisi klinis
pemelajaran. Guru akan senang hati menyampaikan keluhan-keluhan kepada supervisor dengan
situasi yang akrab dan komunikatif. Pengawas dan guru dapat mendiskusikan untuk mencari
2. Pengawasan akademik dengan cara supervisi klinis dengan pendekatan lesson study akan lebih
menumbuhkan motivasi guru untuk berprestasi dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru.
3. Pengawas satuan pendidikan sebagai supervisor sangat strategis dalam upaya meningkatkan
profesionalisme guru yang akan berdampak pada peningkatan kualitas pemelajaran di sekolah.
B. Keterbatasan
Penelitian tindakan sekolah ini masih terdapat beberapa keterbatasan , kelemahan dan
1. Supervisi klinis dengan pendekatan Lesson study sangat memerlukan waktu yang cukup,
sementara sekolah binaan sangat padat dengan aktivitas belajar mengajar termasuk
mempersiapkan administrasi sekolah dan guru. Oleh karena itu, peneliti sangat sulit menentukan
2. Dalam melakukan supervisi klinis dengan pendekatan kolaboratif belum tentu cocok diaplikasikan di
sekolah lain. Oleh karenanya, keberhasilan dalam pembinaan guru harus melihat situasi dan
kondisi sumber daya yang ada, artinya sangat situasional. Pengawas Pembina harus memahami
C. Rekomendasi
Upaya meningkatkan profesionalitas guru hendaknya dilakukan dengan kegiatan
sebaiknya dilakukan melalui kegiatan supervisi klinis dengan pendekatan lesson study. Oleh
karena itu, Kepala Sekolah senantiasa dapat memfasilitasi kegiatan ini, agar profesionalisme guru
Penelitian Tindakan Sekolah ( PTS ) ini merupakan laporan penelitian berdasarkan hasil
pengalaman penulis dalam melaksanakan supervisi akademik dalam upaya meningkatkan kinerja
guru pada beberapa sekolah binaan SMA dan SMK di Kota Cirebon Provinsi Jawa Barat.
Tujuannya untuk meningkatkan profesionalisme guru melalui supervisi klinis dengan pendekatan
lesson study/ kolaboratif. Sampel yang diambil dalam penelitian tindakan ini sebanyak 20 orang,
yaitu guru dari SMA Syarif Hidayatullah sebanyak 10 orang dan dari SMK Budiarti sebanyak 10
orang guru.
Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini berupa tindakan yang terbagi dalam
dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok, yaitu perencanaan, pelaksanaan, refleksi
dan evaluasi. Tindakan yang dilakukan berupa simulasi mengajar/ tutor sebaya dengan
menggunakan Rencana Pelaksanaan Pemelajaran ( RPP ) dengan pendekatan Lesson Study/
Kolaboratif.
Hasil wawancara yang diperoleh pada saat temua awal penelitian untuk menentukan
tindakan para guru sangat senang dan antusias untuk mengikuti kegiatan ini. Hasil penelitian
tindakan pada siklus pertama dan siklus kedua adalah : (a) rata-rata hasil simulasi mengajar skor
66,68 ( siklus 1) dan 80,42 ( siklus 2 ), (b) Sikap peserta terhadap simulasi PBM skor 76, 69 (siklus
1) dan 83,35 (siklus 2), (c) Rata-rata pembuatan RPP skor 73,35 (siklus 1) dan 82,37 ( siklus 2)
(d). Rata-rata nilai PBM 74,72 (siklus 1) dan 84,97 ( siklus 2).
Simpulan penelitian ini adalah pengawasan akademik dengan cara supervisi klinis dengan
pendekatan lesson study/kolaboratif lebih menumbuhkan motivasi guru untuk berprestasi dalam
rangka meningkatkan profesionalitas. Peneliti merekomendasikan agar kegiatan penelitian
tindakan sekolah ini terus dilakukan untuk memperbaiki kinerja guru dan sekolah, dengan terjalin
komunikasi yang harmonis setiap elemen pendidikan akan dapat menyelesaikan permasalahan
secara tuntas.
Kunci : Profesionalisme Guru, Supervisi Klinis, Pendekatan Lesson Study. Kompetensi Pengawas
Sekolah dan Kompetensi Guru
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh :
Drs. ADANG SUDARMAN, M.Pd.
Pembina Tk. I
Mengetahui :
Kepala Dinas Pendidikan
Kota Cirebon,
Pembina Tk.I
NIP. 130 642 113
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. atas segala limpahan rakhmat dan
karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan laporan penelitian ini.
Penelitian ini membahas permasalahan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai agen
pembelajaran. Topik karya tulis ini adalah “ MeningkatKan Profesionalisme Guru melalui Kegiatan
Supervisi Klinis dengan Pendekatan Lesson Study” sangat terkait dengan tugas peneliti sebagai
pengawas satuan pendidikan dalam melaksanakan salah satu tugasnya melaksanakan
pengawasan akademik pada guru-guru di beberapa sekolah binaan. Selain itu, penelitian ini
disusun untuk memenuhi persyaratan dalam rangka usul kenaikan pangkat / golongan IV.c.
Peneliti menyadari laporan ini ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan pengetahuan. Oleh
karena itu, saran kritik dan pendapat yang konstruktif sangat diharapkan guna perbaikan laporan penelitian
ini.
Semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi rekan-rekan sejawat dalam rangka
mengemban tugas melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap guru dan sekolah di sekolah
binaan dan untuk kemajuan pendidikan pada umumnya.
Adang Sudarman
iv
DAFTAR ISI
hal
ABSTRAK ............................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iv
DAFTAR ISI ........................................................................................ v
DAFTAR TABEL ................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... ix
A. Simpulan .................................................................. 52
B. Keterbatasan ............................................................ 53
C. Rekomendasi ........................................................... 53
DAFTAR TABEL
Tabel
halaman
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
halaman
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
halaman
1. Hasil Pemantauan ( contoh ) ............................................... 55
2. Foto Kegiatan Penelitian Tindakan Sekolah .................... 61
3. Daftar Hadir ......................................................................... 63
4. Contoh RPP Hasil Kolaborasi ........................................... 66
ix
FORMAT PENILAIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMELAJARAN
_____________________ _________________________
Cirebon,
Guru Mata Pelajaran, Pengawas Pembina,
____________________________
DAFTAR HADIR
RAPAT
PEMBINAAN
Cirebon,
Pengawas Sekolah,