BAB I
PENDAHULUAN
Batuan induk (Source rocks) adalah batuan sedimen berbutir halus yang
memiliki kapabilitas sebagai sumber hidrokarbon (Waples, 1985). Source rock
adalah Batuan yang kaya zat organik, jika mengalami cukup pemanasan akan
menghasilkan minyak dan gas. Batuan ini kaya akan kandungan unsur atom
karbon (C) yang didapat dari cangkang - cangkang fosil yang terendapkan di
batuan itu. Karbon inilah yang akan menjadi unsur utama dalam rantai penyusun
ikatan kimia hidrokarbon.
Batuan induk(source rock) diklasifikasikan dari jenis kerogen bahwa
mereka mengandung, yang pada gilirannya mengatur jenis hidrokarbon yang akan
dihasilkan :
a. Tipe 1 merupakan alga dari lingkungan pegendapan lacustrine dan
lagoon.Tipe I ini dapat mengkasilkan minyak ringan (light oil) dengan
kuallitas yang bagus serta mampu menghasilkan gas.
b. Tipe 2 merupakan campuran material tumbuhan serta mikroorganisme
(plankton laut) laut. Tipe ini merupakan bahan utama minyak bumi serta gas.
c. Tipe 3 Tanaman darat dalam endapan yang mengandung batu bara. Tipe ini
umumnya menghasilkan gas dan sedikit minyak.
d. Tipe 4 bahan-bahan tanaman yang teroksidasi. Tipe ini tidak bisa
menghasilkan minyak dan gas.
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah dapat mengetahui cara dan
tahapan dalam melakukan analisa dari suatu batuan induk melalui 2 metode yaitu
metode langsung dan tidaak lansung , acara ini juga dimaksudkan agar praktikan
dapat menginterpretasi hasil dari analisanya .
BAB II
LANGKAH KERJA
BAB III
PEMBAHASAN
Dari data TOC yang diolah di excel, diketahui 3 sampel memiliki kualitas
baik, 5 sampel memiliki kualitas sangat baik dan 2 sampel berkualitas excelent
atau sangat sangat baik. Perbedaan kualitas ini dikarenakan akibatnya terdapat
perbedaan lingkungan pengendapan yang terjadi saat pengendapan dimana adanya
perbedaan jenis litologi pembentuk dan material organik yang kaya akan karbon.
Jika dilihat dari grafik skema, nilai TOC bertambah besar sebanding
dengan bertambah besarnya kedalaman pada tiap sampel yang diambil. Dapat
disimpulkan bahwa kedalaman mempengaruhi keadaan yang semakin kurang
akan oksigen dan tertekan, sehingga material organik dapat terawetkan, yang
selanjutnya punya potensi menjadi karbon.
Potential Yield (PY) yakni jumlah hidrokarbon dalam batuan baik yang
berupa komponen volatile maupun yang berupa kerogen. Satuan ini dipakai
sebagai petunjuk jumlah total hidrokarbon maksimum yang dapat dilepaskan
selama proses pematangan batuan induk dan jumlah ini mewakili generation
potential batuan induk. Seperti yang sudah kita ketahui nilai PY didapat dari
akumulasi S1 ( jumlah hidrokarbon alami bebas ) dan S2 ( jumlah hidrokarbon
potensial karena proses maturasi ).
Pada sampel batuan, nilai TOC dan PY menunjukkan perbedaan range
nilai TOC dan PY pada setiap sampel tetapi bila dilihat dari grafik menunjukkan
kualitas baik sampai sangat baik. Keadaan ini menunjukkan bahwa kandungan
karbon di dalam suatu batuan kualitasnya berkembang dalam sekala cukup besar
dari baik hingga sangat baik. Artinya kualitas karbonnya terlihat sangat baik dan
sangat berpotensi, karena range nilai potensial yield yang sangat baik
antara material organik asal darat dan asal laut, rasio atom H:C sekitar 1,4
cenderung menghasilkan Oil Prone.
Tipe 3 : Mengandung bahan organik humic yang berasal dari darat yakni
dari tumbuhan tingkat tinggi (equivalen dengan vitrinit pada batubara)
rasio atom H:C sekitar 1,0 cenderung menghasilkan Gas Prone.
Tipe 4 : Material organik berasal dari berbagaisumer, namun telah
mengalai oksidasi, daur ulang atau alterasi. Material organikna inert
miskin akan hidrogen rasio atom H:C sekitar <0,4 dan tidak menghasilkan
hidrokarbon.
Tabel 3.6. Hubungan antara Tmaks dengan tingkat kematangan (Petter and Cassa
1994)
tingkat kematangan
Interval ( m ) Formasi
Tmax HI vs Tmax
1050 - 1060 400 IMMATURE II -
1060 - 1070 417 IMMATURE II -
TALANG AKAR
POST
1070 - 1080
457 MATURE IV CONDENSATE (WET GAS)
1080 - 1090 441 MATURE II/III OIL WINDOW
1090 - 1100 454 MATURE IV OIL WINDOW
1100 - 1110 435 MATURE III OIL WINDOW
1110 - 1120 436 MATURE III OIL WINDOW
1120 - 1130 LAHAT 437 MATURE II/III OIL WINDOW
POST
1130 - 1140
460 MATURE IV CONDENSATE (WET GAS)
POST
1140 - 1150
475 MATURE IV DRY GAS
Dari data diatas, diperoleh tingkat kematangan Tmax berdasarkan klasifikasi Peter
dan Cassa, 1994 yaitu didominasi oleh matang, yang artinya didominasi oleh zona
Oill window.
tingkat kematangan
Interval ( m ) Formasi
%Ro SCI
1060 - 1070 TALANG AKAR 0,62 Early Mature 4 Yellow TRANSITION TO MATURE
1100 - 1110 0,88 peak mature 8 dark brown MATURE, GAS CONDENSAT
1110 - 1120 LAHAT 0,9 peak mature 8 dark brown MATURE, GAS CONDENSAT
1120 - 1130 0,77 peak mature 8 dark brown MATURE, GAS CONDENSAT
1130 - 1140 1,6 Post Mature 9 Brown OVER MATURE, DRY GAS
1140 - 1150 1,63 Post Mature 9 Brown OVER MATURE, DRY GAS
Berdasarkan tabel diatas, pada Formasi Talangakar dan Lahat didapati tingkat
kematangan berdasarkan %Ro yaitu Early Mature, peak Mature, dan post
mature, tetapi lebih didominasi peak mature dengan maturity degree yang
berdasarkan SCI didominasi oleh Mature,gas condensat.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan