Anda di halaman 1dari 15

Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2019

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Batuan induk (Source rocks) adalah batuan sedimen berbutir halus yang
memiliki kapabilitas sebagai sumber hidrokarbon (Waples, 1985). Source rock
adalah Batuan yang kaya zat organik, jika mengalami cukup pemanasan akan
menghasilkan minyak dan gas. Batuan ini kaya akan kandungan unsur atom
karbon (C) yang didapat dari cangkang - cangkang fosil yang terendapkan di
batuan itu. Karbon inilah yang akan menjadi unsur utama dalam rantai penyusun
ikatan kimia hidrokarbon.
Batuan induk(source rock) diklasifikasikan dari jenis kerogen bahwa
mereka mengandung, yang pada gilirannya mengatur jenis hidrokarbon yang akan
dihasilkan :
a. Tipe 1 merupakan alga dari lingkungan pegendapan lacustrine dan
lagoon.Tipe I ini dapat mengkasilkan minyak ringan (light oil) dengan
kuallitas yang bagus serta mampu menghasilkan gas.
b. Tipe 2 merupakan campuran material tumbuhan serta mikroorganisme
(plankton laut) laut. Tipe ini merupakan bahan utama minyak bumi serta gas.
c. Tipe 3 Tanaman darat dalam endapan yang mengandung batu bara. Tipe ini
umumnya menghasilkan gas dan sedikit minyak.
d. Tipe 4 bahan-bahan tanaman yang teroksidasi. Tipe ini tidak bisa
menghasilkan minyak dan gas.

Untuk menjadi source rock ada 3 faktor yang mempengaruhi. Yaitu :


1. TOC ( total organic karbon ) merupakan kuantitas dari karbon organic yang
terendapkan dalam batuan tersebut. Semakin tinggi nilai OC maka akan
semakin baik source rock tersebut dan kemungkinan terbentuknya
hidrokarbon akan semakin tinggi. TOC yang dapat menghasilkan adalah di
atas 1 % .

Nama : Hana Dewi Lestari


NIM : 111.160.174
Plug : 11 1
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2019

2. Kerogen merupakan kualitas dari carbon organic yang terendapkan dala


batuan tersebut. Keregon akan menentukan hidrokarbon yang akan di bentuk.
Kerogen ada beberapa tipe . diantaranya :
a. Kerogen tipe I
 Terbentuk di perairan dangkal
 Berasal dari algae yang bersipat lipid
 H/C > 1.5 dan O/C < 0,1
 Menghasikan minyak
b. Kerogen tipe II
 Terbentuk di marine sedimen
 Berasal dari algae dan protozo
 H/C antara 1,2 – 1,5 dan O/C antara 0,1-0,3
 Menghasilkan minyak dan gas
c. Kerogen tipe III
 Terbentuk di daratan
 Berasal dari tumbuhan daratan
 H/C < 1,0 dan O/C > 0,3
 Menghasilkan gas
d. Kerogen tipe IV
 Telah mengalami oksidasi sebelum terendapkan , sehingga
kandungan karbon telah terurai sebelum terendapkan
 Tidak menghasilkan hidrokarbon

3. Maturity atau pametangan adalah proses perubahan zat-zat organic menjadi


hidrokarbon. Proses pematangan di akibatkan kenaikan suhu di dalam
permukaan bumi. Dimana maturity di bagi 3 Yaitu antara lain :
a. Immature adalah sourcerock yang belum mengalami perubahan menjadi
hidrokarbon
b. Mature adalah source rock yang sedang mengalami perubahan menjadi
hidrokarbon
c. Overmature adalah source rock yang telah mengalami pematangan
menjadi hidrokarbon.
Nama : Hana Dewi Lestari
NIM : 111.160.174
Plug : 11 2
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2019

I.2 Maksud dan Tujuan

Penelitian atau pengerjaan tugas ini memiliki maksud untuk melakukan


pembelajaran dan mengetahui lebih mengenai Analisa batuan induk..

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah dapat mengetahui cara dan
tahapan dalam melakukan analisa dari suatu batuan induk melalui 2 metode yaitu
metode langsung dan tidaak lansung , acara ini juga dimaksudkan agar praktikan
dapat menginterpretasi hasil dari analisanya .

Nama : Hana Dewi Lestari


NIM : 111.160.174
Plug : 11 3
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2019

BAB II

LANGKAH KERJA

II.1 Langkah kerja

1. Siapkan data logcutting tiap formasi yang telah dimasukkan ke dalam


excel.
2. Lakukan metode hitung Potential Yield (PY). Oxygen Index (OI),
Hydrogen Index (HI) dan PI. menggunakan software excel.
 PY= (S1+S2) mg/g
 OI= (S3/TOCx100/%) mg/g
 HI=(S2/TOCx100/%) mg/g
 PI= (S1/PY)
3. Buat hasil dalam bentuk tabel dari parameter hasil Rock Eval Pyrolisis
(metode langsung). (Depth, TOC, S1, S2, S3, Tmax, PY, OI, HI).
4. Buat tabel hasil analisis karogen dan vitrinit (metode tidak langsung)
(Depth, Lithology, SCI, Polymorph Colour, %Ro, kerogen component).
5. Kemudian buat grafik perbandingan %Ro vs Depth
6. Hitung dan buat grafik Depth vs TOC
7. Buat Grafik perbandingan nilai PY vs TOC
8. Plot nilai HI dan OI pada modifikasi diagram Pranyonto (1990) untuk tipe
kerogen.
9. Plot nilai dari Tmax dan HI (modifikasi espitale)
10. Tentukan Polymorph Colour berdasarkan SCI.
11. Membuat laporan:
- Kuantitas dan kualitas material organik
- Tipe kerogen dan potensi (Hydrocarbon) HC

Nama : Hana Dewi Lestari


NIM : 111.160.174
Plug : 11 4
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2019

BAB III
PEMBAHASAN

III.1 Analisa Kualitas Material organik Batuan Induk

Tabel 3.1.Presentase nilai TOC (Peter & Cassa, 1994)

Tabel 3.2.Analisa Kualitas Batuan Induk

Data Rock Eval Pyrolisis


kualitas batuan induk
NO. Interval ( m ) Formasi Litologi
TOC PY Quality

1 1050 - 1060 serpih + lanau 1,6 11 good


TALANG AKAR
2 1060 - 1070 serpih + lanau 1,4 8,05 good
3 1070 - 1080 serpih + lanau 1,45 9,65 good
4 1080 - 1090 serpih 2,5 11,28 very good
5 1090 - 1100 serpih 2,65 12,31 very good

6 1100 - 1110 Batubara 70 55,05 excellent


LAHAT
7 1110 - 1120 Batubara 65 35,72 excellent
8 1120 - 1130 serpih 3 13,48 very good
9 1130 - 1140 serpih 2,8 13,86 very good
10 1140 - 1150 serpih 2,9 14,39 very good

Nama : Hana Dewi Lestari


NIM : 111.160.174
Plug : 11 5
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2019

Gambar 3.1.Grafik Kedalaman vs TOC

Dari data TOC yang diolah di excel, diketahui 3 sampel memiliki kualitas
baik, 5 sampel memiliki kualitas sangat baik dan 2 sampel berkualitas excelent
atau sangat sangat baik. Perbedaan kualitas ini dikarenakan akibatnya terdapat
perbedaan lingkungan pengendapan yang terjadi saat pengendapan dimana adanya
perbedaan jenis litologi pembentuk dan material organik yang kaya akan karbon.
Jika dilihat dari grafik skema, nilai TOC bertambah besar sebanding
dengan bertambah besarnya kedalaman pada tiap sampel yang diambil. Dapat
disimpulkan bahwa kedalaman mempengaruhi keadaan yang semakin kurang
akan oksigen dan tertekan, sehingga material organik dapat terawetkan, yang
selanjutnya punya potensi menjadi karbon.

Nama : Hana Dewi Lestari


NIM : 111.160.174
Plug : 11 6
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2019

Gambar 3.2. Grafik Tingkat Kualitas Batuan Induk TOC vs PY

Potential Yield (PY) yakni jumlah hidrokarbon dalam batuan baik yang
berupa komponen volatile maupun yang berupa kerogen. Satuan ini dipakai
sebagai petunjuk jumlah total hidrokarbon maksimum yang dapat dilepaskan
selama proses pematangan batuan induk dan jumlah ini mewakili generation
potential batuan induk. Seperti yang sudah kita ketahui nilai PY didapat dari
akumulasi S1 ( jumlah hidrokarbon alami bebas ) dan S2 ( jumlah hidrokarbon
potensial karena proses maturasi ).
Pada sampel batuan, nilai TOC dan PY menunjukkan perbedaan range
nilai TOC dan PY pada setiap sampel tetapi bila dilihat dari grafik menunjukkan
kualitas baik sampai sangat baik. Keadaan ini menunjukkan bahwa kandungan
karbon di dalam suatu batuan kualitasnya berkembang dalam sekala cukup besar
dari baik hingga sangat baik. Artinya kualitas karbonnya terlihat sangat baik dan
sangat berpotensi, karena range nilai potensial yield yang sangat baik

Nama : Hana Dewi Lestari


NIM : 111.160.174
Plug : 11 7
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2019

3.2 Analisa Tipe Material Organik dan Potensi Hidrokarbon

Tebagi atas dua metode yakni :

3.2.1 Analisa Tipe Material Organik dan penghasilan Hidrokarbon


Metode Langsung

Gambar 3.3.Modifikasi Diagram Van Krevelen HI- OI

Dalam diagram Van krevelen yang dimodifikasi, digambarkan 4 jalur


evolusi pematangan 4 tipe korogen, yaitu:
Tipe 1 : Merupakan tipe tinggi, berupa sedimen-sedimen alga, umumnya
merupakan endapan danau, mengandung bhn organik sapropelic rassio
atom H:C sekitar 1,6-1,8. Korogen ini cenderung menghasilkan Oil Prone.
Tipe 2 : Merupakan tipe intermediet, umumny merupakan eendapan-
endapan tepi laut. Material-material organiknya merupakan campuran

Nama : Hana Dewi Lestari


NIM : 111.160.174
Plug : 11 8
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2019

antara material organik asal darat dan asal laut, rasio atom H:C sekitar 1,4
cenderung menghasilkan Oil Prone.
Tipe 3 : Mengandung bahan organik humic yang berasal dari darat yakni
dari tumbuhan tingkat tinggi (equivalen dengan vitrinit pada batubara)
rasio atom H:C sekitar 1,0 cenderung menghasilkan Gas Prone.
Tipe 4 : Material organik berasal dari berbagaisumer, namun telah
mengalai oksidasi, daur ulang atau alterasi. Material organikna inert
miskin akan hidrogen rasio atom H:C sekitar <0,4 dan tidak menghasilkan
hidrokarbon.

Diagram diatas menampilkan hubungan antara Hidrogen Index dn Oxygen


index. Dimana terlihat bahwa tipe korogen yang diperoleh adalah tipe I ,II
dan III. Didominasi oleh tipe I dan II, Sehingga dapat disimpulkan bahwa
jenis hidrokarbon yang dihasilkan merupakan Oil Prone.

Tabel 3.3. Analisa Tipe Material Organik Metode Langsung

tipe material organik


Interval ( m ) Formasi van
krevelen meriil
1050 - 1060 II 16,39 mixed
1060 - 1070 TALANG AKAR II 12,72 Gas prone
1070 - 1080 II 15,65 Gas prone
1080 - 1090 I 24,23 mixed
1090 - 1100 II 17,67 mixed
1100 - 1110 III 0,66 mixed
1110 - 1120 LAHAT III 0,41 Gas prone
1120 - 1130 I 21,58 mixed
1130 - 1140 I 26,74 Gas prone
1140 - 1150 I 22,36 mixed

Nama : Hana Dewi Lestari


NIM : 111.160.174
Plug : 11 9
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2019

3.2.2 Analisa Tipe Material Organik Metode Tidak Langsung

Tabel 3.4. Tipe kerogen menurut Waples (1985).

Tabel diatas digunakan untuk menentukan produk serta kuantitas relatif


dariproduk hidrokarbon yang dihasilkan berddasarkan nilai dari Hidrogen
Indeksnya

Tabel 3.5 Analisa Kematangan Batuan Induk Metode Tidak Langsung

Material Organik Tipe


Interval ( m ) Formasi
Amorf Exinit Liptinit Vitrinit Inertinit Kerogen
1050 - 1060 7% 29% 30% 31% 3% II
1060 - 1070 TALANG AKAR 5% 20% 28% 18% 29% II
1070 - 1080 7% 10% 38% 27% 18% II
1080 - 1090 7% 23% 47% 12% 11% I
1090 - 1100 31% 5% 23% 29% 12% II
1100 - 1110 2% 8% 2% 60% 25% III
1110 - 1120 LAHAT 6% 18% 2% 55% 15% III
1120 - 1130 29% 0% 17% 30% 18% I
1130 - 1140 2% 7% 17% 32% 14% I
1140 - 1150 12% 10% 23% 23% 17% I

Analisi tipe material organik metode tidak langsung dapat digunakan


untuk membedakan material organik berpotensi untukk menjadi hidrokarbon dan
mengetahui jenis hidrokarbon yang akan diperoleh berdasarkan korogen yang
terkandung. Adapun jenis hidrokarbon yang diperoleh dalam pengerjaan ini
adalah jenis hidrokarbon yang didominasi oleh wet gas.dan dry gas.
*diagram terlampir

Nama : Hana Dewi Lestari


NIM : 111.160.174
Plug : 11 10
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2019

3.3 Analisa Tingkat Kematangan Batuan Induk

Terbagi atas dua metode yakni :

3.3.1 Analisa Tingkat Kematangan Batuan Induk Metode Langsung / rock


eval Pyrolisis

Gambar 3.5. Diagram HI vs Tmax (Peter & Cassa, 1994)

Diagram diatas menunjukan hubungan antara Pyrolsis Tmax dan


Hydrogen Index. Diagram diatas digunakan untuk menentukan tingkat
kematangan berdasarkan tipe yang ada. Terdapat 3 tipe yang diperoleh yakni tipe
II, II/III, III dan IV diperoleh hasil tingkat kematangan didominasi oleh Mature
atau matang (Oil Window).

Nama : Hana Dewi Lestari


NIM : 111.160.174
Plug : 11 11
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2019

Tabel 3.6. Hubungan antara Tmaks dengan tingkat kematangan (Petter and Cassa
1994)

Tabel 3.7. Analisa Kematangan Batuan Induk Metode Langsung

tingkat kematangan
Interval ( m ) Formasi
Tmax HI vs Tmax
1050 - 1060 400 IMMATURE II -
1060 - 1070 417 IMMATURE II -
TALANG AKAR
POST
1070 - 1080
457 MATURE IV CONDENSATE (WET GAS)
1080 - 1090 441 MATURE II/III OIL WINDOW
1090 - 1100 454 MATURE IV OIL WINDOW
1100 - 1110 435 MATURE III OIL WINDOW
1110 - 1120 436 MATURE III OIL WINDOW
1120 - 1130 LAHAT 437 MATURE II/III OIL WINDOW
POST
1130 - 1140
460 MATURE IV CONDENSATE (WET GAS)
POST
1140 - 1150
475 MATURE IV DRY GAS

Dari data diatas, diperoleh tingkat kematangan Tmax berdasarkan klasifikasi Peter
dan Cassa, 1994 yaitu didominasi oleh matang, yang artinya didominasi oleh zona
Oill window.

Nama : Hana Dewi Lestari


NIM : 111.160.174
Plug : 11 12
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2019

3.3.2 Analisa Tingkat Kematangan Batuan Induk Metode Tidak Langsung

Analisa kematangan batuan induk dengan metode secara tidak langsung


menggunakan analisa pantulan vitrinit atau menggunakan kemampuan
daya pantul cahaya vitrinit dan hal ini akan di diiringi denan kemampuan
partikel tersebut dalam memantulkan cahaya yang jatuh padanya. Tingkat
kematangan yan teramati dari nilai pemmantulan vitrinit akan bertambah
secara teratur dengan bertambahnya kedalaman. Untuk klasifikasinya
dapat digunakan menurut Peters & Cassa 1994.

Tabel 3.8. Data kematangan menurut (Peters & Cassa, 1994).

Tabel 3.9. Hubungan antara Palynomorph Colour dan Maturity Degree.

Nama : Hana Dewi Lestari


NIM : 111.160.174
Plug : 11 13
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2019

Tabel 3.10. Analisa Kematangan Batuan Induk Metode Tidak Langsung

tingkat kematangan
Interval ( m ) Formasi
%Ro SCI

1050 - 1060 0,61 Early Mature 4 Yellow TRANSITION TO MATURE

1060 - 1070 TALANG AKAR 0,62 Early Mature 4 Yellow TRANSITION TO MATURE

1070 - 1080 0,64 Early Mature 4 Yellow TRANSITION TO MATURE

1080 - 1090 0,75 peak mature 5 Orange to yellow MATURE

1090 - 1100 0,76 peak mature 5 Orange to yellow MATURE

1100 - 1110 0,88 peak mature 8 dark brown MATURE, GAS CONDENSAT

1110 - 1120 LAHAT 0,9 peak mature 8 dark brown MATURE, GAS CONDENSAT

1120 - 1130 0,77 peak mature 8 dark brown MATURE, GAS CONDENSAT

1130 - 1140 1,6 Post Mature 9 Brown OVER MATURE, DRY GAS

1140 - 1150 1,63 Post Mature 9 Brown OVER MATURE, DRY GAS

Berdasarkan tabel diatas, pada Formasi Talangakar dan Lahat didapati tingkat
kematangan berdasarkan %Ro yaitu Early Mature, peak Mature, dan post
mature, tetapi lebih didominasi peak mature dengan maturity degree yang
berdasarkan SCI didominasi oleh Mature,gas condensat.

Nama : Hana Dewi Lestari


NIM : 111.160.174
Plug : 11 14
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2019

BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisa log cutting di


cekungan Sumatra Selatan didapatkan beberapa kesimpulan diantaranya :

1. Cekungan Sumatra Selatan khususnya formasi Talangakar dan lahat


didominasi oleh litologi serpih dan batubara. Dalam sistem petroleum
termasuk kedalam source rock dan seal rock.

2. Formasi Talangakar dan Lahat memiliki kualitas batuan induk dengan


range good-excelent. Batuan induk yang sangat sangat bagus dapat
memperlihatkan indikasi TOC (Total Carbon Organic) yang melimpah.

3. Diagram hubungan antara Hidrogen Index dn Oxygen index. Dimana


terlihat bahwa tipe korogen yang diperoleh adalah tipe I ,II dan III.
Didominasi oleh tipe I dan II, Sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis
hidrokarbon yang berada di Formasi TalangAkar dan Lahat merupakan Oil
Prone.

4. Analisa secara tidak langsung menggunakan tipe kerogen yang terkandung


menunjukan bahwa jenis hidrokarbon yang diperoleh dalam pengerjaan ini
adalah jenis hidrokarbon yang didominasi oleh wet gas dan dry gas.

5. Formasi Talangakar dan Lahat didapati tingkat kematangan berdasarkan


%Ro yaitu Early Mature, peak Mature, dan post mature, tetapi lebih
didominasi peak mature dengan maturity degree yang berdasarkan SCI
didominasi oleh Mature,gas condensat.

Nama : Hana Dewi Lestari


NIM : 111.160.174
Plug : 11 15

Anda mungkin juga menyukai