Evi Kurniawati 160721614488 SR ACARA 1
Evi Kurniawati 160721614488 SR ACARA 1
ACARA 1
PENGENALAN, MOSAIK, DAN INTERPRETASI PENGGUNAAN LAHAN
DENGAN TEKNIK INTERPRETASI FOTO UDARA
Disusun Oleh:
I. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi informasi tepi foto udara
2. Mahasiswa mampu mendefinisikan fungsi setiap informasi tepi foto udara
3. Mahasiswa mampu melakukan mozaik foto udara secara manual
4. Mahasiswa mampu menentukan daerah yang overlap maupun sidelap pada foto
udara
5. Mahasiswa dapat mengidentifikasi penggunaan lahan pada citra foto berdasarkan
unsur-unsur interpretasi
6. Mahasiswa dapat membuat peta tentatif penggunaan lahan dengan menggunakan
foto udara sebagai sumbernya
II. BAHAN DAN ALAT
1. Foto udara pankromatik berwarna
2. Plastik transparan
3. OHP maker (OPF)
4. Penggaris
5. Klip
III. DASAR TEORI
1. Sistem Foto Udara
Foto udara pada tulisan ini adalah sebuah gambar yang dicetak pada media
kertas (foto) yang dihasilkan dari hasil pemotretan dengan perekaman secara
fotografi. Foto udara ini adalah salah satu produk dari bidang ilmu geografi
dalam mengambil obyek, daerah, atau fenomena yang ada di permukaan bumi ini
menggunakan alat berupa kamera dengan proses perekaman secara fotografik
dengan bantuan detector atau alat pendeteksi berupa film. Film hasil perekaman
ini kemudian dicetak secara kimiawi dalam ruang gelap agar mendapatkan hasil
gambar yang sempurna.
Gambar 1. Contoh pesawat udara dan kamera yang digunakan untuk pemotretan udara.
Foto udara ini terdapat beberapa jenis pemotretan, yaitu: pemotretan udara
secara tegak (vertical), pemotretan udara secara condong (oblique), dan
pemotretan udara sangat condong (high oblique). Pemotretan udara secara tegak
ini dapat dikatakan bahwa pemotretan dilakukan dengan posisi pesawat udara
yang membawa kamera melakukan pemotretan secara tegak lurus dengan
permukaan bumi. Maka akan menghasilkan foto udara dengan pemotretan secara
vertikal.
Gambar 2. Pemotretan udara secara vertikal dengan contoh hasil foto udara yang dipotret secara tegak
lurus antara pesawat udara berkamera dengan permukaan bumi
Gambar 4. Pemotretan udara secara secara sangat condong (high oblique), dengan contoh hasil foto udara
terlihat sangat miring dan memiliki ciri, yaitu batas cakrawala terlihat.
Gambar 6. contoh hasil overlap dan sitelap pada kegiatan pemotretan udara serta Gap
akibat perubahan topografi ketika menggunakan tampalan kecil
d. Gangguan perekaman
Gangguan ini dapat berupa drift dan crab. Drift adalah perpindahan atau
pergeseran lateral pesawat udara dari garis terbang yang direncanakan, yang
disebabkan oleh gerakan angina, kesalahan navigasi atau penyebab-penyebab
lain. Hasil dapat berupa suatu celah (gab) diantara foto udara yang
berdekatan. Crab merupakan keadaan yang disebabkan kegagalan
mengorientasikan kamera sehubungan dengan garis terbang yang
direncanakan. Pada fotografi udara vertikal, hal tersebut ditunjukkan oleh
tipe-tipe foto yang tidak sejajar dengan garis basis (lintang terbang antara
pusat-pusat foto). Karena alaan ini lokasi garis terbang yang sebenarnya dan
pusat foto mungkin sedikit berbeda daripada lokasi yang direncanakan.
3. Interpretasi Foto Udara
Interpretasi foto udara termasuk dalam Interpretasi visual yang dilakukan pada
citra hardcopy ataupun citra yang tertayang pada monitor komputer. Interpretasi visual
adalah aktivitas visual untuk mengkaji gambaran muka bumi yang tergambar pada citra
untuk tujuan identifikasi objek dan menilai maknanya. Unsur interpretasi citra terdiri atas
sembilan unsur, yaitu rona atau warna, ukuran, bentuk, tekstur, pola, tinggi, bayangan,
situs, dan asosiasi dan konvergensi bukti.
Rona ialah tingkat kegelapan atau kecerahan objek pada citra. Adapun warna
adalah wujud yang tampak oleh mata. Rona ditunjukkan dengan gelap – putih. Ada
tingkat kegelapan warna biru, hijau, merah, kuning dan jingga. Rona dibedakan atas
lima tingkat, yaitu putih, kelabu putih, kelabu, kelabu hitam, dan hitam.
Karakteristik objek yang mempengaruhi rona, permukaan yang kasar
cenderung menimbulkan rona yang gelap, warna objek yang gelap cenderung
menimbulkan rona yang gelap, objek yang basah/lembap cenderung menimbulkan
rona gelap. Contoh pada foto pankromatik air akan tampak gelap, atap seng dan asbes
yang masih baru tampak rona putih, sedangkan atap sirap ronanya hitam.
b. Bentuk (shape)
Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga banyak objek yang dapat
dikenaliberdasarkan bentuknya saja. seperti bentuk memanjang, lingkaran, dan segi
empat. Contoh gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf I,L,U atau berbentuk
empat persegi panjang. Rumah sakit berbentuk empat persegi panjang.
c. Ukuran (size)
Berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume, selalu berkaitan dengan
skalanya. ukuran rumah sering mencirikan apakah rumah itu rumah mukim, kantor,
atau industri. Contoh Rumah mukim pada umumnya lebih kecil bila dibandingkan
dengan kantor atau pabrik. ukuran lapangan sepak bola 80 m X 100 m, 15 m X 30 m
lapangan tennis, 8 m X 15 m bagi lapangan bulu tangkis.
d. Kekasaran (texture)
Tekstur adalah halus kasarnya objek pada citra, Contoh pengenalan objek
berdasarkan tekstur:
a.hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, semak bertekstur halus
b.tanaman padi bertekstur halus, tanaman tebu bertekstur sedang, dan tanaman
pekarangan bertekstur kasar.
c.permukaan air yang tenang bertekstur halus
Gambar 8. Tekstur
e. Pola (pattern)
Pola adalah hubungan susunan spasial objek. Pola merupakan ciri yang
menandai objek bentukan manusia ataupun alamiah. pola aliran sungai sering
menandai bagi struktur geologi dan jenis tanah. Misalnya, pola aliran trellis menandai
struktur lipatan. kebun karet, kelapa sawit dan kebun kopi memiliki pola yang teratur
sehingga dapat dibedakan dengan hutan.
Gambar 9. Pola
f. Bayangan (shadow)
Bayangan bersifat menyembunyikan objek yang berada di daerah gelap.
Bayangan dapat digunakan untuk objek yang memiliki ketinggian, seperti objek
bangunan, patahan, menara.
g. Situs (site)
Kaitan dengan lingkungan sekitarnya. tajuk pohon yang berbentuk bintang
menunjukkan pohon palma, yang dapat berupa kelapa, kelapa sawit, enau, sagu,
dipah dan jenis palma yang lain. Bila polanya menggerombol dan situsnya di air
payau maka dimungkinkan adalah nipah.
h. Asosiasi (Association)
Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan objek lainnya. Suatu
objek pada citra merupakan petunjuk bagi adanya objek lain. stasiun kereta api berasosiasi
dengan rel kereta api yang jumlahnya bercabang. selain bentuknya yang persegi panjang,
lapangan bola ditandai dengan situsnmya yang berupa gawang.
i. Konvergensi bukti
Konvergensi bukti adalah teknik interpretasi dengan menggabungkan beberapa
unsure interpretasi untuk menemukan objeknya. Misalnya pada foto udara terdapat pohon
yang berbentuk bintang, dengan pola yang tidak teratur, dan ukurannya 10 meter dan
tumbuh di daerah payau (situsnya). Sehingga dapat dilihat bahwa pohon tersebut adalah
sagu.
Berikut hasil perhitungan prosentase pertampalan foto udara berdasarkan urutan nomor
seri:
Tabel 2. Prosentase pertampalan foto udara
Dengan keterangan:
S = Skala Foto Udara
f = Panjang Fokus
H = Tinggi Terbang
h = Tinggi Rata-rata Permukaan
Selanjutnya penghitungan skala udara dapat dilakukan apabila telah diketahui
panjang fokus, tinggi terbang, dan tinggi rata-rata permukaan.
Diketahui:
f = 44 mm
H = 0,5 x 1000
= 500 x 0,305
= 152,5 meter
= 152.500 mm
h = 13 meter = 13.000 mm
ditanya:
berapa skala peta tentatif hasil deliniasi dari FU daerah Martapura?
Jawab:
S = f
H-h
S = 44/(152.500-13.000)
= 44/139.500
= 1/3.170
S = 1:3170
Jadi dapat diketahui bahwa Skala peta tentatif hasil deliniasi foto udara daerah
Martapura adalah 1:3170
Jalan Utama coklat Lurus Kecil Halus Memanjang tidak ada Berada Terdapat
di dekat semacam aspal
lokasi walaupun masih
pemuki terlihat coklat di
man sekitarnya
utama
Jalan Lokal coklat Berkelo Besar Sedang Memanjang tidak ada Berada Terdapat mobil
k-kelok di jalur pengangkut dari
lokasi arah lokasi
pertamb pertambangan
ngan
dan
masih
tanah
biasa
Semak/Beluka Hijau Bebas Besar / Halus/ Tidak teratur Hampir Berada Terdapat
r luas Sedang tidak ada diantara vegetasi yang
hutan tidak seragam
ladang, ada yang
sawah, bertekstur halus
perkebu dan ada yang
nan, sedang
pemuki
man dan
jalan
Sawah Hijau Bebas Kecil Halus Teratur tidak ada Berada Terdapat
di dekat gundukan
jalan pembatas antara
utama petak satu
dan dengan petak
hutan lainnya
Perkebunan Hijau Persegi, Besar / Kasar Teratur Ada Berada Terdapat egetasi
persegi luas di dekat dengan jarak
panjang hutan yang runtut dan
dan teratur an serta
semak/b jenis vegetasi
elukar yang homogen
Hutan Hijau Bebas Besar / Kasar Tidak teratur ada Berada Terdapat
luas (bebas) disekitar banyak vegetasi
semak yang lebat
belukar,
ladang,
sungai.
Ladang Hijau Petak Kecil Sedang Teratur tidak ada Berada Dengan tekstur
di yang sedang
sekiatra dan vegetasi
perkebu yang teratur dan
nan dan seragam
sungai
serta
hutan
Sungai Gelap Berkelo Besar Halus Tidak teratur tidak ada Berada Terdapat air
k-kelok (bebas) di antara yang mengalir
semak /
belukar
dan
hutan
yang
luas
Lokasi Coklat Tidak Besar / Kasar Tidak teratur tidak ada Berada Terdapat
Pertambangan teratur luas (bebas) di antara manusia yang
semak melakukan
belukar aktivitas dalam
yang lokasi sama dan
luas dan lokasi yang
hutan tanpa vegetasi
serta beberapa
kerusakan
lingkungan
terjadi.
Lahan Kosong Hijau Petak / Kecil Halus Teratur tidak ada Disekeli Tidak terdapat
bebas lingnya vegetasi yang
terdapat tumbuh
hutan
dan
ladang
VI. PEMBAHASAN
1. Informasi Tepi Foto Udara
Foto udara yang dipilih sebagai bahan interpretasi pada praktikum ini dan
dijadikan peta tentatif serta dijadikan salah satu dari bagian mosaik, memiliki nomor
seri 0225. Pengambilan foto udara dilakukan di daerah Martapura. Foto udara
memiliki informasi tepi yaitu memiliki panjang fokus kamera saat pengambilan
gambar 44 mm, dan foto udara diambil pada saat pesawat berada pada ketinggian
152,5meter dengan tinggi rata-rata wilayah ini 13meter dpl. Pengambilan foto
dilakukan pada jam 8.10 tanggal 30 Juni 2007 dan dicetak dengan ukuran 23 x 23 cm.
Foto udara tersebut memiliki 8 tanda vidusial yang gunakan untuk menentukan
titik tengah. Foto udara tersebut diambil dengan pemotretan udara secara tegak
(vertical), Pemotretan udara secara tegak ini dapat dikatakan bahwa pemotretan
dilakukan dengan posisi pesawat udara yang membawa kamera melakukan
pemotretan secara tegak lurus dengan permukaan bumi. Maka akan menghasilkan
foto udara dengan pemotretan secara vertikal.
2. Mosaik foto udara
Praktik mosaik foto udara pada praktikum acara 1 ini dilakukan secara manual.
Mosaik foto udara manual dilakukan dengan cara mengurutkan nomor seri foto udara
dan disusun secara manual pula dengan mengandalkan kemampuan visual mata yang
harus jeli dan teliti serta dilakukan secara berurutan dengan menumpang tindihkan
kenampakan yang sama. Foto udara yang digunakan pada praktikum kali ini termasuk
dalam foto udara yang bertampalan (overlap) karena pertampalan ≥ 60%. Menyusun
mosaik secara manual ini dilakukan untuk memperoleh gambaran umum wilayah
yang dikaji. Dalam penyusunan foto udara ini setiap foto udara yang disusun maupun
ditumpang tindih memiliki skala foto yang sama, nomor seri yang berurutan dan
merupakan daerah pertampalan.
Dari hasil pertampalan foto udara nomor seri 0224 – 0227 yang telah dilakukan
dan telah melalui proses penghitungan terhadap besarnya luas wialayah pertampalan,
maka diperoleh nomor seri 0224 – 0225 prosentase sebesar 75,65%, dilanjutkan
nomor seri 0225– 0226 dengan prosentase sebesar 74,35%, dan kemudian yang
terakhir nomor seri 0226 – 0227 dengan prosentase sebesar 73,48%. Dari
penghitungan tersebut dapat diketahui bahwa pertampalan terluas adalah foto udara
nomor seri 0224 – 0225. Maka dari itu, setiap perekaman atau pengambilan foto
udara walaupun di wilayah, waktu dan pesawat yang sama tetap memiliki besar
pertampalan yang berbeda.
Somantri, L., 2009. Teknologi Penginderaan Jauh (Remote Sensing). Universitas Pendidikan
Indonesia.
Sari, N. M., & Kushardono, D. (2014). Klasifikasi Penutup Lahan Berbasis Obyek Pada Data
Foto Uav Untuk Mendukung Penyediaan Informasi Penginderaan Jauh Skala Rinci (Object
Based Classification of Land Cover on Uav Photo Data to Support the Provision Of
Detailed-Scale Remote Sensing Information). Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan
Data Citra Digital, 11(2).
Wicaksono, F. Y. E. (2009). Apa itu Foto Udara. (bpad.jogjaprov.go.id) Diakses tanggal, 22
Oktober 2018.
Ilham Guntara. 2013. Keterangan Tepi Foto Udara dan Skala Foto Udara Tegak.
(http://www.guntara.com/2012/11/keterangan-tepi-foto-udara-dan-skala.html). Diakses
tanggal, 22 Oktober 2018.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Gambar 11. Foto udara nomor seri 0225 sebagai bahan deliniasi (terlampir)
Lampiran 2