Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH

ACARA 1
PENGENALAN, MOSAIK, DAN INTERPRETASI PENGGUNAAN LAHAN
DENGAN TEKNIK INTERPRETASI FOTO UDARA

Dosen Pengampu: Ike Sari Astuti, S.Pd, M. Nat. Res.St, Ph.D

Disusun Oleh:

Nama Mahasiswa : Evi Kurniawati


NIM : 160721614488
Mata Kuliah : Penginderaan Jauh
Tanggal Praktikum :
Asisten Praktikum : Hetty Rahmawati Sucahyo

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI GEOGRAFI
2018
ACARA 1
PENGENALAN, MOSAIK, DAN INTERPRETASI PENGGUNAAN LAHAN

DENGAN TEKNIK INTERPRETASI FOTO UDARA

I. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi informasi tepi foto udara
2. Mahasiswa mampu mendefinisikan fungsi setiap informasi tepi foto udara
3. Mahasiswa mampu melakukan mozaik foto udara secara manual
4. Mahasiswa mampu menentukan daerah yang overlap maupun sidelap pada foto
udara
5. Mahasiswa dapat mengidentifikasi penggunaan lahan pada citra foto berdasarkan
unsur-unsur interpretasi
6. Mahasiswa dapat membuat peta tentatif penggunaan lahan dengan menggunakan
foto udara sebagai sumbernya
II. BAHAN DAN ALAT
1. Foto udara pankromatik berwarna
2. Plastik transparan
3. OHP maker (OPF)
4. Penggaris
5. Klip
III. DASAR TEORI
1. Sistem Foto Udara
Foto udara pada tulisan ini adalah sebuah gambar yang dicetak pada media
kertas (foto) yang dihasilkan dari hasil pemotretan dengan perekaman secara
fotografi. Foto udara ini adalah salah satu produk dari bidang ilmu geografi
dalam mengambil obyek, daerah, atau fenomena yang ada di permukaan bumi ini
menggunakan alat berupa kamera dengan proses perekaman secara fotografik
dengan bantuan detector atau alat pendeteksi berupa film. Film hasil perekaman
ini kemudian dicetak secara kimiawi dalam ruang gelap agar mendapatkan hasil
gambar yang sempurna.
Gambar 1. Contoh pesawat udara dan kamera yang digunakan untuk pemotretan udara.

Foto udara ini terdapat beberapa jenis pemotretan, yaitu: pemotretan udara
secara tegak (vertical), pemotretan udara secara condong (oblique), dan
pemotretan udara sangat condong (high oblique). Pemotretan udara secara tegak
ini dapat dikatakan bahwa pemotretan dilakukan dengan posisi pesawat udara
yang membawa kamera melakukan pemotretan secara tegak lurus dengan
permukaan bumi. Maka akan menghasilkan foto udara dengan pemotretan secara
vertikal.

Gambar 2. Pemotretan udara secara vertikal dengan contoh hasil foto udara yang dipotret secara tegak
lurus antara pesawat udara berkamera dengan permukaan bumi

Pemotretan udara secara condong atau oblique. Pemotretan ini dilakukan


dengan posisi antara pesawat udara yang membawa kamera dengan permukaan
bumi memiliki sudut yang agak miring (untuk pemotretan agak condong atau low
oblique) dan dengan kemiringan tertentu (untuk pemotretan condong atau
oblique). Pemotretan udara secara condong ini memiliki karakter hasil foto udara
terlihat agak miring dan atau miring, namun batas cakrawala atau horizon tidak
terlihat. Hal inilah yang membedakan antara pemotretan udara condong dan
sangat condong.
Gambar 3. Pemotretan udara secara secara condong (oblique), dengan contoh hasil foto udara terlihat
miring dan memiliki ciri, yaitu batas cakrawala tidak terlihat.

Pemotretan udara sangat condong atau high oblique. Sedikit berbeda


dengan pemotretan udara condong. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa
yang membedakan antara pemotretan udara condong dan sangat condong terlihat
atau tidaknya garis batas cakrawala atau batas horizon. Namun, perbedaan lain
adalah sudut pengambilan gambar pada optical axis-nya, sehingga batas
cakrawala bisa ikut terpotret.

Gambar 4. Pemotretan udara secara secara sangat condong (high oblique), dengan contoh hasil foto udara
terlihat sangat miring dan memiliki ciri, yaitu batas cakrawala terlihat.

Ketinggian pesawat udara terhadap permukaan bumi pada saat pemotretan


juga mempengaruhi skala foto udara yang dihasilkan. Semakin tinggi pesawat
udara, maka akan menghasilkan skala foto udara yang relative kecil namun
cakupan cukup luas, akan tetapi obyek yang tampak jadi tidak begitu detil. Dan
jika pemotretan dilakukan dengan ketinggian rata-rata, maka hasil foto udara
adalah cakupan yang cukup luas dan kenampakan obyek yang cukup detil pula.
Namun, sekali lagi dijelaskan bahwa, pemotretan udara ini dilakukan dan
disesuaikan dengan tujuan pemotretan dan pemetaan.
2. Mosaik Foto Udara
Citra foto didapatkan dengan cara memotret dengan menggunakan sebuah
wahana (atau alat transportasi) biasanya berupa balon udara, pesawat udara,
gantole, pesawat ultra-ringan, dan pesawat tanpa awak. Pemotretan ini dilakukan
dengan menentukan tujuan pemotretan (disesuaikan dengan tujuan pemetaan
pula), menentukan jalur penerbangan, dan menentukan arah penerbangan.
Dengan bantuan kamera udara dan pesawat udara ini, maka pemotretan udara
dapat dilakukan.
Dalam teknis perekaman foto udara telah dipertimbangkan beberapa hal, yaitu:
a. Bentuk wilayah, bentuk wilayah ini kan menentukan biaya pemotetran.
Semakin luas suatu wilayah jelas biaya yang dikeluarkan akan semakin
mahal, karena biaya untuk operasional juga semakin besar.
b. Jalur terbang, dalam pengambilan jalur terbang biasanya diambil jarak yang
terpanjang untuk melakukan perekaman, hal ini untuk memperoleh kestabilan
pesawat disaat pemotretan.

Gambar 5. jalur terbang pesawat saat pengambilan foto udara

c. Area yang bertampalan/overlap dan sidelap


Overlay meruapakn daerah yang bertampalan antara foto satu dengan foto
yang lainnya sesuai dengan nomor urutan jalur terbang. Besarnya tampalan
antar foto tersebut umumnya sebesar 60%. Misalnya foto A1 memiliki
informasi yang sama dengan foto A2 sebesar 60%. Tujuan dari tampalan ini
adalah untuk menghindari daerah yang yang kosong disaat perekaman
dikarenakan wahana pesawat terbang melaju dengan kecepatan yang tinggi.
Selain overlay foto udara juga sidelap. Sidelap merupakan pertampalan anatar
foto udara satu dengan foto udara lain yang ada diatas atau dibawah area yang
direkam. Sidelap ini terjadi pada jalur terbang yang berbeda jadi suatu
wilayah pada jalur terbang 1 yang telah direkam akan direkam kembali
sebesar 25% dari liputan jalur terbang 2. Selain tujuan tersebut dibuatnya foto
overlap dan sidelap adalah untuk memperoleh kenampakan 3 dimensi ketika
dilihat melalui sterioskop cermin.

Gambar 6. contoh hasil overlap dan sitelap pada kegiatan pemotretan udara serta Gap
akibat perubahan topografi ketika menggunakan tampalan kecil

d. Gangguan perekaman
Gangguan ini dapat berupa drift dan crab. Drift adalah perpindahan atau
pergeseran lateral pesawat udara dari garis terbang yang direncanakan, yang
disebabkan oleh gerakan angina, kesalahan navigasi atau penyebab-penyebab
lain. Hasil dapat berupa suatu celah (gab) diantara foto udara yang
berdekatan. Crab merupakan keadaan yang disebabkan kegagalan
mengorientasikan kamera sehubungan dengan garis terbang yang
direncanakan. Pada fotografi udara vertikal, hal tersebut ditunjukkan oleh
tipe-tipe foto yang tidak sejajar dengan garis basis (lintang terbang antara
pusat-pusat foto). Karena alaan ini lokasi garis terbang yang sebenarnya dan
pusat foto mungkin sedikit berbeda daripada lokasi yang direncanakan.
3. Interpretasi Foto Udara
Interpretasi foto udara termasuk dalam Interpretasi visual yang dilakukan pada
citra hardcopy ataupun citra yang tertayang pada monitor komputer. Interpretasi visual
adalah aktivitas visual untuk mengkaji gambaran muka bumi yang tergambar pada citra
untuk tujuan identifikasi objek dan menilai maknanya. Unsur interpretasi citra terdiri atas
sembilan unsur, yaitu rona atau warna, ukuran, bentuk, tekstur, pola, tinggi, bayangan,
situs, dan asosiasi dan konvergensi bukti.

a. Rona dan warna (tone/color).

Rona ialah tingkat kegelapan atau kecerahan objek pada citra. Adapun warna
adalah wujud yang tampak oleh mata. Rona ditunjukkan dengan gelap – putih. Ada
tingkat kegelapan warna biru, hijau, merah, kuning dan jingga. Rona dibedakan atas
lima tingkat, yaitu putih, kelabu putih, kelabu, kelabu hitam, dan hitam.
Karakteristik objek yang mempengaruhi rona, permukaan yang kasar
cenderung menimbulkan rona yang gelap, warna objek yang gelap cenderung
menimbulkan rona yang gelap, objek yang basah/lembap cenderung menimbulkan
rona gelap. Contoh pada foto pankromatik air akan tampak gelap, atap seng dan asbes
yang masih baru tampak rona putih, sedangkan atap sirap ronanya hitam.

Gambar 7. Warna dan Rona

b. Bentuk (shape)
Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga banyak objek yang dapat
dikenaliberdasarkan bentuknya saja. seperti bentuk memanjang, lingkaran, dan segi
empat. Contoh gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf I,L,U atau berbentuk
empat persegi panjang. Rumah sakit berbentuk empat persegi panjang.
c. Ukuran (size)
Berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume, selalu berkaitan dengan
skalanya. ukuran rumah sering mencirikan apakah rumah itu rumah mukim, kantor,
atau industri. Contoh Rumah mukim pada umumnya lebih kecil bila dibandingkan
dengan kantor atau pabrik. ukuran lapangan sepak bola 80 m X 100 m, 15 m X 30 m
lapangan tennis, 8 m X 15 m bagi lapangan bulu tangkis.
d. Kekasaran (texture)
Tekstur adalah halus kasarnya objek pada citra, Contoh pengenalan objek
berdasarkan tekstur:
a.hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, semak bertekstur halus
b.tanaman padi bertekstur halus, tanaman tebu bertekstur sedang, dan tanaman
pekarangan bertekstur kasar.
c.permukaan air yang tenang bertekstur halus

Gambar 8. Tekstur

e. Pola (pattern)
Pola adalah hubungan susunan spasial objek. Pola merupakan ciri yang
menandai objek bentukan manusia ataupun alamiah. pola aliran sungai sering
menandai bagi struktur geologi dan jenis tanah. Misalnya, pola aliran trellis menandai
struktur lipatan. kebun karet, kelapa sawit dan kebun kopi memiliki pola yang teratur
sehingga dapat dibedakan dengan hutan.
Gambar 9. Pola

f. Bayangan (shadow)
Bayangan bersifat menyembunyikan objek yang berada di daerah gelap.
Bayangan dapat digunakan untuk objek yang memiliki ketinggian, seperti objek
bangunan, patahan, menara.

Gambar 10. Bayangan

g. Situs (site)
Kaitan dengan lingkungan sekitarnya. tajuk pohon yang berbentuk bintang
menunjukkan pohon palma, yang dapat berupa kelapa, kelapa sawit, enau, sagu,
dipah dan jenis palma yang lain. Bila polanya menggerombol dan situsnya di air
payau maka dimungkinkan adalah nipah.
h. Asosiasi (Association)
Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan objek lainnya. Suatu
objek pada citra merupakan petunjuk bagi adanya objek lain. stasiun kereta api berasosiasi
dengan rel kereta api yang jumlahnya bercabang. selain bentuknya yang persegi panjang,
lapangan bola ditandai dengan situsnmya yang berupa gawang.
i. Konvergensi bukti
Konvergensi bukti adalah teknik interpretasi dengan menggabungkan beberapa
unsure interpretasi untuk menemukan objeknya. Misalnya pada foto udara terdapat pohon
yang berbentuk bintang, dengan pola yang tidak teratur, dan ukurannya 10 meter dan
tumbuh di daerah payau (situsnya). Sehingga dapat dilihat bahwa pohon tersebut adalah
sagu.

IV. LANGKAH KERJA


1. Identifikasi Informasi Tepi Foto Udara
a. Amatilah foto udara yang telah disediakan
b. Identifikasi setiap informasi tepi foto udara tersebut
c. Buatlah tabel hasil identifikasi
2. Mosaik Foto Udara
a. Ambillah paket foto udara berwarna
b. Urutkanlah foto udara tersebut sesuai dengan nomor dan jalur terbang
c. Catatlah nomor foto yang telah berurutan
d. Ambilah satu pasang foto udara yang berurutan
e. Amati dan batasilah daerah yang overlap
f. Deliniasilah objek yang tampak pada foto tersebut dengan menggunakan spidol
transparan
3. Interpretasi Foto Udara
a. Siapkan sepasang atau lebih foto udara skala besar yang memiliki nomor
berurutan. Pemotretannya (tampalan lebih dari 55-60%)
b. Siapkan plastik transparan (media untuk interpretasi atau delineasi)
c. Lakukan interpretasi penggunaan lahan pada daerah foto yang bertampalan (pilih
satu foto udara diantara foto yang bertampalan)
d. Gunakan OHP (F) maker yang berbeda warna (misal: merah untuk pemukiman,
biru untuk sungai, dan sebagainya)
V. HASIL PRAKTIKUM
1. Informasi Tepi Foto Udara
 Foto udara nomor seri 0225 sebagai bahan deliniasi (terlampir)
 Peta tentative hasil deliniasi dari foto udara nomor seri 0225 (terlampir)
Tabel 1. Informasi Tepi Foto Udara

No. Tanda Tepi Gambar Fungsi


1. Jam terbang Menunjukkan waktu
dilaksanakannya
pemotretan
2. Altimeter Menunjukkan ketinggian
terbang pesawat yang
melakukan perekaman
atau pengmbilan foto
udara
3. Niveau/level menunjukkan sudut
pemotretan foto udara
4. Panjang fokus Untuk menentukan titik
utama fokus
5. Tanda tepi/Vidusial Menentukan titik tengah
dari foto udara

Informasi Foto Udara


a. Nomor Foto Udara : 0225
b. Area : Martapura
c. Jam terbang : 08.10
d. Altimeter : 0,5
e. Jumlah tanda vidusial :8
f. Ukuran cetak foto udara : 23 x 23 cm
g. Tanggal pengambilan FU : 30 Juni 2007
2. Mosaik
Mosaik Foto Udara nomor seri 0224-0227 (terlampir)
Luas daerah pertampalan foto udara nomor seri 0224 – 0227 dapat dihitung dengan
rumus:

Besar FU seri x-y = arah


pertampalan X/x xdari
100%
kanan ke kiri foto udara nomor seri 0224 – 0227:
a. Nomor seri 0224 – 0225
23 – 5,6 = 17,4 cm
 Prosentase:
17,4 x 100% = 75,65%
23
b. Nomor seri 0225 – 0226
23 – 5,9 = 17,1 cm
 Prosentase:
17,1 x 100% = 74,35%
23
c. Nomor seri 0226 – 0227
23 – 6,1 = 16,9 cm
 Prosentase:
16,9 x 100% = 73,48%
23

Berikut hasil perhitungan prosentase pertampalan foto udara berdasarkan urutan nomor
seri:
Tabel 2. Prosentase pertampalan foto udara

No. Nomor Seri Prosentase


1. 0224 – 0225 75,65%
2. 0225– 0226 74,35%
3. 0226 – 0227 73,48%

3. Skala Foto Udara


Untuk mengetahui Skala Foto Udara yang telah di deliniasi sehingga menjadi peta
tentatif, maka dengan menggunakan rumus berikut.
S= f
H-h

Dengan keterangan:
S = Skala Foto Udara
f = Panjang Fokus
H = Tinggi Terbang
h = Tinggi Rata-rata Permukaan
Selanjutnya penghitungan skala udara dapat dilakukan apabila telah diketahui
panjang fokus, tinggi terbang, dan tinggi rata-rata permukaan.
Diketahui:
f = 44 mm
H = 0,5 x 1000
= 500 x 0,305
= 152,5 meter
= 152.500 mm
h = 13 meter = 13.000 mm
ditanya:
berapa skala peta tentatif hasil deliniasi dari FU daerah Martapura?
Jawab:
S = f
H-h
S = 44/(152.500-13.000)
= 44/139.500
= 1/3.170
S = 1:3170
Jadi dapat diketahui bahwa Skala peta tentatif hasil deliniasi foto udara daerah
Martapura adalah 1:3170

4. Menginterpretasi Foto Udara

Tabel 3. Hasil Identifikasi Objek Foto Udara

Nama Rona/ Bentuk Ukuran Tekstur Pola Bayangan Situs Asosiasi


Objek Warna
Pemukiman Terang Persegi Kecil Kasar Memanjang Ada Berada Terdapat
panjang mengikuti di genting/asbes
jalan dekat / yang berbentuk
di persegi panjang
pinggir dan relatif kecil
jalan serta kiatannya
utama dengan jalan
utama

Jalan Utama coklat Lurus Kecil Halus Memanjang tidak ada Berada Terdapat
di dekat semacam aspal
lokasi walaupun masih
pemuki terlihat coklat di
man sekitarnya
utama

Jalan Lokal coklat Berkelo Besar Sedang Memanjang tidak ada Berada Terdapat mobil
k-kelok di jalur pengangkut dari
lokasi arah lokasi
pertamb pertambangan
ngan
dan
masih
tanah
biasa

Semak/Beluka Hijau Bebas Besar / Halus/ Tidak teratur Hampir Berada Terdapat
r luas Sedang tidak ada diantara vegetasi yang
hutan tidak seragam
ladang, ada yang
sawah, bertekstur halus
perkebu dan ada yang
nan, sedang
pemuki
man dan
jalan

Sawah Hijau Bebas Kecil Halus Teratur tidak ada Berada Terdapat
di dekat gundukan
jalan pembatas antara
utama petak satu
dan dengan petak
hutan lainnya

Perkebunan Hijau Persegi, Besar / Kasar Teratur Ada Berada Terdapat egetasi
persegi luas di dekat dengan jarak
panjang hutan yang runtut dan
dan teratur an serta
semak/b jenis vegetasi
elukar yang homogen

Hutan Hijau Bebas Besar / Kasar Tidak teratur ada Berada Terdapat
luas (bebas) disekitar banyak vegetasi
semak yang lebat
belukar,
ladang,
sungai.

Ladang Hijau Petak Kecil Sedang Teratur tidak ada Berada Dengan tekstur
di yang sedang
sekiatra dan vegetasi
perkebu yang teratur dan
nan dan seragam
sungai
serta
hutan

Sungai Gelap Berkelo Besar Halus Tidak teratur tidak ada Berada Terdapat air
k-kelok (bebas) di antara yang mengalir
semak /
belukar
dan
hutan
yang
luas

Lokasi Coklat Tidak Besar / Kasar Tidak teratur tidak ada Berada Terdapat
Pertambangan teratur luas (bebas) di antara manusia yang
semak melakukan
belukar aktivitas dalam
yang lokasi sama dan
luas dan lokasi yang
hutan tanpa vegetasi
serta beberapa
kerusakan
lingkungan
terjadi.

Lahan Kosong Hijau Petak / Kecil Halus Teratur tidak ada Disekeli Tidak terdapat
bebas lingnya vegetasi yang
terdapat tumbuh
hutan
dan
ladang

VI. PEMBAHASAN
1. Informasi Tepi Foto Udara
Foto udara yang dipilih sebagai bahan interpretasi pada praktikum ini dan
dijadikan peta tentatif serta dijadikan salah satu dari bagian mosaik, memiliki nomor
seri 0225. Pengambilan foto udara dilakukan di daerah Martapura. Foto udara
memiliki informasi tepi yaitu memiliki panjang fokus kamera saat pengambilan
gambar 44 mm, dan foto udara diambil pada saat pesawat berada pada ketinggian
152,5meter dengan tinggi rata-rata wilayah ini 13meter dpl. Pengambilan foto
dilakukan pada jam 8.10 tanggal 30 Juni 2007 dan dicetak dengan ukuran 23 x 23 cm.
Foto udara tersebut memiliki 8 tanda vidusial yang gunakan untuk menentukan
titik tengah. Foto udara tersebut diambil dengan pemotretan udara secara tegak
(vertical), Pemotretan udara secara tegak ini dapat dikatakan bahwa pemotretan
dilakukan dengan posisi pesawat udara yang membawa kamera melakukan
pemotretan secara tegak lurus dengan permukaan bumi. Maka akan menghasilkan
foto udara dengan pemotretan secara vertikal.
2. Mosaik foto udara
Praktik mosaik foto udara pada praktikum acara 1 ini dilakukan secara manual.
Mosaik foto udara manual dilakukan dengan cara mengurutkan nomor seri foto udara
dan disusun secara manual pula dengan mengandalkan kemampuan visual mata yang
harus jeli dan teliti serta dilakukan secara berurutan dengan menumpang tindihkan
kenampakan yang sama. Foto udara yang digunakan pada praktikum kali ini termasuk
dalam foto udara yang bertampalan (overlap) karena pertampalan ≥ 60%. Menyusun
mosaik secara manual ini dilakukan untuk memperoleh gambaran umum wilayah
yang dikaji. Dalam penyusunan foto udara ini setiap foto udara yang disusun maupun
ditumpang tindih memiliki skala foto yang sama, nomor seri yang berurutan dan
merupakan daerah pertampalan.
Dari hasil pertampalan foto udara nomor seri 0224 – 0227 yang telah dilakukan
dan telah melalui proses penghitungan terhadap besarnya luas wialayah pertampalan,
maka diperoleh nomor seri 0224 – 0225 prosentase sebesar 75,65%, dilanjutkan
nomor seri 0225– 0226 dengan prosentase sebesar 74,35%, dan kemudian yang
terakhir nomor seri 0226 – 0227 dengan prosentase sebesar 73,48%. Dari
penghitungan tersebut dapat diketahui bahwa pertampalan terluas adalah foto udara
nomor seri 0224 – 0225. Maka dari itu, setiap perekaman atau pengambilan foto
udara walaupun di wilayah, waktu dan pesawat yang sama tetap memiliki besar
pertampalan yang berbeda.

3. Skala Foto Udara


Skala peta tentatif hasil deliniasi foto udara daerah Martapura adalah 1:3170.
Adapun hasil tersebut merupakan hasil perhitungan dari panjang fokus, tinggi
terbang, dan tinggi rata-rata permukaan yang dihitung sesuai dengan rumus yang
telah ditentukan. Dari skala yang telah diketahui tersebut maka foto udara tersebut
tergolong memiliki skala besar. Yang mana dengan skala besar maka dapat diketahui
bahwa penggambaran peta lebih mendetail daripada peta skala kecil dan hanya
mencakup wialayah yang relative sempit atau kecil. Hal itu dapat dilihat dari jumlah
pengamatan objek dan kejelasan dalam melihat objek.

4. Menginterpretasi Foto Udara


Berdasarkan foto udara yang diinterpretasi, Jalan utama memiliki bentuk
memanjang, lebarnya seragam dan relatif lurus. Diantara jalan ini terdapat
pemukiman dan juga terdapat semak/belukar serta perkebunan kanan dan kirinya.
Seperti terlihat pada foto udara bahwa pemukiman berbentuk persegi panjang,
terdapat bayangan di tengah-tengah bagian atapnya, terletak di dekat atau di pinggir
jalan dan ukuran rumah relatif kecil bila dilihat dari udara. Namun pemukiman yang
ada menunjukkan bahwa belum terdapat banyak pemukiman di wilayah tersebut.
Karena terdapat lokasi pertambangan maka bisa jadi pemukiman tersebut untuk
tempat tinggal para pekerja pada lokasi tambang dan bukan merupakan asli untuk
tujuan bertempat tinggal secara permanen.
Sungai, memiliki tekstur permukaan air yang seragam seperti yang ada di foto
udara yang diinterpretasi. Terlihat pula pada foto udara itu bahwa rona sungai gelap
sehingga mengindikasikan airnya jernih, karena jika rona suatu sungai cerah maka
dapat diketahui sungai itu keruh. Faktor pendukung bahwa sungai tersebut memiliki
air yang jernih dapat dilihat dari daerah sekitarnya, vegetasi yang ada disekitarnya
yang masih banyak kemudian interaksi terhadap manusianya masih begitu jarang bila
dilihat dari sudut pandang jumlah pemukiman yang ada, sehingga kemungkinan besar
sungai tersebut masih belum banyak dipengaruhi oleh manusia yang cenderung
merusak daripada melestarikan.
Kemudian sungai ini terlihat seperti terpotong dan tidak berlanjut alirannya,
namun untuk kemungkinan besar alasannya adalah sungai dilihat dari atas tertutup
oleh kanopi-kanopi, yang mana kanopi menutup area sungai saat pemotretan foto
udara dilakukan sehingga tidak dapat ditangkap oleh sensor. Selain itu, hulu dari
sungai ini berasal dari hutan yang sangat lebat di daerah tersebut.
Jika di lihat dari wilayah yakni wilayah Martapura dan juga pola di foto udara,
maka perkebunan yang ada di daerah ini adalah perkebunan karet dan perkebunan
kelapa sawit. Perkebunan karet memiliki jalur lurus dengan tinggi pohon seragam,
jarak tanaman dalam jalur teratur demikian juga jarak antar jalur. Tekstur mirip
beledu dengan rona yang gelap.
Perkebunan kelapa sawit memiliki tajuk yang rapat dan berbentuk bintang,
teksturnya lebih halus dari tanaman kelapa. Perkebunan kelapa memiliki pola yang
teratur dengan rona yang cerah dan terdapat pada daerah yang mudah meresap air
dengan curah hujan yang cukup banyak. Tajuk pohon berbentuk bintang.
Asosiasi yang terjadi antara jalan utama dengan pemukiman dapat terlihat di
foto udara daerah Martapura nomer seri 0225. Pada Foto udara tersebut diketahui
bahwa hanya ada pemukiman di sepanjang jalan utama saja dengan posisi tetap
dipinggir jalan. Asosiasi ini dilakukan untuk mendapatkan akses jalan yang mudah
dijangkau.
Terlihat bahwa dari tabel hasil interpretasi, jalan lokal memiliki ukran yang lebih
besar dibandingkan dengan jalan utama. Hal itu disebabkan jalan local sebagai jalan
untuk menuju ke lokasi pertambangan yan mana belum ada aspal, selain itu dalam
lokasi pertambangan pasti membutuhkan alat berat dan juga kendaraan-kendaraan
besar untuk mendukung kegiatan pertambangan yang sedang beroperasi.
Pada lokasi pertambangan terlihat berwarna coklat akibat kegiatan pertambangan
kemudian bentuk dan pola yang tidak teratur karena pertambangan dilakukan pada
daerah yang dapat dimanfaatkan dan diambil tambangnya bukan berpatokan pada
bentuk atau pola lahan yang ada. Lokasi pertambangan minim vegetasi sehingga
rawan terjadi bencana, apalagi di daerah yang memiliki iklim hujan tropis di daerah
ini.
Lahan kosong terlihat tanpa vegetasi dan bentuk yang bebas atau petak. Untuk
bentuk dan pola yang bebas serta tidak teratur, itu bisa disebabkan karena adanya
pembakaran hutan atau bekas ladang berpindah yang sudah tidak digunakan lagi.
Kemudian untuk yang bentuknya persegi kemungkinan lahan tersebut merupakan
hutan lalu dibuka menjadi lahan baru yang akan dijadikan ladang. Hal itu dapat
diketahui sebab dari situs dan asosiasi yang mungkin terjadi di lokasi itu yang
menunjukkan lahan kosong tersebut berbentuk persegi dan disekelilingnya adalah
ladang dan hutan.
Pada hasil interpretasi bahwa ladang memiliki ukuran vegetasi yang kecil dengan
tekstur yang sedang serta memiliki vegetasi yang teratur dan seragam. Sedangkan
hutan di wilayah ini, vegetasinya sangat lebat karena berada pada iklim hujan tropis
yang mana curah hujan tinggi dan penyinaran sepanjang tahun yang memiliki ciri
bahwa vegetasinya memiliki berkanopi atau daun-daunnya lebar serta ukuran
vegetasi pada umumnya tinggi dan besar selain itu vegatasi pada hutan ini memiliki
bayangan yang menunjukkan bahwa vegetasi tersebut memiliki ketinggian tertentu.
Kemudian selain yang diatas banyak pula ditemukan semak/belukar yang tumbuh
di wilayah ini. Dilihat dari foto udara bahwa yang mendoninasi wialayah ini adalah
semak/belukar dan hutan. Selanjutnya terdapat sedikit sawah di wilayah ini, namun
pada foto udara nampak lahan persawahan tersebut belum terdapat tanamannya,
hanya air seperti lahan yang siap ditanami dan terdapat pula gundukan penyekat
antara satu petak dengan petak lainnya. selain itu, sawah yang ada tidak berbentuk
persegi namun bebas menyesuaikan topografi dari lingkungan sekitar.
VII. KESIMPULAN
1. Informasi tepi foto udara yang umum dapat ditemukan adalah jam terbang, altimeter,
niveau/level, dan tanda tepi/vidusial
2. Jam terbang Menunjukkan waktu dilaksanakannya pemotretan, altimeter
Menunjukkan ketinggian terbang pesawat yang melakukan perekaman atau
pengambilan foto udara, niveau/level menunjukkan sudut pemotretan foto udara,
niveau/level untuk menentukan titik utama fokus, dan tanda tepi/vidusial menentukan
titik tengah dari foto udara.
3. Foto udara yang digunakan pada praktikum kali ini termasuk dalam foto udara yang
bertampalan (overlap) karena pertampalan ≥ 60%. Menyusun mosaik secara manual
ini dilakukan untuk memperoleh gambaran umum wilayah yang dikaji.
4. Setiap perekaman atau pengambilan foto udara walaupun di wilayah, waktu dan
pesawat yang sama tetap memiliki besar pertampalan yang berbeda.
5. Penggunaan lahan pada citra foto ditemukan 11 obyek yakni sawah, perkebunan,
pemukiman, jalan utama, jalan lokal, lokasi pertambangan, sungai, ladang, lahan
kosong, semak/belukar, dan hutan.
6. Peta tentatif penggunaan lahan dengan menggunakan foto udara (terlampir)
DAFTAR RUJUKAN

Somantri, L., 2009. Teknologi Penginderaan Jauh (Remote Sensing). Universitas Pendidikan
Indonesia.
Sari, N. M., & Kushardono, D. (2014). Klasifikasi Penutup Lahan Berbasis Obyek Pada Data
Foto Uav Untuk Mendukung Penyediaan Informasi Penginderaan Jauh Skala Rinci (Object
Based Classification of Land Cover on Uav Photo Data to Support the Provision Of
Detailed-Scale Remote Sensing Information). Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan
Data Citra Digital, 11(2).
Wicaksono, F. Y. E. (2009). Apa itu Foto Udara. (bpad.jogjaprov.go.id) Diakses tanggal, 22
Oktober 2018.
Ilham Guntara. 2013. Keterangan Tepi Foto Udara dan Skala Foto Udara Tegak.
(http://www.guntara.com/2012/11/keterangan-tepi-foto-udara-dan-skala.html). Diakses
tanggal, 22 Oktober 2018.
LAMPIRAN

Lampiran 1

Gambar 11. Foto udara nomor seri 0225 sebagai bahan deliniasi (terlampir)

Lampiran 2

Gambar 12. Mosaik Foto Udara nomor seri 0224-0227

Anda mungkin juga menyukai