Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULAN

Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang dialami


hampir setiap negara. Salah satu penyakit infeksi yang merupakan penyebab
meningkatnya angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) di
rumah sakit adalah infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi pada
pasien yang sedang dalam proses perawatan di rumah sakit dan didapatkan setelah
72 jam sejak mulai perawatan. Sumber infeksi nosokomial dapat hidup dan
berkembang dilingkungan rumah sakit, seperti udara, air, lantai, makanan, serta
benda-benda medis maupun non medis. Infeksi dapat melalui tangan petugas
kesehatan atau peralatan yang digunakan pada pasien.
Infeksi nosokomial di United States, diperkirakan ada 1,7 juta Hospital
Acquired Infection setiap tahun dan 99.000 diantaranya meninggal (3). Menurut
penelitian yang dilakukan Departemen Kesehatan tahun 2004, prevalensi infeksi
nosokomial di Indonesia banyak terjadi di rumah sakit pemerintah yaitu sebesar
35,8-55,1% dari jumlah pasien 991-1.527 orang dengan jumlah pasien berisiko
sebesar 130.047-160.417 orang. Presentasi infeksi nosokomial pada tahun 2006
tertinggi di Provinsi Lampung 4,3%. Sumber infeksi nosokomial didapatkan dari
flora endogen pasien dan diperkirakan 20-40% diakibat infeksi silang melalui
tangan petugas kesehatan 5. Kontaminasi pada tangan petugas kesehatan berasal
dari kontak langsung dengan pasien atau kontak tidak langsung dengan
menyentuh permukaan lingkungan yang terkontaminasi akibat bakteri kontaminan
udara yang menempel pada permukaan kulit atau benda-benda yang digunakan
pada pasien.
Infeksi nosokomial dapat terjadi pada pasien yang dirawat inap di rumah
sakit maupun pada petugas kesehatan. Perawat adalah salah satu petugas
kesehatan yang memiliki risiko tinggi terjadinya infeksi nosokomial karena
perawat menempati lini pertama dalam memberikan asuhan perawatan pada
pasien. Menurut data salah satu rumah sakit di Jakarta, jenis-jenis bakteri yang
terdapat diudara adalah Mycobacterium tuberculosis, Staphylococcus aureus,
Staphylococcus epidermis dan bakteri Gram negatif. Beberapa bakteri kontaminan
udara dapat menempel pada kulit baik secara langsung atau tidak langsung.
Dilaporkan bahwa bakteri penyebab infeksi nosokomial yang tersering adalah
Proteus, Escherichia coli, S. aureus dan Pseudomonas sp (9). Hasil penelitian
yang dilakukan di Rumah Sakit Abdul Moeloek Bandar Lampung menemukan
jenis bakteri Gram positif dan negatif pada tangan tenaga medis dan perawat di
unit perinatologi.
Salah satu ruangan di rumah sakit yang rawan terhadap infeksi nosokomial
adalah Ruang Perawatan Sub Bagian Penyakit Dalam, karena ruangan tersebut
memiliki angka rata-rata jumlah hari rawat inap yang cukup lama. Pada umumnya
pasien tersebut mempunyai keadaan umum yang lemah karena menderita penyakit
yang kronis sehingga berisiko terhadap infeksi nosokomial
BAB II

Definisi Infeksi

Nosokomial Infeksi adalah peristiwa masuk dan penggandaan


mikroorganisme di dalam tubuh pejamu yang mampu menyebabkan sakit (Perry
& Potter, 2005).

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat seseorang dalam waktu


3x24 jam sejak mereka masuk rumah sakit (Depkes RI, 2003). Infeksi nosokomial
diakibatkan oleh pemberian layanan kesehatan dalam fasilitas perawatan
kesehatan. Rumah sakit merupakan satu tempat yang paling mungkin mendapat
infeksi karena mengandung populasi mikroorganisme yang tinggi dengan jenis
virulen yang mungkin resisten terhadap antibiotik (Perry & Potter, 2005).

Kriteria infeksi nosokomial (Depkes RI, 2003), antara lain:

a. Waktu mulai dirawat tidak didapat tanda-tanda klinik infeksi dan tidak
sedang dalam masa inkubasi infeksi tersebut.
b. Infeksi terjadi sekurang-kurangnya 3x24 jam (72 jam) sejak pasien mulai
dirawat.
c. Infeksi terjadi pada pasien dengan masa perawatan yang lebih lama dari
waktu inkubasi infeksi tersebut.
d. Infeksi terjadi pada neonatus yang diperoleh dari ibunya pada saat
persalinan atau selama dirawat di rumah sakit.
e. Bila dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi dan terbukti
infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama
pada waktu yang lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi
nosokomial.

Infeksi rumah sakit sering terjadi pada pasien berisiko tinggi yaitu pasien
dengan karakteristik usia tua, berbaring lama, menggunakan obat imunosupresan
dan/atau steroid, imunitas turun misal pada pasien yang menderita luka bakar atau
pasien yang mendapatkan tindakan invasif, pemasangan infus yang lama, atau
pemasangan kateter urin yang lama dan infeksi nosokomial pada luka operasi
(Depkes RI, 2001). Infeksi nosokomial dapat mengenai setiap organ tubuh, tetapi
yang paling banyak adalah infeksi nafas bagian bawah, infeksi saluran kemih,
infeksi luka operasi, dan infeksi aliran darah primer atau phlebitis (Depkes RI,
2003).

Penularan Infeksi Nosokomial

Cara penularan infeksi nosokomial antara lain :

a. Penularan secara kontak Penularan ini dapat terjadi baik secara kontak
langsung, kontak tidak langsung dan droplet. Kontak langsung terjadi bila
sumber infeksi berhubungan langsung dengan penjamu, misalnya person
to person pada penularan infeksi hepatitis A virus secara fekal oral.
Kontak tidak langsung terjadi apabila penularan membutuhkan objek
perantara (biasanya benda mati). Hal ini terjadi karena benda mati tersebut
telah terkontaminasi oleh sumber infeksi, misalnya kontaminasi peralatan
medis oleh mikroorganisme (Uliyah dkk, 2006; Yohanes, 2010).
b. Penularan melalui common vehicle Penularan ini melalui benda mati yang
telah terkontaminasi oleh kuman dan dapat menyebabkan penyakit pada
lebih dari satu pejamu. Adapun jenis-jenis common vehicle adalah
darah/produk darah, cairan intra vena, obat-obatan, cairan antiseptik, dan
sebagainya (Uliyah dkk, 2006; Yohanes, 2010).
c. Penularan melalui udara dan inhalasi Penularan ini terjadi bila
mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat kecil sehingga dapat
mengenai penjamu dalam jarak yang cukup jauh dan melalui saluran
pernafasan. Misalnya mikroorganisme yang terdapat dalam sel-sel kulit
yang terlepas akan membentuk debu yang 10 dapat menyebar jauh
(Staphylococcus) dan tuberkulosis (Uliyah dkk, 2006; Yohanes, 2010).
d. Penularan dengan perantara vektor Penularan ini dapat terjadi secara
eksternal maupun internal. Disebut penularan secara eksternal bila hanya
terjadi pemindahan secara mekanis dari mikroorganime yang menempel
pada tubuh vektor, misalnya shigella dan salmonella oleh lalat. Penularan
secara internal bila mikroorganisme masuk kedalam tubuh vektor dan
dapat terjadi perubahan biologik, misalnya parasit malaria dalam nyamuk
atau tidak mengalami perubahan biologik, misalnya Yersenia pestis pada
ginjal (flea) (Uliyah dkk, 2006; Yohanes, 2010).
e. Penularan melalui makanan dan minuman Penyebaran mikroba patogen
dapat melalui makanan atau minuman yang disajikan untuk penderita.
Mikroba patogen dapat ikut menyertainya sehingga menimbulkan gejala
baik ringan maupun berat (Uliyah dkk, 2006).

Etiologi

Mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial (WHO, 2002):

a. Conventional pathogens Menyebabkan penyakit pada orang sehat, karena


tidak adanya kekebalan terhadap kuman tersebut: Staphylococcus aureus,
streptococcus, salmonella, shigella, virus influenza, virus hepatitis.
b. Conditional pathogens Penyebab penyakit pada orang dengan penurunan
daya tahan tubuh terhadap kuman langsung masuk dalam jaringan tubuh
yang tidak steril: pseudomonas, proteus, klebsiella, serratia, dan
enterobacter.
c. Opportunistic pathogens Menyebabkan penyakit menyeluruh pada
penderita dengan daya tahan tubuh sangat menurun: mycobacteria,
nocardia, pneumocytis.

Pencegahan Infeksi Nosokomial Rumah Sakit

Untuk mencegah penularan infeksi nosokomial di rumah sakit harus


dilakukan berbagai upaya. Pada prinsipnya harus selalu dijaga higiene
perorangan, baik higiene petugas perawatan, penderita, dan pengunjung rumah
sakit. Penularan infeksi dari orang–ke-orang harus dicegah dengan selalu
melakukan dekontaminasi tangan sesudah melakukan pemeriksaan penderita.
Setiap kali melakukan pemeriksaan dan perawatan penderita, petugas kesehatan
harus menggunakan pakaian pelindung, masker dan sarung tangan. Setiap kali
melakukan tindakan medis, harus dilakukan sesuai prosedur yang aman, misalnya
pada waktu melakukan penyuntikan dan pemasangan kateter atau respirator.
Karena lingkungan di dalam rumah sakit dapat menjadi sumber penularan patogen
nosokomial, harus dicegah terjadinya Epidemiologi paparan patogen atau
mikroorganisme dari lingkungan, misalnya melakukan sterilisasi alat-alat
perawatan menggunakan air panas atau air mendidih, melakukan disinfeksi
perlengkapan penderita, dan selalu menjaga kebersihan di lingkungan rumah sakit
atau di luar rumah sakit.

Infeksi Nosokomial pada Penyakit dalam

1. Berdasarkan hasil penelitian potensi penyebaran infeksi nosokomial di


Ruangan Instalasi Rawat Inap Khusus Tuberkulosis (irina C5) BLU RSUP
PROF. DR. R. D. Kandou Manado periode Januari 2015 – Maret 2015.
Sumber yang berpotensi menyebabkan infeksi nosocomial terdapat pada
ruang perawatan, alat medis, dan udara.
2. Kejadian Infeksi Nosokomial Kejadian infeksi nosokomial yang banyak
terjadi di RSUD Setjonegoro kabupaten Wonosobo adalah infeksi Plebitis,
Infeksi Luka Operasi (ILO) dan Dekubitus. Hasil wawancara dan
observasi disebabkan oleh praktik teknik aseptik petugas kesehatan dan
pengunjung masih kurang seperti kebiasaan mencuci tangan sebelum
mengobati, merawat ataupun memegang pasien, penggunaan APD seperti
masker, jas khusus, alas kaki dan sarung tangan bagi pengunjung untuk
masuk ruangan khusus seperti HCU masih kurang, pembatasan
pengunjung dan jam besuk juga masih sering diabaikan.
3. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Bangsal Penyakit Dalam
RSUD Ulin Banjarmasin Periode Juni-Agustus 2014, didapatkan bakteri
kontaminan pada tangan perawat adalah Staphylococcus aureus sebanyak
53,85%, Staphylococcus epidermidis sebanyak 34,62%, Escherichia coli
sebanyak 7,69%, dan Bacillus sp. Sebanyak 3,84%. Bakteri-bakteri
kontaminan yang terdapat pada tangan perawat berdasarkan hasil
penelitian didapatkan berasal dari lingkungan, pengunjung, perawat, dan
peralatan,yang kurang steril. Cuci tangan dan antiseptik yang dilakukan
perawat tidak adekuat atau bahan antiseptik yang digunakan tidak bisa
mehilangkan bakteri sepenuhnya sehingga masih terdapat bakteri pada
tangan. Bakteri juga dapat berasal dari kain terkontaminasi yang
digunakan perawat untuk mengelap tangan setelah cuci tangan.
DAFTAR PUSTAKA

Caroline, dkk. 2016. Potensi Penyebaran Infeksi Nosokomial Di Ruangan


Instalasi Rawat Inap Khusus Tuberkulosis (Irina C5) BLU RSUP Prof.
DR. R. D. Kandou. Manado
Depkes RI. (2001). Pedoman Infeksi Nosokomial Di Rumah Sakit. Jakarta.
Depkes RI. (2003). Pedoman Pencegahan Dan Penanggulangan Infeksi
Nosokomial Di ICU. Jakarta.

Haryanto, Yohanes. 2010. Hubungan Motivasi Perawat Dengan Perilaku

Pencegahan Infeksi Nosokomial Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit 50


Hospital Cinere Tahun 2010. (Skripsi). Universitas Pembangunan
Nasional Veteran. Jakarta.

Ikhwanda, dkk. 200. Identifikasi Jenis Bakteri Kontaminan Pada Tangan Perawat
di Bangsal Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin Periode Juni-Agustus
2014.
Potter, P. A and Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental: Konsep, Proses,

Dan Praktik Edisi 4 Volume 1. Penerjemah Yasin Asih,dkk. Jakarta:


Salemba Medika

Nugraheni, Ratna,dkk. Infeksi Nosokomial di RSUD Setjonegoro Kabupaten

Wonosobo

Uliyah Musrifatul, Hidayat Alimul, A., 2006. Keterampilan Dasar Praktik Klinik

Kebidanan. Salemba Medika, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai