Penertian Bangunan Gedung
Penertian Bangunan Gedung
Bangunan adalah struktur buatan manusia yang terdiri atas dinding dan atap yang
didirikan secara permanen di suatu tempat. Bangunan juga biasa disebut
dengan rumah dan gedung, yaitu segala sarana, prasarana atau infrastruktur dalam
kebudayaan atau kehidupan manusia dalam membangun peradabannya. Bangunan
memiliki beragam bentuk, ukuran, dan fungsi, serta telah mengalami penyesuaian
sepanjang sejarah yang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti bahan bangunan,
kondisi cuaca, harga, kondisi tanah, dan alasan estetika.
Bangunan mempunyai beberapa fungsi bagi kehidupan manusia, terutama sebagai
tempat berlindung dari cuaca, keamanan, tempat tinggal, privasi, tempat menyimpan
barang, dan tempat bekerja. Suatu bangunan tidak bisa lepas dari kehidupan
manusia khususnya sebagai sarana pemberi rasa aman, dan nyaman.
Contoh bangunan yang paling sering kita lihat yaitu jembatan beserta konstruksi, dan
rancangannya, jalan, serta sarana telekomunikasi. Secara umum, peradaban suatu
bangsa dapat dilihat dari teknik-teknik bangunan maupun sarana, dan prasarana
yang dibuat maupun ditinggalkan oleh warisan manusia dalam perjalanan
sejarahnya.
Karena bangunan berkaitan dengan kemajuan peradaban manusia, maka dalam
perjalanannya, manusia memerlukan ilmu atau teknik yang berkaitan dengan
bangunan, dan menunjang dalam membuat suatu bangunan. Adapun ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan bangunan adalah arsitektur dan teknik sipil.
Bahkan penggunaan trigonometri dalam matematika juga berkaitan dengan
bangunan yang diduga digunakan pada masa Mesir kuno dalam
membangun Piramida.
Pada awalnya, manusia hanya memanfaatkan apa yang ada di alam sebagai sarana,
dan prasarana serta infrastruktur dalam kehidupannya. Sebagai contoh yaitu
pemanfaatan gua sebagai tempat tinggal. Kemudian peradaban manusia
berkembang dengan memanfaatkan apa yang ada di alam, seperti batu, tanah, dan
kayu, sebagai bahan baju untuk membuat suatu infrastruktur. Pada masa berikutnya,
peradaban berkembang lagi dengan ditemukannya bahan-bahan tambang yang bisa
digunakan untuk membuat alat maupun benda yang mampu menopang sebuah
bangunan, seperti halnya barang logam, serta mengolah bahan-bahan alam seperti
mengolah batuan kapur, pasir, dan tanah. Dalam perkembangannya, manusia
membuat bahan-bahan bangunan dari hasil industri atau buatan manusia yang
bahan-bahan bakunya diambil dari alam.
Sejak ditemukannya lukisan-lukisan di dalam dinding gua, sejak itulah manusia juga
menjadikan bangunan sebagai objek kanvas dalam mengekspresikan suatu
keindahan. Dalam beberapa tahun terakhir, faktor keindahan juga menjadi poin
penting dalam pendirian suatu bangunan.
BANGUNAN
Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu
dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di
dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan
usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus ;
Bangunan gedung umum adalah bangunan gedung yang fungsinya untuk
kepentingan publik, baik berupa fungsi keagamaan, fungsi usaha, maupun fungsi
sosial dan budaya ;
Bangunan gedung tertentu adalah bangunan gedung yang digunakan untuk
kepentingan umum.
Bangunan gedung khusus adalah bangunan teknis sipil lainnya yang tidak termasuk
bangunan gedung, gedung umum dan gedung tertentu yang dalam pembangunan
dan/atau pemanfaatannya membutuhkan pengelolaan khusus dan/atau memiliki
kompleksitas tertentu yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap
masyarakat dan lingkungannya seperti menara/tower telekomunikasi,menara
transmisi, tanki bahan bakar, jembatan, billboard/megatron dan instalasi
pengolahan/pemanfaatan sumber daya alam;
Bangunan Permanen adalah bangunan yang ditinjau dari segi konstruksi dan umur
bangunan dinyatakan lebih dari 15 Tahun;
Bangunan Semi Permanen adalah bangunan yang ditinjau dari segi konstruksi dan
umur bangunan dinyatakan antara 5 Tahun sampai dengan 15 Tahun;
Bangunan Darurat / Sementara adalah bangunan yang ditinjau dari segi konstruksi
dan umur bangunan dinyatakan kurang dari 5 Tahun;
Kapling / Pekarangan adalah suatu perpetakan tanah, yang menurut pertimbangan
Pemerintah Daerah dapat dipergunakan untuk tempat mendirikan bangunan;
Klasifikasi bangunan gedung adalah klasifikasi dari fungsi bangunan gedung
berdasarkan pemenuhan tingkat persyaratan administratif dan persyaratan
teknisnya;
Mendirikan Bangunan adalah pekerjaan mengadakan bangunan seluruhnya atau
sebagaian termasuk pekerjaan menggali, menimbun atau meratakan tanah yang
berhubungan dengan pekerjaan mengadakan bangunan tersebut;
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah angka persentase perbandingan antara
luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah
perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan
dan lingkungan;
Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah angka persentase perbandingan antara
luas seluruh lantai bangunan gedung dan luas tanah perpetakan/daerah
perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan
dan lingkungan;
Koefisien Daerah Hijau (KDH) adalah angka persentase perbandingan antara luas
seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi
pertamanan/penghijauan dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang
dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan;
Tinggi Bangunan adalah jarak yang diukur dari lantai dasar bangunan, dimana
bangunan tersebut didirikan sampai dengan titik puncak dari bangunan;
Lantai dasar bangunan adalah ketinggian lantai dasar yang diukur dari titik referensi
tertentu;
Izin Penggunaan Bangunan selanjutnya disingkat IPB adalah Izin yang diberikan
untuk menggunakan bangunan sesuai dengan fungsi bangunan yang tertera dalam
IMB;
Izin Penghapusan Bangunan (IHB) adalah Izin yang diberikan untuk menghapuskan /
membongkar bangunan secara total baik secara fisik maupun secara fungsi, sesuai
dengan fungsi bangunan yang tertera dalam IMB;
Rencana Tata Ruang Wilayah ( RTRW ) Kota adalah hasil perencanaan tata ruang
wilayah Kota yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah ;
Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan yang meliputi
proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan
pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan gedung.
Pengertian Bangunan
Bangunan adalah struktur buatan manusia yang terdiri atas dinding dan atap yang
didirikan secara permanen di suatu tempat. Bangunan juga biasa disebut dengan
rumah dan gedung, yaitu segala sarana, prasarana atau infrastruktur dalam
kebudayaan atau kehidupan manusia dalam membangun peradabannya. Bangunan
memiliki beragam bentuk, ukuran, dan fungsi, serta telah mengalami penyesuaian
sepanjang sejarah yang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti bahan bangunan,
kondisi cuaca, harga, kondisi tanah, dan alasan estetika.
Jenis Bangunan
Bangunan teknik sipil terbagi menjadi :
1. Bangunan teknik sipil kering
Meliputi : bangunan rumah, gedung-gedung, monumen, pabrik, rumah ibadah
dan sebagainya.
2. Bangunan teknik sipil basah
Meliputi : bendungan, saluran air, dermaga pelabuhan, turap, jembatan dan
sebagainya.
Jenis bangunan juga dibagi menjadi 3 bagian besar oleh Direktorat Jendral yaitu
bangunan gedung, bangunan air dan jalan jembatan.
• Monumen
Monumen ialah jenis bangunan yang dibuat untuk memperingati
seseorang atau peristiwa yang dianggap penting oleh suatu kelompok sosial
sebagai bagian dari peringatan kejadian pada masa lalu.
Seringkalimonumen berfungsi sebagai suatu upaya untuk memperindah
penampilan suatu kota atau lokasi tertentu.
• Bangunan Ibadah
Bangunan ibadah adalah bangunan yang didirikan untuk umat beragama
melangsungkan acara keagamaan atau ibadah menurut kepercayaan mereka
masing-masing.
Sumber :
http://karyatulisilmiah.com/pengertian-definisi-bangunan-tinggi/
http://nikifour.co.id/jenis-jenis-bahan-bangunan-yang-banyak-digunakan/
http://arafuru.com/sipil/bagian-bagian-konstruksi-bangunan-dari-pondasi-sampai-
atap.html
http://www.trigonalmedia.com/2015/07/pengertian-pembangunan-fisik.html
Anggaran biaya merupakan harga dari bahan bangunan yang dihitung dengan
teliti, cermat dan memenuhi syarat. Anggaran biaya pada bangunan yang sama
akan berbeda- beda di masing- masing daerah, disebabkan karena perbedaan
harga bahan dan upah tenaga kerja.
Walaupun namanya anggaran biaya kasar, namun harga satuan tiap m2 luas
lantai tidak terlalu jauh berbeda dengan harga yang dihitung secara teliti.
Dibawah ini diberikan sekedar contoh, untuk dapat menggambarkan penyusunan
anggaran biaya kasar yaitu :
Yang dimaksud anggaran biaya teliti adalah Anggaran Biaya Bangunan atau
proyek yang dihitung dengan teliti dan cermat sesuai dengan ketentuan dan
syarat- syarat penyusunan anggaran biaya. Pada anggaran biaya kasar
sebagaimana diuraiakan terdahulu, harga satuan dihitung berdasarkan harga
taksiran setiap luas lantai m2. Taksiran tsb haruslah berdasarkan harga yang
wajar dan tidak terlalu jauh berbeda dengan harga yang dihitung secara teliti.
Sedangkan penyusunan anggaran biaya yang dihitung secara teliti,didasarkan
atau didukung oleh :
a. Besteks
Gunanya untuk menentukan spesifikasi bahan dan syarat- syarat teknis
b. Gambar bestek
Gunanya untuk menetukan/menghitung besarnya masing- masing volume
pekerjaan
BOW Singkatan dari Bugerlijke Openbare Werken ialah suatu ketentuan dan
ketetapan umum yang ditentukan oleh Dir BOW tanggal 28 Februari 1921 Nomor
5372 A Pada zaman pemerintahan Belanda. Di Zaman sekarang BOW diganti
dengan HSPK, yang tentunya tiap kota maupun kabupaten mengeluarkan HSPK
dan setiap tahun ada pergantian.
Demikian keterangan tentang arti dari Rencana Anggaran Biaya yang mungkin
begitu awam bagi orang yang belum pernah membangun.
Dalam sebuah proyek bangunan, mungkin diantara kita sering mendengar kata-kata bestek atau
gambar bestek. Apa itu bestek / gambar bestek? Pada kesempatan kali ini akan kita bahas tentang
Apa itu bestek / gambar bestek dalam sebuah proyek bangunan.
Pengertian Bestek
Bestek berasal dari bahasa Belanda yang artinya Peraturan dan syarat-syarat pelaksanaan suatu
pekerjaan bangunan atau proyek. Dalam arti luas, bestek adalah suatu peraturan yang mengikat,
yang diuraikan sedemikian rupa, terinci, cukup jelas dan mudah dipahami.
Bagian-bagian bestek terdiri dari :
1. Peraturan Umum.
2. Peraturan Administrasi.
3. Peraturan dan Teknis Pelaksanaan.
1. Gambar Situasi.
2. Gambar Denah.
3. Gambar Potongan.
4. Gambar Perspektif.
5. Gambar Rencana Atap.
6. Gambar Detail Konstruksi.
7. Gambar Pelengkap.
Bestek dan gambar bestek merupakan kunci pokok (tolok ukur) baik dalam menentukan kualitas
dan scope of work maupun dalam menyusun RAB (Rencana Anggaran Biaya) proyek.
Dengan adanya bestek dan gambar bestek, maka pemborong / kontraktor dapat membayangkan
bentuk dan macam bangunan yang diingini oleh Pemberi Tugas dan bagaimana untuk
melaksanakannya.
Demikian sedikit ulasan tentang pengertian bestek dan gambar bestek dalam sebuah proyek.
Semoga bermanfaat dan terima kasih.
Denah
Yang diperhatikan adalah ukuran-ukuran panjang dan lebarnya, bentuk dari masing –
masing bagian gambar denah secara teliti dan mendetail.
Penampang-penampang / Potongan-potongan
Yang diperhatikan adalah ukuran-ukuran panjang dan lebarnya, bentuk penampang dan
ukurannya dan tinggi dari masing – masing detail penampang/potongan
secara teliti dan mendetail.
Pandangan – pandangan
Yang diperhatikan adalah bidang-bidang mana yang terletak dimuka dan dibelakang serta
penjelasan keadaannya secara teliti dan mendetail.
Gambar – gambar rencana dan penjelasan (detail)
Dari gambar rencana ini dan penjelasan (detai) kita dapat membaca rencana dari
elemen/bagian konstruksi, kelengkapan dan ukuran-ukuran dengan lebih
detail dan jelas sehingga dapat kemudahan tingkat pengerjaannya.
Gambar situasi
Setelah segala sesuatunya sudah ada dan lengkap namun ada sesuatu yang kurang jelas
/ belum bisa dimengerti misalnya bahan yang digunakan, kualitas bahannya,
mungkin bagaimana cara mendapatkan bahan (bahan produk luar negeri),
maka perlu ditanyakan kejelasannyapada saat diadakan aanwijzing kepada
direksi. Bila segala sesuatunya sudah jelas maka kita menghitung jumlah dan
volume pekerjaan.
Koefisien Upah
Posted on Juli 29, 2009 | 27 komentar
Saya ingin menuangkan apa yang ada dalam pikiran saya mengenai ilmu pengetahuan kepada
saudara teman dan sahabat serta adik adik yang berkecimpung dalam dunia konstruksi
khususnya untuk menjadi ESTIMATOR yang baik.
Adapun langkah langkah untuk menjadi Estimator yang baik antara lain :
1. Mempunyai dasar ilmu pengetahuan keteknikan atau menyenangi pelajaran hitung
menghitung.
2. Dapat menuangkan Suatu pekerjaan IDE kedalam suatu format perhitungan.
3. Mempunyai Kerangka pemikiran sebagai seorang Estimator.
a) Mengetahui secara pasti dasar-dasar suatu koefesien bahan,upah dan peralatan didalam
harga satuan sehingga dapat mampu telusur pekerjaan tersebut.
b) Mempunyai informasi harga yang berkaitan dengan upah alat dari semua jenis pekerjaan.
c) Mempunyai literatur referensi pekerjaan spesilis.dll
Ada pertanyaan yang sering muncul didalam setiap orang yang ingin mengetahui dari
manakah koefesien-koefesien yang ada pada analisa harga satuan misalnya koefesien
upah,bahan, alat
1) KOEFESIEN UPAH
• Pekerja 1,5 OH ( Orang per Hari)
• Tukang 0,6 OH
• Kepala Tukang 0,06 OH
• Mandor 0,075 OH
2) KOEFESIEN BAHAN
• Batu belah 1,100 m3
• Semen Portland 136,000 Kg
• Pasir Pasang 0,544 M3
3) KOEFESIEN ALAT.
• Excavator 0,05 jam
• Dump truk 0,10 jam
Sekarang mari kita telusuri dari manakah angka koefesien –koefesien tersebut yang terdapat
pada koefesien upah, bahan, dan peralatan.
1) KOEFESIEN UPAH
a) Koefesien upah tersebut didapat dari hasil produksi dari kelompok pekerja untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan, sekarang mari kita telusuri apa saja yang mempengaruhi
koefesien upah antara lain :
i) Kualifikasi Tenaga Kerja
ii) Jumlah tenaga Kerja
iii) Kuantitas Jam Kerja
b) Untuk mengetahui lebih jelas Nilai upah
i) Satuan nilai Upah
Upah 1 hari kerja ( 8 jam Kerja termasuk istirahat 1 jam)ini hakekatnya tergantung dari harga
pasaran tenaga kerja setempat.
Ada 2 macam pengaruh utama yang bersifat umum yang mempengaruhi harga pasaran tenaga
kerja:
• INDEKS BIAYA HIDUP ( Berdasarkan hasil pengamatan upah, tenaga kerja minimum
adalah 4 Sampai 6 Kali kebutuhan bahan pokok( Misal Harga Beras) atau rata-rata 5 Kalinya.
• TINGKAT KEHIDUPAN
Tingkat kehidupan atau tingkat kemakmuran ini biasanya diukur berdasarkan pendapatan
rata-rata perkapita tiap tahun(Pendapatan kotor nasional atau Gross National Product(GNP)
tiap tahun dibagi jumlah penduduk.
• HARI ORANG STANDAR ( Standar Man day)
Di dalam sistim pengupahan yang baru telah diadakan penyederhanaan dalam menghitung
upah kerja ialah dengan mempergunakan satuan upah yang disebut hari orang Standar (
Standart Man day) disingkat OH atau MD.
1 OH = Upah pekerja standar dalam 1 hari kerja.
• JAM ORANG STANDART
4 Jam kerja efektif dalam 1 hari
Sehingga 1 Jam efektif adalah 1/4 dikali 4 s/d 6 (indeks biaya hidup) , sehingga didapat 1 s/d
1 ½ kali Bahan pokok.(Beras)
Diketahui Rata-rata 1 Jam Orang Standar adalah 1 ¼ Kg beras.
Rumus dan contoh penggunaan rumus umum untuk upah searang tenaga kerja :
UPAH/HARI = A1 x B x C x D x E x F x G
UPAH/JAM = A2 x B x C x D x E x F x G
A1 = Hari orang standar
A2 = Jam Orang standar
B = Macam tenaga kerja
C = Pengaruh lamanya kerja
D = Pengaruh Lokasi Pekerjaan
E = Pengaruh adanya persaingan tenaga kerja
F = Pengaruh Kepadatan penduduk.
G = Pengaruh tenaga pinjaman dari tenaga import
CONTOH PENGGUNAAN
Setelah kita mengetahui unsur-unsur yang mempengaruhi harga upah tenaga kerja sekarang
kita akan melihat dari mana koefesien-koefesien yang terdapat dalam analisa harga satuan.
Sebagai contoh di dalam BUKU BOW, harga upah untuk menyelesaikan 1 m3 galian tanah
dibutuhkan tenaga kerja :
Pekerja 0,75 OH
Mandor 0,025 OH
Adapun di dalam SNI 1 m3 Galian Tanah biasa sedalam 1 m :
Pembantu tukang (pekerja ) 0,4 OH
Mandor 0,04 OH
Timbul pertanyaan bagi kita darimanakah koefesien-koefesien itu muncul dari BOW dan SNI
?
Sekarang mari kita lihat analisa BOW 0,75 Pekerja dan 0,025 Mandor, koefesien indek
tersebut diatas mempunyai pengertian bahwa 0,75 pekerja dan 0,025 mandor akan
menghasilkan produksinya 1 m3 galian tanah dalam 1 hari. Kalau pekerja dan mandor
tersebut kita kalikan 40 Kali maka pekerja menjadi 30 orang dan mandor 1 orang jadi
asumsinya adalah produktivitas. Jadi dalam analisa BOW tersebut asumsinya
produktivitasnya adalah mengerjakan galian tanah sebanyak 40 M3 dibutuhkan tenaga kerja
30 Pekerja dan 1 mandor sehingga koefesien tersebut berdasarkan produktivitas yang mana
dengan Pekerja 30 Orang dan Mandor 1 orang dapat menyelesaikan 40 m3 dalam 1 hari.
Inilah asal usul koefesien upah yang ada pada analisa BOW untuk pekerjaan Tanah atau
Pekerja = 30 orang/ 40 m3* hari = 0,75 Orang hari ( OH)
Mandor =1 orang/40 m3 * hari = 0,025 Orang hari ( OH)
Jadi kita bias melihat apakah koefesien-koefesien yang ada didalam analisa BOW & SNI
masih layak digunakan atau tidak tergantung Estimasi kita dan diserahkan kepada Anda
masing-masing.
Sekarang coba kita lihat lagi analisa SNI, contohnya Pekerjaan galian tanah biasa dengan
kedalaman 1 m3.
Pekerja = 0,4 OH
Mandor = 0,04 OH
Artinya, untuk menyelesaikan galian biasa dengan kedalaman 1m3 kalau kita kalikan 100
maka perbandingan 40 pekerja dan 4 Mandor atau dengan tenaga 40 pekerja dan mandor 4
orang akan menghasilkan galian 100 m3 atau 25 m3 dengan tenaga 10 pekerja dan 1 mandor.
Pekerja = 10 orang/ 25 m3* hari = 0,4 Orang hari ( OH)
Mandor = 1 orang/25 m3 * hari = 0,04 Orang hari ( OH)
Sekarang kita sudah tahu bahwa untuk melaksanakan suatu pekerjaan tergantung
produktivitas dari tenaga kerja tersebut atau dengan kata lain untuk menghitung upah apakah
wajar atau tidak seorang mandor menawarkan suatu pekerjaan dengan harga wajar atau tidak.
Sebagai contoh kita akan melaksanakan suatu pekerjaan galian tanah biasa dan pekerjaan
pasangan batu kali kemudian mandor menawarkan harga upah borongan misalnya:
Galian tanah = Rp 25,000,-/ m3
Pasangan Batu kali = Rp 60,000,- / m3
Dimana diketahui pada suatu tempat sebutlah harga Pekerja Rp 30,000/hari, Mandor Rp
50,000/hari, Tukang Rp 45,000/hari , Kepala tukang Rp 50,000,-/hari.
Sekarang apakah harga yang ditawarkan oleh mandor tersebut wajar atau tidak ?
Mari kita lihat dari perbandingan analisa BOW atau SNI yang terdapat di dalam buku Analisa
BOW :
UPAH G 26 (Pasangan Batu kali)
Pekerja = 3,6 OH
Tukang = 1,2 OH
Kepala Tukang = 0,12 OH
Mandor = 0,16 OH
Mari kita kalikan masing-masing koefesien di atas dengan harga masing-masing upah
Pekerja = 3,6 OH x ( Rp. 30.000)
Tukang = 1,2 OH x ( Rp. 45.000)
Kepala Tukang = 0,12 OH x ( Rp. 50.000)
Mandor = 0,16 OH x ( Rp. 50.000)
Sekarang kita coba lagi koefesien upah yang ada di dalam SNI dengan jenis pekerjaan yang
sama yaitu Pasangan Batu kali :
Pekerja = 1,5 OH
Tukang Batu = 0,6 OH
Kepala Tukang = 0,06 OH
Mandor = 0,075 OH
Kalau harga pekerja, tukang, mandor, kepala tukang kita kalikan dengan koefesien di dalam
analisa SNI di atas maka akan kita dapatkan harga upah tersebut sebesar Rp 78,750,-. Harga
ini masih wajar pada saat ini dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa harga-harga upah
koefesien pada SNI saat ini masih wajar.
Dari hal-hal tersebut di atas dapat kita simpulkan bahwa koefesien tersebut didapat dari hasil
produktivitas kelompok pekerja dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Dengan adanya
methode ini, maka Anda dapat memulai dan melihat apakah koefesien upah yang terdapat di
dalam BOW atau SNI masih RELEVAN atau TIDAK. Dalam menentukan perbandingan
koefesien–koefesien upah (berdasarkan pengalaman pribadi saya) memiliki perbandingannya
sebagai berikut :
Perbandingan ini berdasarkan pengalaman saya pribadi. Kita ambil contoh, suatu pekerjaan
dengan produktivitasnya 40 m3/hari dengan jumlah tenaga kerja:
Pekerja = 20 orang
Tukang = 10 orang
Kepala Tukang = 1 orang
Mandor = 1 orang
Maka koefisien dari kelompok pekerja tersebut (yang akan kita gunakan dalam menghitung
harga upah suatu perkerjaan) adalah sebagai berikut :
6 Votes
Mungkin ini hanya sedikit berbagi pengetahuan saja kalau memang benar
silahkan di ambil kalau memang salah mohon kiranya di beri masukan.
Misalnya kita akan menghitung koefisien dari galian tanah (M3) dengan
tenaga manusia.
Cangkul! sudah pasti kita butuh cangkul untuk menggali tanah, hasilnya
tentu akan berbeda kalau kita menggunakan sendok untuk menggali
tanah.
Seberapa banyak yang dapat diperoleh dari sebidang cangkul dalam hal
ini dengan satuan M3?
PRODUKTIFITAS
bagaimana cara mengubah nya agar menjadi satuan waktu, buat saja
pertanyaan lagi? Berapa waktu yang dibutuhkan tukang gali untuk sekali
mencangkul dan membuangnya? coba kamu peraktekkan pada sebidang
tanah. Pada tanah empuk tentu akan berbeda dengan tanah keras.
Baiklah asumsikan saja 1 menit!
kalau begitu kali kan saja dengan 556 tadi, maka waktu yang dibutuhkan
tukang gali adalah 556 menit, kemudian kita konversikan ke dalam jam,
maka akan di dapat hasil 9,26 Jam seorang tukang gali mencangkul 1 M3
tanah. kalau tanah keras silahkan asumsikan sendiri?
ANALISA HARGA
Kemudian analisa harga upah tukang gali anggaplah Rp. 70.000/HO atau
hari dalam standar kerja
Maka kita bisa konversikan ke dalam hari 70.000 / 9,26 = 7.650 HO/Jam,
Standar kerja berapa jam sih? 7 Jam, maka kalikan saja 7.650 X 7 =
52.920 HO
KOEFISIENNYA