SITI TOHIROH
A01401968
2016/2017
PENERAPAN PERAWATAN LUKA DENGAN MENGGUNAKAN MADU
DAN MINYAK ZAITUN PADA PASIEN DIABETES MELITUS
DENGAN KERUSAKAN INTEGRITAS JARINGAN
Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun Sebagai Salah Satu Prasayarat Untuk
Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
SITI TOHIROH
A01401968
ii
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL/COVER i
SAMPUL DALAM ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN iii
LEMBAR PERSETUJUAN iv
LEMBAR PENGESAHAN v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
KATA PENGANTAR xii
ABSTRAK xiv
ABSTRACT xv
BAB I: PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Studi Kasus 4
D. Manfaat Studi Kasus 5
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Asuhan Keperawatan 6
1. Pengkajian 6
2. Diagnosa Keperawatan 8
3. Intervensi Keperawatan 8
4. Implementasi Keperawatan 12
5. Evaluasi Keperawatan 12
B. Diabetes Melitus 13
1. Definisi Diabetes Melitus 13
2. Klasifikasi Diabetes Melitus 13
3. Etiologi Diabetes Melitus 15
4. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus 17
vi
5. Komplikasi Diabetes Melitus 17
6. Penatalaksanaan Diabetes Melitus 18
C. Luka Diabetik 19
1. Definisi 19
2. Patofisiologi 20
3. Pengkajian/monitoring Luka 21
4. Perawatan Luka Diabetik 23
D. Madu 26
1. Definisi 26
2. Komposisi Madu 26
3. Manfaat Madu Dalam Al-Qur’an 27
4. Khasiat Madu Sebagai Obat Topikal Untuk Ulkus Kaki
Diabetik 28
E. Minyak Zaitun 29
1. Definisi 29
2. Minyak Zaitun Dalam al-Qur’an 29
3. Kandungan Dan Manfaat Minyak Zaitun 30
BAB III: METODE STUDI KASUS 32
A. Jenis/Desain/Rancangan Studi Kasus 32
B. Subyek Studi Kasus 32
C. Fokus Studi Kasus 32
D. Definisi Operasional 33
E. Instrumen Studi Kasus 33
F. Metode Pengumpulan Data 33
G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus 34
H. Analisa Data danpenyajian Data 35
I. Etika Studi Kasus 35
BAB IV: HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN 37
A. Hasil Studi Kasus 37
B. Pembahasan 40
vii
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN 46
A. Kesimpulan 46
B. Saran 47
DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan
judul “Penerapan Perawatan Luka Dengan Menggunakan Madu Dan Minyak
Zaitun Pada Pasien Diabetes Melitus Dengan Kerusakan Integritas Jaringan”
Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW sehingga penulis mendapatkan kemudahan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Sehubungan dengan itu penulis
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Kepada kedua orang tua saya Bapak Solichudin dan Ibu Siti Marmah yang
sudah memberikan dukungan baik materil, moril maupun spiritual. Serta
semangat dan doa yang selalu diberikan setiap waktu sampai sekarang ini.
2. Kepada seluruh keluarga besar saya yang juga selalu memberikan dukungan
kepada saya sampai sekarang ini.
3. Kepada P1 dan keluarga yang telah bersedia menjadi subyek dalam studi
kasus ini.
4. Kepada pihak Puskesmas Gombong II yang telah menyediakan lahan praktik
dalam pengambilan studi kasus.
5. Teman-teman dari Prodi DIII Keperawatan angkatan 2014 STIKES
Muhammadiyah Gombong yang telah memberikan motivasi dan semangat.
6. Bapak Podo Yuwono, S. Kep, Ns, M. Kep, CWCS selaku pembimbing yang
telah berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan.
7. Ibu Endah Setyaningsih, S. Kep. Ns, M. Kep selaku dewan penguji proposal
yang telah berkenan memberikan bimbingan.
8. Ibu Ike Mardiati Agustin S. Kep, Ns, M. Kep. Sp. Kep.J selaku dewan
penguji hasil yang telah berkenan memberikan bimbingan.
9. Ibu Nurlaila, S. Kep. Ns, M. Kep selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan
STIKES Muhammadiyah Gombong.
xii
10. Ibu Herniyatun, S. Kep. Ns, M. Kep, Sp. Mat selaku ketua STIKES
Muhammadiyah Gombong.
11. Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan.
Semoga bimbingan dan bantuan serta dorongan yang telah diberikan
mendapatkan balasan sesuai dengan amal pengabdiannya dari Allah SWT. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah Ini masih jauh dari
sempurna dan banyak terdapat kekurangan, mengingat keterbatasan pengetahuan
dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis berharap semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada
umumnya dan dibidang kesehatan pada khususnya.
Penulis
xiii
Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
KTI, Juli 2017
Siti Tohiroh1, Podo Yuwono2
ABSTRAK
Latar Belakang: Diabetes Melitus adalah suatu kelainan metabolik yang ditandai oleh
adanya hiperglikemia. Jumlah penderita diabetes di Indonesia menempati urutan ke empat
dunia. Luka diabetik merupakan salah satu komplikasi Diabetes Melitus yang sulit untuk
ditangani. Perawatan luka yang baik akan memprcepat proses penyembuhan luka. Madu
dan minyak zaitun saat ini telah banyak digunakan untuk perawatan luka diabetik.
Tujuan Umum: Mengetahui proses penyembuhan luka sebelum dan setelah dilakukan
perawatan luka dengan menggunakan madu dan minyak zaitun.
Metode: Karya Tulis ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dalam bentuk studi
kasus. Dimana penulis melakukan penerapan terhadap satu subyek dan nantinya akan
dinilai keberhasilannya.
Hasil: Setelah melakukan perawatan luka hasil yang diperoleh belum ada perubahan pada
luka. Hasil pengkajian luka menunjukkan Depth: lesi mencapai sub-kutan, Exudate:
Ringan, tidak perlu mengganti dressing setiap hari, Size: 4 cm2 - <16 cm2, Infection: tidak
ada, Granulation: granulasi sehat kurang dari 10%, Necrotic: terdapat jaringan nekrotik
lunak, Pocket: 4 cm2 - <16 cm2. Luas luka pada hari pertama adalah 13,37 cm2.
Sedangkan luas luka pada hari kedua menurun dari 13,37 cm2 menjadi 13,32 cm2
(menurun 0,05 cm2).
Rekomendasi: Madu dan minyak zaitun direkomendasikan untuk dressing pada luka.
Dengan hasil terjadi penurunan luas luka setelah dilakukan perawatan luka dengan madu
dan minyak zaitun.
1. Mahasiswa
2. Dosen
xiv
DIII Program of Nursing Department
Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong
Scientific Paper, July 2017
Siti Tohiroh1, Podo Yuwono2
ABSTRACT
1. Student
2. Lecturer
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) yang orang Indonesia bilang kencing manis
adalah suatu kelainan metabolik ditandai oleh adanya hiperglikemia yang di
sebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin atau keduanya.
Diabetes Melitus merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar baik di
Indonesia maupun di dunia.
Secara global, jumlah penderita Diabetes Melitus pada tahun 2011
telah mencapai 366 juta. Jika tidak ada tindakan yang berarti, jumlah ini
diperkirakan akan terus meningkat menjadi 552 juta pada tahun 2030 (IDF,
2011). Pada saat ini China menempati peringkat ke dua dengan penderita DM
sebanyak 98,4 juta dan diperkirakan akan mencapai 142,7 juta pada 2035.
Menurut survey yang dilakukan oleh World Health Organisation
(WHO), Indonesia menempati urutan ke empat dengan jumlah penderita
diabetes terbesar di dunia setelah India, China dan Amerika Serikat (Medan
Bisnis Daily, 2011). Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi penderita
diabetes mellitus di Indonesia akan meningkat pesat dalam 10 tahun terakhir
karena pada tahun 2000 jumlah penderita ada 8,4 juta dan meningkat jadi 21,3
juta orang pada tahun 2010. Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada
tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta
orang.
Provinsi Jawa Tengah melaporkan data penyakit tidak menular seperti
Diabetes Melitus (DM) dengan hasil 14,24% pada tahun 2013 serta hasil
penderita DM sebesar 16,53% pada tahun 2014. Prevalensi penyakit DM
menduduki peringkat ke-2 diantara penyakit tidak menular lainnya seperti
jantung, PPOK dan asma bronchial. Hasil tersebut didapatkan dari jumlah
kasus DM tergantung insulin 2013 sebesar 9.376 kasus dan DM yang tidak
tergantung insulin sebesar 142.925 kasus (Dinas Kesehatan Jawa Tengah,
1
2
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan dengan Penerapan Perawatan Luka
Dengan Menggunakan Madu Dan Minyak Zaitun Pada Pasien Diabetes
Melitus Dengan Kerusakan Integritas Jaringan?
Aftria Marizka Putri. 2014. Honey As A Topical Treatment For Diabetic Foot
Ulcers. J Majorityvol 3 No 7: 81.
Bryant A.R, Nix P.D. 2007. Acute & Chronic Wounds: Current Management
Concepts, Third Edition. St. Louis, Missouri. Mosby.
Corwin E.J 2009. Buku Saku Patofisiologi corwin. (E.K.Yudha, Ed) (3rd ver).
Jakarta:EGC.
Freeman A, May K & Wraight P. (2010). Honey: the bees' knees for diabetic foot
ulcers. Wound practice and research, 18 (3), 144-147. Diperoleh pada
tanggal 30 Juli 2017 dari http://www.awma.com.au/journal/1803_06.pdf
Guo S, Dipitrio LA. 2010. Factors affecting wound healing. J dent res. 89(3):219-
(29).
http://askep33.com/2016/02/25/sop-perawatan-luka-diabetes-melitus/diakses pada
13 Juni 2017.
http://medicastore.com/artikel/235/Waspadai_Komplikasi_Kaki_Diabetik.html
diakses pada tanggal 12 Juni 2017.
http://www.aryanto.id/artikel/id/1394/manfaat-minyak-zaitun-mampu-obati -luka-
diabetes/ diakses pada tanggal 14 Juni 2017.
http://www.medanbisnisdaily.com/news/arsip/read/2011/03/14/23754/penderita-
diabetes-melitus-capai-84-juta-orang/ diakses pada tanggal 13 Juni 2017.
Kartikaning Fezia. T dan Budiman Iwan. 2008. Efek Pemberian Minyak Zaitun
(Olea Europa) Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Mencit Jantan Galur
Swiss Webster. Fakultas Kedokteran: Universitas Kristen Maranatha.
Nurarif Amin Huda & Kusuma Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2. Jakarta:EGC.
Nursalam. 2011. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktik (2nd
Ed). Jakarta: Selamba Medika.
Oskouei T.E, Najafi M. 2012. Traditional and modern uses of natural honey in
human diseases: a review. Iranian Journal of Basic Medical sciences vol 16
No 6: 731-742.
Sudjatmiko G. 2011. Petunjuk Praktis Ilmu Bedah Plastic Rekonstruksi. 3rd ed.
Jakarta: Yayasan Khasanah Kebajikan. p. 144-7
A. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga ( KK ) : Tn. I (56 th)
2. Alamat dan Telepon : Wonosigro, Gombong
3. Pekerjaan KK : Buruh Pasir
4. Pendidikan KK : SD
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
N Nama J Hub Umur Pendidik Pekerja Imuni Ket
o K KK an an sasi
1. Ny.R P Istri 56 th SD IRT - Luka di kaki
sejak kurang
lebih 1 bulan
5. Sdr.A L anak 22 th SMA Swasta - Merantau
5. Genogram :
Keterangan :
: laki-laki : meninggal
: perempuan : klien
: menikah ----------- : tinggal serumah
6. Tipe Keluarga
Keluarga Tn.I merupakan keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
7. Suku
Keluarga Tn.I berasal dari suku Jawa
8. Status Sosek Keluarga
Keluarga Tn.I memiliki status social ekonomi rendah, dengan penghasilan
Rp.<1000.000; per bulan dan tidak menetap. Biaya kebutuhan di bantu oleh
anak-anaknya.
9. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Tn.I dan keluarga sering menghilangkan kejenuhan dengan menonton TV.
1 U
2
3 4
5 7
6
Keterangan:
D. Struktur keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Keluarga Tn.I sehari-harinya menggunakan bahasa jawa. Apabila ada
masalah dalam keluarganya di putuskan sendiri, karena anak-anaknya
merantau.
2. Struktur kekuatan keluarga
Tn.I menjaga keluarganya agar tetap baik dan harmonis, saling
mendukung satu sama lain atas kegiatan yang dilakukan. Dalam keluarga
pengambil keputusan oleh kepala keluarga.
3. Struktur peran
a. Tn.I berperan sebagai kepala keluarga, mencari nafkah bagi anggota
keluarganya
b. Ny.R berperan sebagai seorang istri, namun sejak sakit seluruh
pekerjaannya sebagai Ibu Rumah Tangga dilakukan oleh suami.
c. Sdr.A berperan sebagai anak dan saat ini sedang merantau.
4. Nilai dan norma budaya
Keluarga Tn.I masih mempercayai pak kyai (orang pintar) dalam
pengobatan sebeleum ke medis.
E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Keluarga Tn.I termasuk keluarga yang harmonis. Sesama keluarga saling
memperhatikan, menghormati, mendidik, saling memberikan kasih sayang
satu sama lain tidak ada pilih kasih.
2. Fungsi sosialisasi
Dalam keluarga Tn.I interaksi terjalin baik. Keluarga Tn.I jarang
berinteraksi dengan tetangganya.
3. Fungsi perawatan keluarga
a. Mengenal masalah keluarga
Tn.I dan keluarga mengetahui penyakit diabetes melitus yang di derita
oleh Ny.R. tetapi belum mengetahui tentang pengertian, tanda gejala,
penyebab, cara perawatan serta diit/ makanan yang dianjurkan untuk
diabetes melitus. Tn.I berpikir bahwa penyakit Ny.R karena faktor gaya
hidup.
b. Pengambilan keputusan mengenai tindakan kesehatan
Jika dalam keluarga ada yang sakit dan dianggap parah maka langsung
dibawa ke puskesmas maupun RS. Tetapi jika masih dianggap ringan
hanya dibelikan obat warung saja.
c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Tn.I mengetahui penyakit yang di derita Ny.R oleh karena itu sering
melakukan perawatan pada kaki Ny.R menggunakan air hangat dan saat
waktu kontrol Tn.I berusaha membujuk dan mengantarkan Ny.R.
d. Kemampuan keluarga dalam memelihara dan memodifikasi lingkungan
Kondisi lantai rumah agak kotor, kurang rapi, penataan ruang kurang
tepat dan serasi. Ventilasi kurang terutama ruang depan dan tengah.
Karena Ny.R tidak bisa melakukan perannya, maka diagantikan oleh
suaminya Tn.I. Tn.I mengatakan membersihkan rumah saat ada waktu
saja.
e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
Tn.I mengatakan apabila ada anggota keluarga yang sakit maka
memeriksakan ke puskesmas terdekat. Keluarga Tn.I sudah
mempercayai pengobatan medis/dokter.
4. Fungsi reproduksi
Tn.I memiliki 4 anak, 2 sudah berkeluarga dan 2 belum berkeluarga.
5. Fungsi ekonomi
Tn.I dan Ny.R mencukupi kebutuhan dengan penghasilan Tn.I sebagai
buruh pasir yang hanya pas-pasan dan saat ini sedang menganngur. Untuk
kebutuhan selebihnya di bantu oleh anak-anaknya.
H. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum :
Tn.I : composmentis, TD : 120/80 mmHg, N : 88x/menit, RR : 18x/
menit, GDS: 144 g/dL
Ny.s S composmentis, TD : 100/60 mmHg, N : 90x/menit, RR : 22x/
menit, GDS: Hi
b. Pemeriksaan fisik
No Nama Organ Tn.I Ny.R
Kepala Rambut panjang, lurus, Rambut panjang, lurus,
sedikit beruban, kulit sedikit beruban, kulit kepala
kepala bersih, tidak ada kotor, tidak ada massa dan
massa dan lesi lesi
Mata Konjungtiva ananemis, Konjungtiva anemis, sclera
sclera anikterik anikterik
Hidung Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada pembesaran
pembesaran polip polip
Mulut Gigi berkurang bibir Gigi berkurang, bibir kering
lembab, kehitaman
Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid
Dada Simetris, vocal fremitus Simetris, vocal fremitus
seimbang, tidak ada seimbang, tidak ada
wheezing, tidak wheezing, tidak
menggunakan otot bantu menggunakan otot bantu
pernapasan, tidak ada pernapasan, tidak ada nyeri
nyeri tekan tekan
Abdomen Perut cembung, tidak Perut datar, Tidak ada massa
ada massa dan lesi, tidak dan lessi, tidak ada nyeri
ada nyeri tekan tekan
Ekstremitas Tidak sianosis, tidak ada Terdapat ulkus di telapak
lesi dan massa, CRT< 3 kaki sebelah, terdapat 5
detik titik/lokasi luka, luka tampak
kemerahan, tidak ada
pus/nanah, balutan tampak
kotor, tidak ada bau pada
luka, kanan, CRT< 3 detik
ANALISA DATA
No Data Diagnosa
Keperawatan
1. DS : Kerusakan Integritas
- Ny.R dan keluarga mengatakan bahwa ada luka Jaringan (00044)
di telapak kaki kanan
- Ny.R dan keluarga mengatakan Luka sudah
diderita sejak 1 bulan yang lalu
- Ny.R dan keluarga mengatakan luka dirawat oleh
perawat Home Care
DO:
- Luka tampak kemerahan
- Balutan tampak kotor
- Tidak ada pus/nanah
- Tidak ada bau pada luka
- Ada 5 titik/lokasi luka
2. DS: Kesiapan
- Ny.R dan keluarga mengatakan belum Meningkatkan
mengetahui tentang penyakit Diabetes mellitus Pengetahuan (00161)
- Ny.R dan mengatakan ingin mengetahui
informasi tentang penyakit Diabetes Melitus
mulai dari pengetian, penyebab, tanda dan gejala,
cara perawatan kaki, dan diit/makanan yang
dianjurkan pada penderita Diabetes Melitus
DO:
- Keluarga dan Tn.I tampak bingung saat ditanya
tentang penyakit Diabetes mellitus
DS: Risiko jatuh pada
- Tn.I mengatakan saat ini Ny.R hanya bisa lansia (00155)
berbaring di tempat tidur, sesekali dibawa duduk
di luar
- Tn.I mengatakan saat ini seluruh pekerjaan
rumah dilakukan oleh Tn.I
- Tn.I mengatakan membersihkan rumah jika
sempat saja.
DO:
- Kondisi lantai rumah agak kotor, kurang rapi,
penataan ruang kurang tepat dan serasi.
- Ventilasi dan pencahayaan kurang terutama
ruang depan dan tengah.
- Jendela terlihat masih tertutup
- Kamar mandi masih bergabung dengan WC
- Perabotan rumah tangga terlihat berantkan
- Dapur masih berlantai tanah
SKORING DAN PRIORITAS MASALAH
1. Kerusakan Integritas Jaringan
No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah: 3 1 1 Tidak/kurang sehat karena
- Tidak/kurang sehat ada anggota keluarga yang
- Ancaman kesehatan mempunyai masalah
- Keadaan sejahtera kesehatan yaitu luka pada
telapak kaki karena penyakit
Diabetes Melitus
2. Kemungkinan masalah 1 2 1 Kontrol gula darah,
dapat diubah: pengaturan diit dan
- Mudah Perawatan luka dapat
- Sebagian mempercepat proses
- Tidak dapat penyembuhan luka
3. Potensi masalah untuk 2 1 4/3 Penyakit diabetes yang
dicegah: disertai dengan luka, proses
- Tinggi penyembuhan luka sangat
- Cukup sulit
- Rendah
4. Menonjolnya masalah: 2 1 1 Keluarga merasa masalah
- Masalah berat, harus tersebut harus segera
segera ditangani ditangani dengan
- Ada masalah tetapi perrawatan yang baik agar
tidak perlu ditangani luka tidak semakin
- Masalah tidak memburuk
dirasakan
Jumlah nilai 3 4/3
2. Kesiapan Meningkatkan pengetahuan
No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah: 3 1 1 Ancaman kesehatan, apabila
- Tidak/kurang sehat keluarga tidak mengetahui
- Ancaman kesehatan secara detail tentang
- Keadaan sejahtera penyakit Diabetes Melitus,
maka proses penyembuhan
luka akan lama
2. Kemungkinan masalah 1 2 1 Pemberian informasi melalui
dapat diubah: penyuluhan dapat
- Mudah mengurangi serta mencegah
- Sebagian komplikasi lebih banyak
- Tidak dapat
3. Potensi masalah untuk 1 1 1/3 Dengan mengetahui penyakit
dicegah: secara detail, maka keluarga
- Tinggi dapat mengontrol dan
- Cukup melakukan perawatan yang
- Rendah baik pada Ny.R
4. Menonjolnya masalah: 2 1 1 Keluarga merasa bahwa
- Masalah berat, masalah tersebut harus
harus segera ditangani agar keluarga dapat
ditangani memberikan perawatan yang
- Ada masalah tetapi baik.
tidak perlu ditangani
- Masalah tidak
dirasakan
Jumlah nilai 3 1/3
3. Risiko jatuh pada lansia
No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah : 2 1 2/3 Keadaan sejahtera, karena
- Tidak/kurang sehat belum pernah ada yang
- Ancaman kesehatan terjatuh di dalam rumah, Tn.I
- Keadaan sejahtera dan Ny.R nyaman berada di
rumah
2. Kemungkinan masalah 1 2 1 Penataan ruang dan
dapat diubah: pencahayaan yang cukup
- Mudah mengurangi resiko
- Sebagian kepleset/jatuh
- Tidak dapat
3. Potensi masalah untuk 1 1 1/3 Pemeliharaan lingkungan
dicegah: yang tepat dapat menecegah
- Tinggi tarjadinya kejadian jatuh.
- Cukup
- Rendah
4. Menonjolnya masalah: 0 1 0 Keluarga merasa masalah
- Masalah berat, tersebut belum perlu untuk
harus segera ditangani
ditangani
- Ada masalah tetapi
tidak perlu ditangani
- Masalah tidak
dirasakan
Jumlah nilai 2
Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan Integritas Jaringan
2. Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan
3. Risiko Jatuh Pada Lansia
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Jumat, 7 09.30 2 Memberikan motivasi untuk kontrol DS: Ny.R mengatakan tidak mau kontrol
Juli 2017 WIB karena obat habis DO: Ny.R tampak tidak mau dan angkuh
Memberikan obat pengontrol gula DS: Keluarga mengatakan sangat senang sudah
darah sesuai dengan resep dokter dibelikan obat
DO: Keluarga tampak senang, diberikan
glimepirid 2 mg dan aspilet
Sabtu, 8 10.30 1 Melakukan perawatan luka dengan DS: Ny.R mengatakan lebih nyaman
Juli 2017 WIB menggunakan madu dan minyak zaitun DO: Balutan tampak bersih, pengkajian luka
menunjukkan hasil : D: 3, E: 1, S: 6, I: 0, G: 5,
N: 3, P: 0. Luas masing-masing luka; L1: 4
cmx0,5 cm, L2: 0,2 cmx3,5 cm, L3: 5,0 cmx2,0
cm, L4: 0,1 cmx1,7 cm, L5: 0,5 cmx1,0 cm. luas
luka seluruhnya : 13,37 cm2
Minggu, 9 13.10 1 Melakukan perawatan luka dengan DS: Ny.R mengatakan belum ada perubahan
Juli 2017 WIB menggunakan madu dan minyak zaitun luka
DO: Belum ada perubahan pada luka, balutan
tampak bersih. pengkajian luka menunjukkan
hasil : D: 3, E: 1, S: 6, I: 0, G: 5, N: 3, P: 0. Luas
masing-masing luka; L1: 4 cmx0,5 cm, L2: 0,2
cmx3,5 cm, L3: 5,0 cmx2,0 cm, L4: 0,1 cmx1,7
cm, L5: 0,5 cmx0,9 cm. luas luka seluruhnya :
13,32 cm2
2 Memberikan informasi tentang diabetes DS: Keluarga mengatakan sekarang lebih tahu
Melitus meliputi pengertian, penyebab, tentang Diabetes Melitus dan akan melakukan
tanda dan gejala, cara perawatan kaki perawatan yang baik bagi Ny.R
serta diit/makanan yang dianjurkan DO: Keluarga sudah dapat menjelaskan kembali
pada penderita Diabetes Melitus tentang Diabetes Melitus
(piramida makanan diabetes)
3 Membantu keluarga dalam pengaturan DS: Keluarga mengatakan lebih nyaman dengan
dan penataan serta merapihkan ruangan keadaan rumahnya saat ini
DO: Rumah tampak lebih rapi
Minggu, 9 Juli 2 S:
2017 jam - Keluarga mengatakan sudah lebih mengetahui tentang penyakit Diabetes Melitus
16.00 WIB - Keluarga mengatakan merasa senang
O:
Keluarga mampu menjelaskan kembali tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta
makanan yang dianjurkan pada penderita Diabetes Melitus
A: masalah kesiapan meningkatkan pengetahuan teratasi
P: Hentikan Intervensi
Minggu, 9 Juli 3 S:
2017 jam - Keluarga mengatakan akan lebih memperhatikan kebersihan lingkungan
16.00 WIB - Keluarga mengatakan akan menjaga kerapihan rumah
O:
- Rumah terlihat lebih rapi dan bersih
- Jendela mulai dibuka
- Pencahayaan masih kurang
A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi (anjurkan keluarga untuk menjaga kebersihan rumah, anjurkan keluarga untuk
membuka jendela pada siang hari, anjurkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan Ny.R.
Lampiran 2
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Perawatan Luka Diabetik
A. Pengertian :
Perawatan yang dilakukan pada pasien yang mengalami ulkus diabetes
mellitus (DM).
B. Tujuan:
1. Mencegah timbulnya infeksi.
2. Membantu proses penyembuhan luka.
3. Agar pasien merasa nyaman
C. Peralatan :
1. Bak Instrumen yang berisi:
a. Pinset Anatomi 2 d. Kom: 2 buah
b. Gunting Debridement e. Deppers
c. Pinset Cirurgis 1
2. Peralatan lain terdiri dari :
a. Sarung tangan e. Verband
b. Plester atau perekat f. Bengkok: 2 buah, 1 buah
c. Desinfektant berisi larutan desinfektan
d. NaCl 0,9% g. Madu dan minyak zaitun
D. Prosedur pelaksanaan :
1. Tahap Pra Interaksi
a. Melakukan Verifikasi program sebelum proses tindakan
b. Mencuci tangan
c. Menempatkan alat di dekat pasien
2. Tahap Orientasi
a. Memberikan salam & menyapa nama pasien
b. Menjelaskan tujuan & prosedur tindakan pada keluarga/klien
c. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan perawatan luka dilakukan
E. Tahap Kerja
1. Membaca tasmiyah
2. Menjaga dan menjamin privacy
3. Mencuci tangan
4. Mengatur posisi pasien agar luka dapat terlihat dengan jelas
5. Memasang perlak
6. Mendekatkan bengkok
7. Membuka peralatan
8. Menggunakan sarung tangan
9. Membasahi plaster dengan alcohol & buka dengan memakai pinset
10. Membuka balutan lapis terluar
11. Membuka balutan lapis dalam
12. Menekan daerah luka untuk dapat mengeluarkan adanya pus
13. Melakukan debridement
14. Membersihkan luka dengan memanfaatkan cairan NaCl
15. Mengeringkan dengan kassa
16. Setelah luka bersih, tutup dengan kassa lembab yang sudah di campur
dengan madu dan minyak zaitun
17. Lalu tutup dengan kassa kering.
18. Memasang plester atau verband
19. Merapikan pasien
F. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat semua kegiatan dalam lembar/ catatan keperawatan.
Lampiran 3
FORM PENGKAJIAN LUKA DENGAN DESIGN–R
DEPTH
0 Tidak ada lesi dan kemerahan pada kulit 3 Lesi mencapai sub-kutan
1 Kemerahan menetap 4 Lesi mencapai
d D otot,tendon,dan tulang.
2 Lesi mencapai dermis 5 Lesi mencapai artikuler
atau rongga tubuh, atau
tidak mungkin di ukur.
U Tidak diketahui
EXUDAT E
0 Tidak ada
e 1 Ringan : Tidak perlu mengganti dressing
setiap hari E 6 Banyak : Perlu mengganti
3 Sedang : Perlu mengganti dressing setiap lebih dari 2 kali setiap
hari hari
SIZE
0 Tidak ada
3 Kurang dari 4 cm²
s 6 4 cm² - < 16 cm²
8 16 cm² -< 36 cm² S 15 ≥ 100 cm²
9 36 cm² - < 64 cm²
12 64 cm² -< 100 cm²
INFECTION
0 Tidak ada 3 Ada tanda-tanda infeksi
i I local
1 Demam,kemerahan,bengkak,dan nyeri 9 Demam sistemik
sekitar luka.
GRANULATION
0 Granulasi tidak bisa dikaji 4 Granulasi sehat mencapai
g 10% tetapi tidak lebih
G dari 50%.
1 Granulasi sehat mencapai 90% atau lebih 5 Granulasi sehat kurang
dari 10%.
2 Granulasi sehat mencapai 50% tetapi 6 Tidak ada granulasi
tidak lebih dari 90%.
NECROTIC
3 Terdapat jaringan
n 0 Tidak ada nekrotik N nekrotik lunak
6 Terdapat jaringan
nekrotik keras
POCKET
0 6 < 4 cm²
9 4 cm² -< 16 cm²
p P 12 16 cm² - < 36 cm²
24 >36 cm²
Catatan
:………………………………………………………………
Lampiran 4
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Tujuan Penyuluhan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan ini, keluarga dapat mengetahui tentang
penyakit Diabetes Melitus
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan ini, keluarga dapat :
a. Mngetahui pengertian diabetes melitus
b. Mengetahui penyebab diabetes melitus
c. Mengetahui tanda dan gejala diabetes melitus
d. Mengeetahui komplikasi diabetes melitus
e. Mengetahui cara perawatan diabetes melitus
f. Mengetahui makanan yang dianjurkan
3. Materi Penyuluhan
a. Pengertian pengertian diabetes melitus
b. Penyebab diabetes melitus
c. Tanda dan gejala diabetes melitus
d. Komplikasi diabetes melitus
e. Cara perawatan diabetes melitus
f. Makanan yang dianjurkan
4. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
5. Media
1. Lembar balik
2. Leaflet
6. Proses Kegiatan
Lampiran Materi
A. Pengertian
Diabetes Melitus ialah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan
ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel pada
insulin (Corwin, 2009). Diabetes adalah suatu penyakit yang dikarenakan
tubuh tidak mampu mengendalikan jumlah gula atau kadar glukosa dalam
darah. Hal ini menyebabkan hiperglikemia yaitu suatu keadaan dimana kadar
gula darah sangat tinggi (Setiabudi, 2008).
Diabetes Melitus atau DM merupakan kondisi hiperglikemia kronik
disertai beraneka kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang
menimbulkan beraneka komplikasi kronik yang terjadi pada mata, ginjal,
syaraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membrane basalis dalam
pemeriksaan dengan menggunakan sebuah mikroskop elektron (Mansjoer dkk,
2007). Diabetes Melitus Adalah keadaan tingginya kadar gula dalam darah/
kadar gula dalam darah melebihi batas normal.
B. Penyebab Diabetes Melitus
1. Keturunan
2. Faktor Makanan (Kebiasaan makan makanan yang mengandung gula,
lemak dan minyak
3. Aktivitas fisik yang kurang(Memicu peredaran darah tidak lancar)
4. Perubahan karena lanjut usia(Pada lansia terjadi penurunan hormone
termasuk hormone pankereas yang mengatur gula dalam darah
C. Tanda dan Gejala
1. Mudah kencing (akibat dari diuresis osmoticbila di ambang ginjal teradap
reabsobsi glukosa dicapai dan kelebihan glukosa keluar melalui ginjal).
2. Mudah lapar (disebabkan oleh peningkatan kebutuhan energi dan
perubahan sintesis protein dan lemak)
3. Mudah haus (disebabkan karena dehidrasi dan poliuria)
4. Kesemutan
5. Pandangan mata kabur
6. Mudah lelah
7. Penurunan berat badan
D. Komplikasi Diabetes Melitus
1. Penyakit Jantung
2. Gagal Ginjal
3. Kerusakan retina mata
4. Stroke
5. Luka yang sulit disembuhkan
E. Cara Perawatan Diabetes Melitus
1. Pengaturan makanan (jumlah makanan yang dimakan, jadwal makan harus
teratur, jenis makanan yang dimakan)
2. Latihan jasmani/olahraga (untuk memperlancar aliran darah)
3. Perawatan kaki (menghindari dari perlukaan kaki)
4. Minum obat secara teratur
5. Kontrol kadar gula darah (memantau kadar gula darah )
F. Diit bagi penderita Diabetes Melitus
1. Kurangi makanan yang mengandung gula, minyak dan lemak
2. Hindari konsumsi makanan yang tinggi lemak dan yang mengandung
banyak kolesterol ,seperti daging merah, produk susu, kuning telor dan
mentega
3. Kurangi konsumsi garam
4. Perbanyak konsumsi makanan yang banyak mengadung serat seperti
sayuran dan sereal
Suatu keadaan tingginya kadar gula dalam
darah / kadar gula dalam darah melebihi batas
normal.
1. P e n g a t u r a n Manfaat perawatan
makanan ( jumlah kaki dengan air hangat
makanan yang adalah dengan air
dimakan, jadwal
hangat dan bersih maka kulit kaki akan
makan harus
teratur, jenis makanan yang segar dan aliran darah lancar akibat
dimakan ) pengaruh air hangat
2. Latihan jasmani/
Olahraga ( untuk Kaos kaki
memperlancar Kaos kaki sebaiknya
aliran darah ) berasal dari bahan katun
3. Perawatan kaki
yang dapat menyerap
( menghindari 1. Kurangi makanan yang mengandung gula,
dari perlu- keringat . Tebalnya kaos kaki harus
minyak san lemak
kaan kaki ) sesuai dengan sepatu yang dipakai dan
4. Minum obat 2. Hindari konsumsi makanan tinggi lemak jangan terasa sempit sehingga telapak
secara tera- dan yang mengandung banyak kolesterol kaki kurang bergerak dan akibatnya kaki
tur seperti daging merah, produk susu,
mudah bengkak dan sakit
5. Kontrol kadar gula darah ( me- kuning telur, mentega
mantau kadar gula darah ) 3. Kurangi kpnsumsi garam
Edy Siswantoro
Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Dian Husada Mojokerto
Email : edy.aryaboy@gmail.com
ABSTRAK
Diabetes melitus (DM) atau biasa yang disebut penyakit kencing manis
merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah
(gula darah) melebihi nilai normal yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih
dari 200 mg/dL, dan kadar gula darah puasa diatas atau sama dengan 126 mg/Dl.
Gangren diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitaman dan berbau busuk
akibat sumbatan yang terjadi pembuluh darah sedang atau besar di tungkai dan
luka gangren merupakan salah satu komplikasi kronik Diabetes Mellitus. Metode
penelitian pre-experimental dengan rancangan one group pretest-posttest design.
Didapatkan 30 pasien dengan luka gread II, III. IV, menggunakan teknik Purposive
Sampling. Instrumen perawatan luka metode modern dressing menggunakan madu
adalah SOP dan lembar observasi untuk penyembuhan luka. Data diolah dengan
proses editing, coding, skoring, tabulating. Berdasarkan analisa data menggunakan
uji Wilxocon yang didasarkan taraf kemaknaan yang ditetapkan α ≤ 0,05. Hasil
penelitian ini adalah proses penyembuhan luka sebelum dilakukan perawatan luka
metode modern dressing menggunakan madu yang diukur dari tingkat gread luka
yaitu gread II (23,3%), gread III (46,7%), gread IV (30,0%). Dan proses
penyembuhan luka sesudah dilakukan perawatan luka metode modern dressing
menggunakan madu yang diukur dari tingkat gread luka yaitu gread II (46,7%),
gread III (36,7%), gread IV (16,7%). Uji Wilxocon diketahui p= 0,001<0,05. Dapat
disimpulkan bahwa perawatan luka diabetik metode modern dressing menggunakan
madu berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka. Perawat bisa
menggunakan sarana madu sebagai alternatif lain dalam perawatan luka karena
madu sebagai agen perawatan luka memiliki efektifitas yang baik dalam proses
penyembuhan luka.
Hal 112
Jurnal Keperawatan & Kebidanan – Stikes Dian Husada Mojokerto
Hal 113
Jurnal Keperawatan & Kebidanan – Stikes Dian Husada Mojokerto
Hal 114
Jurnal Keperawatan & Kebidanan – Stikes Dian Husada Mojokerto
American Diabetes Association, Data from the Potter, P.A., dan Perry, A.G. 2005. Buku Ajar
National Diabetes Statistics Report, Fundamental Keperawatan: Konsep,
2014 Proses, dan Praktik. Edisi 4. Alih
Bansal et al. 2005. ”Honey-A Remedy Bahasa oleh Renata Komalasari et al.
Rediscovered and Its Therapeutic Jakarta: EGC.
Utility”. Kathmandu University Medical
Journal. Vol 3 (3): 305-309. Rostita. 2008. Berkat Madu Sehat, Cantik dan
Penuh Vitalitas. Bandung: Qanita.
Dinas Kesehatan Jawa Timur. 2010. Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2010. Situmorang, L.L. 2009. “Efektivitas Madu
Surabaya: Dinas Kesehatan Jawa terhadap Penyembuhan Luka Gangren
Timur. Diabetes Mellitus di RSUP H. Adam
Malik Medan”. TidakDiterbitkan. Skripsi.
Dinas Kesehatan Jawa Timur. 2012. Profil Sumatera Utara: PSIK FK Universitas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2012. Sumatera Utara.
Surabaya: Dinas Kesehatan Jawa
Timur. Smeltzer, S.C., dan Bare, B.G. 2002. Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Dr. Suranto Adji, 2007. Terapi Madu. Jakarta:
Penebar Swadaya. Subrahmanyam, M. 1998. “A Prospective
Randomize Clinical and Histological
Haviva, A.B. 2011. Dahsyatnya Mukjizat Madu Study of Superficial Burn Wound
untuk Kesehatan, Kecantikan, dan Healing with Honey and Silver
Kecerdasan. Jogjakarta: DIVA Press. Sulfadiazine”. Journal of International
Society for Burn Injuries. Vol 24 (2).
Jeffrey, A.E., dan Echazaretta, C.M. 1997.
“Medical Uses of Honey”. Rev Biomed. Suguna, L., et al. 1993. “Influence of Honey
Vol 7: 43-49. on Collagen Metabolism During Wound
Healing in Rats”. J. Clin. Biochem. Nutr.
Maryani, A., Gitarja, W.S., dan Ekaputra, E. Vol 14: 91-99.
2011. Metode Perawatan Luka. Dalam:
Seminar Nasional Keperawatan, 13 Walidan Saloom. 1999. “Effect of Topical
November 2011. PSIK Universitas Honey on Post-Operative Wound
Jember. Infection Due to Gram Positive and
Hal 115
Jurnal Keperawatan & Kebidanan – Stikes Dian Husada Mojokerto
Hal 116
Wounds UK
Reprint | Volume 9 | Issue 1
Efficacy of medical-grade
honey as an autolytic
debridement agent
KEY WORDS Background: The All Wales Tissue Viability Nurses Forum provides a platform
Autolytic debridement for sharing information and experience, and fosters collaborative work between
Malodour control
Medical-grade honey
its members, healthcare organisations, communities, and individuals. The Forum
worked with Welsh Health Supplies to produce an All-Wales Wound Management
Contract, which includes a range of honey-based dressings. Aims: In order to gain
clinical experience of honey, and to access its effectiveness as a wound debriding agent,
the Forum evaluated a case series of honey dressings. Methods: Patients with chronic
wounds that contained slough and/or necrotic tissue in which honey dressings were
being used were recruited on three consecutive dressing changes. Results: Honey
dressings in this case study achieved partial or total autolytic debridement in the
majority of wounds. Additional advantages, such as a reduction in wound exudate,
malodour, and pain, as well as the stimulation of new tissue growth, were noted.
C
linicians have knowledge, skill, and antimicrobial properties. The hydrogen peroxide
experience of the wound debridement activates proteases through oxidation, which aids
methods and products available to them. To debridement, enhances cutaneous blood flow in
enable them to make informed decisions on which ischaemic tissues, stimulates new tissue growth, and
wound debridement processor product is the most forms free radicals, giving honey anti-inflammatory
appropriate, it is essential that clinicians have access properties (Molan, 2005).
to clinical and cost-effectiveness data. However, A growing body of evidence demonstrates the
the lack of robust evidence to support wound care effectiveness of medical-grade honey in wound
products is well documented (Gottrup et al, 2010). management. These properties include: management
The case studies presented here were undertaken of local infection (Cooper et al, 2001; Ahmed et al,
by the All Wales Tissue Viability Nurse Forum 2003; Vandeputte and Van Waeyenberge, 2003), rapid
(AWTVNF) and enabled the Forum to gain direct deodorising of wounds (Kingsley, 2001; Molan, 2002;
experience using honey as an autolytic debriding Stephen-Haynes, 2004), promotion of autolytic
agent, evaluate its effectiveness, and achieve positive debridement (Subhramanyam, 1998; Stephen-
clinical outcomes for patients involved. Haynes, 2004), stimulation of new tissue growth,
and promotion of granulation (Hejase et al, 1996;
What is Medical-Grade Honey? Subrahmanyam 1998).
JULIE EVANS Honey is a composition of water and sugars in the Given current concerns regarding growing levels
Tissue Viability Nurse,
form of glucose, fructose, protein, fatty acids, trace of microbial resistance to traditional antimicrobial
Abertawe Bro Morgannwg
University Health Board, minerals, and vitamins (White, 1978). By a process of agents, the broad-spectrum antimicrobial action
Swansea, UK evaporation and enzymatic action, sugar molecules of medical-grade honey is noteworthy. More than
bind to water molecules, denying microbes access 80 microbe species have been shown to be
KIRSTY MAHONEY to water (Cooper, 2005). Furthermore, enzymes inhibited by honey, including methicillin-resistant
Clinical Nurse Specialist
convert glucose to glucose acid, making the honey Staphylococcus aureus and Bacillus subtilis. To date,
in Wound Care, Cardiff and
Vale University Health Board, too acidic for microbes to grow in. This enzymatic there have been no reported examples of microbial
Cardiff, UK reaction also forms hydrogen peroxide which has resistance to honey (Cooper and Gray, 2012).
30
Wounds UK | Vol 9 | No 1 | 2013
80
evaluation; however, healing was achieved in 50% 70
Necrotic tissue (%)
70
of patients. At the start of the evaluation, 81% of 6060
wounds had ≤ 20% granulation tissue in the wound 5050
bed. By the end of the evaluation, 50% of wounds 4040
had ≥ 61% granulation tissue in the wound bed. 3030
2020
Malodour 1010
Some 40% of patients experienced wound 00
1 21 3 24 5 3 6 74 8 59 10 6 11 127 13 814 15
malodour. By evaluation end clinicians reported
Patient
Patient number
number
complete elimination of malodour in 81% and a % Start
Start
noticeable reduction in 19%. End
% End
100
Pain Figure 2. Percentage
90 of necrotic tissue at the start and end of the study.
Pain was assessed using a visual analogue scale from 80
Slough (% of wound bed)
experienced a reduction in exudate levels (Figure 7). Figure 3. Percentage of slough at the start and end of the study. End
33
Wounds UK | Vol 9 | No 1 | 2013
80
reductions in malodour, exudate levels, pain, and
60 the stimulation of tissue growth.
40
31.7 Autolytic debridement
20 days This evaluation considered the autolytic
0 debridement properties of honey on devitalised
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 tissue within wounds of different aetiologies. The
Patient ID number results showed that medical-grade honey could
achieve complete autolytic debridement in an
average of 31.7 days. Overall, honey as an agent for
debridement was considered effective in wounds
that contained ≥40% devitalised tissue.
Debridement is recognised to be an essential
process in achieving wound healing in chronic
wounds (Wolcott et al, 2009). Devitalised tissue
(a) (b) needs to be debrided rapidly as it acts as a reservoir
of potential infection. Debridement is also
necessary to ascertain the extent of a wound, which
will influence further management. Evidence to
support the effectiveness of the various methods of
debridement gained from randomised controlled
trials (RCTs) is inadequate (Leaper, 2002). Such
(c) (d) was the case for medical-grade honey, as clinical
evidence obtained before 2000 was based on the use
of generic honeys and not on sterile, medical-grade
honey (Moore et al, 2001). In more recent years
the effectiveness of medical-grade honey has
been demonstrated with robust research on
medical-grade honey products designed specifically
for wound management (Misirlioglu et al, 2003;
(e) (f)
Vandeputte and Van Waeyenberge, 2003; White
and Molan, 2005; Gethin and Cowman, 2008).
There is now a growing body of evidence that
Figure 5. (a–b) Category IV supports the use of medical-grade honey as an
pressure ulcer at the beginning effective autolytic debriding agent (Subrahmanyam
and end of treatment with 1998; Stephen-Haynes, 2004; Molan, 2005).
Algivon®. (c–d) Leg ulceration
Honey promotes debridement by autolysis
at the beginning and end of (g) (h)
and creates a moist wound environment due to
treatment with Activon Tulle®.
its high osmotic properties (Cooper et al, 2001).
(e–f) Category IV pressure ulcer
at the beginning and end of
There have been several studies that highlight the
treatment with Activon Tube®. effectiveness of honey as a debriding agent (Gray
(g–h) Category IV pressure ulcer and White, 2005; Balser et al, 2007). Gethin and
at the beginning and end of Cowman (2009) compared honey to hydrogel in
treatment with Activon Tube®. 108 patients with leg ulcers that had > 50% slough
and found honey to be a superior debriding agent. sacrum), the patient’s general health deteriorated
The present evaluation demonstrated a high level of and they became dehydrated. The patient died
debridement with 67% of necrotic wounds reaching shortly after the final data, suggesting that end of life
100% and a reduction in slough in 90% of wounds changes may have potentially influenced the ability
containing slough. of the patient’s skin to repair (Sibbald et al, 2010).
In 13% of patients in the present evaluation,
debridement was unsuccessful. In these cases liquid Pain
honey was used with a secondary foam dressing, In the present study, 71% of patients reported a
which might have caused the honey to be absorbed reduction in pain. It has been suggested that honey
into the dressing taking it away from the wound bed used on wounds may be painful due to its acidity
and therefore limiting its debridement potential. (Al-Swayeh and Ali, 1988) and osmotic action.
Another consideration is that the eschar may have The type of honey used may also influence pain
been too dehydrated to allow absorption of the experienced (Betts, 2009).
honey (Romanelli, et al, 2010). Scoring the eschar In an RCT undertaken by Jull et al (2008)
may enable the honey to penetrate and facilitate the pain increased in 25% of patients who used
debridement process. These factors may be related alginate-impregnated honey dressings. Dunford
10
to individual clinician inexperience. and Hanano (2004) and Gethin and Cowman
9
In one case (unstaged pressure ulcer to the (2008) disagreed with these findings, reporting
8 no difference in pain levels between patients with
10 7 venous legs ulcers treated with honey compared
9 6 with a control group. Dunford and Hanano
Pain score
8 5
(2004) concluded that the pain experienced by
7
patients within the study was possibly due to
4
6
infection, ulcer size, or chronicity rather than the
3
Pain score
honey dressings.
5
2
4
1 Malodour
3 0 Malodour is common in chronic wounds due
2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
to the presence of bacteria within the wound
Patient number
1 Start (Bowler et al, 1999). Odour is caused by bacteria
0 End metabolising amino acids, which release
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
malodourous ammonia and sulphur compounds
Patient number
Start
(White and Molan, 2005).
End
Figure 6 Wound pain scores at the start and end of the study. Honey reduces malodour in two ways. First, it
reduces bacterial load within the wound (Cooper
and Jenkins, 2009; Cooper and Gray, 2012). Second,
Mid point of the evaluation End of the evaluation
the glucose within the honey is metabolised by
5% the bacteria in preference to the amino acids;
19% meaning that malodourous compounds are not
33% released as a result (White and Molan, 2005).
38%
Clinicians reported total eradication of malodour
in 81% of patients in the present evaluation. This is
76% supported by findings of other authors (Kingsley,
29%
2002; Gethin and Cowan, 2005).
Increased Increased
Decreased Decreased Granulation
Same Same In the present study ≥50% of wounds had at
least 61% of granulation tissue by study end,
Figure 7. Wound exudate scores at the midpoint and end of the study. with some achieving 100% granulation. Other
35
WoundsUK|Vol9|No1|2013
authors report similar effects of honey in Bowler PG, Davies BJ, Jones SA (1999) Microbial involvement in chronic wound “Clinicians can
stimulating tissue growth (Molan, 2002; White malodour. J Wound Care 8 (5): 216–8
Cooper R (2005) The antibacterial activity of honey. In: White R, Cooper R, Molan P
feel confident using
and Molan, 2005). Honey has been shown to (eds) Honey: A Modern Wound Management Product. Wounds UK, Aberdeen:
24–32
medical-grade
be effective in restarting the healing process of
Cooper RA, Molan PC, Krishnamoorthy L et al (2001) Manuka honey used to heal a honey products.”
chronic wounds (Tur et al, 1995). It is suggested recalcitrant surgical wound. Eur J Clin Microbiol Infect Dis 20(10): 758–9
that the effect of stimulating angiogenesis Cooper RA, Jenkins L (2009) A Comparison between medical grade honey and table
honeys in relation to antimicrobial efficacy. Wounds 21(2): 29–36
is due to the anti-inflammatory properties Cooper R, Gray D (2012) Is Manuka honey a credible alternative to silver in wound
of honey and its ability to decrease oedema, care? Wounds UK 8(4): 54–63
consequently decreasing pressure on capillaries, Dunford CE, Hanano R (2004) Acceptability to patients of a honey dressing for non-
healing venous leg ulcers. J Wound Care 13(5): 193–7
improving blood flow and oxygen supply to European Pressure Ulcer Advisory Panel, National Pressure Ulcer Advisory
the wound (Kaufman et al, 1985). This effect Panel (2009) Treatment of Pressure Ulcers: Quick Reference Guide. NPUAP,
Washington DC
may be amplified by honey’s stimulation of the Gethin G, Cowman S (2005) Case series of the use of Manuka honey in leg ulcers. Int
growth of fibroblasts, the action of the hydrogen Wound J 2(1): 10–5
Gethin G, Cowman S (2008) Bacteriological changes in sloughy venous ulcers treated
peroxide-enhancing cutaneous blood flow in with manuka honey or hydrogel: an RCT. J Wound Care 17(6): 241–7
ischaemic tissues, and the stimulation of cytokine Gethin G, Cowman S (2009) Manuka honey vs hydrogel – a prospective, open label
production by leukocytes (Molan, 2005). multicentre, randomised controlled trial to compare desloughing efficacy and
healing outcomes in venous ulcers. J Clin Nurs 18(3): 466–74
Gottrup F, Apelqvist J, Price P (2010) Outcomes in controlled and comparative
Conclusion studies on non-healing wounds: recommendations to improve the quality of
evidence in wound management. J Wound Care 19(6): 237–68
A larger study is required to confirm the Gray D, White R (2005) Mesitran ointment case studies. Wounds UK 1(Suppl3): 32–5
findings reported here. However, the case studies Hejase MJ, Simonin JE, Bihrle R et al (1996) Genital Fournier’s gangrene: experience
with 38 patients. Urology 47(5): 734–9
presented suggest that the use of medical-grade
Jull A, Walker N, Parag V et al (2008) Randomised clinical trial of honey-impregnated
honey preparations were effective with 87% of dressings for venous ulcers. B J Surg 95(2): 175–82
wounds achieving a high percentage of autolytic Kaufman T, Eichenlaub EH, Agel MF et al (1985) Topical acidification promotes
healing of experimental deep partial thickness skin burns: a randomized double-
debridement of devitalised tissue. Medical-grade blind preliminary study. Burns 12(2): 84–90
honey should be considered as an effective option Kingsley A (2001) The use of honey in the treatment of infected wounds: case studies.
Br J Nurs 10 (Suppl 22): 13– 20
for autolytic debridement. These case studies also
Leaper D (2002) Sharp technique for wound debridement. Available at: http://bit.
suggest that medical-grade honey is multifaceted ly/12jEvgu (accessed 14.02.2013)
in its action in wound management with observed Misirlioglu A, Eroglu S, Karacaoglan N et al (2003) Use of honey as an adjunct in the
healing of split-thickness skin graft donor site. Dermatol Surg 29(2): 168–72
reductions in exudate, pain, malodour, and the Molan P (2002) Re-introducing honey in the management of wounds and ulcers –
stimulation of granulation tissue. theory and practice. Ostomy Wound Manage 48(11): 28–40
Molan P (2005) Mode of action. In: White R, Cooper R, Molan P (eds) Honey:
It was identified that clinical knowledge of the A Modern Wound Management Product. Wounds UK, Aberdeen: 1–23
actions of medical-grade honey and its optimum Moore OA, Smith LA, Campbell F et al (2001) Systematic review of honey as a wound
dressing. BMC Complem Alt Med 1(2): 1
application could have been improved to ensure
Nelson EA (2000) The use of case reports in wound care. J Wound Care 9(1): 23–6
appropriate use. If the study was repeated, Romanelli M, Vowden K, Weir D (2010) Exudate management made easy. Wounds
clinician education would need to be included. International 1(2). Available at: http://bit.ly/XE9IY4 (accessed 14.02.2013)
Sibbald RG, Krasner DL, Lutz JB (2010) SCALE: Skin changes at life’s end final
Clinicians can feel confident using medical- consensus document. Adv Skin Wound Care 23(5): 225–36
grade honey products. The present cases suggest Stephen-Haynes J (2004) Evaluation of honey-impregnated tulle dressing in primary
care. Br J Community Nurs 9 (Suppl6): 21–7
clinical effectiveness and substantiate
Subrahmanyam M (1998) A prospective randomised clinical and histological study
manufacturers’ claims. Wuk of superficial burn wound healing with honey and silver sulfadiazine. Burns 24(2):
157–61
Tur E, Bolton L, Constantine BE (1995) Topical hydrogen peroxide treatment of
References ischemic ulcers in the guinea pig: blood recruitment in multiple skin sites. J Am
Ahmed AK, Hoekstra MJ, Hage J et al (2003) Honey-medicated dressing: Acad Dermatol 33 (2 Pt 1): 217–21
transformation of an ancient remedy into modern therapy. Ann Plast Surg 50(2): Vandeputte J, Van Waeyenberge P (2003) Clinical evaluation of L-Mesitran – a honey
143–7 based wound ointment. Eur Wound Manage J 3(2): 8–11
Al-Swayeh OA, Ali AT (1998) Effect of ablation of capsaicin-sensitive neurons on Vuolo J (2009) Wound Care Made Incredibly Easy. Lippincott and Wilkins, London
gastric protection by honey and sucralfate. HepatoGastroenterology 45(19): White JW Jr (1978) Honey. Adv Food Res 24: 287–375
297–302 White R, Molan P (2005) A summary of published clinical research on honey
Betts J (2009) Guidelines for the clinical use of honey in wound care. In: White R, in wound managment. In: White R, Cooper R, Molan P. (eds) Honey:
Cooper R, Molan P (eds) Honey in Modern Wound Management. Wounds UK, A Modern Wound Management Product. Wounds UK, Aberdeen: 130–42
Aberdeen: 80–90 Wolcott RD, Kennedy JP, Dowd SE (2009) Regular debridement is the main
Blaser G, Santos K, Bode U et al (2007) Effect of medical honey on wounds colonised or tool for maintaining a healthy wound bed in most chronic wounds.
infected in MRSA. J Wound Care 16(8): 325–8 J Wound Care 18(2): 54–6
ABSTRAK
Penyembuhan luka merupakan upaya jaringan yang mengalami jejas untuk mengembalikan
fungsi normal dan integritas struktural setelah trauma. Berbagai obat digunakan untuk
mempercepat penutupan luka, salah satu contohnya yaitu minyak zaitun (Olea europa).
Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah minyak zaitun dapat mempercepat penyembuhan
luka.
Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik sungguhan. Hewan percobaan yang
digunakan adalah 25 ekor mencit jantan galur Swiss webster dengan luka insisi 20 mm pada
punggung mencit dan dibagi dalam 5 kelompok. Kelompok A diberi Extra Virgin Olive Oil,
kelompok B diberi Pure 100% Olive Oil, kelompok C diberi Olive Pomace Oil, kelompok D
diberi povidone iodine, dan kelompok E diberi NaCl 0.9%. Pengobatan dan pengukuran
panjang luka dilakukan setiap hari selama tujuh hari, selanjutnya pada hari ketujuh jaringan
kulit diambil dan diperiksa secara mikroskopis. Analisis data memakai ANAVA satu arah
dilanjutkan post hoc Least Significant Difference (LSD) dengan nilai α yaitu 5%.
Dari hasil percobaan didapatkan bahwa efektivitas tertinggi kelompok EVOO pada hari
ketiga. Efektivitas tertinggi PURE pada hari pertama. Efektivitas tertinggi POMACE pada hari
keempat. Uji statistik menunjukan kelompok EVOO dan POMACE, terdapat perbedaan
signifikan dengan kelompok povidone iodine 10% (p<0.05), maupun kelompok NaCl 0.9%
(p<0.05). Kelompok POMACE efektif terhadap reepitelialisasi dan penurunan
polimorfonukelar. Simpulan, olive oil dapat mempercepat penyembuhan luka.
ABSTRACT
Wound repair is the effort of injured tissues to restore their normal function and structural
integrity after injury. Various remedies are used to fasten healing wound, recently alternative
therapy have become a choice, one of them is olive oil.This study aims to determine whether
olive oil can accelerate wound healing.
This study is a real experimental laboratory. 25 Male mice used for this study were divided
into 5 groups. The A group was given Extra Virgin Olive Oil, the B group was given Pure
100% Olive Oil, the C group was given Olive Pomace Oil, the D group was given 10%
povidone iodine, and the E group was given 0.9% NaCl. Wound treatment and length
measurements performed daily for seven days and skin specimen would be taken on the
sevnth day and tested microscopically. The data was analyzed by one way ANOVA and post
hoc Least Significant Difference (LSD) α value = 5%
The results showed that EVOO most effective at day third, PURE most effective at day one,
POMACE most effective on day fourth. Statistical test showed that the group EVOO and
POMACE are significantly difference with 10% povidone iodine group (p<0.05) and 0.9%
NaCl group (p<0.05). POMACE are effective on reepithelialization and reduction of
polimorfonuclear cell. Conclusion of this study is olive oil can accelerate wound healing.
Tabel 4.9 Hasil ANOVA hari ke-lima Dari hasil statistik ANOVA
Sum of Mean menunjukkan tidak terdapat perbedaan
df Sig.
Squares Square yang signifikan antara minimal 2
Between kelompok perlakuan (p>0.05). Hasil
,764 4 ,191 ,017
Groups ANOVA tidak dilanjutkan dengan LSD.
Within
1,908 35 ,055
Groups
Total 2,671 39
2. Dunn, D. L., & Phillips, J. (2005). 10. Cicerale, S., Lucas, L., & Keast, R.
Wound Closure Manual. Wound (2010, February 2). Biological Activities
Closure Manual , 7-13. of Phenolic Compounds Present in
Virgin Olive Oil. International Journal
3. Leong, M., & Phillips, L. G. (2012).
of Molecular Science , 458-479.
Wound Healing. Dalam R. D. Courtney
M. Townsend, Sabiston Textbook of 11. Farooqui, A. (2012). Phytochemical ,
Surgery : The Biological Basis of Signal Transduction & Neurological
Disorder. New York, United States of
America: Springer Science & Business
Media.