ID Pengembangan Modul Pembelajaran Suhu Dan
ID Pengembangan Modul Pembelajaran Suhu Dan
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas modul yang dikembangkan untuk meningkatkan
minat belajar siswa, mengetahui keunggulan dan kelemahan modul dan keterlaksanaan pembelajaran
dengan modul. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan dan desain
penelitian untuk menguji efektifitas adalah one group pre-test and post-test design. Populasi penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas X Peminatan MIPA SMA N 1 Peusangan dan kelompok sampel
ditentukan dengan teknik random sampling. Data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah data
penilaian modul oleh ahli materi, ahli media, guru dan siswa, data pengukuran minat belajar siswa
sebelum dan setelah pembelajaran dengan modul, data hasil observasi kegiatan pembelajaran siswa
dan informasi dari hasil wawancara dengan guru tentang pelaksanaan pembelajaran dengan modul.
Efektivitas modul ditentukan melalui uji statistik t berkorelasi untuk gain rata-rata minat belajar siswa.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara minat belajar siswa sebelum dan
setelah penerapan modul. Analisis terhadap keunggulan dan kelemahan modul didapatkan bahwa
modul dapat menciptakan pembelajaran aktif dengan pendekatan ilmiah bagi siswa tetapi harus
didukung oleh peran serta guru dan kelengkapan fasilitas sehingga proses pembelajaran dapat
terlaksana dengan baik. Tingkat keterlaksanaan pembelajaran dengan modul adalah sangat baik.
Kata Kunci : pengembangan modul, pembelajaran berbasis masalah, minat belajar siswa, suhu dan
kalor
Abstract
This study aims to determine the module effectiveness that was developed to increase student interest,
the strengths and weaknesses of the module, and the module feasibility. The research method used is
research and development and the design research to test the effectiveness is one group pre - test and
post - test design. The study population were the students of class X Specialization Mathematics and
Science at SMA N 1 Peusangan and sample groups were determined by random sampling technique.
Data collected from this study are data module assessment by matter specialists, media specialists,
teachers and students, student interest measurement before and after learning module, the learning
activities of students observation and information from interviews with teachers about the
implementation module in learning. Module effectiveness is determined by correlates t- test statistic
average gain student interest. The results showed a significant difference between students 'interest
before and after module implementation. Analysis of module strengths and weaknesses was found that
the module can create active learning for students with a scientific approach but must be supported by
teachers’ participation and completeness of the facilities, so that the learning process performing
well. The level of feasibility module study is very good.
Keywords : module development, problem-based learning, student interest, temperature and heat
PENDAHULUAN
Pergantian kurikulum dari kurikulum kurikulum 2013 membawa sejumlah
tingkat satuan pendidikan (KTSP) menjadi perubahan pada standar kompetensi lulusan
Izkar Hadiya: Pengembangan Modul Pembelajaran Suhu Dan Kalor.....| 81
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 81-92, 2015
http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi
(SKL), standar proses, standar isi dan dengan masalah kontekstual yang tidak
standar penilaian. Kurikulum 2013 menuntut terstruktur dan siswa diminta untuk
semua mata pelajaran harus diajarkan menemukan solusi dari permasalahan
dengan pendekatan ilmiah dan penilaian tersebut (Rhem, 1998). Selain itu, siswa
hasil belajar harus berbasis kompetensi yaitu dapat mengembangkan keterampilannya
meliputi kompetensi sikap, keterampilan dan dalam menyelesaikan masalah secara efektif
pengetahuan berdasarkan proses dan hasil. seperti kemampuan menerapkan strategi
Perubahan tersebut menuntut perlunya meta kognitif, penalaran yang tepat dan
pengembangan bahan ajar yang sesuai mengembangkan self-directed serta
dengan standar kurikulum 2013. keterampilan belajar untuk waktu yang lama
Modul merupakan salah satu bahan dan menjadi kolaborator dalam tim kerja
ajar yang sesuai dengan standar kurikulum (Barrow & Kelson dalam Hmelo Silver,
2013 karena modul menurut Departemen 2004). Pembelajaran berbasis masalah juga
Pendidikan Nasional (2008) memiliki memungkinkan siswa belajar secara aktif
sejumlah keunggulan dibandingkan buku dan siswa lebih bertanggung jawab terhadap
teks yaitu modul merupakan media hasil belajar mereka (Hmelo & Ferrari,
pembelajaran yang dapat dipelajari secara 1997). Sejumlah penelitian juga
mandiri oleh siswa dan dapat memecahkan membuktikan adanya keterkaitan antara
kesulitan siswa dalam belajar. Pembelajaran pembelajaran berbasis masalah dengan
dengan modul menyediakan kegiatan peningkatan minat belajar dan aktivitas
pembelajaran yang terencana dengan baik, siswa seperti yang diungkapkan Chakir &
mandiri dan tuntas dengan hasil yang jelas. Tekkaya dalam Akonoglo & Tandogan
Buku teks KTSP menurut Srijaya (2007), Alper (2008), Ihsen dkk., (2011),
(2012) hanya berisi ringkasan materi, contoh Pirrami & Perez (2011), Mossoto (2008),
soal dan latihan, sehingga akan sedikit sulit dan Pratiwi (2013). Pembelajaran berbasis
melaksanakan pembelajaran yang sesuai masalah juga telah diterapkan secara luas
dengan kurikulum 2013 bila masih sebagai model pembelajaran fisika seperti
menggunakan buku teks KTSP tersebut. yang diungkapkan Hirca (2011).
Modul diperlukan dalam pembelajaran Permasalahan yang ditemukan di
fisika karena fisika merupakan ilmu penting salah satu sekolah menengah atas di
sebagai cabang ilmu pengetahuan yang kecamatan Peusangan adalah pembelajaran
membantu siswa untuk memahami fisika masih dilaksanakan dengan metode
fenomena alam (Hewitt, Romer & konvensional. Guru masih menggunakan
Lindenfield dalam Suzuk, 2011) sehingga buku teks KTSP dalam kegiatan
pembelajaran fisika harus ditekankan pada pembelajaran karena buku teks fisika
pengalaman belajar siswa secara langsung. kurikulum 2013 maupun modul belum
Van Kamphen dkk. (2003) telah tersedia di sekolah tersebut. Selain itu juga
mendesain modul pengantar kalor dengan diamati bahwa keaktifan dan minat belajar
pendekatan berbasis masalah dan siswa rendah terhadap mata pelajaran fisika.
menemukan bahwa minat dan motivasi Informasi tersebut didapatkan dari
siswa dapat ditingkatkan dengan modul wawancara dengan guru fisika dan observasi
tersebut. Modul pembelajaran berbasis kegiatan pembelajaran fisika di sekolah
masalah dapat meningkatkan minat dan tersebut. Sehingga berdasarkan permasa-
motivasi siswa karena siswa dihadapkan lahan tersebut pengembangan modul
tersebut yaitu sebanyak 34 item. Angket “ya” yang diceklist observer) dibagi skor
pengukuran minat ini telah divalidasi secara maks (jumlah kegiatan siswa yang
internal oleh pakar psikologi dari Fakultas diobservasi). Deskriptor “ya” menunjukkan
Kedokteran Universitas Syiah Kuala dan bahwa kegiatan pembelajaran diikuti oleh ¾
eksternal dengan uji coba empiris pada dari jumlah siswa di kelas tersebut. Jumlah
siswa kelas X PM4 dan X PM2 sebelum kegiatan yang diamati yaitu sebanyak 22
digunakan untuk mengukur minat belajar kegiatan. Persentase skor rata-rata
siswa dalam uji efektivitas modul. Validitas (persentase keberhasilan) dikonsultasikan
ekternal angket ditentukan dengan dengan Tabel Kriteria Keberhasilan
membandingkan rhitung yang diperoleh dari Terhadap Aktivitas Guru dan Siswa dari
rumus korelasi product moment dan rtabel Arikunto (2011).
pada Tabel Nilai r product moment untuk Informasi yang diperoleh dari hasil
dk = 62 dan taraf signifikansi 0.05. Item wawancara dengan guru fisika dianalisis
pernyataan dalam angket pengukuran minat dengan model interaktif dari Miles dan
valid jika diperoleh rhitung > rtabel (Arikunto, Huberman. Hasil analisis disajikan dalam
2011). Reliabilitas instrumen ditentukan bentuk deskripsi wawancara. Informasi
dengan rumus KR-21 dan kriteria reliabel tersebut digunakan sebagai informasi
bila rhitung ≥ 0.6. Hasil uji validitas dan pendukung untuk menjelaskan hasil analisis
reliabilitas menunjukkan seluruh item kuantitatif. Seluruh data kuantitatif yang
pernyataan dalam angket tersebut valid dan diperoleh dari penelitian ini diolah dengan
reliable. bantuan program Microsoft Excel 2007.
Data yang diperoleh dari review
pakar dan guru terhadap modul dihitung HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan rumus menghitung persentase yaitu Hasil Uji Efektivitas modul dalam
membandingkan skor total yang diperoleh meningkatkan minat belajar siswa
pada angket penilaian modul dengan skor ditunjukkan dalam Gambar1. Gambar1
kriterium (skor maksimum), sedangkan data tersebut menunjukkan peningkatan minat
yang diperoleh dari respon siswa terhadap belajar siswa sebelum dan setelah
modul dihitung dengan rumus persentase pembelajaran dengan modul. Minat belajar
yaitu proporsi siswa yang memilih setiap siswa rata-rata meningkat sebesar 41.30 %.
alternatif jawaban dibagi jumlah siswa. Peningkatan minat belajar siswa per
Hasil observasi terhadap kegiatan indikator dapat dilihat dalam Gambar 2
pembelajaran dengan modul dicantumkan berikut ini.
dalam lembar observasi kegiatan
pembelajaran. Taraf keberhasilan atau
keterlaksanaan kegiatan pembelajaran
ditentukan dengan persentase skor rata-rata
yaitu skor yang diperoleh (jumlah deskriptor
0
Sebelum penerapan Setelah penerapan Gain persentase (%) N-Gain
Gambar 1. Minat Belajar Siswa Rata-Rata Sebelum dan Setelah Pembelajaran dengan Modul,
selisihnya (gain) dan persentase peningkatan rata-ratanya (persentase (%) N-Gain)
80,00
60,00
40,00
20,00
0,00
Rasa senang Perhatian Keterlibatan ketertarikan
Indikator minat
merasakan manfaat dari pembelajaran ini Hasil penelitian ini didukung oleh
sehingga siswa semakin menyenanginya pernyataan Van Kamphen dkk. (2003)
pembelajaran ini. dalam tulisannya bahwa modul
Modul yang dikembangkan dengan pembelajaran berbasis masalah dapat
pendekatan berbasis masalah ini menyajikan meningkatkan minat belajar siswa. Selain itu
masalah konstekstual berupa kasus dan penelitian Batdi (2014) juga menunjukkan
masalah tersebut akan mengikat rasa ingin bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat
tahu siswa dan menjadikan siswa tertantang meningkatkan sikap positif siswa terhadap
untuk menyelesaikannya. Kondisi ini kegiatan pembelajaran. Surif, dkk (2013)
menjadikan pembelajaran dengan modul juga menemukan hubungan pembelajaran
berbasis masalah dapat meningkatkan minat berbasis masalah dengan peningkatan
belajar siswa. Selain itu pada pembelajaran motivasi belajar, kemampuan komunikasi,
dengan modul ini, peran guru adalah sebagai kolaborasi dan belajar mandiri siswa.
fasilitator yang membimbing siswa untuk Dalam proses pengembangannya,
menggali pemahaman yang lebih mendalam modul telah mengalami sejumlah revisi
dan mendukung inisiatif siswa, tetapi tidak terhadap desainnya berdasarkan pendapat
memberi ceramah pada konsep yang pakar, guru dan siswa terhadap modul
berhubungan langsung dengan masalah sampai diperoleh desain modul yang
esensial yang dipecahkan dan juga tidak dianggap layak untuk digunakan dalam
mengarahkan atau memberikan penyelesaian kegiatan pembelajaran. Respon rata-rata
yang mudah bagi siswa sehingga siswa yang diberikan siswa terhadap modul yang
mengerahkan seluruh kemampuan yang diklasifikasi atas respon positif dan negatif
dimilikinya untuk menyelesaikan kesulitan yang dianalisis berdasarkan jawaban siswa
yang dihadapi dan melatih siswa untuk terhadap pertanyaan yang diajukan dalam
mengerjakan tugas secara mandiri yang angket penilaian modul dapat ditunjukkan
merupakan indikator siswa memiliki minat oleh Gambar 3 di bawah ini yaitu 73.43 %
yang tinggi sebagaimana yang dinyatakan siswa memberikan respon positif terhadap
Sardiman (2006) tentang indikator modul dan hanya 26.57 % siswa yang
seseorang memiliki minat yang tinggi. memberikan respon negatif.
Diagram Respon Positif -vs-Negatif Siswa Terhadap Modul
80 73,43
Persentase Rata-Rata
60
40 26,57
20
0
Positif Negatif
Jenis Respon Siswa
Gambar 3. Respon Rata-Rata yang Diberikan Siswa untuk Item Pertanyaan yang Diajukan dalam
Lembar Penilaian Modul untuk Siswa.
Gambar 4. Desain rumah bermasalah berdasarkan penalaran siswa terhadap skenario yang disajikan
dalam kasus
Apa yang tidak diketahui siswa dari pertanyaan siswa sendiri tentang
permasalahan : permasalahan dan pertanyaan dalam modul
- Apa saja sumber panas dari ruangan di yang diperuntukkan untuk membimbing
lantai atas? dan Apa pengaruh dinding siswa menemukan solusi terhadap
double brick terhadap panas rumah? permasalahan. Selain itu dimensi penemuan
Apa yang harus dilakukan siswa: juga dapat dilihat dari siswa berusaha
- Mencari tahu sumber panas dari menemukan rancangan eksperimen yang
ruangan dan mencari tahu sifat dinding dianggap tepat untuk membuktikan hipotesis
double brick dan informasi sifat siswa tentang permasalahan.
karakteristik dari bahan. Dimensi pengabsahan ditunjukkan
Dimensi penemuan dapat dilihat dari dari aktivitas siswa berupa pelaksanaan
siswa melakukan pengumpulan informasi kegiatan eksperimen penyelesaian masalah.
dari berbagai sumber untuk menjawab
Gambar 5. Salah satu rancangan eksperimen siswa untuk membuktikan hipotesis siswa tentang
permasalahan
Ihsen, S, W. Sneider, F. Wallhoff & J. Masek, A. & S. Yamin. 2012. The Impact of
Blume. 2011. Raising interest of Instructional Methods on Critical
Pupils in Engineering Education Thinking A Comparison of Problem-
Through Problem Based Learning. Based Learning and Conventional
International Journal of Engineering Approach In Engineering Education.
Education, 7(4), 789 – 794. Diunduh ISRN Education :6
10 Oktober 2013 dari http://www.
google.com/mediatum.ub.tum.de/doc Meltzer, D. E. 2002. The Relationship
/1107262/1107262.pdf, Between Mathematics Preparation
and Conceptual Learning Gain in
Inel, D & Balim A. 2010. The Effect of Physics : A Possible Variable in
Using Problem-Based Learning in Diagnostic Pre Test Score. Am
Science and Technology Teaching Physics, 70(2), 1259-1267. Diunduh
upon Students’ Academic 23 Februari 2013 dari
Achievement and Levels of http://www.Physics.lastate.edu/per/d
Structuring Concepts. Asia Pacific oes/Addendum_on_normalizedgain.
Forum on Science Learning & pdf.
Teaching, 11(2), 1. Diundur 14
Rhem, J. 1998. Problem Based Learning: An Temel, S. 2014. “The Effects of Problem-
Introduction. NTLF. Vol. 8, No. 1. Based Learning on Pre-Service
Diunduh 12 Februari 2014 dari Teachers’Critical Thinking Dispo-
www.ntlf.com sitions and Perceptions of Problem-
Solving Ability”. South African
Sardiman, A. M. 2006. Interaksi dan Journal of Education, (Online),
Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: 34(1): 1-20. (http:// www.sa-
Grafindo. journalofeducation.co.za).