Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.

01, hlm 81-92, 2015


http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN SUHU DAN KALOR


BERBASIS MASALAH UNTUK SMA DALAM UPAYA
MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA

Izkar Hadiya1, A. Halim2, dan Adlim2


1,2
Program Studi Magister Pendidikan IPA, Program Pasca Sarjana
Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh, Indonesia
Korespondensi : izkarhadiyasanusi@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas modul yang dikembangkan untuk meningkatkan
minat belajar siswa, mengetahui keunggulan dan kelemahan modul dan keterlaksanaan pembelajaran
dengan modul. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan dan desain
penelitian untuk menguji efektifitas adalah one group pre-test and post-test design. Populasi penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas X Peminatan MIPA SMA N 1 Peusangan dan kelompok sampel
ditentukan dengan teknik random sampling. Data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah data
penilaian modul oleh ahli materi, ahli media, guru dan siswa, data pengukuran minat belajar siswa
sebelum dan setelah pembelajaran dengan modul, data hasil observasi kegiatan pembelajaran siswa
dan informasi dari hasil wawancara dengan guru tentang pelaksanaan pembelajaran dengan modul.
Efektivitas modul ditentukan melalui uji statistik t berkorelasi untuk gain rata-rata minat belajar siswa.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara minat belajar siswa sebelum dan
setelah penerapan modul. Analisis terhadap keunggulan dan kelemahan modul didapatkan bahwa
modul dapat menciptakan pembelajaran aktif dengan pendekatan ilmiah bagi siswa tetapi harus
didukung oleh peran serta guru dan kelengkapan fasilitas sehingga proses pembelajaran dapat
terlaksana dengan baik. Tingkat keterlaksanaan pembelajaran dengan modul adalah sangat baik.

Kata Kunci : pengembangan modul, pembelajaran berbasis masalah, minat belajar siswa, suhu dan
kalor

Abstract
This study aims to determine the module effectiveness that was developed to increase student interest,
the strengths and weaknesses of the module, and the module feasibility. The research method used is
research and development and the design research to test the effectiveness is one group pre - test and
post - test design. The study population were the students of class X Specialization Mathematics and
Science at SMA N 1 Peusangan and sample groups were determined by random sampling technique.
Data collected from this study are data module assessment by matter specialists, media specialists,
teachers and students, student interest measurement before and after learning module, the learning
activities of students observation and information from interviews with teachers about the
implementation module in learning. Module effectiveness is determined by correlates t- test statistic
average gain student interest. The results showed a significant difference between students 'interest
before and after module implementation. Analysis of module strengths and weaknesses was found that
the module can create active learning for students with a scientific approach but must be supported by
teachers’ participation and completeness of the facilities, so that the learning process performing
well. The level of feasibility module study is very good.

Keywords : module development, problem-based learning, student interest, temperature and heat

PENDAHULUAN
Pergantian kurikulum dari kurikulum kurikulum 2013 membawa sejumlah
tingkat satuan pendidikan (KTSP) menjadi perubahan pada standar kompetensi lulusan
Izkar Hadiya: Pengembangan Modul Pembelajaran Suhu Dan Kalor.....| 81
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 81-92, 2015
http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi

(SKL), standar proses, standar isi dan dengan masalah kontekstual yang tidak
standar penilaian. Kurikulum 2013 menuntut terstruktur dan siswa diminta untuk
semua mata pelajaran harus diajarkan menemukan solusi dari permasalahan
dengan pendekatan ilmiah dan penilaian tersebut (Rhem, 1998). Selain itu, siswa
hasil belajar harus berbasis kompetensi yaitu dapat mengembangkan keterampilannya
meliputi kompetensi sikap, keterampilan dan dalam menyelesaikan masalah secara efektif
pengetahuan berdasarkan proses dan hasil. seperti kemampuan menerapkan strategi
Perubahan tersebut menuntut perlunya meta kognitif, penalaran yang tepat dan
pengembangan bahan ajar yang sesuai mengembangkan self-directed serta
dengan standar kurikulum 2013. keterampilan belajar untuk waktu yang lama
Modul merupakan salah satu bahan dan menjadi kolaborator dalam tim kerja
ajar yang sesuai dengan standar kurikulum (Barrow & Kelson dalam Hmelo Silver,
2013 karena modul menurut Departemen 2004). Pembelajaran berbasis masalah juga
Pendidikan Nasional (2008) memiliki memungkinkan siswa belajar secara aktif
sejumlah keunggulan dibandingkan buku dan siswa lebih bertanggung jawab terhadap
teks yaitu modul merupakan media hasil belajar mereka (Hmelo & Ferrari,
pembelajaran yang dapat dipelajari secara 1997). Sejumlah penelitian juga
mandiri oleh siswa dan dapat memecahkan membuktikan adanya keterkaitan antara
kesulitan siswa dalam belajar. Pembelajaran pembelajaran berbasis masalah dengan
dengan modul menyediakan kegiatan peningkatan minat belajar dan aktivitas
pembelajaran yang terencana dengan baik, siswa seperti yang diungkapkan Chakir &
mandiri dan tuntas dengan hasil yang jelas. Tekkaya dalam Akonoglo & Tandogan
Buku teks KTSP menurut Srijaya (2007), Alper (2008), Ihsen dkk., (2011),
(2012) hanya berisi ringkasan materi, contoh Pirrami & Perez (2011), Mossoto (2008),
soal dan latihan, sehingga akan sedikit sulit dan Pratiwi (2013). Pembelajaran berbasis
melaksanakan pembelajaran yang sesuai masalah juga telah diterapkan secara luas
dengan kurikulum 2013 bila masih sebagai model pembelajaran fisika seperti
menggunakan buku teks KTSP tersebut. yang diungkapkan Hirca (2011).
Modul diperlukan dalam pembelajaran Permasalahan yang ditemukan di
fisika karena fisika merupakan ilmu penting salah satu sekolah menengah atas di
sebagai cabang ilmu pengetahuan yang kecamatan Peusangan adalah pembelajaran
membantu siswa untuk memahami fisika masih dilaksanakan dengan metode
fenomena alam (Hewitt, Romer & konvensional. Guru masih menggunakan
Lindenfield dalam Suzuk, 2011) sehingga buku teks KTSP dalam kegiatan
pembelajaran fisika harus ditekankan pada pembelajaran karena buku teks fisika
pengalaman belajar siswa secara langsung. kurikulum 2013 maupun modul belum
Van Kamphen dkk. (2003) telah tersedia di sekolah tersebut. Selain itu juga
mendesain modul pengantar kalor dengan diamati bahwa keaktifan dan minat belajar
pendekatan berbasis masalah dan siswa rendah terhadap mata pelajaran fisika.
menemukan bahwa minat dan motivasi Informasi tersebut didapatkan dari
siswa dapat ditingkatkan dengan modul wawancara dengan guru fisika dan observasi
tersebut. Modul pembelajaran berbasis kegiatan pembelajaran fisika di sekolah
masalah dapat meningkatkan minat dan tersebut. Sehingga berdasarkan permasa-
motivasi siswa karena siswa dihadapkan lahan tersebut pengembangan modul

82| Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (JPSI)


Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 81-92, 2015
http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi

berbasis masalah dipandang perlu dilakukan. masalah, pengumpulan informasi, peran-


Minat belajar siswa perlu ditingkatkan cangan modul, validasi desain modul, revisi
karena menurut Djamarah (2002), minat desain, uji coba terbatas, revisi modul awal,
belajar yang tinggi cenderung menghasilkan uji coba lebih luas dan revisi modul akhir.
prestasi yang tinggi. Selain itu, siswa yang Modul divalidasi oleh 1 dosen ahli materi
memiliki minat tinggi akan cenderung dan 1 dosen ahli media dari Fakultas
tekun, ulet, semangat dalam belajar, pantang Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
menyerah dan senang menghadapi tantangan Syiah Kuala. Uji coba terbatas modul
(Supardi dkk., 2012). dilakukan pada 6 orang siswa kelas X PM4.
Pengembangan modul dilakukan Sedangkan uji coba lebih luas pada siswa
untuk materi suhu dan kalor karena materi kelas XPM2 yang berjumlah 32 orang.
ini sedikit sulit dipelajari karena bersifat Modul akhir selanjutnya di uji
abstrak yang dapat menimbulkan berbagai efektivitasnya pada siswa kelas XPM1 yang
pemikiran berbeda bagi siswa (Baser, 2006). berjumlah 32 orang siswa dengan desain
Selain itu konsep ini merupakan kunci bagi penelitian One Group Pre-Test and Post-
siswa memahami konsep-konsep ilmiah Test. Sampel penelitian ditentukan dengan
lainnya (Sozbilir, 2003). teknik Simple Random Sampling. Efektivitas
Berdasarkan latar belakang masalah modul ditentukan dengan uji statistik
tersebut, maka rumusan masalah dari terhadap peningkatan minat belajar siswa
pengembangan modul ini adalah : Apakah rata-rata sebelum dan setelah pelaksanaan
modul yang dikembangkan dapat pembelajaran dengan modul. Uji statistik
meningkatkan minat belajar siswa secara yang digunakan ditentukan setelah
signifikan? Apa keunggulan dan kelemahan dilakukan uji normalitas dan homogenitas
modul ini khususnya dalam mendukung terhadap data minat belajar siswa sebelum
pembelajaran aktif dengan pendekatan dan setelah penerapan modul. Bila data
ilmiah? dan Bagaimana tingkat normal dan homogen digunakan uji-t
keterlaksanaan pembelajaran fisika dengan berkorelasi karena sampel berkorelasi /
modul ini ? berpasangan yaitu membandingkan data
Adapun tujuan dari penelitian ini sebelum dan setelah perlakuan (Sugiyono,
adalah untuk mengetahui efektivitas modul 2013). Bila data normal tetapi tidak
yang dikembangkan dalam meningkatkan homogen dilakukan uji t separated varian
minat belajar siswa, keunggulan dan dan bila tidak normal dan homogen
kelemahan modul khususnya dalam dilakukan uji statistik non parametris Mann-
mendukung pembelajaran aktif dengan Whitney (Sudjana, 2005). Uji normalitas
pendekatan ilmiah dan tingkat keterlaksa- dilakukan dengan metode Kosmolgorov
naan pembelajaran fisika dengan modul. Smirnov dan uji homogenitas dengan uji F
dari Havley. Besar peningkatannya dengan
METODE PENELITIAN indeks gain <g>. Kriteria Gain
Penelitian ini dilaksanakan mulai dikonsultasikan dengan Tabel Kriteria Gain
dari tanggal 24 April sampai dengan 9 Mei dari Meltzer (2002).
2014 di SMA Negeri 1 Peusangan. Modul Minat belajar siswa dihitung dengan
dikembangkan dengan metode Research and persentase yaitu jumlah respon “ya” pada
Development dengan tahapan pengem- angket pengukuran minat belajar siswa
bangan terdiri dari analisis potensi dan dibagi jumlah item pernyataan pada angket
Izkar Hadiya: Pengembangan Modul Pembelajaran Suhu Dan Kalor.....| 83
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 81-92, 2015
http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi

tersebut yaitu sebanyak 34 item. Angket “ya” yang diceklist observer) dibagi skor
pengukuran minat ini telah divalidasi secara maks (jumlah kegiatan siswa yang
internal oleh pakar psikologi dari Fakultas diobservasi). Deskriptor “ya” menunjukkan
Kedokteran Universitas Syiah Kuala dan bahwa kegiatan pembelajaran diikuti oleh ¾
eksternal dengan uji coba empiris pada dari jumlah siswa di kelas tersebut. Jumlah
siswa kelas X PM4 dan X PM2 sebelum kegiatan yang diamati yaitu sebanyak 22
digunakan untuk mengukur minat belajar kegiatan. Persentase skor rata-rata
siswa dalam uji efektivitas modul. Validitas (persentase keberhasilan) dikonsultasikan
ekternal angket ditentukan dengan dengan Tabel Kriteria Keberhasilan
membandingkan rhitung yang diperoleh dari Terhadap Aktivitas Guru dan Siswa dari
rumus korelasi product moment dan rtabel Arikunto (2011).
pada Tabel Nilai r product moment untuk Informasi yang diperoleh dari hasil
dk = 62 dan taraf signifikansi 0.05. Item wawancara dengan guru fisika dianalisis
pernyataan dalam angket pengukuran minat dengan model interaktif dari Miles dan
valid jika diperoleh rhitung > rtabel (Arikunto, Huberman. Hasil analisis disajikan dalam
2011). Reliabilitas instrumen ditentukan bentuk deskripsi wawancara. Informasi
dengan rumus KR-21 dan kriteria reliabel tersebut digunakan sebagai informasi
bila rhitung ≥ 0.6. Hasil uji validitas dan pendukung untuk menjelaskan hasil analisis
reliabilitas menunjukkan seluruh item kuantitatif. Seluruh data kuantitatif yang
pernyataan dalam angket tersebut valid dan diperoleh dari penelitian ini diolah dengan
reliable. bantuan program Microsoft Excel 2007.
Data yang diperoleh dari review
pakar dan guru terhadap modul dihitung HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan rumus menghitung persentase yaitu Hasil Uji Efektivitas modul dalam
membandingkan skor total yang diperoleh meningkatkan minat belajar siswa
pada angket penilaian modul dengan skor ditunjukkan dalam Gambar1. Gambar1
kriterium (skor maksimum), sedangkan data tersebut menunjukkan peningkatan minat
yang diperoleh dari respon siswa terhadap belajar siswa sebelum dan setelah
modul dihitung dengan rumus persentase pembelajaran dengan modul. Minat belajar
yaitu proporsi siswa yang memilih setiap siswa rata-rata meningkat sebesar 41.30 %.
alternatif jawaban dibagi jumlah siswa. Peningkatan minat belajar siswa per
Hasil observasi terhadap kegiatan indikator dapat dilihat dalam Gambar 2
pembelajaran dengan modul dicantumkan berikut ini.
dalam lembar observasi kegiatan
pembelajaran. Taraf keberhasilan atau
keterlaksanaan kegiatan pembelajaran
ditentukan dengan persentase skor rata-rata
yaitu skor yang diperoleh (jumlah deskriptor

84| Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (JPSI)


Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 81-92, 2015
http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi

Diagram Persentase Minat Belajar Siswa Rata-Rata


Siswa
100
75.09 %
Persentase rata-rata
56.07 %
50 41.30 %
19.03 %

0
Sebelum penerapan Setelah penerapan Gain persentase (%) N-Gain

Gambar 1. Minat Belajar Siswa Rata-Rata Sebelum dan Setelah Pembelajaran dengan Modul,
selisihnya (gain) dan persentase peningkatan rata-ratanya (persentase (%) N-Gain)

Diagram Minat Belajar Siswa Sebelum dan Setelah


Penerapan Modul Per Indikator
100,00
Persentase rata-rata

80,00
60,00
40,00
20,00
0,00
Rasa senang Perhatian Keterlibatan ketertarikan
Indikator minat

% rata-rata sebelum % rata-rata sesudah Gain % N-Gain

Gambar 2. Peningkatan Minat Belajar Siswa Rata-Rata Per Indikator Minat

Gambar 2 menunjukkan peningkatan Peningkatan minat belajar siswa ini


minat belajar siswa rata-rata per indikator disebabkan salah satu keunggulan dari
minat. Besar peningkatannya hampir sama pembelajaran dengan modul yaitu motivasi
untuk semua indikator. Peningkatan paling siswa meningkat karena siswa mengerjakan
besar ditunjukkan oleh indikator rasa senang tugas sesuai dengan kemampuannya
terhadap pelajaran fisika dan yang paling (Utomo, 1991).
kecil adalah indikator perhatian siswa Pembelajaran dengan modul tidak
terhadap pelajaran fisika.Signifikansi menuntut siswa mendapatkan hasil yang
peningkatan minat belajar siswa rata-rata sama untuk setiap aspek penilaian tetapi
yang ditentukan dengan uji t berkorelasi setiap aspek penilaian saling terintegrasi
karena data terdistribusi normal dan untuk saling melengkapi sehingga siswa
homogen menunjukkan adanya perbedaan dapat berkembang sesuai dengan
signifikan antara minat belajar siswa kompetensi/bakat yang dimilikinya. Selain
sebelum dan setelah pembelajaran dengan itu modul juga menjadikan siswa belajar
modul. Sehingga modul berbasis masalah ini secara aktif dalam menggali informasi dari
yang dikembangkan ini terbukti efektif berbagai sumber sehingga diperoleh hasil
dalam meningkatkan minat belajar siswa. belajar yang optimal. Siswa dapat
Izkar Hadiya: Pengembangan Modul Pembelajaran Suhu Dan Kalor.....| 85
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 81-92, 2015
http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi

merasakan manfaat dari pembelajaran ini Hasil penelitian ini didukung oleh
sehingga siswa semakin menyenanginya pernyataan Van Kamphen dkk. (2003)
pembelajaran ini. dalam tulisannya bahwa modul
Modul yang dikembangkan dengan pembelajaran berbasis masalah dapat
pendekatan berbasis masalah ini menyajikan meningkatkan minat belajar siswa. Selain itu
masalah konstekstual berupa kasus dan penelitian Batdi (2014) juga menunjukkan
masalah tersebut akan mengikat rasa ingin bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat
tahu siswa dan menjadikan siswa tertantang meningkatkan sikap positif siswa terhadap
untuk menyelesaikannya. Kondisi ini kegiatan pembelajaran. Surif, dkk (2013)
menjadikan pembelajaran dengan modul juga menemukan hubungan pembelajaran
berbasis masalah dapat meningkatkan minat berbasis masalah dengan peningkatan
belajar siswa. Selain itu pada pembelajaran motivasi belajar, kemampuan komunikasi,
dengan modul ini, peran guru adalah sebagai kolaborasi dan belajar mandiri siswa.
fasilitator yang membimbing siswa untuk Dalam proses pengembangannya,
menggali pemahaman yang lebih mendalam modul telah mengalami sejumlah revisi
dan mendukung inisiatif siswa, tetapi tidak terhadap desainnya berdasarkan pendapat
memberi ceramah pada konsep yang pakar, guru dan siswa terhadap modul
berhubungan langsung dengan masalah sampai diperoleh desain modul yang
esensial yang dipecahkan dan juga tidak dianggap layak untuk digunakan dalam
mengarahkan atau memberikan penyelesaian kegiatan pembelajaran. Respon rata-rata
yang mudah bagi siswa sehingga siswa yang diberikan siswa terhadap modul yang
mengerahkan seluruh kemampuan yang diklasifikasi atas respon positif dan negatif
dimilikinya untuk menyelesaikan kesulitan yang dianalisis berdasarkan jawaban siswa
yang dihadapi dan melatih siswa untuk terhadap pertanyaan yang diajukan dalam
mengerjakan tugas secara mandiri yang angket penilaian modul dapat ditunjukkan
merupakan indikator siswa memiliki minat oleh Gambar 3 di bawah ini yaitu 73.43 %
yang tinggi sebagaimana yang dinyatakan siswa memberikan respon positif terhadap
Sardiman (2006) tentang indikator modul dan hanya 26.57 % siswa yang
seseorang memiliki minat yang tinggi. memberikan respon negatif.
Diagram Respon Positif -vs-Negatif Siswa Terhadap Modul
80 73,43
Persentase Rata-Rata

60
40 26,57
20
0
Positif Negatif
Jenis Respon Siswa

Gambar 3. Respon Rata-Rata yang Diberikan Siswa untuk Item Pertanyaan yang Diajukan dalam
Lembar Penilaian Modul untuk Siswa.

Respon siswa untuk setiap penilaian modul adalah sebagai berikut :


pertanyaan yang diajukan dalam lembar 88.57% siswa menyatakan bahwa modul

86| Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (JPSI)


Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 81-92, 2015
http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi

membantu meningkatkan pengetahuan dan yang disajikan dalam modul. Pembelajaran


pemahaman mereka terhadap materi suhu aktif dengan pendekatan ilmiah telah
dan kalor, 68.57% siswa menyatakan terlaksana dengan baik karena siswa telah
langkah kegiatan pembelajaran dalam modul mendayagunakan pengetahuan yang
mudah diikuti, 95.71% siswa menyatakan dimilikinya untuk menyelesaikan
pembelajaran dengan modul menyenangkan, permasalahan, seperti yang diungkapkan
75.71% siswa menyatakan kasus yang Major dkk. (2011).
disajikan dalam modul menarik dan Keterlaksanaan pembelajaran dengan
menjadikan siswa ingin menyelesaikannya, modul ini sangat dipengaruhi oleh
52.86 % siswa menyatakan soal yang kemampuan guru dalam menjalankan
diberikan dalam modul dapat diselesaikan perannya seperti yang dinyatakan Das, dkk.
dengan mudah, 90 % siswa menyatakan soal (2002) dalam penelitiannya bahwa
yang diberikan dalam modul menantang pembelajaran dengan modul dipengaruhi
siswa mengumpulkan informasi dari oleh sikap guru yaitu kepedulian guru
berbagai sumber untuk dapat menyelesai- terhadap latar belakang sosial siswa dan
kannya, 65.71% siswa menyatakan modul kemampuan guru menjelaskan kepada siswa
menjadikan mereka lebih tertarik tentang aturan yang digunakan dalam
mempelajari fisika, 41.34 % siswa menyata- kegiatan pembelajaran.
kan mereka dapat memahami isi modul Hasil Observasi terhadap kegiatan
dengan baik, 74.29% siswa menyatakan pembelajaran dengan modul menunjukkan
modul menjadikan mereka menguasai bahwa siswa dapat mengikuti kegiatan
keterampilan tertentu seperti meran- pembelajaran yang diminta dalam modul.
cang eksperimen, menyampaikan pendapat Pembelajaran dengan modul mampu
dalam diskusi, dan 81.43 % siswa menciptakan pembelajaran aktif dengan
merasakan manfaat dari pembelajaran pendekatan ilmiah bagi siswa karena
dengan modul ini seperti meningkatkan terdapat penonjolan dimensi pengamatan,
pengetahuan dan pemahaman tentang penalaran, penemuan, pengabsahan dan
konsep suhu dan kalor. penjelasan tentang suatu kebenaran dalam
Melalui analisis yang dilakukan proses pembelajaran sebagaimana yang
terhadap persentase rata-rata respon siswa disebutkan Kementerian Pendidikan dan
terhadap modul dan hasil wawancara yang Kebudayaan (2013).
dilakukan dengan guru fisika diperoleh Dimensi pengamatan dapat dilihat
keunggulan dan kelemahan modul yaitu dari pengamatan siswa terhadap fenomena
modul memiliki keunggulan dalam suhu dan kalor dalam kehidupan sehari-hari
menciptakan pembelajaran aktif dengan yang ditunjukkan oleh pernyataan siswa
pendekatan ilmiah tetapi kelemahannya berikut ini: benda yang menyerap panas
pembelajaran dengan modul harus didukung lebih banyak akan terasa lebih panas,
oleh peran guru dalam membimbing, garasi adalah tempat menyimpan kendaraan
memotivasi dan mengawasi pelaksanaan dan sering tertutup rapat untuk menjaga
pembelajaran agar terlaksana dengan baik. keamanan dan biasanya terletak di bagian
Pembelajaran aktif dengan pende- depan rumah. Selain itu dimensi
katan ilmiah dapat dilihat dari siswa pengamatan juga ditemukan saat siswa
melakukan pengumpulan informasi untuk melakukan eksperimen penyelesaian
menjawab soal dan menyelesaikan kasus
Izkar Hadiya: Pengembangan Modul Pembelajaran Suhu Dan Kalor.....| 87
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 81-92, 2015
http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi

masalah yaitu siswa mengamati hasil dari Hipotesis Permasalahan :


perlakuan yang diberikan. Ruangan di lantai atas terlalu kecil dan
Dimensi penalaran dapat dilihat dari jaraknya terlalu dekat dengan atap sehingga
siswa berusaha menjawab pertanyaan yang lebih cepat panas dari lantai bawah,
diberikan dalam modul berdasarkan dinding dari batu bata ganda mengisolasi
pengetahuan yang mereka miliki dan panas tersebut.
merumuskan permasalahan dan hipotesis Siswa mengetahui bahwa ruangan di
permasalahan. Salah satu rumusan dan lantai atas terlalu kecil juga berdasarkan
hipotesis permasalahan yang berhasil hasil penalaran siswa terhadap skenario
dirumuskan siswa adalah sebagai berikut : yang disajikan dalam kasus yang
Permasalahan : diwujudkan berupa gambar desain rumah
Apa yang menyebabkan lantai atas rumah bermasalah yang ditunjukkan dalam Gambar
lebih panas dari lantai bawah ? 4 berikut ini.

Gambar 4. Desain rumah bermasalah berdasarkan penalaran siswa terhadap skenario yang disajikan
dalam kasus

Dimensi penalaran juga dapat dilihat Permasalahan :


dari analisis siswa terhadap permasalahan Apa yang menyebabkan lantai atas rumah
yaitu berdasarkan apa yang diketahui siswa lebih panas dari lantai bawah?
tentang permasalahan, apa yang tidak Apa yang diketahui siswa dari
diketahui siswa tentang permasalahan dan permasalahan:
apa yang harus dilakukan siswa. Analisis Benda yang menyerap panas lebih banyak
yang dilakukan siswa terhadap permasa- akan terasa lebih panas.
lahan salah satunya yaitu :

88| Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (JPSI)


Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 81-92, 2015
http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi

Apa yang tidak diketahui siswa dari pertanyaan siswa sendiri tentang
permasalahan : permasalahan dan pertanyaan dalam modul
- Apa saja sumber panas dari ruangan di yang diperuntukkan untuk membimbing
lantai atas? dan Apa pengaruh dinding siswa menemukan solusi terhadap
double brick terhadap panas rumah? permasalahan. Selain itu dimensi penemuan
Apa yang harus dilakukan siswa: juga dapat dilihat dari siswa berusaha
- Mencari tahu sumber panas dari menemukan rancangan eksperimen yang
ruangan dan mencari tahu sifat dinding dianggap tepat untuk membuktikan hipotesis
double brick dan informasi sifat siswa tentang permasalahan.
karakteristik dari bahan. Dimensi pengabsahan ditunjukkan
Dimensi penemuan dapat dilihat dari dari aktivitas siswa berupa pelaksanaan
siswa melakukan pengumpulan informasi kegiatan eksperimen penyelesaian masalah.
dari berbagai sumber untuk menjawab

Gambar 5. Salah satu rancangan eksperimen siswa untuk membuktikan hipotesis siswa tentang
permasalahan

Dimensi penjelasan tentang suatu pembelajaran berupa makalah dan


kebenaran ditunjukkan oleh siswa berusaha menyajikannya dalam pleno kelas yang
menyusun hasil diskusi dalam laporan hasil dihadiri seluruh siswa kelas tersebut.

Gambar 6. Siswa menyajikan hasil pembelajaran dalam pleno kelas

Berdasarkan rangkaian kegiatan modul ini. Pembelajaran dengan modul ini


pembelajaran yang dilakukan siswa, jelas mampu menjadikan siswa mendayagunakan
terlihat bahwa pembelajaran aktif dengan pemikiran logis, kritis, kreatif dan sistematis
pendekatan ilmiah dapat terlaksana dengan untuk menyelesaikan permasalahan seperti
Izkar Hadiya: Pengembangan Modul Pembelajaran Suhu Dan Kalor.....| 89
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 81-92, 2015
http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi

yang disebutkan Magsino, R.M (2014) DAFTAR PUSTAKA


dalam penelitiannya yaitu pembelajaran
berbasis masalah efisien dalam Agnes, F.Y.T. 1998. The Effect of Problem
meningkatkan kemampuan berpikir kritis Based Learning on Student Critical
Thinking Disposition and
siswa. Siswa mampu menganalisis,
Approaches to Learning : A Study of
mensintesis dan mengevaluasi informasi The Student Nurse Educators in
dalam masalah yang disajikan. Kemampuan Hongkong. Thesis. University of
berpikir tingkat tinggi siswa dapat Wollogong, Hongkong.
ditingkatkan melalui pembelajaran berbasis
masalah, walaupun tidak menunjukkan Akinoglu, O. & Ö. R. Tandogan. (2007).
peningkatan kemampuan berpikir tingkat The Effects of Problem-Based
Active Learning in Science
tinggi siswa secara signifikan dibandingkan
Education on Students’s Academic
pembelajaran konvensional seperti Achievement, Attitude and Concept
disebutkan dalam penelitian Masek & Learning. Eurasia Journal of
Yamin (2012), Ganiron (2014), Agnes Mathematics, Science and Techno-
(2002) dan Temel (2014). logy Education. 3(1), 71-81.
Walaupun demikian, siswa yang
mengikuti pembelajaran berbasis masalah Alper, A. 2008. Attitudes Toward Problem
Based Learning in A New Turkish
tampak lebih mahir dalam penggunaan dan Medicine. American Journal of
pengorganisasi informasi yang relevan, Physics, 70, 12-13.
membangun pengetahuan dan merumuskan
kesimpulan dibandingkan siswa yang Arikunto S. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi
mengikuti pembelajaran metode konven- Pendidikan. (Edisi Revisi). Jakarta:
sional seperti dinyatakan Sungur, dkk Bumi Aksara.
(2006) dalam penelitiannya.
Baser, M. 2006. “Effect of Conceptual
Change Oriented Instruction on
PENUTUP Students’ Understanding of heat and
Temperature Concept”. Journal of
Pembelajaran dengan modul berbasis Maltese Education Research, 4(1),
masalah ini dapat meningkatkan minat 64-79. Diunduh 18 Januari 2013 dari
belajar siswa secara signifikan. Modul dapat http://www.educ .um.edu.mt/jmer
menciptakan pembelajaran aktif dengan
pendekatan ilmiah walaupun peran guru dan Batdi, V. 2014. The Effect of A Problem
Based Learning Approach on
ketersediaan fasilitas pendukung masih
Student’s Attitude Levels : A Meta-
sangat diperlukan agar pembelajaran Analysis. Academic Journal, 9(9),
terlaksana dengan baik. Penyempurnaan dari 272-276.
tingkat keterbacaan, tampilan dan format Das, M., D J S Mpofu, M.Y. Hasan & T. S.
juga masih perlu dilakukan agar dapat lebih Stewart. 2002. Student Perceptions
mudah digunakan dalam proses of Tutor Skills in Problem Based
pembelajaran. Penelitian komparatif juga Learning Tutorials. Medical
Education. 36, 272-278.
perlu dilakukan untuk membandingkan
efektivitas pembelajaran dengan modul ini Djamarah, S.B & A. Zain. 2002. Strategi
dan modul konvensional dalam Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
meningkatkan minat belajar siswa. Cipta.

90| Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (JPSI)


Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 81-92, 2015
http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Oktober 2013 dari http://www.


Teknik Penyusunan Modul. Jakarta: ied.edu.hk/apfslt/v11issue2 /inel/.
Direktorat Ditjen Depdiknas.
Srijaya, S. P. (2012). Pengembangan Modul
Ganiron, T.U. 2014. The Impact of Higher Fisika Kontekstual untuk
Level Thinking on Student’s Meningkatkan Hasil Belajar Fisika
Achievement toward Project Siswa Kelas X Semester 2 di SMK
Management Course. International Negeri 3 Singaraja. Tesis. Program
Journal of u- and e-services Science Pasca Sarjana, Universitas
and Technology, 7(3), 217-226 Pendidikan Ganesha, Bali.

Hirca, N. 2011. Impact of Problem-Based Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.


Learning to Students and Teachers. 2013. Bahan Uji Publik Kurikulum
Asia-Pacific Forum on Science 2013. Jakarta.
Learning and Teaching, 12, 1(7), 1
Magsino, R.M. 2014. Enhancing Higher
Hmelo, D., & Ferrari, M. (1997). The Order Thinking Skills in a Marine
Problem-Based Learning Tutorial: Biology Class through Problem-
Cultivating Higher Order Thinking Based Learning. Asia Pacific Journal
Skills. Journal for the Education of of Multidisci plinary Research, 2, 5,
the Gifted. 20(4), 401-422. 1-6. Diunduh 8 Oktober 2014 dari
(www.apjmr.com,
Hmelo-Silver. 2004. Problem-Based
Learning: What and How Do Major, C. H & Palmer-Betsy. 2001.
Students Learn?. Educational Assessing the Effectiveness of
Psychology Review, 16, 3, 235-266 Problem-Based Learning in Higher
Diunduh 12 Februari 2014 dari di Education: Lessons from the
http://kanagawa.lti.cs.cmu.edu/olcts0 Literature. Diunduh 14 Juni 2010
9/sites/default/files/HmeloSilver200 dari: http://www.rapidintellect.com/
4.pdf. AE Qweb/mop4spr01.html

Ihsen, S, W. Sneider, F. Wallhoff & J. Masek, A. & S. Yamin. 2012. The Impact of
Blume. 2011. Raising interest of Instructional Methods on Critical
Pupils in Engineering Education Thinking A Comparison of Problem-
Through Problem Based Learning. Based Learning and Conventional
International Journal of Engineering Approach In Engineering Education.
Education, 7(4), 789 – 794. Diunduh ISRN Education :6
10 Oktober 2013 dari http://www.
google.com/mediatum.ub.tum.de/doc Meltzer, D. E. 2002. The Relationship
/1107262/1107262.pdf, Between Mathematics Preparation
and Conceptual Learning Gain in
Inel, D & Balim A. 2010. The Effect of Physics : A Possible Variable in
Using Problem-Based Learning in Diagnostic Pre Test Score. Am
Science and Technology Teaching Physics, 70(2), 1259-1267. Diunduh
upon Students’ Academic 23 Februari 2013 dari
Achievement and Levels of http://www.Physics.lastate.edu/per/d
Structuring Concepts. Asia Pacific oes/Addendum_on_normalizedgain.
Forum on Science Learning & pdf.
Teaching, 11(2), 1. Diundur 14

Izkar Hadiya: Pengembangan Modul Pembelajaran Suhu Dan Kalor.....| 91


Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 81-92, 2015
http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi

Mossoto, M. 2008. Problem-Based Sungur, S., C. Tekkaya & Ö. Geban. 2006.


Learning: Student Engagement, “Improving Achievement Through
Learning And Contextualized Problem Based Learning”. JBE, 40,
Problem-Solving. Occasional Paper. 4, 155-160.
Adelaide: NCVER. AVETRA 12th
Annual Conference, Sydney. 16-17 Supardi U.S. 2012. Pengaruh Media
April 2009. Pembelajaran dan Minat Belajar
Terhadap Hasil Belajar Fisika.
Pirrami, F & José G. Pérez. 2011. Water as Formatif, 2(1), 71-81.
Focus of Problem-Based Learning:
An Integrated Curricular Program Surif, J., N.H. Ibrahim, & M. Mochtar.
for Environmental Education in 2013. Implementation of Problem
Secondary School. David Based Learning in Higher Education
Publishing. US-China Education Institution and its Impact on
Review A 2: 270-280. Student’s Learning. The 4th
International Research Symposium
Pratiwi, R. D. 2013. Peningkatan Minat dan on Problem Based Learning
Hasil Belajar Siswa Pada Materi IRSPBL, 66-73
Pecahan Melalui Model Problem
Based Learning Di Kelas V Sekolah Süzük, E, M. A. Çorlu & C. Gürel. 2011.
Dasar Negeri Randugunting 4 Kota Students’ Perceptions Of Learning
Tegal. Skripsi. Fakultas Ilmu Effiency Of Introductory Physics
Pendidikan. Universitas Negeri Course. Eurasian J. Phys. Chem.
Semarang, Semarang. Educ. Jan (Special Issue), 65-71

Rhem, J. 1998. Problem Based Learning: An Temel, S. 2014. “The Effects of Problem-
Introduction. NTLF. Vol. 8, No. 1. Based Learning on Pre-Service
Diunduh 12 Februari 2014 dari Teachers’Critical Thinking Dispo-
www.ntlf.com sitions and Perceptions of Problem-
Solving Ability”. South African
Sardiman, A. M. 2006. Interaksi dan Journal of Education, (Online),
Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: 34(1): 1-20. (http:// www.sa-
Grafindo. journalofeducation.co.za).

Sozbilir, M. 2003. A Review Of Selected Utomo, T. 1991. Peningkatan dan


Literature On Student’s Pengembangan Pendidikan. Jakarta:
Misconception Of Heat And Gramedia Pustaka Utama.
Temperature. Journal of Education,
20(1), 25-41. Van Kampen, P, C. Banahan, M. Kelly, E.
Mcloughlin & E. O’leary. 2003.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Teaching A Single Physics Module
Tarsito Through Based Learning in Lecture-
Based Curriculum. American
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Journal of Physics, 72, 829. Diunduh
Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, 10 November 2013 dari
Kualitatif, dan R & D. Bandung: http://dx.doi.org/10.1119/1.164528
Alfabeta.

92| Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (JPSI)

Anda mungkin juga menyukai