PENGERTIAN RHD
Penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau kronik yang
merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A yang
mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis
migrans akut, Karditis, Korea minor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum.
Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya Rheumatic Heart Disease (RHD)
adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada katup jantung yang bisa berupa penyempitan atau
kebocoran, terutama katup mitral (stenosis katup mitral) sebagai akibat adanya gejala sisa dari
Demam Rematik (DR).
Sindroma klinik sebagai akibat infeksi streptococcus Beta hemolitikus group A dengan salah
satu atau lebih gejala mayor. Rheumatik Heart Desease ini merupakan :
1. Reaksi radang akut
2. Beta hemolitikus streptococcus group A
3. Sering pada infeksi pharynx berulang
4. Bersifat asimtomatis
5. Usia anak 5 Tahun-15 Tahun
6. Proses sampai sekarang belum jelas
B. ETIOLOGI RHD
Faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada timbulnya demam reumatik dan penyakit
jantung reumatik terdapat pada individunya sendiri serta pada keadaan lingkungan.
A. Faktor-faktor pada individu
a. Faktor genetik
Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA terhadap demam rematik
menunjkan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik dikenal dengan antibodi monoklonal
dengan status reumatikus.
b. Jenis kelamin
Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan dengan anak laki-laki.
Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak ada perbedaan jenis kelamin, meskipun
manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan pada satu jenis kelamin.
c. Golongan etnik dan ras
Data di Amerika Utara menunjukkan bahwa serangan pertama maupun ulang demam reumatik
lebih sering didapatkan pada orang kulit hitam dibanding dengan orang kulit putih. Tetapi data
ini harus dinilai hati-hati, sebab mungkin berbagai faktor lingkungan yang berbeda pada kedua
golongan tersebut ikut berperan atau bahkan merupakan sebab yang sebenarnya.
d. Umur
Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya demam reumatik /
penyakit jantung reumatik. Penyakit ini paling sering mengenai anak umur antara 5-15 tahun
dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasa ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun
dan sangat jarang sebelum anak berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun. Distribusi umur ini
dikatakan sesuai dengan insidens infeksi streptococcus pada anak usia sekolah. Tetapi
Markowitz menemukan bahwa penderita infeksi streptococcus adalah mereka yang berumur 2-
6 tahun.
e. Keadaan gizi dan lain-lain
Keadaan gizi serta adanya penyakit-penyakit lain belum dapat ditentukan apakah merupakan
faktor predisposisi untuk timbulnya demam reumatik.
f. Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian dinding sel
streptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam katub mungkin ini
mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik fever.
B. Faktor-faktor lingkungan
a. Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Mungkin ini merupakan faktor lingkungan yang terpenting sebagai predisposisi untuk
terjadinya demam reumatik. Insidens demam reumatik di negara-negara yang sudah maju,
jelas menurun sebelum era antibiotik termasuk dalam keadaan sosial ekonomi yang buruk
sanitasi lingkungan yang buruk, rumah-rumah dengan penghuni padat, rendahnya pendidikan
sehingga pengertian untuk segera mengobati anak yang menderita sakit sangat kurang;
pendapatan yang rendah sehingga biaya untuk perawatan kesehatan kurang dan lain-lain.
Semua hal ini merupakan faktor-faktor yang memudahkan timbulnya demam reumatik.
b. Iklim dan geografi
Demam reumatik merupakan penyakit kosmopolit. Penyakit terbanyak didapatkan didaerah
yang beriklim sedang, tetapi data akhir-akhir ini menunjukkan bahwa daerah tropis pun
mempunyai insidens yang tinggi, lebih tinggi dari yang diduga semula. Didaerah yang
letaknya agak tinggi agaknya insidens demam reumatik lebih tinggi daripada didataran
rendah.
c. Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi saluran nafas bagian
atas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga meningkat.
C. PATOFISIOLOGI RHD
Infeksi pada saluran pernapasan yang ditimbulkan oleh sejenis kuman, maka antigen yang terdapat
dalam kuman tersebut bentuknya bermacam-macam jenis protein yang akan menimbulkan antibodi.
Mengandalkan antigen antibod reaction akan terbentuk Ag-Ab complek yang akan terdefosit pada
jaringan ikat, terutama jaringan ikat synovial, endocardium, pericardium, pleura sehingga
menyebabkan reaksi radang granulomatous spesifik (Aschoff bodies), gejala yang ditimbulkan
bervariasi.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a) Pemeriksaan fisik
Inspeksi
- Pharynx heperemis
- Kelenjar getah bening membesar
- Pembengkakan sendi
- Tonjolan di bawah kulit daerah kapsul sendi
- Ada gerakan yang tidak terkoordinasi
Palpasi
- Nyeri tekan persendian
- Tonjolan keras tidak terasa nyeri dan mudah digerakkan
Auskultasi
- Murmur sistolik injection dan friction rub
b) Pemeriksaan Penunjang
ECG : Perpanjangan interval P-R
Radiologi : - Thorax Foto : cardiomegali
- Foto sendi : tidak spesifik
Laboratorium
- Hemoglobin : kurang dari normal
- LED : meningkat
- C-Rp : positif
- ASO : positif
- Swab tenggorokan : streptococcus positif
G. KOMPLIKASI
a. Dekompensasi Cordis
Peristiwa dekompensasi cordis pada bayi dan anak menggambarkan terdapatnya sindroma klinik
akibat myocardium tidak mampu memenuhi keperluan metabolic termasuk pertumbuhan. Keadaan
ini timbul karena kerja otot jantung yang berlebihan, biasanya karena kelainan struktur jantung,
kelainan otot jantung sendiri seperti proses inflamasi atau gabungan kedua faktor tersebut. Pada
umumnya payah jantung pada anak diobati secara klasik yaitu dengan digitalis dan obat-obat
diuretika. Tujuan pengobatan ialah menghilangkan gejala (simptomatik) dan yang paling penting
mengobati penyakit primer.
b. Pericarditis
Peradangan pada pericard visceralis dan parietalis yang bervariasi dari reaksi radang yang ringan
sampai tertimbunnnya cairan dalam cavum pericard.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pengobatan
Eradiksi kuman :
- Penecilin 600.000-1,2 juta 1 kali
- Eritromisin 20 mg/kg/BB 2 kali selama 10 hari
Anti imflamasi :
- Salicilat dan steroid dosis sesuai indikasi
Apabila diagnosa penyakit jantung rematik sudah ditegakkan dan masih adanya infeksi oleh
kuman Streptococcus tersebut, maka hal utama yang terlintas dari Tim Dokter adalah pemberian
antibiotika dan anti radang. Misalnya pemberian obat antibiotika penicillin secara oral atau
benzathine penicillin G. Pada penderita yang allergi terhadap kedua obat tersebut, alternatif lain
adalah pemberian erythromycin atau golongan cephalosporin. Sedangkan antiradang yang
biasanya diberikan adalah Cortisone and Aspirin.
Penderita dianjurkan untuk tirah baring dirumah sakit, selain itu Tim Medis akan terpikir tentang
penanganan kemungkinan terjadinya komplikasi seperti gagal jantung, endokarditis bakteri atau
trombo-emboli. Pasien akan diberikan diet bergizi tinggi yang mengandung cukup vitamin.
Penderita Penyakit Jantung Rematik (PJR) tanpa gejala tidak memerlukan terapi. Penderita
dengan gejala gagal jantung yang ringan memerlukan terapi medik untuk mengatasi keluhannya.
Penderita yang simtomatis memerlukan terapi surgikal atau intervensi invasif. Tetapi terapi
surgikal dan intervensi ini masih terbatas tersedia serta memerlukan biaya yang relatif mahal dan
memerlukan follow up jangka panjang.
2. Perawatan
- Istirahat mutlak selama periode serangan
- Jika ada penyakit jantung, posisi semi fowler
- Oksigenasi
- Diet lunak rendah garam
- Kontrol swab tenggorokan secara teratur
3. Pencegahan
Profilaksis primer
- Pengobatan adekuat
Profilaksis sekunder
Setelah diagnose ditegakkan pada hari ke-11, tergantung ada tidaknya kelainan jantung:
- Bila tidak ada kelainan jantung profilaksis diberikan sampai 5 tahun terus menerus, minimal
usia 18 tahun.
- Bila ada kelainan jantung sampai usia 25 tahun
I. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
- Lakukan pengkajian fisik rutin
- Dapatkan riwayat kesehatan, khususnya mengenai bukti-bukti infeksi streptokokus antesenden.
- Observasi adanya manifestasi demam rematik.
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi myocardium
2. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses infeksi penyakit.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
4. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
Rencana Keperawatan
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi myocardium
Tujuan : Pasien dapat menunjukkan perbaikan curah jantung.
Intervensi & Rasional
- Beri digoksin sesuai instruksi, dengan menggunakan kewaspadaan yang sudah ditentukan
untuk mencegah toksisitas.
- Kaji tanda- tanda toksisitas digoksin (mual, muntah, anoreksia, bradikardia, disritmia)
- Seringkali diambil strip irama EKG
- Jamin masukan kalium yang adekuat
- Observasi adanya tanda-tanda hipokalemia
- Beri obat-obatan untuk menurunkan afterload sesuai instruksi dapat meningkatkan curah
jantung
- Untuk mencegah terjadinya toksisitas
- Mengkaji status jantung
- Penurunan kadar kalium serum akan meningkatkan toksisitas digoksin
DAFTAR PUSTAKA
http://perawatcerdassukses.blogspot.com/2015/05/asuhan-keperawatan-penyakit-jantung.html