Anda di halaman 1dari 26

MASAIL AL-FIQHIYYAH

TENTANG:
PASAR UANG DAN BURSA VALUTA ASING
SERTA PELAKSANAAN SHALAT JUM’AT 2 GELOMBANG

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok


Mata Kuliah Masail Al-Fiqhiyyah
Dosen Pengampu : Drs. H. Mansur, M.SI.

Disusun Oleh:
Kelompok 7

1. Husniati Rosidah
2. Neneng Mahmudah
3. Wina Nurul Falah
4. Maulana Ibrahim

FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PAI


INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG
2019
PASAR UANG DAN BURSA VALUTA ASING

A. Pengertian Pasar Uang


Dalam pengertian sederhana, pengertian Pasar adalah sebagai tempat
bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi jual-beli barang
dan jasa. Adapun definsi pasar adalah sebagai mekanisme (bukan hanya
sekedar tempat) yang dapat menata kepentingan pihak pembeli terhadap
kepentingan pihak penjual.
Mekanisme tersebut jangan hanya dimengerti sebagai cara pembeli dan
penjual bertemu dan kemudian berpisah, tetapi lebih dari itu harus dimaknai
sebagai tatanan atas berbagai bagian, yaitu para pelaku seperti pembeli dan
penjual, komoditas yang diperjualbelikan, aturan main yang tertulis maupun
tidak tertulis yang disepakati oleh para pelakunya, serta regulasi pemerintah
yang saling terkait, berinteraksi, dan secara serentak bergerak bagaikan suatu
mesin. Sedangkan Uang merupakan alat tukar dan alat pembayaran yang sah.
pada masa-masa sebelumnya, pembayaran dilakukan dengan cara barter, yaitu
barang ditukar dengan barang secara langsung.
Setelah mengetahui masing-masing arti dari pasar dan uang, barulah
membicarakan pasar uang, Pasar uang di Indonesia masih relatif baru jika
dibandingkan dengan Negara-negara maju. Namun dalam perkembangan dunia
sekarang ini maka pasar uang di Indonesia juga ikut berkembang walaupun
tidak semarak perkembangan pasar modal.
Pasar uang adalah pasar di mana di dalamnya diperdagangkan surat-surat
berharga jangka pendek. Pengertian lainnya, Pasar uang adalah suatu tempat
pertemuan abstrak dimana para pemilik dana jangka pendek dapat menawarkan
kepada calon pemakai yang membutuhkannya, baik secara langsung maupun
melalui perantara. Sedangkan yang dimaksud dengan dana jangka pendek
adalah dana-dana yang dihimpun dari perusahaan maupun perorangan dengan
batasan waktu dari satu hari sampai satu tahun, yang dapat diperjualbelikan
didalam pasar uang.

1
B. Pengertian Bursa Valuta Asing
Valas adalah singkatan dari valuta asing. Yang dimaksud dengan valuta
asing ialah mata uang luar negeri, seperti dollar Amerika, poundsterling
Inggris, , Euro Australia, ringgit Malaysia dan sebagainya. Pasar valuta asing
merupakan pasar dimana transaksi valuta asing dilakukan antar Negara atau
suatu Negara. Dalam setiap kali melakukan transaksi valuta asing maka
digunakan kurs (nilai tukar).
Apabila antara negara terjadi perdagangan international, maka tiap negara
membutuhkan valuta asing untuk alat bayar luar negeri, yang dalam dunia
perdagangan disebut devisa. Misalnya, importir Indonesia memerlukan devisa
untuk mengimpor barang dari luar negeri. Untuk membayar barang-barang
impor tersebut, si importir membutuhkan mata uang asing. Dengan demikian
akan timbul penawaran dan perminataan di bursa valuta asing. Setiap Negara
berwenang penuh menetapkan kurs uangnya masing-masing (kurs adalah
perbandingan nilai uangnya terhadap mata uang asing) misalnya 1 dolar
Amerika = Rp. 12.000. Namun kurs uang atau perbandingan nilai tukar setiap
saat bisa berubah-ubah, tergantung pada kekuatan Ekonomi Negara masing-
masing.
Pencatatan kurs uang dan transaksi jual beli valuta asing diselenggarakan
di Bursa Valuta Asing. Adanya permintaan dan penawaran inilah yang
menimbulkan transaksi mata uang. Yang secara nyata hanyalah tukar-menukar
mata uang yang berbeda nilai.

C. Pasar Uang dalam Perspektif Islam


Islam memandang uang hanyalah sebagai alat tukar (money demand for
transaction) bukan untuk spekulasi (money demand for speculation). Dalam
pandangan Islam, Uang adalah Flow Concept sehingga harus selalu berputar
dalam perekonomian agar akan semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat
dan perekonomian pun semakin baik.
Dari segi keputusan yang tertuang dalam fatwa DSN No : 37/DSN-
MUI/X/2002 tentang pasar uang disebutkan salah satunya adalah bahwa pasar

2
uang yang diperbolehkan hanya pasar uang yang tidak menggunakan sistem
bunga dan bisa diganti dengan alternatif akad-akad lain seperti Mudharabah,
Musyarakah, al-Qard, Wadiah, dan al-sharf. Hal ini untuk menghindari RIBA
NASI'AH karena kerugian (bahaya) dari bunga itu lebih besar dari pada
keuntungannya (maslahah).
Selain itu, karena Islam melarang adanya jual beli uang sebagai komoditi
atau spekulasi. Adapun Ketentuan Fatwa DSN-MUI No. 37/DSN-MUI/X/2002
Tentang Pasar Bank Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah, sebagai berikut :
Pertama : Ketentuan Umum
1. Pasar uang antar bank yang tidak dibenarkan menurut syariah yaitu pasar
uang antarbank yang berdasarkan bunga.
2. Pasar uang antar bank yang dibenarkan menurut syariah yaitu pasar uang
antar bank yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
3. Pasar Uang Antar bank berdasarkan prinsip Syariah adalah kegiatan
transaksi keuangan jangka pendek antar peserta pasar berdasarkan prinsip-
prinsip syariah.
4. Peserta pasar uang sebagaimana tersebut dalam butir 3, adalah: bank syariah
sebagai pemilik atau penerima dana bank konvensional hanya sebagai
pemilik dana.
Kedua : Ketentuan Khusus
1. Akad yang dapat digunakan dalam Pasar Uang Antar bank berdasarkan
prinsip Syariah, yaitu : Mudharabah (Muqaradhah), Qiradh, Musyarakah,
Qardh Wadi’ah, Al-Sharf.
2. Pemindahan kepemilikan instrumen pasar uang sebagaimana tersebut dalam
butir 1. menggunakan akad-akad syariah yang digunakan dan hanya boleh
dipindah tangankan sekali.
Ketiga : Penyelesaian Perselisihan
Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dapat dilakukan
melalui Badan Arbitrasi Syari’ah yang berkedudukan di Indonesia, setelah
tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

3
Keempat : Penutup
Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana
mestinya.
1. Dasar Hukum Pasar uang dalam Islam
a. Hadist Nabi riwayat Muslim,Tirmidzi,an-nasa'i, Abu Daud dan Ibnu
Majah dari Abu Hurairah
"Rasulullah SAW Melarang jual beli yang mengandung gharar"

b. Q.S Al-baqarah (2) : 275


"Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan Riba"

c. Hadist Nabi Riwayat Tirmidzi dari 'Amr bin 'Aruf


"Kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat yang mereka buat kecuali
syarat mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram".

D. Pasar Valas dalam Perspektif Islam


Sistem perdagangan internasional baik bilateral maupun multilateral
menggiring praktek perdagangan menggunakan pertukaran mata uang
antarnegara. Sehingga proses jual beli mata uang asing (valuta asing) tidak bisa
dihindarkan. Namun bukan berarti bahwa adanya tuntutan transaksi ini
kemudian melegalkan seluruh model valuta asing sebagaimana yang ada
sekarang. Islam telah menetapkan aturan syariah dalam memenuhi kebutuhan
valuta asing tersebut yang dikenal dengan istilah sharf.
Berdasarkan berbagai dalil naqli ataupun aqli, ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi untuk melakukan jual beli atau pertukaran mata uang (transaksi
valas). diantaranya :
1. Transaksi valas harus dilakukan secara spot/madan/tunai, hal ini didasarkan
pada hadits Rasulullah SAW ; "(jual beli) emas dengan perak adalah riba
kecuali (dilakukan) secara tunai."(HR muslim, tirmidzi, nasa'i, abu daud,
ibnu majah, dan ahmad, dari umar bin khattab).

4
2. Transaksi valas dilakukan untuk kebutuhan sektor riil atau untuk berjaga-
jaga karena kebutuhan sektor riil. dengan syarat ini maka sektor moneter
(keuangan) akan selalu terkait secara langsung dengan sektor riil. hal ini
sekaligus menunjukkan bahwa ekonomi islam adalah ekonomi riil. setiap
usaha mendapatkan keuntungan sesuai dengan biaya dan resiko yang harus
dikeluarkannya.
Rasulullah SAW mengatakan "keuntungan sesuai dengan resiko yang
ditanggung, pendapatan sesuai dengan biaya yang dikeluarkan."
Dalam istilah modern, para pelaku usaha mengatakan "no risk no gain"
(tidak ada keuntungan tanpa resiko). kebutuhan lain yang menjadi sebab
bolehnya jual beli valas adalah adanya perjalanan antar negara. mereka
yang melakukan perjalanan ke sebuah negara akan membutuhkan mata
uang negara tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama
melaksanakan perjalanan. setelah kembali ke negara asal, maka mata uang
negara tersebut ditukar kembali dengan mata uang asal.

3. Transaksi valas halus dilakukan dengan nilai tukar yang berlaku pada saat
transaksi.
"(jualah) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan
gandum, sya'ir dengan sya'ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan
garam (dengan syarat halus) sama dan sejenis serta secara tunai. jika
jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai." (HR
Muslim).
Syarat ini menjadi dasar dilarangnya jual beli valas untuk mencari
selisih harga secara spekulasi. lembaga keuangan syariah menyediakan
valuta asing hanya dalam rangka membantu nasabah dalam memenuhi
kebutuhan valuta asing hanya dalam rangka membantu nasabah dalam
memenuhi kebutuhan valuta asing tersebut karena tuntutan bisnis antar
negara. Lembaga keuangan syariah tidak boleh menyimpan valuta asing
dengan tujuan mencari selisih harga.

5
4. Transaksi mata uang sejenis (penukaran) maka nilainya harus sama dan
secara tunai (attaqabudh).
"janganlah kamu menjual emas dengan emas kecuali sama (nilainya)
dan janganlah kamu menambah sebagian atas sebagian yang lain ;
janganlah menjual perak dengan perak kecuali sama (nilainya) dan
janganlah menambahkan sebagian yang lain; dan janganlah menjual emas
dan perak tersebut yang tidak tunai dengan yang tunai." (HR Muslim dari
abu sa'id al-khudri).
Adapun Fatwa MUI No 28 tahun 2002 menyatakan bahwa ada
beberapa jenis transaksi valuta asing yang harus ditetapkan status
hukumnya, yaitu :
1. Transaksi spot, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valuta asing
(valas) untuk penyerahan pada saat itu (over the counter) atau
penyelesaiannya paling lambat dalam jangka waktu dua hari. hukumnya
adalah boleh, karena dianggap tunai, sedangkan waktu dua hari
dianggap sebagai proses penyelesaian yang tidak bisa dihindari dan
merupakan transaksi internasional.
2. Transaksi forwad, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang
nilainya ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu
yang akan datang, antara 2x24 jam sampai dengan satu tahun.
Hukumnya adalah haram, karena harga yang digunakan adalah
harga yang diperjanjikan (muwa'adah) dan penyerahannya dilakukan di
kemudian hari, padahal harga pada waktu penyerahan tersebut belum
tentu sama dengan nilai yang disepakati, kecuali dilakukan dalam
bentuk forward agreement untuk kebutuhan yang tidak dapat dihindari
(lil hajah).
3. Transaksi suwap, yaitu kontrak pembelian atau penjualan valas dengan
harga spot yang dikombinasikan dengan pembelian antara penjualan
valas yang sama dengan harga forward. hukumnya haram, karena
mengandung unsur maisir (judi/spekulasi).

6
4. Transaksi option, yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka
membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas
sejumlah unit valuta asing pada harga dan jangka waktu atau tanggal
akhir tertentu. hukumnya haram, karena mengandung unsur maisir
(judi/spekulasi). syarat dan ketentuan hukum transaksi valas tersebut
berlaku secara umum, baik untuk transaksi valas di lantai bursa pasar
uang atau transaksi valas online via internet. bahkan untuk transaksi
valas online, semua syarat diatas harus diperketat dengan senantiasa
memantau untuk memastikan bahwa semua syarat dan ketentuan
tersebut terpenuhi.

Prof. Drs. Masjfuk Zuhdi yang berjudul MASAIL FIQHIYAH;


Kapita Selecta Hukum Islam, diperoleh bahwa Forex (Perdagangan
Valas) diperbolehkan dalam hukum Islam.Perdagangan valuta asing
timbul karena adanya perdagangan barang-barang kebutuhan/komoditi
antar negara yang bersifat internasional. Perdagangan (Ekspor-Impor)
ini tentu memerlukan alat bayar yaitu UANG yang masing-masing
negara mempunyai ketentuan sendiri dan berbeda satu sama lainnya
sesuai dengan penawaran dan permintaan diantara negara-negara
tersebut sehingga timbul PERBANDINGAN NILAI MATA UANG
antar negara.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jual beli mata uang
(valuta asing) itu harus dilakukan sama-sama tunai serta tidak
melebihkan antara suatu barang dengan barang yang lain dalam mata
uang yang sejenis. Begitu juga pertukaran antara dua jenis mata uang
yang berbeda, hukumnya mubah. Bahkan tidak ada syarat harus sama
atau saling melebihkan, namun hanya disyaratkan tunai dan barangnya
sama-sama ada.

7
E. Keuntungan dan kerugian dalam Investasi Saham
1. Keuntungan yang diperoleh pemodal dengan membei atau memiliki saham,
yaitu:
a. Dividen
Yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham
tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan, deviden diberikan
setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Deviden
yang dibagikan perusahaan dapat berupa devien tunai artinya kepada setiap
pemegang saham diberikan deviden berupa uang tunai dalam jumlah rupiah
tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa deviden stock yang
artinya setiap pemegang saham diberikan deviden sejumlah saham
sehingga sejumlah saham yang dimiliki investor bertambah dengan adanya
pembagian dividen stock tersebut.
b. Capital Gain
Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual, dimana
harga jual lebih tinggi dari harga beli, capital gain terbentuk dengan adanya
aktifitas perdagangan di pasar sekunder. Misalnya seorang pemodal
membeli saham BUMI dengan harga per lembar Rp.5000 kemudian
menjualnya dengan harga Rp.5500 per lembarnya, yang berarti pemodal
tersebut telah mendapatkan capital gainsebesar Rp.500 untuk setiap saham
yang dijualnya. Umumnya pemodal dengan orientasi jangka pendek untuk
mengejar keuntungan melalui capital gain.
Disamping 2 keuntungan tersebut, maka pemegang saham juga di
mungkinkan untuk mendapatkan: Saham bonus (jika ada) yaitu saham yang
dibagikan perusahaan kepada pemegang saham yang diambil dari agio
saham, agio saham adalah selisih antara harga jual terhadap harga nominal
saham tersebut pada saat perusahaan melakukan penawaran umum dipasar
perdana, misalnya setiap saham dengan nilai nominal Rp.500 dijual dengan
harga Rp.800 maka setiap saham akan memberikan agio kepada perusahaan
sebesar Rp.300 setiap sahamnya.

8
2. Kerugian yang bisa terjadi dalam investasi di saham, yaitu:
a. Tidak mendapat deviden
Perusahaan akan membagikan deviden jika operasi perusahaan
menghasilkan keuntungan. Dengan demikian perusahaan tidak dapat
membagikan deviden jika perusahaan tersebut mengalami kerugian.
Dengan demikian potensi keuntungan pemodal untukmendapatkan deviden
ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.

b. Capital Loss
Dalam aktifitas perdagangan saham, tidak selalu pemodal mendapatkan
capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya
investor menjual sahamnya lebih rendah harganya dari harga belinya,
dengan demikian investor mengalami capital loss. Misalnya seorang
investor membeli saham BUMI pada harga Rp.5000 per lembarnya, namun
beberapa waktu kemudian dijual dengan harga Rp.4500 /lembarnya, berarti
investor tersebut mengalami kerugian sebesar Rp.500 per lembarnya,
kerugian tersebut yang disebut capital loss.
Dalam jual beli saham, terkadang seorang investor untuk menghindari
potensi kerugian yang makin besar seiring dengan terus menurunnya harga
saham, maka investor tersebut rela menjual sahamnya dengan harga lebih
rendah dari harga belinya, istilah ini dikenal dengan Cut Loss.

c. Perusahaan bangkrut dan dilikuidasi


Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara
langsung kepada pemegang saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan
peraturan pencatatan saham di bursa efek. Dalam kondisi perusahaan
dilikuidasi, maka pemeganng saham akan mendapat posisi lebih rendah
dibandingkan kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa
baru akan dibagikan kepada pemegang saham.

9
d. Saham di delist dari bursa (delisting)
Resiko lain yang di hadapi oleh para investor adalah jika saham
perusahaan dikeluarkan dari pencatatan bursa efek (delist). Suatu saham
perusahaan di delistdi bursa umumnya karena kinerja perusahaan yang
buruk, misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan,
mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan deviden secara
berturut-turut selama beberapa tahun dan berbagai kondisi lainnya sesuai
dengan peraturan pencatatan di bursa. Adapula perusahaan yang
di delist keluar dari bursa dengan tujuan Go Private, perusahan yang
melakukan Go Private tidak merugikan investor karena perusahaan
penerbit saham tersebut melakukan Buy Back terhadap saham yg
diterbitkan.
e. Saham di Suspend
Jika suatu saham di suspend atau diberhentikan perdagangannya oleh
otoritas bursa efek. Dengan demikian pemodal tidak dapat menjual
sahamnya hingga saham yang di suspend tersebut dicabut dari status
suspend. Suspend biasanya berlangsung dalam waktu singkat misalnya
dalam 1 sesi perdagangan, 1 hari perdagangan namun dapat pula
berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan. Hal yang
menyebabkan saham di suspend yaitu suatu saham mengalami lonjakan
harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya, atau
berbagai kondisi lainnya yang mengharuskan otoritas bursa menghentikan
sementara perdagangan saham tersebut untuk kemudian diminta konfirmasi
lainnya. Sedemikian hingga informasi yang belum jelas tersebut tidak
menjadi ajang spekulasi, jika setelah didapatkan suatu informasi yang jelas,
maka status suspend atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan
saham dapat diperdagangkan lagi seperti semula.

10
F. Hukum Investasi Saham dalam Pandangan Islam
Para ulama ahli fikih zaman sekarang -sebatas yang saya ketahui- sepakat
untuk mengharamkan penerbitan dan memperjual-belikan saham jenis ini,
dengan beberapa alasan berikut:
1. Para pemilik saham preferen tidak memiliki kelebihan yang
menyebabkannya mendapatkan perilaku istimewa ini. Padahal, keuntungan
dalam usaha hanya diberikan kepada pamilik modal dan atau keahlian,
sedangkan pemegang saham preferen tidak memiliki kelebihan dalam dua
hal itu dibanding pemegang saham biasa. Ibnu Qudamah berkata,
"Seseorang berhak mendapatkan keuntungan dikarenakan ia memiliki andil
dengan modal atau keahlian. Dengan demikian, tidak ada alasan untuk
memberikan persentase keuntungan yang melebihi total modal sekutu pasif.
Sehingga, persyaratan semacam ini tidak sah." (Al-Mughnioleh Ibnu
Qudamah, 7/139)
2. Keuntungan yang diberikan kepada pemilik saham preferen sejatinya adalah
riba, karena modal mereka terjamin dan tetap mendapatkan keuntungan,
walaupun kinerja perusahaan merugi. Tidak diragukan lagi, ini adalah
kelaliman dan salah satu bentuk pengambilan harta orang lain dengan cara-
cara yang menyelisihi syariat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah
bersabda :

ِ‫ان‬
ِ ‫ض َم‬
َّ ‫الخ ََراجِ ِبال‬
"Penghasilan/keuntungan adalah imbalan atas kesiapan menanggung
kerugian." (Hr. Ahmad, Abu Daud, at-Tirmidzi, dan an-Nasai; oleh al-
Albani dinyatakan sebagai hadits hasan).
Tidak heran bila badan fikih di bawah organisasi OKI, yaitu International
Islamic Fiqih Academy, dengan tegas menyatakan:
"Tidak boleh menerbitkan saham preferen yang memiliki konsekuensi
pemberian jaminan atas dana investasi yang ditanamkan, atau memberikan
keuntungan yang bersifat tetap, atau mendahulukan pemiliknya ketika
pengembalian investasi atau pembagian deviden." (Sidang Ke-7, Keputusan
no. 63/1/7).
11
G. Saham Kosong
Ini adalah salah satu jenis saham yang sepantasnya Anda ketahui, selain
kedua jenis yang telah dibahas di atas. Saham kosong biasanya diberikan atas
kesepakatan pemegang saham lainnya kepada pihak-pihak yang dianggap atau
diharapkan berjasa pada perusahaan. Para penerima saham kosong ini berhak
mendapatkan deviden dari keuntungan bersih perusahaan. Akan tetapi, saham
ini memiliki berbagai perbedaan dari saham biasa:
1. Saham kosong tidak memiliki nilai nominal yang tertulis pada lembar
saham, sehingga haknya hanya sebatas mendapatkan dividen.
2. Pemegang saham kosong tidak berhak menghadiri RUPS dan juga tidak
memiliki wewenang untuk campur tangan dalam kebijaksanaan dan arah
perusahaan.
3. Saham kosong bisa dihapuskan, baik secara keseluruhan atau sebagian saja.
Berdasarkan karakter saham kosong demikian ini, kebanyakan ulama
kontemporer melarang penerbitan saham kosong, dengan beberapa alasan
berikut:
Alasan Pertama: Saham kosong sejatinya adalah salah satu bentuk jual-
beli jasa, sehingga nominal nilai jualnya haruslah diketahui dan tidak dalam
hitungan persentase dari keuntungan yang tidak menentu jumlahnya. Dengan
demikian, saham kosong ini tercakup oleh keumuman hadits riwayat Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu berikut:
ْ ‫ِو َع ْنِبَيْع‬
ِ‫ِالغ ََر ِر‬ َ ِ‫صاة‬
َ ‫ح‬ ْ ‫َِّللاِصلىِهللاِعليهِوسلمِ َع ْنِبَيْع‬
َِ ‫ِال‬ ِ َّ ‫ىِرسول‬
َ ‫نَ َه‬
ِ ِ
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang jual-beli dengan cara
melempar batu dan jual-beli yang mengandung gharar (unsur spekulasi)." (Hr.
Muslim).
Alasan Kedua: Saham kosong sering kali menjadi ancaman masa depan
perusahaan dan merugikan para pemegang saham.
Alasan Ketiga: Biasanya, saham kosong adalah pintu lebar untuk
terjadinya praktik manipulasi, suap, dan tindakan-tindakan tercela lainnya.
(Suq al-Auraq al-Maliyaholeh oleh Dr. Khursyid Asyraf Iqbal, hlm. 320--321

12
dan Al-Ashum was Sanadat wa Ahkamuha fil Fiqhil Islami, oleh Dr. Ahmad
bin Muhammad al-Khalil, hlm. 173--174).
Kapan Anda Halal memperjual belikan Saham?
Setelah Anda mengetahui hukum asal penerbitan dan memperjual-belikan
ketiga jenis saham di atas, tidak sepantasnya Anda menutup mata dari fakta
dan berbagai hal yang erat hubungannya dengan saham. Dengan demikian,
Anda dapat mengetahui hukum masalah ini dengan benar, ditinjau dari segala
aspeknya. Berikut ini, saya ringkaskan berbagai persyaratan jual-beli saham
yang telah dijelaskan ulama.
Syarat pertama, Perusahaan penerbit saham adalah perusahaan yang
benar-benar telah beroperasi. Saham perusahaan semacam ini boleh diperjual-
belikan dengan harga yang disepakati kedua belah pihak, baik dengan harga
jual yang sama dengan nilai nominal yang tertera pada surat saham atau
berbeda. Adapun saham perusahaan yang sedang dirintis, sehingga
kekayaannya masih dalam wujud uang, maka sahamnya tidak boleh diperjual-
belikan kecuali dengan harga yang sama dengan nilai nominal saham.
Ditambah lagi, pembayaran hendaknya dilakukan dengan cara kontan. Hal
ini dikarenakan setiap surat saham perusahaan jenis ini seutuhnya masih
mewakili sejumlah uang modal yang tersimpan, dan tidak mewakili aset
perusahaan. Sehingga, bila diperjual-belikan lebih mahal atau lebih murah dari
nilai nominal saham, berarti telah terjadi praktik tukar-menukar mata uang
dengan cara yang tidak dibenarkan.
Syarat kedua. Perusahaan penerbit saham sepenuhnya bergerak dalam
usaha yang dihalalkan syariat, karena sebagai pemilik saham, seberapa pun
besarnya, Anda adalah salah satu pemilik perusahaan tersebut. Dengan
demikian, tanggung jawab Anda atas setiap usaha perusahan sebesar nilai
saham Anda. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta'ala:

ِ ‫ِو ْالع ْد َو‬


‫ح‬,ِ‫ان‬ َ ‫ىِاإلثْ ِم‬
ِ َ‫والَِتَعَ َاونواِْ َعل‬.
َ
"Dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran."(Qs.Al-Maidah:2).

13
Syarat ketiga. Perusahaan terkait tidak melakukan praktik riba, baik pada
pembiayaan, penyimpanan kekayaan, atau lainnya. Bila suatu perusahaan
dalam pembiayaan atau penyimpanan kekayaannya menggunakan konsep riba,
maka Anda tidak dibenarkan untuk membeli saham perusahaan tersebut.
Sebagai contoh, misalnya suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang
produksi perabotan rumah tangga. Untuk membiayai usahanya, perusahaan
tersebut memungut piutang dari bank ribawi, tentunya dengan suku bunga
tertentu. Karena itu, Anda tidak dibenarkan untuk membeli saham perusahaan
semacam ini. Ketentuan ini selaras dengan kaidah dalam ilmu fikih:
ْ ‫ب‬
ِ‫ِال َح َرام‬ َ ‫ِغ ِل‬،‫ِو ْال َح َرام‬ ْ َ‫ِإذ‬
َ ‫اِاجت َ َم َعِال َحالَل‬
"Bila tercampur antara hal yang halal dengan hal yang haram, maka yang
lebih dikuatkan adalah yang haram."
Syarat Keempat: Penjualan dan pembeliannya dilakukan dengan cara-cara
yang dibenarkan dalam syariat. Dengan demikian, berbagai hukum yang
berlaku pada jual-beli biasa berlaku pula pada jual-beli saham. Misalnya, Anda
tidak dibenarkan menjual kembali saham yang Anda beli sebelum saham
tersebut sepenuhnya diserah-terimakan kepada Anda. Dengan demikian,
metode jual-beli saham yang ada di masyarakat dan yang dikenal dengan
sebutan "one day trading" atau yang serupa adalah metode yang tidak
dibenarkan.
Berikut ini adalah gambaran singkat tentang metode ini:
Pengusaha berinisial B, misalnya, membeli sejumlah surat saham dari
Broker A dengan pembayaran terutang, sedangkan surat saham yang telah
dibeli tersebut tetap berada di tangan A sebagai jaminan atas pembayaran yang
terhutang, sehingga B belum sepenuhnya menerima surat saham tersebut. Pada
penutupan bursa saham di akhir hari, B berkewajiban menjual kembali saham
tersebut kepada A. Pembayaran antara keduanya pada kedua transaksi tersebut
hanya dilakukan dengan membayar selisih harga jual dari harga beli. Transaksi
semacam ini termasuk transaksi riba yang diharamkan dalam Islam.

14
ِ‫سلَّ َمِ( َم ْن‬
َ ‫ِو‬ َ ِ‫صلَّىِهللا‬
َ ‫علَ ْي ِه‬ َ ِ‫ِقالِرسولِهللا‬:‫ع ْنه َماِِقال‬
َ ِ‫يِهللا‬
َ ‫ض‬
ِ ‫عنِابنِعباسِر‬
َ
َ ِ‫ِوأَ ْحسِبِك َّل‬:‫قالِابنِعباس‬
ِ‫ش ْيءٍ ِ ِب ْم ْن ِزلَ ِة‬ َ َ ‫ط َعاماًِفَالَِيَبِ ْعهِ َحتَّىِيَ ْق ِب‬
ِِ)ِ‫ضه‬ َ ِ‫ع‬
َ ‫ا ْبتَا‬
َّ
ِ‫ِذاكِدراهمِبدراهم‬:‫ِكيفِذاك؟ِقال‬:‫ِقلتِالبنِعباس‬:‫ِقالِطاوس‬.‫الطعَ ِام‬
‫والطعامِمرجأ‬
Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhu, ia menuturkan: "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Barangsiapa yang membeli bahan
makanan, maka janganlah ia menjualnya kembali hingga ia selesai
menerimanya.'"
Ibnu 'Abbas berkata: "Dan saya berpendapat bahwa segala sesuatu barang
hukumnya seperti hukum bahan makanan." Thawus berkata, "Aku bertanya
kepada Ibnu 'Abbas, 'Bagaimana sehingga bisa demikian adanya?" Ia
menjawab, "Itu karena sebenarnya yang terjadi adalah menjual dirham
dengan dirham, sedangkan bahan makanannya ditunda (sebatas kedok
belaka)." (Muttafaqun 'alaih).
Sebagaimana jual-beli ini juga dapat termasuk jual beli 'inah yang
diharamkan dalam Islam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

َّ ‫سبِي ِل‬
ِِ‫َِّللا‬ َ ِ‫ِال ِج َهادَِفِى‬ْ ‫ِوت َ َر ْكتم‬
َ ‫ِوتَبَايَ ْعت ْمِبِ ْال ِعينَ ِة‬ ْ ‫َاب‬
َ ‫ِالبَقَ ِر‬ َ ‫لَئِ ْنِأ َ ْنتمِاتَّبَ ْعت ْمِأ َ ْذن‬
ِ ‫َّللاِ َمذَلَّةًِفِىِأ َ ْعنَاقِك ْمِث َّمِالَِت ْنزَ ع‬
ِ‫ِم ْنك ْمِ َحتَّىِت َ ْر ِجعونَ ِ ِإلَىِ َماِك ْنت ْم‬ َّ ِ‫ِلي ْل ِز َمنَّكم‬
َِّ َ‫ِوتَتوبونَ ِ ِإل‬
ِ‫ىَِّللا‬ َ ‫َعلَ ْي ِه‬
"Bila kalian telah (sibuk dengan) mengikuti ekor-ekor sapi (beternak),
berjual-beli dengan cara 'inah dan meninggalkan jihad, niscaya Allah akan
melekatkan kehinaan ditengkuk-tengkuk kalian, kemudian kehinaan tidak akan
dicabut dari kalian hingga kalian kembali kepada keadaan kalian semula dan
bertaubat kepada Allah." (Hr. Ahmad, Abu Daud, dan al-Baihaqi; dinyatakan
shahih oleh al-Albani).
Jual-beli 'inah ialah Anda menjual suatu barang kepada orang lain dengan
pembayaran terutang. Setelah jual-beli ini selesai, Anda kembali membeli
barang tersebut dengan pembayaran kontan, dan tentunya dengan harga yang
lebih murah.
15
Pendek kata, saham tak ubahnya barang komoditi lainnya. Dalam proses
jual-belinya tetap harus mengindahkan berbagai hukum dan asas yang telah
digariskan dalam Islam. Berikut ini, saya nukilkan fatwa Badan Fikih Islam di
bawah Organisasi Rabithah Alam Islami/Liga Muslim Dunia (Muslim World
League).
Segala puji hanya milik Allah. Salawat dan salam semoga terlimpahkan
kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, yang tiada Nabi setelahnya, yaitu
pemimpin kita sekaligus Nabi kita Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam,
serta kepada keluarga dan sahabatnya. Amma ba'du.
Sesungguhnya anggota rapat al-Majma' al-Fiqhi di bawah Rabithah Alam
Islami, pada rapatnya ke-14, yang diadakan di kota Mekkah al-Mukarramah,
yang dimulai dari hari Sabtu tanggal 20 Sya'ban 1415 H dan yang bertepatan
dengan tanggal 21 Januari 1995 M, telah membahas permasalahan ini (jual-beli
saham perusahaan, pen) dan kemudian menghasilkan keputusan berikut:
1. Karena hukum dasar dalam perniagaan adalam halal dan mubah, maka
mendirikan suatu perusahaan publik yang bertujuan dan bergerak dalam hal
yang mubah adalah dibolehkan menurut syariat.
2. Tidak diperselisihkan akan keharaman ikut serta menanam saham pada
perusahaan-perusahaan yang tujuan utamanya diharamkan, misalnya
bergerak dalam transaksi riba, memproduksi barang-barang haram, atau
memperdagangkannya.
3. Tidak dibolehkan bagi seorang muslim untuk membeli saham perusahaan
atau badan usaha yang pada sebagian usahanya menjalankan praktik riba,
sedangkan pembelinya mengetahui akan hal itu.
4. Bila ada seseorang yang terlanjur membeli saham suatu perusahaan
sedangkan ia tidak mengetahui bahwa perusahaan tersebut menjalankan
transaksi riba, lalu di kemudian hari ia mengetahui hal tersebut, maka ia
wajib untuk keluar dari perusahaan tersebut.
Keharaman membeli saham perusahaan tersebut telah jelas,
berdasarkan keumuman dalil-dalil al-Quran dan as-Sunnah yang
mengharamkan riba.

16
Hal ini dikarenakan membeli saham perusahaan yang menjalankan
transaksi riba sedangkan pembelinya telah mengetahui akan hal itu, berarti
pembeli telah ikut ambil andil dalam transaksi riba. Yang demikian itu
karena saham merupakan bagian dari modal perusahaan, sehingga
pemiliknya ikut memiliki sebagian dari aset perusahaan. Sehingga, pada
seluruh harta yang dipiutangkan oleh perusahaan dengan mewajibkan
bunga atau yang harta diutang oleh perusahaan dengan ketentuan
membayar bunga, pemilik saham telah memiliki bagian dan andil darinya.
Hal ini disebabkan orang-orang (pelaksana perusahaan, pen) yang
mengutangkan atau menerima piutang dengan ketentuan membayar bunga,
sebenarnya adalah perwakilan dari pemilik saham, dan hukum mewakilkan
seseorang untuk melakukan pekerjaan yang diharamkan adalah tidak boleh.
Semoga salawat dan salam yang berlimpah senantiasa dikaruniakan kepada
Nabi Muhammad, keluarga, dan sahabatnya.
Serta segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam. International
Islamic Fiqih Academy, organisasi fikih internasional di bawah naungan
OKI (Organisasi Konferensi Islam), pada sidangnya yang ke-7, keputusan
no. 63 (1/7) juga memfatwakan hal yang sama. Mungkin Anda berkata,
"Bila hukum asal memperjual-belikan saham adalah halal, mengapa para
ulama menambahkan beberapa persyaratan lain agar suatu saham boleh
diperdagangkan?
Saudaraku, tidak perlu heran, karena saham tidak berbeda dari
berbagai harta kekayaan lainnya, semisal padi, emas, hewan ternak, dan
lainnya.
Walaupun berbagai harta ini halal untuk Anda perjual-belikan, tetapi
tidak berarti Anda dapat melakukannya sesuka Anda. Beberapa batasan dan
ketentuan harus Anda indahkan, agar peniagaan Anda selaras dengan
syariat. Karenanya, Anda tidak dibenarkan untuk menukar-tambahkan emas
dengan emas, apa pun alasan Anda.

17
ِ‫ض َهاِ َعلَى‬ َ ‫ِمثْالًِ ِب ِمثْ ٍل‬
َ ‫ِوالَِت ِشفُّواِبَ ْع‬،ِ ِ ‫َبِ ِبالذَّ َه‬
ِ َّ‫بِ ِإال‬ َ ‫الَِت َِِبيعواِالذَّه‬
َ ‫ِمثْالًِ ِب ِمثْ ٍل‬
َ ‫ِوالَِت ِشفُّواِبَ ْع‬،ِ
ِ‫ض َها‬ ِ ‫واِال َو ِرقَ ِ ِب ْال َو ِر‬
ِ َّ‫قِ ِإال‬ ْ ‫ِوالَِت َ ِبيع‬،ِ
َ ‫ض‬ ٍ ‫بَ ْع‬
ِ ‫واِم ْن َهاِغَائِبًاِبِن‬
ِ‫َاج ٍز‬ ِ ‫ِوالَِت َ ِبيع‬،ِ
َ ‫ض‬ ٍ ‫َعلَىِبَ ْع‬
"Janganlah engkau jual emas ditukar dengan emas melainkan sama
dengan sama, dan janganlah engkau lebihkan sebagiannya di atas
sebagian lainnya. Janganlah engkau jual perak ditukar dengan perak
melainkan sama dengan sama, dan janganlah engkau lebihkan
sebagiannya di atas sebagian lainnya. Serta janganlah engkau jual
sebagiannya yang diserahkan dengan kontan ditukar dengan lainnya yang
tidak diserahkan dengan kontan." (Hr. al-Bukhari dan Muslim).

18
PELAKSANAAN SHALAT JUM’AT GELOMBANG KE 2

A. Hukum melaksanakan shalat jum’at 2 gelombang


Dalam dunia modern sekarang ini terdapat sejumlah industri yang sistem
operasionalnya bersifat nonstop 24 jam, tanpa henti, serta harus ditangani
secara langsung dan terus menerus, dan jika operasionalnya dihentikan
beberapa saat saja, atau tidak ditangani secara langsung (ditunggu), mesin
industri menjadi rusak yang pada akhirnya timbul kerugian besar dan para
pekerja kehilangan pekerjaan yang menjadi sumber penghasilannya. Dengan
sifat industri seperti itu, muslim yang bekerja di industri tersebut tidak bisa
melaksanakan salat jum’at kecuali jika dilakukan secara dua gelombang/shift,
sehingga mereka bertanya-tanya tentang status hukumnya.
Sejak masa Nabi sampai dengan abad kedua puluh Masehi, masalah
pelaksanaan salat Jum’at dua gelombang belum pernah dibicarakan atau
difatwakan oleh para ulama. Hal ini menunjukkan bahwa masalah tersebut
tidak dibenarkan dan tidak dapat dipandang sebagai masalah khilafiyah. Atas
dasar itu, ketika surat kabar al-Jumhuriyah (Mesir), edisi 7 April 1955,
menyiarkan sebuah keputusan (qarar), ulama terkemuka saat itu, Mahmud
Syaltut, antara lain sbb:
“Himbauan untuk melakukan salat Jum’at dua k ali di satu tempat dan
pada waktu yang sama --kecuali diselingi waktu untuk memberikan
kesempatan kepada gelombang pertama keluar dan gelombang kedua masuk
masjid dalam dua kali berjamaah dan dengan dua kali khutbah, belum pernah
dikenal, baik pada masa sekarang maupun pada masa lalu, juga tidak
mempunyai sandaran (dasar) dalam syari’ah. Dengan demikian, hal ketiga ini
dipandang sebagai tasyri’(penetapan hukum) sesuatu yang tidak diizinkan
oleh Allah.”
Shalat jum’at lebih dari satu dalam satu desa diperbolehkan jika memang
ada hajat, semisal; banyaknya jumlah penduduk sehingga tidak mungkin
dikumpulkan dalam satu tempat, atau terjadi sengketa antar kedua kubu yang
tak mungkin disatukan, atau jaraknya yang berjauhan.

19
Ta’addud jum’at berbeda dengan jum’atan dua shif/angkatan atau lebih
(insya-ul jum’ah ba’da jum’ah ). Ta’adud jum’ah ialah berbilangnya
penyelenggaraa n jamaah jum’at dalam satu masa di suatu tempat, dan
hukumnya boleh dengan syarat- syarat tertentu Pendapat sebagian ulama
mengenai Ta’addud jum’at diperbolehkan dengan syarat-syarat tertentu
antara lain tercantum dalam kitab: Al-Qalyuubi, I/ 177:
Di antara sebab yang memperbolehkannya juga adalah terjadinya
pertengkaran dan permusuhan antara Tanwir al-qulub , hal 186: jika banyak
kebutuhan yang tidak bisa dihindari maka shalat jum’at masing-masing
kelompok tersebut sah, tidak peduli apakah takbiratul ihram masing-masing
imam bersamaan atau berurutan.
Bughyatul murtasyid, hlm 79: kesimpulan dari pendapat para tokoh ulama
adalah, bahwa sebab-sebab diperbolehkan berbilangnya shalat jum’at ada
tiga: 1) tempat pelaksanaan shalat sempit sehingga tidak mampu memuat
(semua ) jamaah sekaligus, 2) terjadi peperangan antar dua golongan
berbagai syarat yang terkait dengan peperangan, 3) jarak batas daerah
dengan daerah yang lain berjauhan, sehingga sura azan tidak terdengar, atau
berada di suatu daerah yang seandainya, keluar ke daerah lain (yang
melaksanakan jum’atan) setelah terbit fajar, maka waktunya tidak mncukupi.
Hal ini, karena tidak ada keharusan untuk berusaha pergi ke daerah lain
tersebut kecuali setelah terbitnya fajar.
Adapun jum’atan dua shif/angkatan atau lebih ( insya-ul jum’ah ba’da
jum’ah ) yang artinya penyelenggaranya shalat jum’at lebih dari satu di suatu
tempat, maka hukumnya tidak sah. Jalan keluarnya adalah sebagai berikut:
1. Karyawan seperti itu wajib berikhtiar semaksimal mungkin agar dapat
menunaikan jum’atan shif pertama.
2. Sebaiknya ditugaskan kepada karyawati untuk menjaga produksi agar
karyawan dapat menunaikan shalat jum’at.
3. Dalam hal ikhtiar tersebut bila tidak berhasil maka kewajiban shalat
jum’at menjadi gugur dan wajib menunaikan shalat zhuhur dan dianjurkan
berjamaah. Jika ada udzur syar’i di dalam meninggalkan shalat jum’at

20
demikian ini dengan mengganti shalat zhuhur hukumnya tidak berdosa.
Tetapi jika tidak ada uzur syar’i, hukumnya berdosa. Jaminan kebebasan
kepada karyawan untuk menjalankan agamanya, dan menjalaankan shalat.
Pendapat sebagian ulama bahwa pelaksanaan salat jum’at lebih dari satu
kali tidak dibenarkan, antara lain tercantum dalam kitab Al-hawasyil
madaniyyah :
Adapun selain makmum, maka tidak boleh menggantikannya,
karena dengan membentuk shalat jum’at setelah shalat jum’at yang lain
(dalam satu masa secara serentak ditempat yang sama). Dan hal ini
tidak diperkenankan. (Al-hawasyil madaniyyah juz II,hlm. 76)
Para ulama syafi’i berpendapat, barang siapa yang ketinggalan shalat
jum’at karena sesuatu uzur atau lainnya, maka disunatkan untuk shalat
zhuhur berjama’ah (al-fiqh‘ala madzahibul arba’ah, juz I, hlm. 406 ).
…sehingga jika sudah datang hari jum’at, maka ia ti dak
melaksanakan shalat jum’at kecuali di mesjid Rasullullah Saw. Dan
rasullullah Saw. meskipun sangat ingin untuk memberikan kemudahan
kepada umatnya tidak memberikan dispensasi untuk mendirikan shalat
jum’at di banyak mesjid, atau shalat bersama orang yang bisa datang
kepadanya di awal waktu, dan mendirikan shalat jum’at yang ke dua dan
ketiga sesudahnya. Demikian halnya bagi mereka yang tidak bisa datang.
Dan yang demikian itu lebih mudah bagi mereka seandainya memeng
diperkenankan. (tanwirul qulub juz I, hlm. 189).
Sebagai ibadah, bentuk maupun tata cara pelaksanaan slat jum’at harus
mengikuti segala ketentuan yang telah ditetepkan hukum islam (syariah)
serta dipraktikan oleh rasullullah. Kaidah fikih menegaskan: “Suatu ibadah
tidak disyariatkan kecuali disyariatkan oleh Allah.”
Dan hadist Nabi Saw: “Jika aku memerintahkan kepadamu suatu hal,
lakukanlah semampumu” (HR. Bukhari dan muslim).

21
B. Fatwa MUI tentang pelaksanaan shalat jum’at dua gelombang

Pada tanggal: 28 Juli tahun 2000 MUI menetapkan bahwa :

1. Pelaksanaan salat Jum’at dua gelombang (lebih dari satu kali) di tempat
yang sama pada waktu yang berbeda hukumnya tidak sah, walaupun terdapat
‘uzur syar’i (alasan yang dibenarkan secara hukum).
2. Orang Islam yang tidak dapat melaksanakan salat Jum’at disebabkan suatu
‘uzur syar’i hanya diwajibkan melaksanakan salat Zuhur.
3. Menghimbau kepada semua pimpinan perusahaan/industri agar sedapat
mungkin mengupayakan setiap pekerjanya yang muslim dapat menunaikan
salat Jum’at sebagaimana mestinya.
4. Fatwa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan agar setiap muslim yang
memerlukan dapat mengetahuinya, menghimbau semua pihak untuk
menyebarluaskan fatwa ini.

22
KESIMPULAN

A. Pasar Uang dan Bursa Valuta Asing


Pasar uang adalah suatu tempat pertemuan abstrak dimana para pemilik
dana jangka pendek dapat menawarkan kepada calon pemakai yang
membutuhkannya, baik secara langsung maupun melalui perantara. Sedangkan
yang dimaksud dengan dana jangka pendek adalah dana-dana yang dihimpun
dari perusahaan maupun perorangan dengan batasan waktu dari satu hari
sampai satu tahun, yang dapat diperjualbelikan didalam pasar uang .
Hukum Pasar Uang dapat dilihat dari keputusan yang tertuang dalam fatwa
DSN No : 37/DSN-MUI/X/2002 tentang pasar uang disebutkan salah satunya
adalah bahwa pasar uang yang diperbolehkan hanya pasar uang yang tidak
menggunakan sistem bunga dan bisa diganti dengan alternatif akad-akad lain.
Sedangkan Pasar valuta asing merupakan pasar dimana transaksi valuta asing
dilakukan antar Negara atau suatu Negara. Dalam setiap kali melakukan
transaksi valuta asing maka digunakan kurs (nilai tukar).
Berbicara tentang proses jual beli mata uang asing (valuta asing) tidak bisa
dihindarkan. namun bukan berarti bahwa adanya tuntutan transaksi ini
kemudian melegalkan seluruh model valuta asing sebagaimana yang ada
sekarang. islam telah menetapkan aturan syariah dalam memenuhi kebutuhan
valuta asing tersebut yang dikenal dengan istilah sharf. Lebih pastinya dalam
Fatwa MUI No 28 tahun 2002 menyatakan bahwa ada beberapa jenis transaksi
valuta asing yang harus ditetapkan status hukumnya seperti yang telah
dijelaskan diatas.

B. Pelaksanaan Shalat Jum’at 2 Gelombang


Menimbang bahwa tedapat banyak industri yang sistem
operasionalnya 24 jam, dengan sistem seperti itu maka banyak karyawan
yang tidak dapat melaksanakan shalat jum’at, kecuali jika melakukan
shalat jum’at yang kedua (dua gelombang), dan mengingat bahwa hukum

23
shalat jum’at adalah fardhu a’in dan pendapat ulama bahwa pelaksanaan
shalat jum’at lebih dari satu kali tidak dibenarkan, maka bagi karyawan
yang demikian itu hukumnya tidak sah.
Dan seharusnya bagi semua pimpinan perusahaan atau industri
mengupayakan kepada setiap pekerjanya yang muslim dapat menunaikan
shalat jum’at. Sebagai pelajar kita semua dapat menyimpulkan
bahwasanya pelaksanaan shalat jum’at 2 gelombang tidak ada
tuntunannya dalam syariat islam walaupun dengan alasan atau sebab
apapun, para ulama dulu maupun sekarang tidak ada yang membolehkan
pelaksanaan shalat jum’at secara 2 gelombang/ 2 sif.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Hasan, M. Ali, Masail Fiqhiyah : Zakat, Pajak, Asuransi, dan Lembaga


Keuangan, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada), 1996.
2. Departemen Agama, Al-Qurâan dan Terjemahannya, (Jakarta : CV Putra Sejati
Raya, 2003).
3. http://de-kill.blogspot.com/2009/01/valuta-asing-dalam-pandangan-islam.html
4. http://indrasangpujangga.blogspot.com/2012/05/makalah-pasar-uang-dan-
valas.html
5. http://zainahdiaty.blogspot.com/2015/04/masailul-fiqih-al-haditsah-pasar-
uang.html (Diakses Pada Hari Kamis, 28 Februari 2019 Pukul 21.30 WIB)
6. Muslim.or.id, Seputar Pelaksanaan Shalat Jum'at ” http//Muslim.or.id”,
diakses 20 Oktober 2013
7. Al-Qur’an Terjemah, Depag 2007
8. Mui.or.id, Pelaksanaan Shalat Jum'at 2 gelombang” http//Mui.or.id”, (Diakses
Pada Hari Jum’at, 1 Februari 2019 Pukul 14.01 WIB).
9. https://dokumen.tips/documents/makalah-shalat-jumat-2-glmbang.html
(Diakses Pada Hari Jum’at, 1 Februari 2019 Pukul 14.05 WIB).

25

Anda mungkin juga menyukai